1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sustainable Development Goals merupakan suatu perjanjian atau dokumen kesepakatan global yang berisi pembangunan berkelanjutan dalam menghadapi proses pembangunan. Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 pada bulan September 2015 di New York, Amerika Serikat. Sekurangnya 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang mana ikut serta dalam mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan ini. Sustainable Development Goals sendiri akan dilaksanakan pada 2015 sampai 2030.1 Sustainable Development Goaals (SDGs) merupakan suatu kesepakatan pembangunan baru mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.2
SDGs diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau “No- one Left Behind”. SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target dalam rangka melanjutkan upaya dan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) yang berakhir akhir pada tahun 2015 lalu. Semua sasaran yang berkesinambungan, yang berarti kesuksesan dalam satu mempengaruhi keberhasilan bagi yang lain.
Berurusan dengan ancaman perubahan iklim berdampak pada bagaimana
1 United Nations Development Programm, http://www.undp.org/content/undp/en/home/
sustainable-development-goals.html. Akses pada 20 Desember 2019.
2 Sekretariat SDGs Indonesia. http://sdgsindonesia.or.id/. akses pada 12 April 2020
2
mengelola sumber daya alam yang rapuh, mencapai kesetaraan gender atau kesehatan yang lebih baik membantu memberantas kemiskinan, dan mendorong perdamaian dan masyarakat yang inklusif akan mengurangi ketidaksetaraan dan membantu ekonomi menjadi makmur. SGDs sendiri memiliki 4 pilar yaitu pilar lingkungan, pilar ekonomi, pilar sosial dan pilar hukum. 3
Indonesia merupakan salah satu negara yang menyepakati Sustainable Development Goals dan berkomitmen melaksanakan ataupun mengimplementasikan dengan baik program Sustainable Development Goals (SDGs) ini. Berbagai kegiatan dan program telah di terapkan untuk menjadikan langkah-langkah strategis dalam mensukseskan Sustainable Development Goals (SDGs). Agar pelaksanaan dan pencapaian SDGs di Indonesia dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak dan daerah, Indonesia mengatur pada Keputusan Presiden 59 tahun 2017,4 target dan indikator SDGs selaras dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (2015-2019), dari sebanyak 169 target yang ada di SDGs, sekitar 57 persen (96 target SDGs) telah sesuai dengan prioritas pembangunan nasional. Untuk menjamin implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) berjalan dengan baik di Indonesia, pemerintah telah membentuk Sekretariat Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Sekretariat Nasional Sustainable Development Goals (SDGs) bertugas mengkoordinasikan berbagai kegiatan terkait pelaksanaan SDGs di Indonesia.5
3 ibid
4 Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Sustanable Development Goals, https://www.sdg2030indonesia.org/page/5-perpres.
Diakses pada 12 April 2020
5 Badan Pusat Statistik, Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) di Indonesia.
3
Beberapa daerah di Indonesia menginginkan SDGs sendiri menjadi prioritas pembangunan daerah, salah satunya yaitu Banyuwangi. Dalam penerapan SDGs sendiri Banyuwangi mengacu pada peraturan daerah Kabupaten Banyuwangi nomor 7 tahun 2016 tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2016-2021. Kabupaten Banyuwangi sendiri mengembangkan target ketiga dalam SDGs yang dimana salah satu target berbunyi pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis malaria, dan penyakit tropis lainnya, melawan hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan penyakit menular lainnya dan poin ke-enam tentang air bersih dan sanitasi yang dimana salah satu targetnya yaitu pada tahun 2030, meraih akses yang adil dan cukup terhadap sanitasi dan kebersihan untuk semua, serta mengakhiri defekasi terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta mereka yang berada dalam situasi rentan.6
Untuk mewujudkan target tersebut di Banyuwangi pemerintah daerah membuat sebuah inovasi dalam bidang sanitasi yang dimana inovasi ini biasa disebut PUJASERA. PUJASERA adalah kelanjutan program GGJ (Gemari Gunakan Jamban) yang mengacu pada SK yang sama yaitu Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 188/498/KEP/429.011/2013.7 Kedua program tersebut sejatinya memiliki tujuan yang sama, namun GGJ dilaksanakan pada era MDGs sedangkan PUJASERA pada era SDGs. Banyuwangi mengedepankan permasalahan sanitasi karena dari 217 desa hanya 27 desa yang memiliki sanitasi sehat/jamban sehat jadi sangat banyak warga maupun
6 Cities and Local Governments, Tujuan pembangunan berkelanjutan yang perlu diketahui oleh pemerintah daerah.
7 Salinan Keputusan Bupati Banyuwangi NOMOR 188/498/KEP/429.011/2013, http://jdih.banyuwangikab.go.id/dokumen/keputusan_bupati/KEP_NO_498_TH_2013_TTG_TIM _PELAKS._SANITASI_TOTAL_BERBASIS_MASYARAKAT_.pdf. Diakses pada 20 November 2020.
