30
BAB III METODOLOGI
3.1. Gambaran Umum
Motion graphic “Ke Mana Perginya Limbah Elektronik Kita?” merupakan motion graphic infografis yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya limbah elektronik. Motion graphic ini ditargetkan kepada anak-anak hingga remaja usia 10-18 tahun, yaitu orang-orang yang sudah mengenal teknologi dan berusia cukup muda untuk dibentuk agar memiliki sikap kepedulian terhadap limbah elektronik. Motion graphic yang dibuat berdurasikan kurang lebih 2,5 menit.
Skripsi ini memfokuskan pembahasan pada penerapan gaya flat desain.
Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah kualitatif. Dimulai dengan studi pustaka dengan mencari buku-buku, jurnal, artikel, data-data mengenai limbah elektronik dan mencari teori seputar elemen desain, motion graphic, dan flat desain. Selain melakukan studi pustaka, juga melakukan observasi terhadap referensi motion graphic infografis yang menggunakan gaya flat desain dan observasi terhadap kondisi limbah elektronik.
3.1.1. Sinopsis
Motion graphic “Ke Mana Perginya Limbah Elektronik Kita?” membahas mengenai bahaya limbah elektronik. Diawali dengan penjelasan mengenai definisi limbah elektronik beserta macam-macam jenisnya. Limbah elektronik diproses melalui metode daur ulang yang berbeda-beda, ada yang diproses secara aman dan
31 benar, namun lebih banyak yang didaur ulang dengan tidak tepat sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif. Walapun berbahaya, namun limbah elektronik juga mengandung logam berharga yang dapat memberikan keuntungan yang sangat besar. Motion graphic ini mengedukasi masyarakat mengenai bahaya limbah elektronik terhadap lingkungan dan kesehatan, serta sikap yang dapat diambil untuk menghadapi permasalahan tersebut.
3.1.2. Posisi Penulis
Dalam pembuatan motion graphic “Ke Mana Perginya Limbah Elektronik Kita?”, penulis bertanggung jawab terhadap seluruh peracangan mulai dari pre-production hingga post-production. Posisi penulis dalam laporan ini adalah sebagai peneliti dalam penerapan gaya flat desain pada aset yang dibuat.
3.2. Tahapan Kerja
Proses perancangan dilalui beberapa tahap, dimulai dengan menentukan ide dan topik yang akan diangkat, yaitu mengenai limbah elektronik yang dibuat dalam bentuk motion graphic infografis. Proses tersebut lalu dilanjutkan mencari style yang sesuai dalam pembuatan aset, yaitu gaya flat desain. Penulis juga mencari referensi motion graphic yang menggunakan gaya serupa sebagai acuan dalam perancangan aset dan mengobservasi referensi foto limbah elektronik. Berikut adalah skema perancangan yang dilakukan hingga mencapai desain final.
32
(Dokumentasi Pribadi) Gambar 3.1. Skema Tahapan Kerja
33 3.3. Acuan
Dalam perancangan aset, penulis menggunakan acuan motion graphic infografis yang menggunakan gaya flat desain 2.0 sebagai referensi gaya visual. Berikut di bawah ini adalah referensi motion graphic yang digunakan.
1. “Could Your Phone Hurt You? Electromagnetic Pollution” oleh Kurzgesagt
(Kurzgesagt, 2019)
Motion graphic oleh Kurzgesagt di atas menjelaskan mengenai dampak elektromagnetik yang biasanya terdapat pada benda berelektrik seperti, handphone dan laptop. Motion graphic ini menjadi acuan karena gaya flat design 2.0 yang digunakan, terutama pada benda-benda elektronik. Dalam shot ini ditunjukkan
Gambar 3.2. Flat design 2.0 pada aset motion graphic
34 seekor burung sedang menuang bensin ke benda elektronik dan seekor burung lainnya sedang menyalakan korek api.
(Kurzgesagt, 2019)
Penulis mengamati dari segi shape dan form pada aset televisi dan mesin cuci, Kurzgesagt menggunakan shape geometri persegi panjang dan form balok.
Sedangkan, pada tombol dan pintu mesin cuci menggunakan shape lingkaran. Pada kabel, ujung kabelnya menggunakan shape geometri, namun pada kabelnya menggunakan shape organik. Aset digambarkan dengan sudut melengkung pada ujungnya dan tampak tiga dimensional dengan menunjukkan adanya kedalaman (depth). Poulin (2011) mengatakan bahwa bentuk melengkung memberikan kesan kehangatan dan keramahan.
