• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebangkitan Kristus dan Peranannya Terhadap Iman Jemaat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kebangkitan Kristus dan Peranannya Terhadap Iman Jemaat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 65 Sekolah Tinggi Teologi Kasih Allah Indonesia

Volume 1 Nomor 1 (Juli 2021) (Hal. 65-75) http://e-journal.sttkai.ac.id/index.php/xairete/index

Kebangkitan Kristus dan Peranannya Terhadap Iman Jemaat

1Steven Tommy Dalekes Umboh, 2Priditya Amasitha Siging

1,2Sekolah Tinggi Teologi Missio Dei Manado

1stevenumboh82@gmail.com, 2idytsiging@gmail.com

Abstract:

Christ's resurrection is at the heart of the teaching of the Christian faith, for without resurrection the hope of believers is lost. The resurrection of Christ is also an affirmation of the status of the Trinity of Jesus Christ as well as the doctrinal teaching of scripture. This paper uses qualitative descriptive methods with a literature study approach. The results of this paper suggest the resurrection of Christ is an essential teaching written by the apostles, and bible writer who became an eyewitness to Jesus' resurrection. Christ's resurrection has an impact on the faith of the church that fosters hope in death. Christ's resurrection is a driving force for believers to have a missionary spirit in the gospel message. Christ's resurrection at the same time breaks the teaching that questions the validity of His resurrection. Christ's resurrection becomes one of the essences of truth in Scripture.

Keywords: Resurrection of Christ, Faith, Church

Abstrak:

Kebangkitan Kristus jantung dalam pengajaran iman Kristen, karena tanpa kebangkitan sirnalah harapan orang percaya. Kebangkitan Kristus juga merupakan peneguhan status ke-Alahan Yesus Kristus sebagaimana pengajaran doctrinal Kitab Suci.

Tulisan ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan pendekatan studi literatur.

Hasil uraian pada tulisan ini mengemukakan kebangkitan Kristus merupakan pengajaran yang esensi yang dituliskan oleh para rasul, dan penulis Alkitab yang menjadi saksi mata dari kebangkitan Yesus. Kebangkitan Kristus berdampak kepada iman jemaat yang menumbuhkan pengharapan dalam kematian. Kebangkitan Kristus menjadi pendorong bagi orang percaya untuk memiliki semangat misiologi dalam pekabaran Injil. Kebangkitan Kristus sekaligus mematahkan pengajaran yang mempertanyakan validitas kebangkitan- Nya. Kebangkitan Kristus menjadi salah satu inti kebenaran dalam Kitab Suci.

Kata kunci: Kebangkitan Kristus, Iman, Jemeaat Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani

(2)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 66

Pendahuluan

Setiap manusia pasti akan mengalami tantangan dalam menjalani kehidupannya selama ia masih hidup didunia. Tantangan dalam menjalani kehidupan, tidak bisa dihindari dengan cara apapun. Gereja masa kini pun tidak luput dari tantangan, baik tantangan eksternal maupun tantangan internal1. Demikian pula halnya dengan kehidupan kekristenan tidak pernah lepas dari tantangan. Yang bisa dilakukan oleh setiap orang percaya ketika menghadapi tantangan adalah ketika tantangan itu datang maka setiap orang percaya harus mampu beridiri tegak bahkan mempertahankan kekokohan iman sebagai sebuah kebenaran yang mutlak. Alkitab yang merupakan Firman Allah yang diwahyukan oleh Allah dan telah terbukti kebenarannya, masih saja diperdebatkan oleh banyak pihak. Hal ini merupakan sebuah tantangan besar bagi setiap orang percaya dalam mempertahankan iman. Dari sekian banyak isi dalam Alkitab yang diperdebatkan, fenomena tentang kebangkitan Yesus Kristus adalah sebuah topik yang tak pernah ada habisnya diperdebatkan oleh berbagai kalangan.

Apakah oleh sesama orang Kristen maupun yang bukan Kristen.2

Kebangkitan Yesus Kristus adalah pokok kekristenan.3 Maka makna kebangkitan Yesus Kristus memberi pengaruh sangat besar terhadap umat Kristen. Pengakuan orang percaya bahwa Yesus Kristus telah bangkit mengundang kontroversi dari berbagai kalangan, baik pada masa itu maupun pada masa kini. Mereka yang menolak pengakuan ini membuat bantahan-bantahan yang sekiranya dapat menggugurkan dan menenggelamkan fakta kebenaran ini. Beberapa pandangan yang menolak tentang kebangkitan Yesus Kristus antara lain: ada argumen yang menyatakan bahwa pada masa itu (setelah Yesus Kristus bangkit), prajurit-prajurit Roma dan para imam kepala berserta dengan tua-tua, bersepakat membuat berita palsu dan mengatakan bahwa murid-murid Yesus bersekongkol untuk datang mencuri mayat-Nya (Mat. 28:11-13).4 Selanjutnya, ada yang memberi pendapat lain mengenai alasan mengapa kebangkitan Kristus itu tidak benar. Alasannya yaitu karena para wanita yang datang ke kubur Yesus pada waktu hari gelap, ternyata mendatangi “tempat (kubur) yang salah.”5 Kemudian yang lain mengatakan bahwa Yesus tidak benar-benar mati, Dia hanya mengalami “ketidaksadaran atau keadaan koma di dalam kubur”. Setelah sadar, Dia bangkit dan melewati para penjaga, kemudian pergi kepada murid-murid-Nya. Murid-murid-Nya menyimpulkan bahwa Dia telah bangkit dari kematian. Dia (Yesus Kristus) mati tidak lama setelah peristiwa itu. Pandangan ini dianut oleh Albert Schweitzer’s dalam bukunya, “The Quest of The Historical Jesus”.6

