• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF PENGELOLA MALL PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) DI ERA PANDEMI COVID-19 ( STUDI KASUS PSBB & PPKM )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF PENGELOLA MALL PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) DI ERA PANDEMI COVID-19 ( STUDI KASUS PSBB & PPKM )"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF PENGELOLA MALL PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) DI ERA PANDEMI COVID-19

( STUDI KASUS PSBB & PPKM )

PERSUASIVE COMMUNICATION STRATEGY FOR CILILITAN WHOLESALE CENTER MALL MANAGEMENT (PGC) IN THE COVID-19 PANDEMIC ERA

( CASE STUDY PSBB & PPKM )

Adam Bramundito1, Ratih Hasanah Sudradjat, S.Sos.,M.Si.,Ph.D2

Penelitian ini berfokus pada saat adanya PSBB Lockdown, PPKM dan bagaimana komunikasi persuasif yang dilakukan oleh pengelola PGC. Pada saat adanya PSBB Lockdown dan PPKM pengelola PGC melakukan pemberitahuan aturan baru dan perubahan aturan dengan memberikan surat edaran, melakukan kontrol keseluruh Gedung, bertemu langsung dengan tenant, dan melalui media yang dimiliki seperti Instagram dan Facebook. Cara pengelola PGC dalam memberikan informasi selama PSBB Lockdown dan PPKM berlangsung susah sesuai dengan tujun komunikasi persuasif.

Kata Kunci: Komunikasi Persuasif, Covid-19, PSBB, PPKM, Pusat Grosir Cililitan (PGC)

Abstract

This study focuses on the PSBB Lockdown, PPKM and how persuasive communication is carried out by PGC managers. At the time of the PSBB Lockdown and PPKM, the PGC manager made notification of new rules and changes to the rules by providing circulars, controlling the entire building, meeting directly with tenants, and through owned media such as Instagram and Facebook. The way the PGC manager provides information during the PSBB Lockdown and PPKM is difficult according to the purpose of persuasive communication.

Keywords: Communication persuasive, Covid-19, PSBB, PPKM, Pusat Grosir Cililitan (PGC).

1. Pendahuluan

Awal tahun 2020, masyarakat digemparkan dengan kemunculan virus corona yang berasal dari Wuhan. Virus ini kemudian mulai menyebar ke berbagai negara dan Indonesia menjadi salah satu negara yang penyebarannya meluas dengan sangat cepat. Menurut data yang diambil dari official akun Twitter resmi Kemenkes RI, sejak munculnya pertama kali di Indonesia hingga 3 Januari 2022, ada sebanyak 4.263.433 orang yang terinveksi covid-19.

Adanya covid-19 ini, membuat Pemerintah di seluruh dunia harus mengambil sebuah tindakan untuk membatasi penyebaran Covid-19, yaitu memberlakukan Lockdown atau melarang seluruh negara atau kota-kota yang paling terdampak covid untuk memasuki wilayah perbatasan mereka. Hal ini dilakukan agar penyebaran covid-19 dapat di

1Prodi Administrasi Bisnis, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom

2Dosen Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom

adamdito@student.telkomuniversity.ac.id1, ratihhasnah@telkomuniversity.ac.id2

Abstrak

(2)

tekan (Fotiadis et al., 2021). Pemerintah Daerah DKI Jakarta mengeluarkan peraturan Gubernur Nomor 33 tahun 2020 tentang pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada tanggal 10 April 2020 dinyatakan sebagai PSBB pertama di Indonesia. PSBB ini menjadikan kegiatan aktivitas di luar rumah sangat dibatasi, seperti pekerja kantoran menerapkan WHF (Work From Home), kegiatan pendidikan pun dilaksanakan secara online, restoran, mall, dan cafe tutup sementara agar mengurangi penyebaran Covid-19.

Keberadaan covid-19 ini tentunya menjadi masalah serius yang dihadapi terutama oleh Indonesia. Pasalnya tidak hanya sektor kesehatan yang menjadi masalah, namun pada masalah perekonomian juga. Permasalahan perekonomian ini disebabkan oleh penurunan aktivitas ekonomi masyarakat di era pandemi. Penurunan perekonomian ini tentunya berdampak pada sektor-sektor seperti pariwisata, industri, dan perdagangan, maupun pada sektor usaha seperti Mall.

Peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak tanggal 10 april 2020 berdampak pada industri perbelanjaan, salah satu contohnya yaitu penutupan sementara pusat perbelanjaan atau mall. Penutupan pusat perbelanjaan atau mall mengakibatkan penurunan aktifitas masyarakat untuk melakukan pembelian kebutuhan, hal tersebut membuat penurunan penghasilan pada pelaku perdagangan.

Pusat Grosir Cililitan (PGC) merupakan pusat perdagangan dan perbelanjaan terbesar di Jakarta Timur yang berdiri pada 30 April 2004. Sejak Januari 2007, PGC telah menjadi pusat perbelanjaan pertama yang tersambung dengan halte Transjakarta Cililitan. Halte busway bisa diakses melalui tangga dari lantai 2 PGC menuju jembatan penyeberangan yang sudah tersambung dengan tangga.

Kondisi pandemi covid-19 dan kebijakan-kebijakan yang ada seperti PSBB/Lockdown, new normal, PSBB transisi, PPKM, dan PPKM level membuat kondisi perdagangan atau mall sangat tidak stabil. Adanya penutupan mall atau pasar, pembatasan jam operasional, vaksinasi, dan lain-lain membuat terbatasnya aktivitas yang berada di dalam mall. Dalam hal ini, Pusat Grosir Cililitan (PGC) melakukan penutupan sementara mulai 15 April hingga Juni 2020 guna mematuhi peraturan pemerintah dan hanya dapat menyediakan sejumlah tenant yang menjual kebutuhan dasar seperti kategori food & bevereges, bank, dan farmasi melalui layanan pesan antar sedangkan bagi kategori beauty &

health dan entarteiment harus ditutup sementara.

Adanya kebijakan dan peraturan tersebut menyebabkan para tenant mengalami krisis berupa penurunan sales karena keterbatasan waktu dalam menjangkau customer. Hingga membuat sejumlah tenant di Pusat Grosir Cililitan yang terdiri dari kategori food & beverages, beauty & health, dan entertainment memilih untuk tutup. Dilansir dari Okezone.com, Menurut Ellen Hidayat selaku Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DKI Jakarta menjelaskan bahwa ketika suatu bisnis sudah memutuskan untuk tutup, maka akan sulit untuk meningkatkan traffic- nya customer maupun sales-nya (Herman, 2020).

Oleh karena itu, pihak Managemen Pengelola PGC sangat memperhatikan protokol yang harus dilakukan sesuai dengan arahan Pemerintah, seperti mengadakan wajib menggunakan masker; menjaga jarak 1-2 meter; adanya tempat untuk cuci tangan; pembatasan jam operasional; mengadakan vaksinasi gratis; mengadakan praktik PCR dan antigen; dan lain-lain. Dapat dilihat bahwa peran Management Pengelola PGC dalam situasi krisis sangat penting, dikarenakan pada setiap permasalahan yang dialami oleh para tenant akan menjadi tanggungjawab utama dari Management Pengelola PGC sebagai pihak yang memiliki hubungan lebih erat dengan tenant.

