• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam suatu kegiatan pengajaran atau pelatihan. Pendidikan sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan, sebagai persyaratan untuk menempuh karir atau pekerjaan yang diingankan, sebagai wadah dalam membentuk karakter, dan sebagai bekal dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Istilah Pendidikan Karakter atau Character Education yang menurut Thomas Lickona (1991) (dalam Gunawan Heri, 2017: 23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.

Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. Sedangkan pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004: 95) (dalam Kesuma, dkk., 2013: 5)

“Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.”

Berdasarkan pendapat yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam membentuk dan mendidik

(2)

kepribadian seseorang agar menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dapat dipraktikkan dalam kegiatan sehari-hari dan dapat berdampak positif terhadap dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Sebagai contoh, seorang anak yang sekolah, nanti akan mendapatkan kegiatan yang dapat membentuk karakter anak tersebut. Misalnya setiap hari anak tersebut diajarkan untuk memulai kegiatan dengan berdoa terlebih dahulu, sehingga dengan rutinnya kegiatan tersebut dilakukan maka anak tersebut akan terbiasa menerapkan kegiatan berdoa sebelum memulai kegiatannya sehari-hari.

Makna dari pendidikan karakter dapat dijelaskan sebagai pendidikan yang berarti sebuah bentuk kegiatan pembimbingan dan pengembangan dari potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik supaya dapat terarah dengan baik dan mampu menjadi kepribadian yang baik dalam kehidupannya. Bentuk kegiatan bimbingan dan pengembangan potensi diri yang dijalaninya tersebut dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh sejumlah tenaga pendidik kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya (Fadlillah & Khorida, 2013:16).

Kata karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sebagai watak, tabiat, pembawaan, dan kebiasaan. Pengertian ini sama dengan uraian oleh Pusat Bahasa Depdiknas yang mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak. Sehingga dapat disimpulkan dari kedua arti kata tersebut bahwa pendidikan karakter memiliki makna sebagai suatu bentuk pengarahan atau pembimbingan supaya seseorang dapat memiliki tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai moralitas dan keberagaman yang ada di

(3)

sekelilingnya. Dengan pendidikan karakter yang telah diprogram oleh pemerintah untuk seluruh lembaga pendidikan ini diharapkan dapat membantu menciptakan generasi bangsa yang berkepribadian baik dan menjunjung asas kebajikan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. (Fadlillah & Khorida, 2013:20).

b. Prinsip dan Landasan Pendidikan Karakter

Pelaksanakan pendidikan karakter di sekolah perlu diadakan beberapa persiapan seperti perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selain itu tenaga pendidik yang kompeten, profesional, dan memiliki kepribadian yang baik juga sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pendidikan karakter agar dapat terlaksana secara optimal yaitu dengan memperhatikan prinsip yang berfungsi sebagai acuan dasar dalam melaksanakan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Menurut Sri Judiani sebagaimana dikutip oleh Zubaedi (dalam Fadlillah & Khorida, 2013:29) menyebutkan prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter, yaitu: “1) berkelanjutan, 2) melalui semua mata pelajaran, 3) nilai-nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan, dan 4) proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan aktif dan menyenangkan.”

Berkelanjutan sebagaimana yang disebutkan diatas yaitu berarti proses penerapan, pembentukan, dan pengembangan nilai-nilai karakter pada peserta didik terjadi dari awal peserta didik sekolah sampai dengan peserta didik lulus dari sekolah, bahkan sampai peserta didik terjun ke masyarakat luas pun proses pengembangan nilai karakternya masih berlanjut. Penerapan dan pengembangan nilai karakter melalui semua mata pelajaran artinya nilai-nilai

(4)

karakter juga diterapkan melalui semua mata pelajaran yang ada di sekolah, seperti mata pelajaran tematik, agama, olahraga, muatan lokal, maupun ekstrakurikuler. Nilai-nilai karakter yang diterapkan di sekolah tidak diajarkan secara langsung melainkan dikembangkan dan disisipkan ke dalam beberapa ranah seperti ranah kognitif, ranah afektif, serta ranah psikomotorik sehingga secara tidak langsung peserta didik juga belajar nilai-nilai karakter dari kegiatan pembelajaran yang dialami di sekolah. Proses pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik secara aktif dan menyenangkan sehingga guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan membuat peserta didik aktif bertanya, mencari informasi, mengelola informasi, dan menumbuhkan nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui kegiatan pembelajaran yang terjadi di dalam maupun di luar kelas.

