• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN WAKTU PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT 5 (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR INPRES II KOTA PADANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGENDALIAN WAKTU PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT 5 (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR INPRES II KOTA PADANG)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN WAKTU PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT 5 (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR INPRES II KOTA PADANG)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengendalian mutu dalam penyelengaraan sebuah proyek konstruksi sudah menjadi hal yang mutlak. Dalam teori manajemen konstruksi, pengendalian waktu merupakan bagian dari triple contrain (tiga kendala) yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan sebuah konstruksi. Menurut Soeharto (1995), ada tiga kendala (Triple Constraint) yang menjadi perhatian utama dalam penyelenggaraan sebuah proyek, yaitu anggaran,jadwal, dan mutu. Ini merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Tiga kendala tersebut dijelaskan sebagai berikut

1. Anggaran 2. Jadwal 3. Mutu

Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik.

Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal.

Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang suatu sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, kemudian menambil

tindakkan pembetulan yang diperlukan agar semua sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (R.J. Mockler 1972). Menurut Iman Soehartoproses pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi beberapa langkah – langkah

;

1. Menentukan sasaran yang diinginkan 2. Menentukan standar dan kriteria sebagai

patokan dalam rangka mencapai sasaran.

3. Merancang / menyusun sistem informasi, pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaanMengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria dan sasaran yang telah menentukan.

4. Mengadakan tindakkan pembetulan

Pembangunan Pasar Impres II Kota Padang merupakan penyelenggaraan sebuah konstrusksi bertingkat banyak dikota Padang yang mengalami keterlambatan dalam pelaksanaan. Pada survey awal, dimana proyek sudah mengalami keterlambatan selama 4 minggu itu berarti pada tahap awal proyek ini sudah mengalami keterlambatan sebesar 5%.

Artinya trend/kecendrungan keterlambatan ini akan bertambah besar pada waktu berikutnya kalau tidak ada strategi dalam penangganan yang khusus oleh pihak – pihak yang terlibat dalam penyelenggaran proyek tersebut. Untuk itu penulis ingin mengetahui strategi atau langkah – langkah yang diambil oleh

(2)

penyelenggara proyek untuk dapat menyelesaikan proyek ini tepat waktu. Karena begitu pentingnya pengendalian waktu dalam setiap proyek konstruksi maka perlu Pengendalian Waktu Pada Proyek Gedung Bertingkat 5 diKota Padang (Studi Kasus:

Pembangunan Pasar Inpres II Kota Padang).

PEMBATASANA MASALAH

Sesuai dengan spek proyek bahwa penyelenggaraan pembangunan Pasar Impres II Kota Padang dilakukan dalam 2 tahap yaitu dalam tahap pekerjaan struktur dan pekerjaan finishing. Dalam bahasan ini penulis membahas keterlambatan pekerjaan finishing dengan dana Rp 24 milyar dan waktu pelaksanaan selama 140hari kalender.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan Tugas Akhir adalah penulis ingin memahami secara implementatif pengendalian waktu dan pembangunan sebuah gedung bertingkat banyak. Sedangkan tujuan dari Tugas Akhir ini adalah :

1. Mencari penyebab keterlambatan pekerjaan dalam pelaksanaan.

2. Mengidentifikasi Jenis Keterlambatan diproyek.

3. Mengidentifikasi seluruh item pekerjaan dilapangan.

Bagan Alir (Flow Chart)

Menurut Umar (2005) berpendapat bahwa itu sendiri terdiri dari 2 yaitu data primer dan data sekunder.Data primer merupakan data yang didapat dari sumber yang pertama baik dari individual atau perorangan seperti hasil dari wawancara yang biasa dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan data sekunder merupakan

Mulai

Persiapan :

 Studi Kasus

Peraturan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa Data

Kesimpulan

Selesai Data Primer

 Observasi

 Wawancara

DataSekunder

 Kurva S

(3)

data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel – tabel atau diagram – diagram.

Data sekumder ini digunakan oleh peneliti diproses lebih lanjut. Seperti pada penelitian ini sumber data dalam Proyek Pemangunan Gedung Pasar Inpres diKota Padang ini penulis menggunakan data primer yang mana data – datanya adalah :

 Wawancara langsung dengan Pihak Kontraktor yaitu Bapak Rafles dan Bapak Rosdi dari pihak Konsultan Pengawas sebagai narasumber pada saat penulis melakukan penelitian studi kasus diproyek pembangunan Gedung Pasar Inpres II diKota Padang

 Memberikan Kuisoner Kepada pihak Kontraktor dan Kepada Konsultan Pengawas

Kemudian data sekunder data – datanya adalah seagai berikut :

 Literatur – literatur yang berhubungan dengan penelitian Tugas Akhir

 Data – data otentik mengenai item pekerjaan rencana dan yang sudah terealisasi, data berupa time schedule yang diperoleh dari Proyek Pembangunan Gedung Pasar Inpres II.