Pada penggunaan warna, Kurzgesagt cenderung menggunakan warna dengan tingkat saturation tinggi dan value yang sangat tinggi, sesuai yang terlihat pada tingkat saturasi dan value yang mencapai hampir 100%. Penggunaan saturation dan value yang tinggi memberikan kesan ceria dan ramah. Stone (2008) mengatakan bahwa anak-anak dan orang tua cenderung lebih tertarik dengan warna
Gambar 3.3. Keterangan Acuan
35 yang intens dan terang. Aset juga digambarkan dengan adanya highlight dan shadow. Pada highlight menggunakan warna dengan value yang tinggi dan saturasi yang lebih rendah. Adanya highlight dan shadow membuat aset tampak memiliki kedalaman (depth) yang terdapat pada gaya flat design 2.0. Dalam shot, warna putih pada mesin cuci sangat kontras dibandingkan objek lainnya, sehingga memberikan emphasis (penekanan) yang menuntun mata penonton ke arah tersebut.
2. “Why Are You So Addicted to Your Smartphone?” oleh The Infographics Show
(The Infographics Show, 2018)
Gambar 3.4. Flat design 2.0 pada aset motion graphic
36 Motion graphic oleh The Infographics Show di atas merupakan infografis yang membahas mengenai adiksi terhadap handphone. Shot di atas menunjukkan beberapa orang yang sedang menggunakan handphone di kereta. Motion graphic ini menggunakan gaya flat desain yang tampak sederhana dan minimalis.
(The Infographics Show, 2018)
Dari acuan yang diambil, penulis memfokuskan pada shape dan form pada aset handphone, dimana handphone digambarkan dengan sudut yang berbeda-beda sehingga tampak bervariatif dan memberikan kesan adanya kedalaman (depth) pada benda. Handphone menggunakan shape geometri persegi panjang dan form balok dengan sudut yang melengkung pada ujungnnya. Handphone tampak minimalis dengan menunjukkan adanya kamera pada bagian belakang dan highlight pada layar. Hal ini sesuai dengan teori flat design 2.0 oleh Counsins (2014) bahwa flat design 2.0 memperbolehkan adanya detail-detail yang sebelumnya tidak ada pada flat design 1.0, seperti adanya dimensi atau kedalaman, dan efek highlight.
Berdasarkan kedua acuan motion graphics infografis yang diambil, keduanya menggunakan gaya flat design, dengan desain aset oleh Kurzgesagt tampak lebih detail dibandingkan dengan The Infographics Show yang minimalis,
Gambar 3.5. Keterangan Acuan
37 namun tidak menghilangkan elemen utama. Sedangkan dari penggunaan warna, kedua acuan sama-sama menggunakan berbagai macam warna, namun Kurzgesagt cenderung menggunakan tingkat value yang sangat tinggi mencapai hingga 100%.
3. “Weather” oleh Tycho
(Tycho, 2020)
(Tycho, 2020)
Gambar 3.6. Flat design 2.0 pada aset motion graphic
Gambar 3.7. Keterangan Acuan
38 Acuan di atas merupakan music video berbentuk motion graphic oleh Tycho dengan gaya flat design 2.0. Shot di atas memperlihatkan bentuk-bentuk tiga dimensi yang melayang. Motion graphic ini terdiri atas shape dan form geometri, yaitu kubus, bola, dan limas segi empat yang tampak minimalis, sesuai dengan Cousins (2014) bahwa flat design 2.0 mempertahanan kesan minimalis dari flat design 1.0.
Penggunaan warnanya yaitu, ungu kebiruan, dengan warna menyesuaikan arah lighting, sehingga tampak tiga dimensional. Warna menggunakan efek gradient yang mengikuti arah cahaya, baik pada background maunpun pada form. Hal ini memberikan kesan adanya kedalaman. Pada form kubus yang menjadi fokus mata penonton, menggunakan warna dengan value yang tinggi.
3.3.1. Observasi Limbah Elektronik
Berdasarkan data-data yang didapat mengenai limbah elektronik, penulis memvisualisasikannya ke dalam motion graphic dibuat. Salah satunya adalah data persentase jumlah e-waste yang didaur ulang secara tepat dan yang tidak.
(Baldé et al, 2017)
Gambar 3.8. Data jumlah e-waste tahun 2016
39 Dari data di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2016, sebanyak 80% dari 44,7 Mt e-waste memiliki kemungkinan dibuang, dijual, atau didaur ulang secara informal. Metode daur ulang informal salah satunya adalah pembakaran e-waste, dimana praktek ini seringkali terjadi Ghana, Afrika Barat yang merupakan salah satu tempat pembuangan sampah elektronik terbesar di dunia. E-waste dari Eropa dan Amerika Serikat diekspor secara ilegal ke Ghana. Berdasarkan sampel tanah dan sedimen yang didapatkan di sana, ditemukan banyak sampel mengandung banyak zat berbahaya, seperti kandungan racun timbal yang sangat tinggi (Green Peace, 2008). Maka dari itu, penulis mengamati kondisi di Ghana, seperti yang terlihat pada foto di bawah ini.
