• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Proyek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Proyek"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

4. PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Proyek

Penelitian dilakukan pada proyek perkantoran yang berada di lingkungan perumahan Royal Residence. Proyek ini memiliki jangka waktu pekerjaan selama 1 tahun dimulai dari pekerjaan struktur atas hingga finishing bagian dalam dan bagian luar dari gedung. Penelitian dilakukan berdasarkan jadwal perencanaan proyek di awal dengan membandingkan keadaan kenyataan yang terjadi pada lokasi proyek perkantoran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tenaga kerja secara aktual dengan perencanaan menggunakan AHSP. Sedangkan ruang lingkup pada proyek ini juga dibatasi dengan pekerjaan struktur yang terdiri dari pemasangan bekisting, pembesian dan pengecoran. Berikut ini adalah data mengenai proyek:

Nama proyek : Royal 55 Office

Alamat proyek : Jl. Royal Residence BS 10 No 1,1a,2,3, Surabaya Owner : PT Bhakti Tamara

Durasi pekerjaan : 365 hari Luas area : 5900 m2

Jumlah lantai : 12 lantai + 1 basement

Berdasarkan data yang diperoleh pada saat memulai pengamatan, bahwa proyek mengalami keterlambatan selama 2 bulan dari jadwal rencana, hal ini disebabkan karena terdapat perubahan desain awal pada proyek. Perubahan yang terjadi pada proyek ini terdapat pada tangga ditambahkan ke dalam bangunan dan mengakibatkan tempat STP harus berpindah keluar bangunan. Dikarenakan keputusan tidak segera diambil oleh pemilik proyek, maka kontraktor memutuskan untuk mengerjakan bagian zona 1 dari proyek terlebih dahulu. Keputusan yang telah diambil oleh kontraktor menyebabkan proyek dibagi menjadi dua zona yaitu zona 1 dengan luas ±260 m2 dan zona 2 dengan luas 120 m2. Gambar 4.1

(2)

Gambar 4.1 Denah Pembagian Zona 1 dan 2

Keputusan yang telah diambil kontraktor menyebabkan bangunan pada zona 1 dan zona 2 bersesilisih sekitar 2 lantai untuk proses pengerjaan struktur. Maka dari itu kontraktor diminta untuk mengejar ketertinggalan yang terjadi pada zona 2 dan mengamati produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan yang berada pada bagian pekerjaan struktur. Pekerjaan struktur yang terjadi pada proyek ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu pembesian, pemasangan bekisting, dan pengercoran.

Gambar 4.2 Roughter Crane

(3)

Proyek ini memiliki peralatan yang cukup lengkap dalam menunjang operasional di dalam lapangan terutama untuk gedung tinggi. Fasilitas yang dimiliki dari proyek ini mulai dari bar bender, bar cutter, concrete pump, lift barang, scaffolding, dan beberapa alat penunjang lainnya. Namun, di dalam proyek ini tidak teradapat tower crane yang menjadi ciri khas dari gedung bertingkat.

Tower crane tidak terdapat di dalam proyek ini dikarenakan protes dari warga sekitar yang mengeluhkan bahaya dari counterweight yang terletak di atas jalan raya. Tetapi keberadaan tower crane pada proyek ini di gantikan fungsinya menggunakan roughter crane, meskipun fungsinya tidak bisa semaksimal tower crane namun membantu dalam proses pengangkatan material.

Gambar 4.3 Wiremesh dan Mixer Gambar 4.4 Pompa kodok

Pada Proyek ini untuk pembesian pelat menggunakan wiremesh tipe M8 dengan berat 61,79 kg / lembar untuk satu lembarnya berukuraan 2.1 x 5.4 m.

sedangkan untuk pengecorannya menggunakan ready mix k300 dan mendistribusikan betonnya menggunakan pompa kodok.