Berdasarkan penjelasan terkait diperlukannya peran Management Pengelola PGC pada situasi krisis Covid- 19 di Pusat Grosir Cililitan menjadi suatu pembelajaran yang sangat penting, maka peneliti tertarik untuk meneliti Strategi Komunikasi Persuasif Pengelola Mall Pusat Grosir Cililitan (PGC) di Era Pandemi Covid-19.

2. Tinjauan Pustaka 2.1 Komunikasi Persuasif

Istilah komunikasi berasal dari kata common dalam bahasa inggris atau communis dalam bahasa latin.

Keduanya berarti bersamaan. Berkomunikasi merupakan kegiatan bersama antara dua orang untuk berbagi informasi, ide, keputusan tentang sesuatu. Dalam proses berbagi informasi terdapat tiga unsur pokok, yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Secara umum bisa dipahami bahwa komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan dalam bentuk verbal maupun non-verbal yang disertai pemaknaan terhadap pesan yang dikirim.

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sudaryono (2004:168), komunikasi adalah the transmission of a message from a sender to a receiver via a medium of transmission. Artinya, komunikasi adalah transmisi sebuah pesan dari pengirim ke penerima melalui medium transmisi. Dalam proses komunikasi terdapat beberapa unsur komunikasi yang terlibat, yaitu pengirim pesan (sender), pesan (message), medium atau saluran pesan (channel),

(3)

dan penerima pesan (receiver) yang dalam hal ini adalah konsumen atau pengunjung. Selain itu, hal yang paling penting yang juga harus ada adalah proses umpan balil (feedback).

2.2 Komunikasi Persuasif

Menurut Ronald dan Karl, komunikasi persuasif merupakan suatu proses komunikasi yang padat, dimana individu atau kelompok menunjukan pesan, sengaja atau tidak sengaja dengan cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh suatu respons yang khusus dari individu maupun group (Littlejohn dan Foss, 2009:12).

Secara spesifik pada komunikasi persuasif, maka Burgon dan huffner meringkas beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi komunikasi persuasif sebagai berikut: Pertama, Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. Kedua, Proses Komunikasi yang mengajak dan membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator tanpa adanya unsur paksaan.

Dalam prosesnya, persuasi dapat dilakukan baik secara rasional maupun emosional. Dengan rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek-aspek yang dipengaruhi dapat berupa ide ataupun konsep sehingga dapat berbentuk keyakinan (belief) pada orang lain (Mar’at, 1982).

2.3 Tujuan Komunikasi Persuasif

Tujuan dari komunikasi persuaif adalah perubahan sikap dan pendapat. Menubah pendapat berkaitan dengan aspek kognitif, yaitu yang berkaitan dengan aspek kepercayaan (belief), ide dan konsep. Dalam proses mengubah pendapat, terdapat terjadinya perubahan pemikiran pada diri audiens. Audiens menjadi tahu bahwa pendapatnya keliru dan perlu diperbaiki. Dalm hal ini, intelektual akan menjadi meningkat.

Sedangkan dalam mengubah sikap berkaitan dengan aspek afektif. Aspek ini mencakup dalam kehidupan emosional audiens. Sehingga tujuan komunikasi persuasif dalam perubahan sikap ini adalah menggerakkan hati, menimbulkan perasaan tertentu, menyenangi, dan menyetujui terhadap ide yang dikemukakan.

2.4 Sifat-Sifat Komunikasi Persuasif

Dalam melakukan komunikasi, komunikator harus mengetahui komunikasi apa yang tepat untuk menyampaikannya. Maka, komunikator dapat memilih komunikasi berdasarkan sifatnya, yaitu Pertama, komunikasi verbal yang dimana komunikasi yang digunakan oleh komunikator dengan menggunakan satu kata atau lebih (Mulyana, 2014). Kedua, komunikasi non-verbal yang dimana isyarat yang tidak menggunakan bahasa (Mulyana, 2014). Ketiga, komunikasi tatap muka yang dimana komunikasi yang dilakukan dengan komunikator dan komunikannya bertermu secara langsung (Effendy, 2015). Keempat, komunikasi bermedia yang dimana komunikasi yang dilakukan dengan komunikator dan komunikannya bertermu secara langsung (Effendy, 2015).

2.5 Faktor Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah atau menguatkan sikap dan perilaku sehingga dari pendapat, fakta, dan himbauan motivasi harus membentuk sifat dalam memperkuat tujuan dari komunikasi persuasif. Adapun faktor komunikasi persuasif, yaitu kejelasan tujuan, pemeilihan strategi-strategi komunikasi yang tepat, dan memikirkan cara cermat sasaran komunikasi.

2.6 Komunikasi Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk dan jasa serta nilai antara seseorang dengan yang lainnya (Rahayu, 2017). Komunikasi pemasaran (marketing communication) adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual (Anang, 2020).

Menurut Kotler dan Keller (2012) menyatakan bahwa “Marketing communication are means by which firms attempt to inform, persuade, and remind consumer - directly or indirectly - about the products and brands they sell”. Artinya komunikasi Pemasaran (marketing communication) adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual.

2.7 Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan (Shopping Centre) merupakan tempat perdagangan eceran atau retail yang lokasinya digabung dalam satu bangunan atau komplek. Hal ini dapat dilihat pada definisi pusat perbelanjaan dibawah ini.

Menurut Jeffrey D. Fisher, Robert, Martin dan Paige Mosbaugh, definisi pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih tokoserba ada, toko grosir dan tempat parkir. (1991:121).

(4)

2.8 Pandemi Covid-19

Pandemi merupakan suatu wabah penyakit yang terjadi secara luas di seluruh dunia. Wabah penyakit yang dapat dikatakan sebagai pandemi adalah penyakit menular dan memiliki garis infeksi yang berkelanjutan. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Pandemi merupakan penyebaran penyakit skala global dan terjadi diseluruh dunia. Pandemi memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan dengan epidemi atau keadaan ketika suatu penyakit menyebar dengan cepat di antara banyak orang dan dalam jumlah lebih banyak dibanding yang normal terjadi.

2.9 Covid-19

Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Covid-19 sendiri merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019 (Ilmiyah, 2020 dalam Setiawan Rifqi, 2020).

Covid-19 menunjukkan gejala infeksi saluran pernafasan yang akan memicu munculnya pneumonia (infeksi saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru di paru-paru). Individu yang tidak menggunakan masker, usia tua dan memiliki penyakit lain yang menyertai (hipertensi, diabetes melitus) menjadi individu yang rentan terkena. Gejala awal yaitu panas badan, disertai batuk kering hingga akhirnya jatuh ke dalam keadaan sesak yang lama-kelemaan akhirnya mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau gagal nafas hingga meninggal. Gejalanya begitu cepat tergantung dari tingkat imunitas penderita (Yusufa Ibnu Sina Setiawan, 2020).

