• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIEMPAT RUBE TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIEMPAT RUBE TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIEMPAT RUBE TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

ANDHIKA PRANA MAHOLI BANUREA NIM : 131000411

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIEMPAT RUBE TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANDHIKA PRANA MAHOLI BANUREA NIM : 131000411

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul ‘Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Siempat Rube Tahun 2018’ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Andhika P M Banurea

(4)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Siempat Rube Tahun 2018 Nama Mahasiswa : Andhika Prana Maholi Banurea Nomor Induk Mahasiswa : 131000411

Departemen : Kependudukan dan Biostatistika

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

(Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes, Ph.D) NIP.197112251995012001

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus : 16 Agustus 2018

(5)

iii ABSTRAK

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan bahkan air terkecuali vitamin, mineral, dan obat selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Masalah mengenai ASI eksklusif adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak diteliti di semua negara di dunia, begitu pula di Indonesia.Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube yang terletak di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube pada tahun 2016, yaitu sebesar 40,4%. Jenis penelitian ini berupa survei analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, pendidikan, perkerjaan, paritas, inisiasi menyusu dini, dan dukungan suami/keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube pada tahun 2018. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tepatnya saat penilitian dilakukan yang berjumlah 31 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Hasil penelitian dan uji Chi Square yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif, sedangkan pekerjaan, paritas, inisiasi menyusu dini, dan dukungan suami/keluarga tidak memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018. Petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube disarankan untuk memberikan pengetahuan dan melakukan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada ibu, calon ibu, dan anggota keluarga terdekat ibu untuk mendukung berhasilnya pemberian ASI eksklsuif.

Kata kunci : ASI eksklusif, Siempat Rube

(6)

ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is to breastfeed without additonal foods or drinks even water with the exception of vitamins, minerals, and medicines for the early six months of infant life. Health Problems about exclusive breastfeeding is one of many health problems being researched in all countries in the world, so in Indonesia. The research was done in Siempat Rube Health Centre’s area of work which is located in Siempat Rube District, Pakpak Bharat Regency, North Sumatera Province. The research conducted because of low exclusive breastdeefing rate in Siempat Rube Health Centre’s area of work, which was at 40,4% in 2016. The research was survey analitic that aims to find out the correlation of knowledge, attitude, education, work, parity, early breastfeeding initiation, and husband/family support with exclusive breasfeeding practice in Siempat Rube Health Centre’s area of work in 2018. The population of the research is all mothers with infant aged 7-12 months in Siempat Rube Health Centre’s area of work exactly at the time when the research occured totalling 31 people. Data collection was done using Questionnaires as instrument. The result of the research and Chi Square test showed that knowledge, attitude, and education significantly correlate with exclusive breastfeeding practice, while work, parity, early breastfeeding initiation, and husband/family support have no correlation with exclusive breastfeeding practice in Siempat Rube Health Centre’s area of work in 2018. Health workers in Siempar Rube Health Centre’s area of work are suggested to give knowledge and counseling about the importances of exclusive breastfeeding practice to mothers, prospective mothers, and mother’s close family members to improve the success of exclusive breastfeeding practices.

Keywords : Exclusive breastfeeding, Siempat Rube

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIEMPAT RUBE TAHUN 2018” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku pembimbing dan ketua penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

5. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D,selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Kependudukan dan Biostatistika.

8. Orang tua terkasih, Poltak Mangatas Banurea dan Tiaman Meliati br. Padang, beserta kakak EkaVherma Suari Lolo Ulli Banurea, Enia Sohni Sodipta Banurea, dan Erdina Freade Melati Olga Banurea dan abang Anthony Kornelius Putra Madena Mada Banurea yang telah senantiasa mendukung baik secara moral dan materil, member doa, dan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Kelas F stambuk 2013, Departemen Kependudukan dan Biostatistika, Rekan tim Pengalaman Belajar Lapangan, dan teman-teman yang tidak bias disebutkan satu persatu terimakasih atas pengalaman yang membahagiakan selama masa perkuliahan.

Akhir kata penulis berdoa semoga dukungan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Agustus 2018

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

RIWAYAT HIDUP xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 9

Tujuan Umum 9

Tujuan Khusus 9

Manfaat Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 11

ASI Eksklusif 11

Pengertian ASI 11

Pengertian ASI Eksklusif 11

Tujuan Pemberian ASI Eksklusif 12

Tahap Pemberian ASI 12

Manfaat Pemberian ASI 13

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif 17

Faktor Pengetahuan 17

Faktor Sikap 18

Faktor Pendidikan 20

Faktor Pekerjaan 21

Faktor Paritas 22

Faktor Inisiasi Menyusu Dini 23

Faktor Dukungan Suami/Keluarga 24

Landasan Teori 25

Kerangka Konsep Penelitian 28

METODOLOGI PENELITIAN 29

Jenis Penelitian 29

Lokasi danWaktu Penelitian 29

Populasi dan Sampel 29

Populasi 27

(10)

Sampel 30

Variabel dan Definisi Operasional 30

Variabel Dependen 30

Variabel Independen 30

Metode Pengumpulan Data 31

Data Primer 31

Data Sekunder 31

Metode Pengukuran 31

Pengukuran Variabel Dependen 31

Pengukuran Variabel Independen 32

Uji Validitas 33

Uji Reliabilitas 34

Metode Analisis Data 36

Analisis Univariat 36

Analisis Bivariat 36

HASIL PENELITIAN 37

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37

Keadaan Geografis 37

Keadaan Demografi 37

Analisis Univariat 38

Karakteristik Responden 38

Pengetahuan 39

Sikap 40

Dukungan Suami/Keluarga 41

AnalisisBivariat 43

Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif 43 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif 43 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif 44 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif 45 Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif 45 Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif 46 Hubungan Dukungan Suami/Keluarga dengan Pemberian ASI

Eksklusif 46

PEMBAHASAN 47

Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif 47 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif 48 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif 50 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif 51 Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif 53 Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif 54 Hubungan Dukungan Suami/Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif 56

(11)

ix

KESIMPULAN DAN SARAN 58

Kesimpulan 58

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan

34

2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap 35 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel

Dukungan Suami/Keluarga

35

4 Luas Daerah dan Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Siempat Rube

37

5 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif, Paritas, Pekerjaan, Pendidikan, dan Inisiasi Menyusu Dini

38

6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Pengetahuan tentang ASI Eksklusif

39

7 Kategori Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI eksklusif

40

8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap terhadap ASI Eksklusif

40

9 Kategori Sikap ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif 41 10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang

Dukungan Suami/Keluarga dalam Pemberian ASI Eksklusif

41

11 Kategori Dukungan Suami/Keluarga terhadap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

42

12 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif

43

13 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif 44 14 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI

Eksklusif

44

(13)

xi

15 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif

45

16 Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif 45 17 Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian

ASI Eksklusif

46

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Variabel independen dan dependen penelitian 28

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 63

2 Surat Izin Penelitian 69

3 Surat Balasan Izin Penelitian 70

4 Hasil Pengumpulan Data Kuesioner 71

5 Master Data 73

6 Output SPSS 76

7 Dokumentasi Penelitian 82

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Andhika Prana Maholi Banurea berumur 22 tahun, dilahirkan pada tanggal 18 Februari 1996 di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara dari pasangan Ayah Poltak Mangatas Banurea dan Ibu Tiaman Meliati br. Padang.

Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Pertiwi Sidikalang (2000- 2001), SD Negeri 1 Salak (2001-2007), SMP Swasta St. Paulus Sidikalang (2007- 2010), SMA Negeri 1 Salak (2010-2013), dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2013-2018).

Medan, Oktober 2018

Andhika P M Banurea

(17)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sempurna secara fisik, mental, dan sosial dan bukan sebatas terlepas dari penyakit atau kecacatan (WHO, 1948). Kesehatan merupakan sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan sebuah tujuan hidup, hal ini diutarakan WHO dalam hal promosi kesehatan, tertulis dalam Piagam Ottawa pada tahun 1986 (Roesli, 2008). Menurut UU No. 36 Tahun 2009,

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.

Kesehatan dapat dibagi menjadi banyak aspek dan salah satunya adalah kesehatan reproduksi. WHO mengartikan kesehatan reproduksi dengan keadaan sempurna secara fisik, mental, dan sosial dan bukan sebatas terlepas dari peyakit atau kecacatan, dan hubungannya dengan proses, fungsi, dan sistem reproduksi dalam setiap tahapan kehidupan. Kesehatan reproduksi mengenal sebuah pendekatan yang menyatakan ruang lingkupnya, yaitu pendekatan siklus

kehidupan (life cycle approach). Salah satu bagian dari ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah kesehatan ibu dan anak.

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu dilaksanakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya yang berpedoman pada Sistem Kesehatan

(18)

Nasional Tahun 2012 diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 72 Tahun 2012 ( Depkes, 2013).

Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan karena gizi memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia sehingga tercipta generasi yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini ditentukan oleh makanan yang dikonsumsi ibu sejak dari dalam kandungan dan kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan sejak bayi (Roesli, 2008).

Kesehatan bayi dapat dijaga dengan baik dengan mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan. Bayi membutuhkan gizi yang cukup untuk pertumbuhan yang baik, terutama dalam pertumbuhan otak. Bayi 0 – 6 bulan adalah tahapan pertumbuhan yang sangat rentan terkena penyakit, bayi pada tahapan ini memiliki organ tubuh terutama pada organ-organ pencernaan yang masih lemah, oleh karena itu ASI adalah sumber gizi yang paing tepat. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi (Astutik, 2014).

Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi bayi. Beberapa manfaat ASI bagi bayi yaitu sebagai perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal

(Howie, 1990), menurunkan resiko kematian bayi akibat diare dan infeksi (Horta, 2013) sumber energi dan nutrisi bagi bayi (Engeleer, 1997), serta mengurangi angka kematian di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi (WHO, 2016).

Keadaan organ pencernaan bayi yang belum sempurna di awal kehidupannya

(19)

3

mengharuskan pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama (Prasetyono, 2012).

World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat satu jam pertama setelah melahirkan dan melanjutkan hingga usia enam bulan pertama kehidupan bayi. Pengenalan makanan pelengkap dengan nutrisi yang memadai dan aman diberikan saat bayi memasuki usia enam bulan dengan terus menyusui sampai dua tahun atau lebih (WHO, 2017). Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, World Health Organization (WHO) dan World Health Assembly (WHA)

merekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif yaitu selama enam bulan (Roesli, 2008).

ASI diberikan secara eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan dengan ASI bersama makanan pendamping ASI lainnya sampai berusia dua tahun atau lebih (Depkes, 2010). WHO pada tahun 2006 mengeluarkan standar

pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia enam bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap menyusui bayinya hingga usia mencapai dua tahun. Di indonesia, anjuran ini dipertegas dengan peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk

menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia enam bulan.

Pemberian ASI eksklusif secara teratur sekitar enam bulan pertama kelahiran akan berdampak sangat positif bagi tumbuh kembang bayi baik secara

(20)

fisik maupun emosional. Bayi akan tumbuh lebih sehat dengan sistem kekebalan tubuh yang sempurna dari air susu ibu (ASI) karena ASI mampu memberi

perlindungan yang sempurna bagi bayi yang baru lahir (Jackson, 2006). Menurut UNICEF seorang anak yang diberikan ASI memiliki kesempatan untuk bertahan hidup tiga kali lebih besar dibanding anak yang tidak mendapatkan ASI. ASI juga dapat meningkatkan Intelegensi Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) anak (Brion, 2011). Setiap tahun di dunia ada sekitar empat juta bayi meninggal karena penyakit infeksi terkait dengan perilaku ibu yang tidak memberikan kolostrum dan air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi (WHO, 2017). Pemberian ASI tengah merosot hampir di berbagai penjuru dunia karena perilaku ibu yang

mengesampingkan manfaat ASI terhadap dirinya dan bayinya (Rayfield, 2015) Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menyerang seperti diare dan radang paru, mempercepat pemulihan bila sakit, dan membantu menjarangkan kelahiran (León-Cava, 2002).Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program prioritas pemerintah, karena manfaatnya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 33 tahun 2012 juga menjelaskan kewajiban bagi setiap ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Program ini berkaitan dengan Deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan ASI. Target pencapaian untuk pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2000 disepakati sebesar 80 % (SDKI, 2007) dan akhirnya diubah menjadi 74% pada tahun 2010 (SDKI 2012).

