• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN. analisis strategi SWOT, PESTEL analysis, dan analisis porter.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN. analisis strategi SWOT, PESTEL analysis, dan analisis porter."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Analisis Strategi

Analisis strategi yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian adalah analisis strategi SWOT, PESTEL analysis, dan analisis porter.

IV.1.1. Analisis SWOT

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan faktor eksternal dan internal perusahaan. Hasil dari pembandingan tersebut digunakan untuk melihat apakah strategi yang digunakan PT. HM Sampoerna, Tbk sudah tepat, dan dapat juga menjadi tolak ukur PT. HM Sampoerna, Tbk manfaat dan kekurangan dari strategi perusahaan yang diambil. Faktor eksternal dilihat dari sisi peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan, baik itu dari perusahaan sejenis ataupun perusahaan yang tidak sejenis, sedangkan faktor internal dilihat dari sisi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.

IV.1.1.1. Internal Perusahaan.

1. Kekuatan:

• Kualitas bahan baku : Kualitas rokok bahan baku PT HM Sampoerna sudah terpercaya, kualitas bahan baku juga menjadi andalan sampoerna untuk bersaing dengan perusahaan rokok besar lainnya di Indonesia (Gudang Garam, Bentoel Investama).

(2)

• Menguasai pangsa pasar : Produk-produk rokok sampoerna secara keseluruhan menguasai pangsa pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar 24,2%, posisi kedua Gudang Garam 23,6%, dan ketiga Djarum 20,4%.

• Kredibilitas perusahaan

Perusahaan yang telah berdiri hampir mencapai seratus tahun pastinya memiliki kredibilitas perusahaan yang baik. Kredibilitas Sampoerna tidak dibangun dalam semalam, tetapi melalui jalan yang panjang dan berbagai prestasi yang telah ditorehkan. Kredibilitas perusahaan inilah yang menjadi dasar terbentuknya trust 'kepercayaan' dari para stakeholder yang terbukti menjadi poin krusial dalam pengembangan suatu bisnis.

• Budaya perusahaan

Budaya perusahaan dalam tubuh sampoerna sudah menjadi spirit d’corps sampoerna. Dalam kegiatan sehari-hari budaya perusahaan tersebut menjiwai seluruh aktifitas karyawan sehingga kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan adanya budaya perusahaan yang baik maka perusahaan akan mampu bertahan dan berkembang lebih baik lagi.

• Nilai capital yang besar

Setelah Philip Morris menjadi pemilik dominan saham perusahaan. Sampoerna memiliki capital yang cukup besar dan jaminan tersedianya modal dibawah naungan perusahaan rokok

(3)

raksasa dunia. Dengan tersedianya dana yang besar, memudahkan perusahaan untuk menjalankan strategi pemasaran dan kegiatan operasional perusahaan.

2. Kelemahan

• Harga yang cukup mahal

Harga yang cukup mahal menjadi kelemahan sampoerna yang sangat terlihat dimata competitor. Harga cukup mahal ini bersala dari biaya promosi yang besar dan bahan baku yang mahal.

• Kurang diminati produk rokok SKM mild internasional

Para perokok luar negeri sudah terbiasa dengan rokok putih dan sudah candu dengan rasa yang diberikan oleh rokok putih, kehadiran rokok kretek mild tidak bisa menggeser kedudukan rokok putih sebagai rokok no. 1 di luar negeri untuk saat ini.

• Kalahnya pangsa pasar SKM filtered dari para pesaing

Walaupun Dji Sam Soe Filtered memilki kualitas tembakau dan cengkeh yang tidak kalah dari para pesaing, tetapi perbedaan harga membuat Dji Sam Soe filter tidak bias menggeser kedudukan Gudang Garam Internasional dari peringkat pertama dan minimnya distribusi dan promosi membuat sangat memperkokoh posisi Gudang Garam Internasional.

(4)

• Modal yang cukup besar untuk mengadakan event berkala

Event tersebut seperti A mild live wanted, Java Jazz, COPA Dji Sam Soe, Liga voli Proliga, IBL, Jak Jazz dan Soundrenaline. Pengalokasian yang dipakai sampoerna banyak dipakai untuk membuat suatu event, terlebih lagi event yang dibuat adalah event berkala (Java Jazz, Jak jazz, IBL, Proliga, COPA, Soundrenaline dan Amild live wanted) dengan jangka waktu setahun sekali event tersebut dilaksanakan, sudah terhitung ada tujuh event besar yang harus didanai setiap tahunnya. Dengan adanya event berkala tersebut sampoerna harus menyediakan dana yang cukup besar

• Lambatnya pertumbuhan rokok Avolution

Rokok Avolution yang seharus menjadi harapan agar dapat bersaing dengan rokok putih, tetapi yang terjadi pertumbuhan rokok tersebut sangat lambat, permintaan turun dan profit menurun, akhirnya malah memberikan kerugian dan memberikan dampak yang negative. Rokok Avolution yang seharusnya harapan dilihat dari launchingnya yang sangat luar biasa untuk industry rokok Indonesia, tetapi yang terjadi produk ini tidak memberikan laba yang sesuai harapan seiring berjalannya waktu.

(5)

IV.1.1.2 Eksternal Perusahaan

1. Peluang

• Masuknya phillip moris sebagai mitra bisnis

Trend pasar positif untuk rokok Low Tar Low Nicotine (LTLN) di Indonesia

• Banyak spot promosi yang diperoleh dari banyak event • Kemungkinan produk baru

2. Ancaman

• Regulasi dan perda megenai anti rokok

Perda ini memungkinkan penurunan jumlah perokok dan permintaan atas rokok yang terjadi disuatu daerah yang memiliki perda anti-rokok.

• Kompetitor dari rokok jenis mild

Dilihat dari trend positif rokok mild, banyak dari produsen rokok mulai merambah pangsa pasar rokok mild. Untuk saat ini produsen rokok besar sudah memproduksi rokok mild, Gudang Garam ada Surya Signature, yang cukup mengancam Sampoerna saat ini, dari kubu Bentoel ada Starmild yang berada di posisi ketiga pangsa pasar rokok mild, bahkan produsen rokok kecil seperti Nojorono Tobacco Indonesia ikut meramaikan industry rokok Indonesia dengan mengusung produk Class Mild yang menduduki peringkat runner-up. Bertambahnya competitor

(6)

menambah ketatnya persaingan rokok di Indonesia, akhirnya ada yang tersingkir dari persaingan tersebut.

• Bertambahnya kompetitor rokok jenis mild

Pangsa pasar rokok mild yang menjanjikan di masa depan memungkinkan munculnya pendatang baru dalam persaingan industry rokok mild.

• Tingginya pajak rokok

Tingginya pajak rokok membuat rendahnya daya beli masyarakat terhadap rokok sehingga terjadi penurunan permintaan rokok. • Berkurangnya event yang disponsori perusahaan rokok

Berkurangnya event yang disponsori rokok merupakan impact dari mindset masyarakat yang mendukung anti-rokok dan ingin mengurangi promosi rokok yang terdapat pada event khususnya event anak muda. Dengan berkurangnya event yang disponsori perusahaan rokok membuat perusahaan rokok sulit untuk mempromosikan produknya dan seiring berjalannya waktu tingkat awareness akan berkurang.

IV.1.2. Analisis Porter

1. Persaingan dengan perusahaan sejenis

Industry bisnis rokok adalah bisnis yang memiliki persaingan yang sangat ketat. Persaingan ketat ini dikarenakan peluang bisnis rokok sangat menjajikan karena banyak pangsa pasarnya terutama di Indonesia sendiri. Ada beberapa perusahaan yang memiliki bidang perusahaan yang

(7)

sama dengan PT. HM Sampoerna, Tbk dan masuk ditingkat rokok perusahaan rokok besar di Indonesia.

• PT. Bentoel Internasional Investama • PT. Gudang Garam, Tbk

Persaingan ketat tersebut tidak berpengaruh pada pendapatan PT HM Sampoerna, Tbk karena terus meningkat dari tahun ke tahun. Sampoerna bisa bertahan didalam persaingan industry rokok yang ketat juga dibantu oleh promosi-promosi yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga teteap meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk PT. HM Sampoerna, Tbk.

