• Tidak ada hasil yang ditemukan

i i FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MASALAH REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK (Tesis) Oleh DWI PERMATASARI 1923053030

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "i i FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2022 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MASALAH REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK (Tesis) Oleh DWI PERMATASARI 1923053030"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

i

i

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MASALAH REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP PESERTA DIDIK

(Tesis)

Oleh

DWI PERMATASARI 1923053030

(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MASALAH REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP PESERTA DIDIK

Oleh

DWI PERMATASARI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar (MKGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(3)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MASALAH REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP PESERTA DIDIK

Oleh

DWI PERMATASARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik yang valid, praktis serta efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Jenis penelitian dan pengembangan yang digunakan merujuk pada teori R&D Borg and Gall. Populasi penelitian ini adalah seluruh pendidik dan peserta didik kelas V SDN kecamatan Bumiwaras dengan jumlah pendidik sebanyak 7 orang dan jumlah peserta didik sebanyak 196 orang. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 3 Bumiwaras yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, angket, dan tes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase untuk validasi ahli dan praktisi. Kemudian analisis kuantitatif dengan uji t dan uji proporsi untuk menguji efektivitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahan ajar matematika berbasis masalah realistik yang dikembangkan valid dan praktis digunakan berdasarkan hasil validasi ahli serta hasil angket respon pendidik dan peserta didik. Analisis data penelitian ini menggunakan uji T dan uji proporsi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa bahan ajar matematika berbasis masalah realistik efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.

Kata kunci: Bahan Ajar Matematika, Masalah Realistik, Pemahaman Konsep.

(4)

ABSTRACT

DEVELOPING REALISTIC PROBLEM-BASED MATHEMATICS INSTRUCTIONAL MATERIALS TO ENHANCESTUDENTS'

CONCEPTUAL UNDERSTANDING

By

DWI PERMATASARI

This research aims to develop mathematics teaching materials based on realistic problems that are valid, practical and effective in improving the understanding of students' concepts. The type of research and development used refers to the theory of R&D Borg and Gall. The population of this study were all teachers and fifth grade students at SDN 3 Bumiwaras sub-district with a total of 7 teachers and 196 students. The sample for this research was fifth grade students at SDN 3 Bumiwaras who were selected through a purposive sampling technique. Data collection techniques are in the form of observation, documentation, questionnaires, and tests.

Data analysis using percentage descriptive analysis for expert and practitioner validation. Then quantitative analysis using t test and proportion test to test the effectiveness. The results of this research reveal that the realistic problem-based mathematics teaching materials developed are valid and practical to use based on the results of expert validation and the results of the questionnaire response of teachers and students. Data analysis in this study used the T test and the proportion test. Based on the results of the research and discussion, it shows that mathematics teaching materials based on realistic problems are effective in increasing students' understanding of concepts.

Keywords: Mathematics Teaching Materials, Realistic Problems, Concept Understanding

(5)
(6)
(7)

9

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dwi Permatasari lahir di Bandar Lampung pada tanggal 13 Juni 1996. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan dari Bapak Ir. Taufik Rozali dan Ibunda Azmawati, M.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Kautsar dan lulus pada tahun 2008. Kemudian peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan Pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2014. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. di Universitas Lampung serta lulus pada tahun 2019.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Pengurus Ruang baca Jurusan PMIPA pada tahun 2016/2017. Penulis juga mengikuti organisasi eksternal kampus yaitu sebagai Kepala Bidang Keperempuanan pada Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FKIP Universitas Lampung tahun 2016/2017.

Kemudian pada tahun 2019 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar di Universitas Lampung.

(9)

Motto

“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”

(Imam Syafi’i)

(10)

Persembahan

Bismillahirahmanirohim Alhamdulillahirobbil alamin

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala, Dzat yang Maha Sempurna.

Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam

Dengan kerendahan hati, ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda kasih sayangku kepada:

Kedua orang tuaku tercinta,

untuk setiap doa yang tidak pernah kau umbar, pengorbanan yang selalu kau berikan, dan setiap harapan yang selalu kau simpan,

sehingga anakmu ini yakin bahwa Allah Subhanahu Wata’ala selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Semoga karya ini bisa menjadi salah satu dari sekian banyak alasan untuk membuat orangtuaku tersenyum.

Kakak dan adikku tersayang

serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

Semua sahabat yang selalu ada dan begitu tulus menyayangiku saat bahagia maupun sedihku, dari kalian aku belajar memahami arti persahabatan.

Almamater Universitas Lampung tercinta.

(11)

i

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil‘alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.

Tesis yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta Didik”

disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister (M.Pd.) pada Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed. selaku plt Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menempuh studi di Magister Keguruan Guru SD Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sunyuno, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta jajaran dan stafnya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Saudi Samosir, S.T, M.T., selaku Direktur Program Pascasarjana FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk yang bermanfaat bagi peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.

(12)

ii

4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Dr. Dwi Yulianti, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana MKGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan saran dan motivasinya dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, serta memberikan kritik dan saran selama penyusunan tesis sehingga tesis ini menjadi lebih baik.

7. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi akademik, memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran,

memotivasi, memberikan kritik dan saran selama penyusunan tesis, sehingga tesis ini menjadi lebih baik.

8. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah memberi masukan dan saran-saran serta memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung.

10. Bapak dan Ibu Kepala Sekolah Dasar beserta guru kelas V di SD Gugus I Dahlia Kecamatan Bumiwaras yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian guna menyelesaikan tesis ini

11. Kedua orang tuaku Bapak Ir. Taufik Rozali dan Ibu Azmawati M.Pd., atas doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang selalu menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.

12. Sahabat terbaikku Septi Maryanti atas doa, semangat, dan kebersamaan selama ini dalam keadaan lapang maupun sempit.

13. Sahabat seperjuanganku Emmalia, Fitriani, Mela, Meilinda, Andi, Yoren, Lia serta lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, atas semua bantuannya dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini.

14. Teman-teman seperjuangan MKGSD 2019 FKIP Unila yang selama ini telah berbagi ilmu, membagi semangat dan dukungan bersama.

(13)

iii

15. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah Subhanahu Wata’ala dan semoga tesis ini bermanfaat.

