• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISIS HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT KH. MUHAMMAD HASAN ASY ARI DALAM KITAB MUNTAHA NATAIJ AL-AQWAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI ANALISIS HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT KH. MUHAMMAD HASAN ASY ARI DALAM KITAB MUNTAHA NATAIJ AL-AQWAL SKRIPSI"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)STUDI ANALISIS HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT KH. MUHAMMAD HASAN ASY’ARI DALAM KITAB MUNTAHA NATAIJ AL-AQWAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Syari’ah Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah. Oleh: MASRUROH 082111082. KOSENTRASI ILMU FALAK FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012.

(2) ii.

(3) iii.

(4) iv.

(5) MOTTO. Dialah yang menjadikan Matahari bersinar, dan Bulan bercahaya, serta ditetapkan manzilah-manzilah bagi perjalanannya, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (hisab).. 1. v.

(6) PERSEMBAHAN Dalam kehidupan yang penuh dengan rintangan, kuarungi samudra Illahi yang tanpa batas dalam suka dan duka. Kudapatkan ilmu yang dititipkanNya kepadaku, sehingga dengan ilmu yang kuperoleh aku berharap dapat merajut benang kebahagiaan dunia dan akhirat, dan dalam perjalanan yang aku tempuh selama ini, semua itu tidak akan pernah lepas dari orang-orang yang senantiasa memberikan kasih sayangnya dan juga doanya. Kupersembahkan karya ilmiah ini kepada orang-orang yang selalu hadir dan mengharap keridhaan Illahi Rabbi, buat mereka yang menemaniku dalam suka dan duka : “Tidak ada mutiara yang indah selain pujian atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, cinta dan hidayahNya, dan selalu memberikan yang terbaik dalam setiap langkah hidupku” o Ayah dan Bundaku tercinta (Umri dan Urifa) yang senantiasa menjaga dengan penuh kasih sayang, menasehati dan mengingatkan akan perjalananku untuk mencapai impian sejatiku, serta doa restu yang tak pernah luput disenandungkan o Saudara-saudaraku yang kusayangi (Kak Maskuri, kak Rozi dan kak Zainul) serta seluruh keluargaku tercinta, yang meringankan bebanku untuk mengejar impian, dan selalu berusaha untuk membahagiakan dan memberi yang terbaik buat aku o Guru-guruku (Bapak KH. Su’udil Azka, Aba Humed, Bapak Muhaya, Aba Bakun dan Aba Mashuri) terimakasih atas petuahnya dan bimbingan rohaninya. Semoga kalian semua selalu berada dalam rahmatNya, dalam genggamanNya dan menjadikan hidupnya penuh dengan keberkahan.. Ami n ya Rabb….. vi.

(7) DEKLARASI. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.. Deklarator. MASRUROH NIM.082111082. vii.

(8) ABSTRAK Di Indonesia banyak ulama falak yang mengabadikan karyanya dengan dibukukanya berbagai sistem perhitungan untuk penentuan awal bulan kamariah, waktu salat, arah kiblat dan juga gerhana. Salah satunya hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal yang disusun oleh KH.Muhammad Hasan Asy’ari. Kitab ini merupakan kitab pertama di Indonesia yang menggunakan rumus segitiga bola dan logaritma yang disusun untuk mengetahui posisi bulan (tidak hanya pada posisi hilal pada tanggal 29 atau awal bulan), sehingga dalam kitab tersebut tidak ada perhitungan ijtimak, tidak terdapat konversi Hijriah-Masehi, akan tetapi oleh Departemen Agama kitab ini termasuk kategori kitab haqiqi bi al-tahqiqi. Ada beberapa data yang tidak terdapat dalam kitab tahqiqi lainya seperti koreksi dhamimah, dan kitab ini juga pernah digeser dengan kitab Sullam al-Nayiraiin dalam penggunaanya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menkaji: 1) Bagaimana metode hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal ?; 2) Bagaimana verifikasi hasil metode hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal ?; 3) Bagaimana kelebihan dan kekurangan hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal kaitanya dengan perkembangan ilmu falak modern?. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan mengambil sumber data primer yaitu kitab Muntaha Nataij al-Aqwal, dan teknik pengumpulan data terdiri atas dokumen dan wawancara. Untuk menganilisis data penulis menggunakan metode analisis dengan pendekatan deskriptif analitis yaitu untuk menggambarkan bagaimana pola perhitungan yang ada dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal, sehingga analisis data yang digunakan adalah Content Analysis. Di sisi lain penulis juga menggunakan analisis verifikatif yaitu dengan menguji beberapa metode hisab penentuan awal bulan kamariah dari kitab Muntaha Nataij al-Aqwal dengan menkomparasikan kitab yang setara seperti Khulashah al-Wafiyah, dan juga metode hisab kontemporer yaitu ephimeris guna untuk mengetahui sejauh mana hasil penentuan awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem hisab yang terdapat dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal tidak terdapat perhitungan ijtimak karena ada beberapa data Matahari yang tidak dicantumkan, tidak melalui proses taqribi, tidak ada konversi, ada penambahan koreksi dhamimah dan juga disertai perhitungan gurub. Hisab ini dinilai cukup akurat untuk dijadikan pedoman dalam penentuan awal bulan kamariah. Hasil perhitungan kitab Muntaha Nataij alAqwal mendekati dengan hasil perhitungan tahqiqi yang lain seperti yang ada dalam kitab Khulashah al-Wafiyah, akan tetapi kitab ini masih dibawah ephimeris atau hisab kontemporer. Secara tidak langsung, meskipun menggunakan data-data abadi tetapi kitab ini masih relevan dan masih bisa dijadikan pertimbangan dalam penentuan awal bulan kamariah dengan kekurangan dan kelebihan (keunikan tersendiri) dari sistem kitab tersebut. Key words : Hisab Awal Bulan Kamariah, KH.Muhammad Hasan Asy’ari, Muntaha Nataij al-Aqwal.. viii.

(9) KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, yang telah memberikan nikmat serta taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan dan penulis sanjungkan kepada nabi akhir zaman nabi besar Muhammad SAW sang pemberi syafa’at kelak di akherat nanti, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang menjaga, dan menyebarluaskan agama Islam hingga berkembang sampai saat ini. Skripsi yang berjudul “Studi Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah Menurut KH. Muhammad Hasan Asy’ari dalam Kitab Muntaha Nataij alAqwal”, disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penulisan karya ilmiah ini tentunya penulis tidak berdiri dengan sendirinya, dan tidak terlepas dengan campur tangan orang lain, dalam arti penyusunan karya ilmiah ini tidak hanya sebatas jerih payah penulis secara lahir, akan tetapi informasi, motivasi dan bimbingan dari pihak lain yang sangatlah berarti bagi penulis. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih sebanyakbanyaknya terutama kepada: 1. Kedua orang tua penulis serta segenap keluarga atas segala doa serta curahan kasih sayang yang begitu besar, sehingga terlalu sempit jika hanya dilukiskan dengan kata-kata 2. M.Arifin S.Ag,M.Hum sebagai pembimbing I, dan Ahmad Syifaul Anam M.Si sekaligus pembimbing II. Terimakasih atas arahanya dan masukkanya dalam penyelesaian skripsi ini. ix.

(10) 3. PD Pontren Kementrian Agama RI yang telah memberi bantuan, motivasi dan kesempatan untuk menerima beasiswa guna untuk menimba ilmu yang setinggi-tingginya 4. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang (Dr.H. Imam Yahya, M.Ag) dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir 5. Drs.H. Eman Sulaeman, MH., selaku Ketua Prodi Konsentrasi Ilmu Falak 2007-2011 (KIF), Dr.H. Arja Imroni M.Ag (Ketua prodi 2011-dst) beserta staf-stafnya yang telah bersusah payah memberikan arahan dan motivasi sepenuhnya kepada penulis. 6. Ketua Jurusan dan sekretaris jurusan Ahwal al-Syakhsiyah serta Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi 7. Pimpinan Perpustakaan Institut dan fakultas yang telah memberikan pelayanan guna untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah khususnya penulisan skripsi ini 8. Keluarga Besar PP.Sidogiri, PP.Besuk, PP.Sabilul Muttaqin, dan yayasan Ma’arif Asy’ari. Khususnya Bapak KH. Abdurrahaman Syakur, Bapak Tholhah Ma’ruf dan Bapak Hasan beserta ahli waris KH. Muhammad Hasan Asy’ari Ibu Muzayanah, Bapak Muzakkin, Dr.Slamet Hambali M.Si, Prof Thomas Djamaluddin, Bapak Hendro Setyanto, Pak Aqil Fikri, Gus Mujab dan mas Fadholi. Terimakasih atas informasi yang diberikan, dan bantuan do’anya.. Mereka semua adalah orang-orang yang. memberikan pengetahuan baru tentang ilmu falak 9. Keluarga Besar PP. Nurul Huda, PP.Tarbiyatut Tholabah Kranji, dan PP. Da run Naja h Jerakah Tugu Semarang. Khususnya kepada alm. KH. Muhammad Muhyiddin, alm. KH. Muhammad Baqir Adlan, KH. Su’udil Azka, KH. Sirodj Khudhori dan Dr.H.Ahmad Izzuddin, M.Ag yang telah. x.