Kemendiknas (2010) memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif dengan cara mempromosikan nilai dasar etika sebagai basis dari pendidikan karakter, mengidentifikasi nilai karakter secara menyeluruh dan lengkap sehingga nilai karakter yang mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku dapat diterima secara baik. Prinsip lainnya yaitu menggunakan pendekatan dalam pelaksanaan program PPK secara jelas, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter peserta didik. Tenaga pendidik perlu menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian sehingga tujuan dari program PPK dapat tercapai. Kemudian, guru kelas memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

Cakupan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran yang bermakna dan membuat peserta didik merasa tertantang untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran

(5)

yang menghargai semua peserta didik sehingga dapat membangun karakter dan memotivasi para peserta didik serta membantu mereka untuk sukses juga menjadi prinsip dalam mewujudkan pendidikan karakter yang efektif. Selain itu, prinsip yang lain adalah membuat seluruh staf sekolah berperan sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk program PPK, adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan yang luas dalam melaksanakan program PPK, melibatkan keluarga peserta didik serta masyarakat sekitar sebagai mitra dalam usaha membangun karakter peserta didik, dan mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru dalam program PPK serta perwujudan karakter-karakter positif dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Seluruh lembaga pendidikan nantinya sebisa mungkin dapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam melaksanakan program Penguatan Pendidikan Karakter pada setiap kegiatan pembelajaran maupun ekstrakurikuler. Selain itu adanya tenaga pendidik yang profesional, kompeten, dan memiliki kepribadian yang baik serta instansi pendidikan dapat menjalin kerja sama dengan orang tua/wali murid, seluruh staf di sekolah, dan juga masyarakat sekitar sehingga pelaksanaan pendidikan karakter dapat berjalan secara optimal juga perlu diperhatikan. Pengawasan perlu dilakukan karena masing-masing individu memiliki peran dalam lingkungannya masing-masing.

Pendidikan karakter di Indonesia sejatinya dijalankan berdasarkan landasan-landasan yang dapat dijadikan rujukan. Landasan yang dimaksudkan adalah supaya nantinya pelaksanaan pendidikan karakter yang diterapkan tidak menyimpang dari jati diri masyarakat dan bangsa Indonesia. Landasan

(6)

pendidikan karakter berfungsi sebagai titik acuan, terdapat landasan pedagogis yang harus diperhatikan oleh guru atau para pelaku pendidik lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan program PPK di sekolah. Agus (2012:25) berpendapat bahwa “...landasan pedagogis yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di instansi atau lembaga pendidikan yaitu pengalaman yang dialami peserta didik, bahan ajar pendidikan karakter, dan metode mengajar.”

Pengalaman positif dalam pelaksanaan pendidikan karakter harus diberikan sebanyak-banyaknya oleh guru kepada peserta didik, sebab pendidikan adalah pengalaman yaitu proses yang berlangsung secara terus menerus. Pengalaman yang dimaksud tersebut dapat bersifat aktif dan pasif. Pengalaman yang bersifat aktif berarti berusaha dan mencoba, sedangkan pengalaman yang pasif berarti menerima dan mengikuti saja. Jika seseorang mengalami sesuatu tentunya orang tersebut ikut pula dalam berbuat, sedangkan jika seseorang mengikuti sesuatu berarti orang tersebut memperoleh akibat atau hasil. Pada kenyataannya peserta didik dapat lebih mengenang atau terkesan dengan pengalaman yang dilakukannya secara langsung. Sehingga dengan adanya peristiwa atau pengalaman yang dilalui secara langsung oleh peserta didik, mereka dapat mengingat pengalaman tersebut. (Agus, 2012:26).