(21)

5

Salah satu kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi Kesejahteraan Anak tahun 1990 adalah semua keluarga mengetahui pentingnya mendukung wanita memberikan ASI saja untuk empat sampai enam bulan pertama kehidupan anak.

Untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PP- ASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif.

Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pemerintahan Inggris tahun 2014 menunjukkan bahwa 81% ibu melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan penurunan drastis terjadi dengan didapatkannya angka jumlah ibu memberikan ASI Eksklusif pada enam minggu pertama, yaitu sebanyak 55%, dan akhirnya turun menjadi 34% ASI eksklusif pada enam bulan pertama.

Temuan itu berhubungan dengan kurangnya dukungan pemerintah, fasilitas kesehatan maupun keluarga terhadap keberhasilan program ASI Eksklusif di Inggris (Rayfield, 2015).

Menurut WHO (2014) rata-rata angka cakupan pemberian ASI eksklusif di dunia adalah sebesar 38%. United Nation Child’s Fund (UNICEF) tahun 2005- 2011 mendapati bayi Indonesia yang mendapat ASI Ekslusif selama enam bulan pertama sebanyak 32% dan 50% anak diberikan ASI sampai usia 24 bulan. Tetapi persentase ini masih rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lain seperti Bangladesh 43% anak di berikan ASI eksklusif selama enam bulan dan 91% anak mendapat ASI sampai usia 24 bulan. Tahun 2012 UNICEF mencatat sekitar 39% anak-anak di bawah enam bulan mendapat ASI eksklusif.

(22)

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir yang dilakukan ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukan bahwa hanya 27% bayi umur 4 – 6 bulan mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan makanan atau lain). Selain ASI 8% bayi pada umur yang sama diberi susu formula dan 8% diberi air putih. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4 – 6 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi dibandingkan hasil SDKI 2007 (masing-masing 27% dan 17%). Selain itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan hanya 38 %. Khususnya di provinsi Sumatera Utara pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan masih sangat rendah yaitu hanya 41,3 %.

Data cakupan pemberian ASI eksklusif pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai target renstra tahun 2016 (42%) dengan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 54%. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan cakupan pemberian ASI eksklusif di tahun sebelumnya sebesar 55,7%. Begitu juga dengan cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Sumatera Utara dengan cakupan sebesar 46,8% berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 telah mencapai target nasional. Baik cakupan pemberian ASI eksklusif Indonesia maupun Sumatera Utara tahun 2016 telah mencapai target renstra tahun 2016, namun angka cakupan tersebut masih tergolong rendah dan butuh perhatian lebih baik lagi agar menunjukkan angka yang lebih tinggi.

(23)

7

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2016, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi kurang dari enam bulan adalah sebesar 50,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Pakpak Bharat telah mencapai target renstra tahun 2016 meskipun dengan angka yang masih tergolong rendah.

Puskesmas Siempat Rube adalah salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat, dan terletak di Kecamatan Siempat Rube. Wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube terbagi menjadi enam desa, yaitu Desa Siempat Rube I, Desa Siempat Rube II, Desa Mungkur, Desa Siempat Rube IV, Desa Kuta Jungak, dan Desa Traju.

Jumlah bayi 0 – 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube pada tahun 2016 sebanyak 52 orang dam bayi yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 21 orang (40,4%). Data profil Puskesmas Siempat Rube tahun 2016 menunjukkan banyaknya bayi yang diberikan ASI eksklusif di setiap desa, yaitu sebanyak 6 (50%) dari 12 orang bayi di Desa Siempat Rube II, 3 (18,8%) dari 16 orang bayi di Desa Siempat Rube I, 4 (80%) dari 5 orang bayi di Desa Mungkur, 4 (26,7%) dari 15 orang bayi di Desa Siempat Rube IV, 2 (100%) dari 2 orang bayi di Desa Kuta Jungak, dan 2 (100%) dari 2 orang bayi di Desa Traju. Desa Siempat Rube II merupakan desa dengan persentase bayi yang diberikan ASI eksklusif terendah yaitu 18,8%. Desa dengan persentase tertinggi adalah Desa Kuta Jungak dan Desa Traju masing-masing sebanyak 100%. Tahun 2016 Puskesmas Siempat Rube menetapkan target pencapaian pemberian ASI eksklusif sebanyak 70% dari

(24)

jumlah bayi 0 – 6 bulan di Kecamatan Siempat Rube. Berdasarkan data tersebut, pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tidak

mencapai target yang sudah ditentukan.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa beberapa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan alasan yang berbeda. Ada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena mertuanya menyarankan memberikan air putih segera setelah lahir dengan alasan agar perut bayi bersih. Peneliti juga menemukan beberapa ibu dengan persepsi yang salah mengenai ASI eksklusif. Pekerjaan ibu yang umumnya sebagai petani mengakibatkan beberapa bayi pernah diasuh oleh anggota keluarga atau orang lain, hal ini mungkin mengganggu proses pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan kenyataan bahwa rendahnya capaian pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube pada bayi 0 – 6 bulan tahun 2016 dan temuan-temuan saat survei pendahuluan, peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

Perumusan Masalah

Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube pada bayi 0 – 6 bulan tahun 2016 tergolong rendah dan belum mencapai target sehingga peneliti membuat rumusan masalah : Faktor- faktor apakah yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018?

(25)

9

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

4. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

5. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

6. Untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

7. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami/keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018.

Manfaat Penilitian

1. Bagi Puskesmas Siempat Rube. Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai hubungan pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, paritas, inisiasi menyusu dini, dan dukungan suami/keluarga dengan pemberian ASI eksklusif.

(26)

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

3. Bagi penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian dengan fokus yang sama.

(27)

11

Tinjauan Pustaka

ASI Eksklusif

Pengertian ASI. Air Susu Ibu (ASI) adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik yang bernutrisi dan berenergi tinggi, mudah dicerna, dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi (Roesli, 2008).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2011).

Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi. ASI

mengandung berbagai zat gizi yang sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Engeler, 1997).

Pengertian ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan bahkan air terkecuali vitamin, mineral, dan obat selama enam bulan pertama kehidupan bayi (WHO, 2017).

ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja selama 6 bulan, tanpa bahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. (Kristiyanasari, 2011).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada umur 0 – 6 bulan. Menurut WHO, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada

(28)

bayi sampai usia enam bulan tanpa cairan atau pun makanan lain. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyarankan supaya para ibu menyusui bayinya hanya dengan ASI selama enam bulan penuh untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi yang optimal (Lim, 2007).

Tujuan pemberian ASI eksklusif. Tujuan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Tujuan dari MDGs tersebut adalah: Membantu mengurangi kemiskinan, jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia disusui ASI secara eksklusif selama enam bulan maka akan mengurangi pengeluaran biaya untuk pembelian susu formula.

1. Membantu mengurangi kelaparan, pemberian ASI eksklusif membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi sampai usia 2 tahun.

2. Membantu mengurangi angka kematian anak balita. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui.

Tahap pemberian ASI. Tahap pemberian ASI Eksklusif berdasarkan rekomendasi WHO dan UNICEF Tahun 2006 dalam adalah menyusui dalam satu jam setelah kelahiran: menyusui secara eksklusif hanya ASI, artinya tidak

ditambah makanan atau minuman lain bahkan air putih sekalipun; menyusui kapanpun bayi meminta, sesering yang bayi mau, siang dan malam; tidak menggunakan botol susu; mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah

(29)

13

dengan tangan, di saat tidak bersama anak; mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang (Maryuani, 2012).

Manfaat pemberian ASI. ASI bermanfaat bagi bayi, ibu, keluarga, negara, dan masyarakat.

Manfaat bagi bayi. Menurut Roesli (2008), manfaat pemberian ASI bagi

bayi antara lain:

1. ASI sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaiakan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Bayi baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi baru membuat zat kekebalan cukup banyak pada waktu usia 9 – 12 bulan. Pada saat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan berkurang bila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan diare.

Zat kekebalan itu terdapat dalam kolostrum.

3. ASI meningkatkan kecerdasan. Kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak.

(30)

4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik.

Selain itu, menurut Astutik (2014) manfaat ASI lainnya, yaitu:

1. Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang dilahirkan.

2. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan.

3. ASI mengandung zat pelindung atau antibodi yang melindungi terhadap penyakit. Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan bayi yang mendapat ASI.

4. Dengan memberikan ASI minimal sampai enam bulan maka dapat menyebabkan perkembangan psikomotrik bayi lebih cepat.

5. ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan.

6. Dengan memberikan ASI maka akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi

7. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

8. Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi penyakit kuning. Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang jika diberikan ASI yang

(31)

15

kolostrum sesering mungkin yang dapat mengatasi kekuningan dan tidak memberikan makanan pengganti ASI.

9. Bayi yang lahir prematur lebih cepat menaikkan berat badan dan menumbuhkan otak pada bayi jika diberi ASI.

Manfaat bagi ibu. Menurut Prasetyono (2012), manfaat bagi ibu

menyusui bayinya adalah:

1. Isapan bayi dapat membuat rahim ibu lebih cepat kembali seperti sebelum hamil dan mengurangi resiko perdarahan.

2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah kedalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.

3. Ibu yang menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.

4. Menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol susu.

5. ASI lebih praktis karena ibu bisa berjalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan, seperti botol, kaleng susu formula dan air panas.

6. ASI lebih murah karena ibu tidak perlu membeli susu formula.

7. Ibu yang menyusui bayinya memperoleh manfaat fisik dan emosional.

Manfaat bagi keluarga. Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk

membeli susu formula, botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk merebus air, susu, dan peralatannya; jika bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan; penjarangan kelahiran lantaran efek

(32)

kontrasepsi LAM (The Lactation Amenorrhea Methods) dari ASI; jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga; menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia dan keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, air panas dan lain sebagainya ketika berpergian (Prasetyono, 2012).

Manfaat bagi negara dan masyarakat. Menurut Astutik (2014) manfaat

ASI bagi negara dan masyarakat adalah:

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. ASI mengandung zat-zat kekebalan yang melindungi bayi dari penyakit sehingga resiko kesakitan dan kematian pada bayi akan menurun.

2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Bayi jarang sakit dapat menurunkan angka kunjungan ke rumah sakit yang memerlukan biaya untuk perawatan.

3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula. Artinya keuangan untuk membeli susu formula bisa dialihkan untuk membeli kebutuhan yang lain.

4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. ASI mengandung DHA dan AA yaitu asam lemak tak jenuh yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi.

5. Menghemat devisa Negara. Lantaran tidak perlu mengimpor susu formula dan

peralatan lainnya; bayi sehat membuat negara lebih sehat; penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit; memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka kematian; melindungi lingkungan karna tidak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya dan ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi (Prasetyono, 2012).

(33)

17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Faktor pengetahuan. Pengetahuan adalah hal yang sangat penting dan merupakan kemampuan untuk membedakan suatu hal benar atau salah, terbukti sesuai fakta, dan bukan asumsi semata (Lehrer, 2018).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra yakni pancaindra penglihatan, pancaindra pendengaran, pancaindra penciuman, perasa dan peraba. Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang dapat meneriam perubahan dalam tindakannya. Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Effendi dan Makhfudli, 2009).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya (Arikunto, 2010).

Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

(34)

1. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

2. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

3. Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total jawaban pertanyaan.

Penilitian yang dilakukan Wiwin (2016) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram Kabupaten Kutai Barat terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

Eksklusif, dan sangat berhubungan dengan dukungan keluarga. Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI eksklusif menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat

pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI eksklusif.