(11) menyalurkan banyak ilmunya kepada penulis dan juga terimakasih atas do’a-do’anya 10. Drs.H.Maksun,M.Ag, selaku dosen wali yang selalu memberikan masukan dan wejangan yang sangat berharga 11. Semua teman-teman di Fakultas Syari’ah, teman-teman Falak (2007, 2009, 2010, 2011) khususnya angkatan 2008 TOGETHER, serta segenap teman-teman yang ada di pondok Da run Naja h khususnya pondok putri selatan (mbak Imut, ayuk Hesti, Mbak Eni, mbk Latifa, Ani, Minda, Wahdah, mbak Beka, mbak Ayuk, mbak Adah, teh Anis, mbak Inung, Nely, Kiki, Dedek Hanik, Alif, Rini, Himmah, Atik, Irfi, dan juga Nisa’), arek2 TABAH. I love u all 12. Buat teman saya (Mambaul Hikmah) sekeluarga, terimakasih banyak atas bantuan dan pelayanan yang istemewa selama saya berada di Pasuruan 13. Sahabat-sahabatku (Mas Hanif terimakasih atas pengorbananya, Khotib, Babe Mufid, Nachink Iyank Iyunk, Azmi, Farin, Nanik, dan cak Khotim) terimakasih banyak atas bantuan do’anya, dan buat orang yang memberikan aku semangat serta dorongan moril Mika Ustadzi, thank you so much & you are the best my friends Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Semarang, 28 Februari 2012. MASRUROH NIM. 082111082. xi.

(12) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i. HALAMAN MOTTO .................................................................................... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii. DEKLARASI .................................................................................................. iv. ABSTRAK .. .................................................................................................. v. KATA PENGANTAR ................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................. viii BAB I :. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... .. 1 B. Permasalahan…. ..................................................................... .. 11 C. Tujuan Penulisan .................................................................... .. 12 D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 13 E. Telaah Pustaka ……………………………………………….. 13 F. Metode Penelitian ................................................................... .. 15 G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... .. 20. BAB II :. TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB A. Pengertian dan Diskursus Hisab dalam Sumber Hukum Islam.. 22 B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hisab……...……………………... 32 C. Pendapat Ulama Tentang Hisab …… .................................... … 40 D. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah……………………...46. xii.

(13) BAB III : HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DALAM KITAB MUNTAHA NATAIJ AL-AQWAL A. Sosio Biografi KH. Muhammad Hasan Asy’ari ………………. 62 B. Gambaran Umum Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal 1.. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal ………………………………. … 66. 2.. Corak dan Proses Perhitungan Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal…………………………… 70. 3.. Batasan Hilal terlihat dan Mathla’………………………… 81. C. Akurasi Hasil Perhitungan Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal ………………………………………….. 84 BAB IV : ANALISIS HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT KH.. MUHAMMAD. HASAN. ASY’ARI. DALAM. KITAB. MUNTAHA NATAIJ AL-AQWAL A. Analisis Metode Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal …………………………………….. 87 B. Verifikasi Hasil Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal…………………………………….. 112 C. Kelebihan dan Kekurangan Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal ……………………………… 118 BAB V :. PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... …124 B. Saran-saran ............................................................................. …126 C. Penutup................................................................................... …128. DAFATAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP. xiii.

(14) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan, dalam dunia Islam kita mengenal tahun Hijriah yaitu tahun yang ada setelah Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah. Tahun Hijriah terdiri atas 12 bulan, dan dari bulan-bulan itu ada tiga bulan yang berkaitan dengan ibadah yakni Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah dan secara keseluruhan dimanifestasikan dalam bentuk almanak atau penanggalan. Kalender Indonesia terdiri atas tahun Masehi (Syamsiah)1 dengan jumlah 365 hari untuk tahun basitah dan 366 untuk tahun kabisat2, sedangkan tahun Hijriah (Kamariah)3 dengan jumlah 354 hari untuk tahun basitah dan 355 untuk tahun kabisat.4 Dengan demikian perhitungan tahun Hijriah akan lebih cepat 10 sampai 11 hari dalam setiap tahun jika dibandingkan dengan tahun Masehi. Ada juga tahun Saka, tahun Saka ini awalnya berdasarkan solar (pergerakan Matahari) yang diciptakan oleh Aji Saka,5 kemudian setelah Islam datang terjadilah interelasi antara Islam dan kebudayaan Jawa dalam beberapa 1. Dinamakan tahun Syamsiah, karena perhitunganya didasarkan pada peredaran Matahari. Lihat Slamet Hambali, Alamanak Sepanjang Masa, 2010, hlm.17, td. 2 Tahun Basitah disebut juga tahun pendek, dan tahun kabisat disebut juga tahun panjang. Untuk mengetahui tahun kabisat dan basitah dalam tahun Masehi yaitu dengan cara tahun dibagi 4 secara umumnya dan hasilnya adalah 0 (dinamakan tahun kabisat adalah tahun yang habis jika dibagi 4), sehingga umur bulan Februari 29 hari. 3 Dinamakan tahun Kamariah, karena perhitunganya didasarkan pada peredaran bulan. Lihat Slamet Hambali, op.cit, hlm. 31. 4 Untuk mengetahui basitah dan kabisat dalam tahun Hijriah yaitu angka tahun di bagi 30 jika sisanya ada 2,5,7,10,13,15,18,21,24,26,29 maka dinamakan tahun Kabisat, umur Dzulhijjah 30 hari. Lihat Salam Nawawi, Ilmu falak; Cara Praktis Menghitung Waktu Salat, Arah Kiblat, dan Awal Bulan, Sidoarjo: Aqoba, Cet.IV, Agustus 2009, hlm. 53. 5 M. Darori Amin (ed), Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000, Cet.I, hlm.10-11.. 1.

(15) 2. aspek salah satu diantaranya aspek penanggalan. Sehingga kalender Saka yang awal perhitungan berdasarkan pergerakan Matahari menjadi kalender yang dicangkok dari tahun Hijriah (lunar) dan perhitunganya adalah ‘urfi.6 Begitu juga dengan tahun Jawa, tahun kabisatnya terdiri dari 355 hari dengan menambahnya 1 hari pada bulan ke 12 (Besar) yang diadakan 3 kali dalam 8 tahun (Sewindu).7 Dalam satu tahun terdapat 12 bulan baik tahun Syamsiah, tahun Kamariah maupun tahun Jawa sebagaimana Firman Allah SWT:. ‫ﺕ‬  ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﻖ ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺧ ﹶﻠ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺏ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﺎ ﹺ‬‫ﻛﺘ‬ ‫ﻲ‬‫ﺍ ﻓ‬‫ﺮ‬‫ﺷﻬ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﺍﹾﺛﻨ‬ ‫ﺪ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻮ ﹺﺭ‬‫ﻬ‬‫ ﹶﺓ ﺍﻟﺸ‬‫ﻋﺪ‬ ‫ﹺﺇﻥﱠ‬ ∩⊂∉∪ ‫ﺮﻡ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻌﺔﹲ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻨﻬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺽ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺍﹾﻟﹶﺄ‬‫ﻭ‬ Artinya : "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu menciptakan langit dan Bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram …". ( al Taubah: 36).8 Pada tahun Syamsiah jumlah hari dalam satu bulan sifatnya konstan, yaitu 30 atau 31 hari setiap bulanya kecuali untuk bulan Februari, pada tahun basitah umur bulan terdiri atas 28 hari dan 29 hari untuk tahun kabisat. Sedangkan untuk tahun Kamariah tidak tetap, jumlah hari dalam tiap bulannya sama dengan satu sinodik,9 sehingga selama satu tahun jumlah hari dalam satu bulan akan bergantian antara 29 atau 30 hari, sehingga penentuannya memerlukan perhitungan yang jelas. 6. Slamet Hambali, op.cit, hlm. 51. Sehingga satu bulan rata rata jumlah harinya adalah 29,53125. lihat dalam Marsito, Kosmografi Ilmu Bintang Bintang, Jakarta: PT. Pembangunan, 1960, hlm. 75. 8 Departeman Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Karya Toha Putra, t.t, hlm. 153. 9 Sinodik atau dalam istilah falak Ijtimak adalah durasi yang dibutuhkan oleh bulan berada dalam suatu fase bulan baru ke fase bulan baru berikutnya. Adapun waktu yang dibutuhkan adalah 29,530588 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Lihat dalam Susiknan Azhari Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005, hlm. 29. 7.

(16) 3. Penentuan awal bulan kamariah yang terkait masalah ibadah sering terjadi permasalahan karena adanya perbedaan interpretasi. Secara fikih terdapat dua mazhab besar untuk penentuan awal bulan kamariah yaitu: 1. Mazhab Hisab Mazhab ini menyatakan bahwa dalam penentuan awal bulan kamariah dengan cara menghitung dengan tujuan untuk memperkirakan kapan awal suatu bulan kamariah, terutama yang berkaitan dengan waktu ibadah dan pola perhitunganya pun beragam.10 Mazhab hisab melandaskan pada firman Allah SWT :. yŠy‰tã (#θßϑn=÷ètFÏ9 tΑΗ$oΨtΒ νu‘£‰s%uρ #Y‘θçΡ tyϑs)ø9$#uρ [!$u‹ÅÊ š[ôϑ¤±9$# Ÿ≅yèy_ “Ï%©!$# uθèδ tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ï9 ÏM≈tƒFψ$# ã≅Å_Áxム4 Èd,ysø9$$Î/ āωÎ) šÏ9≡sŒ ª!$# t,n=y{ $tΒ 4 z>$|¡Åsø9$#uρ tÏΖÅb¡9$# ∩∈∪ Artinya : ”Dialah yang menjadikan Matahari bersinar, Bulan bersinar dan ditetapkannya manzilah manzilah bagi perjalanan Bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan diperhitungkan, Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S Yunus: 5).11 2. Mazhab Rukyat Mazhab rukyat ini menyatakan pengamatan terhadap hilal sebagaimana sunnah Nabi, rukyat dilakukan dengan mata telanjang.12 Mazhab ini berdasarkan hadis Nabi Muhammmad SAW yang berbunyi:. 10. Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyah, Jakarta: Gema Insani Press, 1996,. 11. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 306. Farid Ruskanda, op.cit, hlm. 41.. hlm. 29. 12.