Gambar 4.5 Kegiatan Penelitian

4 Maret 2019 12 April 2019 14 Mei 2019

Observasi Lapangan Pengambilan data

(4)

Observasi lapangan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keadaan proyek yang terjadi mulai dari tanggal 4 maret 2019 sampai 15 mei 2019, dimana ketika memulai pengamatan pada proyek ini, pada bagian zona 1 telah mencapai lantai 7 pada pengerjaan kolom sedangkan pada zona 2 mencapai lantai 5 dengan pengerjaan pelat lantai dan balok. Pada saat pengamatan di sekitar area proyek, terdapat kendala yang terjadi membuat proyek tertunda. Hal ini dikarenakan terdapat kesalahan penghitungan jumlah besi yang digunakan, kesalahan dilakukan oleh estimator proyek yang menyebabkan besi beton ukuran 16 memiliki selisih mencapai 10 ton. Hal ini disebabkan kondisi supplier yang tidak memiliki ketersediaan barang, maka kontraktor terpaksa memberhentikan pekerjaan hingga 3 hari.

Berdasarkan timeline pada Gambar 4.2, dilakukan pengambilan data dengan cara menganalisa progres dari tenaga kerja di lapangan beserta dengan produktivitas tenaga kerja dan juga melakukan pembuatan jadwal baru yang digunakan sebagai dasar pengamatan di lapangan, dimana schedule yang baru ini dibuat berdasarkan hasil pengamatan dari tanggal 4 maret 2019 - 10 april 2019.

Sebelum membuat schedule yang terbaru, dilakukan penambahan aspek volume kedalam setiap pembagian pekerjaan beton bertulang yang terdiri dari pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting, dan pengecoran. Ketiga macam pekerjaan beton bertulang tersebut dibagi kedalam 2 zona. (Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Volume Pekerjaan zona 1

Rencana Pekerjaan

Bekisting (m²) Tulangan (kg) Pengecoran (m³)

Kolom 112.54 3287.41 16.49

Balok 336.66 4162.89 25.41

Pelat 260 2842.34 31.2

zona 2

Rencana Pekerjaan

Bekisting (m²) Tulangan (kg ) Pengecoran (m³)

Kolom 84.6 2137.42 11.34

Balok 175.72 2435.62 15.21

Pelat 120 1307.72 14.40

(5)

4.2 Perencanaan Jadwal dan Sumber Daya Manusia

Setelah mengalami keterlambatan kontraktor membuat jadwal rencana yang baru untuk mengejar keterlambatan. Dari jadwal rencana yang baru didapatkan untuk pekerjaan struktur zona 1 dibutuhkan 10 hari kerja dan untuk zona 2 dibutuhkan 8 hari kerja, dari jadwal yang tersebut dibuat jadwal rencana pekerjaan harian sesuai dengan Tabel 4.2 berdasarkan hasil observasi di lapangan sebelumnya.

(6)

Tabel 4.2 Rencana Jadwal Kerja Zona 1 dan Zona 2

(7)

Berdasarkan dari jadwal rencana, dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian pekerjaan struktur, yaitu pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran untuk setiap pembuatan kolom, balok, dan pelat. Digunakan Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) bidang umum 2016 sebagai dasar menentukan jumlah dari tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan balok, pelat, dan kolom.

Pada Tabel 4.3 merupakan koefisien tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan balok untuk zona 1 dan zona 2 dengan dilandaskan dengan volume dari tipe dan jenis pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Pada pekerjaan bekisting pada zona 2 dibutuhkan penambahan koefisien dikarenakan roughter crane tidak dapat menjangkau zona 2 dan jarak pemindahan material mencapai 16 meter, penambahan ini terletak pada tukang kayu, pembantu tukang, dan mandor.

Tabel 4.3 Koefisien dan Jumlah Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Balok

Selanjutnya, memperhitungkan koefisien yang digunakan untuk pekerjaan pelat. Tabel 4.4 merupakan koefisien yang dibutuhkan pekerjaan pembesian pada zona 1 dan 2. Untuk pembesian pelat lantai sendiri menggunakan wiremesh.

Penggunaan wiremesh lebih mudah dan cepat dikarenakan pembesian dalam bentuk lembaran yang siap untuk dipasang dengan menyesuaikan kebutuhan dari proyek.