2. Ancaman dari pesaing baru

Pesaing baru yang datang bagi PT HM Sampoerna, Tbk hanyalah perusahaan lama yang mengeluarkan produk-produk barunya. Seperti PT Gudang Garam, Tbk yang membuat rokok mild yaitu Surya Siganature dan juga PT Bentoel yang mempunyai produk StarMild, produk-produk tersebut bersaing dengan produk-produk Sampoerna Mild milik PT. HM Sampoerna, Tbk. Persaingan tersebut membuat sampoerna memberikan inovasi-inovasi pada setiap produknya seperti menambah rasa menthol pada produk rokok Sampoerna Mild, dan juga membuat produk baru yaitu Sampoerna Avolution yang diharapkan dapat merebut pangsa pasar di Indonesia.

Inovasi-inovasi tersebut bertujuan untuk tetap menjaga kestabilan perusahaan. Mengingat persaingan industry rokok sangat ketat.

(8)

Banyaknya produk-produk baru yang yang masuk ke industry rokok juga membuat sampoerna untuk tetap menjaga kualitas terbaik cengkehnya, dimana pada saat ini kualitas cengkeh sampoerna masih yang terbaik di pangsa pasar industry rokok Indonesia.

3. Ancaman dari produk subtitusi

Produk subtitusi rokok untuk saat ini tidak ada, namun pernah dicoba untuk mengganti rokok dengan permen karet atau pengganti nikotin, rokok herbal namun hal itu juga tidak sepenuhnya efektif untuk menggantikan rokok, Tetapi jika kualitas dari sampoerna menurun konsumen dapat mengganti ke produk rokok perusahaan pesaing. Hal ini yang harus tetap di perhatikan oleh PT. HM Sampoerna, Tbk.

4. Kekuatan tawar menawar pemasok

Kekuatan tawar menawar dapat digunakan oleh pemasok kepada industri rokok dengan menaikkan harga ataupun menurunkan mutu dari produk yang dibeli. Jika para pemasok mendominasi untuk beberapa perusahaan karena produk pemasok merupakan input penting bagi industri dan juga pemasok tidak menghadapi produk lain untuk dijual kepada industri, maka para pemasok akan mempunyai daya tawar-menawar yang tinggi oleh industri.

5. Kekuatan tawar menawar pembeli

Kekuatan tawar menawar dengan pembeli yang dilakukan oleh PT. HM Sampoerna, Tbk dengan menawarkan mutu dan pelayanan tinggi bagi pembeli, dan juga berperan sebagai pesaing satu sama lain. Pembeli

(9)

membeli dalam jumlah yang besar dan juga produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi maka pembeli akan mempunyai daya tawar menawar yang tinggi oleh perusahaan.

Tekanan persaingan datang dari usaha-usaha pasar (pesaing) untuk merebut pasar konsumen

Pe

Tekanan persaingan datang dari pendatang baru yang potensial merebut pasar (konsumen)

Gambar IV.1. Bagan Analisis Porter

IV.1.3. Analisis PEST

1. POLITIK

• Sesuai dengan keputusan menteri tenaga kerja dan pemprov DKI Jakarta untuk menetapkan upah umum regional Jakarta tahun 2012 menjadi Rp

SUBTITUSI

Persaingan antar penjual dalam satu

industri

PEMBELI PEMASOK

(10)

1.529.150,- yakni meningkat dari upah minimum regional Jakarta di tahun sebelumnya.

• Jaminan jamsostek yang wajib diberikan kepada para pekerja, selain sebagai kewajiban perusahaan untuk menjaga keselamatan pekerja, juga untuk menaati peraturan pemerintah yang berlaku. Biaya ini nantinya akan terbebani pada beban gaji yang dikeluarkan oleh perusahaan.

2. EKONOMI

• Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan tetap stabil dan mampu bertahan dari gejolak ekonomi yang melanda Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi yang baik sampai akhir tahun 2011 dan sepanjang tahun 2012, didukung konsumisi dan investasi swasta. Hal tersebut akan berdampak baik bagi PT HM Sampoerna, Tbk yang mempunyai tingkat konsumen rokok paling atas di Indonesia. • Inflasi yang semakin tinggi dapat berdampak pada kegiatan operasional

maupun non operasional perusahaan yang membuat biaya penyediaan manjadi tinggi yang diakibatkan oleh nilai tukar rupiah ke dollar yang turun.

3. SOSIAL

• PT HM Sampoerna Tbk, menyelenggarakan pekan bakti kesehatan yang pertama untuk tahun 2012 di wilayah Kecamatan Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang. Kegiatan sosial ini difokuskan untuk pemberian kesehatan secara cuma-cuma kepada warga di Kecamatan Teluk Jambe

(11)

Timur, Kabupaten Karawang dengan kemampuan pelayanan sekitar 1.800 jiwa pada tanggal 26-31 Maret 2012. Sampoerna menerjunkan tim Sampoerna Rescue (SAR) yang terdiri dari tiga dokter dan enam relawan yang mampu memberikan bantuan cepat dan praktis bagi masyarakat. • PT HM Sampoerna Tbk juga mempunyai program yang bernama Putera

Sampoerna Foundation yang bertujuan membantu masyarakat dalam memajukan pendidikan dan membangun masa depan. Bukan hanya siswa/i yang mendapat program ini, namun para guru juga ditingkatkan kualitasnya dengan merintis Teachers Learning Center (TLC).

4. TEKNOLOGI

• PT HM Sampoerna Tbk melengkapi sistemnya dengan teknologi informasi yang modern dengan menggunakan implementasi software Oracle. Hal yang harus diperhatikan dengan software tersebut adalah bagaimana hasil positif yang telah dicapai tersebut dapat diukur dan dapat dianalisis secara konkrit dengan menggunakan parameter-parameter keuangan yang ada.

IV.1.4. Implementasi Strategi PT HM Sampoerna, Tbk

Perusahaan akan mengoptimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta dalam menghadapi kelemahan dan ancaman perusahaan dengan menjalankan dan mengembangkan strategi yang dijalankan. Strategi yang dijalankan oleh PT HM Sampoerna, Tbk adalah sebagai berikut :

(12)

Strategi Penetrasi Pasar

Strategi penetrasi pasar diperlukan untuk melakukan pemasaran pada produk yang sudah ada diperusahaan yang bertujuan untuk lebih dikenal oleh masyarakat dan memperluas pangsa pasar produk tersebut dan juga PT HM Sampoerna itu sendiri. Pemasaran yang dilakukan oleh sampoerna selain dengan iklan-iklan, sampoerna juga mempunyai event rutin setiap tahunnya yang juga bertujuan untuk melakukan promosi dan iklan dari produk-produk PT HM Sampoerna, Tbk.

• Soundrenaline, acara ini pertama dilaksanakan pada tahun 2002 selama 2 hari 2 malam dengan menghadirkan 38 band top Indonesia, acara ini sekaligus memperkenalkan produk PT HM Sampoerna Tbk.

• Jakarta fair, Sampoerna juga menjadi salah satu sponsor event ulang tahun Jakarta.

• Java jazz festival, event yang bermula di awal maret 2011 lalu ini berhasil meningkatkan nilai promosi PT HM Sampoerna. Tidak hanya itu di sela-sela iringan musik jazz yang menghibur, games berhadiah juga mampu menarik banyak orang datang, sehingga, mereka pun mendapat banyak pengetahuan tentang beragam program Sampoena. Tentunya, diharapkan ini akan menggerakkan kepedulian penikmat musik dan masyarakat umum agar lebih mau peduli membantu sesamanya.

(13)

Strategi Pengembangan Pasar

PT HM Sampoerna Tbk di tahun 2011 membukukan penjualan tertinggi sepanjang 2011 dari 2010 dibanding dengan dua emiten rokok pesaingnya, menurut laporan keuangan perseroan. Sampoerna membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 22% menjadi Rp 52,8 triliun di 2011 dari 2010, penjualan sampoerna pada tahun 2010 tercatat Rp 43,3 triliun. Hal ini yang menjadikan sampoerna melakukan pengembangan pasar hanya pada sektor investasi dan saham mereka.

