PENGARUH JARAK TANAM DAN BERBAGAI JENIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN
PRODUKSI JAGUNG MANIS
Suhardjito
Fakultas Pertanian Universitas Soerjo Ngawi
ABSTRACT
The purpose of the research is to know the effect of plant spacing and various types of manure on weed growth and sweet corn yield.
The research was conducted at the Faculty of Agriculture of Soerjo Ngawi Faculty of Agriculture, with a height of about 4 meters above sea level.
The study was conducted from May to August 2016. Soil, manure and plant tissue analysis was conducted at the Agricultural Laboratory of the Faculty of Agriculture, Soerjo Ngawi University.
The materials used in this research include sweet corn seed,super sweet corn, cow manure, chicken manure, goat manure, urea fertilizer, TSP, KCl, Sevin 85 S and dharmabas 500 EC.
The findings of the study showed that (1) manure increased the yield of sweet corn and decreased the weed dry weight when compared with goat manure and cow manure; (2) spacing of 60 cm x 60 cm capable of suppressing the growth of weed so that (3) the Provision of chicken manure combined with spacing of 60 cm x 60 cm produces the highest feasible cob, was 11.576 t / ha, increased 47.03 % the lowest yield obtained in the treatment without manure combined with plant spacing of 100 cm x 40 cm that is equal to 6,127 t / ha.
Keywords: plant spacing, manure, weeds, sweet corn.
PENDAHULUAN
Tanaman jagung dalam bahasa latin disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji- bijian dari keluarga rumput- rumputan (Graminaeae) yang sudah popular di seluruh dunia. (Warisno, 1998).
Jagung manis (sweet corn) umumnya dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung khusus (steam), terutama bagi masyarakat dikota kota besar. Jagung ini dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan enak karena kandungan gulanya
tinggi. Jagung manis mempunyai biji-biji endosperm manis, mengkilap, tembus pandang sebelum dan berkerut bila kering ( M. Asrai et al. 2009).
Di Indonesia Sweet Corn di kenal dengan nama jagung manis.
Tanaman ini merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Jagung manis merupakan salah satu komoditas pertanian yang disukai oleh masyarakat karena rasanya yang enak yang telah banyak digemari baik dalam negeri maupun luar
negeri. Adapun nilai gizi yang terkandung dalam jagung manis adalah dalam setiap 100 g bagian jagung yang dapat dikonsumsi mengandung kadar air 89,0 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 22,8 g, protein 3,5 g, vitamin A 64,0 IU, thiamin 0,05 mg, riboflavin 0,08 mg, air 72,2 g, kalsium 28,0 mg, fosfor 86,0 mg, besi 0,1 mg, abu 0,60 g, asam askorbat 11,00 g, niasin 0,3 mg serta mengandung kadar gula yang relatif tinggi (Anonim 2006).
Jagung manis biasanya dipanen muda untuk direbus atau dibakar dan merupakan harapan bagi petani karena nilai jualnya yang cukup tinggi. Akhir-akhir ini permintaan pasar terhadap jagung manis terus meningkat seiring dengan munculnya swalayan- swalayan yang senantiasa membutuhkannya dalam jumlah cukup besar.
Kebutuhan jagung manis untuk ekspor terus bertambah, antara lain dibuktikan oleh adanya peningkatan ekspor. Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk mengembangkan usaha tani jagung manis.
Peningkatan produksi jagung manis pada tahun terakhir juga dihadapkan pada berbagai kendala baik teknis maupun non teknis. Petani yang umumnya kekurangan modal usaha tani makin tak berdaya karena makin meningkatnya harga sarana produksi terutama meningkatnya harga pupuk.
Pemberian pupuk merupa- kan hal yang penting dalam peningkatan produksi. Selain dapat meningkatkan hasil panen jagung secara kuantitatif juga dapat meningkatkan kualitas tanaman jagung. Jenis pupuk yang dapat digunakan adalah urea (N), SP36 (P) dan KCl (K). Produktivitas tanaman jagung terbukti meningkat apabila pemupukan yang dilakukan mengacu pada pedoman umum tersebut, tetapi belum mampu meningkatkan produktivitas permintaan jagung dalam negeri saat ini, serta belum mampu menjawab permasalahan yang dihadapi petani akibat melonjaknya harga pupuk terutama pupuk N,P dan K.