Dengan menggunakan wiremesh kontraktor juga bisa menghemat dari segi tenaga kerja yang digunakan.

(8)

Tabel 4.4 Koefisien dan Jumlah Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Pelat

Pekerjaan yang terakhir ditinjau adalah pekerjaan kolom. Table 4.5 merupakan koefisien tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan kolom untuk zona 1 dan zona 2 dengan dilandaskan dengan volume dari tipe dan jenis pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Pada pekerjaan bekisting pada zona 2 dibutuhkan penambahan koefisien dikarenakan roughter crane tidak dapat menjangkau zona 2 dan jarak pemindahan material mencapai 16 meter, penambahan ini terletak pada tukang kayu, pembantu tukang, dan mandor.

Tabel 4.5 Koefisien dan Jumlah Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Pelat

4.3 Jadwal dan Sumber Daya Manusia Aktual

Berdasarkan dari rencana di awal, maka dapat diketahui bahwa keterlambatan proyek yang terjadi setelah dilakukan penjadwalan ulang tidak terlalu berbeda.

Keterlambatan yang terjadi hanya berkisar antara 1-2 hari dan dapat dikejar dengan cara lembur. Berdasarkan hasil data yang didapatkan di lapangan, waktu lembur

(9)

sangat dibutuhkan dalam mengejar keterlambatan proyek, terutama ketika proyek telah mendekati waktu berakhir. Hal ini didasarkan pada saat minggu terakhir dalam pengerjaan proyek, terdapat beberapa hari yang jumlahnya cukup banyak untuk mengalami kerja lembur. Dari kerja lembur itu sendiri mengeluarkan biaya yang banyak dikarenakan waktu kerja lembur hanya 4 jam, namun biaya yang dikeluarkan sama dengan 1 hari kerja atau sama dengan 8 jam dan produktivitas pekerja itu sendiri menurun dikarenakan kerja dari pagi hingga malam dan keesokan harinya bekerja lagi.

Dari data yang didapatkan di lapangan yang berisi tentang macam-macam pekerjaan, volume, jumlah tukang, dan jam kerja untuk setiap harinya dan rekapitulasi menjadi laporan mingguan sesuai dengan lampiran 1. Selanjutnya dilakukan pensortiran sesuai dengan jenis pekerjaan dan zona yang dikerjakan.

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa kebutuhan orang pada tiap lantai mengalami kenaikan pada tukang bekisting, tukang besi, dan pembantu tukang.

Pada pekerjaan balok di zona 1 lantai 11 dan lantai 12, merupakan kondisi dimana terdapat waktu lembur sebanyak 4 jam yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, di kedua lantai tersebut memiliki perbedaan pada sisi jumlah orang hari pada bagian tukang bekisting, besi, dan pembantu tukang namun perbedaan yang terjadi tidak terlalu jauh. Hal ini berbeda dengan pekerjaan pada lantai 15 yang memiliki kenaikan pada jumlah orang hari pada bagian tukang bekisting, besi, dan pembantu tukang yang mengalami kenaikan yang tinggi.

Kenaikan ini diakibatkan terjadi pekerjaan lembur pada pemasangan bekisting dan tulangan pada balok lantai 15 zona 1.

(10)

Gambar 4.6 Jumlah Tenaga Kerja Aktual Balok Zona 1

Perolehan jumlah OH pada grafik di atas berasal dari penjumlahan orang yang bekerja pada zona 1 dan pada setiap lantai yang ditinjau.

