• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRATED AND SUSTAINABLE WASTE MANAGEMENT IN THE IMPLEMENTATION OF GREEN CAMPUS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INTEGRATED AND SUSTAINABLE WASTE MANAGEMENT IN THE IMPLEMENTATION OF GREEN CAMPUS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

940

INTEGRATED AND SUSTAINABLE WASTE MANAGEMENT IN THE IMPLEMENTATION OF GREEN CAMPUS UNIVERSITAS NEGERI

MAKASSAR

Gufran Darma Dirawan1 , Dyah Darma Andayani2 Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Indonesia1,2

Abstract. Greenmetric UI is a rating system for ranking the sustainability efforts of campuses in the world by a certain numerical index and methodology. Greenmetric UI was first launched in 2010 by conducting an online survey regarding the latest conditions and policies from green campuses around the world. This study aims to conduct a study on integrated and sustainable waste management that has been carried out at Makassar State University as one of the indicators in Greenmetric UI to determine the Green Campus. The data obtained from the interview results were described based on the situation, condition, and identity of the informant, including the introduction of the interview until the interview material on the topic under study was clearly understood by the informant. Observations were made to obtain data on planning, implementation, and obstacles faced in implementing integrated and sustainable waste management at Makassar State University. The results show that the implementation of waste management has not been carried out in an integrated manner and has not met the standards set in Greenmetric UI. Recommendations for activities that can be carried out to meet this standard are also provided as part of an integrated and sustainable waste management study.

Keywords: Greenmetric UI, sustainability, green campus, evaluation PENDAHULUAN

Semua negara di dunia, baik negara maju maupun negara-negara berkembang telah menyadari pentingnya melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Pembangunan yang tidak didasari dengan konsep berkelanjutan cenderung mengakibatkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan sebagai dalih pemenuhan kebutuhan, kekurangan sumber daya alam, makanan dan energi, serta bencana alam.

Masalah lingkungan yang jelas terjadi adalah perubahan Iklim dan Global Warming (Arisanti, 2018). Oleh karena itu, setiap negara di dunia perlu meningkatkan implementasi konsep pembangunan berkelanjutan di berbagai bidang agar tidak mengganggu pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang.

Implementasi konsep keberlanjutan juga dapat dilakukan di bidang pendidikan, salah satunya adalah pada sebuah universitas. Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di universitas juga cenderung menimbulkan permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, seperti sampah-sampah yang dihasilkan, penggunaan energi, polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan terutama bus kampus, dan penggunaan air bersih yang cukup besar. Untuk itu, peningkatan kesadaran terhadap pentingnya konsep kampus

(2)

941

berkelanjutan di lingkungan universitas sangat diperlukan (Fatmawati dan Syahbana, 2015).

Beberapa tahun terakhir, upaya universitas di dunia untuk mengembangkan konsep kampus berkelanjutan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya universitas yang berpartisipasi dalam UI Greenmetric World University Ranking (Ragazzi dan Ghidini, 2017). UI Greenmetric World University Ranking adalah peringkat universitas dunia untuk menilai dan membandingkan upaya keberlanjutan kampus yang diluncurkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2010. Peringkat ini berperan penting dalam meningkatkan kesadaran dengan membantu menilai dan membandingkan upaya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, penelitian berkelanjutan, kampus penghijauan, dan penjangkauan sosial. Jumlah universitas yang ikut berpartisipasi pada tahun 2014 adalah sebanyak 360 universitas dari 62 negara, sedangkan pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 407 universitas dari 65 negara (Buana dkk, 2018)

Di Indonesia , data menunjukkan bahwa universitas-universitas di Indonesia perlu meningkatkan lagi usaha penerapan kampus berkelanjutan agar dapat meminimalisir permasalahan lingkungan, sosial dan ekonomi, selain mendapatkan peringkat yang lebih baik di UI Greenmetric World University Ranking. Dalam mewujudkan hal tersebut, perlu diperhatikan indikator-indikator penting yang akan dijadikan prioritas untuk penilaian kampus berkelanjutan. Indikator-indikator penting ini akan dapat membantu pihak universitas dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan peningkatan penerapan kampus berkelanjutan.. Untuk penentuan indikator-indikator penting tersebut, perlu dirancang sebuah model penilaian kinerja kampus berkelanjutan yang dalam penelitian ini dipusatkan pada Universitas Negeri Makassar.

Model struktur penilaian kinerja kampus berkelanjutan (Sustainable Campus) di Universitas Andalas pernah dirancang pada penelitian sebelumnya yaitu Astari (2016).