Bandar Lampung, September 2022 Penulis,

Dwi Permatasari

(14)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

H. Spesifikasi Produk ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 10

1. Pengertian Bahan Ajar ... 10

2. Jenis-Jenis Bahan Ajar ... 11

3. Karakteristik Bahan Ajar ... 12

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ... 13

B. Matematika ... 14

1. Pembelajaran Matematika ... 14

2. Pemahaman Konsep ... 16

C. Penelitian yang Relevan ... 18

D. Kerangka Pikir Penelitian ... 20

E. Hipotesis Penelitian ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Prosedur Pengembangan dalam Penelitian ... 24

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi (Research and information Collecting) ... 24

2. Perencanaan (Planning) ... 25

3. Pengembangan Produk Awal (Develop Preliminary form of Product) ... 26

4. Uji Coba Lapangan Awal (Premilinary Field Testing) ... 26

(15)

v

5. Revisi Produk Awal (Main Product Revision) ... 26

6. Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing) ... 27

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba (Operational Product Revision) ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi dan Sampel Penelitian... 28

1. Populasi Penelitian ... 28

2. Sampel Penelitian ... 28

E. Variabel Penelitian ... 28

F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 29

1. Definisi Konseptual Variabel ... 29

2. Definisi Operasional Variabel ... 29

G. Kisi-Kisi Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Realistik ... 29

H. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi ... 31

2. Dokumentasi ... 31

3. Angket ... 31

4. Tes ... 31

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

1. Lembar Angket Analisis Kebutuhan ... 32

2. Lembar Angket Validasi Ahli ... 32

3. Lembar Angket Respon Pendidik dan Peserta Didik ... 33

4. Instrumen Tes ... 33

J. Teknik Analisis Data ... 37

1. Analisis Validasi Ahli ... 37

2. Analisis Angket Respon Pendidik dan Peserta Didik ... 38

3. Analisis Keefektivan Produk yang digunakan ... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi (Research and Information Collecting) ... 45

2. Perencanaan (Planning) ... 46

3. Pengembangan Produk Awal (Develop Preliminary form of Product) ... 48

4. Uji Coba Lapangan Awal (Premilinary Field Testing) ... 51

5. Revisi Produk Awal (Main Product Revision) ... 53

6. Uji Coba Lapangan Utama ... 53

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba ... 55

C. Pembahasan ... 55

1. Kevalidasn Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah Realistik ... 55

2. Kepraktisan Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah Realistik ... 57

3. Efektivitas ... 57 D. Kelebihan Pengembangan Bahan Ajar Matematika

Berbasis Masalah Realistik untuk Meningkatkan

(16)

vi

Pemahaman Konsep Pesrta Didik ... 58

E. Keterbatasan Penelitian ... 59

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Implikasi ... 60

C. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 66

(17)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Pemerolehan Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kelas V

SDN 3 Bumiwaras Tahun Pelajaran 2021/2022 Semester 2... 6

2. Spesifikasi Produk ... 9

3. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest ... 27

4. Kisi-Kisi Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah Realistik ... 30

5. Kriteria Reliabilitas ... 34

6. Interpretasi Daya Pembeda ... 35

7. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 36

8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba ... 37

9. Kriteria Penilaian Validasi Ahli ... 38

10. Kriteria Kepraktisan Respon Pendidik dan Peserta Didik ... 38

11. Interpretasi Nilai Gain ... 39

12. Rangkuman Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta Didik ... 40

13. Rangkuman Uji Homogenitas Data Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta Didik ... 41

14. Rangkuman Uji T Data Rata-Rata Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta Didik ... 43

15. Pedoman Kategori Pemahaman Konsep Matematis ... 44

16. Kompetensi Dasar dan Indikator... 47

17. Pengembangan Produk Awal ... 48

18. Hasil Validasi Ahli ... 50

19. Hasil Respon Pendidik Uji Coba Lapangan Awal ... 51

20. Hasil Respon Peserta Didik Uji Coba Lapangan Awal... 52

(18)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Analisis Kebutuhan Pendidik... 2

2. Analisis Kebutuhan Peserta Didik ... 4

3. Tampilan pada Bahan Ajar ... 5

4. Contoh Jawaban Peserta Didik ... 6

5. Kerangka Pikir Penelitian ... 22

6. Prosedur Research and Development (R&D) Borg and Gall ... 23

7. Hasil Validasi Ahli Materi, Media dan Bahasa ... 56

(19)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

A. ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN

A.1. Angket Analisis Kebutuhan Pendidik ... 66

A.2. Contoh Jawaban Angket Analisis Kebutuhan Pendidik ... 67

A.3. Rekapitulasi Hasil Angket Analisis Kebutuhan Pendidik ... 68

A.4. Angket Analisis Kebutuhan Peserta Didik ... 69

A.5. Contoh Jawaban Angket Analisis Kebutuhan Peserta Didik ... 70

A.6 Rekapitulasi Hasil Angket Analisis Kebutuhan Peserta Didik... 71

B. KISI-KISI VALIDASI AHLI B.1. Kisi-Kisi Ahli Materi, Media dan Bahasa ... 72

B.2. Kisi-Kisi Respon Pendidik dan Peserta Didik ... 75

B.3. Hasil Validasi Ahli Materi ... 77

B.4. Hasil Validasi Ahli Media ... 81

B.5. Hasil Validasi Ahli Bahasa ... 85

B.6. Contoh Jawaban Respon Pendidik Uji Coba Lapangan Awal... 89

B.7. Contoh Jawaban Respon Peserta Didik Uji Coba Lapangan Awal ... 91

C. PERANGKAT TES C.1. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 92

C.2. Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 94

C.3. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 96

C.4. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Pemahaman Konsep ... 97

C.5. Form Penilaian Soal Pemahaman Konsep ... 99

C.6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 101

D. ANALISIS DATA D.1. Hasil Uji Ahli Validasi Materi, Media dan Bahasa ... 107

D.2. Hasil Uji Kepraktisan Respon Pendidik dan Peserta didik ... 108

D.3. Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Uji Coba ... 109

D.4. Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 110

D.5. Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Pemahaman Konsep ... 112

D.6. Skor Awal dan Akhir Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 115

D.7. Skor Awal dan Akhir Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 119

D.8. Gain Skor Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 123

(20)

x

D.9. Gain Skor Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 124 D.10. Uji Normalitas Data Gain Pemahaman Konsep

Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 125 D.11. Uji Normalitas Data Gain Pemahaman Konsep

Peserta Didik Kelas Kontrol ... 127 D.12. Uji Homogenitas Data Gain Pemahaman Konsep

Peserta didik pada Kelas Eksperimen ... 129 D.13. Uji T Data Gain Pemahaman Konsep Peserta Didik ... 131 D.14. Uji Proporsi Pemahaman Konsep Peserta Didik

Kelas Eksperimen ... 133 E. DOKUMENTASI PENELITIAN

E.1. Uji Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 136 E.2. Uji Coba Lapangan Awal Menggunakan Bahan

Matematika Berbasis Masalah Realistik ... 137 E.3. Peserta Didik Mengisi Angket Respon terhadap Pengembangan

Bahan Ajar Matematika ... 137 E.4. Pelaksanaan Pretest Kelas Eksperimen ... 138 E.5. Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar

Matematika Berbasis Masalah Realistik Kelas Ekperimen ... 138 E.6. Pelaksanaan Posttest Kelas Eksperimen ... 139 E.7. Pelaksanaan Pretest Kelas Kontrol ... 139 E.8. Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar

Matematika Sekolah Kelas Kontrol ... 140 E.9. Pelaksanaan Posttest Kelas Kontrol ... 140 F. ADMINISTRASI PENELITIAN

F.1. Surat Penelitian Pendahuluan ... 141 F.2. Surat Izin Penelitian ... 144

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 pendidik diharapkan dapat mengembangkan materi pembelajaran. Hal ini dipertegas malalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses mengatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran mensyaratkan pendidik untuk mengembangkan silabus. Salah satu komponen silabus adalah bahan ajar, dengan demikian, pendidik harus mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Menurut Lestari (2013: 67), bahan ajar merupakan materi pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi secara

sistematis sehingga mampu menguasai kompetensi secara utuh. Nurhasanah (2017: 69) juga menyatakan bahwa bahan ajar adalah materi yang akan diajarkan kepada peserta didik yang telah dipilih (seleksi) serta materi harus dipelajari dan dipahami oleh peserta didik. Maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah materi pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk menguasai materi yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Mulyasa (2006: 154) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar adalah kesesuaian (validity), berkaitan dengan tingkat kesesuaian dan keterujian materi dengan kompetensi, tingkat kepentingan (significance), kegunaan (utility), kemungkinannya untuk dipelajari (learnability). Berkaitan dengan kemungkinan materi tersebut untuk dipelajari sehingga dapat mendorong peserta didik untuk mengadakan berbagai pengakajian lebih lanjut.