Program penguatan pendidikan karakter diperlukan bahan ajar dalam pelaksanaannya dengan memperhatikan kekonkretan, kegunaan, dan kebutuhannya serta dipersiapkan secara sistematis dan detail pada bahan ajar tersebut (Agus, 2012:27-28). Kemudian bahan ajar yang digunakan merupakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar maka hendaknya ditempatkan

(7)

dalam kegiatan baru dan menyeluruh. Bahan ajar pendidikan karakter bagi peserta didik khususnya anak-anak tidak semata-mata hanya diambil dari buku pelajaran yang diklasifikasikan ke dalam beberapa mata pelajaran yang terpisah tetapi harus berisikan kemungkinan yang dapat menimbulkan anak untuk lebih giat dan lebih semangat lagi dalam berbuat hal yang positif. Bahan ajar yang digunakan harus mampu memberikan dorongan agar peserta didik mau mencoba dan bereksperimen dalam kegiatannya. Dalam hal ini, bahan ajar yang diberikan bukanlah bersumber dari disiplin ilmu yang ketat melainkan bersumber dari kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta didik terkait dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Peranan guru dalam pelaksanaan dan penerapan pendidikan karakter tidak hanya berhubungan dengan mata pelajaran tetapi juga menempatkan dirinya ke dalam seluruh interaksi dengan kebutuhan, kemampuan, dan kegiatan peserta didik. Guru harus memiliki bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang disesuaikan pula dengan keadaan lingkungan dan sosial masyarakat setempat. Kreatif dan inovatif juga diperlukan oleh guru dalam penerapan pendidikan karakter. Kreatif dan inovatif dari guru dapat diterapkan dengan menciptakan sebuah metode mengajar yang bermakna dan menyenangkan sehingga dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Oleh karena itu, metode mengajar pada kegiatan pembelajaran sebaiknya menarik, kreatif, inovatif, berkesan, menyenangkan, dan dapat menimbulkan inisiatif dan kreativitas peserta didik. Apabila semua prinsip dan landasan dalam penerapan pendidikan

(8)

karakter dapat dilaksanakan secara harmonis, maka tujuan dari dilaksanakannya pendidikan karakter dapat tercapai.

2. Pentingnya Pendidikan Karakter a. Peranan Pendidikan Karakter Bagi Bangsa

Pendidikan karakter sangat berperan penting dalam pembentukan karakter atau identitas bangsa Indonesia. Dengan semboyan bangsa Indonesia yakni

“Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua dapat ditafsirkan pula bahwa Indonesia memiliki keragaman suku, budaya, ras, agama, adat, sifat, karakter setiap individu, pola pikir, dan lain-lain dimana mereka saling hidup berdampingan. Keragaman bangsa Indonesia juga dapat dilihat dari melimpahnya kekayaan alam yang ada di Indonesia serta kondisi sosial budaya yang melimpah juga. Seharusnya dengan keadaan seperti ini rakyat Indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera.

Namun pada kenyataannya, rakyat Indonesia dimanfaatkan oleh bangsa lain atau dengan kata lain Indonesia dijajah untuk dimanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah.

“Apa yang salah dengan bangsa ini?” (Kesuma, 2013:2) mengajak semua orang untuk melihat beberapa indikasi tentang “apa yang salah dengan bangsa ini?”

1) Kondisi moral atau akhlak generasi muda yang semakin hancur seiring dengan berjalannya waktu yang ditandai dengan maraknya seks bebas, narkoba, tawuran, pornografi, dan lain sebagainya. 2) Rusaknya moral bangsa yang dapat dilihat dengan semakin maraknya kasus korupsi yang terjadi, kasus kriminal, dan tindak kejahatan lainnya. 3) Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia dapat diduga sebagai karma dari kebodohan bangsa ini dalam menanggulangi masalah lingkungan. Hal ini dapat kita perhatikan pada lingkungan sekitar kita bahwa tidak semua orang dapat membuang sampah pada tempatnya sehingga berakibat saluran air tersumbat yang berujung pada bencana banjir. Kemudian beberapa pabrik yang mengeksploitasi kekayaan alam namun tidak melakukan reboisasi pada hutan yang telah digunduli berakibat terjadinya bencana tanah longsor. 4) Daya kompetitif

(9)

yang rendah sehingga banyak produk dalam negeri dan sumber daya manusia di Indonesia yang tergantikan oleh produk dan sumber daya manusia dari luar negeri.

Fenomena yang dialami oleh bangsa Indonesia diatas menunjukkan bahwa seharusnya pembentukan karakter bangsa Indonesia harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Rakyat Indonesia yang sudah diberkahi kenikmatan berupa kekayaan alam yang melimpah seharusnya dapat mengolah sendiri kekayaan alam tersebut. Rakyat Indonesia harus memiliki jiwa, kepribadian, dan karakter yang disiplin, pantang menyerah, jujur, rajin, dan bijaksana. Hal ini dapat dilakukan mulai dari hal terkecil yaitu dengan adanya program penguatan pendidikan karakter pada setiap satuan pendidikan guna menanamkan pendidikan karakter pada diri peserta didik.

