• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENATAAN JALUR PEDESTRIAN DI CBD KAWASAN SUDIMAMPIR, KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN WALKABLE ENVIRONMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP PENATAAN JALUR PEDESTRIAN DI CBD KAWASAN SUDIMAMPIR, KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN WALKABLE ENVIRONMENT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENATAAN JALUR PEDESTRIAN DI CBD KAWASAN SUDIMAMPIR, KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN WALKABLE ENVIRONMENT

Taufiqurahman, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

email: [email protected]

ABSTRAK

Jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir Kota Banjarmasin tidak optimal digunakan karena banyak digunakan untuk kegiatan lain. Terdapat sudut-sudut jalur pejalan kaki yang digunakan untuk tempat parkir dan lapak pedagang yang menggangu kenyamanan pengunjung. Kawasan Sudimampir memiliki kondisi jalur pedestrian yang kurang baik. Terdapat kerusakan di beberapa titik jalur pedestrian yang ada berupa lobang diatas drainase.

Terjadinya kemunduran vitalitas pusat kota Banjarmasin, meliputi menurunnya kondisi fisik, sarana dan prasarana. Walkable environment merupakan konsep untuk menciptakan suatu kawasan yang saling teintegrasi antara jalur pejalan kaki dengan beberapa fungsi penggunaan lahan seperti hunian, perkantoran, perbelanjaan, hingga hiburan dalam satu Kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan arahan konsep penataan jalur pedestrian berdasarkan konsep walkable environment. Penelitian ini menggunakan analisis Matriks Asal Tujuan (MAT) untuk menentukan prioritas lajur penataan dan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan analisis Quality function deployment (QFD) untuk menentukan prioritas kebutuhan perencanaan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh lajur-lajur pedestrian dengan 6 klasifikasi tipologi pergerakan dan diperoleh 12 kebutuhan perencanaan penataan dan perbaikan berdasarkan atribut walkable environment. Hasil-hasil analisis yang telah dilakukan dikombinasikan untuk membuat rekomendasi konsep penataan jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir.

Kata Kunci : Konsep, Jalur-Pedestrian, Walkable-Environment.

ABSTRACT

Pedestrian ways in the Sudimampir area of Banjarmasin City is not optimal because it is mosly used for other activities. There are corners of the pedestrian ways that being used for parking lots, merchants and seller that disturbed pedestrian’s comfort. Sudimampir district has unfavourable pedestrian ways. There are some hole on existing pedestrian ways above the drainage. The vitality of Banjarmasin City has been descreased by degradation of physical condition, facilities and infrastructures. The need of Walkable environment is a concept to create an area between pedestrian ways and some of land use functions like residential, offices, shopping, and entertainment in one area. This research aimed to provide pedestrian ways concept recommendation based on walkable environment concept. This research used the origin destination matrix (MAT) to determine priority lanes structuring, the Importance Performance Analysis (IPA) and Quality function deployment (QFD) analysis to determine the priority for pedestrian ways. Based on the results of the analysis of the obtained Strip-lane pedestrian movement with 6 typology classifications and retrieved 12 Setup and planning needs improvement based on attributes of the walkable environment. The results of the analysis that have been done were combined to make the recommendation for pedestrian ways concept in the area of Sudimampir.

Keywords: Concept, Pedestrian-paths, Walkable-Environment.

PENDAHULUAN

Kawasan Sudimampir merupakan salah satu zona CBD (Central Business District) pusat Kota Banjarmasin tepatnya di Kelurahan Kertak Baru Ulu, Kecamatan Banjarmasin Tengah, secara geografis dapat diakses melalui jalur transportasi darat dan jalur transportasi air. Kawasan tersebut merupakan Kawasan perdagangan dengan sejarah yang Panjang yang masih ada hingga saat ini dimana terdiri atas 2 pasar utama yang

bersebelahan yaitu Pasar Sudimampir & Pasar Ujung murung yang mulai berdiri sejak tahun 1909. Seiring berkembangnya perdagangan di Kota Banjarmasin terbangunnya pertokoan- pertokoan di sekitar Kawasan pasar sebagai penunjang kegiatan perdagangan yang memiliki keterkaitan dengan bangunan utama. Kawasan Sudimampir merupakan Kawasan yang akan di revitalisasi karena lokasi yang strategis serta berpotensi besar dalam perubahan wajah kota dan membawa perubahan sosial, ekonomi,

(2)

budaya serta pola hidup masyarakat. (RTBL Kawasan Pasar Lama, Pasar Lima, & Pasar Ujung Murung Kota Banjarmasin Tahun 2013)

Pasar Sudimampir merupakan pusat perbelanjaan grosir terbesar di Kota Banjarmasin karena dari segi ketersediaan stok barang yang bervariatif juga terjangkau. Berada di kawasan segitiga emas perdagangan dan jasa karena konsep perencanaannya berada di lokasinya sangat strategis yang berada di pusat Kota Banjarmasin. Terjadinya kemunduran vitalitas pusat Kota Banjarmasin yang meliputi kawasan Sudimampir juga berdampak terhadap menurunnya kondisi fisik sarana prasarana, hilangnya kearifan lokal pada karakterstik bangunan, aktivitas sungai , pencemaran sungai, dan menurunnya aktivitas perdagangan.