(22)

2 Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peran penting dalam proses kehidupan. Kita tidak akan terlepas dari matematika dalam kehidupan sehari- hari, baik dari hal yang kecil sampai pada perkembangan teknologi yang canggih. Hal ini sesuai dengan standar isi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 58 Tahun 2014 bahwa matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar.

Matematika di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang terintegrasi tematik untuk kelas rendah yaitu kelas I, II dan III, sedangkan berdiri sendiri atau tidak terintegrasi dengan tema untuk kelas tinggi yaitu kelas IV, V dan VI. Matematika merupakan satu dari sekian mata pelajaran yang diberikan sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik membangun konsep serta pemahaman dengan naluri, insting, daya nalar, dan konsep yang sudah diketahui.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan mengenai bahan ajar matematika berbasis masalah realistik pada 12-15 April 2021 di Gugus I Dahlia

Kecamatan Bumiwaras, Bandar Lampung dengan sasaran 7 orang pendidik kelas V terdiri dari 3 orang pendidik SD Negeri 3 Bumiwaras, 3 Orang pendidik SD Negeri 4 Bumiwaras, dan 1 orang pendidik SD Muhammadiyah diperoleh hasil pada gambar 1 atau lampiran A.3 halaman 68.

P1 P2 P3 P4 P5 P6

SUDAH/YA 100% 0% 86% 0% 86% 43%

BELUM/TIDAK 0% 100% 14% 100% 14% 57%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Gambar 1. Analisis Kebutuhan Pendidik

(23)

3 Gambar 1 menunjukkan bahwa pendidik menjadikan buku guru sebagai

pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Sebanyak 86% pendidik mengatasi ketidaktersediaan materi dengan mencari soal-soal yang diperoleh melalui internet. Selain itu, sebanyak 86% bahan ajar yang digunakan berisi soal yang menunjukkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, artinya pembelajaran selalu menggunakan masalah realistik pada mata pelajaran matematika.

Sebanyak 43% pendidik mengikuti tahap perkembangan peserta didik ketika pembelajaran matematika.

Peneliti memilih SD Negeri 3 Bumiwaras sebagai tempat penelitian karena sebanyak tiga pendidik sebagai responden belum pernah menyusun bahan ajar mata pelajaran matematika berdasarkan buku guru yang ada. Selain itu, satu pendidik sebagai responden belum menggunakan masalah realistik pada mata pelajaran matematika. Pendidik belum ada upaya untuk menyusun bahan ajar matematika dalam mengatasi ketidaktersediaan materi pada buku

pendidik/buku peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidik SDN 3 Bumiwaras membutuhkan bahan ajar matematika untuk peserta didik dengan menggunaakan masalah realistik.

Dari hasil wawancara dengan kepala SD Negeri 3 Bumiwaras pada 14 April 2021 diperoleh informasi bahwa pendidik sudah menggunakan bahan ajar dengan masalah realistik pada proses pembelajaran matematika di kelas, yaitu peserta didik diberikan permasalahan yang berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik sudah menerapkan bahan ajar dengan masalah realistik, namun bahan ajar tersebut diambil dari buku guru produk pemerintah.

Karakteristik peserta didik yang dihadapi berkaitan dengan motivasi belajar yang rendah. Latar belakang orang tua peserta didik di SDN 3 Bumiwaras sebagian besar bekerja sebagai nelayan yang sibuk, sehingga tidak memiliki waktu untuk mendorong peserta didik belajar di rumah. Padahal, peserta didik di SDN 3 Bumiwaras senang membaca buku. Oleh karena itu, supaya peserta didik lebih termotivasi di rumah dan belajar di sekolah menjadi lebih baik

(24)

4 maka diperlukan bahan ajar yang berkaitan dengan dunia nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

Adapun hasil analisis kebutuhan mengenai bahan ajar yang sesuai dengan dunia nyata dalam kehidupn sehari-hari menurut peserta didik diperoleh hasil pada gambar 2 atau lampiran A.6 halaman 71.

Gambar 2 menunjukkan bahwa sebanyak 36% peserta didik kelas V SD Negeri 3 Bumiwaras berjumlah 28 peserta didik pernah menggunakan bahan ajar matematika yang sesuai dengan dunia nyata. Bahan ajar yang digunakan peserta didik sudah sesuai dengan materi yang dipelajari, namun 79% peserta didik mengalami kesuliatan belajar saat menggunakan bahan ajar matematika yang tidak berkaitan dengan dunia nyata. Sebanyak 93% peserta didik

membutuhkan bahan ajar matematika yang berkaitan dengan dunia nyata.

Selain itu, 82% peserta didik menyatakan bahwa bahan ajar matematika yang berkaitan dengan dunia nyata akan mendorong semangat dalam belajar.

Peserta didik sebanyak 89% sepakat bahwa bahan ajar matematika yang sesuai dengan dunia nyata akan mempermudah peserta didik dalam

pembelajaran. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar matematika yang digunakan di sekolah kurang optimal, pendidik perlu mengembangkan bahan ajar matematika yang berkaitan dengan dunia nyata peserta didik dalam kehidupan-sehari-hari.

P1 P2 P3 P4 P5 P6

SUDAH/YA 36% 71% 79% 93% 82% 89%

BELUM/TIDAK 64% 29% 21% 7% 18% 11%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Gambar 2. Analisis Kebutuhan Peserta Didik

(25)

5 Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan peneliti bahwa tampilan bahan ajar yang digunakan peserta didik berisi materi ajar yang tidak berkaitan dengan dunia nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak merangsang rasa ingin tahu dan belajar peserta didik. Tampilan bahan ajar peserta didik tersaji pada gambar 3.

Gambar 3. Tampilan pada Bahan Ajar

Gambar 3 merupakan contoh bahan ajar matematika yang digunakan peserta didik di SDN 3 Bumiwaras. Pendidik kelas V menuturkan bahwa peserta didik cenderung tidak fokus saat belajar dan tidak memahami soal berbasis masalah yang dianggapnya rumit. Peserta didik malas membaca bahan ajar dari sekolah. Peserta didik lebih suka mendengar penjelasan dari pendidik sehingga pembelajaran terkesan monoton. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti berpendapat bahwa salah satu yang bisa dilakukan pendidik untuk

merangsang peserta didik aktif dalam pembelajaran yaitu dengan membuat bahan ajar matematika berbasis masalah realistik.