(17) 4. ‫ﻟﻬﹶﻠﺎ ﹶﻝ‬‫ﻢ ﹾﺍ‬ ‫ﺳﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻰ ﺍ‬ ‫ﺻﻠ‬  ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻪ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻰ ﺍ‬ ‫ﺿ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺮﻳﺮ ﹶﺓ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻋﻦ ﹶﺍﹺﺑﻰ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺛ‬‫ﺪﻭﺍ ﹶﺛﹶﻠﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻰ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﹾﻥ ﹸﻏ‬‫ﺮﻭﺍ ﹶﻓ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﻩ ﹶﻓﺎ ﹾﻓ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺍ‬ ‫ﺍ ﹶﺫﺍ‬‫ﻭ‬ ‫ﻣﻮﺍ‬ ‫ﺼﻮ‬  ‫ﻩ ﹶﻓ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺍ‬ ‫ﺍ ﹶﺫﺍ‬ ‫ﹶﻓ ﹶﻘﺎ ﹶﻝ‬ (١٣‫)ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬ Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a berkata, nabi menjelaskan tentang hilal, kemudian ia bersabda: ”jika kalian melihatnya maka berpuasalah dan jika kamu melihatnya (lagi) maka berbukalah. Jika kalian di tutupi mendung maka hitunglah (bulan Sya’ban) 30 hari” (H.R Muslim). Hisab artinya perhitungan tanggal-tanggal berdasarkan kaidah yang telah ditetapkan ahli falak, sehingga bisa tersusun sebuah kelender dalam satu tahun. Sedangkan rukyat artinya mata atau (menggunakan) teropong untuk melihat bulan sabit, keduanya sama-sama digunakan dalam menentukan jatuhnya tanggal. Misalnya, jika dengan menggunakan rukyat tanggal 1 Ramadhan belum bisa ditentukan, maka ada cara lain yaitu menggunakan hisab.14 Permasalahan penetapan awal bulan kamariah memang menjadi problem yang urgen bagi umat Islam khususnya di Indonesia, dan tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini tergantung dengan keyakinan dan bisa juga adanya permainan politik masing-masing golongan, sehingga peranan pemerintah dalam itsbat belum bisa dijadikan pegangan sepenuhnya untuk penyatuan dalam penentuan awal bulan kamariah. Penyebab perbedaan penentuan awal bulan kamariah yang terkait dengan ibadah tidak hanya akibat perbedaan sistem yang digunakan diantara 13. Abu Husain Muslim bin al Hajjaj, Al-Jami’u al-Shahih, Jilid 3, Beirut: Darl al Fikr, t.t, hlm.124 – 125. 14 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di tengan Perbedaan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.I, 2007, hlm. 123..

(18) 5. dua mazhab. Di sisi lain karena masing-masing mazhab menggunakan metode yang berbeda-beda, yakni perbedaan intern mazhab atau bahkan perbedaan kriteria penetapan awal bulan. Dalam metode hisab terdapat beberapa konsep yang beragam, ada konsep yang hanya menambahkan atau mengurangi, membagi dan mengalikan data-data dari tabel, juga konsep yang menggunakan ilmu segitiga bola (spherical trigonometri).15 Begitu juga dengan golongan rukyat, sehingga hal ini yang mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam penetapan awal bulan kamariah. Beragam kitab ilmu falak di Indonesia menggambarkan bahwa banyak sekali metode hisab yang ditawarkan oleh ahli falak, dengan keanekaragaman metode dan sistem perhitungan maka kemudian terdapat klasifikasi. berdasarkan. tingkat. akurasi. yang. disesuaikan. dengan. berkembangnya ilmu pengetahuan yang mengimbangi berkembangnya zaman, mulai dari hisab ‘urfi (isthilahi), hisab haqiqi bi al-taqrib, hisab haqiqi bi altahqiq, dan hisab kontemporer.16 Hal ini telah dirumuskan oleh pemerintah/ Departement Agama Republik Indonesia (Depag RI) pada forum Seminar Sehari Ilmu Falak pada tanggal 27 April 1992 di Tugu Bogor Jawa Barat.17 Hisab ‘urfi merupakan hisab yang dilakukan dengan cara melakukan perhitungan rata-rata waktu yang diperlukan oleh Bulan untuk mengorbit Bumi. Hisab ini juga mempunyai tingkat akurasi yang sangat rendah karena. 15. Ibid, hlm. 30. Ahmad Izzuddin, Fikih Hisab dan Rukyat, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007, hlm.14. 17 Ibid, hlm. 27. 16.

(19) 6. dalam perhitunganya hanya cukup mengasumsikan jumlah hari dalam satu bulan secara konvensional yaitu 29 atau 30 hari secara bergantian. Hisab haqiqi yaitu hisab yang didasarkan pada peredaran Bulan yang sebenarnya, hisab ini juga dibagi menjadi tiga macam dengan tingkat akurasi yang berbeda-beda. Diantaranya hisab haqiqi bi al-taqrib, yaitu perhitungan tingkat akurasi rendah, perhitungan hisab ini juga belum memberikan informasi tentang azimuth Matahari dan Bulan.18 Berbeda dengan hisab haqiqi bi al-tahqiq, hisab dengan tingkat akurasi sedang, dalam perhitunganya sudah menggunakan rumus segitiga bola (trigonometri).. Sehingga. untuk. mempermudah. perhitungan. dapat. menggunakan kalkulator dan juga komputer. Yang termasuk kategori hisab haqiqi bi al- tahqiq seperti kitab al-Mathla’ al-Sa’id fi Hisab al-Kawakib ala Rushd al-Jadid, Manahij al-Hamidiyah, Nur al-Anwar, al-Khulashah alWafiyah, Badi’ah al-Mitsal, Muntaha Nataij al-Aqwal, Ittifaqi Dzati al-Bain. Untuk hisab kontemporer (tingkat akurasi tinggi) pada dasarnya hampir sama dengan hisab haqiqi bi al-tahqiq, hanya saja koreksinya lebih teliti dan rumusnya juga lebih sederhana. Kategori hisab ini adalah Ephemeris, New Comb, Almanac Nautica, dan Jean Meus. Dari masing-masing metode di atas, tentunya akan ada banyak perbedaan baik dalam pengambilan data, rumus perhitungan, sistematika perhitungan ataupun kriteria dalam penentuanya. Sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan hasil perhitungan, dan dari hasil perbedaan ini akan 18. 225-226.. Moh.Murtadho, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, Cet.II, 2008, hlm..

(20) 7. menjadi pengaruh jika secara ephemeris posisi hilal berdekatan dengan horizon (ufuk). Hal ini dikarenakan akan berpengaruh pada penentuan posisi ketinggian hilal yang kemudian menghasilkan penetapan kapan jatuhnya awal dan akhir bulan. Diantara perbedaan di atas dapat dilihat dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal, kitab ini disusun oleh KH. Muhammad Hasan Asy’ari. Pada tahun 1324 H/1906 M Abu Bakar bin Hasan meminta kepada KH. Muhammad Hasan Asy’ari untuk membuat metode praktis dalam penentuan awal bulan kamariah. Berawal ketika KH. Muhammad Hasan Asy’ari belajar di Makkah bersama KH. Yusuf Abdullah yang kemudian di Kairo untuk belajar falak di sana, dan ketika kembali ke Indonesia ia membawa pulang zij (jadwal) alMathla’ al-Sa’id.19 Sehingga dengan ia mengetahui kaidah-kaidah falak dengan metode yang lebih mudah maka ditulislah sebuah karya dan dibukukan dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal untuk membantu mencari penanggalan. Pada tahun 1336 H/ 1915 M KH. Muhammad Hasan Asy’ari menambahi beberapa istilah dan tabel untuk menambah lebih jelas amtsilahamtsilah dan supaya tidak menjadikan sebab perbedaan antara teori dan praktek. Kitab Muhtaha Nataij al-Aqwal terdiri atas muqaddimah, enam belas pembahasan, dan penutup. Pada muqaddimah ada dua pembahasan pokok yaitu tentang mukuts dan penentuan hari. Penentuan hari dalam kitab tersebut ada keterangan yang jelas, yaitu hari bisa jadi tepat, bisa jatuh pada satu hari 19. Hasil wawancara dengan Aqil Fikri di Nganjuk (Dosen UIN Maliki Malang dan Anggota LFNU Jawa Timur), pada 25 September 2011, pukul 09:30-11:00 WIB..

(21) 8. sebelumnya atau juga satu hari pada bulan sesudahnya. Hal ini disebabkan karena wujud al-hilal terkadang mendahului hisab isthilahi, terkadang tepat, dan terkadang lebih akhir. Sedangkan untuk rukyat al-hilal terkadang tepat dan terkadang lebih akhir, dan dalam penutupan terdapat keterangan tentang mathla’.20 Ada beberapa keterangan yang penting dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal. terkait. hisab. awal. bulan. kamariah. diantaranya:. “bahwa. diperbolehkanya menggunakan hisab dengan syarat hisab hilali yakni memperhitungkan keberadaan Bulan bukan dengan hisab isthilahi atau ‘urfi/ hurf seperti “aboge”. Keterangan selanjutnya terkait masalah mathla’, jika perbedaan gurub 8° (32 menit) atau kurang dari 8° maka mathla’nya sama, jika tidak sama maka tidak sama pula mathla’nya sebagaimana pendapat Imam Abdullah bin Umar dan Ibnu Hajar.21 Beberapa hal yang menarik dari kitab Muntaha Nataij al-Aqwal yaitu terdapat perbedaan dalam penentuan tahun kabisat dan tahun basitah yang secara umum cukup menghitung tahun tam dibagi 30, kemudian hasilnya disesuaikan dengan angka (2, 5 ,7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, 29)22. Berbeda dengan perhitungan yang terdapat dalam kitab tersebut, dalam kitab ini dijelaskan bahwa cara untuk mengetahui tahun kabisat dan basitah yaitu tahun 20. Muhammad Hasan Asy’ari, Muntaha Nataij al-Aqwal, Pasuruan: LFNU, 2006, hlm. 2. Ibid, lihat bagian penutup. 22 Angka ini didapatkan dari bahwa ijtimak atau bulan sinodis,: 29h 12j 44m 2d,8 , satuan masa Hijriah 30 tahun yang terdiri 11 tahun kabisat dan 19 tahun basitah, angka 11 ini didapatkan dari bilangan 44 menit 2,8 detik dikalikan 12, kemudian dikalikan 30 (untuk 30 tahun), terjumlah 264 jam 16 menit 48 detik. 264 jam = 11 hari. Untuk angka 2,5,7.. sebagaimana yang terdapat pada sebuah syair, atau jumlah bulan sinodis dibulatkan menjadi 29h 12j, untuk sisa perbulan 44m 2d,8, maka satu tahun: 8j 48m 2d,8, sehingga tahun kabisat 355, karena hasil pembulatan waktu yang melebihi 0.5 hari atau 12 jam, lihat Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, hlm. 39-40. 21.

