• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS

DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

TESIS

ANDREAS XAVERIO BANGUN 097106005

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS

DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa/ M.Ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ANDREAS XAVERIO BANGUN 097106005

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Tesis : Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi pada Pasien Sirosis Hepatis

di Departemen Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Nama Mahasiswa : Andreas Xaverio Bangun

No CHS : 097106005

Program : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Dapot P. Gultom, Sp.KJ Prof. dr. Lukman H. Zain, Sp.PD, KGEH NIP. 19640102198911002

Ketua Program Magister Ketua TKP- PPDS

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : dr. Dapot P. Gultom, Sp.KJ ……….

ANGGOTA : 1. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ(K) ……….

2. dr. H. Harun Thaher Parinduri, Sp.KJ(K) ……….

3. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ(K) ……….

(5)

PERNYATAAN

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS

DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka. Bila terbukti ada, maka saya rela gelar saya dicabut

Medan, 2012

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan

Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan pendidikan Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS

DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK”

Dengan selesainya tesis ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinis spesialis Ilmu kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Mustafa Mahmud Amin,Sp.KJ selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan

(7)

sebagai Guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya menyelesaikan tesis ini dan saat mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik dengan diskusi-diskusi dan bimbingan baik dalam pertemuan formal maupun informal.

3. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ selaku Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan sebagai Guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya menyelesaikan tesis ini dan saat mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

4. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ(K) sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

5. (Alm) Prof. dr. Syamsir BS, Sp.KJ(K) sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya menyelesaikan tesis ini dan mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

6. dr. H. Harun Thaher Parinduri, Sp.KJ(K) sebagai guru yang telah banyak

(8)

dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

7. Prof. dr. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ(K) sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

8. dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes sebagai konsultan Statistik dalam tesis ini yang telah banyak meluangkan waktu membimbing dan berdiskusi dengan saya dalam menyelasikan tesis ini.

9. Prof. dr. Lukman H. Zain, Sp.PD, KGEH sebagai guru dan pembimbing saya dalam penulisan tesis ini, yang penuh kesabaran dan perhatian serta memberikan pengetahuan, dorongan, dukungan dan masukan-masukan yang berharga serta memberikan izin, kesempatan kepada saya dalam mengambil sampel penelitian dalam menyelesaikan tesis ini.

10. dr. Vita Camellia, Sp.KJ Selaku Sekretaris Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa dan guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

11. dr. M. Surya Husada, Sp.KJ Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa dan guru yang telah banyak memberikan bimbingan

(9)

pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

12. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ Selaku Direktur Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara dan guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

13. dr. Juskitar, Sp.KJ Selaku guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik, baik dalam pertemuan formal maupun informal.

14. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.KJ Selaku guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

15. dr. Freddy Subastian N, Sp.KJ Selaku guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik,

(10)

16. dr. Herlina Ginting, Sp.KJ Selaku guru yang telah banyak memberikan bimbingan pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

17. dr. Donald F.Sitompul, Sp.KJ, dr. Rosminta Girsang, Sp.KJ, dr. Artina R Ginting, Sp.KJ, dr. Sulastri Effendi, Sp.KJ, dr. Mariati, Sp.KJ, dr. Evawati Siahaan, Sp.KJ, dr. Paskawani Siregar, Sp.KJ, dr. Citra J. Tarigan, Sp.KJ, dr. Vera RB. Marpaung, Sp.KJ, dr. Friedrich Lupini, Sp.KJ, dr. Evalina Perangin-angin, Sp.KJ, dr. Victor Eliezer Pinem, Sp.KJ, dr. Siti Nurul Hidayati,Sp.KJ, dr. Lailan Sapinah,Sp.KJ dan dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ sebagai senior yang telah banyak memberikan masukan-masukan, bimbingan, literatur - literatur dan menjadi rekan diskusi selama saya mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik.

18. Direktur RSUP.H.Adam Malik Medan, Direktur RSU. dr. Pirngadi Medan, Direktur RS. PTP II Tembakau Deli Medan yang telah memberikan izin, kesempatan dan fasilitas kepada saya untuk belajar dan bekerja sama mengikuti pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik

19. Teman-teman sejawat PPDS-I Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : dr. Herny Taruli Tambunan, MKed (KJ), dr.

Mila Astari Harahap, MKed (KJ), dr. Ira Aini Dania, MKed (KJ), dr. Ricky Wijaya Tarigan, MKed(KJ), dr. M.Yusuf Siregar, MKed (KJ), dr.Baginda

(11)

Harahap, Mked (KJ), dr. Hanip Fahri, MM, MKed (KJ), dr. Ferdinan Leo Sianturi, MKed(KJ), dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, MKed (KJ), dr.

Superida Ginting Suka, dr. Lenni Chrisnawati Sihite, dr. Tiodoris Siregar, dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Duma Melva Ratnawati, dr.Dian Budianti Amalina, dr. Nauli Aulia Lubis, dr. Nanda Sari Nuralita, dr. Wijaya Taufik, dr. Alfi Syahri Rangkuti, dr. Rini Gusya Liza, dr. Gusri Girsang, dr.

Agussyah Putra, dr. Dessi Wahyuni, dr. Dessy Mawar Zalia, dr. Renny Fransiska Barus, dr. Anissa Fransiska, dr. Susiati, dr. Ritha Mariaty Sembiring, dr. Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Nining Gilang Sari, dr. Rosa Yunilda, dr. Andi Syahputra Siregar, dr . Arsusy Widyastuti yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada saya melalui diskusi- diskusi kritis baik dalam pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan yang membangkitkan semangat saya dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik ini.

20. Dokter muda, perawat, pegawai RSUP.H.Adam Malik Medan, RSU. dr.

Pirngadi Medan, RSU. PTP II Tembakau Deli Medan, Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan kepada saya selama megikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

21. Teman-teman di Layanan Digital Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU): Evi Yulifimar,S.Sos, Yuli Handayani,S.Sos, Diani Hartati,

(12)

MSPD yang telah membantu saya dalam menyelasaikan tugas-tugas selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

22. Kedua orang tua yang sangat saya hormati dan cintai (Alm) dr. Fransiscus Bangun,Sp.KJ dan Riahta br. Surbakti yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada saya selama ini.

Juga kepada adik-adik saya, Ruth Sesilia Bangun, Esra Kristo Budiawan Bangun dan Agatha Christie Bangun yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat serta doa kepada saya selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik

Akhirnya saya hanya mampu berdoa dan bermohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada seluruh keluarga.

sahabat dan handaitolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik secara moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2012

Andreas Xaverio Bangun

(13)

ABSTRAK

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

H. ADAM MALIK

Latar Belakang: Ansietas adalah masalah yang penting pada pelayanan kesehatan baik primer maupun spesialis. Depresi dapat terjadi seiring dengan perjalanan ansietas. Depresi dalam kondisi gangguan medis serius sangat sulit dibedakan dengan kondisi mood yang normal. Sirosis hepatis merupakan bagian dari penyakit hati kronis. Crosignani mengatakan pada pasien sirosis terdapat 78% simtom kelelahan, yang merupakan salah satu dari simtom ansietas maupun depresi.

Tujuan : Mengetahui gambaran pasien sirosis hepatis yang memiliki simtom ansietas dan depresi dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) berdasarkan tingkat keparahannya.

Metode : Penelitian deskriptif berupa studi cross-sectional dengan mengisi kuesioner Hospital Ansiety Depression Scale (HADS). Kriteria inklusi adalah pasien sirosis hepatis, koperatif dan usia ≥ 18 tahun. Eksklusi riwayat penyakit medis umum lainnya, riwayat gangguan psikiatri dan Hepatic Encephalopathy (HE). Tingkat keparahan diukur berdasarkan skor Child-Pugh. Tempat penelitian di Poli Gastroenterologi RSUP. H. Adam Malik Medan, periode Mei-Juni 2011.

Hasil: Penelitian ini mendapatkan simtom campuran ansietas dengan depresi sebesar 48,3%, simtom ansietas 18,4% dan simtom depresi sebesar 8,3%. Keparahan sirosis hepatis paling banyak pada tingkat keparahan Child-Pugh kelas B sebesar 58,3%.