(26)

6 Selain itu, nilai rata-rata ulangan harian peserta didik kelas V SDN 3

Bumiwaras Tahun Pelajaran 2021/2022 sebesar 55. Nilai ulangan tersebut belum mencapai KKM, sedangkan nilai KKN yang ditetapkan untuk pembelajaran matematika sebesar 60. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Pemerolehan Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kelas V SDN 3 Bumiwaras Tahun Pelajaran 2021/2022 Semester 2.

No Mata Pelajaran KKM Nilai Rata-Rata Kelas

1 Bahasa Indonesia 75 78

2 PKn 70 77

3 Matematika 60 55

4 IPS 70 71

5 IPA 70 70

Sumber: Dokumentasi Pendidik Kelas V SDN 3 Bumiwaras Berdasarkan tabel 1 didapatkan informasi bahwa perolehan nilai rata-rata mata pelajaran matematika di kelas V SDN 3 Bumiwaras masih di bawah KKM, sedangkan nilai rata-rata kelas ulangan harian mata pelajaran lain sudah mencapai KKM. Oleh karena itu, hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika masih rendah. Selain itu, diketahui bahwa pada pembelajaran matematika pencapaian kemampuan pemahaman konsep

peserta didik di kelas V SDN 3 Bumiwaras masuk dalam kategori rendah. Hal ini diketahui dari penilaian soal ulangan harian matematika kelas V SDN 3 Bumiwaras. Gambar 4 merupakan contoh salah satu jawaban peserta didik dari soal ulangan harian yang diujikan.

Gambar 4. Contoh Jawaban Peserta Didik

(27)

7 Berdasarkan hasil dari jawaban peserta didik tersebut dapat diketahui bahwa pemahaman konsep untuk indikator menyatakan kembali sebuah konsep kurang baik. Peserta didik belum mampu menyatakan kembali sebuah konsep dengan bahasanya sendiri. Selanjutnya dapat dilihat bahwa peserta didik sudah mampu menyajikan konsep ke dalam bentuk representasi matematis, walaupun jawabannya belum sepenuhnya benar. Namun, peserta didik tersebut telah mampu mengidentifikasi keterangan yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Selain itu, untuk indikator mengaplikasikan konsep algoritma dalam pemecahan masalah terlihat bahwa peserta didik belum mampu mengoprasikan rumus sesuai prosedur saat mengerjakan soal

pemecahan masalah. Hal ini terlihaat dari jawaban peserta didik yang terdapat kekeliruan dan jawaban yang belum benar.

Oleh sebab itu, bahan ajar matematika berbasis masalah realistik merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan pendidik. Bahan ajar yang baik dalam pembelajaran matematika adalah yang dapat memberi kesempatan seluas- luasnya kepada peserta didik untuk dapat memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini akan mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut.

1. Pendidik belum menyusun bahan ajar mata pelajaran matematika sendiri untuk mengatasi ketidaktersediaan materi ajar.

2. Bahan ajar mata pelajaran matematika yang tersedia belum berkaitan dengan dunia nyata peserta didik.

3. Bahan ajar mata pelajaran matematika yang tersedia belum menunjukkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

(28)

8 4. Kemampuan pemahaman konsep peserta didik masih rendah yaitu pada

indikator menyatakan kembali sebuah konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma dalam pemecahan masalah.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi masalah pada.

1. Bahan ajar mata pelajaran matematika yang tersedia belum berkaitan dengan dunia nyata peserta didik.

2. Bahan ajar mata pelajaran matematika yang tersedia belum menunjukkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kemampuan pemahaman konsep peserta didik masih rendah yaitu pada indikator menyatakan kembali sebuah konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma dalam pemecahan masalah.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kevalidan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik?

2. Bagaimanakah kepraktisan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik?

3. Bagaimanakah efektivitas bahan ajar matematika berbasis masalah realistik untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik yang valid.

2. Mengembangkan bahan ajar matematia berbasis masalah realistik yang praktis.

3. Mengembangkan bahan ajar matematika yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

(29)

9 F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi peserta didik, merupakan pengalaman baru dalam mempelajari matematika sehingga dapat meningkatkan belajar matematika.

2. Bagi pendidik, sebagai masukan agar lebih kreatif dalam menerapkan pembelajaran matematika di sekolah dasar agar pembelajaran lebih efektif dan bermakna.

3. Bagi sekolah, menjadi satu sumbangan pemikiran dalam pengembagan bahan ajar dan dapat dijadikan acuan bagi sekolah.

4. Bagi peneliti lain, agar menjadi termotivasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam mengembangkan bahan ajar mata pelajaran matematika.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pendidik kelas V SDN 3 Bumiwaras dan peserta didik.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah bahan ajar matematika berbasis masalah realistik.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SDN 3 Bumiwaras Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023.

H. Spesifikasi Produk

Tabel 2. Spesifikasi Produk

No Identifikasi

Produk Deskripsi

1. Jenis Bahan Ajar Matematika

2. Judul Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik 3. Tujuan Mengembangkan Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah

Realistik yang valid, praktis dan efektif.

4. Mata Pelajaran Matematika 5. Materi Denah dan Skala

(30)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Salah satu komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dalam pencapaian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum 2013 adalah bahan ajar. Hal ini senada dengan pendapat S. Djamarah & Zain (2013: 14) bahwa bahan ajar yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya berisi materi yang menunjang

tercapainya KI dan KD, serta tercapainya indikator kompetensi yang diharapkan.

Bahan ajar termasuk salah satu materi pelajaran yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran. Pemilihan bahan ajar yang tepat dapat

membantu peserta didik belajar di kelas. Pendidik harus memahami konsep bahan ajar terlebih dahulu sebelum menentukan bahan ajar yang tepat bagi peserta didik. Menurut Andi (2012: 17) bahan ajar merupakan segala bahan baik informasi, alat maupun teks yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Hamdani (2011: 120) bahwa bahan ajar merupakan materi yang disusun secara sistematis digunakan untuk membantu

pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan maksimal. Bahan ajar bertujuan untuk membantu pendidik dalam menyajikan materi pembelajaran di kelas.

Kemudian, menurut Suprihatiningrum (2013: 297) bahan ajar adalah materi yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui kegiatan

(31)

11 pembelajaran di kelas. Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah sumber belajar berupa materi pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memiliki beragam jenis sesuai dengan bentuknya, sifatnya dan berdasarkan pengemasannya. Menurut Andi (2012: 24) bahan ajar menurut bentuknya, antara lain: (1) bahan ajar cetak, berbentuk kertas untuk keperluan pembelajaran, misalnya buku, modul, handout, lembar kerja siswa, brosur, gambar dan sebagainya: (2) bahan ajar dengar, menggunakan sinyal radio secara langsung yang dapat dimainkan atau didengarkan secara langsung, misalnya radio dan kaset; (3) bahan ajar pandang dengar (audiovisual), kombinasi sinyal radio dengan gambar bergerak; (4) bahan ajar interaktif, kombinasi dari dua atau lebih media.