Pentingnya pembentukan karakter pada bangsa Indonesia juga disampaikan oleh salah satu bapak pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno, yang menegaskan bahwa: “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju,

dan jaya, serta bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi menjadi bangsa kuli.” dalam Muchlas &

Hariyanto (2012:1).

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Manusia pasti memiliki tujuan mengapa melakukan suatu kegiatan atau apa fungsi dari kegiatan yang dilakukannya. Sama halnya dengan pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter yang tak lepas dari adanya tujuan yang akan dicapai. Tujuan dilaksanakannya pendidikan karakter menurut Mulyasa (2012:9) adalah:

(10)

Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendapat lain mengenai tujuan dilaksanakannya pendidikan karakter diutarakan oleh Heri (2017:30) bahwa “Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuannya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.”

Seluruh tujuan dari pelaksanaan pendidikan karakter pada dasarnya dapat dilakukan dan dicapai dalam lingkup lembaga pendidikan seperti sekolah.

Maka untuk lebih spesifiknya lagi, Kesuma (2013:9) menjabarkan bahwa sekolah sebagai wadah dalam melaksanakan dan menerapkan pendidikan karakter memiliki tujuan seperti:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Apabila program penguatan pendidikan karakter dapat terlaksana dengan baik, maka banyak manfaat yang dapat diperoleh. Dengan melalui pelaksanakan pendidikan karakter ini, diharapkan dapat mengurangi berbagai persoalan yang menimpa bangsa ini. Mulai dari persoalan mengenai makin maraknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh generasi muda, kekerasan, tindak kriminal, ketidakjujuran, sampai pada perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme.

(11)

c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai dalam kehidupan dapat diidentifikasi sebagai nilai yang penting bagi kehidupan anak baik saat ini maupun di masa yang akan datang, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kebaikan lingkungan hidupnya. Anas (2017:56) berpendapat bahwa:

Pendidikan karakter diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) karena usia disini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.

Dari sini sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Akan tetapi, bagi keluarga karir dimana orang tuanya bekerja semua sehingga jadwalnya padat dan tidak memiliki waktu banyak untuk bersama anaknya, maka sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk di lingkungan sekolah baik itu playgroup dan taman kanak-kanak. Disinilah peran guru sebagai tenaga pendidik yang aktif, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru menjadi ujung tombak di lingkungan sekolah yang berhadapan langsung dengan para peserta didiknya (Alwis, 2011:3).

Nilai-nilai karakter yang harus diterapkan pada suatu lembaga pendidikan di Indonesia harus mulai diterapkan pada anak sejak usia dini. Hal ini dikarenakan, anak-anak mulai menemukan nilai-nilai karakter sejak usia dini di kesehariannya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan karakter dapat diterapkan sejak anak usia dini dikarenakan pada usia emas tersebut sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan karakter yang sederhana dapat dilakukan di dalam rumah atau lingkungan keluarga sebagai pendidikan pertama yang diterima oleh anak-anak. Selanjutnya, anak-anak perlu merasakan dunia pendidikan dimana guru sebagai tenaga pendidik yang kompeten, profesional, dan memiliki kepribadian yang baik turut berperan aktif dalam membentuk dan

(12)

mengembangkan karakter serta potensi dari dalam diri anak sebagai peserta didiknya di sekolah.

3. Penerapan Pendidikan Karakter a. Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah

Pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah semestinya memiliki strategi yang baik dalam penerapannya sehingga segala tujuan yang telah ditentukan serta nilai-nilai karakter yang disampaikan dapat tercapai secara optimal. Mulyasa (2012:41) berpendapat bahwa:

Pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikannya, dana sekolah yang cukup untuk menggaji staf atau tenaga pendidik sesuai dengan fungsinya, sarana prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran, serta dukungan yang tinggi dari masyarakat (orang tua). Dukungan masyarakat terhadap pendidikan karakter perlu lebih ditekankan kembali, krisis multidimensi telah memperlemah kemampuan bersekolah dan telah menimbulkan dampak negatif, yakni menurunya akhlak, moral, dan karakter peserta didik, bahkan karakter masyarakat pada umumnya, serta menurunnya partisipan masyarakat karena kerusuhan dan bencana alam yang terjadi dimana-mana.