Berdasarkan keparahan penyakit, paling banyak simtom campuran ansietas dengan depresi sebesar 26,7% pada tingkat keparahan B. diikuti tingkat keparahan C sebesar 11,7%.

Simtom ansietas dan depresi masing-masing terbanyak pada tingkat keparahan B sebesar 10% dan 6,7%.

Kesimpulan: simtom ansietas, depresi dan campuran lebih banyak dijumpai pada penderita sirosis hepatis dengan tingkat keparahan B.

Kata kunci: ansietas, depresi, sirosis hepatis

(14)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ……….i

Ucapan Terima Kasih………..iv

Daftar Isi……….xiii

Daftar Tabel………..xv

Abstrak………..xvi

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang………..1

1.2 Perumusan Masalah………....2

1.3 Hipotesis ………2

1.4 Tujuan Penelitian………..2

1.5 Manfaat Penelitian………2

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis………3

2.2 Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)……….7

2.3 Sirosis Hepatis………...9

2.4 Kerangka Konseptual ………....12

Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Desain Penelitian……….13

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ……….13

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian………....13

3.4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi………....13

3.5 Perkiraan Besar Sampel………..14

3.6 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ………....14

3.7 Etika Penelitian ………....14

3.8 Cara Kerja………..15

3.9 Rencana Pengolahan Dan Analisis Data………15

3.10 Definisi Operasional ..………..16

3.11 Kerangka Kerja………..………18

(15)

Bab 4 Hasil Penelitian ………..19

Bab 5 Pembahasan ………...23

Bab 6 Kesimpulan Dan Saran……….26

Bab 7 Ringkasan………28

Daftar Rujukan...………29 Lampiran

1. Personil penelitian 2. jadwal penelitian

3. Lembar Penjelasan untuk penelitian 4. Surat Persetujuan Ikut dalam Penelitian 5. Data Penelitian Pasien

6. Riwayat Hidup Peneliti

7. Lembaran Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) 8. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tingkat Keparahan Sirosis Hepatis berdasarkan Child-Pugh………..……16 Tabel 4.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan karakteristik demografi...……19 Tabel 4.2. Gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis...20 Tabel 4.3. Gambaran tingkat keparahan pasien sirosis hepatis ………..21 Tabel 4.4 Simtom ansietas,depresi dan campuran berdasarkan

keparahan penyakit ……….21 Tabel 4.5 Nilai HADS Pada Pasien Sirosis Hepatis………...22

(17)

ABSTRAK

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

H. ADAM MALIK

Latar Belakang: Ansietas adalah masalah yang penting pada pelayanan kesehatan baik primer maupun spesialis. Depresi dapat terjadi seiring dengan perjalanan ansietas. Depresi dalam kondisi gangguan medis serius sangat sulit dibedakan dengan kondisi mood yang normal. Sirosis hepatis merupakan bagian dari penyakit hati kronis. Crosignani mengatakan pada pasien sirosis terdapat 78% simtom kelelahan, yang merupakan salah satu dari simtom ansietas maupun depresi.

Tujuan : Mengetahui gambaran pasien sirosis hepatis yang memiliki simtom ansietas dan depresi dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) berdasarkan tingkat keparahannya.

Metode : Penelitian deskriptif berupa studi cross-sectional dengan mengisi kuesioner Hospital Ansiety Depression Scale (HADS). Kriteria inklusi adalah pasien sirosis hepatis, koperatif dan usia ≥ 18 tahun. Eksklusi riwayat penyakit medis umum lainnya, riwayat gangguan psikiatri dan Hepatic Encephalopathy (HE). Tingkat keparahan diukur berdasarkan skor Child-Pugh. Tempat penelitian di Poli Gastroenterologi RSUP. H. Adam Malik Medan, periode Mei-Juni 2011.

Hasil: Penelitian ini mendapatkan simtom campuran ansietas dengan depresi sebesar 48,3%, simtom ansietas 18,4% dan simtom depresi sebesar 8,3%. Keparahan sirosis hepatis paling banyak pada tingkat keparahan Child-Pugh kelas B sebesar 58,3%.

Berdasarkan keparahan penyakit, paling banyak simtom campuran ansietas dengan depresi sebesar 26,7% pada tingkat keparahan B. diikuti tingkat keparahan C sebesar 11,7%.

Simtom ansietas dan depresi masing-masing terbanyak pada tingkat keparahan B sebesar 10% dan 6,7%.

Kesimpulan: simtom ansietas, depresi dan campuran lebih banyak dijumpai pada penderita sirosis hepatis dengan tingkat keparahan B.

Kata kunci: ansietas, depresi, sirosis hepatis

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ansietas adalah masalah penting pada pelayanan kesehatan baik primer maupun spesialis, karena rata-rata prevalensi seumur hidup untuk gangguan ini sekitar 25% dari semua pasien gangguan medis umum. Stresor psikologis dan fisik dari gangguan medis sering memicu ansietas, terutama pada individu yang rentan.1 Depresi dapat terjadi seiring dengan perjalanan ansietas. Depresi sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati, dimana dalam kondisi ganguan medis yang serius sangat sulit dibedakan dengan kondisi mood yang normal.2

Sirosis hepatis merupakan bagian dari penyakit hati kronis dan merupakan penyebab kematian ke-12 di Amerika Serikat. Alkoholisme kronis dan hepatitis C kronis adalah penyebab sirosis yang utama.3 Skor Child-Pugh digunakan untuk menilai tingkat keparahan dari sirosis hepatis. Sistem ini juga sebagai penentu prognosis dan lebih sering digunakan pada pasien dengan transplantasi hati.4

Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) adalah penilaian yang cocok untuk simtom-simtom nonsomatik dari depresi dan berguna bagi pasien hepatitis yang mengalami depresi.5 HADS merupakan suatu skala pengukuran sendiri (self- assessment) yang telah dikembangkan untuk mendeteksi simtom depresi dan ansietas di instalasi rawat jalan rumah sakit. Disarankan dengan mendeteksi gangguan emosional tersebut, pasien dapat ditangani dan diobati.6

Melihat bahwa pasien sirosis hepatis banyak terdapat di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, maka penulis tertarik untuk melihat adanya gambaran ansietas depresi pada pasien tersebut.

Mengingat bahwa RSUP. H. Adam Malik adalah pusat rujukan di Provinsi Sumatera Utara maka diharapkan hasil penelitian ini mungkin dapat bermamfaat bagi daerah tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(19)

1. Bagaimana gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis

2. Bagaimana gambaran tingkat keparahan pasien sirosis hepatis

3. Bagaimana gambaran simtom ansietas dan depresi berdasarkan tingkat keparahannya.

1.3 TUJUAN

Tujuan Umum: mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi serta tingkat keparahannya pada pasien sirosis hepatis.

Tujuan Khusus:

1. Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis dengan menggunakan HADS

2. Mengetahui gambaran tingkat keparahan sirosis hepatis dengan menggunakan skor Child-Pugh

3. Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi berdasarkan tingkat keparahan sirosis hepatis

1.4 MANFAAT

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis, sehingga pasien-pasien sirosis hepatis dapat memperoleh perawatan yang lebih terarah dan adekuat, bukan hanya bagi penyakit sirosis hepatisnya saja namun juga untuk simtom ansietas dan depresinya.

Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis ataupun penelitian lainnya yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.

BAB II

(20)

2.1 Simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis

Ansietas adalah suatu mood ketakutan (fearful mood) yang samar-samar dan tidak jelas diikuti dengan keluhan badaniah (bodily arousal).7 Ansietas dan depresi memiliki prevalensi paling tinggi dari 19% gangguan mood yang dijumpai pada pasien sirosis HCV (Hepatitis C Virus), masing-masing 24% dan 26% berdasarkan penelitian tingkat internasional yang menggunakan Mini-International Neuropsychiatric Interview. Penelitian di Amerika Serikat menyatakan sekitar 20%

pasien HCV akan menjadi sirosis dalam 20-25 tahun mendatang. Faktor risiko gangguan psikiatri ini adalah keparahan sirosis dan riwayat psikiatri sebelumnya.