Penggunaan pupuk anor- ganik yang berlebihan telah menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan produksi, efisiensi, harga, dan pendapatan petani, namun hampir dua dekade terakhir, kenaikan produksi sudah tidak sebanding lagi dengan kenaikan penggunaan pupuk. Laju kenaikan produksi telah menurun merupakan petunjuk menurunnya efisiensi biaya produksi (Syam 2003).
Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah (Sarief, 1989). Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi
pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air (Soepardi, 1983).
Pemakaian pupuk kandang perlu dipertimbangkan, karena pupuk kandang dapat menyebabkan berkembangnya gulma pada lahan yang diusahakan. Diketahui bahwa keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada suatu pertanaman dapat menurunkan hasil 20 % sampai 80 % (Moenandir et al.1993).
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan hal tersebut adalah dengan penggunaan jenis pupuk kandang yang tepat.
Terdapatnya gulma pada pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan petani saat mengembalakan ternaknya. Oleh karena lingkungan pengembalaan yang berbeda, maka gulma yang dimakan ternak juga berbeda (Zarwan et al. 1994).
Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum maka akan diperoleh ILD yang optimum dengan pembentukan bahan kering yang maksimum (Effendi 1977).
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat
pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Dad Resiworo 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.
Pemberian pupuk kandang dan pengaturan jarak tanam merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan hasil jagung manis, sehingga perlu diketahui secara pasti peranan masing-masing faktor dalam mempengaruhi komponen pertumbuhan, komponen hasil dan kemampuan tanaman bersaing dengan gulma. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui jenis pupuk kandang dan jarak tanam yang tepat, sehingga kerugian yang disebabkan oleh gulma dapat ditekan sekecil mungkin yang pada akhirnya akan diperoleh hasil jagung manis yang lebih tinggi.
Penelitian mengenai pengaturan jarak tanaman dan penggunaan beberapa jenis pupuk kandang secara terpisah memang sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian terpadu dari kedua faktor tersebut, pengaruhnya terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis belum pernah diteliti, sehingga perlu diteliti untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimum.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan gulma dan produksi jagung manis.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di kebun praktek Fakultas Pertanian Universitas Soerjo Ngawi, dengan ketinggian tempat sekitar 4 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Agustus 2016. Analisis tanah, pupuk kandang dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Soerjo Ngawi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih jagung manis super sweet corn, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk urea, TSP, KCl, Sevin 85 S dan dharmabas 500 EC.
Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain cangkul, sekop, sprayer, ember, gembor, tali rafia, patok, penugal, leaf area meter, timbangan, oven, meteran, pisau, lux meter, jangka sorong dan alat-alat tulis.
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Petak Terpisah yang terdiri dari dua
faktor. Faktor pertama adalah jenis pupuk kandang sebagai petak utama yang terdiri atas : (P0) tanpa pupuk kandang, (P1) pupuk kandang sapi dengan dosis 5 ton/ha, (P2) pupuk kandang kambing dengan dosis 5 ton/ha, (P3) pupuk kandang ayam dengan dosis 5 ton/ha. Faktor kedua adalah jarak tanam sebagai anak petak terdiri atas : (J1) jarak tanam 100 cm x 40 cm, (J2) jarak tanam 60 cm x 60 cm, (J3) jarak tanam 75 cm x 25 cm. Sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan yang masing- masing diulang 3 kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Berat kering gulma
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk kandang dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma umur 45 hari setelah tanam.
Pengaruh nyata pada perlakuan jenis pupuk kandang disebabkan karena masing- masing pupuk kandang sudah dapat memberikan sumbangan unsur hara bagi pertumbuhan gulma dan tanaman. Demikian juga biji biji gulma yang terbawa di dalam pupuk kandang sudah mampu berkecambah dan tumbuh sehingga gulma yang tumbuh semakin banyak dan beragam.