2.10 Kerangka Pemikiran

Sumber: Olahan Penulis (2022)

3. Metode Penelitian 3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan cara pandang yang meliputi keyakinan, asumsi, konsep nilai, dan praktik mampu mempengaruhi cara berasumsi dengan cara mempraktikan apa yang diterapkan oleh suatu komunitas tertentu khususnya dalam cara disiplin dan intelektual yang baik (Prof.Dr. Wina Sanjaya, 2017). Pandangan lain mengenai paradigma yaitu kerangka pikir yang umum meliputi teori serta fenomena atau kejadian yang

Covid-19 di Indonesia pada Tahun 2020

Kebijakan Pemerintah mengenai Covid-19: PSBB & PPKM

Penyesuaian Promosi dan Pemasaran Pusat Grosir Cililitan Mengenai Covid-19 dan Penyewaan Kios

STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF PENGELOLA MALL PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) DI ERA PANDEMI

COVID-19 DALAM MEMASARKAN TENANT ( STUDI KASUS PSBB & PPKM )

(5)

memberikan isu pertama, asumsi dasar dan desain penelitian, dengan metode yang mampu menjawab suatu pertenyaan yang logis tentang penelitian (Manzilati, 2017). Maka dari itu keyakinan, asumsi, konsep nilai, dan praktik itu kemudian digunakan oleh peneliti untuk menjawab dan memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang mampu mengetahui pembentukan strategi komunikasi manajemen dan pemasaran yang dilakukan oleh Mall Pusat Grosir Cililitan. Tujuan menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui pengertian secara mendalam mengenai suatu gejala, fakta atau realita.

Metode ini dilakukan secara tersusun yang diawali dari topik yang telah ditentukan, pengumpulan data hingga analisa data, dan terakhir akan diperoleh kesimpulan berupa pemahaman mengenai suatu topik yang didalamnya terdapat isu-isu tertentu (Semiawan, 2010). Dalam penelitian ini, metode penelitian kualitatif digunakan dengan tujuan untuk mengetahui strategi komunikasi manajemen dan pemasaran dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Dalam metode deskriptif kualitatif data yang telah dikumpulkan beupa kata-kata maupun gambar, sehingga data tersebut tidak menekankan pada angka (Sugiyono, 2017). Maka dari itu dalam penelitian ini menggunakan gambar, rekaman dan kata-kata sebagai data, yang kemudian data tersebut diolah, dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan kalimat yang lengkap, teperinci dan mendalam.

3.2 Subject dan Object Penelitian

Subjek penelitian merupakan responden atau informan yang memberikan respon kepada peneliti mengenai data yang dibutuhkan berkaitan dengan permasalahan yang ada (Fitrah & Luthfiyah, 2017). Subjek dari penelitian ini adalah Pak Akub selaku General Manager PGC, Pak Andry Selaku Manager Marketing PGC, Pak Herman Selaku Security PGC, Mas Anis selaku Tenant di PGC, dan Mbak Laura selaku Marketing and Communication Enthusiast.

Objek penelitian adalah sebuah persoalan yang akan diselidiki selama melakukan penelitian (Fitrah &

Luthfiyah, 2017). Berdasarkan pengertian tersebut objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi manajemen dan pemasaran yang dilakukan oleh Mall Pusat Grosir Cililitan selama mengalami pandemic sejak 2020 hingga saat ini.

3.3 Lokasi Penelitian

Berdasarkan objek penelitian yaitu Mall Pusat Grosir Cililitan, penelitian ini dilakukan di Kantor Pengelola Mall Pusat Grosir Cililitan, Jl. Mayjen Sutoyo No.76 Cililitan, Kramat Jati Jakarat Timur sebagai lokasi pengamatan serta pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang mendukung penelitian ini.

3.4 Unit Analisis Data

Unit analisis data yang dijadikan tujuan utama tersebut akan di teliti dengan metode kualitatif. Salah satu hal yang dilakukan oleh peneliti dengan metode kualitatif adalah wawancara.

No. Unit Analisis Deskripsi Sub Unit

1 Di Era Covid PSBB

Mengetahui dampak yang di alami masyarakat dan Mall PGC saat adanya PSBB.

a. Mencari tahu bagaimana masyarakat saat adanya pandemi covid-19

b. Mengetahui bagaimana kondisi Mall PGC dan tenant saat adanya PSBB Lockdown

2 Saat adanya PPKM

Mengetahui dampak yang di alami masyarakat dan Mall PGC saat adanya PPKM.

a. Melihat kondisi yang ada di Mall PGC saat adanya aturan PPKM

b. Mengetahui apa yang dilakukan oleh pihak PGC untuk mmebuat kondisi Mall lebih baik

3 Komunikasi Persuasif yang

dilakukan pihak PGC

Mengetahui bagaimana cara pihak pengelola PGC mengkomunikasikan aturan- aturan PSBB dan PPKM kepada tenant dan customer.

Melihat bagaimana cara pihak pgc berkomunikasi saat PSBB Lockdown dan saat PPKM, baik secara

a. Persuasif Verbal, b. Persuasif Non-Verbal,

c. Persuasif Tatap Muka / secara langsung, d. Persuasif melalui media yang dimiliki.

Sumber: Olahan Penulis (2022) 3.5 Infroman Kunci

Andi Prastwo menjelaskan dalam (Fitrah & Luthfiyah, 2017) bahwa informan memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ingin diketahui peneliti. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel

(6)

yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Informan dari penelitian ini adalah Pak Akub selaku General Manager PGC, Pak Andry Selaku Manager Marketing PGC, Pak Herman Selaku Security PGC, Mas Anis selaku Tenant di PGC, dan Mbak Laura selaku Marketing and Communication Enthusiast

3.6 Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang diperoleh adalah dengan Data Primer yang merupakan suatu data asli yang bersumber langsung oleh peneliti (Sugiyono, 2017). Peneliti menyajikan data dengan cara melakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh tujuan dalam penelitian tersebut dan Data Sekunder merupakan suatu hal yang diperoleh dari sumber secara tidak langsung oleh peneliti data namun data didapatkan melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder sebagai data pendukung.

3.7 Teknik Analisis Data

Bogdan dalam (Sugiyono, 2017) mengatakan bahwa analisis data merupakan proses menganalisa suatu permasalahan dengan cara menyusun sistematis data secara detail untuk memperoleh hasil wawancara yang komprehensif sehingga dapat dipahami oleh bayak orang dan dapat diinformasikan kepada orang lain sebagai bentuk hasil penelitian yang baik. Setelah peneliti memperoleh data dari kegiatan penelitian, akan dilakukan penganalisisan data dengan menggunakan teknik analisis interaktif oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2017).