Berdasarkan tipologi kemundurannya kawasan Sudimampir berada pada kemunduran berat dan sangat berat. (Saputra & Purwadio, 2013)

Kondisi jalur pedestrian di Kawasan ini kurang baik dimana saluran drainase yang berada di bawah jalur pejalan kaki banyak yang sudah berlubang dan berbahaya untuk dilewati oleh pengguna jalan. (jejakrekam.com diakses pada 12 April 2018) Kurang optimalnya penggunaan jalur pejalan kaki karena banyak digunakan untuk kegiatan lain dimana sudut-sudut jalur pejalan kaki yang digunakan untuk tempat parkir liar dan lapak pedagang yang menggangu kenyamanan pengunjung. Pengaturan penggunaan lahan parkir yang belum jelas mengakibatkan pengunjung kesulitan mendapatkan tempat parkir yang membuat pengunjung melakukan pergerakan cukup jauh untuk menuju bangunan utama pasar. (Kalsel.prokal.co diakses pada 12 April 2018)

Adapun identifikasi masalah dalam penataan jalur pedestrian di kawasan CBD (Central Business District) Sudimampir Kota Banjarmasin meliputi :

1. Kawasan Sudimampir memiliki kondisi kurang baik sehingga dibutuhkan revitalisasi Kawasan karena lokasi yang strategis serta berpotensi besar dalam perubahan wajah kota dan membawa perubahan sosial, ekonomi, budaya serta pola hidup masyarakat. (RTBL Kawasan Pasar Lama, Pasar Lima, & Pasar Ujung Murung Kota Banjarmasin Tahun 2013) 2. Terjadinya kemunduran vitalitas pusat Kota

Banjarmasin yang meliputi kawasan Sudimampir juga berdampak terhadap menurunnya kondisi fisik sarana prasarana,

hilangnya kearifan lokal pada karakteristik bangunan, aktivitas sungai , pencemaran sungai, dan menurunnya aktivitas perdagangan. Berdasarkan tipologi kemundurannya kawasan pasar sudimampir berada pada kemunduran berat dan sangat berat. (Saputra &

Purwadio, 2013)

3. Kondisi jalur pedestrian di Kawasan ini kurang baik dimana saluran drainase yang berada di bawah jalur pejalan kaki banyak yang sudah berlubang dan berbahaya untuk dilewati. (jejakrekam.com diakses pada 12 April 2018)

4. Kurang optimalnya penggunaan jalur pejalan kaki karena banyak digunakan untuk kegiatan lain dimana jalur pejalan kaki yang digunakan untuk tempat parkir liar dan lapak pedagang yang menggangu kenyamanan pengunjung. (Kalsel.prokal.co diakses pada 12 April 2018)

5. Pengaturan penggunaan lahan parkir yang belum jelas mengakibatkan pengunjung kesulitan mendapatkan tempat parkir yang membuat pengunjung melakukan pergerakan cukup jauh. (Kalsel.prokal.co diakses pada 12 April 2018)

Berdasarkan uraian mengenai kondisi jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir Kota Banjarmasin dilakukan penelitian ini bertujuan untuk memberikan konsep arahan penataan jalur pedestrian berdasarkan walkable environment meliputi :

1. Mengetahui keterkaitan pergerakan antar zona yang dihubungkan oleh jalur pedestrian di kawasan CBD (Central Business District) Sudimampir.

2. Mengevaluasi kinerja jalur pedestrian di kawasan CBD (Central Business District) Sudimampir berdasarkan karakteristik walkable environment.

3. Menyusun konsep penataan jalur pedestrian di kawasan CBD (Central Business District) Sudimampir berdasarkan konsep walkable environment.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penataan jalur pedestrian berdasarkan konsep walkable environment ini adalah metode deskriptif kualitatif-kuantitatif karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu, konkrit/

empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis

(3)

berdasarkan variable-variabel yang telah ditentukan dan bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan dengan fenomena lainnya.

Adapun variabel penelitian yang digunakan.

Tabel 1. Variabel penelitian

Tujuan Variabel

penelitian Sub variabel Sumber Mengetahui

keterkaitan pergerakan antar zona

Guna Lahan • Batas Administrasi

• Fungsi Zona kawasan

Tamin:

(2000)

Struktur • Pusat Kegiatan

• Fasilitas Pelengkap

• Sistem jaringan pergerakan Asal tujuan • Zona yang

terpilih Mengevaluasi

kinerja jalur pedestrian berdasarkan karakteristik walkable envinonment

Keterpaduan • Jarak bangunan terhadap pedestrian

• Keterhubungan jalan dengan guna lahan

MARC:

(1998) , Rustanti:

(2015)

Kesinambungan • Keberagaman guna lahan

• Daya tahan material Keseimbangan • Transportasi

umum Keamanan • Fasilitas

pengendali kecepatan

• Zona buffer antara jalan dan pedestrian

• Fasilitas keamanan

• Fasilitas Penerangan Kenyamanan • Fasilitas

pelengkap

• Desain yang ramah Sosiabilitas • Intensitas sosial

• Keragaman pengguna Aksesbilitas • Keterhubungan Efisiensi • Hemat biaya

• Tepat guna

• Pengendalian kapasaitas parkir Keindahan

Visual • Kealaimian

• Pemeliharaan

• Keterbukaan

• Keteraturan

• Budaya Menyusun

konsep penataan jalur pedestrian berdasarkan karakteristik walkable envinonment

Konsep

penataan • Zona

• Intensitas Pergerakan

• Karakteristik lajur pedestrian

• Penataan &

Perbaikan

• Standar/

Peraturan -

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Penentuan sampel menggunakan metode sampel linier time function karena responden pengguna jalur pedestrian di kawasan CBD (Central Business District) Sudimampir karena tidak dapat diketahui secara pasti jumlah dan asal responden. Jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus Linier Time Function yaitu :

𝑛 =#$%%&

' ... (1) 𝑛 =126 − 42

1,16 = 72,4 = 73 orang

Keterangan :

n = jumlah sampel

T = waktu yang tersedia untuk penelitian t0 = waktu tetap

t1 = waktu yang digunakan setiap 1 sampel

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian konsep arahan penataan jalur pedestrian pada CBD (central business district) Kawasan Sudimampir berdasarkan walkable environment yaitu analisis matriks asal tujuan (MAT), Analisis Importance Performance Analysis (IPA), Analisis Quality Function Deployment (QFD).