(https://www.smithsonianmag.com/science-nature/burning-truth-behind-e-waste-dump-africa- 180957597/, 2020)
Gambar 3.9. Pembakaran e-waste di Ghana
40 Pada gambar di atas, seseorang sedang mendaur ulang untuk mendapatkan kembali tembaga yang terdapat pada kabel, dengan cara dibakar yang merupakan cara termurah dan tercepat. Pada objek yang dilingkari di foto, tampak beberapa sampah jenis lain, seperti kantong plastik dan botol plastik. Hal ini menunjukkan bahwa antara sampah elektronik dengan sampah jenis lainnya tidak dipisahkan, melainkan ditumpuk bersaman dalam satu tempat yang sama. Kondisi tanah di tempat tersebut juga buruk, tanah berwarna kehitaman akibat pembakaran limbah.
(https://www.machinedesign.com/materials/article/21831868/whats-going-on-with- electronic-waste, 2015)
Gambar 3.10. Pembakaran Kabel
41 Gambar 3.11. Tempat pembuangan e-waste di Ghana
(https://www.edie.net/news/5/techUK-calls-for-tougher-e-waste-policies-after-illegal-exports- found-to-be-contaminating-food-chains/, 2019)
Pada gambar di atas terlihat banyak circuit board dan monitor CRT yang sudah rusak dengan beberapa bagian sudah saling terlepas. Benda-benda tersebut tampak berantakan dan tidak tertata. Pada bagian belakang, terdapat lahan dengan rumput yang gersang dan air yang telah terkontaminasi. Kondisi langit juga buruk, terlihat berwarna abu-abu kekusaman akibat polusi udara. Kedua foto di atas menjadi referensi bagi penulis dalam menggambarkan terjadinya pembakaran e- waste dan kondisi tumpukan sampah di tempat pembuangan.
42 Penulis juga mengobservasi foto sebagai acuan dalam merancang setiap aset yang ada dalam scene 3 shot 4, sebagai berikut:
Tabel 3.1. Referensi Foto Aset Scene 3 Shot 4
No. Gambar Analisis Shape, Form, dan Warna
1. Tanah
(https://www.smithsonianmag.com/science- nature/burning-truth-behind-e-waste-dump-
africa-180957597/, 2020)
Tanah yang berada pada pembakaran e-waste berwarna coklat kehitaman disertai dengan sampah-sampah lainnya yang berceceran. Tanah merupakan shape organik dengan form yang menyesuaikan dengan datarannya.
2. Air
(https://www.abc.net.au/news/2017-03- 10/australian-e-waste-ending-up-in-toxic-
african-dump/8339760, 2017)
Terdapat genangan air yang sangat dekat tempat pembuangan e-waste.
Air tampak tercemar dengan sampah-sampah yang mengapung.
Warna air terlihat keruh. Air merupakan shape organik dengan form air yang menyesuaikan dengan tempatnya.
Gambar 3.12. Keadaan tanah akibat e- waste
Gambar 3.13. Air dekat tempat pembuangan e-waste
43 3. Tumbuhan layu
(https://www.gardeningknowhow.com/house plants/hpgen/sudden-plant-death.htm,2020)
Tumbuhan layu digambarkan dengan shape batang yang melengkung ke bawah. Batang dan daun merupakan shape organik yang berwarna hijau dan kekuningan. Menggunakan form yang organik di setiap bagian- bagiannya.
4. Monitor CRT
(https://www.prweb.com/releases/2005/02/pr web211644.htm, 2005)
Monitor CRT merupakan monitor yang populer hingga tahun 2000-an.
Pada referensi, terlihat adanya kerusakan pada bagian luarnya.
Monitor merupakan shape geometri persegi, namun pada bagian yang pecah merupakan shape organik.
Form yang digunakan yaitu kubus dan silinder. Warna monitor kusam dengan warna kuning keabu-abuan.
Gambar 3.14. Tumbuhan layu
Gambar 3.15. Monitor CRT rusak
44 5. Monitor LCD
(https://www.ebay.com/p/10880904)
Monitor LCD merupakan tipe populer yang digunakan hingga saat ini. Monitor ini menggunakan shape geometri persegi panjang dan form balok dengan warna pada umumnya yang berwarna hitam.