3.8 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan untuk mendapatkan validitas penelitian. Teknik triangulasi adalah verifikasi data dari berbagai sumber melalui berbagai cara dan waktu (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data dimana penulis ingin membandingkan hasil data yang telah didapat dari berbagai informan. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan kesamaan data dari berbagai informan sehingga dapat ditarik kesimpulan data yang tepat dan dapat dipercaya. Proses teknik triangulasi sumber data ini meliputi pengumpulan data melalui wawancara dengan informan-informan dari pihak Diskominfosanditik. Lalu wawancara dengan informan pendukung yaitu admin sosial media Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik dan informan ahli yang merupakan konsultan yang paham mengenai branding. Dan nantinya data- data yang telah terkumpul kemudian dibandingkan serta dicocokan dari setiap pointpoint yang ada di unit analisis data sehingga menghasilkan data yang valid.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Informan

Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan observasi. Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul, peneliti melakukan analisis data untuk memastikah bahwa data yang didapatkan sudah menjawabsemua permasalahan dalam penelitian. Sebelum pada hasil penelitian, adapun informasi mengenai informan sebagai berikut:

Bapak Akub Sudarsa selaku General Manager Pusat Grosir Cililitan (PGC). Pak Akub memiliki pengetahuan dan tanggung jawab mengenai pengelolaan PGC terutama pada saat pandemi covid-19 sehingga data yang di dapatkan dapat mencakup seluruh informasi yang di butuhkan dan sangat relevan.

Bapak Andry Cahaya selaku Manager Marketing. Pak Andry memiliki pengetahuan dan tanggung jawab mengenai pemasaran atau marketing dari kios yang ada di PGC sehingga informasi yang dibutuhkan mengenai tenant saat pandemi covid-19 bisa didapatkan dengan sangat relevan.

Bapak Herman selaku security di Mall Pusat Grosir Cililitan. Pak Herman memiliki pengetahuan dalam pelaksaan ketertiban di Pusat Grosir Cililitan terutama saat awal munculnya pandemi covid-19 hingga saat ini.

Ketertiban yang dimulai dari pengaturan suhu badan hingga scan barcode peduli lindungi.

Mas Anis selaku salah satu tenant yang ada di Pusat Grosir Cililitan yang berjualan dibidang food and baverage yang sudah lama membuka usahanya di PGC dan mengetahui keadaan saat adanya covid-19 terutama saat PSBB Lockdown dan PPKM, dimulai dari tutupnya keseluruhan Gedung, diperbolehkannya buka namun tidak boleh makan di tempat, hingga saat ini diperbolehkannya buka sepenuhnya.

Informan ahli di dalam penelitian ini adalah Mbak Laura selaku Marketing and Communication Enthusiast.

Alasan dari peneliti memilih Mbak Laura karena Mbak Laura merupakan lulusan komunikasi dan bekerja di bidang marketing dan komunikasi sehingga Mbak Laura dapat memahami komunikasi secara keseluruhan dan terutama dalam komunikasi yang dilakukan oleh pihak PGC selama PSBB dan PPKM.

(7)

4.2 Hasil Wawancara

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai strategi komunikasi persuasif pengelola mall Pusat Grosisr Cililitan (PGC) di era pandemi covid-19 (studi kasus PSBB & PPKM), peneliti akan memaparkan hasil temuan berdasarkan data yang diperoleh dari data wawancara. Penjabaran hasil wawancara dibagi menjadi empat bagian sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif. Berikut hasil penelitiannya:

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan maupun tulisan. Langkah awal, peneliti bertanya kepada Bapak Akub selaku General Manager PGC menegenai tahap awal yang dilakukan oleh Pengelola Pusat Grosir Cililitan (PGC) saat adanya pandemi di masa PSBB dan PPKM.

”Pada saat awal adanya covid-19, mall PGC masih buka seperti biasanya, sebelum adanya larangan untuk mall buka. Saat bulan April 2020, diadakannya PSBB lockdown dan membuat mall PGC harus mengikuti aturan yang ada, baik mall dan kantor pengelola. Mall PGC dan kantor pengelola melakukan Lockdown dengan menutup gedung secara kesluruhan, namun pengelola tetap melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin. Pengelola PGC melakukan pemeberitahuan mengenai tutupnya mall pgc melalui surat yang di edarkan kepada tenant dalam rangka mematuhui aturan pemerintah dalam menangani covid- 19, memberitahukan secara langsung, dan juga melalui media social yang dimiliki oleh PGC yaitu Instagram dan facebook. Dikarenakan lamanya mall harus tutup, pengelola PGC membuat keringanan akan pembayaran service charge bagi para tenant.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya pemerintah memperbolehkan untuk bisnis food and baverage buka namun tidak diperbolehkan untuk makan di tempat, hanya untuk delivery dan take away.

Selain itu, pengelola PGC juga memperbolehkan tenant untuk loading barang, baik ingin mengambil atau memasukkan barang untuk usaha fashion. Dengan semakin banyaknya keringanan aturan dari pemerintah untuk bisnis umkm, pengelola PGC juga terus update selama 2 minggu sekali kepada tenant dan pengunjung, pemberitahuan ini tetap dilakukan dengan pemberian surat edaran, secara langsung, dan melalui media social yang dimiliki. Update yang dilakukan oleh pengelola seperti diperbolehkannya pengunjung datang namun maksimal hanya 50%-80%, wajib menggunakan masker, wajib melakukan cek suhu sebelum masuk kedalam Gedung, dan wajib menggunakan handsinitizer atau mencuci tangan di tempat yang sudah di sediakan. Selain itu pihak pengelola juga menempelkan aturan-aturan yang harus di lakukan oleh pengunjung, seperti berjaga jarak, pengaturan lift hanya untuk 5 orang dan wajib berdiri di tempat yang sesuai, dan wajib menggunakan masker.

Pada saat adanya PPKM, hal yang sama dilakukan oleh pihak PGC, yaitu menutup Gedung PGC kecuali untuk usaha dibilang food and baverage dan kantor pengelola hanya 50% yang melakukan work from office. Pemberitahuan tetap dilakukan oleh PGC dengan pemberian surat edaran dan melalui social media yang di miliki. Aturan untuk pengunjung pun juga menyesuaikan aturan, seperti wajib menggunakan masker, cek suhu badan, sudah vaksin 1&2 dengan di ceknya sertifikat vaksin dan sekarang menggunakan barcode peduli lindungi. Pada saat PPKM, PGC diperbolehkan untuk buka sepenuhnya dengan syarat adanya sentra vaksin mini, yang akhirnya dilakukan di lobby utama PGC selama kurang lebih 2 bulan.”

Adapun pernyataan dari Pak Andry selaku manager marketing yang sering berkomunikasi dengan tenang-tenant yang ada di PGC.

“Pada saat adanya covid-19, PGC menutup mall dan kantor pengelola sesuai dengan aturan pemerintah karena adanya PSBB Lockdown. Pengelola PGC melakukan penyebaran surat edaran kepada tenant untuk memberitahu bahwa PGC harus menutup gedung sementara sesuai dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Kegiatan dalam pemasaran kios yang ada di PGC pun harus terhenti sementara. Adapun tenant-tenant yang mengkhawatirkan akan berjalannya bisnis mereka karena harus menutup toko dengan waktu yang tidak ditentukan. Adapun juga tenant yang menceritakan keresahannya dengan harus tetap membayar service charge walaupun toko dalam keadaan tutup sehingga pengelola juga membuat keringanan akan hal tersebut dengan memberikan diskon selama PSBB Lockdown. Karena adanya PSBB Lockdown dan sulitnya kembali berjualan normal, pemasukan dan pengeluaran yang tidak seimbang, banyaknya tenant yang harus menutup tokonya sehingga membuat banyak toko yang tersegel dan kosong.