Analisis Matriks Asal Tujuan

Metode analisis digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar zona yang dihubungkan oleh jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir. Perhitungan analisis MAT menggunakan 3 alur pembahasan yaitu:

a. Mengetahui zona bangkitan dan tarikan pergerakan meliputi guna lahan, pembagian zona, dan struktur kawasan b. Mengetahui sebaran pergerakan

menggunakan tabel matrisk asal tujuan c. Menentukan klasifikasi intensitas

pergerakan tiap lajur pedestrian Analisis Importance Performance Analysis (IPA)

Metode analisis digunakan untuk mengetahui kinerja serta prioritas tingkat kepentingan dan kepuasan jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir Kota Banjarmasin berdasarkan atribut walkable environment.

Perhitungan dalam analisis ini merupakan input kuisioner dari sampel responden pengguna jalur pedestrian dengan penilaian melalui skala likert sebagai berikut:

Tabel 2. Skala Likert Kepentingan dan Kepuasan

Kepentingan Kepuasan Nilai

Sangat tidak penting Sangat tidak puas 1

Tidak Penting Tidak Puas 2

Sedang Sedang 3

Penting Puas 4

Sangat Penting Sangat Puas 5

Sumber: Supranto, 2006

(4)

Hasil dari kuantitatif tersebut akan diketahui titik koordinat setiap unsurnya yang kemudian digambarkan dalam diagram kartesius dimana sumbu X merupakan kepuasan dan sumbu Y merupakan kepentingan. Tahap akhir dalam analisis ini akan ditentukan atribut prioritas kepentingan dan kepuasan yang didapat dari kuadran 1 hasil diagram kartesius.

Analisis Quality Function Deployment (QFD) Metode analisis digunakan untuk menentukan prioritas kebutuhan penataan &

perbaikan jalur pedestrian di Kawasan Sudimamapir. Analisis ini merupakan jawaban dari kebutuhan kepentingan dan kepuasan hasil analisis IPA berdasarkan tingkat harapan responden serta pertimbangan pihak pengelola kawasan. Adapun tahapan dari analisis QFD sebagai berikut:

a. Voice of Customer b. Matriks Perencanaan c. Respon Teknis d. Matriks Relationship e. Korelasi Teknis

f. Technical Benchmarking g. House of Quality

Gambar 1. House of Quality

Tahap akhir penelitian ini membuat konsep penataan jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir berdasarkan output analisis-analisis sebelumnya. Didapatkan rekomendasi konsep dengan penataan pada tiap tipologi lajur pedestrian berdasarkan klasifikasi intensitas pergerakan dan priortias penataan perbaikan berdasarkan atribut walkable environment kebutuhan responden disesuaikan dengan standar/ peraturan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kawasan Sudimampir

Kawasan CBD (Central Business District) Sudimampir terletak di Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kelurahan Kertak Baru Ulu, Kota

Banjarmasin Kalimantan Selatan. Kawasan Sudimampir merupakan salah satu dari 3 kawasan pasar yang diprioritaskan penataannya.

Kawasan ini merupakan CBD terdiri atas dua bagian RBD (Retail Business District) pada bagian pertokoan di sekitar pasar sudimampir dan WBD (Wholesale Business District) pada bagian pasar sudimampir dan pasar ujung murung. Kawasan ini berada di pusat Ibukota Provinsi selain itu dari segi ketersediaan stok barang, variasi barang yang dijual, serta harga barang yang terjangkau membuat minat masyarakat untuk mengunjunggi pasar ini sangat tinggi.

Berdasarkan teori konsentris (Burgess (1966) dalam Nawir (2014)) Kawasan Sudimampir termasuk dalam zona P prosentase 65 % merupakan pusat pertokoan besar dan sebagian kecil masuk kedalam zona 1 yaitu permukiman kumuh dengan prosentase 8,66 %. Menurut teori sektoral (Hoyt (1939) dalam Nawir (2014)) menunjukkan bahwa Kawasan sudimampir sebagian besar berada pada zona P dengan prosentase 65 % artinya sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor bank, hotel, pasar, bioskop, dan pusat perbelanjaan. Sementara untuk sisanya termasuk zona 3 atau disebut sektor permukiman kaum buruh dengan persentase 8,66 %.

Gambar 2. Peta Kawasan Sudimampir Peruntukan guna lahan eksisting pada Kawasan CBD (Central Business District) Sudimampir Kota Banjarmasin berdasarkan jenis penggunaan lahan sebagai berikut.

Tabel 3. Penggunaan Lahan Kawasan

Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

Perdagangan Jasa 6,22 70

Permukiman 0,9 10

Perkantoran 0,06 0,7

Peribadatan 0,12 1.3

Ruang terbuka hijau 0,5 5,7

Keamanan 0,05 0,6

Jalan 1,04 11,7

Jumlah 8,89 Ha 100

Sumber: RTRW Kota Banjarmasin, 2013-2023

(5)

Gambar 3. Peta Guna Lahan Kawasan Keterkaitan Antar Zona di Kawasan Sudimampir 1. Pembagian Zona

Pembagian zona untuk memudahkan dalam mengetahui keterkaitan antar penggunaan lahan yang ada di Kawasan Pasar Sudimampir di Kota Banjarmasin yang terhubung dengan jalur pedestrian. Pembagian zona dibutuhkan untuk mengetahui jumlah perjalanan yang dihasilkan masing-masing zona /trip production dan jumlah perjalanan yang ditarik /trip attraction. didapat 9 zona pada Kawasan Pasar Sudimampir dengan pembagian sebagai berikut :