Beberapa studi pada veteran mencatat prevalensi sangat tinggi dari penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat dengan depresi dan atau gangguan stres pasca trauma sebesar 60%.8

Ansietas dan depresi sering bertumpang-tindih, hal ini terkait dengan simtom- simtom yang dimilikinya yaitu masalah tidur, konsentrasi dan kelelahan/ fatigue serta simtom psikomotor/ arousal.9 Kelelahan adalah simtom yang sering pada penyakit hati.8 Crosignani dkk., pada tahun 2008 tentang gambaran klinis primary billiary cirrhosis, sirosis yang disebut suatu penyakit autoimun, mencatat 78% simtom kelelahan. Penelitian kohort skala besar di Amerika berpendapat bila kualitas hidup berjalan dengan baik maka akan mengatasi simtom kelelahan yang timbul.10

Selama lebih 20 tahun model tripartiat antara ansietas dan depresi telah dibuat. Model ini mencakup faktor afek negatif (negative affectivity), afek positif (cenderung positif) dan bangkitan fisiologis (physiological arousal) atau disebut juga afek somatik. Afek negatif adalah simtom distres mencakup kawatir, iritabilitas dan perasaan tegang. Afek positif adalah tingkat perasaan senang yang dicirikan oleh gembira, ramah, semangat tinggi dan antusiasme. Hiperarousal otonomik atau afek somatik adalah simtom-simtom seperti denyut jantung yang cepat, nafas pendek dan perasaan menggigil.11,12

Perbedaan ansietas dan depresi tidak terlalu jelas. Penelitian sistemik yang dilakukan di Inggris menunjukkan bangun terlalu subuh (early-morning awakening), retardasi psikomotor, menyalahkan diri sendiri (self-reproach), hilang harapan (hopelessness) dan ide bunuh diri adalah petanda klinis yang paling khas untuk depresi. Pada depresi keadaan ini dapat ditangani, namun pada ansietas keadaan ini berlanjut dengan adanya ketegangan (tension), fobia, serangan panik, ketidak-

(21)

seimbangan motorik, perasaan tidak nyata (unreality feelings), distoris persepsi sebagaimana keadaan paranoid dan hipokondriakal. Ansietas jarang terjadi pertama sekali setelah umur 40 tahun. Jadi, perlu dipertimbangkan mereka yang memiliki ciri- ciri ansietas setelah umur 40 tahum mengalami depresi mayor. Pasien dengan simtom ansietas selama keadaan depresi memiliki riwayat keluarga gangguan depresi, bukan ansietas, dan sebaliknya bagi pasien dengan diagnosis primer adalah gangguan ansietas. Mereka yang memiliki ciri simtom campuran sering memiliki riwayat keluarga gangguan bipolar.13

Serotonin adalah neurotransmiter utama untuk inervasi amigdala dan diketahui bahwa antidepresan dapat meningkatkan produksi serotonin dengan merintangi transpor serotonin (serotonin transporter-SERT) dan juga efektif dalam mengurangi simtom ansietas dan ketakutan.9 Perubahan neurotransmitter serotonergik dapat ditunjukkan pada penelitian oleh Jones tahun 1999. Dimana ondansetron, suatu antagonis reseptor5-hydroxytryptamine-3 memperbaiki well- being pasien HCV ditandai oleh berkurangnya kelelahan dan meningkatnya kemampuan psikomotor pasien. Piche dkk., tahun 2005 menunjukkan perbaikan sebesar 30% setelah hari ke-15, 30 dan 60 masa pengobatan dengan ondansetron.

Cozzi dkk., tahun 2006 menunjukkan penurunan konsentrasi serum triptofan pada pasien HCV, sementara pada pasien HBV tidak ada perbedaan dengan kontrol.14

Golden dkk., mendapatkan prevalensi gangguan ansietas dan depresi pada pasien hepatitis C dengan wawancara klinis menggunakan SCID-CV (Structured Clinical Interview for DSM-IV Axis I Disorders: Clinician Version) masing-masing yaitu 24% dan 28%. Delapan orang (9%) memiliki kriteria baik gangguan depresi dan ansietas. Prevalensi gangguan depresif dengan ansietas adalah 22% untuk wanita dan 4,5% untuk pria. Tiga puluh dua pasien (36%) memiliki diagnosis gangguan depresif seumur hidup. Diantaranya, 14 orang saat ini depresi. Empat puluh lima orang (50%) adalah total dari diagnosis depresif saat ini dan seumur hidup. Delapan belas orang (20%) memiliki diagnosis gangguan ansietas seumur hidup. Hanya 4 orang yang saat ini memiliki diagnosis ansietas. Total diagnosis gangguan ansietas kini dan seumur hidup adalah 36 orang (40%).15

(22)

menyatakan ada 2 faktor risiko yaitu variabel klinis yang berkaitan dengan penyakit itu sendiri seperti rute infeksi dan komorbiditas (terutama HIV- human immunodeficiency virus), dan variabel kemampuan pengalaman pasien terhadap penyakit seperti penerimaan (acceptance) penyakit, penyesuaian pekerjaan dan sosial serta stigma terkait penyakit.15

Simtom depresi dan ansietas pada suatu konsensus dikatakan sering tidak dikenali, didiagnosis dan diobati. Beausang dan Syyed, Hansen dkk., dan Vaeroy dkk., melaporkan temuan tersebut di rawat inap rumah sakit dimana gangguan mood yang tidak terdeteksi akan berlanjut menjadi masalah kesehatan yang signifikan.15 Seymour juga mengatakan banyaknya kematian akibat depresi adalah masalah kesehatan publik utama yang paling tidak dikenali dan perlu mendapat perhatian yang lebih luas dari klinisi.16 Pada penelitian kraus dkk., terhadap simtom psikiatri pasien hepatitis C kronis yang menerima terapi interferon dengan menggunakan HADS (Hospital Anxiety Depression Scale) menemukan peningkatan yang signifikan pada simtom depresi (p<,001) dibanding mereka yang tidak dapat intervensi.

Bahkan sebelum intervensi, simtom depresi dan ansietas masing-masing 15,5% dan 13,1% dari jumlah subjek, meningkat menjadi 35,0% dan 25,6%.17

Penelitian Herrera tahun 2006 tentang prevalensi penyakit hati dan komplikasi yang meningkat cepat di Amerika Serikat mengatakan pasien sirosis sering mendapat penjelasan yang keliru tentang penyakit dan prognosisnya. Informasi yang tidak akurat ini sering didapat dari teman maupun internet hingga menyebabkan ansietas yang tidak diperlukan.18

Evaluasi simtom ansietas akibat penyakit medis memiliki tiga ketegori.

Pertama, apakah pasien mengalami reaksi psikologi akibat mengalami penyakit medis. Kedua, apakah ansietas tersebut diakibatkan langsung dari efek biologis obat atau zat. Ketiga, ansietas tersebut diakibatkan langsung dari efek biologis dari penyakit medis.1

Reaksi psikologis akibat mengalami penyakit medis yaitu perasaan tidak pasti terhadap diagnosis medis, perasaan tidak pasti terhadap prognosis medis, ansietas terhadap tubuhnya, takut mati, ansietas dampak penyakit tersebut terhadap jati diri dan mata pencaharian, ansietas terhadap orang asing dan ditinggal sendiri di rumah sakit dan ansietas terhadap reaksi negatif dari para dokter. Ansietas karena zat yan paling sering adalah kafein, sedangkan ansietas karena obat-obatan salah satu adalah dekongestan misal pseudoefedrin.1

(23)

Penting sekali untuk membedakan ansietas sekunder dengan ansietas primer (contoh kurang ada riwayat pribadi atau keluarga dan stresor psikososial serta onset usia lanjut).1 Sedangkan serangan panik adalah gangguan ansietas primer yang paling sering terlihat, mencakup gangguan panik, agorafobia, fobia spesifik, fobia sosial, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan stres setelah trauma (posttraumatic stress disorder).19

Colon dan Popkin tahun 2002, serta Pollack dkk., tahun 1998, telah membuat elemen evaluasi kondisi umum pada pasien yang cemas (anxious), yaitu:1

1. Pemeriksaan riwayat dan fisik, termasuk pemeriksaan neurologi.

2. Evaluasi pengaruh potensial dari obat dan zat.

3. Penyaringan (screening) dengan studi diagnostik, contoh darah rutin, konsentrasi kalsium, level hormon tiroid dan elektrokardiogram.