(8)

Adapun saat adanya PPKM, Gedung PGC harus tutup kembali yang juga mengembalikan keresahan tenant akan usaha yang mereka jalani. Namun pihak PGC cepat dalam menanggapi hal ini, dengan mengikuti syarat yang dimiliki untuk bisa buka Gedung secara keseluruhan. Pihak PGC mengadakan sentra vaksin mini yang dimana juga dapat sebagai pemasaran untuk menarik pengunjung datang ke PGC yang tidak hanya untuk vaksin, namun untuk berbelanja atau lain sebagainya.”

Selain itu, adapun penjelasan dari Pak Herman selaku security Pusat Grosir Cililitan yang terjun langsung dalam pemberlakuan aturan yang dijalani oleh PGC, baik kepada tenant maupun kepada pengunjung yang ada, sebagai berikut.

“Saat adanya aturan dari pemerintah mengenai PSBB Lockdown yang mengharuskan mall dan kantor PGC tutup, PGC mematuhi aturan tersebut. Namun dengan seiring berjalannya waktu, diberi keringanan untuk usaha food and baverage yang diperbolehkan buka namun untuk di take away atau delivery. Orang- orang yang masuk dan keluar dari Gedung PGC sangat dibatasi dan sangat diperhatikan protokol kesehatan yang dilakukannya, yaitu cek suhu badan, menggunakan masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun. Aturan dari protokol tersebut juga di tempel di beberapa tempat sebagai pengingat bagi pengunjung yang datang. Selain itu, pihak PGC rutin dalam melakukan menyemprotkan disinfektan di seluruh lantai Gedung. Setelah diperbolehkannya buka bagi usaha dibidang fashion, pihak PGC memberikan lambang-lambang pembatasan bagi pengunjung, salah satunya di lift pengunjung yang hanya diperbolehkan 5 orang yang masuk di dalamnya dengan berat yang terbatas juga sehingga jaga jarak juga masih diterapkan.

Aturan yan dijalankan oleh PGC berbeda pada saat adanya aturan PPKM, pengunjung diwajibkan sudah memiliki sertifikat vaksin covid-19 dan juga melakukan scan barcode pada aplikasi peduli lindungi, namun protokol kesehatan lainnya juga tetap dilakukan, seperti cek suhu badan dan menggunakan masker.”

Mas Anis selaku salah satu tenant yang ada di PGC dengan bidang usaha F&B memberikan penyataan yang sesuai dengan Pak Akub, Pak Andry, dan Pak Herman dalam pemberian informasi yang dilakukan oleh pihak PGC.

“Pihak PGC selalu menjalankan aturan-aturan selama adanya covid-19 sesuai dengan aturan yang diberikan oleh pemerintah, seperti menutup mall PGC secara keseluruhan dan menerapkan protokol kesehatan. Informasi pemberitahuan mengenai aturan yang dijalankan oleh pihak PGC diberitahukaan kepada tenant-tenant melalui surat edaran yang diberikan dan melalui media social yang dimiliki. Pihak PGC juga selalu memberikan update atas aturan-aturan yang di jalani, seperti jam operasional, pembatasan pengunjung, dan wajib mematuhi protokol kesehatan. Selain melakukan pemberitahuan melalui surat edaran dan social media, pihak PGC juga memberikan pemberitahuan mengenai aturan dan protokol kesehatan dengan menempelkan flyer dan poster, seperti memakai masker, mencuci tangan, menggunakan handsinitizer, berjaga jarak baik di dalam Gedung maupun di dalam lift, dan lain sebagainya.”

Berdasarkan pernyataan dari Pak Akub, Pak Andry, dan Pak Herman yang juga di dukung oleh Mas Anis, komunikasi persuasif verbal yang dilakukan oleh pihak PGC adalah dengan melakukan pemberitahuan tertulis kepada tenant yaitu dengan memberikan surat edaran mengenai penyesuaian aturan-aturan yang dijalankan oleh PGC dengan aturan yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu, pihak PGC juga memberikan penjelasan secara langsung kepada tenant yang datang ke kantor pengelola, juga memberikan pemberitahuan kepada pengunjung melalui social media yang dimiliki oleh PGC, yaitu Instagram, dan menempelkan informasi mengenai protokol kesehatan seperti flyer dan poster agar pengunjung dapat mematuhi aturan tersebut selama mengunjungi PGC.

b. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal merupakan tindakan seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyampaikan informasi atau melakukan komunikasi. Peneliti kemudian bertanya kepada Pak Akub selaku General Manager PGC mengenai bagaimana komunikasi non-verbal yang dilakukan oleh PGC dalam menyampaikan pesan agar dapat di terima dengan baik.

(9)

”Dalam menunjang aturan-aturan yang diterapkan oleh pihak PGC baik saat PSBB ataupun PPKM, dari pihak PGC baik karyawan kantor maupun tenant harus dapat saling memberikan contoh baik ke sesame ataupun ke pengunjung agar tetap mematuhi protokol kesehatan yang wajib di jalani, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, tidak memaksakan kapasitas lift, suhu badan tidak lebih dari 37 derajat, dan wajib sudah di vaksin 1 atau 2 ataupun booster dengan scan barcode pada peduli lindungi. Selain itu, dari pihak PGC juga selalu ada yang berkeliling baik security maupun petugas lapangan PGC untuk melihat apakah ada yang makan di tempat atau tidak saat adanya PSBB, adanya yang berkerumun, penggunaan masker yang baik, dan lain sebagainya.”

Adapun tanggapan dari Pak Andry yang mendukung akan komunikasi persuasive secara non-verbal yang dilakukan selaku Manager Marketing PGC sebagai berikut.

“Untuk men-support aturan yang dilakukan ada baiknya kita saling memberikan contoh. Saya dan tim marketing yang sering bertemu dengan tenant PGC maupun calon tenant, berusaha untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada karena hal tersebut baik untuk kita masing-masing dan untuk orang lain. Saya mewajibkan diri saya dan tim untuk menggunakan masker, membawa handsinitizer, mengecek kesehatan tubuh, dan melakukan vaksin sesuai dosis yang ditentukan. Hal-hal tersebut merupakan komunikasi yang secara tidak langsung dapat di contoh orang lain yang mungkin masih banyak yang lalai di luar sana agar tetap memperhatikan kesehatan dan aturan yang ada.”

Selain itu, Pak Herman selaku security memberikan pernyataan yang mendukung pernyataan yang diberikan oleh Pak Akub dan Pak Andry sebagai berikut.

“karena komunikasi tidak hanya tertulis dan lisan saja, ada baiknya kita sebagai yang sering bertemu orang dalam PGC maupun luar PGC dan sebagai penegak dari aturan yang ada untuk memberikan contoh yang baik. Menggunakan masker, tidak berkurumun, dan mengingatkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan, cek suhu badan, dan scan barcode peduli lindungi. Selain itu, kami juga mengontrol keseluruhan spot untuk memastikan tidak adanya yang berkerumun, duduk sesuai dengan batas yang ada, tidak melepaskan masker sembarangan kecuali sedang makan atau minum, dan menggunakan lift ataupun escalator sesuai dengan tanda yang sudah diberikan.”

