• Tidak ada hasil yang ditemukan

Input. Output. Tujuan Sasaran informasi, data serta sumber daya. - Perencanaaan - Pengorganisaian - Pelaksanaan - pengendalian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Input. Output. Tujuan Sasaran informasi, data serta sumber daya. - Perencanaaan - Pengorganisaian - Pelaksanaan - pengendalian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah usaha dalam mengelola suatu proyek demi berjalannya suatu sistem perencanaan (planning), pengaturan (organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling) agar dapat berjalan secara efisien dan efektif, salah satunya dengan cara memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkungan kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek.

Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Husen, 2011).

Gambar 2. 1 Proses Manajemen Proyek (Sumber: Husen,2011)

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan

Tujuan Sasaran informasi, data serta sumber daya

- Perencanaaan - Pengorganisaian - Pelaksanaan - pengendalian

- Optimasi kinerja proyek

- Biaya - Mutu - Waktu - Safety/k3 Output Fungsi Manajemen

Proyek Input

(2)

efisien. Keselamatan dan kesehatan kerja juga mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, S., 2010).

Keselamtan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam industri jasa kontruksi, namun seringkali masalah keselamatan kerja seringkali terabaikan oleh stake holder pada tahap pengejaan pelaksanaan proyek. Bahkan kesehatan dan keselamatan kerja oleh penyedian jasa kontruksi cenderung diabaikan dan hanya sedikit saja pihak yang memperhatikan masalah ini secarah sungguh sungguh (Sutarto, 2010).

Tujuan sistem manajemen K3 menurut ISO 45001 adalah menyediakan kerangka kerja dalam mengelola risiko dan peluang K3. Tujuan dan hasil yang diharapkan dari sistem manajemen K3 adalah mencegah pekerja cedera akibat pekerjaan dan menderita sakit dan untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat; sangat penting bagi organisasi menghilangkan bahaya dan meminimalkan risiko K3 dengan melakukan tindakan pencegahan yang efektif dan perlindungan yang terukur.

Tujuan keselamatan kerja menurut Suma’mur (2001) adalah:

a. Mencegah terjadinya kecelakaan

b. Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja

c. Peningkatan produktivitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi d. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman

e. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat pekerjaan.

Beberapa aspek industri yang harus diperhatikan dari aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah: (Bennett dan Rumondang, 1991,86)

a. Penerangan yang cukup

Penerangan harus memperhatikan tidak timbulnya kesilauan (glare), pantulan dari permukaan yang berkilat, dan peningkatan suhu ruangan.

b. Pengendalian kebisingan dan getaran

Kebisingan di atas batas normal (85 db) perlu disisihkan dari tempat - tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf karyawan, mengurangi keletihan mental, dan meningkatkan moral kerja. Pengendalian atas kebisingan dan getaran yang timbul adalah:

(3)

1. Bagian-bagian bergerak dari seluruh mesin, perlengkapan dan peralatan harus dilumasi dengan pelumas.

2. Cegah penggunaan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di atas 95 db.

3. Pergunakan peredam getaran seperti tegel akustik, karet, dan barang-barang lain yang sejenis.

4. Sumber-sumber getaran harus diisolasi.

5. Permukaan tembok dan langit-langit sedapat mungkin dilapis dengan tegel akustik.

6. Lengkapi karyawan yang bekerja ditempat kebisingan dengan pelindung telinga.

c. Pengendalian suhu

Suhu yang ekstrim seperti dingin dan panas sangat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan para karyawan. Setiap mesin menimbulkan panas. Debu, kelembaban udara, dan pencemar udara serta tubuh manusia sendiri adalah sumber ketidaknyamanan di lingkungan kerja disamping panasnya udara. Sinar matahari yang masuk ke ruang kerja dapat meningkatkan suhu yang ada. Oleh sebab itu, perlu kiranya diadakan alat pengendalian suhu, debu, dan bau disetiap tempat kerja.

d. Sarana

Sarana industri terpenting adalah air. Sistem air industri harus mencakup sumber air bersih untuk minum, sumber air biasa untuk alat-alat pendingin, toilet, dan kebersihan, dan sumber air untuk penanggulangan kebakaran. Kemudahan lain yang perlu diadakan adalah tempat istirahat, musolla, kantin, dan klinik PPPK.