Strategi Pengembangan Produk

PT HM Sampoerna Tbk untuk mengembangkan produknya selalu berinovasi agar selalu dapat bersaing dengan industri yang sama. Inovasi produk sudah seharusnya dilakukan oleh PT HM Sampoerna Tbk, melihat dari kapasitas mereka mempertahankan sebagai pangsa pasar tertingi di Indonesia yang mengalahkan dua pesaing lainnya. Selain produk A mild sebagai pangsa pasar terbesar di Indonesia, PT HM Sampoerna juga berinovasi bengan memunculkan produk mild baru seperti Avolution dan Mild rasa Menthol.

IV.2. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan lanjutan dari bagian penilaian bisnis yang menggunakan laporan keuangan. Penulis melakukan analisis laporan keuangan PT HM Sampoerna, Tbk untuk dapat mengetahui kinerja perusahaan, analisis terbatas pada laporan laba rugi, neraca pada lima tahun yaitu 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011

(14)

dengan menggunkan metode analisis vertical, horizontal, dan analisis rasio-rasio laporan keuangan.

IV.2.1. Analisis Vertikal dan Horizontal

Analisa vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan dgiketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja, metode ini juga disebut metode analisis statis.

Analisa horizontal adalah analisa yang menggunakan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode ini disebut metode analisis dinamis.

IV.2.1.1. Analisis Vertikal

Analisis vertikal laporan laba rugi PT HM Sampoerna, Tbk dapat dilihat pada lampiran halaman L1. Hasil analisis vertikal PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah sebagai berikut :

• Laba kotor.

Penurunan laba kotor di tahun 2008 dari 29.48% di tahun 2007 menjadi 28.79%, penurunan ini terjadi akibat beban pokok penjualan meningkat dan diimbangi dengan penigkatan pada penjualan. Namun pada tahun 2009 dan 2010 laba kotor perusahaan meningkat menjadi

(15)

28.83% di 2009 dan 29.17% di 2010 hal ini disebabkan karena adanya penurunan pada beban pokok penjualan dan juga adanya penigkatan pada penjualan bersih pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2011 ada peningkatan pada nilai laba kotor yang disebabkan karena adanya peningkatan pada penjualan bersih namun pada presentasenya mengalami penurunan diangka 28.75% hal ini disebabkan karena adanya peningkatan pada beban pokok penjaualan pada tahun 2011 sebesar 71.25%.

• Beban usaha

Beban usaha PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 berdasarkan analisis vertikal adalah presentase dari tahun 2009 sampai tahun 2011 jumlah beban usaha terus menurun secara signifikan hal ini disebabkan karena adanya penurunan yang terjadi pada akun beban pokok penjualan sehingga beban usaha perusahaan dari tahun 2009 terus menurun dan hanya mengalami kenaikan pada tahun 2008 dari 10.76% di tahun 2007 menjadi 10.84%, hal ini disebabkan karena kenaikan beban pokok penjualan di tahun tersebut.

• Laba usaha

Penurunan presentase laba usaha hanya terjadi di tahun 2008 dari 18.72% di tahun 2007 menjadi 17.95%, hal ini disebabkan karena penurunan yang terjadi pada laba kotor. Namun pada tahun 2009, 2010 dan 2011 mengalami peningkatan presentase cukup signifikan

(16)

18.73%, 20.08% dan 23.93%, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan di presentase laba kotor di tahun 2009 dan 2010, hanya tahun 2011 yang tidak disebabkan oleh laba kotor melainkan oleh beban penjualan yang mengalami peningkatan cukup signifikan. • Laba bersih

Laba bersih PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 berdasarkan analisis vertikal mengalami presentase penigkatan cukup signifikan dari tahun 2009 sampai tahun 2011 yaitu 13.05%, 14.80%, dan 15.26%, peningkatan ini terjadi karena adanya penurunan pada beban penjualan pokok dan juga adanya peningkatan pada penjualan bersih. Penurunan presentase laba bersih hanya terjadi di tahun 2008 yaitu dari 12.17% di tahun 2007 menjadi 11.23%, penurunan ini juga tidak terlalu signifikan karena hal tersebut disebabkan adanya kenaikan dari penghasilan (beban) lain-lain bersih yang terjadi pada tahun tersebut.

Analisis vertikal neraca PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 dapat dilihat di lampiran halaman L2. Hasil analisis vertikal adalah sebagai berikut :

• Asset lancar

Asset lancar PT HM Sampoerna, pada tahun 2007 adalah sebesar 70.51%, namun mengalami penurunan di tahun 2008 menjadi 68.41% hal ini disebabkan karena menurunnya juga presentase dari akun-akun yang ada didalam dan adanya uang muka pembelian tembakau di

(17)

tahun 2008 yang mana di tahun 2007 tidak ada. Pada tahun 2009 dan 2010 jumlah asset lancar meningkat cukup signifikan yaitu 71.62% di tahun 2009 dan 76.83% di tahun 2010 hal ini disebabkan karena meningkatnya kas dan kas setara, dan juga meningkatnya piutang usaha, tetapi pada tahun 2011 asset lancar mengalami penurunan kembali meskipun tidak terlalu siginfikan yaitu dari 76.83% di tahun 2010 menjadi 76.65%, hal ini disebabkan karena menurunnya kas dan juga meningkatnya presentase uang muka pembelian tembakau di tahun 2011.

• Asset tidak lancar

Pada asset tidak lancar yaitu pada tahun 2008 dan 2011 mengalami kenaikan berbeda dengan tahun 2009 dan 2010 yg mengalami pnurunan. Pada tahun 2008 presantase jumlah asset tidak lancar adalah 31.59% dari 29.49% di tahun 2007 sedangkan untuk tahun 2011 kenaikan tidak terlalu signifikan dari 23.17% di tahun 2010 menjadi 23.35%, hal tesebut disebabkan karena adanya peningkatan pajak tangguhan, meningkatnya penyertaan saham, dan juga meningkatnya presentase aktiva tetap yang sudah dikurangi penyusutan. Penurunan yang terjadi di tahun 2009 dan 2010 adalah 28.38% di tahun 2009 dan 23.17% di tahun 2010 yang disebabkan oleh menurunnya pajak tangguhan, penyertaan saham, dan juga penurunan aktiva tetap.

(18)

• Kewajiban jangka pendek

Hasil analisis vertikal kewajiban jangka pendek fluktuatif, kewajiban jangka pendek pada tahun 2007 adalah 39.62%, pada tahun 2008 meningkat menjadi 47.37% namun pada tahun 2009 menjadi 38.08% mengalami penurunan cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 presentase kembali naik menjadi 47.64% dan turun lagi di tahun 2011 di angka 43.82%. hal yang menyebabkan naik turunnya presentase jumlah kewajiban jangka pendek adalah pada tahun 2008 perusahaan mempunya dividend dan tidak mempunyai kewajiban pedek pada pihak ketiga, pada tahun 2009 karena meningkatnya dividen dan hutang usaha meningkat jauh dari tahun sebelumnya, pada tahun 2010 mengalami penigkatan karena pada tahun tersebut perusahaan tidak mempunyai hubungan pada pihak ketiga baik hutang maupun piutang, dan pada tahu 2011 disebabkan oleh kenaikan kewajiban jangka pendek yang cukup signifikan mencapai 6.57% dan juga hutang pajak dan cukai mencapai 30.63%.