Mas Anis selaku salah satu tenant yang ada di PGC juga memberikan pernyataan sebagai berikut.

“Saat adanya covid-19, pihak PGC memberikan aturan-aturan yang sesuai dengan aturan pemerintah.

Sebagai salah satu tenant di PGC, saya dan tim mematuhi aturan-aturan tersebut karena aturan tersebut juga baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, dengan kita mematuhi aturan yang ada, kita dapat memberikan contoh kepada pelanggan yang datang untuk tetap melakukan hal yang sama baik di dalam Gedung maupun diluar Gedung, dan juga dengan kita bersama-sama mematuhi aturan yang ada, kita secara tidak langsung membantu membaikkan kondisi covid-19 untuk kembali normal.”

c. Komunikasi Tatap Muka

Komunikasi tatap muka merupakan komunikasi yang dilakukan baik komunikator maupun komunikannya bertemu secara langsung. Peneliti menanyakan kepada Pak Akub selaku General Manger PGC.

“Dalam pemberian informasi mengenai tutup atau bukanya pgc dan aturan-aturan lainnya, tidak hanya dilakukan dengan tulisan, banyak tenant yang bertanya langsung kepada kita selaku pengelola dari PGC untuk memastikan yang akan dilakukan oleh PGC dalam menangani atau menjalankan aturan yang diberikan oleh pemerintah. Tidak sedikit tenant-tenant yang datang langsung ke kantor pengelola ini untuk memastikannya. Hal-hal yang ditanya oleh para tenant biasanya mengenai jam operasional, keringanan akan buka dan tutupnya mall, dan juga menganai service charge yang harus tetap mereka bayarkan walaupun mereka tidak membuka toko selama PSBB dan juga PPKM.”

(10)

Selain itu, adapun tanggapan dari Pak Andry selaku Manager Marketing yang memiliki tim yang bertemu langsung dengan para tenant dan calon tenant.

“Benar apabila Pak Akub menyatakan bahwa tidak sedikit tenant yang datang langsung ke kantor pengelola untuk menanyakan langsung terkait aturan-aturan yang ada di PGC dalam menjalankan aturan yang diberikan atau ditentukan oleh pemerintah. Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa tidak sedikit tenant yang khawatir dengan bisnisnya selama adanya guncangan covid-19 beserta dengan aturan dari pemerintah. Banyak yang menanyakan kepastian sampai kapan aturanjam operasional yang terbatas ini dijalankan, sampai kapan harus terbatasnya pengunjung, dan menanyakan jumlah service charge yang harus dibayarkan tanpa adanya pemasukan. Hal-hal tersebut dapat lebih jelas apabila disampaikan secara langsung agar tidak menimbulkan keresahan yang lama dan tidak adanya salah paham.”

Adapun tanggapan dari Pak Herman mengenai banyaknya tenant yang datang ke kantor pengelola.

“Saat adanya pemberitahuan bahwa Gedung atau mall PGC akan tutup sementara karena adanya aturan dari pemerintah saat adanya PSBB dan PPKM, banyak tenant-tenant yang datang untuk menanyakan kejelasan dan menyampaikan ke khawatiran mereka akan berjalannya bisnis yang mereka miliki.”

Salah satu tenant yaitu Mas Anis yang juga datang ke kantor pengelola untuk menanyakan bagaimana pelaksanaan tutup dan bukanya mall karena pasti akan berpengaruh ke usaha yang dimilikinya.

“Saat adanya surat edaran yang diberikan oleh pihak pengelola, saya langsung datang ke kantor pengelola untuk menanyakan terkait tutup sementaranya saat PSBB dan PPKM. Namun, dengan seiring berjalannya waktu pihak PGC pun cepat dalam memberikan informasi update dari kebijakan yang dijalaninya, seperti F&B yang masih bisa tetap beroperasional walaupun hanya untuk delivery dan take away.”

d. Komunikasi Bermedia

Komunikasi bermedia merupakan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran atau jaringan untuk memberikan informasi yang ingin disampaikan. Peneliti menanyakan hal ini kepada Pak Akub, apakah ada informasi yang diberikan melalui media yang dimiliki oleh PGC.

“Ya, pihak PGC atau pengelola PGC memiliki akun social media untuk memberikan segala informasi yang dimiliki, seperti buka tutup semestara saat PSBB dan PPKM, jam operasional selama pandemi, adanya vaksinasi yang diadakan di PGC, adanya test rapid antigen dan swab test, adanya promo yang diadakan di PGC, adanya PGC terpadu, dan lain-lain. Social media yang dimiliki PGC sangat update akan hal-hal tersebut dan juga mengenai kondisi PGC saat ramai atau saat adanya acara yang dilakukan oleh PGC.”

Adapun tambahan dari Pak Andry mengenai komunikasi melalui media yang dilakukan oleh pihak PGC.

“Social media yang dimiliki oleh pihak PGC sangat update ya akan informasi-informasi yang dimiliki, seperti saat 2 minggu sekali adanya tutup saat PSBB Lockdown, bukanya PGC dan adanya sentra vaksin mini saat PPKM, adanya promosi yang diadakan, adanya acara yang diadakan oleh PGC, adanya perubahan jam operasional, dan lain-lain. Dari pihak marketingpun saat ini sedang mencoba untuk aktif pemasaran dalam Instagram untuk kios-kios yang belum terisi agar memudahkan dalam menyebarluaskan informasi.”

Mas Anis selaku salah satu tenant yang ada di PGC ikut dalam mendukung pernyataan dari Pak Akub dan Pak Andry.

(11)

“Bagian dari promosi PGC sangat aktif dalam memberikan semua informasi yang PGC jalani. Adanya vaksinasi 1&2, adanya vaksin booster, adanya PGC terpadu, dan acara-acara yang di jalani, tidak lupa juga dengan jam operasional yang dijalani oleh PGC, dan promo-promo yang ada di PGC, juga termasuk adanya tenant baru yang ada di PGC.”

Dari adanya tujuan komunikasi persuasif, seperti verbal, non-verbal, tatap muka, dan bermedia, peneliti menanyakan pendapat Mbak Laura selaku Marketing and Communication Enthusiast dalam komunikasi yang dilakukan oleh pihak pengelola PGC dalam memberikan informasi saat adanya PSBB Lockdown dan PPKM. Berikut pernyataan dari Mbak Laura.

“Komunikasi Persuasif ada beberapa macam tujuan ya, seperti secara verbal atau tulisan dan lisan, secara non-verbal atau tindakan yang dilakukan, secara tatap muka atau komunikan dan komunikator yang bertemu secara langsung, dan secara bermedia atau melalui social media yang dimiliki. Seperti pernyataan- pernyataan yang telah diberikan oleh pihak PGC baik dari Bapak Akub, Bapak Andry, Bapak Herman, dan Mas Anis bahwa pihak PGC sudah melakukan semua tujuan dari komunikasi persuasif yang ada. Pihak PGC memberikan informasi secara tertulis dengan adanya edaran akan aturan-aturan yang di jalani tentang tutup sementara dan jam operasional kepada tenant-tenant yang ada di PGC. Pihak PGC juga memberikan informasi secara tindakan dengan melakukan kontrol keseluruh Gedung akan protokol kesehatan yang wajib dipatuhi, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan berjaga jarak. Pihak PGC juga melakukan tatap muka apabila ada tenant yang datang untuk bertanya langsung mengenai aturan-aturan yang di jalaninya, dan pihak PGC juga melakukan pemberian informasi melalui media social yang dimiliki, yaitu melalui Instagram dan Facebook yang dimiliki dan terlihat sangat update di dalamnya.