(22) 9. tam dikalikan 10631, kemudian ditambah 15 dan dibagi 30. Jika hasilnya tidak terdapat sisa (0-10) maka tahun tam adalah tahun kabisat, jika tahun tam menunjukkan tahun basitah maka untuk mengetahui tahun yang berjalan sisa sebelumnya ditambah 11, dan langkah berikutnya yaitu menambahkan angka 1 baik kabisat ataupun basitah. Kitab ini juga tidak menghitung konversi, dan untuk perhitungan harinya menyatu dengan perhitungan tahun kabisat dan basitah yang didapatkan dari hasil sisa akhir dibagi menjadi 7 dan berawal pada hari Kamis.23 Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal tidak memperhitungkan ijtimak, akan tetapi ada dari murid KH. Muhammad Hasan Asy’ari yang menambahkan perhitungan ijtimak dengan mengambil data dari kitab yang setara yakni metode haqiqi bi al-tahqiq seperti Mathla’ al-Sa’id. Disisi lain yang membedakan kitab Muntaha Nataij al-Aqwal dengan kitab lainya adalah dalam pengerjaan kitab tersebut terdapat istilah dhamimah untuk koreksi data Bulan, data Bulan dikoreksi setiap 100 tahun, dan koreksi ini tidak ada di kitab-kitab hisab yang lain. Karena konsep dari kitab ini juga tidak mencari data di akhir bulan saja, maka tentunya untuk mengetahui data di akhir bulan harus diketahui terlebih dahulu umur bulan sebelumnya, namun untuk mengetahuinya tidak harus melalui metode taqribi. Dengan demikian dalam perhitungan praktisnya tidak diawali dengan perhitungan taqribi, yakni langsung menggunakan hisab haqiqi bi al-tahqiq.24. 23. Muhammad Hasan Asy’ari, loc.cit. Hasil wawancara dengan Ahmad Tolhah Ma’ruf (Pengurus LFNU Pasuruan dan Pengasuh Ponpes Sidogiri) pada 21 September 2011 melaului via Telephone. 24.

(23) 10. Secara historis dapat diketahui bahwa kitab Muntaha Nataij alAqwal merupakan kitab falak pertama di Indonesia dengan menggunakan metode tersebut (yang sekarang dikenal dengan metode haqiqi bi al-tahqiq),25 hanya saja keberadaanya tidak lebih dikenal dan metode perhitungan dalam kitab tersebut tidak dikembangkan.26 Hal ini disebabkan keadaan masyarakat yang lemah akan pengetahuan ilmu falak, sehingga ulama Jawa Timur menekankan untuk mempelajari kitab Sullam al-Nayyirain yang metodenya lebih mudah. Di sisi lain pada masa itu belum ada penklasifikasian tingkat akurasi metode hisab, sehingga ulama Jawa Timur menjadikan kitab Sullam al-Nayyirain sebagai acuan perhitungan awal bulan kamariah di Indonesia khususnya Jawa Timur.27 Di era modern, kitab Muntaha Nataij al-Aqwal tidak digunakan oleh Departemen Agama Republik Indonesia sebagai pertimbangan awal bulan kamariah, dan kitab ini hanya dijadikan pertimbangan oleh LFNU Jawa Timur khususnya Pasuruan. Berbeda dengan kitab-kitab awal bulan yang disusun oleh murid KH. Muhammad Hasan Asy’ari seperti kitab Fath Ra’uf alMannan dan juga kitab Badi’ah al-Mitsal yang masih dijadikan pertimbangan dalam penetapan awal bulan kamariah.28. 25. Ibid, dan juga hasil wawancara dengan Aqil Fikri sebagaimana yang dipahami pada kata pengantar dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal. 26 Hasil wawancara dengan Aqil Fikri Nganjuk (Dosen UIN Maliki Malang dan Anggota LFNU Jawa Timur) di Nganjuk pada 25 September 2011, pukul 09:30-11:00 WIB. 27 Ibid. 28 Hasil wawancara dengan KH.Ade Rahman Syakur Pengasuh Pondok Sabilul Muttaqin Pasuruan sekaligus Ketua Syuriah PCNU Pasuruan, di Ponpes Sabilul Muttaqin Karanganyar Pasuruan pada Jum’at 26 Desember 2012, pukul 09.00-10.30 WIB..

(24) 11. Tingkat keakurasian kitab Muntaha Nataij al-Aqwal lebih rendah dibanding dengan hisab kontemporer karena metode haqiqi bi al-tahqiq masih dibawah hisab kontemporer. Rumus dalam kitab tersebut juga lebih kompleks (jlimet) dibanding dengan hisab kontemporer dan koreksi yang digunakan sistem kontemporer lebih banyak dari koreksi yang terdapat dalam kitab tersebut, menurut ahli falak bahwa hasil dari kitab tersebut sejajar dengan kitab haqiqi bi al-tahqiq seperti kitab Khulashah al-Wafiyah, Badi’ah alMitsal, Nur al-Anwar, dan lain sebagainya. Berangkat dari latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk menkaji kitab tersebut dalam rangka untuk mengetahui pola perhitungan, sejauh mana tingkat keakurasianya, kelebihan dan kekuranganya.. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikemukakan pokok-pokok permasalahan yang hendak dibahas dalam skripsi ini. Diantara rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1.. Bagaimana metode hisab penentuan awal bulan kamariah menurut KH. Muhammad Hasan Asy’ari yang terdapat dalam kitab Muntaha Nataij alAqwal ?. 2.. Bagaimana verifikasi hasil perhitungan berdasarkan metode hisab yang tertera dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal sebagai penentuan awal bulan kamariah ?.

(25) 12. 3.. Bagaimana kelebihan dan kekurangan hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal kaitanya dengan perkembangan Ilmu Falak di Era Modern ?. C. Tujuan Penulisan Setiap penulisan tentunya mempunyai tujuan, terkait dengan perumusan masalah sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Maka tujuan dari penulisan ini antara lain: 1.. Untuk mengetahui metode hisab penentuan awal bulan kamariah menurut KH. Muhammad Hasan Asy’ari yang terdapat dalam kitab Muntaha Nataiju al-Aqwal. 2.. Untuk membuktikan sejauh mana tingkat akurasi hasil metode hisab yang ditawarkan dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal sebagai salah satu cara penentuan awal bulan kamariah. 3.. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan perhitungan awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal kaitanya dengan perkembangan Ilmu Falak di Era Modern.. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat diantaranya: 1.. Memperkaya dan menambah khasanah keilmuan yang ada di Indonesia tentang metode hisab sebagai salah satu penentuan awal bulan kamariah dengan sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq.

(26) 13. 2.. Memberikan kejelasan akan metode hisab penentuan awal bulan kamariah berdasarkan tingkat akurasi. 3.. Menambah wawasan dan mengenalkan pola metode perhitungan dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal sebagai penentuan awal bulan kamariah.. E. Telaah Pustaka Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, belum ditemukan secara khusus dan mendetail yang membahas tentang hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal, akan tetapi, terdapat banyak penkajian masalah hisab rukyat di Indonesia mulai dari artikel, makalah, karya ilmiah sarjana ataupun buku-buku yang dikodifikasi. Hal ini dikarenakan masalah hisab rukyat khususnya terkait penentuan awal bulan kamariah menjadi masalah yang sangat urgen. Telaah pustaka yang penulis lakukan sebagai bentuk upaya mendapatkan gambaran tentang hubungan pembahasan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu, maka penulis mencantumkan beberapa tulisan yang berhubungan dengan metode hisab penentuan awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal serta yang terkait dengan masalah hisab rukyat. Makalah hisab awal bulan hijriah metode “Muntaha Nataij alAqwal” oleh: Ahmad Tholhah Ma’ruf disampaikan dalam “Pelatihan Hisab” yang dilaksanakan di Ponpes Raudlotul Ulum Besuk Kejayang Pasuruan..

(27) 14. Makalah ini berisikan tentang gambaran umum istilah-istilah ilmu falak dan juga proses perhitungan awal bulan kamariah yang terdapat dalam kitab tersebut. Adapun terkait dengan pola perhitungan yang sama tingkat keakurasianya, maka dalam hal ini penulis mencantumkan beberapa karya para sarjana diantaranya skripsi Ahmad Syifa’ul Anam Studi tentang Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Khulashah al-Wafiyah dengan Metode Haqiqi Bi al-Tahqiq yang menguraikan bagaimana hisab awal bulan dengan metode kitab Khulashah al-wafiyah, eksistensi dan akurasi perhitungan yang terdapat dalam kitab tersebut.29 Studi Analisis Metode Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Sair al-Kamar karya ilmiah yang disusun Arrikah Imeldawati, yang isinya menggambarkan tentang metode penentuan awal bulan kamariah dan mengategorikan perhitungan tersebut berdasarkan tingkat akurasinya.30 Studi Analisis Pemikiran Hisab KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam Kitab Ittifaq Dzat al-Bain, karya ilmiah ini ditulis oleh Syaiful Mujab yang menerangkan metode dan sejarah pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam kitab Ittifaqi Dzat al-Bain. Sama halnya dengan kitab Khulashah al-wafiyah yang juga dijadikan pertimbangan oleh Depag RI dalam penentuan awal bulan kamariah.. 29. A.Syifaul Anam, “Studi tentang Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Khulashah al-wafiyah dengan Metode Hakiki bi Tahqiq”, skripsi Sarjana fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2001, td. 30 Arrikah Imeldawati, “Studi Analisis Metode Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Sair Al-Kamar”, skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2010, td..