Penyaringan untuk simtom depresi juga perlu dengan metode yang akurat dan cepat sehingga dapat menilai simtom depresi maupun somatik. Penyaringan tersebut juga dengan mudah mengenal simtom depresi yang dialami pasien agar dapat merencanakan, mengobati atau merujuk pasien dengan lebih terarah. Tiga instrumen telah digunakan luas untuk mengenal simtom depresi dengan penyakit medis, yaitu Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D), Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) dan Beck Depression Inventory-II (BDI-II).1

2.2 Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

HADS adalah kuesioner self-rating yang dibuat oleh Zigmond dan Snaith pada tahun 1983, bagi pasien-pasien rawat jalan (outpatient) yang memiliki simtom ansietas dan depresi, baik dengan masalah somatik maupun mental. Berdasarkan penelitian populasi besar oleh Mykletun dkk., sifat psikometrik dari HADS ini adalah sungguh baik dalam hal struktur, interkolerasi, homogenitas dan konsistensi internal

6,20

HADS biasanya memerlukan waktu 2 hingga 5 menit untuk diselesaikan.

Bagaimanapun juga, sama dengan beberapa kuesioner lainnya, harus berhati-hati membaca dan memahaminya, karena beberapa orang yang tidak membaca dan

(24)

memberikan kesempatan untuk menjelaskan tujuan dari kuesioner tersebut dan menjamin semua informasi klinis tersebut adalah rahasia guna membantu dokter untuk menolong mereka.21

Pasien menyelesaikan sejumlah pertanyaan yang telah disusun baik ansietas maupun depresi. Setelah diperiksa oleh dokter, peneliti melakukan wawancara tetapi tanpa mengetahui respons pasien terhadap pertanyaan tersebut. Saat wawancara mengenai simtom depresi pasien ditanyakan: “apakah Anda melakukan banyak hal yang menyenangkan sebagaimana dulu Anda lakukan? Apakah Anda tertawa dengan spontan? Apakah Anda merasa menyenangkan? Apakah Anda merasa optimis terhadap masa depan?”. Maksud pertanyaan ini agar pasien tidak hanya berkonsentrasi pada keadaan anhedonia saja. Pada wawancara ansietas ditanyakan: “Apakah Anda merasa tertekan dan terluka? Apakah Anda mengkawatirkan sesuatu? Apakah Anda memiliki serangan panik? Apakah Anda merasa malu tentang suatu kejadian?”. Respons kuesioner ini dianalisis guna mengetahui hasil perkiraan keparahan baik ansietas maupun depersi. Pertanyaan ini dapat memungkinkan dimulai sejumlah pertanyaan menjadi tujuh baik untuk ansietas maupun depresi.21

Selanjutnya pasien diminta mengisi pertanyaan yang ada di dalam formulir HADS. Perhatikan kemampuan pasien, apakah mampu membaca dan menulis.

Beberapa pasien yang buta huruf merasa malu sehingga mengisi secara sembarangan. Pada kasus-kasus buta huruf atau pandangan kabur, kata-kata setiap item dapat dibacakan kepada responden.21

Setiap pertanyaan yang dijawab pasien memiliki nilai respons 0-3, dengan rentang skor 0-21 baik untuk ansietas dan depresi.21 Skor 0-7 adalah normal, 8-10 adalah borderline dan 11-21 menunjukkan suatu masalah gangguan klinis/ simtom emosional (clinical “caseness”).22 Beberapa perkembangan penilaian HADS juga ada yang membagi kedalam rentang normal, ringan, sedang dan berat.21

HADS sendiri pernah digunakan di RSU. H. Adam Malik Medan oleh Iqbal dkk., untuk melihat korelasi simtom ansietas dan depresi dengan keparahan serangan kejang pasien epilepsi di departemen neurologi. Studi cross-sectional ini mendapatkan adanya korelasi keparahan serangan kejang dengan simtom ansietas.

Mereka tidak mendapatkan simtom depresi pada pasien epilepsi.22 Pada bulan Februari 2012 HADS juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Pusat Bahasa Universitas Sumatera Utara (USU). (terlampir)

(25)

2.3 Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis adalah diagnosis histologis yang dicirikan oleh fibrosis hepatik yang difus dengan formasi nodul. Penyakit liver non sirotik yang kronis dan sirosis yang cukup terkompensasi jarang dibedakan pada pemeriksaan klinis serta biokimia (fungsi hati dapat normal, bahkan pada yang ada sirosis).4

Skor multipel telah dibuat untuk kategori klinis tingkat keparahan sirosis. Skor Child-pugh telah banyak digunakan secara luas. Skor ini mencakup 3 nilai laboratorium (waktu pemanjangan protrombin time, bilirubin dan albumin) dan 2 tanda klinis (asites dan ensefalopati).23 Jumlah dari setiap poin ini dikategorikan dalam 3 kelas yaitu kelas A (5-6), B (7-9) dan C (10-15). Rentang nilai ini bukan distribusi yang seimbang antar kelas namun lebih mencerminkan dampak klinis yang dimiliki setiap kelas untuk penentuan prognosis.24 Pasien Kelas A memiliki 85%

angka harapan hidup selama 2 tahun, dibandingkan kelas B dan C yaitu 60% dan 35%.23

Konsepnya adalah sangat sederhana. Albumin dipengaruhi tidak hanya fungsi sintesis hepatis namun juga bersihan transvascular (transvascular clearance) seperti sepsis dan asites. Begitu juga bilirubin yang ditingkatkan bila ada insufisiensi ginjal, hemolisis dan sepsis. Indeks protrombin yang menurun dikaitkan dengan aktivasi koagulasi, sebagai penyebab utama sepsis. Ensefalopati metabolik dapat dipicu oleh sepsis atau insufisiensi ginjal. Hasilnya, albumin, bilirubin, protrombin dan ensefalopati merupakan petanda prognosis (prognostic markers) dari berbagai perjalanan penyakit yang luas daripada menilai fungsi hati itu secara murni. Jadi, Child-Pugh dipandang sebagai penilaian multiorgan pada pasien sirosis daripada menilai fungsi hati sendiri.24

Asites adalah salah satu komplikasi utama dari sirosis dimana terjadi retensi cairan di rongga abdomen. Satu patofisiologi yang penting adalah patogenesis dari disfungsi renal dan retensi sodium sehingga terjadi vasodilatasi sistemik dan menyebabkan menurunnya volume darah arteri yang efektif (effective arterial blood volume) dan suatu sirkulasi yang hiperdinamik (hyperdynamic circulation).

Mekanisme terkait perubahan fungsi vaskular ini belum diketahui namun

(26)

Ensefalopati hepatik (Hepatic Encephalopathy-HE) adalah komplikasi kinis dari sirosis dengan gambaran neuropsikatri, yaitu euforia atau depresi, kebingungan, bicara melantur (slurred speech) dan gangguan tidur. Pada tahap selanjutnya tampak letargi atau kelesuan, bicara inkoheren hingga koma.26

Selain Child-Pugh, tingkat keparahan sirosis juga dapat dinilai dengan skor MELD ( Model for End Stage Liver Disease) yang awalnya dibuat sebagai prediksi pasien yang menjalani transjugular intrahepatic portosystemic shunts (TIPS). Skor MELD didasarkan etiologi sirosis dan 3 variabel laboratorium yang simpel dan objektif yaitu bilirubin, kreatinin dan waktu protrombin berdasarkan INR (international normalized ratio). MELD memiliki logaritma dan perkalian dengan beberapa faktor yang lebih rumit dibandingkan dengan Child-Pugh.24

Pada penelitian oleh Yu-Yuan Li dkk., pada tahun 2004 menemukan etiologi sirosis hepatis pada 409 pasien mencakup hepatitis B kronis sebesar 78,7%, hepatitis C kronis 6,9% dan alkoholik kronis sebesar 14,4%. Berdasarkan skor Child- Pugh ditemukan skor A sebesar 46,0%, skor B 35% dan skor C 19,0%. 52,3%

pasien tidak memiliki asietes, 17,6% asites ringan dan 30,1% asites berat. Sebesar 41,3% pasien memiliki serum albumin normal, 24,9% hipoalbuminemia ringan (30-35 gr/ lt) dan 38,8% hipoalbuminemia berat (<30 gr/lt). Pada pemanjangan waktu protrombin ditemukan 30,1% normal, 37,2% ringan dan 32,7% berat. Pada penelitian ini juga tidak menemukan korelasi yang bermakna antara usia dan pendidikan.27