2.2.1 Perundang-Undangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di jasa konstruksi adalah :

1. Undang–undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi, Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk :

(4)

a. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas;

b. mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.

2. Undang– undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,

Tujuan dan sasaran daripada Undang-Undang tersebut diketahui antara lain sebagai berikut:

a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat;

b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien;

c. Agar proses produksi dapat berjalan secara tanpa hambatan apapun 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan konstruksi. Setiap RKK memuat elemen SMKK yang terdiri atas:

a. kepemimpinan dan partisipasi tenaga kerja dalam Keselamatan Konstruksi;

b. perencanaan Keselamatan Konstruksi;

c. dukungan Keselamatan Konstruksi;

d. operasi Keselamatan Konstruksi; dan e. evaluasi kinerja penerapan SMKK.

2.2.2 Standar Internasional ISO 45001: 2018

The International Organization for Standardization atau yang biasa disebut dengan ISO adalah salah satu Standar Internasional dalam sebuah sistem manajemen untuk pengukuran mutu organisasi, yang memegang peranan penting dalam mengukur bagaimana kredibilitas perusahaan yang ingin bersaing

(5)

secara global dan juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sistem manajemen mutunya.

Berdasarkan standar baru ISO 45001:2018, saat ini ada 10 klausul utama yang ditunjukkan dalam tabel 1 (ISO, 2018).

Tabel 2. 1 Klausul dalam Standar Manajemen ISO 45001:2018 (ISO, 2018) Klausul Pembahasan

1 Ruang Lingkup

2 Refrensi Normatif 3 Ketentuan Definisi 4 Konteks Organisasi

5 Kepemimpinan

6 Perencanaan

7 Pendukung

8 Persiapan Emergensi

9 Evaluasi Kinerja

10 Perbaikan

(Sumber: ISO 45001 2018)

Implementasi ISO 45001:2018 diharapkan mampu meningkatkan kinerja sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) dalam memberikan kondisi kerja yang aman dan sehat sehingga dapat mencegah terjadinya cedera dan sakit akibat kerja (Masjuli, 2018).

Berikut adalah 10 klausul yang terdapat pada ISO 45001:2018:

1. Ruang Lingkup (Scope)

Pada klausul ini, berisi garis besar ruang lingkup Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Occupational Health and Safety (OH&S) – ISO 45001:2018. Hasil yang dari standari ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja Occupational Health and Safety (OH&S).

2. Acuan Normatif (Normative Reference) 3. Istilah dan Definisi (Terms And Definitions)

4. Konteks Organisasi (Context Of The Organization)

Klausul 4 – ISO 45001:2018 memiliki perbedaan perbedaan mendasar dengan OHSAS 18001. Sebab, pada klausul 4 – ISO 45001:2018 baru membahas Konteks

(6)

Organisasi yang tidak terdapat pada OHSAS 18001.Sehingga, membuat ISO 45001:2018 fokus pada konteks organisasi. Selain itu, pada klausul ini membahas kebutuhan dan harapan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemerintah, shareholder, pemasok dan masyarakat sekitar dan mempertimbangkan isu-isu K3 internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi untuk memenuhi tujuan K3.

5. Kepemimpinan (Leadership)

Pada klausul 5 – ISO 45001:2018 pun, menunjukkan perbedaan dengan versi sebelumnya, yaitu peran kuat dari manajemen puncak. Pada ISO 45001:2018, manajemen puncak memiliki peran kepemimpinan yang kuat terhadap sistem manajemen K3. Pada saat yang bersamaan, organisasi juga perlu melibatkan pekerja/karyawan dalam mencapai tujuan K3. Tidak hanya itu, organisasi juga dapat berkonsultasi dengan pihak luar untuk meningkatkan kinerja K3.