• Kewajiban jangka panjang

Kewajiban jangka pendek tahun 2008 mengalami penurunan cukup signifikan dari 8.94% di tahun 2007 menjadi 2.74% ini disebabkan karena perusahaan tidak mempunyai hutang obligasi. Pada tahun 2009 kewajiban jangka panjang kembali naik menjadi 2.84% kenaikan ini tidak terlalu signifikan bagi perusahaan, hal ini disebabkan menurunnya pajak tengguhan perusahaan pada tahun

(19)

tersebut. Pada tahun 2010 mengalami penurunan kembali di angka 2.59% ini disebabkan karena kewajiban pajak tangguhan yang menurun dan juga diimbangi dengan penurunaan hutang sewa guna usaha dan juga pendapatan yang ditangguhkan. Pada tahun 2011 presentase kewajiban jangka panjang mengalami kenaikan yang cukup signifikan di angka 3.53% hal ini disebabkan karena meningkatnya kewajiban imbalan pasca kerja yang mencapai 3.01% yang meningkat dari tahun sebelumnya 2.11%.

• Ekuitas

Presentase ekuitas terhadap total kewajiban dan ekuitas naik dan turun setiap tahunnya. Presentase pada tahun 2007 - 2011 adalah 51.42%, 49.88%, 59.05%, 49.77%, dan 52.65%. Presentase yang fluktuatif tersebut disebabkan juga oleh naik turunnya ekuitas setiap tahunnya yang di pengaruhi oleh akun modal saham, tambahan modal disetor, dan selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan yang fluktuatif atau tidak stabil juga.

IV.2.1.2. Analisis Horizontal

Analisis horizontal laporan laba rugi PT HM Sampoerna, Tbk dapat dilihat pada lampiran halaman L5. Hasil analisis horizontal PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah sebagai berikut :

(20)

Penjualan

Penjualan PT HM Sampoerna sangat baik dari tahun ke tahun dan tidak mengalami penurunan penjualan hal ini juga diimbangi dengan beban pokok penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan yang terjadi dari tahun 2007 sampai 2010 adalah sebesar 100.82%, 117.38%, 131.91%, dan 146.83% ini menandakan bahwa kinerja perusahaan dalam menjual produknya sangatlah baik. Laba kotor

Hasil dari analisis horizontal pada akun laba kotor, menandakan kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 kenaikan hanya 3.90% ini diimbangi dengan naiknya beban pokok penjualan pada tahun tersebut. Pada tahun 2008, kenaikan laba kotor mencapai 14.23% disebabkan karena adanya peningkatan pada beban pokok penjualan yang diimbangi juga adanya peningkatan pada penjualan bersih. Pada tahun 2009 kenaikan mencapai 14.78% dari tahun sebelumnya, hal ini juga disebabkan karena adanya peningkatan pada penjualan dan beban pokok penjualan pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 laba kotor naik di angka 16.82%. kenaikan presentase laba kotor juga menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba sangat baik.

Beban usaha

Beban usaha PT HM Sampoerna setiap tahunnya juga meningkat, ini dikarenakan sampoerna mempunyai program rutin tahunan berupa

(21)

event-event music untuk melakukan promosi. Beban usaha tahun 2007, 2008, 2009, 2010 adalah 97.80%, 114.73%, 120.13%, dan 120.37%. dengan beban usaha yang meningkat penjualan dan laba kotor pun menjadi meningkat. Karena program promosi dari event-event tersebut berhasil.

Laba usaha

Laba usaha PT HM Sampoerna Tbk mengalami penigkatan cukup signifikan setiap tahunnya, setiap tahun perusahaan mendapatkan laba 100% lebih, pada tahun 2007 107.77% tahun 2008 120.29% tahun 2009 141.01% dan terutama pada tahun 2010 yang mencapai 168.32%. Hal yang mempengaruhi kenaikan laba usaha PT HM Sampoerna, Tbk setiap tahunnya karena adanya peningkatan laba kotor setiap tahunnya yang lebih besar dari beban usaha perusahaan pada setiap tahunnya.

Beban lain-lain

PT HM Sampoerna pada tahun 2007 hingga 2009 memilik beban lain-lain sebesar -232.275, -427.753, -84547, namun hal ini tidak membuat kerugian pada perusahaan karena laba usaha yang masih lebih besar dibanding dengan beban lain-lain. Namun pada tahun 2010 beban lain perusahaan berubah menjadi pendapatan lain-lain perusahaan dengan mendapatkan 35.174 hal ini membuat laba bersih perusahaan akan bertambah.

(22)

Laba bersih

Hasil dari analisis horizontal pada akun laba bersih PT HM Sampoerna, Tbk setiap tahunnya mengalami peningkatan atau dengan kata lain tidak ada kerugian pada setiap tahunnya. Presentase laba bersih tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 adalah 102.65%, 110.33%, 144.10%, dan 181.88%, hal ini disebabkan karena meningkatnya laba kotor pada setiap tahunnya namun juga di imbangi dengan meningkatnya beban pokok penjualana. Hasil ini menandakan kinerja perusahaan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya sangat baik meskipun pada setiap tahunnya beban penjualan ikut meningkat.

Analisis horizontal laporan neraca PT HM Sampoerna, Tbk dapat dilihat pada lampiran halaman L6. Hasil analisis horizontal PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 adalah sebagai berikut :

Asset lancar

Asset lancar PT HM Sampoerna berdasarkan analisis horizontal pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 117.22% namun pada tahun 2008 asset lancet perusahaan turun 0.20% menjadi 117.02% hal ini disebabkan karena penurunan kas dan kas setara serta adanya uang muka pembelian tembakau sebesar 1.547.275. Pada tahun 2009 asset lancar perusahaan kembali naik menjadi 134.52% ini dikarenakan kas setara dan piutang perusahaan meningkat dan uang muka pembelian tembakau pada tahun tersebut turun menjadi 1.295.793. Pada tahun

(23)

2010 asset perusahaan kembali meningkat dari sebelumnya menjadi 167.18% hal ini juga disebabkan karena kas setara dan piutang perusahaan meningkat dan uang muka pembelian tembakau pada tahun tersebut turun.

Asset tidak lancar

Asset tidak lancar PT HM Sampoerna berdasarkan analisis horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 143.27% dan 157.91%, kenaikan tersebut di pengaruhi dari kenaikan pajak tangguhan, penyertaan saham, dan asset tetap yang saudah dikurangi penyusutan. Namun pada tahun 2009 dan 2010 asset lancar perusahaan mengalami penurunan yaitu sebsar 155.78% dan 147.38% hal yang menyebabkan penurunan tersebut adalah turunnya juga presentase dari akun-akun pajak tangguhan, penyertaan saham, dan asset tetap yang saudah dikurangi penyusutan, ini dapat berdampak kurang baik bagi perusahaan jika hal tersebut tidak segera diperbaiki.

Kewajiban jangka pendek

Kewajiban jangka pendek PT HM Sampoerna Tbk berdasarkan analisis horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan di angka 110.69% dan 136.16% hal tersebut di pengaruhi oleh kenaikan hutang pajak dan cukai serta beban yang masih harus dibayar pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 dan 2010 kewajiban jangka pendek mengalami penurunan yaitu pada angka 120.21% dan 174.23% ini

(24)

disebabkan oleh menaiknya hutang pajak dan cukai namun diimbangi dengan penurunan hutang beban yang masih harus dibayar.

Kewajiban jangka panjang

Kewajiban jangka panjang PT HM sampoerna berdasarkan analisis horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yang cukup siginfikan yaitu di angka 111.21% menjadi 35.02%, hal ini disebabkan karena pada tahun 2008 perusahaan tidak memiliki hutang obligasi dan juga diimbangi dengan kenaikan pajak tangguhan. Pada tahun 2009 dan 2010 mengalamai kenaikan di angka 39.95% dan 42.11%, ini dipengaruhi oleh penurunan kewajiban pajak tangguhan dan menaiknya kewajiban imbalan pasca kerja pada tahun tersebut. • Ekuitas

Ekuitas PT HM Sampoerna Tbk berdasarkan analisis horizontal pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yang tidak cukup signifikan yaitu diangka 141.62% di tahun 2007 menjadi 141.34% di tahun 2008, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pada selisih kurs dan penurunan saldo laba yang belum dicadangkan di tahun 2008. Pada tahun 2009 ekuitas kembali meningkat menjadi 183.73% hal ini disebabkan karena kembali menurunnya selisih kurs laporan keuangan dan juga diimbangi dengan meningkatnya saldo laba yang belum dicadangkan. Namun pada tahun 2010 presentase jumlah ekuitas kembali menurun yaitu di angka 179.39% hal ini juga disebabkan karena meningkatnya selisih kurs pada laporan keuangan

(25)

dan menurunnya saldo laba yang belum dicadangkan. Sedangkan untuk tambahan modal disetor tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 42.077 setiap tahunnya yang ditetapkan perusahaan.