Komunikasi yang dilakukan oleh pihak PGC dapat dikatakan sudah sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif yang seharusnya.”

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sejak Maret 2020, corona telah mewabah di Indonesia, pemerintah membuat berbagai istilah kebijakan dalam rangka menangani covid-19. Sejak April 2020, pemerintah telah menggunakan beberapa istilah yang berbeda. Istilah kebijakan yang digunakan oleh pemerintah diantaranya, yaitu pembatasan sosial berskala besar (PSBB), new normal, pembatasan sosial berskala besar transisi (PSBB transisi), pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), dan adapun PPKM level. Mulai dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berlaku April 2020 hingga yang terbaru pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berlaku pada Juli 2021.

Berlaku sejak April hingga Juni 2020. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ini merupakan strategi kebijakan penanganan yang diupayakan pada awal pandemi. Mekanisme dari kebijakan ini, pemerintah mengusulkan untuk meliburkan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lain yang merupakan pertahanan dan keamanan dari berkurangnya penyebaran wabah covid-19 serta hanya sektor esensial yang diperbolehkan untuk beroperasi penuh. Adapun kebijakan lainnya adalah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diberlakukan karena terus meningkatnya kasus covid-19 pasca lebaran 2021, dan kebijakan ini berlaku hingga Juli 2021. Kedua kebijakan ini, PSBB dan PPKM merupakan kebijakan yang sangat membawa dampak bagi para UMKM ataupun perusahaan-perusahaan.

Pusat Grosir Cililitan (PGC) merupakan Mall atau pusat perbelanjaan yang mengalami dampak dari adanya Covid-19 dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, baik untuk tenant yang ada maupun untuk perusahaan.

Sejak adanya pandemic covid-19, terdapat pembatasan pengunjung mall mulai dari 30% sampai dengan 50%.

Pemerintah pusat memperbolehkan mall dibuka kembali, namun dengan adanya peraturan gubernur atau pergub yang harus di jalankan, yakni pembatasan jumlah pengunjung, adanya protokol kesehatan yang harus dilakukan seperti menggunakan masker, adanya tempat cuci tangan, adanya pemeriksaan suhu badan, hingga diwajibkannya sudah vaksin atau dengan scan barcode peduli lindungi.

Bapak Akub yang merupakan General Manager dari PT Prima Graha Citra selaku Pengelola dari Mall Pusat Grosir Cililitan (PGC), mengatakan bahwa Pusat Grosir Cililitan selalu mengikuti peraturan atau kebijakan yang diberikan oleh pemerintah, baik untuk tenant maupun untuk perusahaan. Adapun perbedaan kebijakan-kebijakan yang di berikan oleh pemerintah pada saat PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), diantaranya

(12)

Gambar 4.1 Perbedaan PSBB dan PPKM (Sumber: Indoensiabaik.id)

Perbedaan kebijakan PSBB dan PPKM terdapat dalam beberapa poin. Dari sisi regulasi, PPKM tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2021 kepada seluruh kepala daerah di Jawa dan Bali.

PPKM menyasar pada pembatasan kegiatan masyarakat secara terbatas berbasis pada kota dan kabupaten.

Sedangkan, PSBB sendiri secara jelas sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 yang merujuk ke UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan dengan kriteria jumlah kasus atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat serta ada kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain.

Pelaksanaan PPKM terdiri dari beberapa poin, seperti membatasi perkantoran dengan menerapkan kerja dari rumah (work from home/WFH) sebesar 75 persen dan kerja di kantor (work from office/WFO) sebesar 25 persen. Kemudian, melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara dalam jaringan (online). Restoran makan atau minum di tempat hanya diperbolehkan sebesar 25 persen. Pembatasan jam operasional untuk pusat perbelanjaan atau mal sampai dengan pukul 19.00 WIB. Pada PSBB sendiri, bersifat lebih ketat karena terdapat beberapa kegiatan yang dibatasi. Meliputi, liburnya sekolah dan tempat kerja, menghentikan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, hingga pembatasan moda transportasi.

Dengan adanya kebijakan-kebijakan baik PSBB maupun PPKM, Mall Pusat Grosir Cililitan (PGC) dan PT Prima Graha Citra ikut menjalankan kebijakan sesuai dengan regulasi yang ada. Menutup Mall secara keseluruhan dan hanya sektor esensial yang boleh beroperasional dan dengan jam operasional yang terbatas.

Kantor PT Prima Graha Citra juga menerapkan kerja dari rumah (Work Form Home/WFH) sesuai dengan regulasi yang ada.

Gambar 4.2 Poster Tutupnya Mall PGC (Sumber: Instagram PGC)

Dengan adanya kebijakan yang ditujukan untuk menahan atau mencegah penularan covid-19, membawa dampak bagi para tenant Mall Pusat Grosir Cililitan dan PT Prima Graha Citra. Tenant di Pusat Grosir Cililitan (PGC) harus menutup tokonya sesuai dengan regulasi dari pemerintah dan para tenant tetap harus membayar

(13)

sevice charge setiap bulannya. Dengan di tutupnya operasional Mall PGC, membuat tenant service hp yang membuka jasanya di pinggir jalan tepat di depan Mall PGC untuk tetap memiliki pendapatan. Oleh karena itu, PT Prima Graha Citra memberikan keringanan kepada para tenant dalam membayar service charge, yaitu dengan memberikan diskon sebesar 20%-25%.

Gambar 4.3 Tenant membuka jasa service hp (Sumber: Instagram PGC)

Adapun bagi PT Prima Graha Citra yang harus menerapkan kerja dari rumah (Work From Home) dan tetap membayar gaji seluruh karyawan, sedangkan pendapatan dari Mall pun menurun karena regulasi yang diberikan oleh pemerintah saat adanya PSBB dan PPKM yang mengharuskan Mall tutup kecuali sektor esensial dengan jam operasional yang terbatas. Adanya kebijakan PSBB dan PPKM yang harus dijalankan ini, membuat rencana perusahaan PT Prima Graha Citra harus berubah, baik dari sisi pendapatan maupun pengeluaran karena harus menyesuaikan dengan kebijakan yang harus dilakukan.

Setelah membaiknya kasus covid-19 dengan diadakannya PSBB dan PPKM, Mall dan kantor diharuskan untuk memperhatikan protokol kesehatan, seperti penggunaan masker, harus adanya tempat cuci tangan, berjaraknya pengguna lift dan escalator, pengecekan suhu, cek sertifikat vaksin atau yang sekarang telah berubah menjadi scan barcode pada peduli lindungi.