6. Kabel
(https://www.apple.com/shop/product/
HN8A2ZM/A/mophie-usb-a-cable-with-usb- c-connector-2-m)
Bagian ujung kabel menggunakan shape geometri persegi panjang dan form balok, sedangkan pada bagian kabelnya menggunakan shape dan form organik. Kabel umumnya dapat tersedia dalam berbagai warna, namun dalam referensi ini berwarna hitam dan abu-abu pada ujungnya.
7. Senter
(https://shopee.co.id/Camelion-Senter-LED- FL1L-2-X-Baterai-D-
i.123496872.2177417120)
Senter pada seluruh bagiannya merupakan shape geometri yang beraturan. Sedangkan form pada senter, yaitu silinder dan balok.
Memiliki warna kuning yang kontras dengan warna hitam pada tombolnya.
Gambar 3.16. Monitor LCD
Gambar 3.17. Kabel
Gambar 3.18. Senter
45 8. Computer case
(https://www.carousell.com.my/p/looking- for-old-pc-computer-case-casing-carouraya-
231633627/)
Pada seluruh bagiannya, menggunakan shape geometri persegi panjang dan lingkaran pada tombolnya. Form yang digunakan adalah balok. Berwarna putih kekuningan yang kusam.
9. Handphone
(https://www.tomsguide.com/us/samsung- galaxy-j7-prime,review-5202.html)
Handphone di samping merupakan handphone yang dirilis tahun 2016 dan merupakan tipe yang populer hingga saat ini. Handphone menggunakan shape geometri persegi panjang dengan sudut melengkung dan bentuk lingkaran pada bagian kamera. Form yang digunakan yaitu balok. Warna pada handphone yaitu putih dan berwarna gelap pada kamera dan speaker.
Gambar 3.19. Computer Case
Gambar 3.20. Handphone Samsung
46 10. Handphone model lama
(http://duniagadgetdangames.blogspot.com/2 017/11/kebiasaan-unik-pengguna-hp-
jadul.html, 2017)
Handphone di samping menggunakan shape geometri.
Form berupa balok dan warna yang digunakan adalah biru gelap dan abu-abu pada tombolnya.
11. Kulit Pisang
(https://deadspin.com/no-one-tells-you- about-the-banana-peels-my-very-brief-
1693549034, 2015)
Kulit pisang menggunakan shape dan form organik. Bagian luarnya berwarna kuning cerah, dan bagian dalamnya berwarna kuning dengan saturasi lebih rendah.
12. Sisa Apel
(https://www.medicaldaily.com/there-no- such-thing-apple-core-eat-entire-fruit-safely-
263017, 2013)
Sisa buah apel merupakan shape dan form organik pada seluruh bagiannya karena bentuknya yang tidak beraturan. Apel berwarna merah gelap yang kontras dengan daging buahnya yang berwarna kuning muda.
Gambar 3.21. Nokia
Gambar 3.22. Kulit pisang
Gambar 3.23. Sisa apel
47 13. Botol Kaca
(http://www.naijastories.com/2017/02/broke n-bottle-8/, 2017)
Botol kaca merupakan shape dan form geometri yang beraturan, namun pada bagian pecahannya merupakan shape organik.
Warnanya hijau, yaitu warna yang umum terdapat pada botol kaca, seperti beer.
14. Botol Plastik
(https://www.indiamart.com/proddetail/ro- plastic-mineral-water-bottle-
16510365733.html)
(https://www.freepik.com/free- photo/squeezed-empty-plastic-
bottle_4341635.htm
#page=1&query=plastic&position=48,2019)
Botol plastik pada foto pertama merupakan menggunakan shape geometri dengan form silinder.
Sedangkan pada foto kedua, pada bagian lipatannya merupakan shape organik. Kedua botol plastik ini transparan pada bagian botolnya dan berwarna biru pada bagian tutupnya.
Gambar 3.24. Pecahan botol kaca
Gambar 3.25. Botol plastik
Gambar 3.26. Botol plsatik yang diremas
48 15. Gelas kertas
(https://www.zoeticalife.com/blog/2018/11/1 1/the-lifecycle-of-a-disposable-cup, 2018)
Gelas kertas yang biasanya dipakai untuk kopi ini menggunakan shape geometri dengan form silinder.
Gelas berwarna putih, tutup berwarna hitam, dan kardus berwarna coklat.
16. Tumpukan sampah pada background
(http://www.monteee.com/electronic- waste.html)
Tumpukan sampah elektronik merupakan shape dan form geometri pada bagian alat-alat elektroniknya, namun secara keseluruhan tumpukan tersebut merupakan shape dan form organik yang tidak beraturan.