Gambar 4. Peta Pembagian Zona 2. Zona Bangkitan tarikan pergerakan

Zona bangkitan tarikan pergerakan dapat diidentifikasi dengan melihat jumlah pergerakan antar zona-zona yang ada telah ditentukan, didapat 9 zona yang telah ditentukan sebagai titik-titik pergerakan pengguna jalur pedestrian pada Kawasan Sudimampir. Bangkitan pada zona 1,3,4,5,6,7,8 dan 9 terdapat pada fungsi parkir kendaraan pribadi sementara pada zona 2 terdapat dermaga. Tarikan pada zona 1,2 dan 7 berasal dari bangunan pasar besar Kawasan, tarikan pada zona 4,5,6,8 dan 9 berasal dari pertokoan dan guna lahan pendukung 9, sementara pada zona 3 hanya terdapat ruang

terbuka hijau dan toilet umum. Berikut merupakan jumlah pergerakan bangkitan tarikan pada masing-masing zona:

Gambar 5. Peta Zona Bangkitan dan Tarikan 3. Sebaran Pergerakan Antar Zona

Sebaran pergerakan pejalan kaki dalam penelitian ini diklasifikasikan dengan pergerakan antar zona dimana terdapat 9 zona baik dari atau menuju zona-zona yang ada. Perhitungan MAT dilakungan dengan mengidentifikasi pergerakan responden dari dan menuju tiap-tiap zona.

Tingkat keterkaitan zona merupakan bentuk klasifikasi keterkaitan dibagi dalam 3 interval.

Berikut merupakan tabel matriks asal tujuan:

Tabel 4. Matriks Asal Tujuan

Ke

Dari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total

1 2 0 2 1 1 3 2 0 11

2 6 0 1 1 0 0 3 4 15

3 7 4 3 4 2 4 4 2 30

4 8 6 1 3 3 3 1 0 25

5 9 6 1 2 3 8 7 4 40

6 7 3 2 1 5 6 1 4 29

7 7 5 0 4 4 1 8 5 34

8 4 2 0 2 3 0 3 0 14

9 12 5 1 7 5 2 9 11 52 Total 60 33 5 22 26 12 36 37 19 250 Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tingkat keterkaitan didapat dengan melakukan perhitungan dengan melakukan tabulasi pergerakan antar zona menggunakan 3 interval kelas. Berikut Merupakan tabel tabulasi pergerakan antar zona:

Tabel 5. Tabulasi Pergerakan Antar Zona

Zona Pergerakan terhadap zona

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 - 8 7 10 10 8 10 6 12

2 8 - 4 7 7 3 5 5 9

3 7 4 - 4 5 4 4 4 3

4 10 7 4 - 5 4 7 3 7

5 10 7 5 5 - 8 12 10 9

6 8 3 4 4 8 - 7 1 6

7 10 5 4 7 12 7 - 11 14

8 6 5 4 3 10 1 11 - 11

9 12 9 3 7 9 6 14 11 -

Sumber : Hasil Analisis, 2018

(6)

Hasil tabulasi akan ditentukan interval kelas pergerakan dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑧𝑜𝑛𝑎 =#BC%DEFFD$#BCBEGHI

JBKHL ... (2)

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑧𝑜𝑛𝑎 =14 − 1 3 = 5

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat keterkaitan antar zona berdasarkan jumlah pergerakan didapatkan kelas pergerakan sebagai berikut:

a. Rendah (1 – 5) b. Sedang (6 – 10) c. Tinggi (11 – 15)

Kinerja Jalur Pedestrian di Kawasan Sudimampir Berdasarkan Walkable Envinonment

1. Kinerja Kepentingan dan Kepuasan

Kinerja kepentingan dan kepuasan jalur pedestrian berdasarkan walkable environment didapatkan dengan menggunakan analisis IPA.

Penilaian dilakukan oleh responden pengguna jalur pedestrian Kawasan Susimampir dengan menggunakan 9 variabel dari karakteristik walkable environment . Variabel walkable environment dibagi tiap variabelnya menjadi 25 sub variabel yang akan digunakan untuk menilai kinerja Jalur pedestrian berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan berdasarkan skala 1 -5.

Tabel 6. Kinerja jalur pedestrian berdasarkan atribut-atribut walkable environment

Karakteristik Notasi Atribut Nilai Rata-rata (Mean) Tingkat

kesesuaian (TKi) % Tingkat

kepuasan (X1)

Tingkat Kepentingan (Y1) Keterpaduan A1 Kedekatan jarak antara bangunan ke pedestrian yang

ada di kawasan pasar sudimampir 3,000 3,7260 80,5

A2 Jalur pejalan kaki dapat menghubungkan dengan

berbagai macam tujuan pergerakan 3,0137 3,7397 80,5

Kesinambungan B1 Adanya keberagaman fungsi bangunan pada Kawasan

seperti perdagangan jasa, perumahan, Taman dll 2.8904 3.7397 77,2 B2 Jalur pejalan kaki di kawasan Pasar Sudimampir dapat