IV.2.2. Analisis Rasio Laporan Keuangan

Analisis rasio laporan keuangan perusahaan dan analisis rasio laporan keuangan perusahaan pembanding dapat dilihat pada lampiran halaman L9. analisis rasio tersebut digunakan untuk menilali kinerja perusahaan dan perusahaan sebanding dengan melihat posisi keuangan dan juga melihat apakah perusahaan mempunyai rasio yang baik atau tidak.

IV.2.2.1 Analisis Rasio Likiuditas

Hasil perhitungan dari analisis rasio likuiditas PT HM Sampoerna Tbk tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Gambar IV.2. Perhitungan rasio likuiditas

Rasio PT HM Sampoerna Tbk

Rasio Likiuditas 2007 2008 2009 2010 2011 Current Ratio 177.97% 144.43% 188.06% 161.25% 174.93% Acid Test Ratio 34.23% 44.22% 46.68% 61.01% 69.94% perputaran piutang 29.8X 196.6X 216.4X 173.4X 193.4X perputaran

persediaan 2.35X 3.22X 2.9X 3.13X 4.22X

Rata- rata Industri

2007 2008 2009 2010 2011

242.12% 204.66% 213.94% 227.11% 170.46% 25.51% 29.97% 27.10% 31.23% 29.19% 46.9X 108.7X 127.0X 130.2X 133.0X 7.04X 2.30X 1.87X 2.45X 2.51X

(26)

1. Current Ratio

Perhitungan yang didapat dari rasio lancar PT HM Sampoerna Tbk menunjukkan kemampuan asset lancar yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna Tbk dalam menjamin hutang jangka pendeknya mengalami naik turun ini diesebabkan karena naik turunnya juga hutang lancar yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna Tbk. Pada analisis hoizontal PT HM Sampoerna menunjukkan bahwa hutang lancar lebih besar dari asset lancar meskipun terjadinya naik turun. Pada tahun 2008 menunjukkan penurunan aktiva lancar sebesar 117.02% sedangkan hutang lancarnya meningkat hingga 136.16%, pada tahun 2009 terjadi peningkatan asset lancar sebesar 134.52% hal ini juga diikuti dengan penurunan hutang lancar yang mencapai 120.21%, ini baik bagi perusahaan. Pada tahun 2010 kembali peningkatan terjadi pada asset lancar di angka 167.18% dan juga penurunan hutang lancar sebesar 174.23%, sehingga ini terus membuat current ratio perusahaan menjadi meningkat setelah tahun 2008.

Berdasarkan hasil industri rata-rata current ratio PT. HM Sampoerna Tbk berada di bawah rata-rata industri darti tahun 2007-2010, ini disebabkan karena PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mempunyai current ratio yang lebih besar dari PT HM Sampoerna, rata-rata industri tahun 2007 adalah 242.12% sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 177.97%, pada tahun 2008 rata-rata industri mencapai 204.66% sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 144.43%, pada tahun 2009 rata-rata

(27)

industri 213.945 sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 188.06%, pada tahun 2010 rata-rata industri mencapai 227.11% sedangkan current ratio PT HM sampoerna, Tbk hanya 161.25% ini merupakan angka terendah dari tahun 2007-2010. Namun pada tahun 2011 PT HM Sampoerna Tbk berada di atas rata-rata industri yaitu di angka 174.93% di atas rata-rata industri yang hanya 170.46%, ini disebabkan karena menurunnya current ratio dari PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama pada tahun 2011.

2. Acid Test Ratio

Acid Test Ratio ini menggambarkan kemampuan PT HM Sampoerna, Tbk untuk membayar hutang jangka pendeknya tanpa melibatkan persediaan. Pada tahun 2007 acid test ratio pada PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 34.23% atau 0.34X, itu berarti PT HM sampoerna, Tbk hanya mampu membayar Rp. 1,- jangka pendek dengan asset tanpa persediaan sebesar Rp 0.34,- atau kurang dari setengah seluruh hutangnya. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya dan paling tinggi pada tahun 2011 mencapai 69.94% atau 0.70X yang berarti PT HM Sampoerna, Tbk mampu menutupi hutang jangka pendeknya lebih dari separuh seluruh hutangnya.

Berdasarkan hasil rata-rata industri PT HM Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011, ini disebabkan karena acid test ratio milik PT Bentoel Internasional Investama, Tbk

(28)

berada jauh dibawah acid test ratio milik PT HM Sampoerna, Tbk dan PT Gudang Garam, Tbk. Pada tahun 2011 dimana pada tahun itu acid test ratio tertinggi yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 69.94% dan juga diimbbangi dengan penurunan rata-rata industrti sebesar 2.04% dari tahun sebelumnya 31.23% menjadi 29.19%. hal ini disebabkan karena acid test ratio PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mengalami penurunan pada tahun tersebut.

3. Perputaran piutang

Perputaran piutang PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan analisis rasio receivable turnover menunjukkan bahwa perputaran piutang perusahaan meningkat setiap tahunnya, hal ini baik bagi perusahaan karena semakin sedikit dana yang tertanam pada piutang dan dapat mencegah piutang tak tertagih.

Pada tahun 2007 rasio perputaran piutang PT HM Sampoerna, Tbk hanya di angka 29.80x dan meningkat cukup signifikan pada tahun 2008 dan 2009 yaitu sebesar 196.60x dan 216.40x hal ini disebabkan karena peningkatan piutang usaha namun juga diimbangi dengan adanya peningkatan pada penjualan bersih perusahaan pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 perputaran piutang perusahaan mengalami penurunan yaitu di angka 173.40 hal ini disebabkan karena kenaikan piutang usaha yang cukup jauh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 720.102 menjadi 1.000.282 pada tahun 2010, namun pada tahun 2011 rasio perputaran piutang PT HM Sampoerna, Tbk kembali meningkat pada angka 193.40x

(29)

hal ini juga disebabkan karena tidak terlalu signifikannya kenaikan piutang usaha namun diimbangi dengan adanya kenaikan penjualan bersih yang cukup signifikan pada perusahaan pada tahun tersebut.

Berdasarkan rata-rata perputaran piutang industri PT HM Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, ini dikarenakan PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memiliki rasio perputaran piutang perusahaan yang lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk, yang berarti PT HM Sampoerna, Tbk lebih baik dalam menagih piutang usahanya di banding dengan para pesaing industrinya.

4. Perputaran persediaan

Perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan analisis inventory turnover mengalami penurunan pada tahun 2009 saja. Ini menunjukkan bahwa PT HM Sampoerna, Tbk persediaan yang tersimpan diolah dengan baik oleh PT HM Sampoerna, Tbk untuk dapat menghasilkan kas.

Pada tahun 2007 perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 2.35x, berarti dalam setahun ada 2.35x perputaram persediaan dan pada tahun 2008 perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk menigkat mencapai 3.22x ini disebabkan penurunan persediaan berdasarkan hasil analisis horizontal sebesar 17.12% dan peningkatan pada beban pokok penjualan sebesar 17.49%. Pada tahun 2009 perputaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan mencapai 2.90x hal ini disebabkan karena adanya penurunan pada beban pokok

(30)

sebesar 14.42% dan terjadinya peningkatan pada persediaan sebesar 25.31% pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 perputaran persediaan kembali meningkat sebesar 3.13x hal ini juga disebabkan karena adanya peningkatan beban pokok penjualan yang lebih besar dari pada peningkatan persediaan yaitu sebesar 14.17% pada beban pokok penjualan dan 3.55% pada persediaan di tahun tesebut. Pada tahun 2011 perputaran persediaan meningkat hingga 4.22x, angka tersebut adalah angka tertinggi selama periode 2007-2011.