4
wilayah di Banyuwangi belum memiliki jamban yang layak.8 Mungkin semua orang mengidentikkan PUJASERA sebagai makanan, namun PUJASERA diganti arti oleh Pemkab Banyuwangi menjadi sebuah inovasi di bidang kesehatan atau tepatnya sanitasi. Kepanjangan dari PUJASERA sendiri ialah Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman. Kurangnya kesadaran masyarakat dan adanya kebiasaan khususnya di pedesaan buang air besar di daerah aliran sungai. Seperti pedesaan di Kabupaten Banyuwangi yang tak terhindar dari masalah yang bisa dibilang sangatlah klasik.
Sejak diluncurkan tahun 2014, inovasi PUJASERA ini dilakukan di salah satu kecamatan Banyuwangi yakni Kecamatan Cluring lebih tepatnya Puskesmas Tampo. Namun tidak ada desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tampo (salah satu puskesmas yang berada di Kecamatan Cluring) yang ODF (open defecation free). Dimana letak geografis puskesmas Tampo sendiri dibentangi oleh sungai besar dan sungai-sungai kecil. Hal ini menjadi sebuah dukungan kebiasaan masyarakat buang air besar di sungai. 9 Kepemilikan jamban pribadi di setiap warga di sekitar puskesmas tampo ini sangatlah kecil maka akibat buang air besar sembarangan ini menimbulkan berbagai masalah kesehatan maupun lingkungan misalnya air sungai sudah tidak layak dikonsumsi lagi. Menurut data kementrian kesehatan tahun 2014 dari total 8.045 KK hanya 1034 KK yang memiliki jamban.10 Maka dari itu tidak heran masyarakat memiliki kebiasaan BAB sembarangan dan didukung letak geografis lingkungan seperti yang dijelaskan sebelumnya.
8 Tatiek Setyaningsih, Bayu Mitra Adhyatma Kusuma, Mendobrak Keterbatasan Masyarakat:
Mewujudkan Desa ODF Di Kabupaten PUJASERA, IJPA-The Indonesian Journal of Public Administration Volume 2 I Nomor 2 I Nopember 2016.
9 Jaringan Inovasi Pelayanan Publik Jawa Timur,
http://jipp.jatimprov.go.id/?page=database_detail&id=61. Akses pada 22 Desember 2019.
10 Pujasera, http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/daerah/20170524/4121232/pujasera- pergunakan-jamban-sehat-rakyat-aman/. Akses 12 April 2020
5
Dalam permasalahan ini Banyuwangi menjadi daerah yang potensial untuk diteliti dikarenakan melalui inovasi PUJASERA tersebut Banyuwangi telah mendapat beberapa perhargaan di tingkat nasional maupun internasional. Seperti pada tahun 2016 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia mengadakan kompetisi pelayanan publik (SiNovik) dan inovasi PUJASERA ini mampu menembus 99 sampai 35 besar dalam kompetisi tersebut. 11 Pada tahun 2017 inovasi PUJASERA ini juga menjadi salah satu kandidat yang maju ke United Nations Public Service Awards (UNPSA) untuk mewakili Indonesia.12
1.2 Rumusan Masalah
Agar penelitian ini memiliki titik fokus terhadap permasalahan utama yang ingin dijelaskan, maka diperlukan rumusan masalah, dan sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan dari penelitian ini adalah “ Bagaimana penerapan inovasi PUJASERA oleh pemerintah Banyuwangi guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakatnya dalam kerangka SDGs? “
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana inovasi ini dijalankan guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Banyuwangi dalam kerangka SDGs.
11 Kementerian PANRB Tetapkan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2016, 14 Maret 2016.
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/kementerian-panrb-tetapkan-top-99-inovasi- pelayanan-publik-2016. Akses pada 22 Desember 2019..
12 Wawancara penulis dengan Inisiator program PUJASERA sekaligus Kepala UPTD Puskesmas Tampo Banyuwangi, Tatiek Setyaningsih, Banyuwangi, 9 Januari 2020.
6 1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dan wawasan baru terhadap semua orang sehingga dapat menjadi inspirasi bagi penelitian yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kajian Ilmu Hubungan Internasional terkait konsep yang digunakan, dalam hal ini adalah menggunakan konsep innovative governance dan pembangunan berkelanjutan. Innovative governance disini untuk menjelaskan bagaimana pemerintah Banyuwangi menciptakan sebuah inovasi untuk kesejahteraan masyarakat. Sedangkan konsep pembangunan berkelanjutan menjelaskan bagaimana menjadi konsep ini menjadi kerangka dalam inovasi PUJASERA.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penulis juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri.
Penelitian ini secara tidak langsung membuat penulis menjadi lebih memahami mengenai bagaimana pemerintah daerah mendukung kesuksesan SDGs dengan menciptakan sebuah inovasi untuk kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini juga bertujuan agar menambah pemahaman tentang ekologi lingkungan dimana hal ini bisa berkaitan dengan kesehatan.