Alavian dkk., tahun 2007 melakukan penelitian evaluasi keparahan pasien hepatitis B dan C dengan menggunakan HADS, mendapatkan 29 pasien (37%) dengan simtom ansietas dan 13 pasien (16%) dengan simtom depresi. Pada penelitian tiap-tiap kelompok pasien yang mereka teliti berdasarkan keparahannya didapatkan baik simtom ansietas maupun depresi memiliki perbedaan yang signifikan dengan masing-masing nilai p dibawah 0,001 dan 0,05.28

Pada penelitian Hauser dkk., terhadap gambaran pasien hepatitis C kronis terhadap prediktor biopsikososial dari kualitas hidup berkaitan dengan kesehatan (Biopsychosocial Predictors of Health-Related Quality of Life in Patients With Chronic Hepatitis C) pada tahun 2004 mendapatkan 35 dari 88 pasien (39,8%) memiliki baik simtom depresi maupun ansietas. Mereka menjelaskan prevalensi yang tinggi ini dapat karena adanya gangguan terkait zat maupun gangguan psikiatri yang dimiliki pasien. Kekawatiran terkait penyakit ini menyangkut bahaya komplikasi

(27)

dari infeksi virus, potensi transmisi seksual dengan pasangan pasien dan stigmatisasi sosial dari efek negatif kesehatan mental yang dialami pasien. Seperti yang telah diteliti oleh Cordoba yang menunjukkan penurunan kualitas hidup pada pendonor yang asimtomatik setelah mendapatkan diagnosis hepatitis C kronis.29

(28)

2.4. Kerangka Konseptual

Sirosis Hepatis HADS

Normal Borderline

Ansietas Depresi campuran Child-

Pugh

(29)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi cross sectional,30 dengan mengisi kuesioner HADS (Hospital Anxiety Depression Scale), untuk melihat simtom-simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis berdasarkan tingkat keparahannya.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat penelitian: Poli Divisi Gastroenterologi-hepatologi Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan.

Waktu penelitian: 1 Mei sampai 15 Juni 2011

3.3 Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi target: pasien sirosis hepatis berusia ≥ 18 tahun.

2. Populasi terjangkau: pasien sirosis hepatis rawat jalan di Poliklinik Divisi Gastroenterologi-hepatologi Departemen Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik Medan yang datang dari tanggal 1 Mei sampai 15 Juni 2011

3. Sampel penelitian: pasien sirosis hepatis dengan simtom ansietas dan depresi 4. Cara pengambilan sampel dengan non probability sampling jenis consecutive

sampling.

3.4. Kriteria Inklusi dan eksklusi 3.4.1. Kriteria inklusi

1. Pasien sirosis hepatis 2. Kooperatif

3. Bisa baca dan tulis 4. Usia ≥18 tahun.

(30)

3. Gangguan Hepatic Encephalopathy

3.5 Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus : n = Zα2PQ

d2

= (1,96)2 x 0,16 x 0,84 0,12

= 52  n = 60 orang.

Keterangan:

Zα = nilai batas bawah dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang ditentukan; untuk nilai α = 0,05  Zα = 1,96.

P = proporsi simtom depresi pada pasien hepatitis kronis.28 Didapat nilai P = 16%, atau 0,16.

Q = 1 – P = 1 – 0,16 = 0,84

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,1

Sehingga, besar sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 60 orang.

3.6. Persetujuan setelah penjelasan / Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dengan terlebih dahulu diberi penjelasan sebelum diberikan kuesioner HADS.

3.7. Etika Penelitian.

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etika Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara kerja

Seluruh pasien sirosis hepatis yang memenuhi kriteria eksklusi-inklusi mengisi persetujuan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian. Kriteria eksklusi dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis psikiatri yang mencakup riwayat psikiatri dan pemeriksaan status mental. Kemudian akan dibuat gambaran karakteristik

(31)

demografi, gambaran simtom ansietas dan depresi serta tingkat keparahan pasien sirosis hepatis. Karakteristik demografi akan disajikan dalam bentuk tabel. Tingkat keparahan sirosis hepatis ditentukan berdasarkan skor Child-Pugh Points kedalam kelas A,B dan C. Gambaran simtom ansietas dan depresi digunakan kuesioner HADS yang masing-masing memiliki 7 pertanyaan yang terbagi atas poin A untuk ansietas (yaitu pertanyaan no. 1,3,5,7,9,11 dan 13) serta poin D untuk depresi (yaitu pertanyaan no. 2,4,6,8,10,12 dan 14).23 Skor HADS mencakup normal, borderline dan simtom ansietas atau depresi. Skor 0-7 adalah normal, 8-10 adalah borderline dan 11-21 menunjukkan suatu masalah gangguan klinis/ simtom emosional (clinical

“caseness”) baik ansietas ataupun depresi. Simtom campuran adalah simtom yang memenuhi skor 11-21 dari ansietas dan depresi. Apabila hanya memiliki skor 11-21 untuk ansietas, maka akan dimasukkan kedalam simtom ansietas, dan sebaliknya.

Gambaran ansietas dan depresi berdasarkan tingkat keparahan sirosis hepatis mencakup normal, borderline, simtom ansietas, simtom depresi dan simtom campuran. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

3.9. Rencana Manajemen dan penyajian data

Untuk melihat tingkat keparahan sirosis hepatis digunakan skor Child-Pugh.

Gambaran simtom ansietas dan depresi berdasarkan HADS. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

Penelitian ini menggambarkan distribusi dari masing-masing data menggunakan analisis deskriptif serta pengolahan data dengan SPSS versi 15,5

3.10. Definisi Operasional

a. Sirosis hepatis adalah diagnosis histologi yang dicirikan oleh fibrosis hati yang difus dengan formasi nodul. Diagnosis sirosis hepatis ditegakkan oleh dokter konsultan penyakit dalam bidang gastroentero-hepatologi.4 b. Tingkat keparahan sirosis hepatis diukur dengan skor Child-pugh. Skor ini

mencakup nilai bilirubin (mg/dl), prothrombin time (seconds prolonged) dan albumin (g/l) yang diukur di laboratorium serta asites dan ensefalopati.

(32)

Tabel 3.1. Tingkat Keparahan Sirosis Hepatis berdasarkan Child-Pugh Child-Pugh Points

1 2 3

Bilirubin (mg/dL) <2.0 2.0–

3.0

>3.0

Prothrombin time (seconds prolonged)

<4 4–6 >6

Albumin (g/L) >3.5 2.8–

3.5

<2.8

Asites None Mild Moderate/ Severe

Encephalopathy None Mild Moderate/ Severe

Child's class A: 5–6, Child's class B: 7–9, Child's class C: 10–15.

Sumber: Hayat AS, Shaikh N, Memon F. Identification of Precipitating Factors in Hepatic Encephalopathy Patients at Liaquat University Hospital Jamshoro. World Applied Sciences Journal 8 (6): 661-666, 2010

c. HADS adalah suatu kuesioner self-rating untuk melihat simtom ansietas dan depresif pada pasien dengan kondisi medis umum, bermanfaat karena didalamnya tidak memiliki simtom somatik. HADS memiliki 14 pertanyaan. Pertanyaan untuk masing-masing simtom ansietas (A) dan depresi (D) berjumlah 7. Skor 0-7 adalah normal, 8-10 adalah borderline dan 11-21 menunjukkan suatu masalah gangguan klinis/ simtom emosional (clinical “caseness”) yaitu simtom ansietas dan atau depresi.22 HADS-A yaitu pada pertanyaan nomor 1,3,5,7,9,11 dan 13, sedangkan untuk HADS-D yaitu pertanyaan nomor 2,4,6,8,10,12 dan 14. Untuk pertanyaan no.2,4,6,7,12 dan 14 nilainya dibalikkan.20 Hasil penelitian disajikan kedalam bentuk normal, borderline, simtom ansietas, simtom depresi dan simtom campuran (memiliki simtom ansietas dan depresi).