Berdasarkan rata-rata inudstri perusahaan PT HM Sampoerna, Tbk berada dibawah rata-rata industri pada tahun 2007, hal ini disebabkan karena perputaran persediaan PT Gugang Garam, Tbk lebih besar daripada perutaran persediaan PT HM Sampoerna, Tbk meskipun PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mempunyai rasio perputaran persediaan yang lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk tetap tidak terlalu mempengaruhi. Pada tahun 2008-2011 berdasarkan rata-rata industri perusahaan PT HM Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri ini terjadi karena adanya penurunan yang cukup signifikan dari PT Gudang Garam, Tbk pada rasio perputaran persediaannya, meskipun PT Bentoel Internasional Investama, Tbk mengalami kenaikan tidak terlalu mempengaruhi karena masih lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT HM Sampoerna untuk mengolah persediaannya lebih baik dari perusahaan sebanding dan cukup efisien.

(31)

IV.2.2.2 Analisis Rasio Leverage

Hasil perhitungan dari analisis rasio leverage PT HM Sampoerna Tbk tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Rasio Leverage PT HM Sampoerna Tbk

2007 2008 2009 2010 2011

Debt Ratio to Total

Asset 48.56% 50.10% 40.93% 50.23% 47.35%

Debt to Total Equity

Ratio 94.43% 100.44% 69.31% 100.93% 89.93%

Long Term Debt to

Equity Ratio 17.38% 5.48% 4.81% 5.20% 6.71%

Gambar IV.2. Perhitungan rasio leverage 1. Debt Ratio to Total Asset

Rasio debt ratio to total asset menunjukkan posisi keuangan antara kewajiban perusahaan terhadapa kekayaan perusahaan. Rasio ini adalah rasio yang umumnya akan dilihat oleh para kreditor dan investor dan juga menginginkan hasil angka yang kecil pada perhitungan rasio ini, untuk mengurangi resiko kerugian apabila terjadi likuidasi. Berbanding terbalik dengan manajemen perusahaan yang menginginkan hasil ngka yang besar pada rasio ini untuk menjaga kelancaran usahanya.

Rata- rata Industri

2007 2008 2009 2010 2011 49.72% 48.93% 44.79% 45.81% 49.69% 104.35% 104.36% 91.26% 91.78% 110.33% 39.73% 32.50% 20.00% 21.85% 7.42%

(32)

Debt ratio to total asset PT HM Sampoerna, Tbk mengalami naik turun pada setiap tahunnya, ini disebabkan karena naik turunnya juga jumlah hutang dan asset yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna, Tbk. Pada tahun 2007 menunjukkan angka 48.56% yang berarti kreditor hanya menyediakan dana sebesar 48.56% dari pembiayaan PT HM Sampoerna, Tbk dan sisanya adalah dana PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 51.44%. Pada tahun 2008 presentasenya mengalami kenaikan menjadi 50.10% hal ini disebabkan karena peningkatan total hutang lebih besar daripada penigkatan total asset pada tahun tersebut berdasarkan hasil analisis horizontal pada neraca, peningkatan ini berarti dana kreditor hampir menyamai dana dari PT HM Sampoerna, Tbk sendiri. Pada tahun 2009 presentase mengalami penurunan kembali yaitu di angka 40.93% ini disebabkan oleh peningkatan total asset dan diimbangi dengan menurunnya total hutang pada tahun tersebut, berdasarkan perhitungan analisa horizontal total hutang PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2008-2009 menurun dari 117.61% menjadi 105.49%, yang berarti turun sebesar 12.12%, sedangkan total aktiva nya meningkat dari 127.44% menjadi 139.94% yang berarti meningkat menjadi 12.5%. Pada tahun 2010 presentaseny kembali naik menjadi 50.23% ini berarti kreditor membiayai perusahaan hampir setengahnya, hal ini disebabkan karena meningkatnya total hutang lebih besar daripada total asset. Pada tahun 2011 presentase kembali menurun di angka 47.35% hal ini disebabkan menurunnya total hutang lebih besar daripada menurunnya total asset pada tahun tersebut.

(33)

Berdasarkan hasil rata-rata industri debt ratio to total asset PT HM Sampoerna, Tbk berada di bawah rata-rata industri pada tahun 2007, 2009, dan 2011, ini juga sama dengan PT Gudang Garama, Tbk, hal ini disebabkan karena PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memiliki dia atas rata-rata industri. Hal ini bagi para kreditor dan investor PT HM Sampoerna, Tbk memnunjukkan hal yang baik karena berindikasi mempunyai hutang yang cukup kecil. Namun pada tahun 2008 dan 2010 PT HM Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, hal ini juga disebabkan karena menurunnya debt ratio to total asset PT Gudang garam, Tbk pada tahun tersebut. Hal ini bagi para kreditor tidak cukup baik tetapi bagi perusahaan ini hal yang cukup baik karena menunjukkan investasi yang kecil, mengurangi resiko apa bila perusahaan likuidasi tidak mengalami kerugian investasi yang terlalu banyak.

2. Debt to Total Equity Ratio

Rasio debt to total equity ratio menunjukkan posisi keungan antara kewajiban perusahaan terhadapa modal perusahaan. Debt to total equity ratio PT HM Sampoerna dari tahu 2007-2011 mengalami naik turun. Pada tahun 2007 PT HM Sampoerna, Tbk memiliki debt to total equity ratio sebesar 94.43% dan pada tahun 2008 100.44% ini menunjukkan bahwa besar modal dan hutang hampir sama, dan mengalami peningkatan sebesar 6.01% ini disebabkan meningkatnya hutang dan modal dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 17.61% hutang dan 41.34%, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar

(34)

69.31% ini adalah hasil terendah selama tahun 2007-2011, hal tersebut sangat diinginkan oleh investor dan kreditor karena semakin besar dana yang disediakan oleh pemegang saham.

Pada tahun 2010 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk kembali meningkat di angka 100.93% hal ini disebabkan karena meningkatnya hutang dan menurunnya modal pada tahun tersebut berdasarkan analisis horizontal pada PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2010 sebesar 50% hutang dan 79.39% modal. Pada tahun 2011 debt to total equity PT HM Sampoerna, Tbk kembali menurun di angka 89.93% hal ini disebabkan karena menurunnya modal dan hutang pada tahun 2011.

Berdasarkan hasil rata-rata industri debt to total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk berada dibawah rata-rata industri pada tahun 2007, 2008, 2009, dan 2011 ini disebabkan karena rata-rata industri PT Gudang Garam, Tbk lebih kecil dari rata-rata PT HM Sampoerna, Tbk dan juga PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memliki debt to total equity ratio di atas PT HM Sampoerna, Tbk yang mempengaruhi karena perbedaan yang terlalu jauh. Sedangkan di tahun 2010 PT HM Sampoerna berada di atas rata-rata industri hal ini disebabkan karena tidak terlalu jauhnya perbedaan debt to total equity ratio dengan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk.

(35)

Pada tahun 2007 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 94.43% sedangkan debt to total equity ratio rata-rata industri sebesar 104.35%. Pada tahun 2008 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan sebesar 6.01% tetapi debt to total equity ratio rata-rata industri juga mengalami keniakan sebesar 0.01%. Pada tahun 2009 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan hingga 31.13% sama juga halnya dengan rata-rata industri yang turun hingga 13.1%. Pada tahun 2010 PT HM Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 31.62% naik lebih dari 100% tahun sebelumnya hal ini juga menjadikan PT HM Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri. Pada tahun 2011 debt to total equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan lagi sebesar 11% tetapi rata-rata industri perusahaan juga ikut naik sebesar 18.55%, hal tersebut membuat debt to total equity ratio PT HM Sampoerna berada dibawah rata-rata industri perusahaan kembali.

3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio menggambarkan bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan hutang jangka panjang. Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan pada tahun 2007-2009 hal ini yang diinginkan oleh kreditor maupun investor karena semakin kecil dana perusahaan yang dijadikan hutang jangka panjang. Sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 mengalami kenaikan, hal ini justru

(36)

yang tidak diinginkan oleh kreditor dan investor karena semakin besar dana yang dijadikan hutang jangka panjang.