Tabel 1. Berat kering gulma (gram/m2)
Jarak tanam Jenis pupuk kandang Berat kering gulma (g/m2) 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
kontrol
13,4 b 9,2 ef 12,2 bed
Jarak tanam Jenis pupuk kandang Berat kering gulma (g/m2) 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
Pupuk kandang sapi
18,8 a 11,0 cd 12,4 bc 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
Pupuk kandang kambing
13,4 b 9,0 f 10,6 de 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
Pupuk kandang ayam
11,6 cd 6,7 g 8,1 fg
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti oleh huruf sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Pada perlakuan jarak tanam 100 cm x 40 cm diperoleh berat kering gulma yang paling tinggi, berbeda nyata dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm, berbeda nyata pula dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm (Tabel 1). Hal ini disebabkan oleh besarnya persentase cahaya yang dapat diteruskan oleh tanaman pada jarak tanam 100 cm x 40 cm (jarak antar baris lebar), sehingga gulma dapat memanfaatkan cahaya tersebut untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada jarak tanam 60 cm x 60 cm persentase cahaya yang dapat diteruskan oleh tanaman sangat kecil karena pertumbuhan tajuk tanaman sudah menutupi permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma terhambat yang menyebabkan rendahnya berat kering yang dihasilkan saat ini.
Meningkatnya intensitas cahaya yang diterima akan meningkatkan pertumbuhan tunas, umbi dan bahan kering total.
Tabel 2. Berat tongkol berklobot dan tanpa klobot gram per tanaman Perlakuan
Berat tongkol dan berat klobot per
tanaman/g
Berat tongkol tanpa klobot Per tanaman/g Jarak tanam :
100 cm x 40 cm 221,2 q 144,1 q
60 cm x 60 cm 255,5 p 151,6 q
75 cm x 25 cm 216,2 q 140,9 q
Jenis pupuk kandang :
Tanpa pupuk kandang 220,4 a 122,7 a
Pupuk kandang sapi 249,5 a 151,2 a
Perlakuan
Berat tongkol dan berat klobot per
tanaman/g
Berat tongkol tanpa klobot Per tanaman/g Pupuk kandang kambing 212,8 a 147,1 a
Pupuk kandang ayam 244,2 a 160,9 a
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti oleh huruf sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji.
Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi menghasilkan berat tongkol berkelobot per tanaman yang tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakukan lainnya. Jarak tanam 60 cm x 60 cm menghasilkan berat tongkol berkelobot tertinggi yaitu sebesar 258,78 g, tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm dan berbeda nyata dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm.
Pengamatan terhadap berat tongkol tanpa kelobot menunjukkan bahwa pupuk
kandang ayam menghasilkan berat tongkol tanpa kelobot tertinggi yaitu sebesar 162,43 g, tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk kandang yang lainnya dan tanpa pemberian pupuk kandang.
Jarak tanam 60 cm x 60 cm menghasilkan berat tongkol tanpa kelobot tertinggi yaitu 154,44 g, tidak berbeda nyata dengan jarak tanam lainnya.
Histogram hasil penelitian tentang berat tongkol berklobot dan tanpa klobot berdasarkan jarak tanam sebagaimana tampak
pada gambar 1
.
Gambar 1
Histogram berat tongkol berklobot dan tanpa klobot berdasarkan jarak tanam
0 50 100 150 200 250 300
100 x 40 cm
60 x 60 cm 75 x 25 cm
Berat tongkol dan berat klobot Berat tongkol tanpa klobot
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk kandang dan interaksi antara jenis pupuk kandang dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata, sedangkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap berat tongkol berkelobot per tanaman.
Perlakuan jenis pupuk kandang, jarak tanam dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap berat tongkol tanpa kelobot per tanaman, sedangkan untuk
berat tongkol layak jual per hektar dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan jenis pupuk kandang, jarak tanam dan interaksi antara jenis pupuk kandang dan jarak tanam.
Histogram hasil penelitian tentang berat tongkol berklobot dan tanpa klobot berdasarkan penggunaan pupuk kandang sebagaimana tampak pada gambar 2.