Kemudian bahan ajar berdasarkan sifatnya, antara lain: (1) bahan ajar berbasis cetak, misalnya buku, pamphlet, panduan belajar siswa, buku kerja siswa, dan sebagainya; (2) bahan ajar berbasis teknologi misalnya siaran televisi, video interaktif, siaran radio dan multimedia; (3) bahan ajar yang digunakan untuk praktik, misalnya lembar observasi, lembar

wawancara dan sebagainya; (4) bahan ajar yang dibutuhkakn untuk interaktif manusia terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh

misalnya hand phone. Amri (2013: 95-104) menyatakan bahwa jenis-jenis bahan ajar berdasarkan pengemasannya dapat dibedakan menjadi buku teks pelajaran, modul pembelajaran, diktat, LKPD, petunjuk praktikum, handout.

Menurut Hakim (2009: 118) bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu: (1) bahan ajar utama, yaitu bahan ajar pokok yang menjadi rujukan wajib dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran, seperti buku teks, modul, handout, dan materi-materi panduan lainnya; (2) bahan ajar

(32)

12 penunjang, yaitu bahan ajar yang keberadaannya sebagai pelengkap,

seperti buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, komik instruksional.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar terbagi menjadi dua yaitu bahan ajar cetak contohnya buku, modul, lembar kerja siswa, handout dan bahan ajar non cetak contohnya siaran radio, kaset, video interaktif, multimedia. Pengembangan bahan ajar yang akan dihasilkan berdasarkan analisis kebutuhan yaitu modul peserta didik. Bahan ajar tersebut akan diujicobakan pada pembelajaran

matematika kelas V SD Negeri di Gugus I Bumiwaras Kecamatan Bumiwaras.

3. Karakteristik Bahan Ajar

Bahan ajar harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi dasar. Bahan ajar hendaknya memiliki karakteristik

sebagaimana bahan ajar pada umumnya. Menurut (Hamdani, 2011: 122) bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (1) petunjuk belajar; (2) kompetensi yang akan dicapai; (3) isi materi pelajaran, (4) informasi pendukung; (5) latihan-latihan; (6) petunjuk kerja atau dapat berupa lembar kerja; (7) evaluasi; (8) respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.

Majid (2011: 174) juga menyatakan bahwa bahan ajar mempunyai 5 karakteristik, antara lain: (1) petunjuk belajar bagi peserta didik dan pendidik; (2) kompetensi yang akan dicapai; (3) informasi pendukung; (4) latihan-latihan; (5) petunjuk kerja (dapat berupa lembar kerja) dan

evaluasi. Peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi secara sistematis dengan menggunakan bahan ajar, sehingga mampu

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Mailani (2021: 206) karakteristik bahan ajar harus berisi materi yang mudah untuk dipahami sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, bahan ajar harus berisi materi yang disusun secara sistematis dan berisi alat evaluasi yang memungkinkan peserta didik mampu mengetahui

(33)

13 kompetensi yang telah dicapai. Muslich (2010: 60) juga menyatakan bahwa bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, antara lain: (1) disusun berdasarkan pesan kurikulum pendidikan; (2) bahan ajar memfokuskan ke tujuan tertentu; (3) menyajikan bidang pelajaran; (4) berorientasi pada kegiatan belajar; (5) dapat mengarahkan kegiatan mengajar pendidik di kelas; (6) pola sajian bahan ajar disesuaikan dengan pola intelektual peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik bahan ajar yang baik disusun secara sistematis, adanya petunjuk belajar, disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai, terdapat informasi pendukung, berisi latihan-latihan serta alat evaluasi yang mampu mengetahui kompetensi yang telah dicapai oleh peserta didik.

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Penyususnan bahan ajar atau materi pembelajaran harus memiliki beberapa prinsip. Menurut Amri dan Ahmadi (2019: 159) prinsip-prinsip

pengembangan bahan ajar meliputi: (1) prinsip relevansi, materi

pembelajaran harus relevan dan memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran; (2) prinsip konsistensi, materi pembelajaran harus konsisten dan memiliki keterkaitan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik; dan (3) prinsip kecukupan, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Bahan ajar tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Bahan ajar yang akan digunakan harus disesuaikan tingkat keluasan sebuah kompetensi dasar dan alokasi waktu yang tersedia.

(Kosasih, 2021: 8) menyatakan bahwa ada tujuh prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar, antara lain: (1)

bertahap, dikembangkan sesuai dengan prosedur tertentu; (2) menyeluruh, dikembangkan secara menyeluruh sesuai dengan cakupan kompetensi; (3) sistematis, disusun secara bersistem agar dapat disajikan sesuai cakupan

(34)

14 materi pembelajaran; (4) luwes, dapat menerima hal-hal baru yang belum tercakup pada isi mata pelajaran saat pengimplementasiannya; (5) validitas keilmuan, didasarkan pada tingkat validitas dari topik yang ditata

urutannya; (6) berorientasi pada peserta didik, harus sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan peserta didik; (7) berkesinambungan. P proses yang menghubungkan setiap kegiatan pengembangan, yaitu merancang, mengevaluasi, dan memanfaatkan.

Bahan ajar perlu dirancang dengan mengikuti elemen yang

mensyaratkannya. Arsyad (2019: 87) elemen-elemen bahan ajar yaitu: (1) konsistensi, penyusunan bahan ajar harus memperhatikan konsistensi dalam hal pemakaian font, spasi, dan tata letak; (2) format, penyajian dalam bahan ajar perlu memperhatikan format tunggal atau multi, format kertas, dan icon yang mudah ditangkap; (3) organisasi, materi

pembelajaran harus terorganisasi dengan baik. Materi pembelajaran yang terdapat dalam bahan ajar tersusun secara sistematis; (4) daya tarik, setiap bab atau bagian baru diperkenalkan dengan cara yang berbeda. Hal ini diharapkan dapat memotivasi peserta didik dalam belajar; (5) ukuran huruf, pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan peserta didik, pesan dan lingkungannya; (6) ruang (spasi kosong), gunakan spasi kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar terdiri dari keterkaitan, konsistensi, sistematis, kecukupan dan berorientasi pada peserta didik.

Bahan ajar harus sesuai sehingga kompetensi dasar yang telah ditentukan akan tercapai.

B. Matematika

1. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Prihandoko

(35)

15 (2005: 1) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan sebagai peran besar dalam berbagai

perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu pembelajaran yang harus dikuasi oleh peserta didik.