(28) 15. Adapun istilah-istilah falak penulis menulusuri dan mengambil dari Kamus Ilmu Falak Kamus Ilmu Falak karya Muhyidin Khazin31, serta karya Susiknan Azhari Ensiklopedi Hisab Rukyat.32 Dari kajian pustaka tersebut menurut hemat penulis belum terdapat tulisan yang membahas secara eksplisit, spesifikasi akan pemikiran Ahmad Hasan Asy’ari tentang hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal.. F. Metode Penelitian Penelitian ini mendeskripsikan metode dan diskursus hisab penentuan awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal. Hal ini karena dalam penentuanya mempunyai perbedaan dengan hisab yang ada di dalam kitab- kitab tahqiqi lain. Adapun metode penulisan meliputi jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data. 1. Jenis Penelitian Penelitian. ini. termasuk. penelitian. kualitatif,. karena. tidak. menggunakan eksperimen dan langsung ke sumber data.33 Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif alami yaitu mendeskripsikan secara sistematis dengan menjelaskan biografi, metode, faktor-faktor dan karakter kitab tersebut.. 31. Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. 33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, Cet. X, 2010, hlm.13. 32.

(29) 16. 2. Sumber Data Teknik penulisan menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research).34 Yakni penulis melakukan analisis terhadap teks-teks yang berkaitan dengan permasalahan ini, oleh karena itu sumber data banyak diambil dari buku-buku rujukan, dan penelitian yang terkait dengan itu. Sumber data yang dimaksudkan meliputi: (1) Sumber data primer, data primer ini merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber data yang dikumpulkan dan juga berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.35 Dalam hal ini, data utama dalam penelitian ini. yaitu. kitab Muntaha Nataij al-Aqwal. Data tersebut digunakan. sebagai sumber utama dalam penulisan skrispsi ini. Jadi objek penelitian berupa teks lama yang sudah dibukukan yaitu kitab Muntaha Nataij alAqwal berisikan pedoman hisab awal bulan kamariah (2) Data Sekunder, sebagai pendukung36 dalam penulisan skripsi, data tersebut diperoleh dari buku-buku yang terkait masalah hisab rukyat tentunya, seperti buku-buku yang menjelaskan tentang awal bulan kamariah, karya ilmiah para sarjana, hasil diskusi dan lain sebagainya. Data-data yang ada dijadikan tolak ukur untuk memahami dan membantu untuk menganalisis metode, kelebihan kekurangan dan verifikasi hasil. 34. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, ed.V I, hlm. 8. 35 Data primer yang dimaksud merupakan karya yang langsung dari tangan pertama yang terkait dengan tema penelitian ini. Lihat Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, Cet.V, hlm. 36. 36 Data sekunder merupakan data-data yang berasal dari orang ke-2 atau bukan data utama. Saifuddin Azwar, Ibid..

(30) 17. perhitungan awal bulan kamariah yang terdapat dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa: (1) Dokumentasi, yang digunakan untuk memperoleh gambaran dan keterangan akan metode penentuan awal bulan kamariah. Dilakukan dengan mengumpulkan beberapa data baik berupa dokumen, karya ilmiah, buku-buku tentang hisab awal bulan kamariah (2) Wawancara (interview) yaitu tanya jawab kepada ahli waris pengarang (Nyi Muzayanah) atau yang ahli tentang kitab Muntaha Nataij al-Aqwal (KH. Ade Rahman Syakur, Ahmad Tholha Ma’ruf, Hasan Ghalib, Aqil Fikri), kemudian terkait Astronomi (Thomas Djamaluddin). Hal ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang dan biografi intelektual KH. Ahmad Hasan Asy’ari. Teknik wawancara ini merupakan teknik pendukung yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan pasti terkait dengan biografi pengarang dan masalah hisab awal bulan kamariah yang ditawarkan KH. Ahmad Hasan Asy’ari dalam kitab Muntaha Nataij alAqwal. Juga untuk memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan awal bulan kamariah guna bertujuan untuk membantu analisis.

(31) 18. 4. Teknik Analisis Data Setelah data-data terkumpul, metode yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh tersebut adalah dengan berdasar jenis penelitian Kualitatif.37 Penulis menggunakan sifat pendekatan deskriptif analitis yaitu untuk menggambarkan bagaimana pola perhitungan yang ada dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal, sehingga analisis data yang digunakan adalah Content Analysis atau dikenal dengan analisis isi buku atau analisis dokumen yang diperlukan untuk menjelaskan kebenaran atau kesalahan dari suatu fakta atau pemikiran yang akan membuat sesuatu kepercayaan itu benar,38 juga untuk menjelaskan tentang gaya bahasa buku dan isi buku.39 Dalam hal ini yaitu bagaimana metode hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal yang digunakan KH. Muhammad Hasan Asy’ari?, sehingga diharapkan bisa menjadi salah satu pedoman dalam penentuan awal bulan kamariah dengan metode hisab. Untuk memperhatikan sisi-sisi dimana suatu analisis dikembangkan secara berimbang dengan melihat kelebihan dan kekurangan objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan tentang metode perhitungan sehingga setelah mengetahui paparan metode perhitungan tersebut dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan antara perhitungan 37. Analisis Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses dekuktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Lihat dalam Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. V, 2004, hlm. 5. 38 Ahmad Izzuddin, Fikih Hisab Rukyah, Jakarta: Erlangga, 2007, hlm.21, dan lihat Summadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, hlm.16-17. 39 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm.10..

(32) 19. awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal dengan kitabkitab tahqiqi lainya. Di sisi lain penulis juga menggunakan pendekatan verifikatif,40 yaitu dengan mengecek sejauh mana tingkat hasil hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal dengan menkomparasikan kitab yang setara seperti Khulashah al-Wafiyah, dan juga metode hisab kontemporer yaitu. ephemeris.. Sehingga. hasil. hisab. ini. diuji. dengan. cara. menkomparasikan hasil hisab yang setara dan yang lebih teliti tingkat akurasinya dengan mengetahui faktor penyebab perbedaan hasil perhitungan kitab tersebut. Analisis yang digunakan penulis yaitu analisis komparasi, yaitu membandingkan hasil metode hisab yang ada dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal dengan kitab Khulashah al-Wafiyah, dan ephemeris berdasarkan alasan karena penulis mengetahui ketiga pola perhitunganya, serta mengambil berdasarkan tingkat akurasi yang sama dan juga yang lebih akurat. Dari metode analisis ini, merupakan bentuk upaya untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari apa yang sudah dirumuskan.. 40. Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm.7..

(33) 20. G. Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan penelitian ini terdiri atas 5 bab, di mana dalam setiap bab terdapat sub-sub bab pembahasan, yaitu: Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi tinjauan umum tentang hisab yang terdiri atas pengertian dan diskursus hisab dalam sumber hukum Islam, sejarah perkembangan hisab, pendapat ulama fikih tentang hisab awal bulan Kamariah dan macam-macam metode dalam menentukan awal bulan kamariah. Bab ketiga gambaran tentang hisab awal bulan Kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal dengan memaparkan isi kitab Muntaha Nataij alAqwal yang meliputi; biografi intelektual KH. Muhammad Hasan Asy’ari, metode penentuan serta corak dan proses perhitungan yang digunakan dalam kitab tersebut, dan juga akurasi dari hasil perhitungan berdasarkan rumus yang ada dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal. Bab keempat berisi Analisis tentang hisab awal bulan Kamariah dalam Kitab Muntaha Nataij al-Aqwal, bab ini merupakan inti pembahasan yakni analisis tentang hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij Al-Aqwal yang meliputi analisis terhadap metode hisab awal bulan kamariah dalam kitab Muntaha Nataij al-Aqwal, verifikasi hasil perhitungan, serta kelebihan dan kekurangan hisab awal bulan kamariah kitab Muntaha Nataij al-Aqwal dalam penenetuan awal bulan Kamariah.

(34) 21. Bab kelima merupakan sub terakhir yang terdiri atas penutup, kesimpulan dan saran-saran..