Gambar 2
Histogram berat tongkol berklobot dan tanpa klobot berdasarkan penggunaan pupuk kandang Selanjutnya berat
tongkol layak jual per hektar
disajikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Berat tongkol layak jual per hektar
Jarak tanam Jenis pupuk kandang Berat tongkol layak jual (t/ha) 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
kontrol
6,13 h 6,83 g 6,59 gh 0
50 100 150 200 250
Tanpa pupuk kandang
Pupuk kandang
sapi
Pupuk kandang kambing
Pupuk kandang
ayam
Berat tongkol dan berat klobot Berat tongkol tanpa klobot
Jarak tanam Jenis pupuk kandang Berat tongkol layak jual (t/ha) 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
Pupuk kandang sapi
8,23 f 8,56 f 9,14 e 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
Pupuk kandang kambing
9,30 e 9,92 cd 9,38 de 100 cm x 40 cm
60 cm x 60 cm 75 cm x 25 cm
Pupuk kandang ayam
10,59 b 11,57 g 10,33 bc
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti oleh huruf sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji.
Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam yang dikombinasikan dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm menghasilkan berat tongkol layak jual per hektar tertinggi, sedangkan berat tongkol layak jual terendah dihasilkan oleh perlakukan tanpa pupuk kandang yang dikombinasikan dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data penelitian dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pupuk kandang ayam
meningkatkan hasil jagung manis serta menurunkan berat kering gulma bila dibandingkan dengan pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi.
2. Jarak tanam 60 cm x 60 cm mampu menekan pertumbuhan gulma sehingga menghasilkan berat kering gulma terrendah.
3. Pemberian pupuk kandang ayam yang dikombinasikan dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm menghasilkan tongkol layak jual tertinggi yaitu 11,576 t/ha, meningkat sebesar 47,03 % bila dibandingkan dengan hasil terendah yang diperoleh pada perlakukan tanpa pupuk kandang yang dikombinasikan dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm yaitu sebesar 6,127 t/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Ajang Maruapey, Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Pupuk
Kandang Terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis, Jurusan Agronomi Fak. Pertanian Unamin Sorong. Seminar Nasional Serealia, 2011.
Anonim, 2006. Teknologi Budidaya
Tanaman Pangan.
http://www.ipteknet.com.
php?q=v&tahun=x&edisi=9
&id=24. Diakses 26 desember 2009.
Trubus. 1992. Sampai Tahun 2000 Prospek JagungManis Masih Baik. Trubus XXIII (274):
52-53.
Dad Resiworo J.S. 1992.
Pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam dan cara penyiangan pada pertanaman kedelai.
Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Ujung Pandang.
Hal. 247-250.
Effendi, S. 1977. Bercocok Tanam Jagung. CV.Yasaguna, Jakarta. 95 hal.
Klingman, G.C. 1965. Crop Production in the South.John Willey and Sons, Inc.
London. pp. 350-360.
Kusmiyati, F. 1988. Pengaruh Suhu dan LamaPenyimpanan serta
Jumlah Kelobot
terhadapKualitas pada jagung
Manis (Zea mays
saccharataSturt). Karya Ilmiah Jurusan Budidaya PertanianFakultas Pertanian IPB, Bogor. 66 hal.
Lubach, G.W. 1980. Growing
Sweet Corn for
Processing.Queensland Agric. J. 186 (3): 218-230.
Moenandir, H. J. , Widaryanto, E.,
& Poejantoro. 1988.Periode Kritis Tanaman Kedelai karena dengan Gulma.
Agrivita 11 (3) 24-29.159 M.azrai,Made j, mejaya,dan M.jasin
HG, 2009. Pemuliaan jagung
khusus.
Balitsereralia.http/balitsereal.
litbang.deptan.go.id/ind/bjag ung/tujuh/pdf.diakses pada tanggal 5 Januari 2010.
Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1992.
Plant Physiology. 4thEd.
Wadsworth Publishing Company Bellmount, California. 681 hal.
Sarief, E. S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.
Pustaka Buana. Bandung.197 hal.
Sutejo, M. M. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta Jakarta. 177 hal.
Syam,A., 2003. Efektifitas Pupuk Organi dan Anorganik terhadap Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Jurnal Agrivigor Vol.3 (3): 232- 244. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Wax, M. & E.W. Stoller. 1987.
Aspects of weed crops interference related to weed control practice.World
Soybean Research
Conference III.Westview.
London. pp. 116-124.
Zarwan, Syahril, & Mulyono. 1994.
Studi pertumbuhan gulma pada beberapa jenis pupuk kandang.Prosiding
Konferensi XII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia.
Padang Sumatera Utara. 5 hal.160