• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuplet kedua bisa juga lepas dari kuplet pertama; atau kedua kuplet bisa saja memakai teks yang sama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kuplet kedua bisa juga lepas dari kuplet pertama; atau kedua kuplet bisa saja memakai teks yang sama."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kue pancong di pinggir kali Lagu keroncong sedep sekali.

Kuplet kedua bisa juga lepas dari kuplet pertama; atau kedua ku- plet bisa saja memakai teks yang sama.

Lagu

�ebagaimana telah disinggung sebelumnya, pada awalnya jumlah lagu kroncong sangat sedikit. Menurut tulisan ilmiah per- tama mengenai kroncong,11 waktu itu hanya ada dua lagu: satu bernama Morisko �ejaan lama: Moresco)� dan yang satu lagi bernama Prounga. �Beberapa lagu lagi, seperti Nina Bobo dan Kafrinyo, sering digolongkan sebagai kroncong karena berbau “Portugis”, padahal secara musikal bukan termasuk kroncong.)� Prounga adalah suatu lagu bertangga nada minor dengan suasana sedih, dikenal juga dengan judul Kroncong Bandan. �ekarang lagu ini sudah lenyap dan tidak dinyanyikan lagi. �ebaliknya, Morisko menjadi dasar un- tuk semua lagu kroncong �kecuali Prounga)� yang dikenal sejak era rekaman piringan hitam �lihat di bawah)�. �ebenarnya, bukan lagu- nya yang menjadi dasar melainkan susunan akornya:1

I I* I I V V II II V V V V IV IV IV IV I I V V I I I I I I V V I I I I

* vokal biasanya mulai sesudah akor ini

�ejak sekitar tahun 190-an struktur ini disebut struktur lagu

“kroncong asli.”1

11 A. Th. Manusama,Manusama, Krontjong als muziekinstrument, als melodie en als ge- zang �lihat catatan 8)�.

1 Ini pola yang paling sederhana. Ada juga pola lebih rumit, dengan penggantian beberapa akor�misalnya I I I I menjadi I IV-V I IV-V�tetapi dasarnya tetap sebagaimana digambarkan di sini. Catatan: akor II di sini harus mayor:  # 6. �Lebih jauh, lihat box tentang Akor Dasar pada Bab .)�

1 �atu lagu kroncong yang masih dikenal sekarang adalah Kroncong

Kemayoran. �ebenarnya, struktur akor Kroncong Kemayoran dan Kroncong Morisko sama, tetapi Kroncong Kemayoran dinyanyikan dengan tempo cepat.

(2)

Kr. Morisko

Ri- bu lah ri- bu anak lah man- ja- ngan

ai ji- wa ma-nis a- nak lah man ja-ngan

a i

indung di- sa-yang tu- run di sa- wah

tu-run di sa- wah hai ma- kan lah pa-di

Hai burung da-ra ma-na sa-rang- nya

de- ngar lah sua- ra di-ma- na o- rang-nya

A

B

C

C

VCD 1 Kr. Morisko

(3)

Kr. Kemayoran

Pada awalnya, lagu kroncong dinyanyikan dengan tempo yang cukup cepat, sehingga semua versinya kedengaran agak sama, tanpa variasi menonjol. Yang menjadi fokus perhatian dalam satu pertunjukan kroncong bukan lagunya melainkan liriknya

�syair dan pantun)�. �Di kemudian hari�kira-kira sesudah tahun 19�variasi lagu mulai muncul, sebagaimana akan diceritakan kemudian.)�

Kroncong dalam teater stambul dan bangsawan

Pada awal tahun 1890-an, di beberapa kota di Nusantara mun- cul jenis-jenis teater profesional yang dimainkan di atas panggung, dengan menggunakan lukisan sebagai layar untuk menggambar- kan seting adegan. Pada mulanya, ceritanya diambil dari legen- da 1001 Malam, dan dari cerita rakyat Melayu dan India. Lama- kelamaan, ceritanya juga diambil dari sumber Barat, misalnya karya �hakespeare �Romeo dan Juliet)�, opera Italia, legenda atau cerita lokal, dan lain sebagainya, bahkan �sejak akhir tahun 190- an)� diciptakan khusus oleh dramawan Indonesia. Ada beberapa