6. Perencanaan (Planning)

Klausul 6 – ISO 14001:2018, berkaitan dengan mengidentifikasi segala risiko/bahaya atau peluang yang dapat memengaruhi Occupational Health and Safety (OH&S) organisasi. Selain itu, ISO 45001:2018 membuat beberapa pertimbangan baru dalam identifikasi bahaya yang tidak disebutkan dalam OHSAS 18001. Untuk identifikasi bahaya, ISO 45001 memiliki pertimbangan yang tidak terlepas pada:

a. Kondisi dan kegiatan rutin dan non-rutin pada pekerjaan b. Situasi darurat

c. Faktor manusia, mencakup pekerja, kontraktor, pengunjung dan tamu perusahaan

d. Perubahan terbaru atau yang baru diusulkan dalam organisasi, operasi kegiatan dan sistem manajemen K3

e. Kecelakaan kerja sebelumnya, baik internal atau eksternal organisasi termasuk penyebabnya

f. Perubahan pengetahuan atau informasi tentang bahaya

(7)

g. Faktor sosial, seperti beban kerja, jam kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi.

7. Proses pendukung (Support)

Bagian terbesar dari ISO 45001:2018 yaitu membahas persyaratan tentang sumber daya, komunikasi, dan dokumentasi. Organisasi perlu memastikan bahwa karyawan di semua tingkatan diberi informasi tentang kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta memahami peran mereka pada ISO 45001:2018.

8. Operasional (Operational)

Klausul ini menyatakan bahwa organisasi perlu menilai kegiatan atau aktivitas yang memiliki dampak K3 secara signifikan dan menetapkan proses tertulis untuk kegiatan yang terdapat dalam ruang lingkup Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pada klausul ini, menunjukkan perbedaan dengan OHSAS 18001 yaitu adanya fokus pada procurement, contractors and outsourcing. Proses-proses ini harus menggabungkan solusi untuk identifikasi bahaya yang terdapat dalam Klausul 6 – ISO 45001:2018. Organisasi juga harus membuat perencanaan untuk mempersiapkan dan menanggapi situasi darurat yang mungkin memiliki dampak K3 yang merugikan.

9. Evaluasi Performa (Performance Evaluation)

Pada klausul 9 – ISO 45001:2018, organisasi perlu menjabarkan cara memantau, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Klausul ini mencakup rencana untuk program audit internal dan tinjauan manajemen.

10. Peningkatan (Improvement)

Klausul 10 – ISO 45001:2018 membahas mengenai peningkatan secara spesifik dibandingkan OHSAS 18001. Terkait peningkatan, organisasi harus melakukan tindakan peningkatan berkelanjutan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam

(8)

Sistem Manajemen K3. Dalam melakukan tindakan peningkatan, organisasi harus melakukan penyelidikan insiden, penyelidikan ketidaksesuaian, dan tindakan perbaikan berkelanjutan.

Tujuan dari penerapan ISO 45001:2018 antara lain:

a. mengembangkan kebijakan K3,

b. memiliki kepemimpinan yang mampu menunjukkan komitmen terhadap K3, c. menetapkan proses sistematis untuk manajemen K3,

d. melakukan kegiatan untuk mengidentifikasi bahaya, e. menciptakan pengendalian keselamatan operasional,

f. meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pekerja terkait K3,

g. mengevaluasi kinerja K3 dan mengembangkan rencana untuk perbaikan secara berkelanjutan,

h. menetapkan kompetensi yang diperlukan,

i. menciptakan dan memupuk nilai-nilai K3 di dalam organisasi serta

j. memenuhi persyaratan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2.2.3 Plan – Do – Check – Act

Program keselamatan dan kesehatan kerja amatlah beraneka ragam serta tergantung dengan suasana, situasi serta kebijaksanaan tiap - tiap industri ataupun badan. Bagi ISO 45001, program K3 bisa dikelompokkan berdasarkan siklus Plan – Do – Check dan Act (PDCA):

• Plan : Menetapkan ruang lingkup, konteks dan kebijakan K3. Kemudian, menentukan bahaya dan risiko di tempat kerja yang berpengaruh potensial terhadap cedera dan gangguan kesehatan akibat kerja pada pekerja. Selain itu, untuk menentukan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang ditetapkan untuk melindungi pekerja dari cedera dan gangguan kesehatan akibat kerja.