Faktor sikap. Menurut Fitz-Maurice (2011), sikap adalah bentuk atau kumpulan dari pemikiran dan perasaan yang menggerakkan perilaku, reaksi, dan tanggapan seseorang akan suatu hal. Sikap bukan hanya sekedar perasaan dan pemikiran melainkan kumpulan pikiran dan perasaan yang bekerja sama untuk mengontrol tanggapan seseorang akan suatu peristiwa atau kejadian. Sikap seringkali terbentuk berdasarkan kombinasi dari kondisi mental dan emosional yang memengaruhi persepsi mengenai orang lain, tempat, dan hal lainnya. Sikap positif maupun negatif adalah perasaan berdasarkan nilai dan kepercayaan

(35)

19

seseorang akan sesuatu dan merupakan hasil dari pengalaman, karena semua sikap pasti terbentuk dari pengalaman dan ingatan.

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap berbagai objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Roesli (2008) dengan menciptakan sikap yang positif mengenai ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif.

Penelitian yang dilakukan oleh Khassawneh (2006) pada kalangan ibu menyusui di daerah Jordan Utara menunjukkan bahwa tidak ada hubungan jelas antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif, namun jika dikaitkan dengan pekerjaan dan proses persalinan, didapatkan bahwa keadaan ibu yang bekerja dan dampak dari persalinan dengan operasi (caesar) mempengaruhi sikap ibu

menyusui dan memberikan dampak negatif terhadap keberhasilan ASI Eksklusif.

Faktor pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk

menumbuhkembangkan kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur dan hubungan dengan

(36)

proses belajar. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Colodro-Conde (2011) melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan durasi pemberian ASI di Spanyol dan

didapatkan hasil bahwa semakin berkembangnya zaman, hubungan antara tingkat pendidikan dengan durasi pemberian ASI semakin berkurang dikarenakan trend tingkat pendidikan yang semakin naik dari tahun ke tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Novita (2008), semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi biasanya memiliki kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya (Pertiwi, 2012).

Pendidikan tentunya erat kaitannya dengan pengetahuan. Banyak ibu yang masih belum paham mengenai proses menyusui dan manfaatnya. Pengetahuan yang cukup akan memperbesar kemungkinan sukses dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi (Damayanti, 2013). Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Saleh (2011) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif dimana ibu-ibu dengan pendidikan tinggi cenderung lebih cepat memberikan prelaktal dan MP-ASI dini kepada bayinya

(37)

21

daripada ibu dengan pendidikan rendah. Dia mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi tanpa disertai pengetahuan ASI eksklusif dapat

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh hasil penelitian Hartatik (2010), terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif, kedua faktor tersebut adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan.

Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media massa juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin tinggi besar peluang untuk memberikan ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Fikawati (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Faktor pekerjaan. Alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Saat ini banyak wanita yang mengembangkan diri dalam bidang ekonomi, dan masyarakat juga menyadari kalau kebutuhan wanita bukan hanya kebutuhan fisiologis dan reproduksi. Dengan adanya peran ganda seorang ibu, baik sebagai pekerja dan ibu rumah tangga bila proporsinya tidak seimbang maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam

kehidupan rumah tangga dan anak. Kebutuhan seorang bayi baru lahir adalah ASI selama enam bulan artinya ibu harus siap setiap saat menyusui bayinya (Astutik, 2014)

Menurut Prasetyono (2012) faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah karena ibu bekerja di luar rumah, sehingga tidak dapat

(38)

memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada bayinya. Ibu yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga saat ini banyak sekali. Alasan lainnya adalah ibu yang bekerja secara fisik pasti akan cepat lelah, sehingga merasa tidak punya tenaga lagi untuk menyusui. Peraturan jam kerja yang ketat, lokasi tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja, atau tidak ada fasilitas kendaraan pribadi menjadi faktor yang menghambat ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya.

Faktor paritas. Menurut Stedman (2003) dalam Widyaya (2011), paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup atau mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas.

Menurut Manuaba (2009), berdasarkan jumlahnya paritas dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Nullipara. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan anak sama sekali.

2. Primapara. Primapara adalah wanita yang telah melahirkan satu kali.

3. Multipara. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua hingga empat kali.

4. Grandemultipara. Grandemultiara adalah wanita yang telah melahirkan lima kali atau lebih.

Penelitian yang dilakukan oleh Widiantoro (2015) mengenai hubungan antara pengetahuan dan paritas dengan pemberian ASI eksklusif di RSUD Wates Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu

(39)

23

multipara cenderung lebih berhasil memberikan asi eksklusif pada bayinya daripada ibu primapara. Hasil penelitian Widiantoro (2015) sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Wadud (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara paritas dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Faktor inisiasi menyusu dini. Inisiasi menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Menurut Handayani (2011), evidence based protocol yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF

tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa: bayi harus mendapatkan kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir.

Menurut Roesli (2000) dalam Sianturi (2016), untuk menunjang

keberhasilan proses menyusui, bayi hendaknya disusui segera setelah lahir, namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan inisiasi menyusui dini. Keberhasilan praktik inisiasi menyusu dini (IMD) dapat membantu agar proses pemberian ASI Eksklusif berhasil, sebaliknya jika IMD gagal dilakukan, akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya pemberian ASI eksklusif.

Penelitian Sianturi (2016) mengenai hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara IMD dengan keberhasilan pemberian ASI

(40)

eksklusif di Desa Sukadame, Kabupaten Karo. Hasil penelitian tersebut

mendukung teori bahwa kegagalan praktik IMD dapat menjadi penyebab gagalnya ASI eksklusif.

Faktor dukungan suami/keluarga. Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang orang penting. Apabila seseorang itu penting dalam kehidupannya maka apa yang ia perbuat atau katakan akan diikuti atau dicontoh.

Begitu juga dalam pola pemberian ASI di dalam keluarga, yang menjadi orang penting itu adalah suami dan orang tua.

Menurut Roesli (2008), suami dan keluarga berperan dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat memperlancar refleks pengeluaran ASI karena ibu mendapat dukungan secara psikologis dan emosi (Pertiwi, 2012).

Dukungan psikologis dari keluarga dekat, terutama wanita seperti ibu, ibu mertua, kakak wanita, atau teman wanita lain yang telah berpengalaman dan berhasil dalam menyusui sangat diperlukan. Orang terdekat khususnya suami dan keluarga sangat dibutuhkan dalam mendukung ibu selama memberikan ASI, sehingga memunculkan istilah breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan maka akan muncul emosi positif yang akan meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga produksi ASI pun lancar (Prasetyono, 2012).