1 Paulus Purwoto, “Tinjauan Teologis Tentang Gereja Sejati Dan Aplikasinya Bagi Pelayanan Gereja Kontemporer,” SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2020): 45–57.

2 Steven Tommy Dalekes Umboh, “Kematian Kristus Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Kristen Masa Kini,” TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1 (2021).

3 Tom Jacobs, Kebangkitan Kristus: Pokok Kekristenan (Yogyakarta: Rohani, 1991), 121.

4 Philip Yancey, “Bukan Yesus Yang Saya Kenal: Philip Yancey; Alih Bahasa: Esther S Mandjani;

Editor: Dr. Lyndon Saputra” (1997): 252.

5 Josh D McDowell and Sean McDowell, More than a Carpenter (Tyndale House Publishers, Inc., 2011), 93.

6 Robert L Reymond, A New Systematic Theology of the Christian Faith: -Revised and Updated (Thomas Nelson, 2010), 256.

(3)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 67

Lawrence mengemukakan teori yang sama sekali berbeda mengenai Yesus Kristus tidak mengalami kematian. Lawrence percaya bahwa Yesus pergi ke Mesir dan jatuh cinta dengan pendeta wanita Isis.7 Pandangan yang lain menyebutkan bahwa para murid mengalami halusinasi tentang kebangkitan-Nya. Mereka sebenarnya tidak benar-benar melihat Yesus. Itu hanya pengalaman mereka dan bukan fakta yang sesungguhnya.

Pandangan ini dianut oleh Hugh Schonfield dalam bukunya, “The Passover Plot”. Adapula salah satu filsuf abad 17 Spinoza, yang adalah seorang yang sangat rasionalis. Dia tidak percaya akan kebangkitan Yesus Kristus. Kebangkitan Kristus dianggap sebagai peristiwa yang tidak logis. Baginya, kekristenan merupakan agama yang non-proporsional, agama tanpa dasar kepercayaan. Dia menyimpulkan bahwa “Kekristenan Ortodoks berpijak kepada Paulus yang telah menjadi bagian dari kebenaran kebangkitan Kristus, yaitu agama tanpa pengharapan”.8

Rudolph Bultmann dengan teologi “Demitologisasi”-nya, juga menolak peristiwa kebangkitan Kristus. Baginya, kebangkitan Kristus itu terjadi di dalam mitos, namun faktanya tidak pernah terjadi. Mujizat dan kebangkitan Kristus bukanlah sebuah peristiwa

“historis”, melainkan “super-historis.”9 Persepsi-persepsi yang keliru perihal kebangkitan Kristus akan diuraikan dalam karya tulis ini disertai pembelaan terhadap kebangkitan Kristus atas paham-paham keliru tersebut dengan esensi Kristus benar-benar bangkit! Seluruh argumentasi tentang ketidakbenaran Kebangkitan Yesus Kristus ini, menjadi sebuah keresahan dikalangan umat Kristiani sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan ditengah jemaat dan masyarakat umum, antara lain adalah pertama, pemahaman orang-orang yang tidak mempercayai kebenaran tentang kebangkitan Yesus Kristus membuat iman percaya dari umat kristiani goyah. Kedua, argumentasi tersebut membuat umat kristiani memiliki keraguan atas kebenaran Alkitab sebagai Firman Allah. Ketiga, permasalahan yang terjadi akibat pemahaman yang sesat tentang kebangkitan Yesus Kristus ini bepengaruh terhadap sikap hidup selaku orang percaya, kehadiran umat kristiani dalam mengikuti persekutuan ibadah berkurang yang diakibatkan oleh keraguan iman tentang konsep kebenaran kebangkitan Yesus Kristus. Keempat, pemahaman-pemahaman yang menyimpang dari keyakinan umat Kristiani, ini pun berdampak fatal yaitu membuat banyak umat Kristiani bukan hanya sekedar ragu dengan iman yang mereka percayai, bahkan lebih dari pada itu banyak umat Kristiani memilih untuk meninggalkan keyakinan iman kepada Yesus Kristus yang mereka percayai, dan berpaling pada kepercayaan yang lain. Kelima, ketika tidak memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep yang benar tentang kebangkitan Yesus Kristus maka banyak umat Kristiani terpengaruh untuk menganut ajaran sesat mengenai kebangkitan Yesus Kristus bukanlah sebuah kebenaran.

Bagi penulis masalah tentang “kebenaran kebangkitan Yesus Kristus” ini perlu untuk diteliti lebih lanjut. Sehingga akan memperoleh kebenaran yang Alkitabiah tentang

“Kebangkitan Yesus Kristus” yang pada akhirnya akan memberi pijakan yang benar bagi

7 Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus (Batam: Gospel Press, 2002), 249.

8 Norman L Geisler, Miracles and the Modern Mind: A Defense of Biblical Miracles (Wipf and Stock Publishers, 2004), 15–17.

9 Geisler, Miracles and the Modern Mind: A Defense of Biblical Miracles.

(4)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 68

iman Kristen. Sebab pada dasarnya argumentasi-argumentasi yang di dalam bagian ini umumnya dipakai untuk menentang kebenaran kebangkitan Kristus. Kebenaran Alkitab perihal kebangkitan Kristus adalah dasar pijakan iman Kristen yang harus dibela dan dinyatakan kepada jemaat Tuhan sehingga tidak ada satu pun jemaat yang hidup dalam kebimbangan dengan menolak kebenaran Alkitab tentang kebangkitan Kristus.10

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dengan menuangkan suatu konsep yang teologis dan Alkitabiah (bukan suatu rekayasa pemikiran teologis tanpa ada landasan Alkitab) untuk membahas mengenai konsep Kristologi: Kebangkitan Kristus untuk menjadi suatu karya yang dapat memberikan penjelasan yang tepat tentang kebangkitan. Adapun manfaat dari membahas topik ini untuk memberikan kerangka teologis kpada pembaca mengenai kebangkitan Kristus.

Metode Penelitian

Kajian pembahasan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literarur. Pendekatan studi literatur mengumpulkan sebanyak banyaknya teori dan informasi dari bahan kepustakaan menyangkut topik penelitian. Sumber-sumber tersebut harus relevan dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik validitas dan keabsahannya sebagai sumber ilmiah seperti buku, jurnal, majalah, monograf, laporan penelitian, eksiklopedia dan bahan-bahan kredibel lainnya berbasis online.11 Langkah-langkah dalam menguraikan menulis artikel ini penulis menguraikan tentang kebangkitan Kristus dengan di deskrifikan, kemudian penulis menarik kesimpulan secara konferenshif.

Hasil dan Pembahasan

Kematian Yesus Kristus merupakan dasar bagi pembebasan orang berdosa, maka kebangkitan Yesus Kristus merupakan sebuah bukti. Bukti tentang suatu tindakan Allah yang menampakkan kuasa-Nya dan juga merupakan penampakan tindakan pembenaran- Nya, Roma 4:25 “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”.12 Krusialnya fakta ini diartikulasikan oleh Perjanjian Baru. Setiap khotbah yang disampaikan oleh setiap pengkhotbah Kristen dalam Perjanjian Baru terpusat pada kebangkitan. Injil atau kabar baik pada dasarnya berarti kabar tentang kebangkitan Kristus. Berita yang berkumandang di dunia mada masa purba yang membangkitkan semangat, mengubah kehidupan dan menggemparkan dunia pada waktu itu bukan kasihilah sesamamu manusia. Setiap orang yang waras secara moral telah mengetahuinya; jadi hal itu bukanlah tergolong berita. “Berita yang menggemparkan itu

10 Simon Simon, “Perspektif Alkitab Terhadap Pernikahan Semarga,” Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 4, no. 2 (2020).

11 Sonny Eli Zaluchu, “Struktur Artikel Untuk Jurnal Ilmiah Dan Teknik Penulisannya,” in Strategi Menulis Jurnal Untuk Ilmu Teologi, ed. Sonny Eli Zaluchu, 1st ed. (Semarang: Golden Gate Publishing Semarang, 2020), 1–21.

12 Donald Guthrie, “Teologi Perjanjian Baru 2: Misi Kristus, Roh Kudus Kehidupan Kristen” (Jakarta, Indonesia: Gunung Mulia, 2003), 130.

(5)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 69

adalah bahwa seseorang yang mengkalim dirinya Anak Allah dan Juruselamat dunia telah bangkit dari antara orang mati”.13

Tantangan yang masuk akal yang dapat dikemukakan kepada orang-orang skeptis adalah ini: Apabila memang dapat dibuktikan bahwa Yesus benar abngkit dari kematian, apakah Anda mau percaya kepada-Nya? Karena apabila Ia benar-benar bangkit, itu membuktikan bahwa pernyataan bahwa Ia adalah Tuhan dan bukan sekedar manusia biasa itu adalah benar, karena kebangkitan dari kematian itu adalah hal yang melampaui kekeuasaan manusia; dan keilahianya membuktikan kebenaran tentang segala sesuatu yang pernah diucapkan-Nya, karena Allah tidak dapat berdusta. Bapak Demitologisasi, Rudolph Bultmann, mengatakan bahwa “Apabila tulang belulang Yesus yang telah mati ditemukan besok di kuburan Palestina, maka seluruh pokok penting dalam ajaran Kristen akan tetap tidak berubah”14 Menanggapi pernyataan Bultmann ini, telah dinyatakan pada bagian sebelumnya bahwa Paulus tidak setuju dengan pernyataan Bultmann ini, karena apabila Kristus tidak dibangkitkan, ada tujuh implikasi teologis yang dikemukakan Paulus, yaitu:

pertama, sia-sialah pemberitaan kami. Kedua, Sia-sialah kepercayaan kamu. Ketiga, Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Keempat, Sia-sialah kepercayaan kamu.

Kelima, Kamu masih hidup dalam dosamu. Keenam, Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Ketujuh, Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.15

Dari uraian diatas sangat jelas siapa yang lebih memahami kekristenan itu dan pokok- pokok ajarannya dan apakah pokok-pokok ajaran itu akan tetap tidak berubah apabila mayat Yesus ditemukan besok - rasul atau orang skeptik itu? Salah satu pendiri agama abad pertamakah atau salah satu dari penyusup abad kedua puluh? Orang Yahudi yang mengenal Kristus ataukah pakar Jerman yang hanya mengenal buku-buku? Dan akibatnya, yaitu kematian. Pokok tentang kebangkitan Kristus adalah suatu ajaran yang sangat penting karena pokok ini melengkapi keselamatan kita. Kristus datang untuk menyelamatakan kita dari dosa, Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. Inti utama ialah Kebangkitan Kristus dikonfirmasikan oleh Kitab Suci.16

Kebangkitan Kristus dalam Konsep Perjanjian Baru

Menurut Stott kematian dan kebangkitan-Nya menyatakan “Yesus sendiri tidak pernah meramalkan kematian-Nya tanpa menambahkan bahwa Dia akan bangkit kembali, dan menyebutkan Kebangkitan-Nya yang akan terjadi itu sebagai suatu tanda. Paulus pada awal

13 Peter Kreeft & Ronald K Tacelli, Pedoman Apologetika Kristen (Bandung: Kalam Hidup, 2000), 130.

14 Peter Kreeft & Ronald K Tacelli, Pedoman Apologetika Kristen.

15 Nicolas Rande and Daniel Ronda, “Makna Kebangkitan Kristus Berdasarkan I Korintus 15: 12-28 Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya,” Jurnal Jaffray 11, no. 2 (2013): 1–28.

16 Jetorius Gulo, “Implikasi Praktis Konsep Anugerah Bagi Orang Percaya Berdasarkan Surat Roma 3:

23-24,” Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 3, no. 2 (2020): 228–245.

(6)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 70

suratnya keapa jemaat di Roma, menulis bahwa ‘Yesus dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Dialah Anak Allah yang berkuasa.’ Dan dalam khotbah- khotbahnya yang pertama-tama dalam Kisah Para Rasul, para rasul berulang kali menegaskan bahwa oleh kebangkitan Allah telah membalikkan hukuman atas manusia dan membenarkan Anak-Nya.”17

Dalam Perjanjian Baru dinyatakan bahwa Yesus menubuatkan tentang kebangkitan- Nya sendiri dalam beberapa kesempatan. Bahkan pada bagian awal pelayanan-Nya, Ia berkata “Rombak Bait Allah ini (tubuh-Ku), dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh. 2:19). Dalam Matius 12:40, Kristus berkata “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”. Kepada orang-orang yang telah melihat mujizat-mujizat- Nya dan masih saja tidak mau percaya, Kristus berkata, “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus” (Mat. 12:39; 16:4). Setelah pengakuan Petrus, “mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. . . lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (Mrk. 8:31), dan hal ini menjadi bagian utama pengajaran-Nya sejak saat itu sampai kematian-Nya. Selain itu Yesus mengajar bahwa Ia akan membangkitkan diri-Nya sendiri dari kematian, dengan berkata, “Aku berkuasa memberikannya (hidup-Ku) dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh. 10:18).

Filsuf Karl Popper telah berpendapat bahwa kapan pun ramalan yang penuh resiko digenapi, hal itu meneguhkan teori yang muncul bersamanya”18 Apa yang lebih penuh risiko dari pada meramalkan kebangkitan Anda sendiri? Jika seseorang tidak mau menerima hal itu sebagai bukti atas pernyataan kebenaran, ia memiliki bias yang tidak akan menerima apa pun sebagai bukti. Yesus bersedia untuk membiarkan keputusan tentang siapa Dia bergantung pada apakah ramalan ini akan digenapi atau tidak. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas tentang Kitab Suci dan kebangkitan Kristus, maka sangat jelas pernyataan Alkitab tentang kematian dan kebangkitan Kristus. Kebenaran ini mengkonfirmasikan kepada kita bahwa Alkitab adalah firman Allah. Tepatlah apa yang dikonklusikan oleh ahli sejarah gereja, Philip Schaff “Oleh karenanya kebangkitan Kristus tidak dapat tidak merupakan suatu pertanyaan ujian untuk menentukan benar tidaknya agama Kristen. Peristiwa ini adalah mujizat terbesar atau tipuan terbesar yang pernah dicatat oleh sejarah.”19

Kebangkitan Kristus dan Perannya Terhadap Iman Jemaat

Sebagaimana telah dikemukakan pada bab dua arti dari keutuhan iman, yang menunjukkan bahwa tidak ada perubahan dalam iman (keyakinan, kepercayaan). Maka pada bagian ini akan dikemukakan relasi signifikan antara Kebangkitan Kristus dengan Keutuhan Iman Jemaat. Kebangkitan Kristus merupakan doktrin pokok dalam kekristenan. Karena itu

17 John R W Stott, “Basic Christianity . Downers Grove, IL,” Inter-varsity Press. Strommen, MP (1984).

Psychology’s blind spot: A religious faith. Counseling and Values 28 (1971): 47.

18 Karl R Popper, “Conjectures and Refutations, Harper \&” (Row, New York, 1963), 36.

19 Philip Schaff, History of the Christian Church, vol. 3 (C. Scribner, 1867), 173.

(7)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 71

setiap orang percaya harus memiliki keyakinan yang kokoh akan berita injil ini.20 Telah dikemukakan bahwa bahwa ada beberapa cara untuk membuat iman jemaat utuh seperti melalui ibadah, dan kegiatan rohani lainnya. Intinya dalam kegiatan-kegiatan ini Kebangkitan Kristus diajarkan kepada jemaat sehingga jemaat memiliki iman yang utuh dalam kehidupan kekristen yang dijalaninya.

Ada beberapa fakta penting Kebangkitan Kristus yang membuat iman Kristen kokoh, dan seyogyanya melalui hal ini jemaat yang merupakan Tubuh Kristus (Corpus Christi) harus hidup dalam ketaatan kepada Kristus, karena iman Kristen terhadap Kebangkitan Kristus bukan iman yang didasarkan atas mitos, tahyul, atau dongeng sebagaimana gagasan dari Spinoza, Bultmann dan para skeptic lainnya, tetapi iman yang berdasar atas fakta historis. Relasi signifikan antara Kebangkitan Kristus dan Keutuhan Iman Jemaat adalah:

pertama para murid tahu bahwa Kristus telah mati dan mereka tadinya skeptis terhadap kebangkitan-Nya. Tetapi pada waktu mereka melihat Dia yang telah bangkit, mereka diubahkan sepenuhnya. Petrus di Kisah Para Rasul 2 berbeda sekali dengan Petrus di Yohanes 19. Pengetahuan tentang kebangkitan membuat perbedaan.21

Melalui faktor pertama ini, jemaat Tuhan harus semakin bersungguh-sungguh dalam pelayanan sebagai jemaat, karena para murid yang menghadapi kesulitan dan penderitaan pada abad pertama oleh karena Yesus berani menghadapi segala penderitaan karena mereka tahu dengan bukti yang tak terbantahkan bahwa Yesus bangkit. Gereja mula-mula itu bertumbuh melalui khotbh pada doktrin Kebangkitan Yesus Kristus (Toh. 20:26; Kis. 20:7;

1 Kor. 16:2; Why. 1:10).22 Kalau gereja mula begitu militan dalam pelayanan untuk Kristus karena faktor Kebangkitan Yesus, gereja sekarang ini juga harus militan dalam pelayanan, apapun pergumulan yang dihadapi.

Kebangkitan Yesus pasti telah memastikan bahwa Anak Manusia adalah tidak lain dari Yesus sendiri. Sebelum Paskah, Yesus dilihat sebagai seseorang yang berjalan dan hidup di atas muka bumi; Anak Manusia adalah makhluk surgawi yang akan datang di awan-awan;

namun setelah Paskah keduanya dianggap sebagai identik.23 Melalui kebenaran ini, jemaat Tuhan harus menjadi jemaat yang setia dalam pengiringan kepada Kristus yang adalah Kepala Gereja, karena jemaat sedang menyembah dan mengikuti Pribadi surgawi yaitu Yesus dari Nasaret. kebangkitan kristus dan kebangkitan orang percaya Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15:13 dan 1 Tesalonika 2:13-14, bahwa dengan kebangkitan Kristus, maka ada kebangkitan bagi orang percaya. Orang percaya tidak perlu larut dalam kedukaan ketika ada anggota jemaat yang meninggal, karena ada pengharapan kebangkitan di dalam Yesus. Dan pengharapan itu adalah pengharapan yang kuat yang dibuktikan dengan Kebangkitan Yesus. Kebangkitan Yesus mengakibatkan kebangkitan bagi orang percaya yang mati di dalam Dia24.

20 Simon Simon and Semuel Ruddy Angkouw, “Perintisan Gereja Sebagai Bagian Dari Implementasi Amanat Agung,” Manna Rafflesia 7, no. 2 (2021): 210–234.

21 Paul P Enns, The Moody Handbook of Theology (Moody Publishers, 2008).

22 Simon Simon, “Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja,” LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta 1, no. 2 (2020): 41–64.

23 Millard J. Erikson, Teologi Kristen (Malang: Gandum Mas, 2012).

24 Alfons Renaldo Tampenawas, Erna Ngala, and Maria Taliwuna, “Teladan Tuhan Yesus Menurut Injil Matius Dan Implementasinya Bagi Guru Kristen Masa Kini,” EDULEAD: Journal of Christian Education and

(8)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 72

Allah membangkitkan Kristus dan memuliakan Dia dengan mendudukan Kristus di sebelah kanan-Nya agar Gereja Kristus menjadi kepala atas segala sesuatu (Ef. 1:20-22).

Penting sekali kebangkitan Kristus, sebagaimana pernyataan Paulus dalam Roma 5:8-10.

Kebangkitan Kristus perlu sekali bagi penerapan keselamatan yang telah dipersiapkan oleh kematian Kristus.25 Melalui fakta ini sangat jelas keselamatan bagi jemaat Tuhan yang diakibatkan oleh kematian dan kebangkitan Kristus. Karena itu sebagaiman nasihat Rasul Paulus seharusnya gereja tidak boleh goyah dalam kesetiaan kepada Kristus yang adalah Gembala yang Agung. Kebangkitan Yesus membuktikan doktrin keilahian Tuhan kita.

Ketika Ia hidup di bumi, Yesus mengklaim diri-Nya setara dengan Allah dan bahwa Allah akan membangkitkan Dia dari antara orang mati tiga hari setelah Ia dihukum mati. Jika Ia salah dalam hal itu, klaim-Nya adalah racauan orang gila atau hujatan. Jika Ia benar, kebangkitan adalah cara Allah untuk membenarkan klaim itu. Apakah Allah membenarkan klaim tersebut? Apakah Yesus bangkit dari antara orang mati? Ya, Ia bangkit.

Kebangkitan adalah meterai Allah bagi klaim Kristus atas keilahian.26 Ini dibuktikan dengan tanda Yunus yang diberi Yesus kepada orang Yahudi yang meminta tanda. “Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam” (Mat. 12:40). Bertolak dari uraian di atas, maka orang percaya harus setia dalam iman kepada Yesus, karena Yesus yang diimani dalam kehidupan kekristenan adalah Allah dan itu dibuktikan dengan kebangkitan-Nya dari kematian. Kesetiaan kepada Kristus yang adalah Allah merupakan kekuatan orang Kristen dalam menghadapi segala tantangan dunia. Kebangkitan Yesus adalah bukti bahwa kematian bukanlah akhir hidup ini. Faktanya kematian telah dikalahkan bagi semua orang yang melalui iman disatukan dengan Dia. Ketika Yesus berada di bumi, Ia berkata kepada murid- murid-Nya, “Apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ketempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada” (Yoh. 14:3). Ini merupakan penghiburan yang luar biasa bagi umat Kristen, sebagaimana murid-murid dihiburkan dengan jaminan ini, demikian juga kita umat Tuhan dihiburkan dengan perkataan ini, bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi kematian yang dialami oleh jemaat Tuhan, merupakan instrumen lain untuk memperoleh hidup kekal. Karena itu kesetiaan kepada Kristus dalam pelayanan di dunia merupakan hal yang utama, karena Kristus adalah pemilik hidup kekal.

Iman Jemaat

Pengujian iman adalah tindakan Allah untuk meningkatkan iman seseorang menjadi lebih berkualitas. Oleh karena iman itu hidup, maka setiap orang percaya harus juga siap menghadapi ujian-ujian yang diperlukan bagi pertumbuhan imannya untuk dapat memperoleh buah yang matang. Perhatikan bagaimana Ayub (Ayub 1-42); Abraham (Kejadian 22); Daniel (Daniel 6). Pencobaan yang berasal dari Iblis bertujuan untuk menipu dan membinasakan manusia (Kej. 3:1-5; Yoh. 10:10). Tetapi pencobaan yang dari Tuhan

Leadership 1, no. 2 (2020): 214–231.

25 Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, Cetakan Ke. (Malang: Penerbit Gandum Mas Malang, 2010).

26 Boice James Montegomery, “Dasar-Dasar Iman Kristen,” Surabaya: Momentum (2015): 390.

(9)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 73

dipakai-Nya untuk merendahkan hati dan untuk mengetahui isi hati kita (Ula. 8:2). Reaksi- reaksi negatif yang muncul dari pencobaan akan dipangkas oleh Tuhan. Setelah itu Tuhan akan memulihkan kita dengan penghiburan dan memberi hati yang baru, yaitu hati yang taat (Yeh. 11:19,20).27

Orang percaya tidak pernah lepas dari persoalan (Maz. 34:20). Kalau cara menghadapi persoalan itu dengan sikap dan cara yang lama, pasti kita akan kalah. Sebaliknya jika kita menghadapinya dengan sikap yang baru, pasti kemenangan akan kita peroleh. Reaksi kita atas persoalan bisa keluar melalui perkataan, tetapi bisa juga dengan tindakan. Dan reaksi yang kita lakukan itu akan menunjukkan siapa jati diri kita sebelumnya.28 Sebagaimana firman Tuhan katakan, bahwa pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tetapi pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula (Luk. 6:43-45).

Pertumbuhan iman dimaksudkan bukan saja untuk kita beroleh penggenapan janji Allah, tetapi dengan iman juga akan membimbing kita untuk tetap melekatkan hati kita kepada TUHAN. Hidup berharap dan bergantung kepada TUHAN itulah yang akan membentuk hidup kita sebagai manusia rohani. Karakteristik dari orang yang beriman kepada Kristus bukan hanya semangat dan hidup radikal dalam pelayanan dengan iman kepada Kristus, tetapi juga hidup dengan memiliki kasih. Dengan memiliki sikap hidup yang mengasihi merupakan bukti dari seorang Kristen yang sejati. Gary Chapman, menyatakan bahwa kunci untuk menemukan sukacita dalam mengasihi orang lain adalah “berfokus pada memberikan kasih, bukan mendapatkannya.”29

Adapun ciri hidup yang telah terbentuk dari pola hidup yang mengasihi adalah:

Memiliki Kebaikan. Kebaikan artinya meperhatikan orang lain dan mengenali kebutuhannya. Dan seperti setipa karakteristik dari seorang yang penuh kasih, kebaikan dapat menjadi lebih sederhana dan lebih akuat dari pada yang disadari. Memiliki Kesabaran.

Kesabaran berarti cukup sabar untuk berempati mendengarkan dengan keinginan untuk mengerti apa yang terjadi dalam diri orang lain. Kesabaran berarti terus menerus mendengarkan ketika merasa diperlakukan tidak adil oleh orang lain. Memiliki pengampunan. Mengenai pengampunan, Chapman menulis bahwa “Pengampunan adalah pilihan untuk mengasihi dari pada menunut keadilan. Ketika menjalani hidup di luar sifat dasaria, maka keinginan untuk berdamai akan lebih besar dari pada keinginan balas dendam.”30 Agar pengampunan menjadi gaya hidup, maka latihlah pengampunan dalam cara yang sederhana dan berikan maaf bahkan terhadap kesalahan kecil. Memiliki kesopanan.

Kesopanan adalah bagian penting untuk membuat kasih sebagai cara hidup. Kesopanan juga berarti menerima orang lain dengan ucapan terima kasih. Menerima dari orang lain adalah sebuah cara menunjukkan kasih.

Memiliki Kerendahan Hati adalah cara hidup. Oleb karena itu kerendahan hati sejati, peka terhadap perbuatan apa yang paling membantu bagi orang lain. Kemurahan hati adalah memberikan perhatian, waktu, kemampuan uang, dan belas kasihan secara bebas kepada

27 Jonidius Illu, “Penderitaan Dalam Persfektif Alkitab,” Jurnal Luxnos 5, no. 2 (2019): 101–109.

28 Made Nopen Supriadi and Iman Kristina Halawa, “Makna Penderitaan Kristus Dalam 1 Petrus 2: 18- 21,” Manna Rafflesia 5, no. 1 (2018): 69–91.

29 Gary Chapman, Kasih Sebagai Cara Hidup (Jakarta: Light Publishing, 2008), 13.

30 Gary Chapman, Kasih Sebagai Cara Hidup.

(10)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 74

orang lain. Untuk mengasihi orang-orang artinya bersedia memberi waktu untuk mengenal mereka.31 Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dinyatakan bahwa kasih adalah sesuatu yang signifikan bagi orang percaya. Kebangkitan Kristus bukan hanya mendorong orang Kristen, menderita bagi Kristus, tetapi juga mendrong orang Kristen untuk hidup dengan memiliki iman yang kuat dalam Kristus dan hidup dalam kasih.

Implementasi orang yang hidup dengan kasih adalah ia memiliki “Kebaikan, kesabaran, pengampunan, kesopanan, kerendahan hati, dan kemurahan.” Kebangkitan Kristus memiliki perananan penting terhadap keutuhan iman jemaat.

Kesimpulan

Kebangkitan Kristus adalah fakta sejarah, dimana peristiwa ini disaksikan sendiri oleh para murid, bukan hanya para rasul tetapi juga orang lain dan inilah yang dinyatakan oleh Kitab Suci melalui pernyataan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15. Yakobus yang skeptik terhadap Yesus berubah menjadi pribadi yang radikal bahkan mati karena iman kepada Kristus. Paulus yang militan terhadap Yudaisme, dimana ia menjadi musuh kekristenan pada perkembangan gereja mula-mula, berubah menjadi seorang yang radikal untuk Yesus.

Petrus seorang pengecut berubah menjadi seorang yang berapi-api memberitakan kebangkitan Yesus dan dalam khotbahnya ia menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah kepada orang Yahudi. Kebangkitan Kristus memiliki peran yang signifikan terhadap keutuhan iman jemaat. Jemaat menjadi setia melalui pengajaran ini, karena kebangkitan Kristus mengkonfirmasikan bahwa Kristus adalah Allah dan juga membuktikan bahwa Alkitab adalah firman Allah.

Referensi

Enns, Paul P. The Moody Handbook of Theology. Moody Publishers, 2008.

Gary Chapman. Kasih Sebagai Cara Hidup. Jakarta: Light Publishing, 2008.

Geisler, Norman L. Miracles and the Modern Mind: A Defense of Biblical Miracles. Wipf and Stock Publishers, 2004.

Gulo, Jetorius. “Implikasi Praktis Konsep Anugerah Bagi Orang Percaya Berdasarkan Surat Roma 3: 23-24.” Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 3, no. 2 (2020): 228–

245.

Guthrie, Donald. “Teologi Perjanjian Baru 2: Misi Kristus, Roh Kudus Kehidupan Kristen.”

Jakarta, Indonesia: Gunung Mulia, 2003.

Henry C. Thiessen. Teologi Sistematika. Cetakan Ke. Malang: Penerbit Gandum Mas Malang, 2010.

Illu, Jonidius. “PENDERITAAN DALAM PERSFEKTIF ALKITAB.” Jurnal Luxnos 5, no.

2 (2019): 101–109.

Lee Strobel. Pembuktian Atas Kebenaran Kristus. Batam: Gospel Press, 2002.

McDowell, Josh D, and Sean McDowell. More than a Carpenter. Tyndale House Publishers, Inc., 2011.

Millard J. Erikson. Teologi Kristen. Malang: Gandum Mas, 2012.

Montegomery, Boice James. “Dasar-Dasar Iman Kristen.” Surabaya: Momentum (2015).

31 Simon Simon, “Fenomena Sosial Climber Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen,” Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (2019): 303–324.

(11)

COPYRIGHT© 2021: XAIRETE: JURNAL TEOLOGI DAN PENDIDIKAN KRISTIANI 75

Peter Kreeft & Ronald K Tacelli. Pedoman Apologetika Kristen. Bandung: Kalam Hidup, 2000.

Popper, Karl R. “Conjectures and Refutations, Harper \&.” Row, New York, 1963.

Purwoto, Paulus. “Tinjauan Teologis Tentang Gereja Sejati Dan Aplikasinya Bagi Pelayanan Gereja Kontemporer.” SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2020): 45–57.

Rande, Nicolas, and Daniel Ronda. “Makna Kebangkitan Kristus Berdasarkan I Korintus 15: 12-28 Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya.” Jurnal Jaffray 11, no. 2 (2013): 1–

28.

Reymond, Robert L. A New Systematic Theology of the Christian Faith: -Revised and Updated. Thomas Nelson, 2010.

Schaff, Philip. History of the Christian Church. Vol. 3. C. Scribner, 1867.

Simon, Simon. “Fenomena Sosial Climber Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen.” Fidei:

Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (2019): 303–324.

———. “Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja.” LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta 1, no. 2 (2020): 41–64.

Simon Simon. “Perspektif Alkitab Terhadap Pernikahan Semarga.” Jurnal Abdiel:

Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 4, no. 2 (2020).

Simon, Simon, and Semuel Ruddy Angkouw. “Perintisan Gereja Sebagai Bagian Dari Implementasi Amanat Agung.” Manna Rafflesia 7, no. 2 (2021): 210–234.

Steven Tommy Dalekes Umboh. “Kematian Kristus Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Kristen Masa Kini.” TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1 (2021).

Stott, John R W. “Basic Christianity . Downers Grove, IL.” Inter-varsity Press. Strommen, MP (1984). Psychology’s blind spot: A religious faith. Counseling and Values 28 (1971): 150–161.

Supriadi, Made Nopen, and Iman Kristina Halawa. “Makna Penderitaan Kristus Dalam 1 Petrus 2: 18-21.” Manna Rafflesia 5, no. 1 (2018): 69–91.

Tampenawas, Alfons Renaldo, Erna Ngala, and Maria Taliwuna. “Teladan Tuhan Yesus Menurut Injil Matius Dan Implementasinya Bagi Guru Kristen Masa Kini.”

EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership 1, no. 2 (2020): 214–231.

Tom Jacobs. Kebangkitan Kristus: Pokok Kekristenan. Yogyakarta: Rohani, 1991.

Yancey, Philip. “Bukan Yesus Yang Saya Kenal: Philip Yancey; Alih Bahasa: Esther S Mandjani; Editor: Dr. Lyndon Saputra” (1997).

Zaluchu, Sonny Eli. “Struktur Artikel Untuk Jurnal Ilmiah Dan Teknik Penulisannya.” In Strategi Menulis Jurnal Untuk Ilmu Teologi, edited by Sonny Eli Zaluchu, 1–21. 1st ed. Semarang: Golden Gate Publishing Semarang, 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Diklat Pengembangan Umum adalah diklat yang berorientasi pada tools kompetensi teknis sesuai bidang tugas karyawanB. Diklat Kompetensi Managerial Leadership adalah diklat

Hal ini disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai tindakan manajer tersebut, karena tindakan tersebut akan

apabila penghuni tidak segera menempati unit hunian di Rumah Susun yang telah disewanya dalam waktu 1 (satu) bulan; atau penghuni meninggalkan unit hunian Rumah Susun

Parameter dari hasil penelitian ini yang dapat dilihat meliputi struktur ikatan polimer, nilai transmitansi, konduktivitas, dan hubungan struktur ikatan

Sehingga dapat dikatakan bahwa rebranding merupakan suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk mengubah total atau memperbarui sebuah brand yang

Pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu upaya meningkatkan minat belajar al Qur’an

Uji F statistik menunjukkan bahwa variabel kurs Rupiah per US Dollar dan Gross Domestic Product (GDP) secara bersama-sama mempengaruhi Neraca Perdagangan

Keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi sumber bagi penelitian yang akan datang adalah: Uji efek mediasi dalam penelitian ini tidak mampu membuktikan motivasi