Penjelasan mengenai shape dan form pada referensi di atas, berdasarkan teori oleh Poulin (2011), bahwa shape geometri, seperti lingkaran, kotak, dan segitiga berdasarkan pada formula matematika yang berkaitan dengan titik, garis, dan bidang. Shape geometri memiliki garis yang beraturan. Sedangkan, shape organik terdapat pada bentuk-bentuk alam atau makhluk hidup. Bentuk ini biasanya tidak beraturan. Dan form terbentuk dengan adanya kedalaman (depth).
Gambar 3.27. Gelas kertas kopi
Gambar 3.28. Tumpukan e-waste
49 3.4. Proses Perancangan
Proses perancangan motion graphic infografis “Ke Mana Perginya Limbah Elektronik Kita?” dimulai dengan menentukan konsep dan melakukan studi pustaka mengenai limbah elektronik berupa data-data hasil riset dan observasi kondisi limbah elektronik. Selain itu, juga melakukan studi pustaka berupa teori-teori desain dan flat desain yang berperan dalam perancangan aset. Dilanjutkan dengan mencari referensi motion graphic infografis sebagai acuan untuk gaya visual.
Setelah mencari referensi, penulis merancang aset pada scene 3 shot 4, dimana shot ini menceritakan mengenai tumpukan limbah elektronik yang akan dibakar bersamaan dengan sampah limbah lainnya. Shot ini merupakan shot penting karena menunjukkan kondisi yang sering terjadi dimana limbah elektronik yang beracun tidak dipisahkan dengan sampah lainnya. Limbah elekronik yang dibakar menyebabkan racun menyebar melalui tanah, air, dan udara. Pada tahapan awal, penulis merancang storyboard yang menunjukkan tanah, air tanah (groundwater), dan udara yang tercemar oleh racun dari limbah. Penulis merancang shot tersebut berdasarkan observasi acuan foto kondisi limbah elektronik di Ghana, Afrika Barat.
50
(Dokumentasi Pribadi)
Pada scene 3 shot 4, aset-aset yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Tanah
2. Air bawah tanah 3. Tumbuhan layu 4. Monitor CRT 5. Monitor LCD 6. Kabel
7. Senter
8. Computer case 9. Handphone
10. Handphone model tua 11. Kulit pisang
12. Sisa buah apel 13. Botol kaca 14. Botol plastik 15. Gelas kertas
Gambar 3.29. Storyboard Scene 3 Shot 4
51 16. Background tumpukan sampah
Dalam peracangan aset, penulis melakukan proses simplifikasi bentuk berdasarkan referensi foto benda asli yang telah dibahas di tabel. Penulis melakukan simplifikasi dengan menggunakan bentuk geometris utamanya dan menghilangkan detail-detail yang tidak perlu. Seperti pengurangan jumlah tombol pada peralatan elektronik monitor dan handphone.
Penulis kemudian melakukan eksplorasi terhadap aset, sebagai berikut:
1. Eksplorasi Pertama Aset Scene 3 Shot 4
(Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.30. Eksplorasi pertama aset scene 3 shot 4
52 Penulis merancang aset menggunakan gaya flat design 2.0, sehingga beberapa aset dirancang tampak memiliki dimensi atau kedalaman. Berdasarkan acuan motion graphics oleh Kurzgetsagt dan The Infographics Show, penulis mencoba menggunakan warna-warna terang dengan saturasi tinggi. Selain itu, juga pada bagian sudut ujung aset dibuat sedikit melengkung, tidak lancip. Aset-aset elektronik yang digunakan, yaitu gabungan antara benda-benda yang sudah tua dan yang masih populer hingga sekarang. Sedangkan, untuk sampah jenis lainnya, penulis menggunakan berbagai macam jenis sampah, seperti sampah organik, berupa kulit pisang dan sisa buah apel, kemudian sampah anorganik yang terbuat dari berbagai material, berupa botol plastik, botol kaca, dan gelas kertas. Untuk kondisi lingkungan yang buruk, digambarkan melalui tumbuhan yang layu akibat tanah yang terkontaminasi, dan penggambaran racun yang mencemari air.
Berikut di bawah ini adalah rincian pada setiap asetnya:
Tabel 3.2. Rincian Rancangan pada Eksplorasi Pertama
No. Aset Analisis Shape
dan Form
Analisis Warna
1. Tanah berbatu pada bagian bawah
Pada tanah dan bebatuan
menggunakan shape dan form organik karena
Tanah menggunakan warna coklat kemerahan dengan saturasi tinggi.
53 Tanah pada tumpukan
sampah
bentuknya yang tidak beraturan.