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif dapat disebabkan oleh kebiasaan masyarakat, terutama orangtua dan mertua yang segera memberikan makanan tambahan seperti bubur, madu, larutan gula, susu formula, pisang dan lain-lain

(41)

25

kepada bayi dengan alasan bayi akan kelaparan bila hanya diberi ASI saja. Suami sebagai kepala rumah tangga, biasanya menuruti kebiasaan tersebut dengan berbagai dikarenakan kurangnya pemahaman tentang ASI eksklusif atau karena patuh pada orangtua, terlebih mertua (Emiralda, 2007).

Dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan anggota keluarga, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang dalam melaksanakan suatu kegiatan (Sarwono, 2009). Menurut hasil penelitian Anggrowati (2004), dukungan keluarga merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Adanya dukungan keluarga terutama suami maka akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri atau motivasi dari ibu dalam menyusui.

Kenyataannya, masih banyak suami yang berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dengan bayinya, sehingga kurang peduli (Sartono, 2012).

Landasan Teori

ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan bahkan air terkecuali vitamin, mineral, dan obat selama enam bulan pertama kehidupan bayi.

Pengetahuan. Pengetahuan adalah kemampuan atau kesadaran seseorang tentang suatu hal, pengetahuan dapat menjadi penyebab berhasil atau gagalnya suatu hal yang dilakukan individu tersebut, begitu juga untuk pemberian ASI eksklusif, pengetahuan yang baik atau buruk mengenai ASI eksklusif akan menjadi penyebab berhasil atau gagalnya proses pemberian ASI eksklusif oleh individu tersebut.

(42)

Sikap. Sikap adalah hasil proses penerimaan informasi dan dipengaruhi oleh keadaan emosional, moral, atau lingkungan yang akan mengubah persepsi individu terhadap suatu hal. Jika individu memiliki persepsi baik atau buruk tentang sesuatu hal sesuai dengan informasi yang didapatnya maka individu itu akan bersikap baik atau sebaliknya terhadap suatu hal tersebut, begitu pula dengan pemberian ASI eksklusif, individu akan bersikap baik jika persepsi yang ada pada dirinya mengenai ASI eksklusif baik, dan tentunya individu tersebut akan

melakukan pemberian ASI eksklusif dan sebaliknya.

Pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses mengasah kemampuan menerima dan mengolah informasi dan pengetahuan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka kemampuannya untuk memperoleh, menerima, dan mengolah informasi, begitu juga untuk pemberian ASI eksklusif, semakin tinggi pendidikan individu maka akan menambah kemungkinan berhasilnya pemberian ASI

eksklusif karena kemampuannya untuk tahu dan mengerti bahwa ASI eksklusif itu baik akan semakin besar.

Pekerjaan. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk menunjang kemampuannya dalam hal ekonomi dan mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Pekerjaan yang mengikat individu dalam hal waktu maupun tempat sering kali menyebabkan terhambatnya kegiatan atau aktivitas lain individu tersebut, begiu pula untuk hal pemberian ASI eksklusif, individu yang bekerja sering kali menggunakan pekerjaan sebagai alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, sehingga pekerjaan dapat disebut sebagai penyebab gagalnya proses pemberian ASI eksklusif.

(43)

27

Paritas. Paritas adalah jumlah kelahiran yang sudah dilalui individu.

Paritas juga dapat dihubungkan dengan pengalaman individu dalam setiap proses jalannya kehidupan bayi yang sudah dilahirkannya, termasuk dalam hal

pemberian ASI eksklusif. Individu dengan paritas yang lebih besar akan mempunyai pengalaman yang lebih baik mengenai proses tumbuhkembang bayinya terlepas dari faktor-faktor lain, begitu pula dalam pemberian ASI eksklusif, individu dengan paritas lebih besar, lebih memungkinkan utntuk

berpikir positif mengenai pemberian ASI eksklusif sesuai dengan pengalaman dan berhasil melakukannya.

Inisiasi menyusu dini. . Inisiasi menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu dan

membiarkan bayi bergerak sendiri untuk mencari dan menyusu dari puting ibu.

Praktik ini merangsang bayi untuk menerima ASI lebih baik. Sesuai dengan riset- riset yang telah dilakukan didapatkan bahwa ibu dan bayi yang telah melewati inisiasi menyusu dini dengan benar memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil dalam proses pemberian ASI secara eksklusif.

Dukungan suami/keluarga. Dukungan sangat penting untuk individu dalam suatu hal, motivasi yang baik yang diterima individu menambah

kemungkinannya berhasil dalam melakukan sesuatu, seperti halnya untuk pemberian ASI eksklusif, dukungan moral maupun materil oleh orang terdekat, yaitu suami dan keluarga akan menambah semangat dan pikiran positif individu tersebut sehingga menambah kemungkinan berhasilnya proses pemberian ASI secara eksklusif.

(44)

Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 7 variabel bebas (faktor pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, paritas, inisiasi menyusu dini, dan dukungan

suami/keluarga) dan 1 (satu) variabel terikat (pemberian ASI eksklusif) sehingga kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Variabel independen dan dependen penelitian Pengetahuan

Sikap Pendidikan

Pekerjaan Paritas

IMD

Dukungan Suami/Keluarga

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian ASI Eksklusif

(45)

29

Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu variabel independen dan dependen diukur pada waktu yang

bersamaan (Siswanto, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube tahun 2018 dengan cara pendekatan wawancara dan pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Peneliti menentukan lokasi penelitian ini karena rendahnya capaian pemberian asi eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan di lokasi penelitian tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan pada Februari 2018 – Juni 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi. Menurut Umar (2003) dalam Siswanto (2013), populasi adalah elemen-elemen yang mempunyai karakteristik tertentu yang sama dab mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 7 – 12 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Siempat Rube berdasarkan data laporan bulanan Mei 2018 yang berjumlah 32 orang.

Sampel. Semua ibu yang memiliki bayi 7 – 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube yang berjumlah 32 orang dijadikan objek penelitian dan

(46)

satu orang memenuhi kriteria eksklusi yaitu ibu yang mengalami penyakit atau gangguan yang menghambat pemberian ASI selama enam bulan setelah melahirkan sehingga objek penelitian menjadi 31 orang.