Selanjutnya, menetapkan program untuk memperbaiki kinerja K3.

• Do : Masukan dan partisipasi dari para pekerja.

• Check :Memantau serta mengukur kegiatan serta cara cocok dengan kebijaksanaan K3 serta tujuan K3 dan memberi tahu hasilnya

(9)

• Act : Mengambil tindakan untuk memperbaiki kinerja SMK3 secara berkelanjutan serta membuat penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang terindikasi pada tahap check sebelumnya.

Rancangan PDCA ini diterjemahkan lewat klausul- klausul yang terdapat dalam ISO 45001. Dalam poin 0.4 (plan – do – check – act) cycle, ada ilustrasi yang menerangkan ikatan antara kerangka kegiatan PDCA yaitu:

Gambar 2. 2 Konsep PDCA (Sumber: ISO 45001 2018)

2.2.4 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan 7 pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2008).

Gambar 2. 3 Bagan Project Safety Management (Sumber: PMBOK 2000)

(10)

a. Perencanaan K3

Safety Plan Plan adalah perencanaan keselamatan kerja. Pelaksana proyek wajib membuat health plan berupa tinjauan Alat Pelindung Diri (APD) yang diperlukan, kemungkinan kecelakaan yang terjadi dan bagaimana cara penanggulangannya. Perencanaan K3 tersebut termasuk (PMBOK, 2000):

1. Survey geografik dan risiko bahaya fisik di site proyek

2. Antisipasi risiko bahaya yang sering terjadi pada tipikal konstruksi 3. Peraturan dan perundangan pemerintah yang menyangkut K3

4. Persyaratan dari owner yang sudah tertuang dalam kontrak tentang K3.

Gambar 2. 4 Bagan Safety Plan (Sumber: PMBOK 2000)

b. Pelaksanaan K3

Safety Plan Execution adalah implementasi dan aplikasi dalammelaksanakan praktikal kegiatan K3 di proyek sesuai dengan yang telah direncanakan. Kegiatan implementasi tersebut antara lain diikuti oleh (PMBOK,2000):

1. Melakukan sosialisasi setiap saat kepada seluruh pekerja agar mematuhi peraturan dan rambu K3

(11)

2. Menugaskan petugas K3 (safety officer) untuk selalu meninjau lokasi dan melakukan penanganan praktis dengan hal-hal terkait dengan K3.

c. Pengawasan dan Evaluasi K3

Administration and Reporting berjalan sesuai dengan aturan pemerintah yang mewajibkan dilaksanakannya kegiatan K3 di setiap proyek konstruksi, maka segala bentuk rekord dan laporan yang berkaitan dengan aktifitas K3 harus dijaga dan dipelihara. Laporan tersebut antara lain berupa (PMBOK, 2000) :

1. Laporan aktifitas K3 secara periodic 2. Laporan kecelakaan secara periodic

3. Laporan hasil sosialisasi dan pelatihan K3 sebagai bukti pihak manajemen telah melakukan pengarahan, pembinaan dalam rangak mencegah terjadinya bahaya dan lain-lain.

Gambar 2. 5 Bagan Diagram Pengawasan dan Evaluasi K3 (Sumber: PMBOK, 2000)

2.3 Unsur-unsur Penunjang Keamanan 2.3.1 Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) adalah alat penunjang keamanan yang bersifat material. Alat pelindung diri harus sesuai dengan standar peraturan yang telah ditetapkan agar mengurangi resiko bahaya terhadap kecelakaan kerja. APD tersebut terdiri dari(Jasa Marga,2010) :

(12)

a. Helmet/Topi/Pelindung kepala b. Safety Shoes/Pelindung Kaki

c. Safety Glasses/Kaca mata/Kedok Las d. Earplug/Pelindung telinga/Earmuff e. Masker mulut/hidung/oksigen

f. Sarung Tangan/karet/kulit/kain/plastik g. Safety belt/harness

h. Masker Muka

2.3.2 Perlengkapan K3

Unsur-unsur penunjang kemanan non-material adalah : a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

b. Rambu-rambu petunjuk K3 c. Spanduk K3MCK

d. P3K

e. Buku Petunjuk Penggunaan Alat f. Petugas K3

2.3.3 Standar Operasional Proyek

Adapun unsur SOP (Standar operasional proyek) yang di keluarkan oleh PT.