(35) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB AWAL BULAN KAMARIAH A. Pengertian dan Dasar Hukum Hisab 1. Pengertian Hisab Menurut bahasa hisab berasal dari kata  yang mengikuti wazan  dengan sighot mashdar ghoiru mim1 yang berarti perhitungan dan. termasuk tashrif isthilahi tsulatsi mazid yaitu mengikuti wazan ( '($%) -#$%&-#$  ‫) و‬, dalam kamus al-Munjid hisab secara bahasa yaitu2 ‫ة‬/$ (hitungan).3. Dalam al-Qur’an kata hisab banyak dijelaskan untuk menjelaskan hari perhitungan (yaum al-hisab). Kata hisab muncul 37 kali dalam al-Qur’an yang semuanya mempunyai arti perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti.4 Pengertian secara etimologi hisab secara umum dalam al-Qur’an mempunyai beberapa arti, diantaranya : a. Perhitungan. ‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺎ ﹺﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺭﺩ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻮﺍ ﹺﺑﹶﺄ‬‫ﺤﻴ‬  ‫ﺔ ﹶﻓ‬ ‫ﻴ‬‫ﺤ‬  ‫ﺘ‬‫ﻢ ﹺﺑ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺣﻴ‬ ‫ﻭﹺﺇﺫﹶﺍ‬ ∩∇∉∪‫ﺎ‬‫ﺣﺴِﻴﺒ‬  1. Sighot Mashdar Ghoiru Mim, termasuk bentuk kata yang dalam ilmu shorof ada beberapa sighot. Pada bab Tsulatsi Mujarrad ada 11 sighot yaitu fi’il madhi, fi’il mudhori’, masdhar mim dan masdhar ghoiru mim, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amr, fi’il nahi, isim zaman, isim makan, dan isim alat dan fi’il tersebut jika wazan tsulatsi mujarrad maka mengikuti wazan bab IV (kasrotaani). Kata hisab mengikuti wazan fi’aalan yang berarti masdhar ghoiru mim karena kalimat kerja yang dibendakan dan tidak terdapat mim. Lihat Muhammad Ma’shum bin Ali, Amtsilah al-Tasyrifiyyah, t.t, hlm. 8-9, td. 2 Louis Ma’luf, al-Munjid, Beirut: Dar al-Masyriq, 1986, hlm. 490. 3 Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, hlm. 969. 4 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas PublicitaCenter For Islamic Studies, 2007, hlm. 120.. 22.

(36) 23. Artinya: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu”. (al-Nisa’: 87).5 b. Memeriksa. ∩∇∪. ‫ﺍ‬‫ﺴﲑ‬ ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺣﺴ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﺤ‬ ‫ﻑ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﹶﻓ‬. Artinya: “Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”. (al-Insyiqaq: 8).6 c. Pertanggungjawaban. ∩∉∪ ‫ﺘﻘﹸﻮﻥ‬‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ىﹶﻠ‬‫ﻛﺮ‬ ‫ﺫ ﹾ‬. ‫ﻦ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎﹺﺑﻬﹺ‬‫ﺣﺴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺘﻘﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﱠﻟﺬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬. Artinya: “Dan tidak ada Pertanggungjawaban sedikitpun atas orangorang yang bertakwa terhadap dosa mereka, akan tetapi kewajiban mereka ialah mengingatkan agar mereka bertakwa”. (al-An’am: 69).7 d. Batas zÏΒ |MÍh‹yϑø9$# ßl̍÷‚è?uρ ÏMÍh‹yϑø9$# š∅ÏΒ ¢‘y⇔ø9$# ßl̍÷‚è?uρ ( È≅øŠ©9$# ’Îû u‘$yγ¨Ψ9$# ßkÏ9θè?uρ Í‘$yγ¨Ψ9$# ’Îû Ÿ≅øŠ©9$# ßkÏ9θè?. ∩⊄∠∪ 5>$|¡Ïm ΎötóÎ/ â!$t±n@ tΒ ä−ã—ös?uρ ( Çc‘y⇔ø9$# Artinya: “Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam, engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engaku member rizki siapa yang Engkau hendaki tanpa hisab (batas)”. (al-Baqarah: 27).8 Hisab atau ilmu hisab oleh para ulama dan ilmuwan memberikan definisi yang berbeda-beda. Akan tetapi jika dilihat secara cermat masingmasing definisi yang dipaparkan para ulama atau ilmuwan pada dasarnya mengacu pada satu titik yang sama, hanya saja berbeda dalam pengolahan 5. Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, t.t, hlm. 73. 6 Ibid, hlm. 471. 7 Ibid, hlm.108. 8 Tono Saksono, lo.cit..

(37) 24. katanya. Sehingga seakan-akan terlihat berbeda antara satu dengan yang lain, padahal untuk penentuan objeknya mereka sama. Secara terminologi, hisab merupakan menghitung kalender bulan dengan kaidah astronomi.9 Moedji Raharto mendefinisikan bahwa ilmu hisab (hisab) dalam arti khusus adalah cara penentuan awal bulan Islam atau cara memprediksi fenomena alam lainya seperti terjadinya gerhana (Matahari dan Bulan) yang didasarkan pada perhitungan posisi, gerak Matahari dan Bulan.10. 2. Diskursus Hisab dalam Sumber Hukum Islam Munculnya mazhab hisab dalam penetapan awal bulan kamariah tidak akan terlepas dari munculnya perbedaan interpretasi terhadap dua sumber hukum agama Islam yaitu al-Qur’an dan hadis. Sumber-sumber hukum Islam (al-Qur’an, hadis) pada dasarnya mempunyai hubungan timbal balik, sebagai perbandingan kasar. Skema Aristoteles menurut analogi ini, al-Qur’an dan hadis adalah prinsip-prinsip materiil, qiyas merupakan hasil dari prinsip pertama, dan ijma’ adalah prinsip formalnya.11 Diantara dalil-dalil yang menerangkan tentang hisab ialah: A. Hisab Perspektif al-Qur’an Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam penetapan hukum, secara ekplisit tidak ada ayat yang menjelaskan secara gamblang tentang metode 9. Burhani, Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah Populer, Jombang: Lintas Media, t.t, hlm. 190. Moedji Raharto, “Astronomi Islam dalam Perspektif Astronomi Modern” dalam Moedji Raharto, (ed), Gerhana Kumpulan Tulisan Moedji Raharto, Lembang: Pendidikan dan Pelatihan Hisab Rukyat Negara-Negara MABIMS, 2000, hlm. 107. 11 Fazlur Rahman, Islam, Bandung: Pustaka, Cet.II, 1994, hlm. 92. 10.

(38) 25. hisab sebagai penentu awal bulan kamariah, akan tetapi ada cukup banyak ayat-ayat yang merujuk tentang perhitungan yang didasarkan kekuasaan Allah yaitu peredaran benda-benda langit. Diantara firman Allah yang secara teks menunjukkan adanya hisab yaitu: a. Firman Allah SWT dalam surat Yunus: 5, sebagaimana berikut:. ‫ﲔ‬  ‫ﺴﹺﻨ‬  ‫ﺩ ﺍﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﻟ‬ ‫ﺎ ﹺﺯ ﹶﻝ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮﺭ‬‫ﺮ ﻧ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ﺎ ًﺀ ﻭ‬‫ﺿﻴ‬  ‫ﺲ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﻌ ﹶﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻱ‬‫ ﺍﱠﻟﺬ‬‫ﻫﻮ‬ ∩∈∪‫ﻮﻥ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ ﹴﻡ‬ ‫ﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺎ‬‫ﺍﻟﹾﺂﻳ‬. ‫ﺼ ﹸﻞ‬  ‫ﻳ ﹶﻔ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻚ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬  ‫ﻟ‬‫ﻪ ﹶﺫ‬ ‫ﻖ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬4 ‫ﺏ‬  ‫ﺎ‬‫ﺤﺴ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬. Artinya:“Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilan-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan, Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan benar.Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S Yunus: 5).12 Lafal qaddaruhu. mana zila yakni tempat-tempat dalam. perjalananya mengitari Matahari, setiap malam ada tempatnya dari saat ke saat sehingga terlihat di Bumi ia selalu berbeda sesuai dengan posisinya dengan Matahari. Sehingga hal ini yang menjadikan bentuk Bulan berbedabeda dalam pandangan kita di Bumi. Dari sini pula dimungkinkan untuk menentukan bulan kamariah13 dan ayat ini pula yang dijadikan rujukan oleh mereka yang berpedoman dengan metode hisab (dijadikan munasabah) dengan hadis Rasulullah.14. 12 13. 20.. 14. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 306. M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol.VI, Jakarta: Lentera Hati, Cet.II, 2004, hlm.. Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.I, 2007, hlm. 72..

(39) 26. b. Firman Allah SWT dalam surat al-Rahman: 5, seperti berikut:. ∩∈∪ ‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴﺒ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺮ ﹺﺑ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ﺲ ﻭ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﺍﻟ‬ Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungannya.” (Q.S al-Rahman :5)15 Kata ‫ن‬U berasal dari kata ‫ ب‬yakni perhitungan. Penambahan huruf alif dan nun pada kata tersebut mengandung makna ketelitian dan kesempurnaan, dan lafal al-Syams wa al-Qamar (Matahari dan Bulan beredar).16 c. Firman Allah SWT dalam surat al-Isra’:12, seperti berikut: (#θäótGö;tGÏj9 ZοuŽÅÇö7ãΒ Í‘$pκ¨]9$# sπtƒ#u !$uΖù=yèy_uρ È≅ø‹©9$# sπtƒ#u !$tΡöθysyϑsù ( È÷tGtƒ#u u‘$pκ¨]9$#uρ Ÿ≅ø‹©9$# $uΖù=yèy_uρ WξŠÅÁø#s? çµ≈oΨù=¢Ásù &óx« ¨≅à2uρ 4 z>$|¡Ïtø:$#uρ tÏΖÅb¡9$# yŠy‰tã (#θßϑn=÷ètGÏ9uρ óΟä3În/§‘ ÏiΒ WξôÒsù. ∩⊇⊄∪ Artinya: ”Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.” (Q.S alIsra’: 12)17 Wa li ta’lamu. ‘adada al-sini na wa al-hisab, lafal tersebut. menjelaskan bahwa Allah menciptakan malam dan siang yang saling beriringan supaya manusia mengetahui bilangan tahun, perhitungan bulan dan hari.18. 15. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 885. M.Quraish Shihab, op.cit, hlm. 96. 17 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 85. 18 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Maji d al-Nu r, Juz 15, Semarang: Hayam Wuruk, Cet.II, 2000, hlm. 2308. 16.