Batu dibuat tampak tiga dimensional dengan adanya bagian yang lebih gelap dan terang.
Tanah berwarna coklat
kehitaman untuk menunjukkan bekas terbakar. Terdapat warna yang lebih gelap untuk menunjukkan form permukaan tanah yang tidak rata.
2. Air bawah tanah Air menggunakan shape dan form organik dengan bentuk yang bergelombang.
Gelembung air menggunakan shape geometri lingkaran. Racun
Air berwarna biru cerah dengan gelembung air berwarna lebih muda.
Racun berwarna hijau sesuai dengan psikologi warna sedangkan gelembung racun
54 menggunakan
shape dan form organik.
berwarna biru
kehijauan.
3. Tumbuhan layu Pada batang
tumbuhan menggunakan shape dan form organik
sedangkan daun dibuat dengan shape dan form geometri yang beraturan.
Tumbuhan
menggunakan warna kuning tua dengan saturasi tinggi. Pada daun digunakan warna yang lebih tua untuk membentuk bayangan.
4. Monitor CRT Monitor CRT
menggunakan shape geometri berupa persegi panjang dan trapesium. Form yang digunakan kubus. Pada bagian retakan di
Monitor menggunakan warna putih kusam dengan value tinggi agar benda tampak menonjol dibanding benda lainnya. Sedangkan
55 layar dan pada
bagian luar menggunakkan shape organik yang tidak beraturan.
bagian lainnya lebih coklat dan lebih gelap.
Pada layar
menggunakan warna biru gelap.
5. Monitor LCD Monitor
menggunakan shape dan form geometri, namun pada bagian luarnya
menggunakan shape organik untuk
menggambarkan bentuk yang terdistorsi. Form menggunakan balok yang terdistorsi.
Sedangakan
Monitor LCD
menggunakan warna biru gelap dengan value rendah. Menggunakan warna yang lebih gelap pada sisi monitor bagian samping dan bawah sehingga tampak tiga dimensional.
56 retakan pada layar
menggunakan shape organik.
6. Kabel Pada bagian
kabelnya menggunakan shape dan form organik yang bergelombang, sedangkan pada bagian ujungnya menggunakan shape geometri
Kabel menggunakan berbagai macam warna untuk menunjukkan jenis kabel yang bervariatif dan supaya menarik perhatian.
57 persegi panjang
dan form balok.
7. Senter Senter pada
seluruh bagiannya menggunakan shape geometri berupa persegi panjang dan trapesium.
Menggunakan form geometri silinder.
Warna yang digunakan kuning oranye dengan saturasi dan value yang tinggi, yang kontras dengan warna coklat yang lebih gelap.
8. Computer case Menggunakan
shape geometri pada seluruhnya termasuk juga tombol-tombol, tempat dvd, dan lainnya. Form menggunakan bentuk balok.
Menggunakan warna putih kusam dengan value tinggi dan hijau gelap pada bagian sisi sampingnya.
58
9. Handphone Pada handphone
gambar yang pertama
menggunakan shape dan form geometri, namun bagian luarnya organik untuk menunjukkan distorsi pada benda. Keretakan pada layar dan pada bagian ujung juga
menggunakan shape organik.
Pada handphone di bawahnya menggunakan shape geometri persegi panjang dan form balok.
Handphone
menggunakan warna putih kusam yang kontras dengan warna biru gelap pada layar.
59 10. Handphone model tua Menggunakan
shape geometri persegi panjang dan persegi, dan form balok.
Warna berdasarkan referensi handphone model lama yang populer saat itu, yaitu biru dengan layar berwarna hijau, dan tombol berwarna abu- abu. Pada bagian bawah tampak warna biru yang lebih gelap, sehingga
tampak tiga
dimensional.
11. Kulit pisang Menggunakan
shape dan form organik yang menyerupai bentuk aslinya.
Form tampak pada penggunaan warna pada bagian sisi kulit atas dan bawah. Sedangkan, bagian kiri dibuat lebih terang dibandingkan sebelah kanan. Warna
60 pisang menggunakan saturasi dan value yang tinggi.
12. Sisa buah apel Pada apel
Menggunakan shape dan form geometri yang beraturan dan simetri.
Form ditunjukkan dengan adanya kesan tiga dimensional pada bagian daging buah antara kanan dan kiri yang berbeda value.
Warna dibuat
menyerupai benda aslinya.
13. Botol kaca Tutup botol
menggunakan shape geometri persegi panjang.
Pada bagian badan botol menggunakan shape dan form geometri, namun
Pada botol terdapat shadow dan highlight sehingga memberikan kesan adanya form.