7 1.5 Penelitian Terdahulus
Penelitian terdahulu bertujuan untuk menganalisa dan menghindari kesamaan dengan peneliti sebelumnya sehingga penulis akan mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dibaca sebelumnya, diantaranya
adalah :
Penelitian pertama, berupa jurnal yang dikerjakan oleh Nelti Erwandari dengan judul Implementasi Sustainable Development Goals (SDG’s) Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Di Provinsi Riau13 dengan menggunakan konsep ketahanan pangan (food security) dan konsep implementasi didapatkan hasil penelitian dimana Pemerintah Riau sadar jika menerapkan SDGs akan berdampak terhadap rakyat Riau, termasuk petani kecil. Riau bekerja sama melalui UNDP & Tanoto Foundation guna membangun sekretariat SDGs di Bappeda pada Mei 2016 yang bertujuan mengumpulkan kemitraan & pemerintah guna tercapainya SDGs.
Pemerintah Riau sendiri memiliki badan atau lembaga tentang ketahanan tingkat provinsi, adapun tujuan dan strategi ada tujuh poin yang harus tercapai namun dalam penelitian ini peneliti memposisikan hanya pada 3 tujuan strategis yang memiliki arah pada peningkatan ketahanan pangan utama yang akan dibahas yaitu beras. Dalam 3 tujuan atau strategi yang ingin dicapai Riau melalui program SDGs, dalam penelitian ini dijelaskan secara rinci bagaimana tahap-tahap ataupun hambatan yang dilalui Pemerintah Riau dalam melaksanakan implementasi ini.
Dalam penelitian ini juga disebutkan awal program ini dilaksanakan tahun 2015
13 Nelti Erwandari, Implementasi Sustainable Development Goals (SDG’s) Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Di Provinsi Riau, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 5, Nomor 3, 2017: 875-888, Universitas Mulawarman.
8
dan berakhir pada tahun 2030. Maka dari itu dalam mengukur beberhasilan pelaksanaan program belum dapat dilihat secara rinci. Beberapa program juga dalam penelitian ini disebutkan yang telah dilaksanakan dan masih perlu peninjauan kembali sehingga dapat tercipta hasil sesuai yang diinginkan.
Penelitian oleh Nelti Erwandari memiliki kemiripan penelitian dari penulis, karena sama-sama membahas berupa program yang dilakukan untuk mencapai sasaran maupun target- target SDGs. Namun yang membedakan penelitian ini yaitu poin dari program tersebut. Dimana penulis mengimplentasikan poin SDGs ke-3 dan ke-6, sedangkan peneliti sebelumnya mengimplementasikan SDGs tentang ketahanan pangan.
Penelitian kedua berupa jurnal yang dikerjakan oleh Roy Eka Pribadi dengan judul Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Papua14 dengan menggunakan konsep konsep implementasi program dan konsep kualitas pendidikan penulis menjelaskan bagaimana keadaan pendidikan di Indonesia yang harus ditingkatkan mulai dari kualitas pendidik, infrastruktur dan bahkan pendanaan dalam pelaksanaan pendidikan. Penulis juga menjelaskan Indonesia termasuk negara paling rendah dalam mengucurkan dana tentang pendidikan dibanding negara- negara tetangga. Pasal 5 (1) UU No. 20/2003 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan bermutu”, dan Pasal 12 (1) menyatakan bahwa “setiap peserta didik berhak memperoleh pendidikan sesuai minat, bakat, dan kemampuanya”. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
14 Roy Eka Pribadi, Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Papua, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 5, Nomor 3, 2017:
917-932, Universitas Mulawarman.
9
dan mendidik peserta didik sesuai dengan kemampuannya, maka penyiapan tenaga pendidik yang profesional tidak perlu ditunda lagi, tetapi perlu.
Penulis juga menjelaskan bagaimana implementasi SDGs di Papua ini dijalankan, adapun program-program yang diterapkan di Papua oleh pemerintah yaitu Program Satu Atap (SATAP), Sarjana Mendidik di daerah terdepan terluar tertinggal (SM3T), program Indonesia mengajar, Program baca, tulis, hitung (Calistung). Penulis juga menjelaskan bagaimana hambatan ataupun kendala selama program ini dijalankan. Penelitian oleh Roy Eka Pribadi memiliki kemiripan penelitian dari penulis, yaitu sama-sama mengimplementasikan tujuan SDGs dan program yang dilakukan untuk mencapain tujuan dan target SDGs.
Namun yang membedakan penelitian ini yaitu fokus poin dari program tersebut.
Dimana penulis mengimplentasikan poin SDGs ke-3 dan ke-6, sedangkan peneliti sebelumnya mengimplementasikan SDGs tentang pendidikan.
Penelitian selanjutnya berupa jurnal yang ditulis oleh Ishartono dan Santoso Tri Raharjo dengan judul Sustainable Development Goals (SDGs) Dan Pengentasan Kemiskinan15 bagaimana penulis disini menjelaskan bagaimana isu kemiskinan menjadi isu yang sangat penting di negara –negara berkembang misalnya aja Indonesia. Dalam SDGs no poverty menjadi prioritas utama dan menjadi poin utama dalam SDGs dan ini membuat seluruh dunia sepakat dalam meniadakan kemiskinan tidak terkecuali Indonesia. Penulis juga menjelaskan bahwasannya Pengentasan kemiskinan akan sangat berhubungan dengan permasalahan lainnya dan sejalan dengan tujuan global lainnya yaitu dunia tanpa
15 Ishartono dan Santoso Tri Raharjo, Sustainable Development Goals (SDGs) Dan Pengentasan Kemiskinan, Social Work Jurnal, Vol, 6, No, 2, Universitas Padjadjaran, hal. 154 – 272.