Pengertian Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melaluiproses tanya jawab lisan yang

berlangsung satu arah, artinyapertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawabandiberikan oleh yang diwawancara.

Kedudukan kedua pihaksecara berbeda ini terus dipertanyakan selama Proses tanyajawab berlangsung, berbeda dengan dialog yang kedudukanpihak-pihak terlibat bisa berubah dan bertukar fungsi setiapsaat, waktu proses dialog sedang berlangsung (Fathoni, 2007:105).

Metode Observasi (pengamatan)

Menurut Narbuko dan Achmadi (2007:70) Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.

TINJAUAN PUSTAKA

Pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan rencana, dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Pada pelaksanaan proyek konstruksi sering kali terjadi keterlambatan yang dapat menyebabkan kerugian bagi penyedia jasa dan pengguba jasa. Bagi kontraktor, keterlambatan selain dapat menyebabkan pembengkakan biaya juga menambah waktu pelaksanaan proyek dan dapat menurunkan kredibilitas kontraktor untuk waktu yang akan datang.

Sedangkan bagi pemilik keterlambatan penggunaan atau pengoperasian bangunan konstrusksi seringkali menjadi perselisihan antara pemilik dan kontraktor (Soeharto 1997).

Keterlambatan (delay)adalah sebagian waktu

(4)

pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncana. Terjadinya keterlambatan (delay)dapat disebabkan oleh kontraktor dan faktor – faktor lain yang berpengaruh terhadap proyek konstruksi.

Delay dapat juga disebabkan oleh pemilik proyek (owner), perencana (designer), kontraktor utama, subkontraktor, pemasok (supplier), serikat pekerja (Labour Unions), perusahaan fasilitas dan organisasi lain yang ambil bagian dalam proses konstruksi.Proyek sering mengalami keterlambatan, bahkan bisa dikatakan hampir 80% proyek mengalami keterlambatan. Jeleknya keterlambatan berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi.

Dalam pengendalian proyek dikenal beberapa alat untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi antara lain ;

a. Kurva S

Kurva s adalah gambaran yang menjelaskan tentang keseluruhan jenis pekerjaan, volume pekerjaan dalam satuan waktu dan ordinatnya adalah jumlah persentase (%) kegiatan pada garis waktu.

b. CPM (Critical Path Method)

Dikutip dari Sandyavitri (2008) menurut Levin dan Kirkpatrick (1997) metode jalur kritis CPM (Critical Path Method) yakmi metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek –

proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukkan jaringan.

CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan.

Dalam hal ini, peneliti ingin melihat secara langsung bagaimana sistem pengendalian proyek tersebut, apakah sesuai dengan teori yang ada. Beberapa jenis – jenis keterlambatan yang terjadi pada proyek konstruksi yang dikutip dari Wahyudi (2006) menyatakan keterlambatan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu :

1. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays) (Non Excusable Delays) adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakkan, kelalaian atau kesalahan oleh pihak kontraktor. Penilaian penundaan (delay) diatur dalam dokumen kontrak. Non Excusable Delays dapat berakibat pemutusan hubungan kerja/ kontrak, jika dalam perjanjian klausa liquidate damages maka pemilik proyek dapat menerapkannya terhadap kontraktor. Pada umumnya Non Excusable Delays tidak akan pernah mendapat perpanjangan wakru, akan tetapi konraktor akan melakukan markup dalam schedule dengan melakukan percepatan pekerjaan.

(5)

2. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays)

Excusable Delays adalah keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian – kejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor, pada kejadian ini kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja.

3. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delays)

Compensable Delays adalah keterlabatan yang diakibatkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanyanya mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu tambahan biaya operasional yang perlu selama keterlambatan pelaksanaan tersebut.

Berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, menurut Wulfram I. Ervianto faktor – faktor penyebab keterlambatan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Non Excusable Delays

Penyebab – penyebab keterlambatan adalah :

a. Identifikasi, durasi dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik .

b. Identifikasi aktifitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan jadwal proyek. Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi durasi proyek secara

keseluruhan dan mengganggu urutan pekerjaan.

c. Ketidak tepatan perencanaan tenaga kerja.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek berbeda – beda, tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan lapangan dapat menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali harganya.

d. Kualitas tenaga kerja yang buruk.

Kurangnya keterampilan dan keahlian pekerjaan dapat mengakibatkan produktifitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek.

e. Keterlambatan penyedian alat/ material akibat kelalaian kontraktor. Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung adalah tersedianya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan penyediaan alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan pengirim supplier, kesulitan untuk mendapatkannya dan kekurangan material itu sendiri.

Penyediaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktifitas pekerja menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.

(6)

f. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek . Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung didalam pelaksanaan proyek.

g. Perencanaan jenis peralatan harus disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.

h. Mobilisasi sumber daya yang lambat.

Mobilisasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pergerakkan supplier kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek keluar lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat maupun material.

i. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/ diperbaiki. Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua perbaikkan/

penggulanagn akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu.

j. Kesulitan Finannsial. Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus direncanakan dengan baik penggunaanya, agar tidak menimbulkan kesulitan untuk proyek itu sendiri.

Kesulitan pembiayaan oleh kontraktor ini, terutama yang berkaitan dengan

kewajiban pembayaran ke pemasok material dan pembayaran upah tenaga kerja. Hal ini menyebabkan tersendatnya dukungan sumber daya yang ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.

k. Kurangnya pengalaman kontraktor.

Pengalaman kontraktor sangat berpengaruh dalam penangganan masalah dalam pekerjaan yang berakibat keterlambatan proyek. Kontraktor yang sudah berpengalaman, akan lebih mudah mengatasi masalah yang terjadi diproyek beda halnya dengan kontraktor yang belum berpengalaman akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengatasi masalah yang ada.

l. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor. Komunikasi adalah kunci awal keberhasilan dalam sebuah tim. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik agar dalam kelompok masing – masing tidak terjadi perselisihan.

m. Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang tidak tepat/ salah. Kesalahan dan ketidak tepatan dalam memilih metode konstruksi, walaupun tidak menimbulkan kegagalan penyelesaian struktur seringkali berdampak lebih lamanya waktu pelaksanaan.

n. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja. Kurangya kontrol keselamatan

(7)

kerja yang ada didalam proyek dapat berakibat terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini dapat mengakibatkan cacat fisik dan hilangnya semangat kerja dan oleh sebab itu mengakibatkan turunnya produktifitas kerja.

2. Excusable Delays

Penyebab – penyebab keterlambatan adalah :

a. Kondisi Cuaca. Cuaca sangat mempengaruhi produktifitas pekerja.

Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunkan produktivitas. Produktifitas pekerja yang rendah mengakibatkan mundurnya jadwal proyek.

b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil. Aspek sosial politik seperti kerusuhan juga menghambat pelaksanaan proyek . kerusakkan yang terjadi memerlukan tambahan waktu dan akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan.

c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek. Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda – beda, ada yang mendukung ada juga yang menolak. Bagi yang menolak akan mengadakan demo untuk penolakkan bangunan itu dikerjakan yang berakibat berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.

3. Compensable Delays

Penyebab – penyebab keterlambatan adalah :

a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat. Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakaian yang mendesak.

Kesalahan yang timbul karena adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan – perbaikan yang memerlukan tambahan waktu.

b. Persetujuan ijin kerja yang lama. Proses persetujuan ijin ini nakan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut memerlukan waktu yang cukup untuk mengambil keputusan.

c. Perubahan lingkup pekerjaan/ detail konstruksi. Permintaan Owner mengganti lingkup pekerjaan pada proyek yang sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dalam pelaksanaan dan membutuhkan waktu tambahan.

d. Sering terjadi penundaan pekerjaan.

Kondisi finansial pemilik kurang baik dapat berakibat penundaan atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, oleh sebab itu berakibat mundurnya jadwal proyek.

e. Keterlambatan penyediaan material.

Keterlambatan material oleh penyedia ke kontraktor dari jadwal yang ditetapkan akan menurunkan produktifitas pekerjaan

(8)

karena pekerja tidak dapat memulai pekerjaannya.

f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi.

Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik proyek tidak cukup.

g. Sistem pembayaran pemilik kekontraktor yang tidak sesuai kontrak. Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus menerus sepanjang waku pelaksanaannya yang menuntut kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga.

Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor Karena mengacaukan semua sistem pendanaan proyek tersebut dan mempengaruhi kelancaraan pekerjaan konstraktor.

h. Cara inspeksi/ kontrol pekerjaan biroksratis oleh pemilik. Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat mebuat kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas.

Keterbatasan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat.

Format wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden sekitar masalah faktor – faktor penyebab keterlambatan dan jenis – jenis.