Berikut ini merupakan contoh perhitungan:

Data diambil pada tukang bekisting balok zona 1 lantai 15

Jumlah orang Tanggal 03-04-19 = 10 x 1 hari = 10 orang hari Tanggal 04-04-19 = 10 x 1 hari = 10 orang hari Tanggal 05-04-19 = 8 x 1.5 hari = 12 orang hari Tanggal 06-04-19 = 8 x 1.5 hari = 12 orang hari +

= 44 orang hari Berdasarkan contoh perhitungan di atas, apabila terjadi pekerjaan lembur maka jumlah orang akan dikalikan menjadi 1.5 hari. Angka 1.5 hari berasal dari waktu pekerjaan lembur hanya 4 jam, berbeda dengan pada waktu kerja normal sebanyak 8 jam kerja. Hal ini memiliki hubungan yang kuat dengan jumlah biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh kontraktor, karena biaya yang dikeluarkan kontraktor dalam 1 kali pekerjaan lembur selama 4 jam adalah 1 hari kerja. Pada pekerjaan balok di lantai 11 dan 12 dapat diselesaikan dengan 5 hari kerja dengan adanya lembur 4 jam, pada pekerjaan balok zona 1 lantai 15 yang memiliki 2 hari yang melakukan lembur selama 4 jam, maka kontraktor harus mengeluarkan biaya sebanyak 7 hari kerja, tetapi memiliki volume sama dengan 5 hari kerja pada saat tidak terjadi masalah.

30 35 44

30 35 38

5 5 5

93

105

127

100 2030 4050 6070 8090 100110 120130 140

lantai 11 lantai 12 lantai 15

OH

Pekerjaan Balok Zona 1

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(11)

Dapat dilihat pada Gambar 4.7 menggambarkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan balok yang terletak pada zona 2. Pada grafik di atas tergambar bahwa jumlah OH pada masing-masing lantai memiliki kenaikan yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa waktu lembur tidak pada satu jenis pekerjaan, melainkan lembur digunakan pada pekerjaan yang dalam prosesnya melebihi rencana kontraktor. Dapat dilihat pada data lantai 10 merupakan data jumlah tenaga kerja yang tidak terjadi lembur selama pekerjaan berlangsung, berbeda dengan lantai 11 dan 15 yang memiliki kenaikan pada jumlah orang pada tukang bekisting, hal ini terjadi dikarenakan pada pekerjaan bekisting balok zona 2 alat yang digunakan yaitu roughter crane tidak dapat menjangkau area zona 2 dan tenaga kerja yang ada tidak mencukupi sehingga pada lantai 11 dan 15 untuk pekerjaan bekisting balok zona 2 dibutuhkan 1 hari kerja lembur. Kenaikan jumlah orang juga terdapat di lantai 12, pada lantai ini kenaikan terjadi bagian pembesian dan pembantu tukang, beda halnya dengan lantai 11 dan 15 pada lantai 12 pekerjaan yang terlambat adalah pekerjaan pembesian balok, sehingga dibutuhkan 1 hari lembur untuk pekerjaan pembesian balok. Untuk setiap lantai kecuali lantai 10 kontraktor membutuhkan 1 hari kerja lembur, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan balok lantai 11, 12, dan 15 adalah 4,5 hari kerja namun biaya yang dibayarkan adalah 5 hari kerja.

Gambar 4.7 Jumlah Tenaga Kerja Aktual Balok Zona 2

17 24

18

34

20 20 28 22

5 5 5 5

64

77 77 80

100 2030 4050 6070 8090 100110 120130 140

lantai 10 lantai 11 lantai 12 lantai 15

OH

Pekerjaan Balok Zona 2

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(12)

Pada Gambar 4.8 di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan untuk pelat zona 1 hampir tidak ada kerja lembur kecuali pada lantai 12 pada pekerjaan bekisting. Pada lantai 12 untuk pekerjaan bekisiting terjadi kerja lembur akibat hujan pada saat pemasangan bekisting pelat sehingga pekerja harus menunggu hingga hujan redah dan menyebabkan pekerjaan dilanjutkan dengan kerja lembur.