Menggunakan warna hijau sesuai dengan
61 pada pecahannya
menggunakan shape organik.
acuan foto yang diambil.
14. Botol plastik Menggunakan
shape dan form organik karena bentuknya yang tidak beraturan.
Terdapat highlight dan shadow pada lipatan botol. Menggunakan warna biru dengan value tinggi.
15. Gelas kertas Pada bagian
badan tekukan gelas
menggunakan shape dan form organik dan pada bagian tutupnya menggunakan shape geometric dan form silinder.
Pada gelas kertas tampak area yang lebih gelap pada pinggir gelas untuk memperjelas form silinder. Penggunaan
warna coklat
menyerupai warna kopi.
62 16. Background tumpukan
sampah
Siluet tumpukan sampah
menggunakan shape dan form organik.
Menggunakan warna biru kehijauan dengan saturasi yang semakin rendah, sehingga tumpukan terlihat banyak dari kejauhan.
(Dokumentasi Pribadi)
Pada shot penulis ingin menonjolkan atau menekankan pada benda-benda elektronik. Namun, kekurangan pada eksplorasi pertama ini, beberapa aset yang bukan merupakan benda elektronik memiliki warna yang terlalu menonjol, sehingga fokus penonton menjadi tidak terarah pada benda elektronik. Warna juga kurang menggambarkan suasana tempat pembuangan limbah yang berpolusi. Dari segi shape dan form, beberapa benda elektronik dibuat agak terdistorsi, seperti pada aset monitor LCD, handphone, botol plastik, dan gelas kertas. Hanya saja, karena ukuran aset yang cukup kecil, bentuk terdistorsi tersebut menjadi tidak terlalu terlihat.
Gambar 3.31. Rincian eksplorasi pertama aset scene 3 shot 4
63 2. Eksplorasi Kedua Aset Scene 3 Shot 4
(Dokumentasi Pribadi)
Pada eksplorasi kedua, penulis mengubah beberapa warna pada aset agar tumpukan sampah, terutama benda elektornik menjadi titik fokus penonton. Dari bentuk aset, penulis mencoba menggunakan bentuk yang tidak terdistorsi, berbeda dengan ekplorasi sebelumnya.
Berikut di bawah ini adalah rincian perubahan yang dilakukan dari eksplorasi sebelumnya:
Gambar 3. 32. Eksplorasi kedua aset scene 3 shot 4
64 Tabel 3.3 Rincian Perubahan pada Eksplorasi Kedua
No. Aset Deskripsi
1. Tanah berbatu
Tanah dibuat berwarna lebih gelap daripada sebelumnya yang berwarna lebih kemerahan.
Warna pada batu lebih sederhana dengan menggunakan dua warna dari yang sebelumnya tiga.
2. Air bawah tanah
Mengurangi detail-detail seperti bentuk racun yang bergelombang dan gelembung air. Air menjadi lebih sederhana dan menggunakan gradasi hijau kebiruan.
65
Monitor LCD Monitor LCD menggunakan shape
geometri persegi panjang pada seluruh bagiannya dan form balok.
4. Handphone Handphone menggunakan shape
geometri persegi panjang dan form balok. Pada bagian keretakan di layar, menggunakan shape organik.
5. Botol plastik
Bentuk botol yang sebelumnya teremas, diubah menjadi bentuk yang normal, beserta tutup botol dan label kemasannya. Botol plastik menggunakan shape dan form geometri. Pada warna, tingkat saturasi
66 dan value diturunkan sedikit sehingga tidak seterang sebelumnya.
6. Gelas kertas Gelas kertas diubah menjadi semula sebelum terlipat, dengan shape dan form geometri.
7. Background tumpukan sampah
Warna background diubah menjadi coklat kusam untuk menunjukkan debu, asap, dan kondisi udara yang buruk. Langit diubah menggunakan efek gradasi.
(Dokumentasi Pribadi)
Bentuk aset yang awalnya terdistorsi atau terlipat, diubah kembali di eksplorasi kedua menjadi bentuk semula. Dengan bentuk yang semula, membuat shape lebih jelas dipahami, seperti pada aset botol plastik dan gelas kertas pada eksplorasi kedua terlihat lebih jelas dibandingkan yang pertama. Begitu pula pada aset monitor dan handphone, distorsi tidak terlihat jelas pada ekplorasi pertama, sehingga di percobaan ini, bentuk diubah kembali ke bentuk awal. Penulis juga mengubah warna pada background dan tumpukan sampah sehingga suasana lebih
Gambar 3.33. Rincian eksplorasi kedua aset scene 3 shot 4
67 menggambarkan kualitas udara yang buruk. Kekurangan pada ekplorasi kedua ini adalah warna pada beberapa benda yang bukan merupakan benda elektronik sama- sama menonjolnya dengan warna benda elektronik. Lalu, antara warna pada tanah bagian bawah masih terlalu menonjol dibandingkan warna tanah pada tumpukan.