(40) 27. d. Firman Allah SWT dalam surat al-An’am: 96, seperti berikut: Í“ƒÍ•yèø9$# ㍃ωø)s? y7Ï9≡sŒ 4 $ZΡ$t7ó¡ãm tyϑs)ø9$#uρ }§ôϑ¤±9$#uρ $YΖs3y™ Ÿ≅øŠ©9$# Ÿ≅yèy_uρ Çy$t6ô¹M}$# ß,Ï9$sù. ∩∉∪ ÉΟŠÎ=yèø9$# Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”(Q.S al-An’am: 96)19 Dalam tafsir ibnu Kastir, firman Allah: “Serta menjadikan Matahari dan Bulan dengan perhitungan”, ulama menyatakan bahwa keduanya berjalan menurut perhitungan yang sempurna, terukur, tidak berubah, dan tidak kacau. Masing-masing memiliki orbit yang dilaluinya pada musim hujan dan musim panas yang berimplikasi terhadap pergantian siang dan malam. Kata husba na terambil dari kata hisab, seperti ayat sebelumnya (al-Rahman: 5) penambahan huruf alif dan nun memberi arti kesempurnaan sehingga kata tersebut diartikan perhitungan yang sempurna dan teliti.20 Peredaran benda-benda langit yang sedemikian konsisten, teliti dan pasti sehingga tidak terjadi tabrakan antar planet-planet. Sebagian ulama memahami bahwa Allah menjadikan peredaran Matahari dan Bulan sebagai alat untuk malakukan perhitungan waktu, tahun, bulan, hari, bahkan menit dan detik,21 dan kedua pendapat tersebut sama-sama bisa diterima.. 19 20. 204.. 21. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 140. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. IV, Jakarta: Lentera Hati, cet.I, 2011, hlm. Ibid., hlm. 205..

(41) 28. Jadi, ayat-ayat di atas khususnya surat al-An’am ayat 96 secara kontekstual menjelaskan antara pendapat ulama satu dan yang lain tidak ada kerancuan, sebagaimana Bulan mengalami beberapa fase, pada paruh pertama Bulan berada pada posisi di antara Matahari dan Bumi, sehingga Bulan itu menyusut yang menandakan bahwa Bulan tersebut adalah Bulan sabit. Begitu pula apabila berada di arah berhadapan dengan Matahari, dimana jika Bumi berada di tengah maka akan tampak Bulan purnama. Kemudian purnama itu akan kembali mengecil sedikit demi sedikit sampai pada paruh kedua. Dengan demikian, sempurnalah satu bulan kamariah selama 29,5309 hari. Atas dasar itu manusia bisa menentukan penanggalan hari, waktu dan tahun (bulan kamariah).22 e. Hisab Perspektif Hadis Sunah atau hadis, dalam ‘ulum al-hadis kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan. Bahwa sunah itu segala ucapan dan perbuatan Nabi sesudah kenabian, sedangkan hadis yaitu segala ucapan dan perbuatan Nabi sebelum kenabian. Fazlur Rahman ulama pembaharu Islam, dia melakukan reaktivitasi bahwasanya hadis merupakan pengucapan dari sunah. Karena pada zaman Nabi itu hanya ada sunah.23 Pada dasarnya hadis yang terkait perintah puasa dan berbuka ketika melihat hilal, banyak sekali periwayatan dengan berbagai redaksi. Namun. 22 23. Ibid., hlm. 204. Hasil Diskusi dan lihat Fazlur Rahman, Islam, Bandung: Pustaka, Cet.II, 1994, hlm.92..

(42) 29. terdapat beberapa dalil yang dijadikan mazhab hisab sebagai pegangan diantaranya: a.. Hadis riwayat Bukhari. ‫ﻰ ﺍﷲ‬ ‫ﺻﻠ‬  ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺳﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻤﺎ ﹶﺍ ﱠﻥ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬ ً ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﺿ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺑ ﹺﻦ‬ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺪﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻓ ﹺﻊ‬‫ﻧﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮﻭﺍ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺗ ﹾﻔ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻼ ﹶﻝ‬ ‫ﳍ ﹶ‬ ‫ﺮﻭﺍ ﺍ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﱴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻣﻮﺍ‬ ‫ﺼﻮ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻀﺎ ﹶﻥ ﹶﻓ ﹶﻘﺎ ﹶﻝ ﹶﻻ‬  ‫ﺭﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﺳﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ٢٤ (‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‬‫ﺭﻭﺍﹶﻟﻪ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻢ ﹶﻓﺎ ﹾﻗ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹾﻥ ﹸﻏ‬‫ﻩ ﹶﻓ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﱴ‬  ‫ﺣ‬ Artinya: “Dari Nafi’ dari Abd’illah bin Umar bahwasanya Rasulullah saw menjelaskan bulan Ramadhan kemudian beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa ssampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuka sebelum melihatnya lagi, jika tertutup awan maka perkirakanlah.” (HR Bukhari). b. Hadis riwayat Muslim. ‫ﻢ‬ ‫ﺳﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻰ ﺍ‬ ‫ﺻﻠ‬  ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺳﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬:‫ﻤﺎ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﺿ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺑ ﹺﻦ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﱴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺮﻭﺍ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺗ ﹾﻔ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﱴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻣﻮﺍ‬ ‫ﺼﻮ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺮﻭ ﹶﻥ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻊ‬ُ ‫ﺴ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﺍ ﱠﳕﹶﺎ ﺍﻟ‬ ٢٥ (‫ﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﺭﻭﺍﹶﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ ﹸﻜﻢ ْﹶﻓﺎ ﹾﻗ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹾﻥ ﹸﻏ‬‫ﹶﻓ‬ Artinya: “Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat Bulan, dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan jika tertutup awal maka perkirakanlah.” (HR. Muslim). Dari hadis di atas, yang jadi permasalahanya yaitu pada lafal XY‫رو‬/[ , ada yang menyatakan bahwa maksud dari lafal tersebut berarti hisab atau menghitung, dan ada juga yang berpendapat menyempurnakan. hlm. 34. 481.. 24. Muhammad ibn Isma’il al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, Beirut: Dar al Fikr, t.t,. 25. Abu Husain Muslim bin al Hajjaj, Shahih Muslim, Jilid I, Beirut: Dar al Fikr, t.t, hlm..

(43) 30. tiga puluh hari. Menurut hemat penulis, perbedaan penafsiran hadis di atas disebabkan beberapa qarinah diantaranya: a. Hadis sanad Ibnu Umar ada redaksi yang lafal tersebut ditakhsis dengan lafal \]^ _^ b. Banyak. redaksi. hadis. yang. muqayyad. yakni. dengan. menyempurnakan 30 hari c. Khitob hadis Nabi yang menunjukkan bahwa bangsa Arab (Madinah) waktu itu masih ummy. Nabi mensifati ummy bukan berarti mereka tidak bisa berhitung, tidak bisa menulis, atau bahkan tidak tahu bilangan 30 atau 29 hari. Melainkan ketidaktahuan mereka yaitu pada sistem (cara hisab), atau menghitung berdasarkan peredaran benda-benda langit.26 d. Kemudian ‘‘illah dari dperintahkanya berpuasa dengan melihat rukyat Menurut Imam Maliki bahwa lafal XY‫رو‬/[ , qaul yang sahih menyatakan bahwa maksud dari lafal tersebut yaitu menyempurnakan tiga pulu hari, sedangkan qaul yang dha’if yaitu dengan menghitung (hisab) peredaran/posisi benda-benda langit.27 Menurut hemat penulis, secara bahasa bahwa lafal XY‫رو‬/[ pada hadis di atas masih membutuhkan penjelasan. Sehingga sangat wajar jika ada yang beranggapan bahwa ada dua maksud dari lafal tersebut yaitu dengan 26. menggenapkan. bulan. menjadi. tiga. pulu. hari. dengan. Imam Abi Zakariyah Yahya bin Syirof al-Nawawi al-Dyimasyaqi, Raudlah alTha labin, Beirut Libanon: Darul Kutub al-ilmiyyah, Jilid II, 676 H, hlm. 210-211. 27 Lihat Imam Malik, al-Muwatha’, Beirut: Darul Kitab al-Ilmiyyah, t.t, hlm.12..

(44) 31. menkomparasikan hadis-hadis yang lain atau bisa dengan menggunakan hisab berdasarkan peredaran benda-benda langit. Khitab awal dari maksud hadis di atas ditujukan kepada orang Arab khususnya masyarakat Madinah28, pada saat itu sedikit sekali pengetahuan orang Arab tentang peredaran benda-benda langit. Oleh karena itu Nabi memautkan hukum wajib puasa dengan rukyat untuk menghindari kesulitan dalam menghadapi hisab berdasarkan perjalanan benda langit (Matahari dan Bulan).29 Jadi secara tidak langsung bahwa keterangan ini merupakan ‘illah diperintahkanya rukyat. Akan tetapi menurut hemat penulis, hadis ini tetap berlaku pada masa-masa berikutnya, meskipun dengan banyaknya para pakar hisab. Karena pada zaman Rasulullah, juga ada beberapa sahabat yang pandai perhitungan. Akan tetapi dengan Nabi memberlakukan rukyat maka tidak memberatkan umatnya, dan rukyat pun juga bisa dilakukan oleh orangorang yang menguasai ilmu hisab atau orang-orang yang tidak mengetahui hisab. Penentuan awal bulan kamariah dengan metode hisab juga dianalogikan dengan hisab waktu salat, dimana dalam hadis tertera bahwa penentuan waktu salat berdasarkan gejala-gejala alam30 (tergelincir Matahari untuk waktu salat Zuhur, bayangan sama panjangnya untuk waktu 28. Hadis ini munculnya karena adanya dua kelompok yang berselisih dalam penentuan awal bulan, dan sebagai upaya Rasulullah untuk memahami masyarakat Madinah yang secara historis merupakan kota agraria dan subur berbeda dengan Makkah yang merpakan kota dagang dan pandai berhitung, lihat Susiknan Azhari, op.cit, hlm. 66-67. 29 M. Hasbi ash-Shiddieq, Mutiara Hadis 4 (Jenazah, Zakat, Puasa, ‘Itikaf dan Haji), Semarang: Rizki Putra, 2003, hlm. 203. 30 Farid Ruskanda, op.cit, hlm. 87..