HADS yang digunakan adalah hasil terjemahan oleh Pusat Bahasa USU.

(terlampir)

d. Kelompok umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Dikelompok dalam 5 kategori umur:27

• ≤ 34 tahun

• 35 tahun –

(33)

• 45 tahun –

• 55 tahun –

• ≥ 65 tahun –

e. Jenis kelamin adalah pria dan wanita.

f. Suku: batak, aceh, melayu, jawa dan lain-lain.

g. Tempat tinggal: medan, luar medan h. Perkawinan: Kawin/ tidak kawin

i. Pendidikan : Jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang dijalani responden melalui pendidikan formal : tamatan SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) dan PT (Perguruan Tinggi).

j. Pekerjaan : bekerja, tidak bekerja

(34)

3.11. Kerangka Kerja

KERANGKA KERJA

Inklusi

Pasien sirosis hepatis

Tingkat keparahan

Eksklusi

HADS

ansietas depresi campuran

(35)

BAB 4 HASIL

Sebanyak 60 pasien sirosis hepatis di bagian penyakit dalam RSUP. H. Adam Malik Medan mengisi kuesioner Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) untuk melihat gambaran simtom ansietas dan depresi.

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan karakteristik demografi Karakteristik demografi Jumlah (n) %

Jenis Kelamin

Laki-laki 43 71,7

Perempuan 17 28.3

Jumlah 60 100

Umur (tahun) n %

<35 3 5

35- 9 15

45- 27 45

55- 14 23,3

>=65 7 11,7

Jumlah 60 100

Pekerjaan n %

Bekerja 38 63,3

Tidak bekerja 22 36,7

Jumlah 60 100

Pendidikan n %

SD 12 20

SMP 2 3,3

SMA 23 38,3

PT 23 38,3

Jumlah 60 100

(36)

tdk kawin 2 3,3

Jumlah 60 100

Suku n %

Batak 25 41,7

Aceh 16 26,7

Melayu 3 5

Jawa 14 23,3

Dll 2 3,3

Jumlah 60 100

Tempat tinggal n %

Medan 20 33,3

luar medan 40 66,7

Jumlah 60 100

Tabel 4.1. memperlihatkan karakteristik demografi dimana terbanyak adalah laki-laki sebanyak 43 orang (71,7%), umur 45-55 tahun sebanyak 27 orang (45%), bekerja sebanyak 38 orang (63,3%), pendidikan SMA dan PT sebanyak 23 orang (38,3%), yang kawin sebanyak 58 orang (96,7%), suku batak sebanyak 25 orang (41,7%) dan tempat tinggal di luar medan sebanyak 40 orang (66,7%).

Tabel 4.2. Gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis

Simtom n %

Normal 5 8,3

borderline 10 16,7

Ansietas 11 18,3

Depresi 5 8,4

campuran 29 48,3

Jumlah 60 100

Tabel 4.2 memperlihatkan sampel yang terbanyak adalah simtom campuran ansietas dan depresi dengan menggunakan HADS adalah 29 orang (48,3%), diikuti simtom ansietas 11 orang (18,4%), borderline 10 orang (16,6%) dan depresi 5 orang (8,4%). Sedangkan pasien yang normal, tidak memiliki simtom ansietas dan depresi sebanyak 5 orang (8,3%).

(37)

Tabel 4.3. Gambaran tingkat keparahan pasien sirosis hepatis

Tingkat keparahan n %

A 12 20

B 35 58,3

C 13 21,7

Jumlah 60 100

Tabel 4.3 memperlihatkan sampel terbanyak tingkat keparahan, dengan menggunakan skor Child-Pugh, adalah kelas B yaitu 35 orang (58,3%), diikuti C sebanyak 13 orang (21,8%) dan A sebanyak 12 orang (19%).

Tabel 4.4 Gambaran simtom ansietas dan depresi berdasarkan keparahan penyakit

Keparahan Normal Borderline Simtom Simtom Simtom

campuran Jumlah Ansietas Depresi

n % n % N % n % n % n %

A 2 3,3 2 3,3 2 3,3 0 0 6 10 12 19 B 3 5 6 10 6 10 4 6,7 16 26,7 35 58,3 C 0 0 2 3,3 3 5 1 1,8 7 11,7 13 21,8 Jumlah 5 8,3 10 16,6 11 18,3 5 8,4 29 48,4 60 100

Tabel 4.4 memperlihatkan samel yang terbanyak adalah simtom campuran pada tingkat keparahan B yaitu 16 orang (26,7%). Pada simtom campuran dijumpai pada tingkat keparahan C sebanyak 7 orang (11,7%), dan A sebanyak 6 orang (10%). Simtom ansietas terbanyak dijumpai pada tingkat keparahan kelas B sebanyak 6 orang (10%), diikuti kelas C sebanyak 3 orang (5%) dan A sebanyak 2 orang (3,3%). Simtom depresi terbanyak dijumpai pada tingkat keparahan kelas B sebanyak 4 orang (6,7%), diikuti kelas C sebanyak1 orang (1,7%). Simtom borderline terbanyak pada tingkat keparahan kelas B sebanyak 6 orang (10%),

(38)

Tabel 4.5 Nilai HADS Pada Pasien Sirosis Hepatis

HADS Minimum Maksimum Rerata SD

HADS-ANXIETAS 3.0 18.0 11.1 3.3

HADS-DEPRESI 4.0 15.0 10.5 3.0

Tabel 4.5 menunjukkan gambaran statistik nilai HADS pada pasien sirosis hepatis, dimana nilai simtom ansietas minimum 3 dan maksimum 18, dengan nilai rerata 11,1, SD 3,3. Simtom depresi yaitu minimum 4 dan maksimum 15, dengan nilai rerata 10,5, SD 3,0.

(39)

BAB 5 PEMBAHASAN

Sebanyak 60 orang pasien sirosis hepatis berdasarkan karakteristik demografi terbanyak diperlihatkan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang (71,7%), umur 45-55 tahun sebanyak 27 orang (45%), bekerja sebanyak 38 orang (63,3%), pendidikan SMA dan PT sebanyak 23 orang (38,3%), yang kawin sebanyak 58 orang (96,7%), suku batak sebanyak 25 orang (41,7%) dan tempat tinggal di luar medan sebanyak 40 orang (66,7%). Li dkk., pada penelitian prevalensi subklinis ensefalopati hepatik penderita sirosis di Cina, mendapatkan umur 45-55 tahun sebesar 107 orang (26,1%), pendidikan sekolah menengah dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 199 (46,5%) dan 138 orang (33,5%), serta jenis kelamin laki-laki sebesar 133 orang (60,6%).27

Penelitian ini dengan menggunakan HADS memperlihatkan simtom terbanyak adalah simtom campuran ansietas dan depresi adalah 29 orang (48,3%). Untuk simtom ansietas 11 orang (18,4%) dan depresi 5 orang (8,3%). Penelitian ini lebih kecil dari penelitian Alavian dkk., dimana menemukan 29 pasien (37%) yang ansietas dan 13 pasien (16%) yang depresi.28 Berbeda dengan penelitian yang lebih tinggi didapatkan oleh Hauser dimana simtom ansietas maupun depresi dengan skor HADS ≥ 11 sebesar 39,8%.29 Alavian membagi subjek penelitian menjadi 3 kelompok yaitu kelompok hepatitis B virus, hepatitis C virus dan subjek orang sehat sebagai kontrol. Alavian meneliti pasien hepatitis virus kronis baik yang sirosis, hepatoselular karsinoma dan transplantasi hepar.28 Sedangkan Hauser menyatakan tingginya prevalensi gangguan psikiatri ini dikarenakan kemungkinan ganggguan penggunaan zat atau gangguan psikiatri yang sudah ada sebelumnya. Selain itu kekawatiran terkait keparahan penyakit yang diderita, potensi penularan virus HCV ke pasangan dan stigma di masyarakat.29

Nilai HADS pada pasien sirosis hepatis antara 3-18, dengan rerata 11,1 SD 3,3 untuk ansietas. Nilai HADS untuk depresi antara 4-15, rerata 10,5 SD 3,0. Dari