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel dependen. Variabel dependen penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif yakni pemberian hanya ASI saja selama enam bulan pertama bayi tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya. Dikategorikan dengan

memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif.

Variabel independen. Berdasarkan kerangka konsep defenisi operasional dari variabel independen penelitian ini adalah:

Pengetahuan. Segala sesuatu yang diketahui ibu mengenai pengertian dan

manfaat ASI eksklusif. Dikategorikan menjadi berpengetahuan baik dan tidak baik.

Sikap. Pendapat atau keyakinan ibu yang ditunjukkan dengan pernyataan

setuju atau tidak setuju tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.

Dikategorikan menjadi sikap baik dan tidak baik.

Pendidikan. Jenjang pendidikan terakhir yang dicapai ibu sampai

penelitian ini dilakukan, dikategorikan menjadi : berpendidikan tinggi (tamat SLTA sederajat dan lulusan perguruan tinggi/akademi) dan berpendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SLTP sederajat)

Pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan ibu sehari-hari yang dikategorikan menjadi bekerja dan tidak bekerja.

(47)

31

Paritas. Banyaknya kelahiran yang telah dilakukan ibu, baik lahir hidup

maupun lahir mati yang dikategorikan menjadi paritas cukup (memiliki 1-2 anak) dan paritas lebih (memiliki lebih dari 2 anak).

Inisiasi menyusu dini. Praktik memberikan ASI pada bayi dengan

meletakkan bayi di atas dada ibu dan membiarkan bayi mencari puting ibu, dikategorikan menjadi IMD dan tidak IMD.

Dukungan suami/keluarga. Dukungan yang diberikan suami atau

keluarga terhadap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya.

Dikategorikan menjadi dukungan baik dan dukungan tidak baik.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan.

Data sekunder. Data yang diperoleh dari laporan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2016 dan Profil Puskesmas Siempat Rube Tahun 2016.

Metode Pengukuran

Pengukuran variabel dependen. Mengukur variabel dependen yakni pemberian ASI Eksklusif dilakukan berdasarkan pada skala nominal

dikelompokkan menjadi:

1. Memberikan ASI eksklusif. Apabila ibu memberikan hanya ASI tanpa makanan atau minuman lainnya selama enam bulan pertama pada bayi.

2. Tidak memberikan ASI Eksklusif. Apabila ibu memberikan makanan atau minuman lainnya selain ASI pada bayi selama enam bulan pertama.

(48)

Pengukuran variabel independen. Variabel independen diukur berbeda pada satu variable dengan variable lain, yaitu:

Pengetahuan. Pengukuran variabel pengetahuan terdiri dari 6 pertanyaan

dan 6 pernyataan dengan jawaban benar atau salah, jika responden menjawab dengan benar akan diberikan nilai 1 dan jika menjawab dengan salah akan diberikan nilai 0. Kategori tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi dua sesuai dengan Arikunto (2010), yaitu:

1. Baik. Apabila nilai yang diperoleh responden >55% total nilai pertanyaan dan pernyataan (>6,6) atau menjawab 7 – 12 pertanyaan dan pernyataan dengan benar.

2. Tidak Baik. Apabila nilai yang diperoleh responden ≤55% total jawaban pertanyaan dan pernyataan (≤6,6) atau menjawab 0 – 6 pertanyaan dengan benar.

Sikap. Pengukuran variabel sikap terdiri dari 9 pernyataan dengan total

nilai 45 dan menggunakan skala Likert dengan pemberian nilai sebagai berikut:

Pernyataan positif (P) Pernyataan negatif (N)

Sangat setuju = 5 Sangat setuju = 1

Setuju = 4 Setuju = 2

Netral = 3 Netral = 3

Tidak setuju = 2 Tidak setuju = 4

Sangat tidak setuju = 1 Sangat tidak setuju = 5 Cara menentukan kategori sikap responden sesuai dengan Arikunto (2010) adalah sebagai berikut:

(49)

33

1. Sikap tidak baik. Apabila nilai yang diperoleh responden ≤55% dari total nilai pernyataan (9 – 29).

2. Sikap baik. Apabila nilai yang diperoleh responden >55% dari total nilai pernyataan (30 – 45)

Dukungan suami/keluarga. Pengukuran variabel dukungan

suami/keluarga terdiri dari 8 pertanyaan dengan total nilai 40 dan dua opsi

jawaban pada setiap pertanyaan, yaitu jawaban ya dengan nilai 1 dan tidak dengan nilai 0.

Untuk menentukan kategori responden berdasarkan nilai responden sesuai Arikunto (2010) adalah sebagai berikut:

1. Dukungan tidak baik. Apabila nilai responden ≤55% total nilai pertanyaan (≤4,4) atau menjawab 0 – 4 pertanyaan dengan benar.

2. Dukungan baik. Apabila nilai responden >55% total nilai pertanyaan (>4,4) atau menjawab 5 – 8 pertanyaan dengan benar.

Uji validitas. Validitas atau kesahihan merupakan kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur. Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen yang valid, oleh karenanya diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument

menggambarkan tingkat instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur ( Arikunto, 2010). Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas Product Momen Pearson Correlation.

Uji reliabilitas. Sugiyono (2008) menyatakan bahwa: “Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila

(50)

pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang”.

Reliabilitas adalah kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari informasi, jawaban atau pertanyaan, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berulang. Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Alpha’s Cronbach yang dirumuskan dalam Nugroho (2005) sebagai berikut. jika koefisien reliabilitas (α)

≥ 0,6 maka alat ukur dianggap reliable (handal) atau terdapat internal consistency reliability.