3. Eksplorasi Ketiga Aset Scene 3 Shot 4
(Dokumentasi Pribadi)
Pada eksplorasi ketiga, penulis mencoba menurunkan tingkat saturasi dan value pada aset-aset yang bukan merupakan limbah elektronik, seperti pada aset botol plastik dan tumbuhan layu. Penulis juga menurukan value pada tanah bagian bawah sehingga tampak lebih gelap dibandingkan tanah pada tumpukan. Dengan
Gambar 3. 34. eksplorasi ketiga aset scene 3 shot 4
68 adanya perbedaan yang jelas ini, membuat tanah pada tumpukan sampah terlihat lebih menonjol.
Berikut di bawah ini adalah rincian perubahan yang dilakukan dari eksplorasi sebelumnya:
Tabel 3.4. Rincian Perubahan pada Eksplorasi Ketiga
No. Aset Deskripsi
1. Tanah berbatu pada bagian bawah
Tanah pada tumpukan sampah
Warna pada tanah dan bebatuan diubah menjadi jauh lebih gelap dengan value yang rendah.
Tanah dibuat lebih gelap dari ekplorasi sebelumnya, namun tidak segelap tanah berbatu.
Permukaan tanah menggunakan efek gradient sehingga memberikan kesan adanya kedalaman.
69 2. Air bawah tanah
Warna air diubah menjadi lebih gelap dengan value yang lebih rendah.
3. Tumbuhan layu
Warna tumbuhan diubah menjadi sangat gelap dengan value yang rendah.
3. Monitor CRT
Warna pada layar menggunakan gradient sehingga pada ujung layar tampak lebih gelap. Selain itu, warna kusam pada bagian depan monitor diubah sedikit lebih gelap dibanding sebelumnya.
70 4. Monitor LCD
Monitor LCD yang awalnya berwarna biru, diubah menjadi warna kuning kusam sehingga monitor sebagai benda elektronik lebih terlihat.
4. Senter
Senter dari yang awalnya berwarna oranye, diubah menjadi kuning dengan saturasi dan value yang lebih tinggi, sehingga senter sebagai benda elektronik lebih menonjol.
5. Kulit pisang
Warna kulit pisang dibuat lebih gelap dengan value yang lebih rendah dari eksplorasi sebelumnya.
71 6. Sisa buah apel
Warna sisa buah apel dibuat lebih gelap dengan value yang lebih rendah dari eksplorasi sebelumnya.
7. Botol kaca
Warna pada botol kaca dibuat lebih gelap dengan value dan saturasi yang lebih rendah dari eksplorasi sebelumnya.
8. Botol plastik
Warna pada botol plastik dibuat lebih gelap dengan value dan saturasi yang lebih rendah dari eksplorasi sebelumnya. Pada badan botol, warna dibuat transparan, menyerupai warna botol pada keadaan aslinya.
72 9. Gelas kertas
Warna gelas kertas dibuat lebih gelap dengan value yang lebih rendah dari eksplorasi sebelumnya.
10. Background tumpukan sampah
Menggunakan gradient pada siluet tumpukan sampah sehingga lebih menunjukkan adanya kedalaman. Warna pada background juga ditingkatkan saturasi dan valuenya, menjadi lebih kuning dari yang sebelumnya.
(Dokumentasi Pribadi)
Pada eksplorasi ketiga ini, bentuk tetap sama, hanya warnanya saja yang diubah. Warna diubah menjadi lebih gelap pada beberapa aset yang bukan merupakan benda elektronik, seperti botol plastik, botol kaca, kulit pisang, sisa buah apel, dan lain sebagainya. Kemudian, lebih memanfaatkan efek gradient, dengan menambahkan gradient pada permukaan tanah dan siluet tumpukan
Gambar 3.35 Rincian eksplorasi ketiga aset scene 3 shot 4
73 sampah, yang membuat aset tampak lebih memiliki kedalaman (depth). Hal ini juga berdasarkan acuan motion graphic “Weather” oleh Tycho yang menggunakan gradient dalam asetnya. Dapat disimpulkan, pada hasil eksplorasi ketiga ini, benda elektronik terlihat menonjol dibandingkan yang lainnya dan penambahan efek gradient yang mampu memberikan kesan adanya kedalaman, sesuai dengan teori flat design 2.0.