(40)

Alavian dkk., menemukan simtom ansietas dengan rerata 9,57±3,86 dan depresi 6,43±3,76.28 Weissenborn membandingkan skor kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life-HRQL), fungsi kognitif dan simtom ansietas depresi menggunakan HADS, dimana baik pasien HCV dan kontrol mengalami defisit kognitif yang sama. Selanjutnya, kedua kelompok mengalami perbedaan kualitas hidup dan skor HADS. Beberapa kelompok juga menunjukkan defisit kognitif pada pasien dengan tingkat keparahan ringan. Mereka menyimpulkan perbedaan skor HADS, disfungsi kognitif dan efek penyakit hati kronis tidak dapat dijelaskan baik mereka yang hanya memiliki gangguan hati maupun yang disertai dengan simtom psikiatri.14

Gambaran tingkat keparahan pasien sirosis hepatis dengan menggunakan skor Child-Pugh, terbanyak adalah kelas B yaitu 35 orang (58,3%), diikuti C sebanyak 13 orang (21,8%) dan A sebanyak 12 orang (19%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Yu-Yuan Li terhadap pasien sirosis hepatis tanpa manifestasi ensefalopati dengan skor Child-Pugh kelas A dan B masing-masing 46,0% dan 35,0% serta kelas C 19,0%. Mereka juga tidak menemukan korelasi keparahan penyakit dengan tingkat pendidikan dan perilaku merokok. Li meneliti penggunaan tes psikometri untuk simtom klinis ensefalopati, yaitu NCT (number connection test) dan SDT (symbol digit test). Mereka mendapatkan korelasi antara pemakaian tes psikometri tersebut dengan tingkat keparahan sirosis hepatis. Mereka beralasan bahwa pasien sirosis hepatis tanpa ensefalopati ini sering mengalmi defisit motorik, intelejensia, daya ingat dan kemampuan berbahasa sehingga batasan gangguan mental atau ensefalopati dapat disingkirkan.27

Simtom campuran pada pasien sirosis hepatis terbanyak sebesar 26,7% pada tingkat keparahan Child-Pugh kelas B. Juga pada tingkat keparahan Child-Pugh kelas C sebesar 11,7%. Hal ini memperlihatkan pada tingkat keparahan yang lebih tinggi, yaitu B dan C, pasien sirosis hepatis sering memiliki simtom campuran dengan depresi dan ansietas. Pada simtom ansietas dijumpai terbanyak pada tingkat keparahan B sebesar 10% dan simtom depresi pada tingkat keparahan C sebesar 6,7%. Penelitian yang mengenai hubungan tingkat keparahan Child-Pugh dengan simtom ansietas depresi berdasarkan HADS tidak ada. Namun, Alavian dkk., yang melakukan penelitian keparahan ansietas depresi terhadap hepatitis B virus dan hepatitis C virus dan mendapatkan keparahan simtom ansietas dan depresi yang lebih tinggi pada infeksi HCV kronis dibandingkan HBV maupun

(41)

kontrol, menyarankan agar masalah kesehatan mental juga lebih diperhatikan sama dengan fungsi hati dan histopatologi kerusakan hati yang dialami pasien sirosis hepatis.28

Penelitian ini hanya meneliti gangguan sirosis hepatis tanpa adanya penyakit komorbid, walaupun demikian penyakit somatik yang komorbid dan pengobatan mungkin faktor yang mempengaruhi bagi kualitas hidup pasien.23 Banyak ahli gastroenterologi dan hepatologi menangani komplikasi serius dari sirosis, namun gagal dalam memberi edukasi, pencegahan dan pengobatan masalah-masalah lain yang bukan ancaman bagi penderita sirosis. Kualitas hidup berkaitan dengan kesehatan (health-related quality of life) menunjukkan korelasi yang sangat kuat dengan bagaimana masalah sirosis tersebut dihadapi.24

Kelemahan penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, sehingga sulit untuk menentukan sebab dan akibat antara keparahan ansietas dan depresi dengan tingkat keparahan sirosis hepatis. Bias juga dapat terjadi karena penelitian ini hanya menanyakan jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, suku dan tempat tinggal. Sedangkan pada penelitian Hauser membagi status pekerjaan menjadi bekerja, tidak bekerja, bekerja di rumah (house wife/ house man) dan pensiunan. Hauser juga menguraikan pasien yang merokok dan minum alkohol.23 Penelitian ini juga tidak menggunakan NCT dan SDT seperti yang dilakukan Li terhadap pasien sirosis hepatis tanpa adanya ensefalitis. Skor HADS yang digunakan dalam penelitian ini juga hanya mendapat persetujuan terjemahan dari pusat bahasa Universitas Sumatera Utara dan belum divalidasi.

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Rerata skor HADS untuk ansietas adalah 11,1 SD 3,3 dan depresi 10,5 SD 3,0. Simtom campuran paling banyak dijumpai pada pasien sirosis hepatis berdasarkan tingkat keparahannya sebesar 26,7%, diikuti simtom ansietas 10% dan depresi 6,7%, serta simtom borderline sebesar 10%. Kemungkinan juga adanya pasien sirosis hepatis yang memiliki dua simtom ansietas dan depresi yang borderline. Gambaran tingkat keparahan sirosis hepatis yang terbanyak adalah tingkat keparahan kelas B (Child-Pugh), sebesar 58,3%, diikuti yang C sebesar 21,7% dan A sebear 20%. Berdasarkan HADS didapat simtom campuran yang terbanyak yaitu 48,3%, diikuti simtom ansietas sendiri 18,3%, borderline 16,7%, simtom depresi sendiri 8,4% dan normal sebesar 8,3%. Faktor-faktor demografi yang didapat pada penelitian ini terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 71,7%, umur 45-55 tahun sebesar 45%, yang bekerja sebesar 63,3%, pendidikan SMA dan PT masing-masing 38,3%, yang kawin sebesar 96,7%, suku Batak 41,7%

dan yang bertempat tinggal di luar Medan sebesar 66,7%.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang simtom ansietas dan depresi baik terhadap karakteristik demografi, tingkat keparahan sirosis hepatis maupun penyakit hati kronis lainnya.

Penangan lebih baik terhadap simtom ansietas dan depresi yang dimiliki oleh pasien sirosis hepatis perlu diperhatikan melalui kerjasama antara departemen ilmu kedokteran jiwa dengan penyakit dalam serta departemen terkait lainnya.

(43)

DAFTAR RUJUKAN

1. Epstein SA, Hicks D. Anxiety disorder. Dalam: Dalam: levenson Jl, penyunting. Textbook of psychosomatic medicine. Arlington. American Psychiatric Publishing 2005; h.251 (274)

2. Rodin GM, Nolan RP, Katz MR. Depression. Dalam: Dalam: levenson Jl, penyunting. Textbook of psychosomatic medicine. Arlington. American Psychiatric Publishing 2005; h.193,4 (216)

3. Karnath B. Stigmata of chronic liver disease. Hospital Physician July 2003; h.

14

4. Bloom S, Webster G. Oxford Handbook of Gastroenterology and Hepatology, edisi ke-1.London. Oxford University Press. 2006; h.42, 210

5. Gish RG. Minimizing the impact of neuropsychiatric effects during chronic HCV disease and treatment. The HCV Advocate Medical Writers’ Circle. The Hepatitis C Support Project 2004; h.2

6. Zigmond AS, Snaith RP. The hospital anxiety and depression scale. Acta Psychiatr Scand. 1983 Jun;67(6):361-70 (Abstract).