10
kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pendidikan berkualitas, kesetaraan jender, air bersih dan sanitasi, energi bersih dan terjangkau dan seterusnya. Penulis juga menjelaskan bahwasannya kemiskinan di Indonesia masih menjadi permasalahan yang cukup serius meskipun angka statistik terus menurun. Dalam tulisan ini penulis lebih berfokus bagaimana peran pekerja sosial sangat penting dalam perjalanan suksesnya SDGs. Penelitian oleh Ishartono dan Santoso Tri Raharjo memiliki kemiripan penelitian dari penulis, yaitu sama-sama mengimplementasikan tujuan SDGs dan program yang dilakukan untuk mencapain tujuan dan target SDGs. Namun yang membedakan penelitian ini yaitu fokus poin dari program tersebut. Dimana penulis mengimplentasikan poin SDGs ke-3 dan ke-6, sedangkan peneliti sebelumnya mengimplementasikan SDGs tentang kemiskinan.
Penelitian selanjutnya berupa skripsi yang ditulis oleh Azizah Rahmalia Sari yang berjudul Analisis Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Di Kabupaten Kulon Progo16 dalam penelitian ini penulis bertujuan mengetahui faktor penerapan SDGs di Kulon Progo, adapun penulis menggunakan untuk menjelaskan penelitian ini menggunakan konsep pembangunan ekonomi, pembangunan, kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan. Dalam penelitian ini berfokus pada survey masyarakat untuk mengetahui bagaimana penerapan SDGs ini.
Pada penelitian ini juga menjelaskan bahwasannya Kabupaten Kulon Progo mengimplementasikan 3 poin dalam SDGs yaitu poin ke 1, 3, 10 dan itu telah berhasil dilakukan dan meningkatkan pendapatan masyarakat penerima
16 Azizah Rahmalia Sari, Analisis Implementasi Sustainable Development Goals (SDG`S) Di Kabupaten Klon Progo, Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
11
program. Penulis juga mengukur keberhasilan implementasikan ini dengan menyebarkan data kuesioner. Analisis data yang digunakan penulis menggunakan deskriptif kuantitatif dalam regresi linear berganda disini data yang di dapat dalam penelitian ini diuji kembali melalui uji validitas. Penelitian oleh Azizah Rahmalia Sari memiliki kemiripan penelitian dari penulis, yaitu sama-sama mengimplementasikan tujuan SDGs dan program yang dilakukan untuk mencapain tujuan dan target SDGs.
Ada poin yang sama dalam mengimplemtasikan SDGs yaitu poin ke 3 dan persamaan juga salah satu konsep yaitu SDGs. Namun yang membedakan penelitian ini yaitu fokus poin dari program tersebut. Dimana penulis mengimplentasikan poin SDGs ke- 3 dan ke-6, dan fokus pada sanitasi dan kesehatan sedangkan peneliti sebelumnya mengimplementasikan SDGs fokus pada ekonomi pembangunan.
Penelitian selanjutnya sebuah jurnal yang ditulis oleh Faturachman Alputra Sudirman dengan judul Tinjauan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan:
Pengelolaan Sampah Kota Kendari17 penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiamana implementasi kebijakan pengelolaan sampah melalui konsep implementasi kebijakan oleh Edwards III dan menghubungkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan agenda 2030 SDGs. Dalam teori Edward III dan juga dalam tulisan ini peneliti menjelaskan bagaimana Edward III berpendapat bahwa implementasi kebijakan yang dipengaruhi oleh empat variabel yaitu pada komunikasi, sumber daya, alokasi dan struktur birokrasi. Penulis juga menganalisis keempat aspek tersebut, dan menganalisis hasil, serta tantangan yang dihadapi oleh implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Kendari. Penulis juga menjelaskan bagaimana
17 Faturachman Alputra Sudirman, Tinjauan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan:
Pengelolaan Sampah Kota Kendari, Sospol: Jurnal Sosial Politik Vol 5 No 2 (2019), Universitas Sembilanbelas November Kolaka, Hlm 291-305.
12
kebijakan ini dihubungkan dengan pembangunan berkelanjutan yang tidak lepas dari tiga aspek yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi. Penulis juga menjelaskan bagaimana tantangan dalam menerapkan kebijakan ini dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan data yang dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi.
Penelitian oleh Faturachman Alputra Sudirman memiliki kemiripan penelitian dari penulis, yaitu sama-sama mengimplementasikan tujuan SDGs dan program yang dilakukan untuk mencapain tujuan dan target SDGs. Namun yang membedakan penelitian ini yaitu fokus pada implementasi kebijakan. Dimana penulis mengimplentasikan poin SDGs ke-3 dan ke-6 dan lebih menjelaskan dan fokus bagaimana program dalam penerapan tersebut memiliki dampak kepada masyarakat.