(45) 32. Asar, terbenam Matahari untuk salat Magrib, hilangnya mega merah atau cahaya merah untuk salat Isya’, dan terbitnya fajar untuk salat subuh). Begitu juga dengan hisab, pada dasarnya data-data yang diperlukan didasarkan dari rukyat atau pengamatan benda-benda langit. Yang perlu dicermati kembali, bahwa hisab bukan termasuk produk hukum seperti wajib, haram dan lain sebagainya. Akan tetapi hisab hanya merupakan suatu objek (sarana seperti halnya rukyat) yang membutuhkan sebuah interpretasi terhadap dasar-dasar hukum untuk mengetahui bagaimana hukum penggunaannya; dan tujuan hakiki dari hadis di atas yaitu kewajiban untuk berpuasa. Maka logikanya sama dengan kesunahan bersiwak, bahwa tujuan siwak untuk membersihkan mulut sehingga mendatangkan keridlaan Allah, sedangkan sarana bersiwak dengan menggunakan siwak itu dianggap yang cocok dan mudah didapat di Jazirah Arab, sehingga untuk bersiwak tidak diharuskan menggunakan siwak tapi juga bisa menggunakan sarana yang lain. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa penentuan awal bulan kamariah dengan metode hisab juga mempunyai dalil-dalil yang cukup kuat.. B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hisab 1. Ilmu Hisab Pra Islam Pada abad ke- 28 SM embrio ilmu falak mulai tampak yang dicerminkan dalam penentuan waktu pada penyembahan berhala seperti di.

(46) 33. Mesir yang dilakukan untuk menyembah dewa Orisis, Isis dan Amon, serta di Babilonia dan Mesopotamia untuk menyembah dewa Astoroth dan Baal.31 Untuk pengetahuan tentang nama- nama hari dalam satu minggu baru ada pada 5000 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa As. Penamaan hari-hari tersebut didasarkan pada nama- nama benda langit yaitu Matahari untuk hari Ahad, Bulan untuk hari Senin, Mars untuk hari Selasa, Merkurius untuk hari Rabu, Yupiter untuk hari Kamis, Venus untuk hari Jum’at dan Saturnus untuk hari Sabtu.32 Satu tahun terdapat dua belas bulan, menurut perhitungan astronomi Bumi mengelilingi Matahari dalam waktu 365,2422 hari, yang jumlah itu diperkirakan 12 bulan. Tahun 45 SM, Julius Caesar menetapkan bahwa satu tahun terdapat 365,25 hari dan 0.25 hari setiap empat tahun dibulatkan menjadi tambahan satu hari pada bulan Februari. Sebelum masehi, perkembangan ilmu hisab dipengaruhi oleh teori geosentris33 Aristoteles. Kemudian teori tersebut dipertajam oleh Aristarchus dari Samos (310-230 SM) dengan hasil pengukuran jarak antara Bumi dan Matahari, dan Eratosthenes dari Mesir juga sudah dapat menghitung keliling Bumi.34 Pada tahun 140 M ilmu hisab berkembang ditandai dengan temuan Claudius ptolomeus berupa catatan tentang bintang–bintang yang diberi nama 31. Lihat Thantawy al jauhary, Tafsir al-Jawahir, Juz VI, Mesir: Mustafa al Babi al Halabi, 1346 H, hlm. 29. 32 Ibid, hlm. 18. 33 Teori geosentris adalah teori yang yang berasumsi bahwa bumi adalah sebagai pusat peredaran benda-benda langit. 34 Lihat Marsito, Kosmografi Ilmu Bintang-Bintang, Djakarta: Pembangunan, 1960, hlm. 8..

(47) 34. Tibril Magesthi dengan asumsi yang sama bahwa bentuk semesta alam adalah Geosentris.35 Adapun dengan keadaan di Jazirah Arab, bahwa sebelum datangnya Islam kalender yang digunakan berdasarkan Bulan-Matahari, dalam satu tahun lamanya 365.2422 (sama seperti kalender Matahari) dan untuk penentuan bulanya disesuaikan dengan periode fase Bulan (1 bulan= 29.5306 hari).36 Pada masa pra Islam kalender yang ada tidak memakai tahun Hijriah hanya ada penamaan bulan dan hari, nama-nama bulan disesuaiakan dengan musim dan keadaan tertentu seperti bulan Muharram, karena di bulan inilah seluruh suku di semenanjung Arab bersepakat mengharamkan peperangan, bulan Syawal puncak cuaca panas, kemudian untuk tahunya terdiri dari 12 bulan dan 13 bulan untuk tahun panjang yang didasarkan atas Bulan dan siklus musim.37 2. Ilmu Hisab Awal Islam Agama Islam datang pada zaman Nabi Muhammad SAW, datangnya Islam memberikan kontribusi besar kepada umat manusia karena meluasnya pengetahuan yang tercakup dalam apek kehidupan manusia. Setelah adanya Islam, orang-orang Arab mulai menetapkan metode ilmiah sehingga dari sinilah ilmu pengetahuan mulai maju dan berkembang.. 35. Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 43. Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fikih dan Hisab Penanggalan, Yogyakrta: LEBDA Press, 2010, hlm.33. 37 Ibid, hlm. 58-59. 36.

(48) 35. Pada awal Islam, ilmu hisab memang belum berkembang sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:. ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﻋﻤ‬ ‫ﻊ ﺍﺑ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ ﻋﻤﺮﹴﻭﺍﻧﻪ‬ ‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴ‬‫ﻦ ﻗﻴﺲ ﺣﺪ‬ ‫ﺩ ﺑ‬ ‫ﺛﻨﺎ ﺍﻷﺳﻮ‬‫ﻌﺒ ﹸﺔ ﺣﺪ‬‫ﺛﻨﺎ ﺷ‬‫ﻡ ﺣﺪ‬ ‫ﺛﻨﺎ ﺁﺩ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﺐ ﻭﻻ‬  ‫ﺘ‬‫ﻜ‬‫ﻴ ﹲﺔ ﻻ ﻧ‬‫ﻣ ﹲﺔ ﹸﺍﻣ‬ ‫ﺎ ﹸﺍ‬‫ ﺇﻧ‬: ‫ﻪ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻢ ﺍﻧ‬‫ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠ‬‫ﱯ ﺻ‬  ‫ﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋ ﹺﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺭﺿ‬ ٣٨. .‫ﻦ‬  ‫ﻴ‬‫ﺛ‬‫ﻼ‬ ‫ﺮ ﹰﺓ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﻦ ﻭﻣ‬ ‫ﺸﺮﻳ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻌ ﹶﺔ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﺮ ﹰﺓ‬ ‫ ﻳﻌﲏ ﻣ‬.‫ﺮ ﻫﻜﺬﺍ ﻭﻫﻜﺬﺍ‬ ‫ﺍﻟﺸﻬ‬,‫ﺐ‬  ‫ﺴ‬  ‫ﺤ‬‫ﻧ‬. Artinya: ”Bercerita kepadaku Adam, bercerita kepadaku Syu’bah, bercerita kepadaku Aswad bin Qais, bercerita kepadaku Said bin Amr, dan mendengar ibnu Amr (semoga Allah meridhai keduanya) dari Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya kami adalah umat yang ummy (tidak membaca dan menulis), kami tidak menulis dan menghitung, bulan itu seperti ini dan ini, yakni terkadang 29 hari dan terkadang pula 30 hari.” (HR. AlBukhari). Akan tetapi bukan berarti mereka tidak mengenal ataupun tidak berkarya, karena pada waktu itu mereka memberikan nama tahun sesuai dengan kejadian yang dianggap monumental seperti tahun Gajah ketika Nabi lahir terjadi penyerangan oleh pasukan bergajah, tahun Ijin karena merupakan tahun diijinkannya hijrah ke Madinah, tahun Amr dimana umat Islam diperintahkan untuk menggunakan senjata. Selain itu juga ada tahun Jama’ah, dan sebagainya.39 Wacana mengenai hisab baru muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab yaitu dengan menetapkan kalender Hijriah sebagai dasar melaksanakan ibadah bagi umat Islam. Penetapan ini terjadi. 38. Imam Abi Abd’illah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh bin Bardazbah al-Bukhari al-Ja’fi, Shahih Al-Bukhari, Juz 1, Libanon: Daar al-Kutub al-Ilmiah , 1992, hlm. 589. 39 Lihat Sriyatin Shadiq, “Perkembangan Hisab Rukyat dan Penetapan Awal Bulan Kamariah,” dalam Muamal Hamidy, ed., op.cit, hlm. 58..

Referensi

Dokumen terkait

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Penumpang dengan isi koper yang hilang pihak Lion Air tidak mau mengganti rugi karena pihak Lion Air telah mengikuti sesuai Pasal 6 Peraturan menteri hubungan

Untuk menghitung gan,sguan kilat pada- seperempat dan setengah djarak dari menara dipakai metod.e AIEE, djr.di dengart mernbandingkan kekuatan isolasi dari djarak antara

Untuk kronologis menurut pendapat kami, peneliti sudah menjelaskan secara terperinci, hal tersebut dapat dilihat dari: Penjabaran peristiwa dilematis antara

Untuk mengevaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran pada setiap mata kuliah, maka dilakukan penyebaran kuesioner yang harus diisi mahasiswa serta pemberian kritik dan saran

Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat: (a) siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainya dan benda yang menjadi tujuan diskusi; (b) siswa sedang belajar,

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

Menimbang, bahwa posita gugatan Pembanding dengan dihubungkan petitum gugatan Pembanding, Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa gugatan Pembanding secara