Pada tahun 2007 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna sebesar 17.38% dan menurun 11.9% pada tahun 2008 menjadi 5.48% ini disebabkan karena menurunnya hutang jangka panjang di tahun tersebut berdasarkan hasil analisis horizontal PT HM Sampoerna, Tbk. Pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 0.67% menjadi 4.81% ini menjadi hasil terendah selama tahun 2007-2011, namun berdasakan analisis horizontal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah kewajiban jangka panjang dan diimbangi dengan menurunnya kewajiban pajak tangguhan, hutang sewa guna usaha, dan pendapatan ditangguhkan. Pada tahun 2010 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna kembali meningkat di angka 5.20%. pada tahun 2011 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk kembali meningkat 1.51% sehingga Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2009 menjadi 6.71% ini menjadikan kenaikan paling tinggi selama tahun 2007-2011. Peningkatan ini juga disebabkan karena adanya peningkatan total hutang jangka panjang pada tahun 2011, berdasarkan hasil analisis horizontal yang didapat kenaikan total hutang jangka panjang tahun 2010 39.95% dan meningkat tahun 2011 menjadi 42.11%.

Berdasarkan hasil rata-rata industri Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk berada dibawah rata-rata industri, meskipun PT Gudang Garam, Tbk memiliki Long term debt to equity ratio yang

(37)

hampir sama dengan PT HM Sampoerna, Tbk ini tidak terlalu mempengaruhi rata-rata industri karena PT Bentoel Internasional Investama, Tbk memiliki Long term debt to equity ratio yang jauh lebih besar dari PT HM Sampoerna, Tbk. Ini adalah hal yang baik untuk para investor dan kreditorm karena kepemilikan hutang PT HM Sampoerna, Tbk lebih kecil dari rata-rata industri.

Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2007 17.38% sedangkan Long term debt to equity ratio rata-rata industri hanya 39.73%. pada tahun 2008 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk 5.48% dan Long term debt to equity ratio mengalami penurunan menjadi 32.50%. Pada tahun 2009 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk menurun menjadi 4.81% dan Long term debt to equity ratio rata-rata indusrti juga mengalami penurunan menjadi 20.00%. Pada tahun 2010 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna, Tbk meningkat menjadi 5.20% dan juga diimbangi dengan peningkatan Long term debt to equity ratio rata-rata industri menjadi 21.85% dan pada tahun 2011 Long term debt to equity ratio PT HM Sampoerna kembali meningkat menjadi 6.71% tetapi Long term debt to equity ratio rata-rata industri menurun cukup signifikan menjadi 7.42%. tahun 2008 menunjukkan jarak terjauh antara rasio PT HM Sampoerna, Tbk dengan rata-rata industri.

(38)

IV.2.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas

Hasil perhitungan dari analisis rasio profitabilitas PT HM Sampoerna Tbk tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Rasio Profitabilitas PT HM Sampoerna Tbk

2007 2008 2009 2010 2011

Gross Profit Margin 29.48% 28.79% 28.83% 29.17% 28.75% Net Profit Margin 12.17% 11.23% 13.05% 14.80% 15.26% Net rate of ROI 23.11% 24.14% 28.72% 31.29% 41.62%

Rata- rata Industri

2007 2008 2009 2010 2011 22.38% 21.55% 23.06% 24.84% 25.30% 7.58% 7.16% 7.16% 9.48% 10.04% 11.83% 12.44% 12.80% 16.50% 19.71% Gambar IV.2. Perhitungan rasio profitabilitas

1. Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin mengukur efisiensi pengendalian yang dilakukan perusahaan terhadap biaya produksi untuk beroperasi secara efisien. Pada tahun 2007-2008 PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan, namun pada tahun 2008-2010 PT HM Sampoerna, Tbk menunjukkan peningkatan yang berarti PT HM Sampoerna berhasil melakukan efisiensi biaya produksinya. Namun gross profit margin PT HM Sampoerna menunjukkan penurunan pada tahun 2010-2011.

Pada tahun 2007 gross profit margin PT HM Sampoerna sebesar 29.48% ini berarti setiap Rp. 1,- penjualan dapat memberikan laba kotor Rp . 0,30 . Pada tahun 2008 gross profit margin PT HM Sampoerna sebesar 28.79% ini berarti terjadi penurunan sebesar 0.69% dari tahun

(39)

2007 ini terjadi karena ada peningkatan pada beban pokok penjualan berdasarkan hasil analisis horizontal sebesar 17.08% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk kembali manunjukkan peningkatan sebesar 0.04% dari tahun sebelumnya meskipun tidak cukup signifikan PT HM Sampoerna berhasil mengefisiensikan biaya produksi pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 gross profit margin PT HM Sampoerna kembali menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 29.17% atau naik 0.34. kenaikan ini cukup signifikan yang disebabkan kenaikan beban pokok penjualan namun juga diimbangi dengan kenaikan penjualan bersih pada tahun tersebut, berdasarkan analisis horizontal kenaikan penjualan bersih mencapai 46.38% dan beban pokok penjualan mencapai 45.67%. Pada tahun 2011 gross profit margin PT HM Sampoerna kembali turun di angka 28.75%.

Berdasarkan hasil rata-rata industri gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011. Ini dikarenakan gross profit margin PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk berada di bawah gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT HM Sampoerna, Tbk dalam mengolah biaya produksi sudah sangat efisien dalam industrinya.

gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007 sebesar 29.48% sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya 22.38%. Pada tahun 2008 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 28.79% sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya

(40)

21.55%, meskipun gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan, tetap di atas rata-rata industri. Pada tahun 2009 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 28.83% sedangkan gross profit margin rata-rata industri naik menjadi 23.06%. Pada tahun 2010 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 29.17% sedangkan gross profit margin rata-rata industri hanya mencapai 24.84%. Pada tahun 2011 gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk adalaha sebesar 28.75% turun dari tahun sebelumnya namun tetap berada diatas rata-rata industri karena gross profit margin rata-rata industri hanya 25.30% meskipun naik 0.46% dari rata-rata tahun sebelumnya. Tahun 2011 adalah angka terendah dari gross profit margin PT HM Sampoerna, Tbk selama tahun 2007-2011.

2. Net Profit Margin

Net profit margin untuk mengukur perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih lainnya. Pada tahun 2007-2008 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan, namu pada tahun 2007-2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan, ini berarti PT HM Sampoerna berhasil mendapatkan keuntungan bersih dari setiap penjualannya.

Pada tahun 2007 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk adalah sebesar 12.17% yang berarti setiap penjualan Rp 1,- dapat memberikan laba bersih sebesar Rp 0.12%. Pada tahun 2008 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 11.23% yang berarti net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk menurun hingga 0.94% pada tahun

(41)

2008. Pada tahun 2009 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk kembali meningkat di angka 13.05%, naik 1.82% dari tahun 2008. Pada tahun 2010 dan 2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk meningkat hingga mencapai 14.80% dan 15.26%, tahun 2011 menunjukkan net profit margin paling besar dari tahun 2007-2011.

Berdasarkan hasil rata-rata industri net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk berada di atas rata-rata industri dari tahun 2007-2011. Ini disebabkan net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk lebih besar dari net profit margin PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk. Ini menujukkan kemampuan PT HM Sampoerna, Tbk dalam menghasilkan laba bersihnya sudah cukup baik.

Net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007 sebesar 12.17% sedangkan net profit margin rata-rata industri hanya sebesar 7.58%. pada tahun 2008 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk sebesar dan net profit margin rata-rata industri mengalami penurunan sebesar 0.94% dan net profit margin rata-rata industri sebesar 0.42%. pada tahun 2009-2011 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk dan net profit margin rata-rata industri meningkat sebesar 1.82%, 1.75%, 0.46% dan 0,01% 2.32%, 1%. Meskipun di tahun 2008 net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan, net profit margin PT HM Sampoerna, Tbk tetap berada dia atas rata-rata industri.