Tabel 3.1. Format Wawancara (Faktor Keterlambatan)

No Faktor Keterlambatan

1 Keterlambatan pembayaran oleh client owner

2 Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor

3 Kesalahan pengolahan material oleh kontraktor

4 Kekurangan tenaga kerja oleh kontraktor 5 Hujan deras/ lokasi pekerjaan yang

tergenang air

6 Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan

7 Pekerjaan tambahan yang diminta oleh client owner

8 Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur dan elektrikal

9 Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi

10 Ketidak jelasan perencanaan dan spesifikasi

11 Perubahan perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi

12 Perubahan metode kerja oleh kontraktor 13 Kesalahan dalam menginterprestasikan

gambar atau spesifikasi

14 Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor

15 Produktifitas yang kurang baik oleh kontraktor

16 Perubahan scope pekerjaan konsultan 17 Pemogokkan kerja yang dilakukan oleh

kontraktor

(9)

No Faktor Keterlambatan

18 Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai

19 Memperbaiki kerusakkan suatu pekerjaan akibat pemogokkan

20 Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan

Sumber :Levis dan Atherley (1996)

Pertanyaan ini penulis buat dengan beberapa refrensi yang ada dan penulis bagi menjadi 3 jenis keterlambatan yaitu :

1. Non Excusable Delays (Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan).

2. Excusable Delays ( keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu).

3. Compensable Delays (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya)

Tabel 3.2. Format Wawancara (Jenis Keterlambatan)

No Faktor Keterlambatan 1 Kekurangan material dilokasi proyek 2 Keterlambatan pengiriman material 3 Kerusakkan material

4 Kekurangan tenaga kerja

5 Produktifitas tenaga kerja rendah 6 Operator alat berat kurang terampil 7 Terjadinya kecelakaan kerja

8 Mobilisasi sumber daya yang lambat 9 Tidak ketersediaannya peralatan

10 Ketidaksesuaiannya peralatan 11 Kerusakkanalat berat

12 Keterlambatan subkontraktor 13 Ketidak sesuaian metode kerja 14 Kesulitan pendanaan oleh kontraktor 15 Koordinasi dan komunikasi yang

buruk antara bagian – bagian dalam organisasi kerja kontraktor

16 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karenA tidak benar 17 Kegagalan pemilik mengkoordinasikan

penyerahan lahan

18 Perencanaan/gambar yang salah/ tidak lengkap

19 Perubahan desain/ detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan

20 Persiapan dan persetujuan shop drowing yang lambat

21 Pengambilan keputusan yang lambat oleh pemilik

22 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 23 Keterlambatan pengadaan material

yang disediakan oleh pemilik

24 Keterlabatan pembayaran oleh pemilik 25 Penghentian pekerjaan oleh pemilik 26 Campur tangan pemilik yang bukan

wewenangnya

27 Koordinasi lapangan yang tidak sesuai 28 Akses jalan kelokasi proyek yang sulit 29 Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir,

dll

30 Adanya pemogokkan buruh, demo kerusuhan

(10)

Sumber : Arditi & Patel (1989); Brambel &

Callahan (1991) ; Kraiem & Diekman (1987) ; Majid (1997) ; Proboyo (1999)

Tabel 3.3. Format Wawancara (Faktor keterlambatan berdasarkan observasi)

No Pertanyaan

1 Keterlambatan penandatangan kontrak 2 Keterlambatan proses permintaan dan

persetujuan gambar kerja oleh pemilik 3 Keterlambatan pemilik dalam

penyerahan/ penggunahan lahan

4 Perencanaan (gambar) yang kurang lengkap/ tidak sesuai

5 Perencanaan (spesifikasi teknik) yang tidak lengkap

6 Perubahan tanggal dimulainya proyek tidak sesuai

7 Adanya perubahan desain

8 Identifikasi dan urutan kerja yang tidak sesuai dengan rencana

9 Kekurangan kelengakapan dokumen tender

10 Kurangnya koordinasi antara pemilik dengan konsultan maupun antara konsultan dan kontraktor

11 Kurang memadainya pengawasan yang dilakukan oleh pemilik/ konsultan

12 Keterbatasan jumlah tenaga kerja

13 Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja

14 Ketidak tersediaannya tenaga kerja yang mencukupi

15 Kualitas tenaga kerja yang buruk

16 Keahlian dalam mengoperasikan peralatan konstruksi

17 Ketidaktersediaannya material dipasaran

18 Keterlambatan pengiriman material kelokasi

19 Ketersediaan material dilokasi

20 Kualitas material yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi

21 Terjadi pencurian material

22 Jumlah material yang dikirim supplier tidak sesuai

23 Ketidaktersediaannya peralatan konstruksi dilokasi

24 Kualitas peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan spek

25 Peralatan yang digunakan sudah usang sehingga sering menggalami kerusakkan 26 Keterbatasan penggunaan teknologi 27 Kurangnya komunikasi dan koordinasi

antara pihak yang tertlibat didalam proyek

28 Kurangnya pengawasan terhadap subkontraktor dan suplier

29 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan utama

30 Perkiraan waktu yang tidak wajar

31 Masalah teknis dalam mempergunakan waktu

32 Peraturan baru yang membutuhkan waktu untuk diimplementasikan

33 Kenaikkan harga dipasaran

34 Pemahaman terhadap metode kerja 35 Koordinasi dan komunikasi yang kurang

dalam organisasi

36 Penerapan teknologi baru/ khusus untuk yang belum dikenal dengan baik

37 Teknik pelaksanaan yang tidak tepat sehingga menibulkan kesalahan selama konstruksi

(11)