Agar program Penerapan Pendidikan Karakter (PPK) dapat diterapkan secara optimal, baik untuk saat ini atau untuk di masa mendatang, perlu adanya pengelompokan sekolah yang didasarkan atas tingkat kemampuan manajemen masing-masing sekolah. Pengelompokan ini bermaksud untuk mempermudah seluruh pihak yang terkait dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

Pengelompokan sekolah yang berdasarkan atas kemampuan manajemen ini mempertimbangkan kondisi, lokasi, dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya ditemui tiga kategori sekolah yaitu baik, sedang, dan kurang dimana mereka tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan tertinggal. (Mulyasa, 2012:43-44).

(13)

Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Manajemen Sekolah Kemampuan

Sekolah

Kepala Sekolah dan Guru

Partispasi Masyarakat

Pendapatan Anggaran Sekolah Sekolah dengan

kemampuan tinggi

Kepala sekolah

dan guru

berkompetensi tinggi (termasuk kepemimpinan)

Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua tinggi

Anggaran sekolah diluar pemerintah besar Sekolah dengan

kemampuan sedang

Kepala sekolah

dan guru

berkompetensi sedang (termasuk kepemimpinan)

Partisipasi masyarakat sedang (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua sedang

Anggaran sekolah diluar pemerintah sedang

Sekolah dengan kemampuan rendah

Kepala sekolah dan

berkompetensi rendah (termasuk kepemimpinan)

Partisipasi masyarakat rendah (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua rendah

Anggaran sekolah diluar pemerintah rendah

(Sumber: Mulyasa, 2012)

Strategi dalam pelaksanaan pendidikan karakter menurut Samani (2012:144) “Strategi dalam kaitannya dengan model, tokoh, serta strategi dalam kaitannya dengan metodologi.” Penentuan kurikulum, model pembelajaran, tenaga pendidik sebagai mediator, serta strategi pembelajaran harus dipersiapkan secara matang. Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah harus dapat dilaksanakan dan diterapkan kepada peserta didik dengan memasukan pendidikan karakter ke dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Tenaga pendidik disiapkan memiliki kepribadian yang baik, kompetensi yang baik, serta profesional dalam mendidik para peserta didik. Maka strategi dalam penerapan pendidikan karakter perlu diperhatikan sehingga tujuan yang akan dicapai dapat berhasil serta nilai-nilai pendidikan karakter juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

(14)

b. Kerja sama Pihak Sekolah, Orang tua, dan Masyarakat

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri sehingga manusia membutuhkan kerja sama dalam kegiatan sehari-hari. Sama halnya dengan pelaksanaan program PPK di sekolah, Lickona (2013:554) mengungkapkan bahwa “Keberhasilan jangka panjang yang akan dicapai dalam pelaksanaan pendidikan karakter bergantung pada kekuatan yang ada di luar sekolah.”

Kekuatan di luar sekolah yang dimaksud adalah keluarga dan masyarakat.

Dalam pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tentunya jika hanya sekolah saja yang berperan dalam pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter maka tujuan pendidikan karakter serta nilai-nilai yang disampaikan tidak tercapai secara optimal. Seluruh elemen lingkungan seperti keluarga serta masyarakat harus ikut berperan aktif dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Misalnya dari lingkungan keluarga dapat membantu menerapkan beberapa nilai pendidikan karakter yang telah diajarkan di sekolah, kemudian masyarakat sekitar juga perlu membantu dalam pelaksanaan pembentukan karakter misalnya dengan cara mengadakan kegiatan sosial yang dapat membentuk dan mengembangkan sikap sosial peserta didik atau anak- anak di lingkungan masyarakat tersebut.