digunakan hingga jangka panjang 2.9863 3.5205 84,8

Keseimbangan C1 Jalur pejalan kaki di kawasan Pasar Sudimampir

terhubung dengan jalur transportasi umum 2.8082 3.6027 77,9

Keamanan D1 Adanya komponen pelengkap jalan berupa pengendali

kecepatan 3.0822 3.6027 85,5

D2 Adanya pelindung pejalan kaki berupa pembatas dan/

atau perbedaan ketinggian antara trotoar dengan jalan

2.9726 3.7534 79,2

D3 Ketersediaan fasilitas keamanan 2.7260 3.5616 76,5

D4 Ketersediaan fasilitas penerangan 2.7397 3.7397 73,2

Kenyamanan E1 Terdapat komponen pelengkap jalur pejalan kaki

berupa vegetasi 2.7397 3.5342 77,5

E2 Terdapat komponen pelengkap jalur pejalan kaki

berupa tempat duduk 3.0959 3.5890 86,2

E3 Terdapat komponen pelengkap jalur pejalan kaki

berupa tempat tempat sampah 2.9589 3.7260 79,4

E4 Desain jalur pejalan kaki yang ramah terhadap

pengguna jalur pedestrian 2.7123 3.5753 75,8

Sosiabilitas F1 Jalur pejalan kaki aman dan nyaman untuk digunakan

Bersama keluarga atau teman 3.1644 3.5753 88,5

F2 Jalur pejalan kaki memiliki keragaman pengguna 2.8904 3.6438 79,3 Aksesbilitas G1 Kemudahan masyarakat dalam menggunakan jalur

pejalan kaki untuk melakukan kegiatan sehari-hari 3.1644 3.6575 86,5

G2 Jalur pejalan kaki terdapat tempat penyebrangan 2.9589 3.5616 83

Efisiensi H1 Dapat mencapai ke berbagai macam fasilitas umum seperti perdagangan, jasa, peribadatan dll dengan hemat biaya

2,9041 3,5890 80,9

H2 Jalur pedestrian difungsikan optimalkan untuk

berjalan kaki atau tidak ada hambatan 3,0411 3,6027 84,4

H3 Terdapat penataan parkir kendaraan di kawasan Pasar 2,9589 3,6027 82,3 Keindahan

visual I1 Desain jalur pejalan kaki yang alami 3.0000 3.6438 82,3

I2 Perawatan jalur pejalan kaki dan fasilitas pelengkap

secara berkala 3.0274 3.5616 85

I3 Pemandangan atau lansekap yang dapat dilihat di

jalur pejalan kaki 2.9863 3.6438 81,9

I4 Desain jalur pejalan kaki yang rapi/teratur 2.9863 3.5068 85,1

I5 Desain jalur pedestrian sesuai dengan karakteristik

sosial dan budaya setempat 3.0685 3.5753 85,8

Sumber : Hasil Analisis, 2018

(7)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada atribut yang memiliki tingkat kesesuaian ≥100% hal tersebut menujukkan bahwa tidak ada atribut yang telah memenuhi tingkat kepuasan dari pengguna Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Sudimampir.

2. Prioritas kepentingan dan kepuasan Penentuan prioritas kepentingan dan kepuasan jalur pejalan kaki berdasarkan walkable environment menggunakan diagram kartesius pada analisis IPA dengan tujuan agar tiap-tiap atribut diklasifikasikan oleh tiap-tiap kuadran.

Hasil analisis mendistribusikan atribut-atribut kedalam 4 kuadran pada diagram kartesius.

Output distribusi tiap tiap atribut selanjutnya digunakan sebagai dasar prioritas penataan dan perbaikan jalur pedestrian pada Kawasan Sudimampir.

Gambar 6. Diagram Kartesius Analisis IPA Berdasarkan diagram kartesius analisis IPA dapat diketahui bahwa nilai mean (rata-rata) dari tingkat kepentingan 29,6, sedangkan pada nilai mean (rata-rata) dari tingkat kepuasan 36,2.

Tabel 7. Distribusi kuadran berdasarkan diagram kartesius analisis IPA

Kuadran Keterangan Notasi Atribut 1 Prioritas penanganan B2,D1,E2,F1,G2,H2,H3,I2,I4,I5 2 Pertahankan prestasi A1,A2,D2,E3,G1,I1,I3

3 Prioritas rendah C1,D3,E1,E4,H1

4 Berlebihan B1,D4,F2

Sumber : Hasil Analisis, 2018

Jalur Pedestrian Prioritas Penataan

Jalur pedestrian prioritas di klasifikasikan menjadi 3 klasifikasi yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Klasifikasi pergerakan dilakukan pembagian tipologi pada tiap kelas pergerakan berdasarkan karakteristik penanganannya. Input pada tahap ini adalah hasil dari perhitungan MAT pada rumusan masalah pertama. Berdasarkan jumlah pergerakan tersebut dilakukan distribusi frekuensi untuk membagi pergerakan dalam tiap- tiap kelas. Berikut merupakan volume pergerakan yang dilakukan responden terhadap tiap lajur pedestrian :

Gambar 7. Volume pergerakan responden Prioritas penataan lajur didapat dengan melakukan perhitungan distribusi frekuensi menggunakan 3 interval kelas pergerakan lajur (tinggi, sedang, dan rendah) dengan perhitungan:

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑗𝑢𝑟 =#BC%DEFFD$#BCBEGHI

JBKHL ... (3)

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑗𝑢𝑟 =58 − 1 3 = 19 Tabel 8. Klasifikasi kelas pergerakan

Kelas Intensitas Pergerakan

Rendah 1 – 19

Sedang 20 – 38

Tinggi 39 – 58

Sumber : Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan klasifikasi pergerakan dilakukan pembagian tipologi pada tiap kelas pergerakan berdasarkan karakteristik penanganannya. Berikut merupakan gambar pembagian klasifikasi prioritas penataan berdasarkan tipologi pergerakan tabel klasifikasinya :

Gambar 8. Klasifikasi Prioritas Penataan Tabel 9. Analisa tipologi pergerakan

Tipologi Simbol Zona Analisa Tipologi A 1,3,4,

5 6 dan 9

Pada lajur ini memiliki kondisi pedestrian yang baik tetapi masih terdapat beberapa titik kerusakan dan tidak tersedianya fasilitas pelengkap tetapi pergerakan yang rendah serta pertokoan yang cenderung sepi sehingga prioritas penataannya dikategorikan rendah.