Selain merancang model struktur, penelitian tersebut juga membahas mengenai penerapan konsep kampus berkelanjutan di Universitas Andalas. Indikator yang digunakan dalam penelitian Astari (2016) terdiri dari 33 indikator berdasarkan indikator UI Greenmetric World University Ranking 2014 dan 2 indikator merupakan indikator tambahan yang telah divalidasi berdasarkan penelitian lain yang berkaitan (Amrina dan Imansuri , 2015). Total Indikator yang digunakan adalah 35 indikator.

Berdasarkan panduan UI Greenmetric World University Ranking 2019, terdapat penambahan indikator penilaian kinerja kampus berkelanjutan sebanyak 7 indikator yaitu implementasi program smart building, kebijakan karbon footprint, rasio dari total footprint terhadap total populasi kampus, program daur ulang air, penggunaan peralatan hemat air, pengolahan air yang dikonsumsi dan rasio pelayanan transportasi bus terhadap populasi kampus, dan pengurangan sebanyak 1 indikator yaitu saluran air (Harjanti, 2019).

Salah satu tema program green campus yang dijalankan adalah Litter and Waste yaitu menilai sampah dan limbah terhadap ingkungan dan mengembangkan perangkat praktis utnuk mencegah, mengurangi dan meminimalkisir jumlah sampah dan limbah yang

(3)

942

diproduksi kampus (Setyowati dan Prasetya, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap manajemen limbah terpadu dan berkelanjutan yang telah dilakukan oleh Universitas Negeri Makassar sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan konsep Green Campus.

METODE

Penelitian ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mengembangkan kepekaan konsep dan penggambaran realitas yang jamak dengan responden dalam jumlah kecil, sekitar sepuluh orang yang diambil secara purposif, obyek yang diteliti merupakan perilaku manusia atau proses kerja, metode pengumpulan data lebih menekankan pada observasi dan wawancara, bentuk data berupa kata-kata, kalimat, gambar, dan perilaku, analisis tidak untuk menguji hipotesis, tetapi menjawab masalah, peneliti berusaha untuk memahami fenomena yang dirasakan sebagaimana adanya, asumsi yang dikemukakan bersifat dinamis.

Data dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai fakta atau informasi yang diperoleh dari aktor, aktivitas, dan tempat yang menjadi subyek dalam penelitian. Data penelitian kualitatif diperoleh dari apa yang diamati, didengar dirasa, dan dipikirkan oleh peneliti (Gunawan, 2013). Data kualitatif merujuk pada data kualitas obyek penelitian, yaitu ukuran data berupa data atau angka tetapi satuan kualitas (Idrus, 2009). Sumber data dengan tiga (3) P, yaitu person, paper, dan place (Yusuf, 2016). Person terdiri dari badan pengembang konservasi dan mahasiswa. Paper dengan meneliti tentang dokumentasi, dan place yaitu tempat di Universitas Negeri Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam (in-depth) secara terbuka dan observasi.

Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak dan penting sampai menemukan titik jenuh. Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa upaya yang dilaksanakan dan gagasan beserta strategi yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan (Yusuf, 2016). Meskipun demikian, peneliti tetap menggunakan kisi-kisi wawancara yang berisi tentang rencana, pelaksanaan, dan hambatan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco-campus dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi bertaraf internasional. Untuk membantu mendapatkan data penting, maka peneliti menggunakan pencatatan secara terstruktur.

Hasil wawancara dideskripsikan berdasarkan situasi, kondisi, dan identitas informan, termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara tentang topik yang diteliti dapat secara jelas dipahami oleh informan.

(4)

943

Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipan, artinya peneliti tidak terlibat hanya sebagai pengamat independen (Hasanah, 2017). Observasi yang dilakukan dengan observasi terbuka. Menurut Hasanah (2017), observasi terbuka kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang perencanaan, pelaksanaan, dan hambatan yang dihadapi pada pelaksanaan pendidikan dan penelitian di Universitas Negeri Makassar.

Greenmetric UI merupakan tolak ukur (rating system) untuk mengurutkan usaha sustainability kampus-kampus di dunia dengan indeks angka dan metodologi tertentu.