4. Penguatan Pendidikan Karakter a. Hakikat Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan Pendidikan Karakter merupakan suatu program yang diterapkan oleh pemerintah sebagai salah satu upaya dalam memperbaiki karakter bangsa yang mulai diterapkan di instansi pendidikan yang ada Indonesia. Dalam Kemendikbud (2017:5) menyebutkan bahwa:

(15)

Penyelenggaraan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dapat dikatakan sudah berada pada jalur yang tepat, karena telah memberikan pendidikan karakter sekaligus membentuk intelektualitas berupa kompetensi. Meskipun demikian, proporsi penerapan pendidikan karakter dengan pendidikan intelektual belum berimbang akibat berbagai faktor. Usaha penyeimbangan pendidikan karakter dengan pembentukan kompetensi senantiasa harus dilakukan. Demi masa depan bangsa Indonesia, bahkan sejak sekarang perlu dilakukan pemusatan (centering) pendidikan karakter dalam penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia. Kesadaran sekaligus usaha pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan nasional semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. Hal tersebut perlu dilanjutkan, dioptimalkan, diperdalam, dan bahkan diperluas sehingga diperlukan penguatan pendidikan karakter bangsa. Untuk itu, sejak sekarang perlu dilaksanakan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan mengindahkan asas keberlanjutan dan kesinambungan.

Penjelasan dari Kemendikbud diatas serta fakta di lapangan bahwa sebagian besar instansi pendidikan di Indonesia sudah mulai menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter. Hal ini perlu dilakukan demi terbentuknya karakter bangsa sehingga mampu mencetak generasi penerus yang siap menghadapi era globalisasi yang semakin maju. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) perlu diterapkan sejak dini di sekolah dengan bantuan kepala sekolah, guru sekolah, komite sekolah, serta keterlibatan keluarga peserta didik dan masyarakat sekitar agar program Penguatan Pendidikan Karakter dapat terlaksana secara optimal.

b. Nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter

Nilai karakter pada pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter, ada beberapa yang perlu diperhatikan. Fadlillah & Khorida (2013:40-41) menyebutkan terdapat delapan belas nilai pendidikan karakter yang harus diterapkan di sekolah yaitu nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar

(16)

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Sedangkan dalam Kemendikbud (2017:7-8) nilai-nilai utama yang terdapat pada Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan “...kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010...” Gerakan program penguatan Pendidikan Karakter yang diterapkan oleh pemerintah di setiap instansi pendidikan ini menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu jejaring nilai yang perlu dikembangkan lagi sebagai prioritas dari Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter. Kelima nilai utama karakter yang tertulis pada Kemendikbud (2017:8-10) meliputi nilai karakter religius, nilai karakter nasionalis, nilai karakter mandiri, nilai karakter gotong royong, dan nilai karakter integritas.

1) Nilai Karakter Religius

Nilai karakter religius berarti karakter yang beriman dan percaya kepada ajaran agama yang dianutnya. Hal ini dapat terlihat dari perilaku seseorang yang menjalankan ajaran agamanya, menjunjung tinggu sikap toleransi kepada semua umat beragama yang lain, menghargai perbedaan yang ada di lingkungannya, serta dapat menjalani kehidupan yang rukun dan damai dengan pemeluk agama lain yang ada di sekitarnya. Nilai karakter religius ini memiliki tiga dimesi hubungan yaitu hubungan antara individu dengan Tuhan, individu dengan sesamanya, dan individu dengan alam semesta beserta isinya. Hal ini dapat terlihat dengan perilaku seseorang yang dapat mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan Tuhan. Subnilai dari nilai karakter religius meliputi cinta

(17)

damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih sebagaimana yang ditulis pada Kemendikbud (2017:8) dan Sriwilujeng (2017:8-9).

2) Nilai Karakter Nasionalis

Nilai karakter nasionalis berarti karakter individu yang memiliki cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan rasa menghargai yang tinggi terhadap lingkungan, budaya, sosial, bahasa, ekonomi, dan politik serta dapat menempatkan kepentingan bangsa dan negaranya diatas kepentingan pribadi dan golongannya. Subnilai karakter nasionalis meliputi apresiasi budaya, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, dan disiplin.

3) Nilai Karakter Mandiri

Nilai karakter mandiri yaitu karakter atau sikap individu yang tidak bergantung pada orang lain dan berjuang dengan menggunakan segala tenaga, pikiran, dan waktu dalam menggapai cita-citanya, mimpinya, dan merealisasikan harapannya. Subnilai dari nilai karakter mandiri yaitu etos kerja atau kerja keras, tangguh, memiliki daya juang, profesional, kreatif, berani, dan menjadi pembelajar sepanjang hayatnya.