Gambar 4.8 Jumlah Tenaga Kerja Aktual Pelat Zona 1

Didapat dari Gambar 4.9 untuk pekerjaan pelat lantai pada zona 2 sama dengan zona 1, hampir tidak terjadi keterlambatan pada setiap lantai kecuali pada lantai 10 untuk pekerjaan bekisting pelat, hal ini disebabkan karena kontraktor menggunakan wiremesh untuk pembesian pelat lantai. Pembesian menggunakan wiremesh lebih mudah dan lebih cepat pemasangan dapat dilihat dari sedikitnya jumlah tukang besi pada pembesian pelat lantai dan pada setiap lantai zona 1 dan zona 2 untuk pekerjaan pembesian tidak terjadi adanya kerja lembur. Dengan penggunaan wiremesh kontraktor dapat menghidari terjadinya kerja lembur untuk pekerjaan pembesian pelat.

12 7 5 18 7 7 12 8 5

63 70 67

100 2030 4050 6070 8090 100110 120130 140

lantai 11 lantai 12 lantai 15

OH

Pekerjaan Pelat Zona 1

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(13)

Gambar 4.9 Jumlah Tenaga Kerja Aktual Pelat Zona 2

Pada Gambar 4.10 menunjukan bahwa lantai 11 terjadi lembur untuk pekerjaan pembesian dan pada lantai 15 dibutuhkan kerja lembur untuk pekerjaan bekisting dan pembesian. Untuk lantai 11 sendiri terjadi keterlambatan dikarenakan roughter crane mengalami kerusakan sehingga pemindahan material harus menggunakan lift barang dan pada lantai 15 sendiri terjadi keterlambatan karena kurangannya tenaga kerja untuk pekerjaan pembesian dan cuaca yang buruk pada hari itu.

Gambar 4.10 Jumlah Tenaga Kerja Aktual Kolom Zona 1

14 5 4 10 5 5 10 5 5 6 6 5

62 52 52 53

100 2030 4050 6070 8090 100110 120130 140

lantai 10 lantai 11 lantai 12 lantai 15

OH

Pekerjaan Pelat Zona 2

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

18 20 18 25

10 14

5 5 5

74

60

82

100 2030 4050 6070 8090 100110 120130 140

lantai 11 lantai 12 lantai 15

OH

Pekerjaan Kolom Zona 1

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(14)

Pada Gambar 4.11 menunjukan bahwa kolom zona 2 untuk setiap lantai membutuhkan kerja lembur untuk setiap lantainya dikarenakan jarak untuk memindahkan bekisting dan besi yang jaraknya tidak mampu dijangkau oleh roughter crane sedangkan pekerjaan kolom sendiri harus selesai dikerjakan dalam 2 hari kerja. Pada lantai 10, 11, dan 15 hanya dibutuhkan 1 kali kerja lembur sedangkan pada lantai 12 dibutuhkan 2 hari kerja lembur dikarenakan pada pekerjaan kolom lantai 12 kekurangan pekerja untuk pekerjaan bekisitng. Sehinnga untuk lantai 12 pekerja bekerja 3 hari kerja namun kontraktor harus membayar 4 hari kerja.

Gambar 4.11 Jumlah Tenaga Kerja Aktual Kolom Zona 2 4.4 Hasil Analisa dan Pembahasan

Dari data yang didapatkan di lapangan diperoleh rata-rata untuk masing- masing pekerjaan balok, pelat, dan kolom baik zona 1 maupun zona 2. Rata-rata didapatkan dari penjumlahan seluruh pekerja pada lantai 11 sampai dengan 15 untuk zona 1 dan lantai 10 sampai 15 untuk zona 2.

Gambar 4.12 dapat diketahui bahwa jumlah tukang bekisting secara rata-rata kerja normal dan rata-rata kerja lembur melebihi dari standar AHSP 2016, hal ini disebabkan karena pekerjaan bekisting yang terhambat oleh pekerjaan pembesian, sehingga tukang bekisting harus melakukan kerja lembur. Pada pekerjaan bekisting balok tukang bekisting memasang bagian dasar dari balok terlebih dahulu, dilanjutkan oleh tukang besi memasang pembesian balok setelah itu tukang bekisting melanjutkan menutup balok bagian kanan dan kiri. Pada saat tukang besi

2415 1420 2322 16

6 4 8 10 5

42

70 83

54

100 2030 4050 6070 8090 100110 120130 140

lantai 10 lantai 11 lantai 12 lantai 15

OH

Pekerjaan Kolom Zona 2

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(15)

melakukan pemasangan, tukang bekisting hanya dapat menunggu dan tidak dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal.