Gala Karya adalah :

a. SOP Pembongkaran (Demolition)

b. SOP Menggunakan peralatan tangan (Using Hand Tool) c. SOP Penggalian (Treching and Excavation)

Adapun unsur SOP (Standar operasional proyek) yang di keluarkan oleh PT.

Pagkho-Setia adalah :

a. SOP Pekerjaan Persiapan b. SOP Pekerjaan Tanah dan Pasir c. SOP Pekerjaan Struktur

d. SOP Pekerjaan Arsitek e. SOP Pekerjaan Mekanik

(13)

2.4 Costumer Satisfaction Index (CSI)

CSI ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan terhadap level K3 secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut manajemen K3. Menurut Aritonang (2005) untuk mengetahui besarnya CSI ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS)

Mean Importance Score (MIS) atau rata-rata skor pentingnya. Nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan tiap karyawan terhadap manajemen K3.

MIS = 𝑛𝑖=1𝑌𝑖

𝑛 ………(2.1)

MSS = 𝑛𝑖=1𝑋𝑖

𝑛 ………..(2.2)

(Sumber: Aritonang 2005)

Keterangan:

n = Jumlah responden

Yi = Nilai Importance /kepentingan atribut K3 ke i Xi = Nilai Performnace / kinerja atribut K3 ke i 2. Menentukan weight factor (WF),

Bobot ini merupakan presentase nilai MIS per atribut K3 terhadap total MIS seluruh atribut K3. Rumus yang digunakan adalah :

WF = 𝑀𝐼𝑆

𝑝 𝑀𝐼𝑆𝑖 𝑖=1

……….(2.3)

(Sumber: Aritonang 2005)

Keterangan:

P =Jumlah atribut kepentingan (k=23) i = Atribut K3 ke-i

3. Menentukan weighting Score

weighting Score yang merupakan perkalian antara Weighting Factor (WF) dengan rata-rata tingkat Kinerja (Mean Satisfaction Perfromance Score=MSS)

Wsi = Wfi x MSSi………(2.4)

(Sumber: Aritonang 2005)

Dimana :

(14)

I = Atribut K3

4. Menentukan CSI yang merupakan Skala level K3 yang umum dipakai dalam interpretasi indek adalah skala nol sampai satu atau nol sampai seratus. Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi ke dalam 5 kategori mulai dari level tidak puas/tidak baik sampai dengan sangat puas/sangat baik, Rumusnya adalah seperti berikut:

CSI = 𝑊𝑆𝐼

𝑝 𝑖=1

5 × 100%………..(2.5)

(Sumber: Aritonang 2005)

Dimana:

P = jumlah atribut kepentingan 5 = jumlah skala

Berikut adalah tabel nilai indeks level K3:

Tabel 2. 2 Nilai indeks Level Sistem K3

No Nilai Indeks Level K3

1 81%-100% Sangat Baik

2 66%-80,99% Baik

3 51%-65,99% Cukup Baik

4 35%-50,99% Kurang Baik

5 0%-34,99% Tidak Baik

(Sumber: Putrantama 2018)

2.5 Importance Performance Analysis (IPA)

Importance-Performance Analysis (IPA), merupakan alat bantu dalam menganalisis atau yang digunakan untuk membandingkan sampai sejauh mana antara kinerja/ yang dapat dirasakan oleh karyawan proyek jasa dibandingkan terhadap tingkat kepuasan yang diinginkan dalam manajemen K3. Untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja terhadap jawaban responden, digunakan skala 5 tingkat (Skala Likert). Metode ini mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi tentang faktor-faktor pelayanan yang menurut karyawan sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitasnya, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut karyawan perlu diperbaiki karena pada saat ini belum memuaskan.