4) Nilai Karakter Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong yang selanjutnya menjadi nilai utama dalam program PPK ini memiliki makna karakter individu yang dapat mencerminkan tindakannya dengan saling menghargai semanga kerja sama dan bahu membahu

(18)

dalam menyelesaikan suatu persoalan secara bersama-sama, karakter individu yang dapat menjalin komunikasi serta persahabatan yang baik, dan dapat dengan tulus memberikan pertolongan atau bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Subnilai dari karakter gotong royong yaitu menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, dan kerelawanan.

5) Nilai Karakter Integritas

Nilai utama pada program PPK yang terakhir adalah nilai integritas yang merupakan karakter individu dengan tindakan dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai individu yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan dengan memegang teguh komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusian dan moral (integritas moral).

Subnilai dari karakter integritas ini terdiri dari kejujuran, cinta kebenaran, setia, komitmen, moral, antikorupsi, adil, tanggung jawab, dan teladan. Seluruh subnilai dari nilai program PPK ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Nilai dan Subnilai PPK

Nilai Pokok Subnilai Pokok

Religius

Cinta damai Toleransi

Menghargai perbedaan agama Teguh pendirian

Percaya diri Kerja sama lintas agama Anti-bully dan kekerasan

Persahabatan Tidak memaksakan kehendak Melindungi yang kecil dan tersisih

Nasionalis

Apresiasi budaya bangsa Rela berkorban Unggul dan berprestasi

Cinta tanah air Menjaga lingkungan

(19)

Lanjutan Tabel 2.2 Nilai dan Subnilai PPK

Nilai Pokok Subnilai Pokok

Naisonalis Taat hukum

Disiplin

Mandiri

Etos kerja (kerja keras) Tangguh Memiliki daya juang

Profesional Kreatif Berani

Menjadi pembelajar sepanjang hayat

Gotong royong

Menghargai Kerja sama Inklusif

Komitmen atas keputusan bersama Musyawarah mufakat

Tolong menolong Solidaritas

Empati Kerelawanan

Integritas

Kejujuran Cinta kebenaran

Setia Komitmen moral

Antikorupsi Adil Tanggung jawab

Teladan

(Sumber: Sriwilujeng, Dyah. 2017)

Nilai-nilai utama dari Penguatan Pendidikan Karakter diatas harus dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan oleh para pelaku pendidikan. Kepala sekolah, guru kelas, dan komite sekolah harus dapat bahu membahu dan bekerja sama dengan sebaik-baiknya agar nilai-nilai utama dalam Penguatan Pendidikan Karakter dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun kegiatan lain di sekolah. Hal ini perlu dilakukan dengan persiapan yang matang terkait dengan kompetensi para

(20)

pelaku pendidikan yang mumpuni dalam menyampaikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter.

Nilai-nilai pada program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bila dibandingkan 18 nilai karakter dengan 5 nilai utama pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 Nilai-Nilai Karakter

18 Nilai Pendidikan Karakter 5 Nilai Utama Pendidikan Karakter Religius

Toleransi Bersahabat/komunikatif

Cinta damai

Religius

Disiplin Semangat kebangsaan

Cinta tanah air Peduli lingkungan

Nasionalis

Mandiri Kerja keras

Kreatif Rasa ingin tahu

Mandiri

Demokratis Peduli sosial Menghargai prestasi

Gotong royong

Jujur Gemar membaca Tanggung jawab

Integritas

(Sumber: Kemendikbud, 2017)

c. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter

Ketika pelaku pendidikan mengimplementasi program Penguatan Pendidikan Karakter, seluruh pelaku pendidikan yang terlibat harus bekerja sama dengan baik sehingga pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter dapat berjalan secara harmonis dan dinamis hingga mencapai tujuan program PPK. Dengan dilaksanakannya program Penguatan Pendidikan Karakter sesuai dengan prinsipnya maka diharapkan program penguatan

(21)

pendidikan karakter ini dapat terlaksana secara optimal. Para pelaku pendidikan harus memiliki kompetensi yang memadai dalam pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter dengan melakukan kerja sama dengan keluarga, masyarakat, serta pihak lain yang terlibat.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai pelaksanaan pendidikan karakter melalui berbagai macam kegiatan yang ada di sekolah yang digunakan sebagai objek penelitian. Berikut penelitian yang relevan terkait dengan penelitian pendidikan karakter:

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

No. Nama Tahun Judul Persamaan Perbedaan

1. Nawang Putri Nardhika Dewi

2018 Analisis Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di SDN Purwantoro 1 Malang

a. Membahas PPK b. Pendeketan

dan jenis penelitian

a. Aspek yang diteliti b. Tempat

penelitian 2. Asriyatul

Minawarti

2018 Implementasi

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Pembelajaran Tematik Kelas 5 di SDN Lowokwaru 2 Malang

a. Membahas PPK b. Pendekatan

dan jenis penelitian

a. Aspek yang diteliti b. Tempat

penelitian

3. Kuncahyono 2017 Integrasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Tematik Melalui Media Berbasis Komputer di Sekolah Dasar

a. Membahas tentang pendidikan karakter b. Pendekatan

dan jenis penelitian

a. Aspek yang diteliti b. Tempat

penelitian

4. Indy Sari S.

Putri

2018 Analisis Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Program Pagi Disiplin (Propadi) di SDN Tlekung 02 Junrejo Kota Malang

a. Membahas PPK b. Pendekatan

dan jenis penelitian

a. Aspek yang diteliti b. Tempat

penelitian

(22)

Tabel diatas menunjukkan persamaan mengenai penelitian yang membahas mengenai pendidikan karakter serta pendekatan dan jenis penelitian yaitu deskriptif dan kualitatif. Penelitian diatas memperlihatkan adanya dua perbedaan mengenai aspek yang akan diteliti dalam pelaksanaan pendidikan karakter dan tempat penelitian. Peneliti yang pertama meneliti pelaksanaan pendidikan karakter melalui aspek budaya sekolah, peneliti kedua melalui aspek pembelajaran tematik, peneliti ketiga integrasi media pembelajaran tematik berbasis komputer dalam menyampaikan pendidikan karakter, sedangkan peneliti keempat melalui aspek program pagi disiplin dari sekolah.

Berdasarkan penelitian diatas, maka peneliti melihat adanya berbagai macam kegiatan yang dapat digunakan dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Perbedaan ketiga penlitian diatas dengan penelitian disini adalah peneliti ingin menganalisis pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui seluruh kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah. Peneliti akan melakukan kegiatan penelitian di SD Muhammdiyah 8 Kota Malang mengenai pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter yang dilaksanakan di sekolah sehingga peneliti dapat mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan dan diterapkan kepada para peserta didik dalam memberikan pendidikan karakter di sekolah sehingga dapat terlihat bagaimana nilai utama dan subnilai dari program PPK dapat diterapkan oleh guru dan dilaksanakan oleh para peserta didik di sekolah.

(23)

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian Kondisi Ideal

• Tujuan Pendidikan Nasional (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003)

• Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang program PPK

Kondisi di SD Muhammadiyah 8 Kota Malang

• Peserta didiknya terlihat sopan dan santun

• Terdapat visi, misi, dan banner atau poster yang mendukung pelaksanaan program PPK

Perlu diadakannya analisis yang mendalam mengenai pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah 8 Kota Malang

1. Bagaimana pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Muhammadiyah 8 Kota Malang pada karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas?

2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh guru pada pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Muhammadiyah 8 Kota Malang?

3. Apa saja upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam menghadapi kendala pada pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Muhammadiyah 8 Kota Malang?

Analisis Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter di SD Muhammadiyah 8 Kota Malang

Referensi

Dokumen terkait

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Koperasi Sidi merupakan koperasi yang berada di Desa Sanur yang membawahi 14 Unit Usaha Otonom (UUO). Dalam 5 tahun terakhir kinerjanya berfluktuasi karena munculnya pesaing

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berbeda dengan teori yang ada dimana wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami preeklampsia hal ini

Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahanti, Darsono (2014) meneliti tentang pengaruh audit tenure, spesialisasi kantor akuntan publik dan ukuran perusahaan terhadap

Tokoh dan juga perwatakan memiliki peranan penting dalam sebuah karya sastra sebab watak atau karakter tokoh menghasilkan pergeseran, perbedaan kepentingan dan

Downward communicationi merupakan komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannnya yang

1) Problem solving merupakan suatu usaha untuk memecahkan masalah, dimana pada gaya koping ini masalah harus dihadapi, dipecahkan, dan tidak dihindari atau

Melalui asumsi di atas dapat dilihat bahwa motif sebuah negara donor dalam memberikan bantuan kepada negara penerima, hampir pasti digunakan untuk membantu