Pada jumlah tukang besi pada saat rata-rata kerja normal berada di bawah AHSP dengan selisih 21 OH, tetapi kondisi pekerjaan masih belum selesai, maka dari itu kontraktor memilih untuk melakukan pekerjaan lembur. Dengan dilakukan lembur tersebut dapat dilihat bahwa selisih rata-rata kerja lembur berada di bawah AHSP sebanyak 13 OH. Dengan selisih yang hampir mendekati AHSP tersebut kontraktor dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan tepat waktu.

Gambar 4.12 Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Normal dan Lembur dengan AHSP 2016 Pekerjaan Balok zona 1

Gambar 4.13 dapat diketahui jumlah tukang bekisting rata-rata kerja normal balok zona 2 sesuai dengan standar AHSP, namun pada rata-rata kerja lembur berada di atas AHSP yang memiliki selisih 6 OH. Hal ini disebabkan karena dalam pemindahan papan bekesting terhambat oleh material konstruksi yang berada pada zona 1. Pekerjaan bekisting yang mengalami kerja lembur berdampak pada jumlah rata-rata kerja lembur pada pembantu tukang yang melebihi dari standar AHSP sebanyak 5 OH.

Untuk pekerjaan pembesian berjalan dengan baik, tetapi masih dibutuhkan kerja lembur. Rata-rata kerja lembur tukang besi masih di bawah AHSP dengan selisih

20

35

27 35 22

48

5 5 7

92

109 106

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Rata-Rata Kerja Normal Rata-Rata Kerja Lembur AHSP

OH

Pekerjaan Balok Zona 1

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(16)

15 OH dan untuk tukang batu sedikit melebihi banyak dari pada AHSyaitu sebesar 1 OH.

Gambar 4.13 Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Normal dan Lembur dengan AHSP 2016 Pekerjaan Balok zona 2

Gambar 4.14 dapat diketahui bahwa untuk pekerjaan pelat tenaga kerjanya sudah bekerja dengan baik, dapat dilihat dari jumlah tukang besi, tukang batu, dan pembantu tukang yaang tidak berbeda jauh dengan AHSP, sedangkan untuk pekerjaan bekisting jumlah rata-rata kerja normal berada di bawah AHSP dan memiliki selisih mencapai 15 OH dari AHSP, tetapi masih dibutuhkan kerja lembur agar pekerjaan bekisting pelat dapat diselesaikan dengan selisih 13 OH dari AHSP.

14 21

20 23 15

38

5 5 4

65

75 70

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Rata-Rata Kerja Normal Rata-Rata Kerja Lembur AHSP

OH

Pekerjaan Balok Zona 2

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(17)

Gambar 4.14 Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Normal dan Lembur dengan AHSP 2016 Pekerjaan Pelat zona 1

Berbeda dengan zona 1, Gambar 4.15 terlihat bahwa jumlah tenaga kerja pada tukang bekisting, tukang besi, dan tukang batu tidak berselisih jauh, sedangkan pada rata-rata kerja normal pembantu tukang memiliki selisih 10 OH lebih banyak dari pada AHSP dan pekerjaan belum dapat diselesaikan, sehingga dibutuhkan kerja lembur dan dapat diselesiakan dengan selisih sebesar 17 OH. Hal ini disebabkan karena pemindahan wiremesh dari zona 1 ke zona 2, dimana dimensi wiremesh yang besar dengan ukuran 1,2 meter X 2,4 meter menjadi masalah di lapangan. Hal ini juga dipersulit dengan banyaknya material yang berada pada zona 1 seperti scaffolding dan material pendukung lainnya.