Penelitian selanjutnya yaitu skripsi yang ditulis oleh Sustrisno Absar dengan judul Innovative Governance (Studi Kasus Pengelolaan Dokumen Publik Secara Online Di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Parepare)18 dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dokumen publik online di kota Parepare dan juga untuk menjelaskan cara inovatif dari Pengelolaan dokumen publik online di kota Parepare. Penelitian ini menggunakan konsep governance, konsep inovasi dan innovative governance yang juga juga dimana dalam penelitian ini menjelaskan tentang kriteria best practice sebuah inovasi menurut UN yaitu dampak, kemitraan, keberlanjutan, kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat, kesetaraan gender dan pengecualian sosial serta dalam konteks lokal dan dapat ditransfer dalam penelitian ini juga berfokus dalam best practice menurut UN ini.
18 Sustrisno Absar, Innovative Governance (Studi Kasus Pengelolaan Dokumen Publik Secara Online Di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Parepare), Skripsi. Makassar: Universitas Hassanudin.
13
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif dan melalui pendekatan kualitatif yang mana peneliti melakukan pengumpulan data melalui wawancara, dokumen pribadi, catatan laporan, observasi langsung ke lapangan dan menganalisis dari berbagai bahan tertulis sebagai sumber data utama. Penelitian oleh Sustrisno Absar memiliki kemiripan penelitian dari penulis, yaitu sama-sama menggunakan konsep inovative governance Namun yang membedakan penelitian ini yaitu studi kasus yang diteliti kalau penulis melakukan penelitian tentang inovasi dalam kerangka SDGs, peneliti sebelumnya Pengelolaan Dokumen Publik Secara Online.
Tabel 1.1 Posisi Penelitian No Judul dan Nama
Penelitian
Jenis Penelitian dan Alat Analisa
Hasil Penelitian 1 Jurnal:
Implementasi Sustainable
Development Goals (SDG’s) Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Di Provinsi Riau
Oleh : Nelti Erwandari
- Deskriptif
- Konsep Ketahanan Pangan (Food Security) - Konsep Implementaai
- Ada 7 poin yang ingin dicapai Riau tentang ketahanan pangan namun pada penelitian ini berfokus pada 3 poin saja
- Berbagai program yang dilaksanakan oleh pemerintah Riau diantaranya yaitu desa mandiri benih, inovasi makanan pokok pengganti beras, cetak sawah ,
penyuluhan penyuluhan yang dilakukan ke desa-desa sampai mengeluarkan kebijakan mengenai ketahanan pangan.
2 Implementasi Sustainable
Development Goals (SDGs) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Papua
Oleh : Roy Eka Pribadi
- - Deskriptif
- Konsep Implementasi Program
- Permasalahan di Papua sendiri bukan hanya tentang infrastruktur namun dari tenaga pengajar yang belum berkualitas juga
mempengaruhi.
- Dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Papua sendiri
14 No Judul dan Nama
Penelitian
Jenis Penelitian dan Alat Analisa
Hasil Penelitian
- Konsep Kualitas Pendidikan
terciptanya beberapa program antara lain program Satu Atap (SATAP), program Indonesia mengajar, Program baca, Sarjana Mendidik di daerah terdepan terluar tertinggal (SM3T), tulis, hitung (Calistung)
3 Sustainable
Development Goals (SDGs) Dan Pengentasan Kemiskinan
Oleh: Ishartono dan Santoso Tri Raharjo
- Kemiskinan
- Kemiskinan menjadi isu penting yang sangat klasik bagi dunia, namun
kemiskinan menjadi masalah serius jika tidak ditangani.
- Perkerja sosial memiliki peran yang sangat penting dalam merealisasikan program SDG,s dalam lingkup global maupun nasional.
4 Analisis Implementasi Sustainable
Development Goals (SDG`S) Di
Kabupaten Kulon Progo
Oleh: Azizah Rahmalia Sari
- Kualitatif Kuantitatif
- Pembangunan Ekonomi
- Teori Pembangunan - Kemiskinan
- Pembangunan Berkelanjutan - Konsep SDGs
- Program-program yang terapkan pemerintah Kulon Progo terbukti berhasil.
Dengan adanya peningkatan pendapatan rumah tangga miskin yang menerima program-program yang dilaksanakan.
5 Tinjauan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan:
Pengelolaan Sampah Kota Kendari
Oleh: Faturachman Alputra Sudirman dan Phradiansah
- Deskriptif Kualitatif
- Implementasi Kebijakan - Sustainable Development Goals (SDGs)
- Masalah dalam pengelolaan sampah di Kota Kendari, mendorong Pemerintah Daerah untuk membuat suatu kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan sampah.
Kebijakan terkait dengan pengelolaan sampah berada dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 Kota Kendari.