No Pertanyaan

38 Lokasi proyek yang sulit dijangkau 39 Dana dari pemilik yang tidak mencukupi

karena terjadi pebengkakkan biaya 40 Kesalahan estimasi biaya

41 Sistem pembayaran pemilik kekontraktor tidak sesuai dengan kontrak akibat alasan tertentu

42 Administrasi keuangan pada kontraktor 43 Pengaruh cuaca yang membuat pekerjaan

terhenti

44 Modal kontraktor tidak mencukupi 45 Keterlambatan pembayaran kontraktor ke

supplier dan tenaga kerja Sumber :Wulfram Ervianto,

HASIL PEMBAHASAN

Keterlambatan menurut Time schedule Pengendalian waktu dilaksanakan dengan cara membandingkan antara rencana kerja fisik dengan pekerjaan aktual yang telah dilaksanakan. Pengendalian waktu pelaksanaan proyek juga dilakukan dalam bentuk rapat – rapat yang diadakan secara berkala setiap satu kali seminggu yang diadakan dikantor proyek itu sendiri. Rapat yang dihadiri oleh Manajemen Konstruksi yang bertindak sebagai wakil pemilik proyek dan pihak kontraktor. Rapat membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerrjaan dilapangan, seperti perubahan gambar, spesifikasi teknis, perbedaan kurva – S aktual dan cara mengatasinya. Agar lebih

jelasnya berikut adalah hasil jumlah persentase bobot

NO

URAIAN PEKERJAAN BOBOT ( % ) 1. PEKERJAAN GEDUNG

A PEKERJAAN PERSIAPAN 0,0716

B PEKERJAAN LANTAI BASEMANT -

a. Pek Dinding Shaf 0,0563

b. Pek Sanitair 0,1275

C PEKERJAAN LANTAI 1 -

C.1 PEKERJAAN DALAM LANTAI -

a. Pek Plesteran 1,4729

b. Pek lantai 3,5526

c. Pek Pengecatan 0,9093

d. Pek Kios 12,1743

e. Pek Los 5,4474

f. Pek Sanitair 0,4422

g. Perkuatan Sun Shaicing Aluminium 0,0304

C.2 PEKERJAAN LUAR LANTAI -

a. Pek Saluran Sekunder 0,1341

b. Plat Duicker 0,0708

c. Pek Keliling saluran Bangunan 0,5437

d. Pek Tangga 0,0586

e. Pomp Bongkar Muat 0,0923

f. Pek Taman 1,6646

g. Pek Ram sisi Timur 0,0490

D PEKERJAAN LANTAI 2 -

a. PEKERJAAN ARSITEKTUR 14,0324

b. PEKERJAAN SANITAIR 0,1937

c. PERKUATAN SUN SHADING

ALLUMUNIUM 0,0206

E PEKERJAAN LANTAI 3 -

a. PEKERJAAN ARSITEKTUR 3,4119

a. PEKERJAAN SANITAIR 0,2867 b. PERKUATAN SUN SHADING

ALLUMUNIUM 0,0206

(12)

Persentase bobot pekerjaan (PBP) Rumus :

PBP =

% arg 100

arg 

bangunan a

H

satuan a

H Volume

Tabel 4.5 Non Excusable Delays (Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan)

Non Excusable Delays (Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan)

1 Kekurangan material dilokasi proyek 2 Keterlambatan pengiriman material 3 Kerusakkan material

4 Kekurangan tenaga kerja

5 Produktifitas tenaga kerja rendah 6 Operator alat berat kurang terampil 7 Terjadinya kecelakaan kerja

8 Mobilisasi sumber daya yang lambat 9 Tidak ketersediaannya peralatan 10 Ketidaksesuaiannya peralatan 11 Kerusakkanalat berat