Dari hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja, maka akan diperoleh suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat

(15)

kepentingan dan tingkat pelaksanaannya oleh perusahaan jasa kontraktor. Tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara skor kinerja pelaksanaan dengan skor kepentingan, sehingga tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan skala perioritas yang akan dipakai dalam penanganan faktor-faktor yang mempengaruhi karyawan dalam manajemen K3.

a. Tingkat Kepentingan (Importance)

Sebagai pedoman bagi karyawan untuk menilai tingkat kepentingan pelaksnaaan K3, digunakan skala likert dengan nilai 1-5

1. : Sangat Tidak Penting 2. : Tidak Penting

3. : Cukup Penting 4. : Penting

5. : Sangat Penting

b. Tingkat Kinerja (Performance)

Sebagai pedoman bagi karyawan untuk menilai tingkat kinerja K3, juga digunakan skala likert dengan nilai 1-5

1. : Sangat Tidak Baik 2. : Tidak Baik 3. : Cukup Baik 4. : Baik 5. : Sangat Baik

Analisis ini diawali dengan kuisioner yang disebarkan kepada karyawan, setiap item pertanyaan memiliki dua jawaban dalam skali Likert, yaitu apakah menurut karyawan hal tersebut penting dilakukan atau dilaksanakan dan bagaiman kinerjanya, baik atau tidak baik. Untuk menjawab sampai sejauh mana tingkat kepentingan terhadap kinerja pelaksanaan K3, maka jasa dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila didasarkan pada kepentingan karyawan dan kinerjanya bagi perusahaan. Artinya, perusahaan seharusnya mencurahkan perhatiannya pada hal- hal yang memang dianggap penting oleh para karyawan.

Dari hasil penilaian terhadap tingkat kepentingan dan hasil penilaian dari kinerja maka akan dapat dilihat suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian

(16)

antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja K3 perusahaan. Untuk tingkat kesesuaian mempunyai arti yaitu hasil perbandingan skor kinerja/pelaksanaan dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruh kepuasan karyawan paa pelaksanan K3. Pada penelitian ini terdiri dari 2 buah variable yang mewakili oleh huruf X dan Y, dimana X merupakan tingkat kinerja/realita pelaksanaan K3 di perusahaan yang dapat memberikan kepuasan bagi karyawan, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan/ekspektasi karyawan pada program K3.

2.6 Diagram Kartesius

Diagram kertesius dipergunakan untuk mengetahui kepentingan relatif yang dirasakan oleh Karyawan terhadap Pelaskanaaan K3 yang diberikan oleh Perushaaan. Melalui diagram kartesius dapat diketahui pada posisi dimana keunggulan Perusahaan tersebut dalam upaya melaksanakan Program K3 dan pada posisi dimana kekurangan perusahaan dalam upaya melaksanakan Program K3.

Untuk menghitung rata-rata dari rata-rata harapan ( 𝑿 ̅ ) dan persepsi (𝒀 ̅ ) 𝑿 ̅ = 𝑿𝒊̅̅̅

𝑨 𝒀 ̅ = 𝒀𝒊̅̅̅

𝑨………(2.6)

(Sumber: J. Supranto 1997)

Keterangan:

𝑿 ̅ = Nilai rata-rata faktor tingkat kinerja K3

𝒀 ̅ = Nilai rata-rata seluruh faktor tingkat kepentingan K3

A = Jumlah variabel yang mempengaruhi kepuasan karyawan dalam pelaksanaan K3

Diagram ini terdiri atas empat kuadran (J. Supranto, 1997) :

I. Kuadran ini menunjukan elemen atau atribut K3 yang tingkat harapanya diatas rata-rata akan tetapi kurang mendapatkan perhatian dari pihak perusahaan sehingga tingkat kinerja dibawah rata-rata, sehingga kurang memuaskan.

II. Kuadran ini menunjukan elemen atau atribut K3 yang dianggap oleh Karyawan (diatas rata-rata) dan dilaksanakan pihak Perusahan dengan baik dan kinerja diatas rata-rata sehingga karyawan menjadi puas atas program K3.