sa-wah tu- run ke ka- li Da-ri ma- na da- tang- nya cin-

5

Ma-nis in- dung di- sa- yang La la la la la la la la

ta da- ri- lah ma- ta turun ke ha- ti

Da-ri-lah sa-wah Da- ri- lah La

Da- ri ma-na da-tangnya lin-tah Ji -wa

Kr. Kemayoran

(4)

versi atau “model” teater ini, yang berbeda satu sama lain dari segi cerita, gaya pentas, dan gaya musiknya. Model-model teater iniModel-model teater ini dikenal dengan beberapa istilah, antara lain Komedi Bangsawan, Opera Bangsawan, dan Komedi �tambul. Lewat istilah yang di-Lewat istilah yang di- pakai, kita tidak selalu bisa menebak model mana yang disajikan.

Istilah Bangsawan lazim �tetapi tidak selalu)� dipakai untuk model teater yang umum di �emenanjung Malaya, yang membawakan cerita-cerita Melayu dan India, sedangkan Stambul sering dipakai untuk model teater di Hindia Belanda, dengan beraneka macam cerita. Lama-kelamaan istilah Stambul diganti menjadi Tonil atau Toneel �dari bahasa Belanda)�, atau dengan istilah Opera.

Gbr 3.2: “Extra turn” atau cabaret, selingan antara adegan Dean’s Opera of Singapore (tahun 130- an). �hap Singa adalah merk piringan hitam�hap Singa adalah merk piringan hitam

Gbr 3.3 dan 3.4 : Panggung dengan latar belakang lukisan layar yang menggambarkan setting adegan dalam teater stambul tahun 106

Gbr 3.3 Gbr 3.4

(5)

Dalam teater ini, semula para pemegang peran seringkali harus menyanyi. Biasanya satu adegan diawali dengan nyanyian, yang menerangkan siapa saja tokoh dalam adegan dan apa tuju- an atau situasinya. Dalam Bangsawan model lama, dialog juga dinyanyikan. Musiknya bermacam-macam, tergantung cerita dan

“model”. Untuk cerita Melayu dan India ada musik dengan orkes harmonium atau ensambel Melayu �biola, gendang, penyanyi)�.

Untuk teater �tambul, seringkali ada beberapa lagu yang disebut lagu stambul dan diberi nomor��tambul I, �tambul II, �tambul III, sampai �tambul XII. Lagu Barat�mars, wals, nyanyian Belan- da�juga bisa masuk. Kroncong juga muncul dalam pertunjukan

�tambul. Iringan untuk lagu stambul, kroncong, dan lagu Barat adalah alat-alat Barat, terutama biola, suling, dan �kalau teaternya mampu)� piano.

Teater �tambul bersifat profesional: dengan layar dan perka- kas, aktor dan musisi tetap, penjualan karcis, dan perbendahara- an cerita yang banyak sehingga setiap malam rombongan mampu membawa cerita yang berbeda. Dengan demikian, �tambul kita anggap sebagai suatu teater populer. �ekalipun musik kroncong pada zaman itu masih tergolong “musik rakyat perkotaan,” na- mun perjalanannya menjadi musik populer sebenarnya sudah mu- lai saat diangkat ke panggung teater �tambul.

Industri rekaman masuk Indonesia

Faktor lain lagi yang membantu�atau malah mendorong�

kroncong berubah dari musik rakyat kota menjadi musik populer, adalah industri rekaman.

Alat perekam suara diciptakan di Amerika dan Eropa pada tahun 1870-an, tetapi selama dua puluh tahun pertama masih sa- ngat primitif. Baru pada akhir 1890-an ada kemajuan sehinggaBaru pada akhir 1890-an ada kemajuan sehingga rekaman musik mulai dijual, bersama dengan mesin playback yang disebut gramofon �gramophone)�. �ebenarnya di Barat ada dua jenis rekaman dan mesin playback waktu itu: yang satu (phonograph)� me- makai rekaman dalam bentuk silinder, dan yang satu lagi �gramo- phone)� memakai rekaman dalam bentuk “keping” atau piringan hitam. Namun, hanya gramofon dan piringan hitam yang menjadi populer di Nusantara. ��Phonograph bertahan di Barat sampai seki-

(6)

tar tahun 190-an, kemudian hilang di sana juga, dikalahkan oleh gramofon. Anehnya, istilah phonograph-lah yang lebih sering dipa- kai, terutama di Amerika, untuk menyebut alat yang sebelumnya dikenal sebagai gramophone.)�

Gbr 3.: Rekaman dalam bentuk “keping”

atau piringan hitam Gbr 3.5: Phonograph, mesin playback, pemutar

rekaman dalam bentuk silinder, sekitar tahun 105.