12 14

27

6 6 8 6 9 9

60 67 69

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Rata-Rata Kerja Normal Rata-Rata Kerja Lembur AHSP

OH

Pekerjaan Pelat Zona 1

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(18)

Gambar 4.15 Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Normal dan Lembur dengan AHSP 2016 Pekerjaan Pelat zona 2

Gambar 4.16 terlihat bahwa jumlah tukang bekisting rata-rata kerja normal berada di bawah AHSP yang memiliki selisih 2 OH, namun pekerjaan belum dapat terselesaikan. Sehingga kontraktor memilih melakukan pekerjaan lembur yang mengakibatkan jumlah rata-rata kerja lembur berada di atas AHSP sebanyak 3 OH.

Hal ini disebabkan karena pekerjaan bekisting pada kolom menunggu pekerjaan pembesian selesai dan tukang bekisting harus melakukan lembur. Pada rata-rata kerja lembur pembantu tukang melebihi AHSP dikarena dampak dari pekerjaan bekisting, sedangkan pada jumlah rata-rata kerja lembur tukang besi berada di bawah AHSP dengan selisih 32 OH dan untuk tukang batu sama dengan AHSP.

8 10 13

5 5 6 5 4 4

48 55

38

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Rata-Rata Kerja Normal Rata-Rata Kerja Lembur AHSP

OH

Pekerjaan Pelat Zona 2

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(19)

Gambar 4.16 Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Normal dan Lembur dengan AHSP 2016 Pekerjaan Kolom zona 1

Gambar 4.17 dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata kerja normal pada tukang bekisting telah sesuai dengan AHSP, tetapi pekerjaan bekisting tidak dapat selesai dan harus dilakukan kerja lembur. Pekerjaan bekisting mengalami kerja lembur dikarenakan pekerjaan pembesian yang tidak dapat diselesai pada jam kerja normal, hal ini menyebabkan pekerjaan bekisting harus melakukan kerja lembur dan berdampak pada pembantu tukang. Pada jumlah rata-rata kerja lembur tukang besi yang memiliki selisih di bawah AHSP dengan selisih mencapai 14 OH, sedangkan untuk rata-rata pekerja batu diatas AHSP baik kerja normal maupun kerja lembur, hal ini disebabkan karena untuk tukang batu pada lantai 11 sampai dengan 15 berjumlah 5 orang dan tidak ada pengurangan untuk jumlah tukang batu, walaupun volume pekerjaan kolom zona 2 paling kecil.

13 18 15

10 15

47

5 5 5

56

72 68

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Rata-Rata Kerja Normal Rata-Rata Kerja Lembur AHSP

OH

Pekerjaan Kolom Zona 1

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

(20)

Gambar 4.17 Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Normal dan Lembur dengan AHSP 2016 Pekerjaan Kolom zona 2

15 20

12 17 15

31

5 6 3

50

63

52

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Rata-Rata Kerja Normal Rata-Rata Kerja Lembur AHSP

OH

Pekerjaan Kolom Zona 2

Tukang Bekisting Tukang Besi Tukang Batu Pembantu Tukang

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar produksi daging sapi di Indonesia hampir seluruhnya diperoleh dari peternakan rakyat (78%), sisanya dari impor. Pola pemeliharaan ternak di Indonesia didominasi

Karena variabel yang diacu dalam penelitian ini lebih dari 2 (dua) variable, uji Asumsi Klasik dilakukan untuk pertama kali agar diketahui data tersebut memenuhi

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Hari Besar Islam berpengaruh Terhadap Komoditas Utama

ditangani secara lanjut, akan menjadi momok sebuah pneumonia yang menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan

Namun tidak sesuai dalam prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu dalam prinsip tauhid dimana pemberi modal juga mengejar keuntungan dari petani melalui pemotongan hasil panen,

Karakteristik sensor untuk pemantauan SDA di wilayah laut: a) memiliki kanal pada gelombang tampak (biru, hijau dan merah) yang mampu mendeteksi parameter perairan

JMLH SAT 1 Penetapan rasio dosen dan mahasiswa sesuai standar ideal Terealisasi rasio dosen dibanding mahasiswa 1 : 20 1:20 Rasio 2 Meningkatnya penyerapan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi pada sistem tanam legowo di Kelurahan Dusun Besar