- Konsep implementasi kebijakan dalam penelitian ini
15 No Judul dan Nama
Penelitian
Jenis Penelitian dan Alat Analisa
Hasil Penelitian
dihubungan dengan pembagunan berkelanjutan yang dimana memiliki berbagai aspek dan alam berbagai aspek tersebut memiki berbagai hambatan..
6 Innovative
Governance (Studi Kasus Pengelolaan Dokumen Publik Secara Online Di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Parepare)
Oleh: Sustrisno Absar
- Deskriptif Kualitatif
- Governance - Inovasi
- Inovasi Governance
- Secara keseluruhan dalam penelitian ini implementasi pengelolaan dokumen publik di Kota Parrepare telah berjalan dengan baik, terlihat dari cara penggunaan kerja online sesuai SOP.
- Mengenai standar inovatif untuk pengelolaan dokumen publik secara online.
Meskipun beberapa standar tidak berfungsi dengan baik, Dinas Komunikasi dan Informatika Parrepare sudah dalam tahap inovatif
1.6 Kerangka Teoritik/ Konsep
1. Innovative Governance
Kata inovasi sendiri mungkin sudah tidak asing ditelinga kita. Inovasi sendiri sebuah langkah perubahan yang dimana bertujuan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik.. Innovation Governance menunjukkan pencarian berkelanjutan untuk paradigma baru untuk menyelesaikan konflik sosial dan memperkuat kerja sama di berbagai sektor dan di antara orang-orang. Singkatnya disini Innovation Governance untuk mencapai keputusan kebijakan yang lebih baik di era yang ditandai dengan kompleksitas dan pemahaman menyeluruh tentang kesejahteraan. Menurut GovInn centre for the study of governance innovation dimana Innovation Governance diartikan sebagai sebuah pencarian
16
berkelanjutan untuk paradigma baru untuk menyelesaikan konflik sosial dan memperkuat kerja sama di berbagai sektor dan di antara orang-orang untuk mencapai kesepakatan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.19
Pemerintah yang inovatif menurut Purwo Santoso seorang dosen dari Universitas Gajah Mada mengatakan bahwasannya innovative governance yang dimana pemerintah itu yang mengelola, memfasilitasi dan meregulerkan pengaplikasian/ penerapan ide inovatif dalam pengelolaan kepentingan publik.
Tidak ada sistem dari elemen pemerintah saja namun juga harus ada dari lapisan masyarakat/rakyat/warga negara. Lebih dari itu, sistem digerakan oleh interaksi antara keduanya. Dengan kata lain, inovasi ini mempertaruhkan kecerdasan atau kreatifitas, hanya saja kecerdasan dan kreatifitas ini adalah wataknya sistem pemerintahan, bukan sekedar wataknya pimpinan.20
Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya dari berbagai pengertian inovasi, inovasi tidak akan jauh dari istilah dan pengertian dari lima hal berikut ini:
1. Pengetahuan baru
Suatu inovasi akan ada sebagai sebuah pengetahuan baru bagi masyarakat dalam sebuah sistem sosial tertentu. Pengetahuan baru ini merupakan faktor penting penentu perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
2. Cara baru
Inovasi merupakan suatu metode baru baik untuk individu atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah tertentu. Metode baru menggantikan metode lama yang diterapkan sebelumnya.
19 Centre for the Study of Governance Innovation (GovInn).
http://governanceinnovation.org/about/. diakses pada 17 Februari 2019
20 Yanza Ahaddin Fahmi, Innovative Governance Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Social Empowerment Pada Pemerintah Kota Batu, Skripsi, Malang: Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang
17 3. Objek baru
Suatu inovasi merupakan sebuah objek baru bagi penggunanya, dalam bentuk fisik ataupun yang tidak berwujud.
4. Teknologi baru
Inovasi juga berkaitan dengan kemajuan teknologi.Kemajuan teknologi telah membawa banyak contoh inovati. Ciri-ciri kemajuan dari sebuah produk teknologi yang inovatif dapat langsung dilihat dari program yang ada pada produk.
5. Penemuan baru
Beberapa inovasi bahkan hampir semua inovasi adalah hasil dari penemuan baru. Inovasi jarang terjadi secara tidak sengaja. Inovasi merupakan hasil dari sebuah proses yang seutuhnya bekerja dengan kesadaran dan pemikiran.21
Dalam innovative governance terdapat kriteria best practice, menurut UN dalam buku Sangkala yang berjudul Innovative Governance: Konsep dan Aplikasi ada beberapa kriteria yaitu: Dampak (Impact), Kemitraan (partnership), Keberlanjutan (sustainability), Kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat (leadership and community empowerment), Kesetaraan Gender dan pengecualian sosial (gender equality and social inclusion), Inovasi dalam konteks lokal dan dapat ditransfer (innovation within local content and transferability).22 Konsep ini menjelaskan bagaimana pemerintahan yang inovatif untuk kesejahteraan masyarakat, disini juga menjelaskan bagaimana pemerintah Banyuwangi
21 ibid
22 Sutrisno Absar, Innovative Governance(Studi Kasus Pengelolaan Dokumen Publik Secara Online
Di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Parepare), Skripsi, Makassar: Universitas Hassanudin.