Gbr 3.6: Rekaman dalam bentuk silinder:

kotaknya (kiri), rekaman (kanan), dengan sebuah kaset audio sebagai pembanding ukurannya.

Gbr 3.: Gramofon (gramophone), mesin playback yang memutar rekaman piringan hitam, sekitar tahun 101.

(7)

Piringan hitam memiliki keterbatasan dalam hal durasi, satu sisi hanya muat sekitar tiga menit. Pada awalnya, lagu direkam pada satu sisi piringan saja, dan sisi baliknya kosong. Kira-kira sejak tahun 1908 piringan mulai diproduksi dengan lagu di kedua sisi, masih tiga menit per sisi, total enam menit. �Berbeda sekali de- ngan media yang muncul belakangan� Piringan “long-play” atau

“pickup” yang umum dari 190-an sampai 1980-an muat kira-kira

 menit kali dua sisi; kaset yang biasa di Indonesia muat 0 menit kali dua sisi; CD muat kira-kira 70-7 menit.)�

Bayangkan situasi sekitar tahun 1898, gramofon sudah dicip- takan dan sudah diproduksi di pabrik di Eropa dan Amerika. Lalu harus dijual kepada orang banyak. Jelas, selain mesinnya, harus ada pula rekaman yang bisa diputarkannya�kalau tidak, siapa yang mau beli? �emula, yang direkam dan dijual adalah musik Amerika, Inggris, Perancis, dan Jerman, karena di negara-negara itulah pasaran pertama untuk gramofon dan piringannya. TetapiTetapi industri selalu ingin melebarkan sayap, sehingga mulai mengincar pasar-pasar lainnya: bagaimana dengan Itali, �panyol, atau Rusia?

Industri cepat menangkap peluang bahwa orang di Itali atau di Rusia akan lebih senang rekaman musik lokal mereka�terutama musik yang dinyanyikan dalam bahasa mereka�daripada musik dari Amerika atau Perancis. Jadi untuk membuka pasar untuk gra-Jadi untuk membuka pasar untuk gra- mofon di sana, maka harus disediakan rekaman musik setempat.

Berdasarkan logika itu, kira-kira tahun 1898 para produser gramofon mulai mengirim tim perekam ke beberapa tempat jauh�

ke Rusia, Persia, Turki, dan kemudian ke Asia�untuk merekam musik lokal di sana. Tim yang pertama kali merekam musik In-Tim yang pertama kali merekam musik In- donesia, diutus oleh perusahaan Inggris bernama The Gramophone Company. �ebenarnya mereka sama sekali tidak masuk Indonesia

�Hindia Belanda waktu itu)�, melainkan melakukan rekaman di

�ingapura dengan mendatangkan beberapa penyanyi dari Bata- via dan �emarang. Ini terjadi pada bulan Mei 190. Tim perekam yang pertama menginjak Indonesia adalah tim dari suatu perusa- haan Jerman, yang merekam di Batavia selama satu minggu pada bulan Januari 1906. �elanjutnya pada akhir tahun 1906 atau awal�elanjutnya pada akhir tahun 1906 atau awal 1907 datang tim dari perusahaan lain dari Jerman. �elanjutnya pada tahun 1909 The Gramophone Company kembali mampir �kali ini sampai ke Batavia)�. �elanjutnya, demi bersaing di pasar, setiap

(8)

perusahaan selalu mengirim timnya setiap dua atau tiga tahun se- kali untuk mengambil rekaman baru.

Nah, musik apa saja yang direkam oleh tim perekam itu di Indonesia? Ada lagu-lagu Belanda, gendhing-gendhing gamelan Jawa, dan lagu-lagu gambang kromong dari masyarakat Tiong- hoa-Indonesia di Betawi, dan tentu saja ada lagu-lagu dari teater stambul, termasuk lagu kroncong. Pada awalnya �tahun 190 dan 1906/07)� lagu kroncong tidak banyak, namun dari tahun 1909 ke atas, proporsi lagu kroncong mulai naik dengan cepat.