12 Keterlambatan subkontraktor 13 Ketidak sesuaian metode kerja 14 Kesulitan pendanaan oleh kontraktor 15 Koordinasi dan komunikasi yang

buruk antara bagian – bagian dalam organisasi kerja kontraktor

16 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karenA tidak benar

F PEKERJAAN LANTAI 4 -

a. PEKERJAAN ARSITEKTUR 3,2606

b. PEKERJAAN SANITAIR 0,2867

c. PERKUATAN SUN SHADING

ALLUMUNIUM 0,0206

G PEKERJAAN LANTAI ATAP/ HELIPAD -

a. PEKERJAAN ARSITEKTUR -

1. Pek. Keramik 0,0253

2. Hand Railing Tangga 0,1564 3. Pas. Sun Shading Alumunium 0,3290 H PEKERJAAN JEMBATAN PENGHUBUNG -

1. Pek. Pembongkaran 0,0037

2. Pek. Kolom dan Tiang Pipa Sgp D 4'' 0,0631

3. Pek. Haindrail 0,0172

4. Pekerjaan Atap Jembatan Penghubung 0,1190

5. Pek. Pengecatan 0,0181

6. Pek. Kerramik 40 x 40 Anti Slip 0,2229

I PEKERJAAN RAMP MOBIL -

Pek. Lantai 1,2214

Pek. Pengecatan 1,4636

Pas. Sunshading Allumunium -

Pek. Kuda - kuda Space Frame 26,6570

Pek. Sanitair 0,0188

II. PEKRJAAN JALAN DAN DRAINASE - UMUM

0,2911

DRAINASE 1,6210

PERKERASAN BERBUTIR 0,1790

PERKERASAN BETON 2,4713

STRUKTUR 1,4292

PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN

MINOR 2,4168

III. PEKERJAAN MEKANIKAL

ELIKTRIKAL -

PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN

MINOR 2,4168

II. PEKERJAAN MEKANIKAL

ELIKTRIKAL -

PEKERJAAN ELEKTRIKAL 8,7459

PEKERJAAN MEKANIKAL 1,1305

PEKERJAAN PEMASUKAN DAYA PLN 197

Kva 1,2264

PEKERJAAN LAMPU HIGHT MAST 1,7421 Sumber : Data Proyek Pebangunan Gedung Pasar Inpres II

(13)

Tabel 4.6. Excusable Delays (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya)

Excusable Delay (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya) 18 Perencanaan/gambar yang salah/ tidak

lengkap

19 Perubahan desain/ detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan

20 Persiapan dan persetujuan shop drowing yang lambat

21 Pengambilan keputusan yang lambat oleh pemilik

22 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai

23 Keterlambatan pengadaan material yang disediakan oleh pemilik

24 Keterlabatan pembayaran oleh pemilik 25 Penghentian pekerjaan oleh pemilik 26 Campur tangan pemilik yang bukan

wewenangnya

27 Koordinasi lapangan yang tidak sesuai dugaan

28 Akses jalan kelokasi proyek yang sulit

Tabel 4.7. Compensable Delays (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu )

Compensable Delays (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu) 29 Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir,

dll

30 Adanya pemogokan buruh, demo, kerusuhan

Berdasarkan kuisoner diatas, setelah peneliti observasi dilapangan dan mewawancarai narasumber jenis – jenis keterlambatan yang terjadi pada proyek Pembangunan Gedung Pasar Inpres II diKota Padang tergolong kepada keterlambatan jenis Excusable Delay (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu

).

Dari hasil hasil pengamatan dan perbandinganp diatas, beberapa penyebab keterlambatan dapat ditabelkan 10 faktor penyebab keterlambatan yang terjadi diproyek Pembangunan Gedung Pasar Inpres II. Tabel 3.1. 10 faktor penyebab keterlambatan yang terjadi diproyek Pembangunan Gedung Pasar Inpres II.

No 10 faktor perbandingan penyebab keterlambatan

1 Hujan deras/ lokasi pekerjaan yang tergenang air

2 Perubahan perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi

(14)

3 Perubahan metode kerja oleh kontraktor 4 Kesalahan dalam menginterprestasikan

gambar atau spesifikasi

5 Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor

6 Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai

7 Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan

a. Hasil Wawancara Faktor keterlambatan menurut sudut pandang Kontraktor

Keterlambatan pengiriman material (Mobilisasi material) kelokasi menunjukkan bahwa faktor ini paling berpengaruh dan paling sering terjadi pada pelaksanaan proyek konstruksi. Keterlambatan pengiriman material keproyek, disebabkan karena proyek ini berada pada lingkungan pasar yang setiap harinya ramai oleh pembeli dan lalu lalang kendaraan.