(8)

Tipologi Simbol Zona Analisa

Tipologi B 4, 5

dan 6 Pada lajur ini memiliki kondisi pedestrian yang baik terdapat beberapa titik yang digunakan untuk PKL tetapi pergerakan yang rendah serta pertokoan yang cenderung sepi.

Tipologi C 1,2

dan 3 Pada lajur ini memiliki kondisi pedestrian yang baik serta pergerakan yang rendah sehingga prioritas penataannya dikategorikan rendah.

Tipologi D 2, 4, 6, 7, 8 dan 9

Pada lajur ini memiliki kondisi pedestrian yang cukup baik dan intensitas pergerakan sedang sehingga prioritas penataannya dikategorikan sedang.

Tipologi E 7, 8,

dan 9 Pada lajur ini memiliki kondisi pedestrian yang cukup baik tetapi pada lajur di depan pasar ujung murung terdapa penggunaan pedestrian untuk PKL sehingga penataannya dikategorikan sedang.

Tipologi F 1, 4, 5, 7, dan 8

Pada lajur ini memiliki kondisi pedestrian yang kurang baik karena terdapat beberapa titik kerusakan serta digunakan untuk PKL sehingga prioritas penataanya dikategorikan tinggi.

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Prioritas Kebutuhan Penataan & Perbaikan Prioritas pecanatan dan perbaikan jalur pejalan kaki di Kawasan Sudimampir pada tahap ini menggunakan alat analisis Quality Function Deployment (QFD). Tahap analisis QFD menggunakan hasil dari analisis IPA dengan atribut-atribut yang didapat dari kuadran 1.

Terdapat 10 atribut yang telah dianalisis dari alat analisis IPA hasil dari kuadran 1 yang nantinya menjadi dasar prioritas penataan dan perbaikan

di jalur pedestrian Kawasan Sudimampir berdasarkan custumer requrements. Didapat 12 arahan penaraan hasil dari tahap technical responses. Berdasarkan perhitungan pada tiap tahapan-tahapan diperoleh output akhir berupa prioritas penataan dan perbaikan jalur pejalan kaki di Kawasan Sudimampir dengan urutan prioritas sebagai berikut :

1. Penertiban penggunaan jalur pejalan kaki yang digunakan untuk parkir dan berjualan

2. Desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran trasional

3. Penambahan fasilitas tempat duduk di jalur pejalan kaki

4. Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki yang tidak menghalangi pejalan kaki 5. Perbaikan jalur pejalan kaki yang

berlubang

6. Pergantian material jalur pejalan kaki dengan material paving

7. Penambahan fasilitas penyebrangan berupa zebra cross

8. Penambahan fasilitas pengendali kecepatan berupa rambu lalu lintas 9. Perawatan rutin jalur pejalan kaki dan

fasilitas pelengkap 1 minggu sekali 10. Penambahan fasilitas penyebrangan

berupa pelican cross

11. Penambahan tempat parkir 12. Perbaikan sistem kelola parkir

Berikut merupakan hasil akhir perhitungan analisis QFD yaitu tabel House of Quality (HoQ):

Gambar 9. House of Quality

(9)

Konsep Penataan Jalur Pedestrian di Kawasan Sudimampir

Arahan konsep penataan jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir pada penelitian ini berdasarkan output dari analisis-analisis sebelumnya. Tahap keterkaitan antar zona digunakan untuk menentukan jalur pedestrian yang di prioritaskan (Analisis matriks asal tujuan dan distribusi frekuensi) dan kinerja jalur

pedestrian digunakan untuk menentukan bentuk penataan dan perbaikan yang dibutuhkan pada Kawasan wilayah studi berdarakan variabel walkable environment (Analisis Importance Performance Analysis dan analisi Quality Function Deployment). Berdasarkan kedua hasil analisis yang diperoleh diapatkan 6 tipologi lajur prioritas dengan bentuk rekomendasi konsep penataan yang disesuaiakan standar / aturan yang berlaku.

Tabel 10. Konsep Penataan Jalur Pedestrian di Kawasan Sudimampir

Tipologi Rekomendasi Konsep

Tipologi A (Zona 1, 3, 4, 5, 6,

dan 9)

Rekomendasi konsep penataan & perbaikan pada jalur pedestrian tipologi A berupa penertiban penggunaan jalur pejalan kaki yang digunakan untuk PKL. Desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran tradisional meliputi fasilitas pot tanaman (vegetasi), lampu jalan, tempat duduk, pagar, tempat sampah, signage, dan halte. Penambahan fasilitas tempat duduk berupa jarak antar tempat duduk 10 meter dan menggunakan model desain tipe B . Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki tidak menghalangi jalan berupa jarak dan penempatan fasilitas pelengkap yang teratur memberikan ruang yang nyaman untuk berjalan kaki. Perbaikan jalur pejalan kaki yang berlubang yaitu penggunaan manhole/ penutup paving. Pergatian material paving jalur pedestrian berupa material yang sesuai dengan aturan.