Gambar 4.4 Protokol Kesehatan PGC (Sumber: Instagram PGC)

Selain dengan menerapkan protokol kesehatan, Mall Pusat Grosir Cililitan juga mengadakan vaksinasi dosis 1 dan 2 pada bulan Mei dan Juli 2021 dan adanya tes covid-19 seperti rapid test antigen dan swab pcr, hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk promosi Mall PGC. Selain itu, Mall Pusat Grosir Cililitan juga mengadakan sentra vaksinasi pada bulan Agustus sampai September 2021 agar Mall dapat buka kembali saat PPKM level 4 dan juga sebagai bentuk promosi Mall PGC, dan Mall PGC baru-baru ini mengadakan sentra vaksinasi booster pada bulan Februari 2022.

(14)

Gambar 4.5 Vaksinasi di Pusat Grosir Cililitan (Sumber: Instagram PGC)

5. Kesimpulan 5.1 Kesimpulan

Kegiatan dan penerapan protokol kesehatan pada Mall Pusat Grosir Cililitan dan PT Prima Graha Citra sebagai pengelola dari Mall PGC telah memenuhi protokol kesehatan sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan Covid-19 di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Pedagangan (Area Publik) Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha dalam masa “New Normal”. Penerapan protokol kesehatan untuk pengelola tempat usaha, pekerja dan konsumen telah terlaksana dengan baik terutama pada pemakaian masker, pengadaan pencuci tangan, pengecekan suhu badan, scan barcode peduli lindungi pada Mall PGC maupun tenant, dan dengan diadakannya vaksinasi dosis 1 dan 2 maupun booster di Pusat Grosir Cililitan (PGC).

5.2 Saran Akademisi

Bagi Akademisi, dapat dilihat dari sisi bagaimana pemerintah melakukan komunikasi persuasif dalam memberlakukan kebijakan-kebijakan selama pandemi covid-19 berlangsung.

5.3 Saran Praktisi

Bagi Praktisi, dapat dilakukan dengan melihat perbedaan sebelum adanya covid-19, saat adanya covid-19 atau pandemi, dan setelah adanya covid-19 terhadap salah satu Mall ataupun UMKM yang ada di Jakarta ataupun diluar Jakarta dalam mengomunikasikan kebijakan pemerintah.

(15)

Referensi:

Abidin, D. Y. Z. (2015). Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. CV Pustaka Setia.

Alma, P. D. H. B. (2013). manajemen pemasaran dan pemasaran jasa. Alfabeta.

Anang, M. (2020). Komunikasi Pemasaran. CV Penerbit Qiara Media - Pasuruan Jawa Timur.

Deddy Mulyana. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fitrah, M., & Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, 56 Tindakan Kelas Dan Studi Kasus.

CV Jejak

Manzilati, A. (2017). Metode Penelitian Kualitatif Paradigma, Metode, Dan Aplikasi (T. U. Press (ed.)). UB Press

Onong Uchjana Effendy. (2002). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Prof.Dr. Wina Sanjaya, M. P. (2017). Paradigma Baru Mengajar. KENCANA.

Rahayu, Budi. (2017). Manajemen Pemasaran. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.

Santana, S. (2007). Menulis Ilmiah Metode Peneliitian Kualitatif. Yayasan Obor Indonesia.

Semiawan, P. D. C. R. (2010). METODE PENELlTlAN KUALlTATlF JENIS, KARAKTERISTIK, DAN KEUNGGULANNYA. PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sudaryono. (2016). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sugiarto, E. (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis; Suaka Media. Suaka Media Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Tai, J., & Chew, W. (2012). Brand Management: 13 Strategi Untuk Mengembangkan Merek Anda. PT.

INDEKS.

Sumber jurnal dan internet

Ahmad Rosidi, E. (2020). Penerapan New Normal (Kenormalan Baru) dalam Penanganan Covid-19 sebagai Pandemi dalam Hukum Positif https://jurnal.ugr.ac.id/index.php/jir/article/view/288

Bramantya Rivandi, A. (2018). Strategi Komunikasi Pemasaran Lippo Plaza Ekalokasari Bogor dalam Meningkatkan Jumlah Pengunjung [Universitas Telkom].

https://repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/145837/strategi-komunikasi-pemasaran-lippo-plaza- ekalokasari-bogor-dalam-menarik-pengunjung.html (telkomuniversity.ac.id)

Coronavirus. Retrieved from WHO International: https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa- for-public

Pusat Grosir Cililitan (PGC). (2021). Sejarah pusat grosir cililitan https://pgc.co.id/index.php?page=about%20us Grosir Cililitan (pgc.co.id)

Rahmadhani, Y. (2017). STRATEGI BRANDING PORTAL ONLINE WWW.TRIPRIAU.COM DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS SEBAGAI PORTAL ONLINE PARIWISATA PROVINSI RIAU. 4(1), 1–15

Timothy Dewhirst, B. (2013). Brand Strategy and Integrated Marketing Communication (IMC) A Case Study of

Players Cigarette Brand Marketing

https://www.researchgate.net/publication/261626555_Brand_strategy_and_integrated_marketing_communic ation_IMC_A_case_study_of_player's_cigarette_brand_marketing ed marketing communication (IMC): A case study of player's cigarette brand marketing (researchgate.net)

WHO. 2021. Coronavirus Disease - Answers [Online]. Dari: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel- coronavirus2019/coronavirus-disease answers?query=What+is+COVID19%3F [Accessed Diakses Date].

World Health Organization (WHO). (2020). Pernyataan dan Jawaban Terkait

Yangyang Jiang. (2020). Effects of COVID-19 on hotel marketing and management: a perspective article https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/IJCHM-03-2020-0237/full/html ID-19 on hotel marketing and management: a perspective article | Emerald Insight

Referensi

Dokumen terkait

Kelayakan model pembelajaran Discovery Based Project dari ahli 3,30 (baik), praktisi 3,48 (baik), dan siswa 3,27 (baik) sehingga layak digunakan di SMA Negeri

Konsentrasi Rata-rata CO di DKI Jakarta saat diberlakukannya PPKM Darurat menunjukan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan saat PPKM Mikro (3-20 Juni 21), PSBB (3- 20 Juli

RONA SALWA 21 Seperti yang Anda lihat pada hasil di atas, kali ini array $a dan $b akan digabung tanpa mempedulikan kunci di dalam kedua array tersebut, apakah sama atau tidak.

Titik yang akan ditinjau dalam perencanaan bendung ini dimulai dari titik O dan diperhitungkan pada aliran yang membahayakan yaitu pada saat air normal dan air

Proposal tugas akhir yang berjudul “Analisis Framing Berita Larangan Mudik Saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Ditengah Pandemi Covid-19 Di Detik.com” ini

Pasal 12 ayat (1); Alokasi DID Tambahan untuk kinerja Pemerintah Daerah dalam penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVJD-19) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf

Tujuan dari Perencanaan Strategis Sistem Informasi bagi Badan Pengolahan Data dan Sistem Informasi Daerah provinsi Kalimantan Tengah adalah diharapkan

Hasil wawancara peserta didik kelas VI SD Negeri Bagor dapat diketahui bahwa upaya peningkatan keterampilan menulis ringkasan teks melalui model pembelajaran