Selain faktor ini, faktor lain seperti juga menjadi faktor penyebab. Faktor pembebasan lahan juga menjadi faktor utama, karena pihak pasar mencari realisasi tempat pedagang – pedagang yang menempati area tersebut. Jalan yang sempit juga mengakibatkan mobilisasi material tertahan diluar, karena sebagian pedagang menempati sebagian jalan untuk mereka berjualan. Hal inilah yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 4.9. 12 peringkat hasil wawancara 12 peringkat hasil wawancara

3 Keterlambatan pemilik dalam penyerahan/

penggunaan lahan

18 Keterlambatan pengiriman material kelokasi

19 Ketersediaan material dilokasi 15 Kualitas tenaga kerja yang buruk

25 Peralatan yang digunakan sudah usang sehingga sering menggalami kerusakkan 29 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

utama

36 Penerapan teknologi baru

38 Lokasi proyek yang sulit dijangkau

43 Pengaruh cuaca yang membuat pekerjaan terhenti

6 Perubahan tanggal dimulainya proyek tidak sesuai

20 Kualitas material yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi

b. Hasil Wawancara Faktor keterlambatan menurut sudut pandang Konsultan Pengawas

Keterlambatan pengiriman material (Mobilisasi material) kelokasi menunjukkan bahwa faktor ini paling berpengaruh dan paling sering terjadi pada pelaksanaan proyek konstruksi. Sedangkan faktor kualitas pekerja yang buruk juga menjadi faktor penyebebnya.

Karena saling mempengaruhi satu sama dengan yang lain sehingga dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Menurut konsultan pengawas, keterlambatan pengiriman material dapat menyebabkan terjadinya kekurangan material dilokasi diproyek. Keterlambatan pengiriman material (mobilisasi material) kelokasi menurut pihak konsultan pengawas

(15)

disebabkan karena akses yang sulit dijangkau.

Karena pada saat yang bersamaan jalan di tempati oleh pedagang – pedagang pasar yang berjualan setiap harinya darisubuh hingga sore hari. Jalanan yang sempit, ramainya kendaraan yang parkir dan lalu lalang kendaraan umum menyulitkan truk – truk yang membawa material masuk kelokasi. Selain kedua faktor tersebut, faktor ketidak sesuaian material yang digunakan tidak sesuai dengan spefisikasi juga menjadi faktor keterlambatan lainnya, karena sering terjadinya perubahan desain. Faktor peralatan yang usang juga menyulitkan pekerjaan, karena sering mengalami kerusakkan. Tabel 4.11. 10 peringkat hasil wawancara

10 peringkat hasil wawancara 7 Adanya perubahan desain

15 Kualitas tenaga kerja yang buruk

18 Keterlambatan pengiriman matrial kelokasi

19 Ketersediaan material dilokasi

20 Kualitas material yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi

24 Kualitas peralatan yang tidak sesuai spesifikasi

25 Peralatan yang digunakan sudah usang sehingga sering mengalami kerusakkan 29 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

utama

38 Lokasi yang sulit dijangkau

43 Pengaruh cuaca yang membuat pekerjaan terhenti

Berdasarkan hasil analisa faktor – faktor penyebab keterlambatan tersebut, dapat dilihat terdapat 6 faktor penyebab keterlambatan yang dihadapi oleh kedua pihak yaitu :

a. Keterlambatan pengiriman matrial kelokasi (Mobilisasi Material), dengan nilai mean dan varian yaitu :

Pihak Nilai Mean Varian

Kontraktor 5,33 43,218

Konsultan Pengawas

5 45

b. Ketersediaan material dilokasi (karena keterlambatan material datang kelokasi), dengan nilai mean dan varian yaitu :

Pihak Nilai Mean Varian

Kontraktor 5,5 48,05

Konsultan Pengawas

5,1 50,56

c. Kualitas tenaga kerja yang buruk, dengan nilai mean dan varian yaitu :

Pihak Nilai Mean Varian

Kontraktor 4,83 29,6

Konsultan Pengawas

4,5 31,25

d. Peralatan yang digunakan sudah usang sehingga sering mengalami kerusakkan

Pihak Nilai Mean Varian

Kontraktor 6,5 84,05

Konsultan Pengawas

6,16 86,86

(16)

e. Lokasi yang sulit dijangkau

Pihak Nilai Mean Varian

Kontraktor 8,16 166,3

Konsultan Pengawas

7,8 170,6

f. Pengaruh cuaca yang membuat pekerjaan terhenti

Pihak Nilai Mean Varian

Kontraktor 9,5 250,05

Konsultan Pengawas

9,1 257,76

6 faktor tersebut sama – sama dialami oleh kedua pihak, namun ke 6 faktor tersebut memiliki peringkat yang berbeda tiap masing – masingnya

Dalam penelitian yang peneliti lakukan pada proyek ini, keterlambatan terjadi tiap minggunya. Dalam hal ini, peneliti sudah melakukan observasi dilapangan untuk mengetahui faktor – faktor penyebab terjadinya keterlambatan. Dan apakah pengendalian keterlambatan pada proyek ini ada menggunakan metode – metode yang ada secara teori. Yang mana secara teori mengendalian keterlambatan pada proyek adalah :

1. Mengerahkan sumber daya tambahan 2. Melepas rintangan – rintangan, ataupun

upaya – upaya lain untuk menjamin agar pekerjaan meningkat dan membawa kembali kegaris rencana

3. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan revisi

jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya.