3.1.1.3 Kroncong pada tahun 1920-an

Pada tahap awal, kira-kira sebelum perang dunia pertama

�191-1918)�, pembeli piringan kroncong tidak mengetahui siapa penyanyinya. �elain judul lagu, yang tertulis pada label piringan

�kertas berwarna di bagian tengah piringannya)� biasanya hanya ada istilah seperti “Prempoean” atau “Lelaki” �atau “Lelaki ”,

“Lelaki dan Prempoean,” dan lain sebagainya)� untuk sekedar memberitahu jenis penyanyinya. Judul lagunya pun hanya berbe- da sedikit dari piringan satu ke piringan lain: “Lagoe Krontjong”,

“Krontjong Bandan”, dan “Krontjong Morits- ko” adalah judul untuk kebanyakan piringan kroncong zaman itu.

Pada pertengahan tahun 190-an, ada beberapa perubahan cukup penting dalam musik kroncong.1 �truktur akor dasar un- tuk lagu kroncong masih tetap struktur “kroncong asli”, namun tempo �atau cepat-lambatnya)� semakin lambat. �esudah tempo di- perlambat, ada sela yang bisa diisi dengan permainan dan liak-liuk vokal, sehingga variasi dan ornamen dalam iringan dan nyanyianvariasi dan ornamen dalam iringan dan nyanyian menjadi lebih banyak. Dalam periode itulah cak-cuk �teknik kait- mengait atau sahut-menyahut antara dua macam alat petik seperti ukulele dan mandolin)� mulai hadir, disertai pula “selo kendang”

�barangkali menjelang tahun 190)�.

Pada tahun-tahun 190-an juga, label pada piringan hi- tam mulai mencantumkan nama penyanyi dan judul lagu�bu-

1 �umber utama untuk informasi mengenai perubahan tersebut adalah piringan hitam yang masih ada. �elain itu tidak diperoleh sumber yang kuat,�elain itu tidak diperoleh sumber yang kuat, karena studi teknis mengenai musik populer jarang ditulis pada zaman itu.

(9)

kan sekedar “Lagoe Krontjong” dinyanyikan oleh “Prempoean”

melainkan, misalnya, “Krontjong �lamet Tinggal” dinyanyikan oleh Miss Riboet. Dalam perkembangan ini, kita melihat “sistem bintang” sudah mulai diterapkan pada musik kroncong. �istem bintang ini makin lama makin kuat. Terbukti, ada artikel di su- rat kabar dan majalah yang lebih memberi perhatian pada pribadi penyanyi daripada keseniannya. Ada pula nama penyanyi yang menjadi judul lagu �Kroncong Miss Riboet, Kroncong Miss Lee, dan banyak lagi)�, sampai foto penyanyi yang muncul di label piringan- nya. �atu kegiatan yang ikut menguatkan sistem bintang dalam musik kroncong adalah lomba yang disebut concours �konkurs)�

kroncong. Concours kroncong sering sekali diadakan sebagai puncak pasar malam. Lama-kelamaan �paling tidak pada paruh kedua tahun 190-an)� sistem perlombaan berkembang menjadi sistem kampioenschap �kejuaraan)�, dengan

pengumuman juara se-Jawa Barat, se-Jawa Timur, se-Jawa, dan sebagainya.

Barangkali bintang kroncong yang pertama adalah Miss Riboet �1900-196)�. Lahir di Aceh, dia adalah seorang Sri Pang- gung�yaitu artis muda dan cantik yang menjadi bintang utama dalam suatu rombongan teater. �etiap rombongan, waktu itu, ha- rus mempunyai �ri Panggung, dan �ri Panggung harus mampu menjadi pemegang peran, penyanyi, dan sekaligus penari. MulaiMulai sekitar tahun 19, Miss Riboet adalah �ri Panggung dalam rom- bongan Maleische Operette Gezelschap Orion. Gaya teaternya ber- dasarkan model �tambul tetapi lebih modern, dengan cerita-ce- rita yang diciptakan oleh pengarang Orion sendiri �bukan sekedar diangkat dari 1001 Malam atau legenda)�. Dialognya diucapkan

�daripada dinyanyikan)�, dengan teknik pentas spektakuler. Dari segi musik, instrumentasinya lebih lengkap dan modern, lagu- lagunya diambil dari mana-mana �bukan lagi lagu-lagu �tambul Nomor �ekian1)�. Dan juga ditambahkan “extra turn” atau “cabaret,”Dan juga ditambahkan “extra turn” atau “cabaret,”

yaitu tarian dan nyanyian lepas sebagai selingan di antara adegan

1 Lagu stambul bernomor nyaris hilang total sesudah kira-kira 19�

hilang dari panggung dan juga dari piringan hitam. Hanya satu yang bisa ber- tahan, yaitu lagu �tambul II, tetapi bukan lagi sebagai lagu teater. �tambul II menjadi satu lagu dalam repertoar orkes kroncong. Bentuk lagunya khas, bu- kan bentuk kroncong asli atau langgam kroncong.