18
menciptakan sebuah inovasi yang dimana hal itu dilaksanakan pada bidang kesehatan dan sanitasi.
2. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Konsep pembangunan berkelanjutan berkembang di tahun 70-an dan terutama di tahun 80-an abad terakhir. Pendapat dari negara-negara maju untuk meningkatkan kualitas sosial ekonomi dan ekologi/ lingkungan baik keadaan suatu negara berkembang dan juga yang belum berkembang dan mengumpulkan para ilmuwan, ekonom dan humanis dari sepuluh negara di Roma pada tahun 1968 untuk membahas masalah saat ini dan tantangan masa depan umat manusia, perkumpulan itu disebut dengan klub Roma. Klub Roma memperingatkan akan adanya industrialisasi yang berlebihan dan pembangunan ekonomi akan segera melewati batas ekologis/ bisa merusak lingkungan dan bumi ini. Sebenarnya banyak organisasi- organisasi di dunia yang ingin ikut serta dalam menciptakan konsep pembangunan berkelanjutan.23
Sejak PBB didirikan organisasi ini telah aktif di bidang pembangunan berkelanjutan dengan menyelenggarakan berbagai konferensi, mengambil tindakan dan menerbitkan berbagai publikasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), setelah masa MDGs berakhir selanjutnya digantikan oleh SDGs (Sustainable Development Goals). Dalam perkembangan konsep pembangunan berkelanjutan
23 Rudy S. Rivai dan Iwan S. Anugrah, Concept and Implementation of Sustainable Agricultural Development in Indonesia, Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 29 No. 1, Juli 2011 : 13 – 25, hal 14
19
sendiri mengacu pada 3 pilar keberlanjutan yang dimana tiga pilar ini harus memiliki keseimbangan yaitu ekologi, sosial dan ekonomi.
1) Keberlanjutan ekologi bertujuan untuk melindungi lingkungan yang dibutuhkan dalam kegiatan ekonomi dan kualitas kehidupan misalnya menekan peningkatan emisi polutan, perlindungan lingkungan, penggunaan sumber daya yang tidak berlebihan dan hal lainnya.
2) Keberlanjutan Sosial yang berkaitan dengan pemeliharaan masyarakat dan jati diri budaya. Saling menghormati beragam budaya, ras dan agama, memelihara nilai-nilai sosial, aturan, norma dan lainnya.
3) Keberlanjutan ekonomi yang tetap memperhatikan aspek sosial, alam dan manusia yang dibutuhkan untuk standar kehidupan.
Tiga pilar ini memiliki memiliki keseimbangan yang dimana tidak boleh terpisahkan konsep ini sering dikenal dengan konsep Triple bottom line oleh John Elkington.24
Sustainable Development Goals merupakan suatu perjanjian atau dokumen kesepakatan global yang berisi pembangunan berkelanjutan dalam menghadapi proses pembangunan. Pada September 2015, Sidang Umum PBB ke-70 diselenggarakan di New York, Amerika Serikat. Menjadi babak baru dalam perkembangan global. Sekitar 193 kepala negara dan pemerintahan dunia menghadiri pertemuan tersebut dan menyepakati agenda pembangunan universal baru dalam dokumen berjudul "Transforming our world: 2030 Agenda for Sustainable Development", yang berisi 17 tujuan atau target dan 169 sasaran, dan
24 Tomislav Klarin, The Concept of Sustainable Development: From its Beginning to the Contemporary Issues, Zagreb International Review of Economics & Business, Vol. 21, No. 1 2018, University of Zagreb and De Gruyter Open, Hlm 67-94.
20
akan diimplementasikan dari 2016 hingga 2030. Dokumen tersebut biasa disebut dengan istilah Sustainable Development Goals atau SDGs. Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan langkah selanjutnya dalam Millenium Development Goals (MDGs). Millennium Development Goals (MDGs) juga disepakati oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000 dan berakhir tahun 2015.25 Permasalahan kesehatan dan sanitasi menjadi sorotan dalam SDGs pada poin ke 3 dan ke 6. Satu dari tiga orang di dunia saat ini tidak memiliki sanitasi atau jamban yang layak dan menyebabkan kerugian dalam berbagai aspek. Ketersediaan sanitasi yang kurang layak menyebabkan kuman- kuman penyebab penyakit diare yang merupakan penyebab kedua kematian balita tidak terkecuali Indonesia mengalami permasalahan hal itu juga.
Konsep ini menjelaskan bagaimana pembangunan berkelanjutan menjadi kerangka dalam penerapan inovasi PUJASERA , problematika sanitasi dan kesehatan menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua dan perlunya inovasi ataupun solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam konsep ini terdapat tiga aspek penting yaitu sosial, ekologi dan ekonomi. Dalam penerapan inovasi PUJASERA ini terdapat program yang tidak lepas dari tiga aspek tersebut misalnya dalam aspek sosial ada komunitas jamban sehat, dalam ekonomi ada pnpm mandiri yang bekerjasama dengan toko bangunan dalam pemerataan dana dan dalam aspek lingkungan timbulnya kesadaran pemerintah ataupun masyarakat dalam terciptanya inovasi ini agar terpeliharanya kualitas lingkungan sungai.