Penambahan fasilitas penyebrangan berupa zebra dilakukan pada jalur pedestrian yang berada di jalan bank rakyat, jalan Hasanudin HM, dan jalan Ujung murung. Penambahan fasilitas pengendali kecepatan berupa rambu lalu lintas jalur pedestrian berupa fasilitas rambu kecepatan maksimal 30 km. Perawatan rutin jalur pejalan dilakukan oleh dinas kebersihan dan pertamanan. perbaikan sistem kelola parkir berupa pergantian sistem pintu parkir kendaraan roda 4 dengan pintu otomatis. (Gambar 10)

Tipologi B (Zona 4, 5, dan 6)

Rekomendasi konsep penataan & perbaikan pada tipologi B berupa penertiban penggunaan jalur pejalan kaki yang digunakan untuk PKL. Desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran tradisional banjar fasilitas pot tanaman (vegetasi), lampu jalan, tempat duduk, pagar, tempat sampah, signage, dan halte. Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki berupa jarak dan penempatan fasilitas pelengkap yang teratur memberikan ruang yang nyaman untuk berjalan kaki. Perbaikan jalur pejalan kaki yang berlubang yaitu penggunaan manhole/ penutup paving. Pergatian material paving jalur pedestrian berupa material yang sesuai dengan aturan. Perawatan rutin jalur pejalan kaki dilakukan oleh dinas kebersihan dan pertamanan. Perbaikan sistem kelola parkir utama berupa pergantian sistem pintu keluar parkir kendaraan roda 4 dengan pintu otomatis. (Gambar 11)

Tipologi C (1, 2, dan 3)

Rekomendasi konsep penataan & perbaikan pada tipoligi C berupa desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran tradisional banjar meliputi fasilitas pot tanaman (vegetasi), lampu jalan, tempat duduk, pagar, tempat sampah, signage, dan halte. Penambahan fasilitas tempat duduk berupa jarak antar tempat duduk 10 meter dan menggunakan model desain tipe A di area RTH. Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki agar tidak menghalangi jalan berupa jarak dan penempatan fasilitas pelengkap yang teratur memberikan ruang yang nyaman untuk berjalan kaki.

Perawatan rutin jalur pejalan kaki dilakukan oleh dinas kebersihan dan pertamanan. (Gambar 12)

Tipologi D (Zona 2, 4, 6, 7, 8,

dan 9)

Rekomendasi konsep penataan & perbaikan pada tipologi D berupa penertiban penggunaan jalur pejalan kaki yang digunakan untuk PKL. Desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran tradisional meliputi fasilitas pot tanaman (vegetasi), lampu jalan, tempat duduk, pagar, tempat sampah, signage, dan halte. Penambahan fasilitas tempat duduk berupa jarak antar tempat duduk 10 meter dan menggunakan model desain tipe B. Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki agar tidak menghalangi jalan berupa jarak dan penempatan fasilitas pelengkap yang teratur memberikan ruang yang nyaman untuk berjalan kaki. Perbaikan jalur pejalan kaki yang berlubang yaitu penggunaan manhole/

penutup paving. Pergatian material paving jalur pedestrian berupa material yang sesuai dengan aturan. Penambahan fasilitas pengendali kecepatan berupa rambu lalu lintas jalur pedestrian berupa fasilitas rambu kecepatan maksimal 30 km. Perawatan rutin jalur pejalan kaki dilakukan oleh dinas kebersihan dan pertamanan. Penambahan tempat parkir diarahkan pada bangunan pasar ujung murung yang akan direvitalisasi. Perbaikan sistem kelola parkir utama dan parkir roda 4 pangeran samudera berupa pergantian sistem pintu parkir dengan pintu otomatis. (Gambar 13)

Tipologi E (Zona 7, 8, dan 9)

Rekomendasi konsep penataan & perbaikan pada tipologi E berupa penertiban penggunaan jalur pejalan kaki yang digunakan untuk PKL. Desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran tradisional banjar meliputi fasilitas pot tanaman (vegetasi), lampu jalan, tempat duduk, pagar, tempat sampah, signage, dan halte. Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki agar tidak menghalangi jalan berupa jarak dan penempatan fasilitas pelengkap yang teratur memberikan ruang yang nyaman untuk berjalan kaki. Pergatian material paving jalur pedestrian berupa material yang sesuai dengan aturan yang digunakan. Perawatan rutin jalur pejalan kaki dilakukan oleh dinas kebersihan dan pertamanan.

Perbaikan sistem kelola parkir utama berupa pergantian sistem pintu parkir dengan pintu otomatis. (Gambar 14)

Tipologi F (Zona 1, 4, 5, 7, dan

8)

Rekomendasi konsep penataan & perbaikan pada tipologi tinggi 1 berupa penertiban penggunaan jalur pejalan kaki yang digunakan untuk PKL. Desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran tradisional meliputi fasilitas pot tanaman (vegetasi), lampu jalan, tempat duduk, pagar, tempat sampah, signage, dan halte. Penambahan fasilitas tempat duduk berupa jarak antar tempat duduk 10 meter dan menggunakan model desain tipe A dan tipe B. Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki agar tidak menghalangi jalan berupa jarak dan penempatan fasilitas pelengkap yang teratur memberikan ruang yang nyaman untuk berjalan kaki. Perbaikan jalur pejalan kaki yang berlubang yaitu penggunaan manhole/ penutup paving. Pergatian material paving jalur pedestrian berupa material yang sesuai dengan aturan yang digunakan. Penambahan fasilitas pengendali kecepatan berupa rambu lalu lintas jalur pedestrian berupa fasilitas rambu kecepatan maksimal 30 km. Perawatan rutin jalur pejalan kaki dilakukan oleh dinas kebersihan dan pertamanan. Penambahan fasilitas penyebrangan berupa pelican cross pada lajur penyebrangan di depan pasar utama Kawasan. Penambahan tempat parkir diarahkan pada bangunan utama Pasar Sudimampir yang akan direvitalisasi.