3. Net Rate of ROI

Net rate of ROI untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari seluruh dana yang ditanamkan dalam asset

(42)

yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007-2011 mengalami peningkatan. Investor dan kreditor menyukai net rate of ROI yang besar karena itu menunjukkan efisiensi dari kepemilikkan asset untuk mendapatkan keuntungan.

Pada tahun 2007 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 23.11% , ini menunjukkan dari seluruh total asset yang dimiliki oleh PT HM Sampoern, Tbk untuk operasi perusahaan dapat menghasilkan 23.11%. Pada tahun 2008 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk kembali meningkat di angka 24.14% hal ini disebabkan karena meningkatnya total asset sebesar 17% dan juga diimbangi dengan meningkatnya juga laba bersih perusahaan sebesar 8% pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang lebih besar daripada peningkatan total asset, berdasarkan analisis horizontal yang dilakukan peningkatan laba sebesar 44.10% dan peningkatan total asset sebesar 39.94%. Pada tahun 2010 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk meningkat sebesar 31.29% dan pada tahun 2011 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk menigkat kembali menjadi 41.62%, peningkatan yang terjadi tahun 2010 dan 2011 disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang lebih besar dari pada peningkatan total asset.

(43)

Berdasarkan hasil rata-rata industri net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk berada diatas rata-rata industri, ini disebabkan oleh net rate of ROI PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama, Tbk lebih kecil dari PT HM Sampoerna, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan dari PT HM Sampoerna, Tbk untuk menghasilkan laba dari asset nya cukup efisien.

net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007 adalah sebesar 23.11% sedangkan net rate of ROI rata-rata industri hanya 11.83%. pada tahun 2008 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dan net rate of ROI rata-rata industri mengalami kenaikan sebesar 1.03% dan rata-rata industri sebesar 0.61%. Pada tahun 2009 net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk kembali mengalami peningkatan di angka 28.72% sedangkan rata-rata industri naik hingga 0.36%, kenaikan tersebut disebabkan oleh penurunan pada net rate of ROI PT Bentoel Internasional Investama, Tbk hingga berada di angka -3.02%. Pada tahun 2010 peningkatan antara net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dan rata industri hampir sama yaitu sebesar 2.57% dan rata-rata industri sebesar 3.7%, hal ini disebabkan karena net rate of ROI PT Bentoel Internasional Investama kembali meningkat di angka 4.50%. pada tahun 2011 peningkatan net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk mencapai 10.33% dan rata-rata industri hanya 3.21%, tahun 2011 menjadi jarak terjauh antara net rate of ROI PT HM Sampoerna, Tbk dengan net rate of ROI rata-rata industri.

(44)

IV.3. Analisis Kebangkrutan

Analisis kebangkrutan adalah alat yang digunakan untuk meramalkan kebangkrutan perusahaan. perhitungan analisis kebangkrutan dapat dilihat pada lampiran halaman L12. Penulis akan melakukan analisis kebangkrutan pada PT HM Sampoerna, Tbk. Rumus yang digunakan berdasarkan teori Edward I. Altman adalah :

Z = 0,012(X1) + 0,014(X2) + 0,033(X3) + 0,006(X4) + 0,999(X5) Yaitu :

X1= Working Capital / Total Asset

X2= Retained Earnings / Total Asset

X3= Earnings Before Interest and Taxes / Total Asset

X4= Market Value of Equity / Total Liabilities

X5= Sales / Total Asset

Pada hasil rate z score secara umum terdapat kesimpulan yang menggunakan metode Altman yaitu :

a. Z < 1,81 = Kemungkinan perusahaan akan bangkrut besar b. 1,81 < Z < 2,99 = Kemungkinan perusahaan akan bangkrut meragukan c. Z > 2,99 = Kemungkinan kecil untuk perusahaan bangkrut

Berikut adalah rician perhitungan analisis kebangkrutan pada PT HM Sampoerna, Tbk tahun 2007-2011 :

(45)

Gambar IV.2. Perhitungan analisis kebangkrutan

PT HM Sampoerna, Tbk berdasarkan analisis kebangkrutan menunjukkan hasil yang berada jauh dari tingkat kebangkrutan. Hal tersebut menandakan kinerja PT HM Sampoerna, Tbk sangatlah baik, dengan demikian akan banyak investor dan kreditor yang menyimpan dana mereka pada PT HM Sampoerna, Tbk. Namun, hasil analisis menunjukkan bahwa ada penurunan mulai tahun 2010-2011, hal ini yang harus menjadi perhatian bagi manajemen perusahaan.

Hasil yang didapat dari analisis kebangkrutan PT HM Sampoerna, Tbk pada tahun 2007 adalah sebesar 589.0741 dan meningkat 148.2279 pada tahun 2008 menjadi sebesar 737.3020, dan kembali meningkat pada tahun 2009 yaitu sebesar 1110.8731, ini adalah angka terbesar selama periode 2007-2011. Kenaikan ini disebabkan karena ada nya juga kenaikan pada presentase total asset berdasakan hasil analisis horizontal pada

ANALISA KEBANGKRUTAN PT HM Sampoerna, Tbk

tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun 2010 tahun 2011 X1 0.3089 X1 0.2104 X1 0.3354 X1 0.2918 X1 0.3283 X2 0.4457 X2 0.4301 X2 0.5304 X2 0.4450 X2 0.4714 X3 0.3409 X3 0.3593 X3 0.4072 X3 0.4262 X3 0.5631 X4 661.9639 X4 867.5360 X4 1481.0451 X4 1211.6342 X4 143.3203 X5 1.8997 X5 2.1495 X5 2.1998 X5 2.1136 X5 2.7279 Hasil Perhitungan tahun 2007 : 589.0741 tahun 2008 : 737.3020 tahun 2009 : 1110.8731 tahun 2010 : 940.5077 tahun 2011 : 361.4216

(46)

tahun 2007-2008 total asset meningkat 27.44% dan 2008-2009 meningkat 39.94%. Pada tahun 2010-2011 nilai z score menurun di angka 940.5077 hal ini juga disebabkan oleh kenaikan pada total hutang pada tahun tesebut dan pada tahun 2011 berdasarkan analisis kebangkrutan PT HM Sampoerna, Tbk mengalami penurunan lagi mencapai 579.0861 hal ini disebabkan oleh menurunnya harga per lembar saham PT HM Sampoerna, Tbk yang mencapai angka Rp. 3.000,- pada 30 Desember 2011dan juga menurunnya total asset terutama pada asset tetap yang menurun pada tahun tersebut. Hal ini sangatlah tidak baik bagi perusahaan karena terus mengalami penurunan nilai z score dari tahun 2010 dan 2011, meskipun nilai z score perusahaan masih jauh dari angka kebangkrutan, ini menunjukkan ada penurunan kinerja pada PT HM Sampoerna, Tbk.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah data yang tidak tersedia data kepemilikan manajerial dan institusional tahun 2008-2010.. Jumlah data yang mempunyai komisaris independen kurang

Ini disebabkan karena penurunan current ratio yang signifikan pada PT Ciputra Property Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk dan PT Alam Sutera Property Tbk serta PT Summarecon

Aktivitas penyusutan inventaris juga diukur dengan jumlah hari rawat inap dan diukur berdasarkan perbedaan inventaris masing-masing kamar, seperti Kelas VIP

Hasil perhitungan jangka pendek menunjukkan bahwa koefisien variabel BI Rate tidak berpengaruh dan signifikan negatif terhadap bagi hasil pembiayaan mudharabah pada

setuju dengan pernyataan tingginya tingkat turnover karyawan, sehingga tingkat turnover karyawan yang tinggi menjadi variabel kelemahan yang dimiliki oleh

Strategi alternatif kelima yaitu (5) Penambahan mesin dalam proses produksi ikan maupun dalam proses packaging dengan cara membeli secara kredit , yaitu menambah

Meningkatkan penjualan Produk CV Mokolay Mitra Utama, banyaknya permintaan konsumen terhadap produk CV Mokolay Mitra Utama dengan strategi seperti harga yang lebih

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai aktiva lancar yang dimiliki perusahaan pada tahun 2006, 2007, dan 2008 selalu menurun walaupun masih dapat menjamin kewajiban lancar yang