(17)

III. Kuadran ini menunjukan elemen atau atribut K3 yang akan dilakukan dengan pas-pasan oleh pihak perusahaan dan tidak dianggap sebagai suatu yang penting oleh karyawan.

IV. Kuadran ini menunjukan elemen K3 yang tidak begitu penting oleh Karyawan yang dilaksanakan sangat baik oleh pihak Perusahaan sebagai suatu yang sangat berlebihan.

2.7 Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

2.8 Kuisioner

Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Jenis-jenis pertanyaan dalam kuisioner adalah :

a. Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka.

b. responden diberi kebebasan untuk menjawab kuisioner tersebut.

c. Pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan pilihan respon yang tersedia bagi responden. Pada pertanyaan terbuka, responden hanya akan menjawab pertanyaan yang ada di kuisioner.

2.9 Literatur Terdahulu

1. Muhammad Syaichul Hadi (2019) mengidentifikasi dan menganalisis penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek kontruksi gedung dengan pendekatan studi kasus. Mengkuantifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan dan kesehatan juga dampaknya pada proyek konstruksi. Berdasarkan hasil penelitian faktor

(18)

yang mempengaruhi yang pertama adalah kompetensi dan komunikasi pekerja, faktor yang kedua adalah kebijakan dan prosedur peningkatan informasi K3, faktor ketiga adalah komitmen manajemen K3 dalam perbaikan lingkungan prosedur K3, faktor keempat yaitu keterlibatan dan saling dukung pekerja dalam K3.

2. Putrantama Adi Resa (2018) menganalisis korelasi pengetahuan K3 yang dimilki pekerja berpengaruh pada terhadap perilaku perkerja konstruksi dilihat dari aspek definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3. Hasil penelitian didapatkan nilai hubungan atau tingkat korelasi yang rendah antara pengetahuan dengan perilaku pekerja.

3. Erni Kurniawati (2018) menganalisis korelasi faktor faktor yang dapat berpengaruh pada terhadap risiko Kecelakaan kerja. Hasil Penelitian didapatkan bahwa kendala dalam menerapkan K3 terdapat pada sisi pekerja, ini terjadi karena minimnya pengetahuan pekerja tentang K3 dan tuntutan pekerja yang masih pada kebutuhan pokok dengan tidak mengutaman keselamatan diri sendiri.

4. Soputan (2014) mengidentifikasi bahaya risiko, menilai risiko dan memberikan tindakan pengendlian risiko. Hasil penelitian didapatkan bahwa level risiko tertinggi (very high risk) material terjatuh dari ketinggian dan pengendalian yang dilakukan dengan rekayasa teknik dan penggunaan APD.

Referensi

Dokumen terkait

iKids Stories dibangunkan berdasarkan kepada kajian yang dijalankan oleh pembangun terhadap aplikasi yang menjadi pilihan pengguna telefon pintar yang di tawarkan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TAI dengan

Perlu diberikan edukasi yang baik mengenai penyakit glaukoma terhadap pasien, terutama edukasi mengenai gejala, faktor risiko, dan dampak yang diakibatkan glaukoma

Saringan adalah alat yang digunakan untuk mengetahui diameter partikel tanah dan bahan campuran yang akan digunakan untuk pengujian, sehingga didapatkan ukuran.. partikel

4.7.1 Perhatian Perusahaan Perbankan BUMN terhadap Supervisor Support untuk Meningkatkan Work-Life Balance dari Karyawan

Informasi dalam dokumen ini didasarkan pada pengetahuan terkini kamidan berlaku untuk produk yang berkaitan dengan tindakan pencegahan dan keselamatan.Itu tidak mewakilimenjamin

Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam Supply Chain Management (SCM), melalui Teknologi Informasi dapat diciptakan alur komunikasi yang jelas

Rumusan masalah pada penelitian ini ter- fokus pada implementasi pendidikan tauhid usia sekolah dasar di SDIT Ar-Risalah Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014, adalah sebagai beri-