Perbaikan sistem kelola parkir utama berupa pergantian sistem pintu parkir dengan pintu otomatis. (Gambar 15) Sumber: Hasil Analisis, 2018

(10)

Gambar 10. Konsep pedestrian tipologi A

Gambar 11. Konsep pedestrian tipologi B

Gambar 12. Konsep pedestrian tipologi C

(11)

Gambar 13. Konsep pedestrian tipologi D

Gambar 14. Konsep pedestrian tipologi E

Gambar 15. Konsep pedestrian tipologi F

(12)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keterikatan antar zona Kawasan Sudimampit Kota Banjarmasin di klasifikasikan keterkaitan tinggi zona 9 dengan zona 1 dan zona 8; zona 7 dengan zona 5, 8, dan 9; zona 9 dengan zona 8 . Keterkaitan sedang zona 1 dengan zona 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8; zona 2 dengan 4, 5, dan 9; zona 4 dengan zona 5 dan 7; zona 5 dengan zona 6, 8, dan 9; zona 6 dengan zona 7 dan 9. Keterkaitan rendah zona 2 dengan zona 3, 6, 7, dan 8; zona 3 dengan zona 4, 5, 6, 7, 8, dan 9; zona 4 dengan zona 5, 6, dan 8; zona 6 dengan zona 8.

2. Kinerja jalur pejalan kaki berdasarkan karakteristik walkable environment didapat 10 prioritas penanganan perencanaan dari 25 variabel yang digunakan hasil perhitungan diagram kartesius sebagai berikut :

a. Daya tahan material jalur pejalan kaki b. Fasilitas pengendali kecepatan

c. Fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki berupa tempat duduk

d. Intensitas sosial bersama keluarga atau kelompok dalam berjalan kaki

e. Keterhubungan fasilitas penyebrangan f. Jalur pejalan kaki tanpa hambatan g. Penataan parkir di Kawasan Pasar h. Perawatan rutin jalur pejalan kaki dan

fasilitas pelengkap

i. Desain jalur pejalan kaki rapi dan teratur j. Desain jalur pejalan kaki sesuai dengan

karateristik sosial dan budaya

3. Konsep penataan jalur pedestrian di Kawasan Sudimampir dianalisa dengan mengkasifikasikan tiap lajur kedalam 6 tipologi pergerakan didapat 5 lajur tipologi A, 8 lajur tipologi B, 6 lajur tipologi C, 8 lajur tipologi D, 4 lajur tipologi E dan 4 lajur tipologi F. Tiap lajur prioritas ditentukan penanganan berdasarkan prioritas kebutuhan perencanaan menyesuaikan dengan kondisi tapak tiap lajurnya dengan bentuk-bentuk penataan sebagai berikut : a. Penertiban penggunaan jalur pejalan

kaki untuk parkir dan berjualan

b. Desain fasilitas pelengkap dengan motif ukiran trasional (Banjar)

c. Penambahan fasilitas tempat duduk

d. Penataan fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki yang tidak menghalangi e. Perbaikan jalur yang berlubang f. Pergantian material material paving g. Penambahan fasilitas zebra cross h. Penambahan fasilitas rambu lalu lintas i. Perawatan rutin jalur pejalan kaki dan

fasilitas pelengkap 1 minggu sekali j. Penambahan fasilitas pelican cross k. Penambahan tempat parkir l. Perbaikan sistem kelola parkir

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota Banjarmasin. 2013. Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kawasan pasar ujung murung, kawasan pasar lima, dan kawasan pasar lama Kota Banjarmasin.

Jejakrekam.com. 2017. Lobang Drainase Berbahaya, Warga Pertanyakan Kepedulian Pemkot Banjarmasin (diakses tanggal 12 april 2017).

Kalsel Prokal.co. 2016. Di Jalan Ujung Murung dan Sudimampir Trotoar Sudah Menghilang (diakses tanggal 12 april 2017).

Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan.

Mid-America Regional Courcil, 1998. Creating Walkable Communities. Washington, D.C.:

Bicycle Federation of America Campaign to Make America Walkable.

Nawir, M. 2014. Struktur ruang kota dan koeksistensi moda Produksi (studi kawasan pasar daya Kota makassar). Jurnal keguruan & ilmu Pendidikan. 1(2):120-122.

Rustanti, N. 2015. Arahan Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Sempadan Kali Ngrowo Dan Sekitarnya Berdasarkan Konsep Walkable Environment. Jurnal perencanaan wilayah & kota. 4(1):3-4.

Saputra, H. Y. & Purwadio, H. 2013. Konsep Revitalisasi Pusat Kota Banjarmasin Sebagai Upaya Pengembalian Identitas Kota. Jurnal tekniks pomist. 2(1):4-5.

Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Tamin, O. Z. 2000. Perencanaan dan permodelan transportasi. Bandung : ITB.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian Insentif di Front Office Department berada dalam kategori cukup yang artinya keberadaan insentif ini dirasakan karyawan sudah memberikan manfaatnya

thuringiensis pada penelitian lain yang berpengaruh pada konsentrasi atau dosis yang diperlukan untuk membunuh larva nyamuk Aedes sp. Perbedaan daya bunuh

Syukur ke hadrat Allah SWT kerana dengan limpah kurnia-Nya saya dapat menyudahkan kajian ini setelah menempuh beraneka pengalaman sebagai pentadbir dan pelajar ijazah

Pada menu Laporan terdapat submenu laporan absensi karyawan, penjualan, transaksi masuk, transaksi keluar, buku besar, grafik penjualan menu dan grafik

Data-data yang didapat dari instansi terkait dan survei lapangan akan dihitung guna untuk mengevaluasi sistem pemanenan air hujan di Rumah Tangga, menghitung

PD Paya Pinang telah melaksanakan sistem informasi penerimaan kas yang baik karena sumber daya manusia, alat, prosedur SPT (sistem pengolahan transaksi) yang terangkum

Mengingat analisis potensi dan pola musim penangkapan sumber daya kakap merah di perairan Pangandaran dalam penelitian ini hanya bertitik - tolak dari data hasil