Matematika merupakan pembelajaran yang penting. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wijaya (2012: 44) yang menyatakan bahwa pentingnya

pembelajaran matematika menjadi perhatian Programme for International Student Assesment (PISA). Suatu program penilaian dalam bidang

membaca, matematika, dan sains yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari. PISA menggunakan soal-soal berbasis dunia nyata sehingga peserta didik membutuhkan proses matematisasi untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata secara matematika. OECD (2015: 66)

menyatakan ada lima langkah matematisasi untuk menyelesaikan masalah dunia nyata. Contohnya dalam soal PISA, diantaranya: (1) diawali dengan masalah dunia nyata; (2) mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah. Mengorganisasi masalah sesuai dengan konsep matematika; (3) secara bertahap meninggalkan situasi dunia nyata melalui proses perumusan asumsi, generalisasi, dan formalisasi; (4) menyelesaikan masalah matematika (proses ini terjadi di dalam dunia matematika); (5) menerjemahkan kembali solusi matematis ke dalam situasi nyata, termasuk mengidentifikasi keterbatasan dari solusi.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 12) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, serta kemampuan bekerja sama. Adanya pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik ke tahapan yang lebih tinggi.

Pembelajaran matematika merupakan proses pembentukan pengetahuan matematika peserta didik. Fitri (2014: 18) mengatakan bahwa

(36)

16 pembelajaran matematika merupakan proses peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Pengetahuan matematika peserta didik baik jika peserta didik mampu mengkonstruk pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang telah didapatkan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika merupakan proses pemberian

kemampuan mengkonstruksi matematika dengan keterlibatan peserta didik yang aktif sehingga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 menjelaskan bahwa pembelajaran matematika perlu diberikan mulai dari sekolah dasar agar peserta didik memiliki kemampuan dalam hal: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2)

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah serta menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain: (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika. Afrilianto (2012: 196) menyatakan bahwa pemahaman konsep matematis menentukan

keberhasilan belajar peserta didik. Oleh karena itu pemahaman konsep sangat penting pada pembelajaran matematika.

2. Pemahaman Konsep

Setiap siswa harus memiliki kemampuan matematika. Salah satu kemampuan matematika yang harus dikuasai peserta didik adalah

pemahaman konsep matematis. Hal ini sejalan dengan pendapat Sari, Y., Yusri dan Sari, D. (2017: 145) yang menyatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam pembelajaran matematika.

Menurut Sujadi dan Kholidah (2018: 428) pemahaman konsep menjadi hal yang harus dipahami terlebih dahulu untuk tujuan pembelajaran

(37)

17 matematika dikarenakan pemahaman konsep menjadi prasyarat untuk menguasai konsep yang selanjutnya. Setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar peserta didik memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.

Pemahaman konsep terdiri dari kata pemahaman dan konsep. Menurut Nuzilatus (2014: 11) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Biasanya dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Selanjutnya Depdiknas (2008) menyatakan bahwa pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian, pendapat, pikiran, aliran, pandangan, mengerti benar, tahu benar; pandai dan mengerti benar tentang suatu hal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk

memperoleh pengertian, atau menemukan suatu makna dari suatu hal.

Kemudian Ratumanan (2015: 134) menyatakan bahwa konsep adalah suatu ide abstrak yang dapat mengelompokkan objek atau kejadian ke dalam bentuk contoh maupun bukan contoh. Konsep membantu untuk mengorganisasikan berbagai informasi menjadi bagian-bagian serupa.

Selain itu, Uno (2016: 9) mengungkapkan bahwa konsep merupakan simbol berfikir yang diperoleh dari hasil membuat tafsiran dan hubungan terhadap fakta atau realita. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan nilai yang ada pada objek yang digunakan untuk mengelompokkan objek tersebut, sehingga dapat mengambil sebuah

pengertian. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep adalah nilai yang ada pada objek yang digunakan untuk mengelompokkan objek tersebut, sehingga dapat memperoleh sebuah pengertian.

Pemahaman konsep peserta didik dapat dilihat dengan tercapainya indikator dari kemampuan pemahaman konsep. Menurut Zuliana (2017:

37) indikator yang harus dikuasai oleh peserta didsik terkait dengan

(38)

18 kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik, antara lain: (1) menyatakan kembali sebuah konsep; (2) mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakter khusus; (3) memberikan contoh dan non contoh dari konsep; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; (6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma

pemecahan masalah. Putra dan Syarifuddin (2019: 43) menyatakan bahwa untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep diperlukan beberapa indikator, diantaranya: (1) menyatakan ulang konsep; (2) memberi contoh dan bukan contoh; dan (3) menggunakan konsep ke dalam perhitungan sederhana. Indikator kemampuan pemahaman konsep lainnya

dikemukakan oleh Martiasari & Kelana (2022: 6) sebagai berikut: (1) mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep; (2) mengidentifikasi sifat-sifat konsep; (3) menerapkan konsep secara logis; (4) memberi contoh dari konsep yang dipelajari; (5) menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematika.

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli, indikator kemampuan pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyatakan ulang sebuah konsep, menyajikan konsep ke dalam bentuk representasi matematis, dan mengaplikasikan konsep algoritma dalam pemecahan masalah.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan baik dari dalam dan luar negeri untuk mendukung penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. Gravemeijer, Stephan, Julie, Lin, & Ohtani (2017). Hasil penelitian mengungkapkan tentang pentingnya kemandirian dan kepercayaan diri ketika berhadapan dengan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(39)

19 2. Laurens Batlolona, F., Batlolona, J.dan Leasa (2017). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penting untuk memberdayakan kemampuan intelektual peserta didik melalui pembelajaran matematika realistik dan permainan agar pembelajaran yang bermakna dan kontekstual dapat dihasilkan.

3. Karaca dan Ozkaya (2017). Menurut hasil penelitian terdeteksi bahwa mengajar kelas lima dalam kegiatan yang disusun sesuai dengan prinsip pembelajaran matematika realistik lebih efektif pada sikap peserta didik terhadap matematika.

4. Putri, Hasratuddin dan Syahputra (2019). Hasil penelitian yaitu pemecahan masalah meningkat setelah pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah realistik yang telah

dikembangkan. Pendidik dapat meningkatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan materi pembelajaran yang berkualitas dan

khususnya dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik pada pendidikan matematika.

5. Ulandari, Amri dan Saragih (2019). Hasil penelitian yaitu bahan ajar berbasis masalah realistik merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan dalam upaya memaksimalkan prestasi belajar matematika pada peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar

pendidik mengupayakan pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah realistik.

6. Mulbar dan Zaki (2018). Hasil penelitian yaitu bahan ajar dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik berdampak baik terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik.

7. Muller, T. dan Thomas (2017). Hasil penelitian yaitu bahan ajar berbasis masalah realistik dapat mempengaruhi, memberikan solusi kesulitan yang muncul dan mendapatkan lebih banyak pemecahan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah.

8. Putu , M., Putu, S., dan Gus (2022). Hasil penelitian yaitu pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berorientasi matematika realistik dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata

(40)

20 skor kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang mengalami peningkatan serta termasuk kategori baik.

9. Abramovich, Grinshpan, and Milligan (2019) Hasil penelitian yaitu pengajaran dengan pengenalan konsep matematika yang dimotivasi oleh kehidupan nyata dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam belajar.

10. Suarsana, I. M., Widiasih, N. P. S., dan Suparta (2018). Hasil penelitian yaitu pemahaman konsep sangat berperan dan penting dalam proses pembelajaran. Pendidik sebagai fasilitator memberikan pembelajaran yang menyenangkan sehingga muncul motivasi dalam diri peserta didik untuk memahami konsep pembelajaran dan mengoptimalkan pemahaman konsep matematika.