25 United Nations Development Programme, http://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable- development-goals.html. Akses pada 27 Februari 2019.
21 1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui suatu permasalahan sosial dengan pemaparan dan analisa fenomena dalam kerangka teoritis secara jelas. Penelitian deskriptif dilengkapi dengan data-data dan gambaran jelas mengenai fenomena yang terjadi.
Kelengkapan data serta gambaran fenomena tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber.26 Melalui penelitian deskriptif ini peneliti berusaha menjelaskan dan menggambarkan bagaimana inovasi PUJASERA ini di jalankan dalam meningkatkan kualitas kesehatan yang tidak lepas dari kerangka SDGs secara jelas. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berasal dari buku, media massa, artikel, internet, dan sumber lain yang mendukung hal tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka (library research) dan studi wawancara dimana penulis memperoleh data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada narasumber.
1.7.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif, yaitu menjelaskan dan menganalisis data dengan mendeskripsikan hasil penelitian melalui beberapa data yang berhasil didapat oleh penulis, kemudian mengemukakan hasil dari penelitian tersebut.
26 Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, hal 29
22 1.7.3 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memfokuskan pada tujuan penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup pada PUJASERA ini sebagai inovasi Banyuwangi dalam peningkatan kualitas kesehatan, pada rentan waktu 2014 – 2018. Tahun 2014 merupakan awal mula inovasi PUJASERA dan inovasi tersebut berakhir tahun 2018 yang di tandai dengan Banyuwangi mendeklarasikan diri pada tahun 2019 menyatakan semua wilayahnya ODF. 27
1.8 Argumen Pokok
Kesehatan dan sanitasi menjadi masalah global yang harus diperhatikan maka dari itu kesehatan dan sanitasi menjadi salah satu masalah yang tercantum dalam MDGs dan juga setelah MDG selesai hal itupun harus diselesaikan dalam periode selanjutnya yaitu SDGs. Dalam tingkat nasional pun pemerintah mengimplementasikan program global tersebut ke tingkat nasional maupun daerah daerah di Indonesia, agar selarasan dalam penerapannya pemerintah mencantumkan program tersebut pada Keputusan Presiden 59 tahun 2017, target dan indikator SDGs selaras dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (2015-2019). Dalam tingkat daerah/kabupaten peneliti disini ingin menjelaskan bagaimana penerapan program global dalam tingkat lokal. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat penyelesaian masalah tersebut dalam pemerintah Banyuwangi dengan membuat sebuah Inovasi dalam penyelesaian masalah ini.
Dalam innovative governance pemerintah Banyuwangi membuat inovasi
27 Wawancara penulis dengan Inisiator program PUJASERA sekaligus Kepala UPTD Puskesmas Tampo Banyuwangi, Tatiek Setyaningsih, Banyuwangi, 9 Januari 2020.
23
PUJASERA yaitu Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman. PUJASERA ini sesuai dengan poin ke 3 dan ke 6 SDGs. SDGs sendiri memiliki tiga pilar keberlanjutan yaitu sosial, ekologi dan ekonomi. Dalam penerapan PUJASERA ini tidak terlepas dari tiga pilar tersebut.
1.9 Sistematika Penulisan
Pada penelitian penulis ini akan dijelaskan menjadi beberapa bab. Adapun sederhananya yaitu sistematika pada penulisan penelitian ini kemudian dijabarkan dengan cara berurut sampai dengan bab yang terakhir diantaranya:
Tabel 1.2 Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Penelitian Terdahulu 1.6 Kerangka Teori/ Konsep 1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Metode Penelitian 1.7.2 Teknik Analisa Data 1.7.3 Ruang Lingkup Penelitian 1.8 Argumen Sementara
1.9 Sistematika Penulisan
BAB II
Sanitasi dan Masalah Kesehatan Global 2.1 Masalah Sanitasi di Tingkat Global 2.2 Masalah Sanitasi di Tingkat Nasional
2.3.Masalah Sanitasi di Tingkat Lokal: Kabupaten Banyuwangi
24 BAB III
PUJASERA Sebagai Inovasi dalam Mengatasi Masalah Sanitasi di Indonesia
3.1 Proses Ide PUJASERA di Kabupaten Banyuwangi 3.2 Implementasi Inovasi PUJASERA di Kabupaten Banyuwangi
3.3 Best Practice Program PUJASERA 3.3.1 Dampak (Impact)
3.3.2 Kemitraan (partnership) 3.3.3 Keberlanjutan (sustainability)
3.3.4 Kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat (leadership and community empowerment)
3..5 Kesetaraan Gender dan pengecualian sosial (gender equality and social inclusion)
3.2.6 Inovasi dalam konteks lokal dan dapat ditransfer (innovation within local content and transferability)
3.3 Keberhasilan PUJASERA di tingkat lokal dan global
BAB IV
Penutup 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran