• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SITUASI AGAR HIBAH TAK MENJADI GHIBAH EDISI 18 TAHUN 2017 PRODUK. (Analisis Hukum Belanja Hibah Pemerintah Daerah) JARINGAN SURVEY INISIATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SITUASI AGAR HIBAH TAK MENJADI GHIBAH EDISI 18 TAHUN 2017 PRODUK. (Analisis Hukum Belanja Hibah Pemerintah Daerah) JARINGAN SURVEY INISIATIF"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SEPTEMBER-OKTOBER 2017

A NA LISIS 5 SIT UA SI

PRODUK

JARINGAN SURVEY INISIATIF

AGAR HIBAH

TAK MENJADI GHIBAH

(Analisis Hukum Belanja Hibah Pemerintah Daerah)

(2)

r

JARINGAN SURVEY INISIATIF Jln. Tgk. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh,

Provinsi Aceh, INDONESIA Telp. (0651) 6303 146 Web: www.jsithopi.org Email: js.inisiatif@gmail.com

3 4 6 8 10

DAFTAR ISI

WRITERS Tim Riset JSI

EDITOR ARYOS NIVADA DESAIN LAYOUT Teuku Harist Muzani

SENIOR EXPERT

ANDI AHMAD YANI, AFFAN RAMLI, CAROLINE PASKARINA,

CHAIRUL FAHMI, MONALISA

PENDAHULUAN Definisi dan Tujuan Hibah

Bentuk Hibah

Mekanisme Hibah

Kesimpulan

(3)

PENDAHULUAN

Belanja bantuan hibah oleh pemerintah daerah kerapkali menarik per- hatian massa dan menjadi tajuk utama pemberitaan meda massa. Hal tersebut tak lepas dari banyak pihak yang membutuhkan bantuan hibah tersebut dan banyak kepentingan yang dapat diakomodir, baik untuk ke- pentingan kesejahteraan masyarakat maupun kepentingan politik tertentu.

Belanja hibah sendiri merupakan belanja pemerintah daerah yang masuk dalam mata anggaran belanja daerah terse- but. Untuk tingkat provinsi Aceh anggaran tersebut masuk pada Anggaran Pendapatan dan Belan- ja Aceh (APBA) sedangkan untuk Kabupaten Kota pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupat- en/Kota (APBK)

Analisis Situasi edisi kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai ketentuan-ketentuan berdasarkan peraturan perun- dang-undangan yang dapat men- jadi pedoman dalam memberikan pembatasan-pembatasan yang jelas dan tegas untuk pemberian

bantuan hibahberbentuk uang yang bersumber dari APBA/APBK oleh pemerintah daerah agar per- masalahan-permasalahan hukum sebagai akibat penyalahgunaan pemberian bantuan hibah dapat diminimalisir.

Analisis ini dirasakan pent- ing dilakukan. Agar niat hibah, alih alih mendukung fungsi pemban- gunan daerah, justru akan men- jadi ghibah di masyarakat apabila dilakukan secara gegabah.

(4)

ANALISIS SITUASI • edisi 18

JSI

www.jsithopi.org

4

DEFINISI DAN TUJUAN HIBAH

Definisi Hibah

Menurut Kamus Besar Bahasa In- donesia, “hibah” berarti pemberian (den- gan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain. Kata

“hibah” memiliki 2 (dua) makna, yaitu hibah antar personal sebagaimana di- maksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan hibah terkait dengan keuangan daerah, seb- agaimana diatur dalam ketentuan perun- dang-undangan sebagai berikut:

1. Pasal 1666 KUH Perdata, menyatakan-

hibah/penghibahan (schenking) adalah suatu persetujuan/perjanjian (overeenkomst) dengan/dalam mana pihak yang menghibahkan (schen- ker), pada waktu ia masih hidup, se- cara cuma-cuma (om niet) dan tak dapat ditarik kembali, menyerahkan/

melepaskan sesuatu benda kepada/

demi keperluan penerima hibah (be- giftigde) yang menerima penyerahan/

penghibahan itu.

2. Menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) Nomor 14 Ta-

hun 2016 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesai Nomor 32 Tahun

2011 tentang Pedoman Pemberian

Hibah dan Bantuan Sosial yang Ber-

sumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah, hibah adalah

pemberian uang, barang atau jasa

dari pemerintah daerah kepada

pemerintah atau pemerintah daerah

lainnya, perusahaan daerah, masyara-

kat dan organisasi kemasyarakatan,

yang secara spesifik telah ditetapkan

peruntukannya, bersifat tidak wajib

dan tidak mengikat, serta tidak secara

terus menerus yang bertujuan untuk

menunjang penyelenggaraan urusan

pemerintah daerah.

(5)

Tujuan pemberian Hibah

Pada Pasal 4 Permendagri No- mor 14 Tahun 2016 diatur mengenai Tujuan dan Kriteria Pemberian Hibah.

Pada dasarnya Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan daerah. Akan tetapi Pemberian hibah tersebut dilakukan setelah mem- prioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.

1

Pemberian hibah oleh pemerintah daerah bertujuan untuk menunjang pen- capaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah sesuai urgensi dan kepentingan daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan den- gan memperhatikan asas keadilan, kepat- utan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat .

2

Asas asas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Asas keadilan, yaitu terdapat keseim- bangan dalam distribusi kewenangan dan penyalurannya dan/atau keseim- bangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif;

2. Asas kepatutan, yaitu tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional;

3. Asas rasionalitas, yaitu keputusan atas pemberian hibah harus tepat sa- saran dan dapat dipertanggungjaw- abkan;

4. Asas manfaat untuk masyarakat, yaitu bahwa keuangan daerah harus diuta- makan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan bermanfaat

1 Permendagri Nomor 14 Tahun 2016, Pas- al 4 Ayat 1 dan Ayat 2

2 Permendagri Nomor 14 Tahun 2016, Pas- al 4 Ayat 3

Berdasarkan paparan diatas pemberian

hibah tidak dilakukan sesuka hati oleh

pemerintah daerah, namun dilakukan

sesuai dengan urgensi atau kebutuhan

daerah serta pemberian hibah tersebut

dalam rangka mendukung penyelengga-

raan fungsi pemerintahan dan pemban-

gunan dengan memperhatikan asas asas

sebagaimana diuraikan diatas. Adapun

besaran dana hibah yang diberikan ter-

gantung dari besaran pendapatan dae-

rah atau jumlah anggaran dalam APBD

pada tahun berjalan.

(6)

ANALISIS SITUASI • edisi 18

JSI

www.jsithopi.org

6

BENTUK HIBAH

Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) Permendagri Nomor 14 Tahun 2016, bentuk hibah dapat dijabarkan sebagai beri- kut:

Pertama, adalah Hibah Berupa uang.

Hibah Berupa uangdianggarkan dalam ke- lompok belanja tidak langsung, jenis belan- ja hibah, obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD.

Kedua, Hibah berupa barang atau jasa, dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam pro- gram dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah barang atau jasa dan rincian obyek be- lanja hibah barang atau jasa yang diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada SKPD.

Kriteria Syarat minimal Pemberian Hibah pemberian hibah juga harus memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Per- mendagri Nomor 14 Tahun 2016 pada Pasal 4 huruf a, b, c dan d yaitu memenuhi kriteria paling sedikit:

1. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;

2. bersifat tidak wajib, tidak mengikat atau tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran sesuai dengan kemampuan keuangan daerah kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

3. memberikan nilai manfaat bagi pemerin- tah daerah dalam mendukung terseleng- garanya fungsi pemerintahan, pemban- gunan dan kemasyarakatan

4. memenuhi persyaratan penerima hibah.

Berikut penjelasan masing masing kriteria 1) peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;

Hibah berupa uang harus dicantumkan se- cara lengkap dan jelas ke dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran PPKD (RKA- PPKD) mulai dari jenis belanja hibah, obyek, dan rincian obyek belanja.3 Artinya, dalam menyusun RKA-PPKD tersebut sudah harus dipastikan dan ditetapkan nama penerima, jumlah/besaran nilai, dan peruntukan hibah tersebut. Anggaran belanja hibah, baik seba- gian maupun keseluruhan, tidak dapat lagi dicantumkan secara gelondongan atau han- ya sampai jenis belanja hibah saja. Peruntu- kan penggunaan hibah juga secara spesifik dicantumkan dalam peraturan kepala dae- rah, keputusan kepala daerah, dan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)

2) Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecua- li ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan;

Kriteria ini berarti pemerintah daerah tidak memiliki kewajiban untuk mengabul- kan semua proposal/permohonan bantuan hibah yang diajukan oleh calon penerima hibah, dana hibah diberikan sebagai bantuan kegiatan, bukan digunakan untuk dana op- erasional yang selalu diberikan setiap tahun anggaran, dengan pengecualian yang juga ditentukan dalam peraturan perundang- un- dangan,

Berkaitan juga dengan peraturan tersebut, beberapa badan dan lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undan- gan dan dapat menerima hibah secara konti- nyu di antaranya, yaitu:

3 Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 se- bagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 14 Tahun 2016, Pasal 10 dan Pasal 11.

(7)

a. PMI (UU 36/2009 tentang Kesehatan dan Pasal 46 PP Nomor 7/2012 tentang Pelay- anan Darah);

b. Pramuka (Pasal 36 UU 12/2010 tentang Gerakan Pramuka);

c. Korps Pegawai Republik Indonesia (Pasal 63 Kepres 24/2010 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Korpri);

d. KONI (Pasal 69 UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional);

e. Pemilihan Kepala Daerah (UU 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupa- ti, dan Wali Kota);

f. MUI (Peraturan Presiden Republik Indo- nesia Nomor 151 Tahun 2014 tentang Bantuan Pendanaan Kegiatan Majelis Ulama Indonesia;

g. Komisi Penanggulangan AIDS (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulan- gan Aids Nasional);

h. Baznas (Undang-Undang Republik Indo- nesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pen- gelolaan Zakat).

3) memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam mendukung terse- lenggaranya fungsi pemerintahan, pemban- gunan dan kemasyarakatan

kriteria ini berarti hibah yang diberikan oleh pemerintah daerah harus jelas terukur kon- tribusinya bagi pemerintah daerah sendiri dalam mendukung fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Apabila hibah yang diberikan tidak mendukung tiga komponen tersebut fungsi pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan, maka jelas hibah tersebut tidak layak diberi- kan.

4) memenuhi persyaratan penerima hibah. Hibah dapat diberikan kepada: 4

4 Permendagri Nomor 12 Tahun 2016, Pas- al 5 dan Pasal 6.

a. Pemerintah Pusat; Diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lemba- ga pemerintah non kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan.

b. Pemerintah Daerah Lain; Diberikan ke- pada daerah otonom baru hasil pemek- aran daerah sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-undangan.

c. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau Hibah ke- pada BUMN diberikan dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hibah kepada BUMD diberikan dalam rangka untuk meneruskan hibah yang diterima pemerintah daerah dari pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan per- aturan perundang-undangan.

d. Badan, Lembaga, dan Organisasi kema- syarakatan yang berbadan hukum Indo- nesia. Diberikan kepada Badan dan Lem- baga: a) Yang bersifat nirlaba, sukarela, dan sosial yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan; b) Yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang telah memiliki Surat Keterangan Terdaf- tar yang diterbitkan oleh Menteri Dalam Negeri, Gubernur atau Bupati/Walikota;

atau c) Yang bersifat nirlaba, sukarela bersifat sosial kemasyarakatan berupa kelompok masyarakat/ kesatuan-kesat- uan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkem- bangan masyarakat, dan keberadaannya diakui oleh pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah melalui pengesahan atau penetapan dari pimpinan instansi vertikal atau kepala satuan kerja per- angkat daerah terkait sesuai dengan ke- wenangannya.

(8)

ANALISIS SITUASI • edisi 18

JSI

www.jsithopi.org

8

Tata Cara Pemberian Hibah ses- uai dengan Permendagri Nomor 14 Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah pusat, pemerin- tah daerah lain, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Us- aha Milik Daerah, badan dan lembaga, serta organisasi ke- masyarakatan tersebut dapat menyampaikan usulan hibah secara tertulis kepada Kepala Daerah;

2. Kepala Daerah akan menun- juk SKPD terkait untuk men- gevaluasi usulan hibah yang diajukan;

3. Kepala SKPD terkait menyam- paikan hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD;

4. TAPD memberikan pertim- bangan atas rekomendasi dari SKPD sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.

5. Kepala daerah menetapkan daftar penerima hibah be- serta besaran uang atau jasa yang akan dihibahkan den- gan keputusan kepala dae- rah. Daftar penerima hibah tersebut menjadi dasar peny- aluran/penyerahan hibah;

6. Penyaluran /penyerahan hibah kepada penerima hibah dilakukan setelah pen- andatanganan Naskah Per- janjian Hibah Daerah (NPHD)

Mekanisme Pemberian Hibah

(9)

7. NPHD ini paling sedikit memuat keten- tuan mengenai: Pemberi dan pener- ima hibah; Tujuan pemberian hibah;

Besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima; Hak dan kewa- jiban; Tata cara penyaluran/penyera- han hibah; Tata cara pelaporan hibah.

8. Penerima hibah bertanggung jawab secara formal dan material atas peng- gunaan hibah yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 19 Permendagri Nomor 32 Tahun 2011.

Pertanggungjawaban penerima hibah ini meliputi: Laporan penggunaan hibah; Surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD; Bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundangundangan bagi penerima hibah berupa uang atau salinan bukti serah terima barang/jasa bagi peneri- ma hibah berupa barang/jasa;

9. Pertanggungjawaban tersebut disam- paikan kepada Kepala Daerah paling lambat tanggal 10 Januari tahun ang- garan berikutnya, kecuali ditetntukan lain sesuai peraturan perundang-un- dangan. edang-undangan.

Keterangan :

SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu perangkat daerah pada pemerintah daerah se- laku pengguna anggaran/barang.

TAPD atau Tim Anggaran Pemerintah Daerah yaitu tim yang dibentuk dengan keputusan ke- pala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melak- sanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan

NPHD adalah naskah perjanjian hibah yang ber- sumber dari APBD antara pemerintah daerah dengan penerima hibah

(10)

ANALISIS SITUASI • edisi 18

JSI

www.jsithopi.org

10

KESIMPULAN

Dari pembahasan singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa penerima hibah sebagaimana diatur dalam Permendagri 14 Tahun 2016 ada 4 yaitu Pemerintah Pusat;

Pemerintah Daerah lain; Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; dan/

atau Badan, Lembaga, dan organisasi kema- syarakatan yang berbadan hukum Indone- sia.

Namun yang paling penting adalah, hibah diberikan sesuai urgensi dan kepentin- gan daerah dengan memperhatikan keuan- gan daerah. Artinya pemerintah daerah harus jelas mengukur seberapa urgen atau mendesak pemberian hibah tersebut. pem- berian hibah harus memberikan nilai man- faat bagi pemerintah daerah dalam mendu- kung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Apabila pemberian hibah tidak mem- berikan kontribusi terhadap pemerintahan daerah dalam rangka mendukung fungsi pemerintahan, pembangunan dan kema- syarakatan maka jelas hibah tersebut tidak

dapat diberikan. Yang tak kalah penting adalah pemberian hibah harus memperhati- kan etika kepatutan dalam bagi masyarakat maupun kebutuhan pemerintahan sendiri.

Artinya apabila hibah ditengah situasi daerah yang tidak memungkinkan, ditambah dengan situasi sosial masyarakat yang tidak mendukung. Maka alih alih pemberian hibah mendatangkan kontribusi bagi pemerintah- an daerah sendiri maupun masyarakat, jus- tru akan membawa malapetaka bagi pemer- intahan daerah serta berpotensi tersandung kasus hukum. Alih Alih mendapatkan man- faat, justru Hibah bila tidak disalurkan den- gan tepat dapat menjadi musibah bagi dae- rah.

(11)

Profil Jaringan Survey inisiatif

Berdirinya Jaringan Survey Inisiatif (JSI) dilandasi faktor keinginan sekelompok orang profe- sional dibidang survey (kuantitatif dan kualitatif), konsultan, dan fasilitator yang berinisiatif mendukung pengembangan nilai-nilai demokrasi dan pemerintahan yang baik (good gover- nance) dalam segala sektor kepentingan publik (ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan lain-lain).Bentuk keterlibatan dari JSI melalui penelitian (kuantitatif dan kualita- tif), pelatihan, penerbitan buku dan jurnal, dan konsultasi. Metode kerja JSI berpedoman kepada prinsip-prinsip akademik dan analisis statistik maupun wawancara yang mendalam, relevan, serta bersandar pada kode etik keintelektualan berbasiskan data akurat dan metode yang dapat dipertanggung jawabkan. Semangat menjadikan motor penggerak intelektual membuat JSI men- gambil posisi sebagai institute of change.

Prinsip kerja-kerja dari JSI adalah Totalitas, Hospitality, Profesionalitas, dan Integritas. Kami singkat menjadi THOPI. Pengelolaan manajemen JSI bersifat nirlaba namun mengembangkan fund raising secara kelembagaan, seperti penerbitan, media, dan pelatihan. Tentunya pondasi utama transparansi dan akuntabilitas menjadi syarat utama di manajemen JSI. Perlu ditegaskan JSI bukanlah lembaga yang berafiliasi kepada partai atau kelompok tertentu.

Pengalaman Lembaga

1. Survey Kandidat untuk Samsuardi (Juragan) dan Nurchalis di Pilkada Nagan Raya (2012)

2. Survey Kandidat untuk Mayor (Purn.) M. Saleh Puteh di Pilkada Aceh Selatan (2013) 3. Survey Calon Legislatif untuk Syarifah Munira (Caleg no. 5 dapil Baiturrahman dan

Lueng Bata) di Pemilu 2014 (2013)

4. Survey Indeks Demokrasi Indonesia 2013, kerjasama dengan Research Centre of Poli- tics and Government (Polgov) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2012)

5. Survey Satu Dekade Perkembangan Ekonomi Aceh (2015)

6. Survey Arah Perilaku Politik Pemilih pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2015)

7. Survey Kandidat Gubernur-Wakil Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2015)

8. Survey Melek Politik (Political Literacy) Warga Kota Banda Aceh, kerjasama dengan KIP Kota Banda Aceh (2015)

9. Survey Perilaku Pemilih pada Masyarakat Kab. Gayo Lues tahun 2014, kerjasama den- gan KIP Kab. Gayo Lues (2015)

10. Survey Indeks Kepuasan Masyarakat Bidang Perizinan dan Bidang Pendidikan (2015) 11. Survey Polling Preferensi Kandidat Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2015)

12. Survey Preferensi Pemilih terhadap Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2016)

13. Survey Indeks Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Institusi Politik dan Sosial (2016)

14. Survey Preferensi dan Elektabilitas Kandidat Bupati Aceh Besar Periode 2017-2022 (2016)

15. Survey Preferensi dan Elektabilitas Kandidat Walikota Sabang Periode 2017-2022 (2016)

$1$/,6,6 'LJLWDOO\VLJQHGE\$1$/,6,6

6,78$6,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diatas, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh program “Sarapan Pagi Dika Tata” terhadap minat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterpaduan pasar komoditas cabai merah dalam jangka pendek antara Pasar Bunder dengan Pasar Legi rendah, hal ini ditunjukkan dengan

Capaian adalah hasil pelaksanaan program penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan pemuda yang dilaksanakan dalam Sentra Pemberdayaan Pemuda untuk mewujudkan pemuda

Abdullah ibn Abbâs, Medine'de, Resulullah (s.a.v) ile birlikte öğle namazı ile ikindi namazını sekiz (rekat olarak) bir arada kıldığını ve ikisi arasında

Hasil wawancara menunjukkan bahwa respon bidan PTT di Kabupaten Langkat terhadap jampersal adalah tidak begitu baik, hal ini terlihat dari pengetahuan para informan yang masih

Mahogany Lestari adalah melakukan pengolahan kayu dalam pembuatan daun pintu dengan bahan baku yang digunakan adalah jenis kayu durian yang diperoleh dari kota Tebing Tinggi,

Namun kendati demikian, tulisan ini penting tidak saja menjelaskan deskripsi fisik naskah melalui pendekatan kodikologi, 13 tetapi mempertegas kecenderungan umum manuskrip

Basis data yang secara khusus terkait dengan lapangan kerja tidak tersedia, namun sangat dibutuhkan, sebagaimana ditekankan oleh banyak responden dari pemerintah dan bisnis