11. González, G. (2017). Hasil penelitian yaitu teori pembelaaran

matematika berbasis masalah realistik menetapkan bahwa membingkai masalah matematika dalam konteks realistik dapat memberikan peluang kepada peserta didik untuk penemuan kembali sebuah konsep

matematika.

E. Kerangka Pikir Penelitian

Pengembangan bahan ajar merupakan inovasi dalam tuntutan kurikulum saat ini, salah satu pilihan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik. Hal tersebut dikarenkan bahan ajar matematika belum dikembangkan pendidik. Selain itu, pendidik hanya menggunakan bahan ajar matematika produk dari pemerintah bukan hasil pengembangan pendidik. Kenyataan yang ditemukan di lapangan bahan ajar yang digunakan belum sesuai dengan kehidupan nyata peserta didik, sehingga peserta didik merasa kesulitaan dalam belajar.

Pada penerapan bahan ajar berbasis masalah realistik, penyajian bahan ajar tidak hanya berupa ringkasan materi dan soal, tetapi juga memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran agar dapat menemukan dan memahami konsep-konsep

(41)

21 matematika yang dipelajari dengan melibatkan pendidik. Bahan ajar berbasis masalah realistik memiliki perencanaan pembelajaran yang maksimal

sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar. Peserta didik termotivasi belajar dari hal-hal yang telah ia ketahui yang berkaitan dengan kehidupan nyata peserta didik.

Permasalahan yang diangkat dalam bahan ajar berbasis masalah realistik adalah permasalahan yang ada di dunia nyata, sehingga peserta didik dapat mengidentifikasi permasalahan dan berusaha menganalisis permasalahan untuk diselesaikan. Peserta didik diarahkan untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang ada pada bahan ajar tersebut. Adapun bahan ajar berbasis masalah realistik ini memuat cerita yang berkaitan dengan dunia nyata peserta didik. Kemudian diikuti dengan kegiatan mengamati, contoh soal serta latihan soal yang ada pada bahan ajar. Kegiatan ini akan mendorong peserta didik untuk mengembangkan indikator menyatakan ulang sebuah konsep, menyajikan konsep ke dalam bentuk representasi matematis, dan mengaplikasikan konsep algoritma dalam pemecahan masalah.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan bahan ajar matematika yang dapat mendorong peserta didik belajar lebih mudah. Pengembangan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik merupakan pembelajaran yang

melibatkan peserta didik secara aktif. Melalui bahan ajar matematika berbasis masalah realistik, peserta didik menggali pengetahuan dari kehidupan nyata kepada penanaman konsep dalam pembelajaran matematika.

Proses pengembangan bahan ajar dilakukan dengan analisis kurikulum awal yang dimaksudkan untuk menentukan materi bahan ajar, kompetensi inti, kompetensi dasar, perumusan indikator pencapaian kompetensi, merumuskan materi dan menyusun peta kebutuhan di lapangan. Dilanjutkan dengan membuat desain kerangka bahan ajar dan menentukan isi bagian-bagian bahan ajar yang akan dikembangkan sesuai indikator materi pembelajaran.

Berdasarkan deskripsi diatas, produk akhir dalam penelitian ini adalah bahan ajar matematika berbasis masalah realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

(42)

22 Adapun kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Kerangka Pikir Penelitian

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori di atas maka hipotesis tindakan yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah pengembangan produk bahan ajar matematika berbasis masalah realistik kelas V Sekolah Dasar.

Hipotesis 1: Terwujudnya bahan ajar matematika berbasis masalah realistik yang valid.

Hipotesis 2: Penggunaan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik yang praktis.

Hipotesis 3: Bahan ajar matematika berbasis masalah realistik yang efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.

1. Belum ada produk pengembangan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik.

2. Pendidik hanya menggunakan bahan ajar matematika produk dari pemerintah bukan hasil pengembangan pendidik.

3. Buku peserta didik dari pemerintah kurang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

1. Menentukan materi.

2. Menganalisis KI dan KD 3. Merumuskan IPK 4. Merumuskan materi.

5. Membuat desain kerangka bahan ajar dan menentukan isi bagian-bagian bahan ajar yang akan dikembangkan sesuai indikator materi pembelajaran.

Bahan ajar matematika berbasis masalah realistik untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.

1. Pada penerapan bahan ajar berbasis masalah realistik, penyajian bahan ajar tidak hanya berupa ringkasan materi dan soal.

2. Permasalahan yang diangkat dalam bahan ajar berbasis masalah realistik adalah permasalahan yang ada di dunia nyata.

3. Bahan ajar berbasis masalah realistik memuat cerita yang berkaitan dengan dunia nyata peserta didik.

4. Bahan ajar berbasis masalah realistik diikuti dengan kegiatan mengamati, contoh soal serta latihan soal yang ada pada bahan ajar. Kegiatan ini akan mendorong peserta didik untuk mengembangkan indikator menyatakan ulang sebuah konsep, menyajikan konsep ke dalam bentuk representasi matematis, dan mengaplikasikan konsep algoritma dalam pemecahan masalah.

(43)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development (R&D) menurut Borg & Gall (1983: 775). Menurut Borg & Gall penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu. Produk dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan dilapangan. Produk yang dikembangkan divalidasi terlebih dahulu.

Produk kemudian direvisi sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan tepat guna. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa bahan ajar matematika berbasis masalah realistik di kelas V Sekolah Dasar yang kemudian dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran peserta didik.

Rangkaian tahap yang harus dilakukan seperti ungkapan Borg & Gall yaitu terdapat sepuluh langkah dalam melaksanakan penelitian pengembangan dengan sedikit penyesuaian sesuai konteks penelitian, yaitu sebagai berikut.

Gambar 6. Prosedur Research and Development (R&D) Borg and Gall

Research and Information

Collecting

Planning

Develop Preliminary from of Product

Preliminary Field Testing

Main Product Revision Main Field

Testing Operational

Product Revision Operational

Field Testing

Finally Product Revision

Dissemination and Implementation

(44)

24 B. Prosedur Pengembangan dalam Penelitian

Penelitian ini adalah Research and Development (R&D) atau penelitian

pengembangan. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian pengembangan Borg

& Gall (1983: 775), dalam penelitian ini peneliti hanya melaksanakan langkah ke satu sampai dengan langkah ketujuh, yaitu penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting), perencanaan (planning), mengembangkan produk awal (develop preliminary form of product), uji coba produk awal (preliminary field testing), revisi produk awal (main product revision), uji coba kelompok besar (main field testing), penyempurnaan produk hasil uji coba (operational product revision).

Langkah kedelapan sampai kesepuluh tidak dilaksanakan karena keterbatasan waktu dan membutuhkan biaya yang mahal terhadap pengembangan produk penelitian dan hal ini memang dilakukan sesuai standar penelitian persyaratan tesis. Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut.