(10)

ceritanya.

Bintang-bintang kroncong pada tahun-tahun 190-an, selain Miss Riboet, antara lain, Miss Toemina dari �urabaya, Miss Herlaut �atau Aer Laoet)� dari

�olo, Wim Waha, John Iseger, Paulus Item dari Malang, Amat dari �urabaya, dan banyak lagi.

Ada juga orkes kroncong yang terkenal tetapi tidak terikat pada rombongan teater,antara lain:

Muziekvereeniging Lief Java, Or- kes Noya, Orkes Lief Indië, Or- kest Krontjong Nacht �irenen, Orkest Krontjong De Nachtegaal, Orkest Krontjong De Leeuw.

Di box sebelah kiri terdaftar beberapa judul lagu kroncong, semuanya direkam pada piring- an hitam sekitar tahun 196 dan 197. Di antaranya ada lagu kro- ncong yang judulnya berkaitan dengan nama penyanyi �Miss Riboet, Aer Laoet)�, nama tem- pat �Aceh, Bogor, Jawa Timur, Brastagi)�, nama orkes kroncong

�De Leeuw, De Nachtegaal)�, dan nama toko �Hoo �oen Hoo)�.

Judulnya menggunakan kata-ka- ta dalam bahasa Melayu/Indone- sia, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris. Rupanya repertoar kroncong pada pertengahan tahun 190-an sudah jauh lebih kompleks dibanding dengan zaman se- belum Perang Dunia Pertama, di mana sebuah lagu kroncong cu- kup dinamakan “Lagoe Krontjong” saja�

1. Kr. Brastagi 2. Kr. Banjoe Biroe 3. Kr. Tasikmalaya 4. Kr. Batak 5. Kr. Oost Java

6. Kr. Bandoeng Soerabaja

. Kr. Krokodillen

. Kr. Hoo Soen Hoo

. Kr. Rindoe Hati 10. Kr. Nacht Sirenen 11. Kr. Siliwangi 12. Kr. De Leeuw 13. Kr. Seneng Hati 14. Kr. Slamet Tinggal 15. Kr. Slamet Berpisah 16. Kr. Tjahaja Remboelan 1. Kr. Bogor

1. Kr. Lief Java 1. Kr. Bandan 20. Kr. Atjeh 21. Kr. Solo 22. Kr. Samarang 23. Kr. Indo-Batavi

24. Kr. Melajang Boengoer 25. Kr. Miss Riboet

26. Kr. Aer Laoet 2. Kr. Mawar 2. Kr. Smiles

2. Kr. Indian Moonlight 30. Kr. Sedap Malam 31. Kr. Sangkoeriang 32. Kr. Macan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam soal selidik yang dijalankan oleh kajian, hanya 11 responden iaitu 22% daripada keseluruhan 50 responden yang bersetuju bahawa mereka tidak mempunyai

Jika nomor identitas tersebut sama dengan nomor identitas alat maka selanjutnya akan dikirim data KWH ke pusat melalui gelombang radio dan sebelum masuk ke radio untuk

Uno mengatakan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha melakukan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik untuk memenuhi kebutuhan

Sidik ragam analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L)

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh dosis flokulan dan pengaruh pH terhadap kinerja flokulasi dari Starch-graft-Polyacrylamide (St-g-PAM),

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa di SMA Negeri Kecamatan Tangerang Kota Tangerang memiliki kebutuhan yang tinggi akan layanan online self-help dengan menampilkan

MODEL SISIPAN PENGAJARAN KOSAKATA UNTUK MENINGKATKAN SIKAP, MOTIVASI, DAN KEMAMPUAN BERBAHASA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU KABUPATEN BANDUNG DALAM KONTEKS

Prinsip – prinsip pembelajaran yang harus dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran sebagai berikut: (a) Respon baru diulang sebagai akibat dari respon sebelumnya,