Tabel 1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Variabel

Corrected item-Total Correlation

r-tabel Hasil Cronbach

Alpha Hasil Pertanyaan 1 0.931 0.361 Valid 0.763 Reliabel

Pertanyaan 2 0.931 Valid

Pertanyaan 3 0.434 Valid

Pertanyaan 4 0.931 Valid

Pertanyaan 5 0.380 Valid

Pertanyaan 6 0.378 Valid

Pertanyaan 7 0.598 Valid

Pertanyaan 8 0.425 Valid

Pertanyaan 9 0.383 Valid

Pertanyaan 10 0.931 Valid

Pertanyaan 11 0.881 Valid

Pertanyaan 12 0.369 Valid

Tabel 1 di atas menunjukkan nilai Corrected item-Total Correlation dan Cronbach Alpha lebih besar dari r-tabel untuk (0,361) yang artinya bahwa semua pertanyaan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan pada ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan teruji valid dan reliabel.

(51)

35

Tabel 2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap Variabel

Corrected item-Total Correlation

r-tabel Hasil Cronbach

Alpha Hasil Pernyataan 1 0.588 0.361 Valid 0.771 Reliabel

Pernyataan 2 0.921 Valid

Pernyataan 3 0.477 Valid

Pernyataan 4 0.802 Valid

Pernyataan 5 0.622 Valid

Pernyataan 6 0.811 Valid

Pernyataan 7 0.782 Valid

Pernyataan 8 0.500 Valid

Pernyataan 9 0.685 Valid

Tabel 2 di atas menunjukkan nilai Corrected item-Total Correlation dan Cronbach Alpha lebih besar dari r-tabel (0,361) yang artinya bahwa semua

pertanyaan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel sikap pada ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan teruji valid dan reliabel.

Tabel 3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukuingan Suami/Keluarga Variabel

Corrected item-Total Correlation

r-tabel Hasil Cronbach

Alpha Hasil Pertanyaan 1 0.377 0.361 Valid 0.742 Reliabel

Pertanyaan 2 0.570 Valid

Pertanyaan 3 0.377 Valid

Pertanyaan 4 0.625 Valid

Pertanyaan 5 0.422 Valid

Pertanyaan 6 0.652 Valid

Pertanyaan 7 0.422 Valid

Pertanyaan 8 0.652 Valid

Tabel 3 di atas menunjukkan nilai Corrected item-Total Correlation dan Cronbach Alpha lebih besar dari r-tabel (0,361) yang artinya bahwa semua

pertanyaan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan suami/keluarga pada ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan teruji valid dan reliabel.

(52)

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 responden dengan bayi 7- 12 (Februari 2018) di wilayah kerja Puskesmas Salak, Kecamatan Salak, Pakpak Bharat.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui dua tahap, yaitu analisis univariat dan dilanjutkan dengan analisis bivariat.

Analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing masing variabel dependen dan independen meliputi : pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, paritas, inisiasi menyusui dini, dan dukungan suami/keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan masing-masing variabel independen dengan dependen meliputi : pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, paritas, inisiasi menyusui dini, dan dukungan suami/keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube dengan menggunakan uji Chi-Square.

(53)

37

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Keadaan geografis. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Puskesmas Siempat Rube terletak di Desa Jambu Mbellang Kecamatan Siempat Rube, yang merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat.

Batas-batas wilayah Puskesmas Siempat Rube adalah : Sebelah Utara : Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Sebelah Selatan : Kecamatan Tinada

Sebelah Timur : Kecamatan Sigalingging Kabupaten Dairi Sebelah Barat : Kecamatan Salak

Keadaan demografi. Wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube adalah terdiri dari enam desa dengan jumlah penduduk 5.452 jiwa. Luas wilayah kerja Puskesmas Siempat Rube adalah 82,36 km² dan seluruh wilayah dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat.

Tabel 4

Luas Daerah dan Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Siempat Rube

Desa Luas Wilayah Jumlah Penduduk

Siempat Rube I 11,09 1.142

Siempat Rube II 18,06 1.072

Mungkur 15,09 681

Siempat Rube IV 16,02 1.433

Kuta Jungak 10,02 557

Traju 9,06 567

(54)

Analisis Univariat

Karakteristik responden. Karakteristik 31 responden dalam penelitian ini terdiri dari pemberian ASI eksklusif, paritas, pekerjaan, pendidikan, dan inisiasi menyusu dini sebagaimana disajikan pada table 5 berikut:

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif, Paritas, Pekerjaan, Pendidikan, dan Inisiasi Menyusu Dini

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Pemberian ASI Eksklusif

Memberikan ASI Eksklusif Tidak memberikan ASI Eksklusif

15 16

48,4 51,6 Paritas

Paritas Cukup Paritas Lebih

11 20

35,5 64,5 Pekerjaan

Bekerja Tidak bekerja

28 3

90,3 9,7 Pendidikan

Berpendidikan Tinggi Berpendidikan Rendah

20 11

64,5 35,5 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD Tidak IMD

1 30

3,2 96,8

Total 31 100

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekeuensi pemberian ASI eksklusif pada responden adalah 15 ibu (48,4%) memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan 16 ibu (51,6%) tidak memberikan ASI eksklusif dari jumlah 31 ibu. Responden yang berparitas cukup (memiliki 1-2 anak) adalah sebanyak 11 ibu (35,5%) dan berparitas lebih (memiliki anak lebih dari 2) sebanyak 20 ibu (64,5.

Ditinjau dari faktor pekerjaan, responden yang bekerja adalah sebanyak 29 ibu (93,5%) dan yang tidak bekerja sebanyak 2 ibu (6,5%). Kemudian untuk variabel pendidikan, responden yang berpendidikan tinggi (tamat SLTA sederajat

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

Hasil penelitian menunjukkan Nilai-nilai humanistis yang ada dalam proses pembelajaran PAI di SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School (ICMBS) Sidoarjo

(Analisis Isi Penerapan Sepuluh Prinsip Menulis Menurut Robert Gunning pada Berita Kekerasan Terhadap Anak dalam Koran Merapi pada Periode

Jabatan Fungsional Tertentu adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang pegawai negeri dalam suatu

Supervisi bidan koordinator mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan motivasi da- lam meningkatkan kepatuhan bidan pelaksana dalam melaksanakan MTBM

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai daya dukung lingkungan obyek wisata Aik Berik sehingga dapat digunakan untuk merencanakan/menentukan waktu

Machine compacted hollow sandcrete blocks made from mix ratio 1:6 and with up to 10% laterite content is found suitable and hence recommended for building construction having