Greenmetric UI diluncurkan pertama kali tahun 2010 dengan melakukan survei online mengenai kondisi dan kebijakan terkini dari kampus-kampus hijau di seluruh dunia (Lourrinx dan Budiharjo, 2019). Keberadaan Greenmetric UI sendiri saat ini disokong oleh Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dan sedang dalam proses pengembangan. Terdapat enam kategori penilaian green campus dalam Greenmetric, yaitu Setting and Infrastructure, Energy and Climate Change, Waste, Water, Transportation dan Education. Masing-masing dari kategori tersebut, terdapat indikator- indikator yang mengukur tingkat “green” sesuai masing-masing kategori (Qomaruzzaman dkk , 2018).

Penilaian untuk setiap aspek adalah bentuk angka sehingga dapat diolah secara statistik. Penilaian akan mengacu kepada jumlah atau tanggapan pada skala tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN

Limbah menjadi suatu permasalahan yang harus dicarikan solusi oleh Perguruan Tinggi. Di UNM ada lima jenis limbah yang ditemui, 1. Limbah padat, 2. Limbah cair, 3.

Limbah B3, 4. Limbah domestik, dan 5. Limbah RPH. Untuk kelima jenis limbah tersebut UNM fokus menyelesaikan masalah-masalah seperti :

1. Limbah Padat

a. Tingginya penggunaan kertas dan plastik

Di Universitas Negeri Makassar, ada permasalahan penting terkait manajemen limbah. Limbah dibagi dalam lima kategori yaitu limbah padat, limbah cair, limbah B3, limbah domestik serta limbah RPH. Untuk limbah padat permasalahan yang ada di UNM yaitu tingginya penggunaan kertas dan plastik. Solusi yang dapat diambil ialah UNM perlu melaksanakan konsep paperless dan penggunaan kertas seminimal mungkin. Strategi nya ialah membuat kebijakan paperless, penggunaan kertas bekas (double printing), serta pengurangan penggunaan kemasan plastik, kampanye dan edukasi terkait hemat penggunaan kertas dengan memaksimalkan email dan social media. Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah pembuatan kebijakan dan kampanye paperless serta pengurangan kemasan plastik. Dengan alasan, penting untuk mengurangi limbah dari sumber, penggunaan kertas di UNM sangat tinggi, pentingnya hemat kertas merubah

(5)

944

perilaku hemat kertas, sejalan dengan program pengurangan penggunaan air dalam kemasan dan tumbler serta pengurangan limbah plastic, sejalan dengan konsep green campus.

b. Tingginya limbah kemasan dari bekas minuman dan kotak makanan

Permasalahan limbah padat yang ada di UNM yaitu tingginya limbah kemasan dari bekas minuman dan kotak makanan. Solusi yang dapat diambil ialah UNM perlu mengurangi penggunaan kemasan makanan dan minuman berupa plastik, karton, dan botol. Strateginya ialah pengurangan penggunaan kemasan plastic. Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah pembuatan kebijakan dan kampanye paperless serta pengurangan kemasan plastik. Dengan alasan, penting untuk mengurangi limbah dari sumber, penggunaan kemasan plastik di UNM sangat tinggi, merubah perilaku hemat plastik, sejalan dengan konsep green campus.

c. Tingginya sisa makanan (food waste) dari berbagai kegiatan

Permasalahan limbah padat yang ada di UNM yaitu tingginya sisa makanan (food waste) dari berbagai kegiatan. Solusi yang dapat diambil ialah UNM perlu segera mengolah food waste dan limbah organik lain menjadi biogas, kompos, dan pupuk cair.

Strategi nya ialah membuat perencanaan serta kebijakan terkait pembuatan kompos, UNM menyiapkan rencana dan melaksanakan konsep Integriated Waste Management.

Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah pelaksanaan pembuatan kompos, pembangunan dan pengimplementasian Integriated Waste Management (IWM). Dengan alasan, penting untuk mengurangi limbah dari sumber, mempraktikkan ilmu pertanian, dapat meningkatkan kesuburan tanah, memanfaatkan limbah buangan, IWM mengintegrasikan pengolahan limbah organik dan pertanian terpadu, dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomis, miniatur keterpaduan keilmuan di UNM, dapat dijadikan agrotourism, sebagai tempat percontohan bisnis pertanian, sebagai tempat laboratorium lapang pertanian dan usaha, sebagai tempat kunjungan tamu UNM.

d. Belum ada proses pemilahan

Permasalahan limbah padat yang ada di UNM yaitu belum adanya proses pemilahan. Solusi yang dapat diambil ialah perlu ada pemilahan sampah organik dan anorganik, perlu ada pembuatan kompos. Strategi nya ialah kampanye dan pelatihan pemilahan sampah, membuat perencanaan serta kebijakan terkait pembuatan kompos.

Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah kampanye dan pelatihan pemilahan sampah, pelaksanaan pembuatan kompos. Dengan alasan, merubah perilaku memilah sampah, memanfaatkan limbah buangan, kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah.

e. Belum ada proses composting pemanfaatan untuk biogas dan briket

Permasalahan limbah padat yang ada di UNM yaitu belum adanya proses composting pemanfaatan untuk biogas dan briket. Solusi yang dapat diambil ialah perlu ada pembuatan kompos untuk pemanfaatan biogas dan briket. Strategi nya ialah membuat perencanaan serta kebijakan terkait pembuatan kompos. Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah pelaksanaan pembuatan kompos, pengolahan

(6)

945

limbah menjadi biogas dan briket. Dengan alasan, penting untuk mengurangi limbah dari sumber, sejalan dengan konsep green campus, memanfaatkan limbah buangan, mempraktekan ilmu pertanian, kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah.

f. TPS masih bersifat terbuka dan tidak saniter

Permasalahan limbah padat yang ada di UNM yaitu TPS masih bersifat terbuka dan tidak saniter. Solusi yang dapat diambil ialah perlu ada pembuatan TPS saniter yang mudah untuk ditangani. Strategi nya ialah membuat perencanan serta kebijakan terkait pembuatan TPS saniter. Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah pelaksanaan pembuatan TPS saniter. Dengan alasan, penting untuk kebersihan dan kenyamanan, UNM sebagai kampus biodiversitas, sejalan dengan konsep green campus.

g. Alat angkut dan bak sampah belum memadai

Permasalahan limbah padat yang ada di UNM yaitu alat angkut dan bak sampah belum memadai. Solusi yang dapat diambil ialah UNM perlu menambah alat angkut dan bak sampah. Strateginya ialah membuat perencanan serta kebijakan terkait penambahan alat angkut dan bak sampah. Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah penambahan alat angkut dan bak sampah. Dengan alasan, memudahkan proses kegiatan bersih-bersih.

2. Limbah Cair

a. Belum ada perlakuan (IPAL) untuk limbah cair dari laboratorium

Permasalahan limbah cair yang ada di UNM yaitu belum adanya perlakuan (IPAL) untuk limbah cair dari laboratorium. Solusi yang dapat diambil ialah UNM perlu memiliki IPAL. Strategi nya ialah membuat perencanan serta kebijakan terkait pembangunan IPAL.

Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah pembangunan IPAL. Dengan alasan, tuntutan peraturan perundangan, UNM banyak menghasilkan limbah cair, menjadi percontohan Perguruan Tinggi yang peduli terhadap pengolahan limbah cair, menjadi perhatian para aktivis lingkungan baik dalam maupun luar negeri.

3. Limbah B3

a. Belum ada TPS limbah B3 sesuai standar KLH terpadu dengan Integriated Waste Management (IWM)

Permasalahan limbah B3 yang ada di UNM yaitu belum adanya TPS limbah sesuai standar KLH terpadu dengan Integriated Waste Management (IWM). Solusi yang dapat diambil ialah UNM perlu segera menyiapkan TPS limbah B3 sesuai standar KLH terpadu dengan Integriated Waste Management (IWM). Strategi nya ialah membuat perencanan serta kebijakan terkait pembangunan TPS limbah B3 sesuai standar KLH terpadu dengan Integriated Waste Management (IWM). Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah penyusunan perencanaan pembangunan TPS limbah B3 berupa Detail Enginering Design (DED) IWM, pembangunan TPS B3 sesuai konsep KLH terpadu dengan Integriated Waste Management (IWM). Dengan alasan, tuntutan peraturan perundangan, UNM

(7)

946

banyak menghasilkan limbah B3, menjadi percontohan Perguruan Tinggi yang peduli terhadap pengolahan limbah B3, menjadi perhatian para aktivis lingkungan baik dalam maupun luar negeri.

4. Limbah Domestik

a. Belum ada pengolahan limbah domestik di asrama PPKU

Permasalahan limbah domestik yang ada di UNM yaitu belum adanya pengolahan limbah domestik di asrama PPKU. Solusi yang dapat diambil ialah UNM perlu segera menyiapkan instalasi pengolahan limbah domestik menjadi biogas. Strategi nya ialah merencanakan instalasi pengolahan limbah domestik menjadi biogas. Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan ialah pembangunan instalasi pengolahan limbah domestik menjadi biogas. Dengan alasan, asrama dihuni oleh banyak orang dan menghasilkan limbah domestik yang sangat banyak, septictank cepat penuh (potensial diubah menjadi sumber energi biogas yang dapat dimanfaatkan untuk penerangan ruangan tertutup/terbuka).

KESIMPULAN

Untuk penyelenggaraan Green Campus dibutuhkan adanya sistem kelembagaan yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab mengkoordinasikan upaya-upaya pencapaian Green Campus sesuai dengan konsep dan rencana yang dikembangkan dari tahun 2020 hingga tahun 2024. Pada tataran pelaksanaan teknis diperlukan adanya kejelasan pelaksanaan program-program dan aktivitas-aktivitas di unit-unit kampus UNM yang menjalankan upaya- upaya pencapaian dari tujuh kriteria green campus yang sudah ditetapkan. Pengelolaan limbah di universitas negeri Makassar belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam indicator yang dirumuskan dalam Greenmetric UI. Oleh karenanya perlu usaha yang lebih terarah dan terkoordinasi yang dilakukan oleh UNM dalam perencanaan ke depan sehingga dapat menjadi bagian dari Green Campus.

DAFTAR PUSTAKA

Amrina, E., & Imansuri, F. (2015). Key performance indicators for sustainable campus assessment: a case of Andalas University. In Industrial Engineering, Management Science and Applications 2015 (pp. 11-18). Springer, Berlin, Heidelberg.

Arisanti, D. (2017). Politik Indonesia dalam Isu Lingkungan: Studi Kasus Kepentingan Indonesia dalam KTT Perubahan Iklim di Paris Tahun 2015. URECOL, 269-280.

Astari, Y. (2016). Perancangan Model Struktur Penilaian Kinerja Kampus Berkelanjutan (Sustainable Campus) Di Universitas Andalas. Tugas Akhir Teknik Industri.

Universitas Andalas.

Buana, R. P., Wimala, M., & Evelina, R. (2018). Pengembangan Indikator Peran Serta Pihak Manajemen Perguruan Tinggi dalam Penerapan Konsep Green Campus.(Hal. 82- 93). RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil, 4(2), 82.

(8)

947

Fatmawati, S., & Syahbana, J. A. (2015). Penerapan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan di Lingkungan Kampus (Studi Perbandingan Antara Kampus Tembalang Universitas Diponegoro dan Kampus Tertre Universitas Nantes). JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA, 11(4), 484-497.

Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143.

Harjanti, A.S., 2019. Efektivitas Program Green Campus Menurut Mahasiswa FK UNS. INA- Rxiv. June, 25.

Hasanah, H. (2017). Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif metode pengumpulan data kualitatif ilmu-ilmu sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21-46.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Lourrinx, E., & Budihardjo, M. A. (2019). Implementation of UI GreenMetric at Diponegoro University in order to Environmental Sustainability Efforts. In E3S Web of Conferences (Vol. 125, p. 02007). EDP Sciences.

Qomaruzzaman, I., Evelina, R., & Wimala, M. (2018). Pengembangan Kategori Edukasi Berkelanjutan dalam Penilaian Green Campus di Indonesia (Hal. 12-19).

RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil, 4(3), 12.

Ragazzi, M., & Ghidini, F. (2017). Environmental sustainability of universities: critical analysis of a green ranking. Energy Procedia, 119, 111-120.

Setyowati, M., Kusumawanto, A., & Prasetya, A. (2018, May). Study of waste management towards sustainable green campus in Universitas Gadjah Mada. In Journal of Physics:

Conference Series (Vol. 1022, No. 1).

Yusuf, A. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan. Prenada Media.

Referensi

Dokumen terkait

Line Fishing, merupakan teknik penangkapan ikan dengan menggunakan pancing, dengan istilah lainnya disebut hook and line atau angling yaitu alat

hal yang menyebabkan naik turunnya presentase jumlah kewajiban jangka pendek adalah pada tahun 2008 perusahaan mempunya dividend dan tidak mempunyai kewajiban

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 20 Tahun 2019 tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian Negara

Untuk periode ketika ketinggian matahari maksimum matahari pada posisi rendah, akan lebih aman untuk memasang kolektor dengan kemiringan yang lebih besar untuk meminimalkan

Pengolahan secara termal dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3; atau Pengolah Limbah B3

Menyimpan limbah B3 di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS Limbah B3) dalam kemasan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 dan dilengkapi dengan simbol dan label