7. Matsumoto D. The cambridge dictionary of psychology. Cambridge.

Cambridge Univ. Press. 2009; h. 46 (65)

8. Creed F. Gastrointestinal disorder. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, penyunting. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition. Lippincott William & Wilkins. 2009; h. 2266

9. Stahl SM. Sthal’s essential psychopharmacology. Cambridge. Cambridge Univ. Press. 2008; h. 726

10. Crosignani A, Battezatti PM, Invernizzi P, Selmi C, Prina E, et. al. Clinical features and management in primary billiary cirrhosis. World J Gastroenterol 2008 June 7; 14(21): 3313-3327

11. Shelton RC, Hunt AJ. Anxiety disorder. Dalam: Fatemi SH, Clayton PJ, penyunting. The medical basis of psychiatry, edisi ke-3. Totowa. Humana Press. 2008; h.135 (144)

(44)

13. Akiskal HS. Mood disturbances. Dalam: Fatemi SH, Clayton PJ, penyunting.

The medical basis of psychiatry, edisi ke-3. Totowa. Humana Press. 2008;

h.409

14. Weissenborn K, Tryc AB, Heeren M, Worthmann H, Pflugrad H, Berding G, et.

al. Hepatitis C virus infection and the brain. Metab Brain Dis (2009) 24:197–

210

15. Golden J, O’Dwyer AM, Conroy RM. Depression and anxiety in patients with hepatitis C: prevalence, detection rates and risk factors. General Hospital Psychiatry 27 (2005) 431– 438

16. Seymour J, Benning TB. Depression, cardiac mortality and all-cause mortality.

Advances in psychiatric treatment (2009), vol. 15, 107–113

17. Kraus MR, Schäfer A, Faller H, Csef H, Scheurlen M. Psychiatric symptoms in patients with chronic hepatitis C receiving interferon alfa-2b therapy. J Clin Psychiatry. 2003 Jun;64(6):708-14. (abstract)

18. Herrera JL, Rodriguez R. Medical Care of the Patient With Compensated Cirrhosis. Gastroenterology & Hepatology Volume 2, Issue 2 February 2006 19. Moore DP. Mental disorders due to a general medical condition. Dalam:

Tasman A, Kay J, Lieberman JA, First MB, Maj M, penyunting. Psychiatry, edisi ke-3. Chichester. John Wiley & Sons. 2008; h.940 (993)

20. Mykletun A, Stordal E, Dahl AA. Hospital Anxiety and Depression (HAD) Scale: Factor structure, item analyses and internal consistency in a large population. British Journal of Psychiatry (2001), 179, 540-544

21. Snaith RP. The Hospital Anxiety And Depression Scale. Health and Quality of Life Outcomes 2003, 1:29

22. Iqbal KM, Rambe AS, Sjahrir H. Correlation between anxiety and depression symptoms with seizure severity in epilepsy patients at Neurology Department Haji Adam Malik Hospital Medan, North Sumatra, Indonesia. Majalah Kedokteran Nusantara volume 39. No.2. 2006. 85 – 93

23. Sterling RK, Mattar WE, Kwo PY. Cirrhosis. Dalam: Rakel RE, Bope ET, penyunting. Conn’s current therapy 2008, edisi ke-60. Philadelphia. Saunders Elsevier. 127: 1

24. Durand F, Valla D. Assessment of the prognosis of cirrhosis: Child–Pugh versus MELD. Journal of Hepatology 42 (2005) S100–S107

(45)

25. Moore KP, Aithal GP. Guidelines on the management of ascites in cirrhosis.

Gut 2006;55(Suppl VI):vi1–vi12.

26. Alam I, Razaullah, Haider I, Humayun M, Taqween MH, et al. Spectrum of precipitating factor of hepatic encephalopathy in liver cirrhosis. Pakistan J.

Med. Res. Vol. 44, No. 2, 2005;h. 96-9

27. Li YY, Nie YQ, Sha WH, Zheng Z, Yang FY, et.al. Prevalence of subclinical hepatic encephalopathy in cirrhotic patients in China. World J Gastroenterol 2004;10(16):2397-2401

28. Alavian SM, Tavallaii SA, Farahani MA, Khoddami-Vishteh HR, Bagheri- Lankarani K. Evaluation of the severity of depression and anxiety in hepatitis B and hepatitis C patients: a case control study. Iranian Journal of Clinical Infectious Diseases 2007;2(3):113-119)

29. Hauser W, Zimmer C, Schiedermaier P, Grandt D. Biopsychosocial Predictors of Health-Related Quality of Life in Patients With Chronic Hepatitis C.

Psychosomatic Medicine 66:954–958

30. Ghazali MV, Sastromiharjo S, Soedjarwo SR, Soelaryo T, Pramulyo HS. Studi cross-sectional. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi ke-3. Jakarta. Sagung Seto. 2008; h.112-5 31. Hayat AS, Shaikh N, Memon F. Identification of Precipitating Factors in

Hepatic Encephalopathy Patients at Liaquat University Hospital Jamshoro.

World Applied Sciences Journal 8 (6): 661-666, 2010

(46)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Andreas Xaverio Bangun

Jabatan : Peserta PPDS-I Kedokteran Jiwa FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian

- dr. Dapot P. Gultom, SpKJ

- Prof. dr. Lukman H. Zain, SpPD, KGEH - dr. M. Surya Husada, SpKJ

2. Jadwal Penelitian

Waktu kegiatan Februari 2011

Maret - Mei 2011

Juni 2011

Persiapan

Pelaksanaan

(47)

Penyusunan Laporan

Seminar Hasil

(48)

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN SUMATERA UTARA

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saya sedang meneliti tentang gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien sirosis hepatis di RSUP. H. Adam Malik ini. Sebelumnya saudara/i akan saya minta data-data demografinya, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, perkawinan dan pekerjaan. Kemudian akan diperiksa kondisi penyakit saudara, dan selanjutnya saudara/

i akan mengisi sebuah angket yang disebut “Hospital Anxiety Depression Scale” untuk mengetahui apakah saudara memiliki gejala-gejala ansietas dan depresi, karena gangguan-gangguan ini sering ditemukan pada penderita dengan kondisi medis umum.

Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/ Ibu/ Sdr/ i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/

Ibu/ Sdr/ i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka Bapak/

Ibu/ Sdr/ i dapat menghubungi saya: dr. Andreas Xaverio Bangun, Departemen Psikiatri FK-USU, telepon 061-76290313 atau telepon genggam 081263400736. Terima Kasih.

Medan,... Februari 2011 Hormat Saya

dr. Andreas Xaverio Bangun

(49)

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian

”gambaran simtom ansietas depresi pada pasien sirosis hepatis di Divisi Gastroenterologi- Hepatologi Departemen Penyakit RSUP.H. Adam Malik” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan...2011

(...)

Saksi-saksi

1. ... ...

2. ... ...

Gambar

Tabel 3.1. Tingkat Keparahan Sirosis Hepatis berdasarkan Child-Pugh  Child-Pugh Points     1  2  3  Bilirubin (mg/dL)  &lt;2.0  2.0– 3.0  &gt;3.0
Tabel 4.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan karakteristik demografi   Karakteristik demografi  Jumlah (n)  %
Tabel  4.1.  memperlihatkan  karakteristik  demografi  dimana  terbanyak  adalah  laki-laki  sebanyak  43  orang  (71,7%),  umur  45-55  tahun  sebanyak  27  orang  (45%),  bekerja  sebanyak  38  orang  (63,3%),  pendidikan  SMA  dan  PT  sebanyak  23  ora
Tabel  4.3  memperlihatkan  sampel  terbanyak  tingkat  keparahan,  dengan  menggunakan  skor  Child-Pugh,  adalah  kelas  B  yaitu  35  orang  (58,3%),  diikuti  C  sebanyak 13 orang (21,8%) dan A sebanyak 12 orang (19%)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

BPRS Amanah Insan Cita, dan untuk mengetahui masalah yang timbul dalam pelaksanaan pengawasan pembiayaan bermasalah oleh account officer pada PT BPRS Amanah

Pada aliran sistem informasi (ASI) Lama dalam kasus ini ada bagian bagian yang berhubungan langsung dan terdiri dari 4 entity yaitu : Pemilih, TPS, PPK(Panitia

Usaha tani padi merupakan salah satu usaha dibidang pertanian yang cukup menjanjikan.Desa Terutung Megara Bakhu merupakan salah satu desa di Kabupaten Aceh Tenggara

yang dilakukan para pihak untuk membuktikan kekuatan alat bukti surat di.. bawah tangan dalam Proses Pembuktian

[r]

Hal itu tentu saja menyebabkan bertumpuknya buku - buku yang menghambat lancarnya transaksi pembayaran, pencarian informasi transaksi yang dibutuhkan seiring dengan

[r]