Pada proyek ini, tidak semua cara pengendalian keterlambatan secara teori menjadi acuan dalam mengatasi keterlambatan yang terjadi. Dari pihak kontraktor dan konsultan pengawas lebih mencari solusi yang efisien, dilihat dasi situasi dan kondisi keterlambatan proyek tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dapat disimpulkan, sebagai berikut :

1. Hasil dari wawancara jenis – jenis keterlambatan dapat disimpulkan bahwa proyek Pembangunan Gedung Pasar Inpres II ini termasuk jenis keterlambatan Excusable Delay, keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian – kejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor, pada kejadian ini kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja.

2. Hasil dari observasi yang peneliti lakukan merujuk kepada Levis dan Atherley (1996 adalah :

 Hujan deras/ lokasi pekerjaan yang tergenang air

 Perubahan – perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi

 Perubahan metode kerja oleh kontraktor

(17)

 Kesalahan dalam menginterprestasikan gambar atau spesifikasi

 Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor

 Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai

 Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan

3. Hasil dari wawancara faktor – faktor penyebab utama keterlambatan menurut pandangan Kontraktor dan Konsultan Pengawas, berdasarkan :

a. Keterlambatan pengiriman matrial kelokasi (Mobilisasi Material)

b. Ketersediaan material dilokasi (karena keterlambatan material datang kelokasi) c. Kualitas tenaga kerja yang buruk,

d. Peralatan yang digunakan sudah usang sehingga sering mengalami kerusakkan e. Lokasi yang sulit dijangkau

f. Pengaruh cuaca yang membuat pekerjaan terhenti

4. Pelaksanaan pekerjaan yang mengalami keterlambatan berdasarkan rencana jumlah bobot perminggu dan realisasi jumlah bobot perminggu :

 Pekerjaan Persiapan

 Pekerjaan lantai Basemant

 Pekerjaan lantai 1 (perlengkapan dalan lantai 1).

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis utarakan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan kemudahan yang

telah diberikan. Terimakasih kepada Papa dan Mama serta keluarga besar penulis atas kasih sayang dan dukungan selama ini. Terimakasih kepada bapak Ir. Hendri Warman. M,SCE dan bapak Indra Khaidir. ST, M,SCe selaku pembimbing. Serta kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dalam penyusunan tugas akhir ini semoga amal baiknya dibalas oleh Allah SWT. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Nazir, Moh Ph. D, : 1993. Metode Penelitian, Graha Indonesia

Ervianto, Wulfram I : 1995. Teori – Teori Manajemen Proyek Konstruksi, Graha Abdi, Indonesia

Jumas . Dwifitra Y. ST,. MSCE, : 1981.

Manajemen Konstruksi, Bung Hatta University Press

Header, Tubagus Ali, : Prinsip – Prinsip Network Planning, PT. Gramedia Jakarta Soeharto, Iman : 1995.Manajemen Proyek Industri (Persiapan, Pelaksanaan, Pengolahan), Gramedia Jakarta

Gambar

Tabel  3.1.  Format  Wawancara  (Faktor  Keterlambatan)
Tabel  3.2.  Format  Wawancara  (Jenis  Keterlambatan )
Tabel  3.3.  Format    Wawancara  (Faktor  keterlambatan berdasarkan observasi)
Tabel  4.5  Non  Excusable  Delays  (Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cara panen simplisia dengan memang- kas tanaman (batang dan daun) setinggi 15 cm dari permukaan tanah. Parameter yang diamati adalah 1) Pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi

Beberapa langkah strategis yang memungkinkan dalam pengembangan sumber energi biofuel diantaranya adalah dengan mengadobsi metode pengembangan biofuel dari negara lain,

6HODLQ .HSHPLOLNDQ 0DQDMHULDO GDQ .HSHPLOLNDQ ,QVWLWXVLRQDO NHVXOLWDQ ODLQ \DQJ DNDQ GLKDGDSL ROHK SHUXVDKDDQ DGDODK NHSXWXVDQ PHQJHQDL SHPEDJLDQ GLYLGHQ 'LYLGHQ DGDODK

Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua buah cognition yaitu values (nilai) dan intentions (tujuan). Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadiratAllah SWT atas limpahan berkat, rahmat serta Karunianya sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi dengan judul

transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi yang canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas. Dapat di lihat dari

Rumusan Pasal 341 KUHP ini mengangkat tentang tindak pidana pembunuhan dilakukan oleh ibu terhadap nyawa bayinya yang dilakukan pada saat bayi dilahirkan atau

Saya mengetahui bagaimana cara menempatkan diri dalam situasi yang berbeda-beda dengan orang lain yang sedang diajak berkomunikasi8. Penerimaan