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi (Research and information Collecting)

Langkah ini dilakukan dengan studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan dilakukan dengan melakukan analisis kurikulum, analisis kondisi belajar, dan analisis kebutuhan. Analisis kurikulum dilaksanakan dengan melakukan peninjauan terhadap kurikulum yang berlaku di sekolah

sehingga pengembangan produk dapat disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

Analisis kondisi belajar dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung di kelas sebelum melaksanakan penelitian. Sebelum menganalisis, dilakukan observasi terlebih dahulu. Observasi dilakukan dengan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar. Hasil observasi dapat dijadikan acuan untuk melakukan analisis pada kondisi belajar peserta didik di dalam kelas.

(45)

25 Analisis kebutuhan merupakan proses sistematis untuk menentukan tujuan, mengidentifikasi ketidaksesuaian antara kenyataan dan kondisi yang diinginkan. Analisis kebutuhan dilakukan dua kali melalui angket. Analisis kebutuhan pertama diambil dari hasil angket pada 3 orang pendidik SDN 3 Bumiwaras, 3 orang pendidik SDN 4 Bumiwaras, dan 1 orang pendidik di SD Muhammadiyah. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pendidik, maka dilanjutkan dengan memberikan angket analisis kebutuhan peserta didik kelas V yang diambil dari 28 peserta didik kelas V SDN 3 Bumiwaras.

Penelitian awal atau analisis kebutuhan sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal untuk melakukan pengembangan. Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan kelas untuk melihat kondisi nyata di lapangan. Maka ditentukanlah pengembangan bahan ajar matematika berbasis masalah realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

Studi pustaka untuk menemukan rujukan yang mendukung informasi yang ada. Kajian pustaka dapat berupa teori-teori yang berasal dari buku, jurnal terakreditasi baik nasional maupun internasional, konsep para ahli, kajian yang berisi tentang model pengembangan yang baik.

2. Perencanaan (Planning)

Tujuan dari tahap perencanaan yaitu mempersiapkan bahan dan membuat rancangan produk. Tahap perencanaan ini diawali dengan menentukan materi, pengkajian kompetensi dasar berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, perumusan indikator, merumuskan materi dan menentukan bahan ajar. Setelah selesai dibuat, maka dilanjutkan dengan membuat desain kerangka bahan ajar dan menentukan isi bagian- bagian bahan ajar yang akan dikembangkan.

(46)

26 3. Pengembangan Produk Awal (Develop Preliminary form of Product)

Pada langkah ini peneliti mulai mengembangkan bentuk produk awal yang meliputi: (1) menentukan unsur-unsur bahan ajar matematika yang terdiri dari judul, petunjuk penggunaan, KI, KD, IPK, serta tujuan pembelajaran;

(2) penyiapan materi pembelajaran; (3) penyusunan produk pengembangan berupa bahan ajar matematika berbasis masalah yang realistik.

Pada tahap ini dilakukan uji validasi ahli untuk mengetahui

ketidaksesuaian atau kesalahan pada bahan ajar yang dibuat baik dari komponen konstruksi, komponen substansi, komponen tata bahasa.

Validasi ahli dalam pengembangan ini dilakukan 3 tahapan validasi yaitu validasi ahli materi, validasi ahli media, validasi ahli bahasa oleh dosen Universitas Lampung yang ahli sesuai bidangnya. Setelah desain produk awal divalidasi untuk mencari apakah masih ada ketidaksesuaian atau kesalahan pada desain produk, maka selanjutnya diperbaiki sebagai penyempurnaan produk yang akan dikembangkan. Pada tahap ini selanjutnya diperbaiki atau direvisi bahan ajar yang telah divalidasi berdasarkan catatan dan saran perbaikan dari validasi ahli.

4. Uji Coba Lapangan Awal (Premilinary Field Testing)

Setelah produk direvisi, dilakukan uji coba lapangan awal skala terbatas untuk kelompok kecil kepada 12 peserta didik dan 3 pendidik kelas V SDN 4 Bumiwaras, Bandar Lampung.

5. Revisi Produk Awal (Main Product Revision)

Setelah diujicobakan kepada pendidik dan peserta didik, maka diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut dicoba untuk diperbaiki dengan merevisi produk. Bentuk produk yang dihasilkan setelah perbaikan ada berbagai perubahan sesuai dengan masukkan. Kemudian dilakukan uji coba lapangan utama untuk menguji kepraktisan produk dan direvisi jika ada saran perbaikan praktisi.

(47)

27 6. Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing)

Setelah desain bahan ajar penelitian divalidasi dan diperbaiki atas saran praktisi, lalu melakukan revisi hasil uji coba lapangan awal. Kemudian diujicobakan kedua pada uji coba lapangan utama. Uji coba lapangan utama diberikan kepada 28 peserta didik dan 3 pendidik kelas V SDN 3 Bumiwaras, Bandar Lampung.

Desain penelitian ini menggunakan the nonequivalent pretest-posttest control group design sebagaimana yang dikemukakan Lestari dan Yudhanegara (2017: 138) yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kelas Eksperimen T1 X T2

Kelas Kontrol T1 X T2

Sumber: Setiyadi (2018: 112) Keterangan:

X = Perlakuan T1 =Pretest T2 =Posttest

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba (Operational Product Revision)

Berdasarkan hasil pengamatan, kemudian dilakukan penyempurnaan kembali atas produk bahan ajar matematika berbasis masalah realistik.

Tujuan revisi produk ini untuk menyempurnakan kembali bahan ajar yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi nyata dilapangan berdasarkan uji coba produk.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu subjek uji coba produk dan subjek uji coba pemakaian. Subjek uji coba produk adalah

validasi ahli meliputi ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Subjek uji coba pemakaian adalah pendidik kelas V SD Negeri pada Gugus I Dahlia

Referensi

Dokumen terkait

Secara r ata-rata konsumsi garam beriodium dikedua wilayah lebih dari 30 ppm, dan konsumsi sumber iodium dari makanan lebih dari 2 kali seminggu, namun kejadian

Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai

Sedangkan menurut Riyanto (2001) serta Husnan dan Pujiastuti (2002) mengemukakan bahwa rentabilitas ekonomi adalah kemampuan suatu bank dan seluruh modal yang bekerja didalamnya

Atas berlangsungnya aksi demo yang aman dan damai."Omzet penjualan selama sehari merugi tidak menyurutkan rasa pelaku usaha, bahagia, bangga, dan terharu, atas jalannya

Hasil penelitian tentang penanaman nilai moral religius dalam proses pembelajaran di TK PAUD Alam Berbasis Karakter Sayang Ibu dan PAUD Terpadu Negeri Pembina

Pada bab ini membahas gambaran umum perusahaan yang dijadikan obyek dalam penelitian ini, yaitu karyawan bagian penjualan PT Perindustrian Bapak Djenggot,

Tidak terbuktinya fungsi moderasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa psychological capital tidak memiliki interaksi dengan persepsi dukungan organisasi saat

Hal inilah yang membuat bahan ajar berbasis nilai-nilai karakter bangsa menjadi penting dan dibutuhkan, karena dengan adanya bahan ajar tersebut, diharapkan dapat