• Tidak ada hasil yang ditemukan

78910926 Judul Skripsi Yang Akan Di Bwt Skripsi Mujib

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "78910926 Judul Skripsi Yang Akan Di Bwt Skripsi Mujib"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

Oleh :

MOCH. SAIKHUNI LUTHFI D01303144

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., hanya dengan izin dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan penuh semangat dan kerja keras.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan perjuangan beliaulah kita bisa menikmati Iman dan Islam.

Skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui

Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Pondok-Pesantren Bidayatul Hidayah

Mojogeneng Jatirejo Mojokerto”.

Skripsi dengan judul di atas dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam di Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan dari beberapa pihak, sehingga penulis merasakan arti sebuah jama’ah (satu adalah kuat, kuat adalah satu). Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. H. Nur Hamim, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

(3)

3. Bapak Drs. H. Syaiful Jazil, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Semua Dosen yang mengajar penulis yang telah memberikan ilmunya mulai dari penulis menjadi mahasiswa semester satu sampai terakhir berkat bantuan beliaulah penulis bisa menyelesaikan pendidikan di jenjang Strata Satu.

5. Bapak Drs. KH. Moch. Imam Chambali selaku pengasuh Pondok-Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya, Terima kasih atas segala nasihat yang telah diberi sebagai penguat diri dan semangat hidup penulis.

6. Semua Guru yang telah memberikan kepada penulis ilmu pengetahuan dan mengajariku mulai dari TK Muslimat Gentengsari, SDN Tompokersan 05 Lumajang, SMPN 1 Sukodono Lumajang SMAN 1 Lumajang, Terimakasih wahai ibu dan bapak guru-ku.

Hanya Doa dan rasa terimakasih tak terhingga yang terlahir dari lubuk hati terdalam yang dapat penulis sampaikan, semoga semua yang telah diberikan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya serta orang lain pada umumnya. Akhirnya penulis sadar dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak kekurangan karena pada hakikatnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Semoga karya ilmiyah yang berupa skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua amien.

Surabaya, 19 September 2008

(4)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Definisi Operasional... 8

F. Metode Penelitian... 9

G. Sistematika Pembahasan……….14

(5)

1. Dasar Pembelajaran Al-Quran ... 16

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran ... 22

3. Beberapa metode Pembelajaran Al-Qur’an ……….24

4. Metode-metode dalam pembelajaran agama Islam…………..26

B. Konsepsi Metode Jibril 1. Metode Jibril . ... 31

a. Pengertian Metode Jibril ... 31

b. Konsep Metode Jibril Dalam Hifzhul Qur’an ... 35

c. Karakteristik Metode Jibril...37

2. Kajian Hifzhul Qur’an... 38

a. Pengertian Hifzhul Qur’an ... 38

b. Manfaat Akademis Hifzhul Qur’an ... 42

c. Keutamaan Hifzhul Qur’an ... 45

d. Hifzhul Qur’an pada Masa Nabi dan Para Sahabat ... 48

C. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzul Qur’an ...59

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian………....64

1. Sejarah singkat Pondok –Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto .………64

(6)

3. Keadaan Guru dan Santri PPBH Mojogeneng Jatirejo Mojokerto………71 4. Sarana dan Prasarana di PPBH Mojogeneng Jatirejo Mojokerto

B. Penyajian Data……….. 71

1. Bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an PPBH ………..71

2. Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul...76

3. Upaya-Upaya untuk mengatasi hambatan Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Al-Qur’an PPBH Mojogeneng Jatirejo Mojokerto……….77 BAB IV : ANALISIS………...78

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an kitab suci dan sebagai mu'jizat Nabi Muhammad SAW. yang

terbesar ternyata tidak ada seorangpun yang mampu membuat atau menulis semisal Al-Qur'an. Pada mulanya seluruh manusia ditanding untuk

(8)

ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻮﹶﻟﻭ ﻪِﻠﹾﺜِﻤِﺑ ﹶﻥﻮﺗﹾﺎﻳﹶﻻ ِﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺍﹶﺬﻫ ِﻞﹾﺜِﻤِﺑ ﺍﻮﺗﺎﻳ ﹾﻥﹶﺍ ﻰﻠﻋ ﻦِﺠﹾﻟﺍﻭ ﺲﻧِﻻﺍ ِﺖﻌﻤﺘﺟﺍ ِﻦِﺌﹶﻟ ﹾﻞُﹶﻗ

ﻴِﻬﹶﻇ ٍﺾﻌﺒِﻟ ﻢﻬﻀﻌﺑ

ﺍﺮ

Artinya:"Katakanlah, kalau sekiranya berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan yang serupa Al-Qur'an ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang serupa dengannya, walaupun sebagian mereka dengan sebagian yang lain tolong-menolong." (Al-Isra’: 8)1

Allah juga telah menjamin terjaga kemurnian kitab-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

ﹶﻥﻮﹸﻈِﻔﺤﹶﻟ ﻪﹶﻟ ﺎﻧِﺍﻭ ﺮﹾﻛﱢﺬﻟﺍ ﺎﻨﹾﻟﺰﻧ ﻦﺤﻧ ﺎﻧِﺍ

Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr: 9)2

Selain itu, Allah telah menjadikan Al-Qur’an mudah dihafal dan dipahami, sebagaimana dalam firman-Nya:

ٍﺮِﻛﺪﻣ ﻦِﻣ ﹾﻞﻬﹶﻓ ِﺮﹾﻛﱢﺬﻠِﻟ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺎﻧﺮﺴﻳ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil

pelajaran?”(Al-Qamar:17)3

Belajar Al-Qur’an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, begitu juga mengajarkannya. Belajar Al-Qur’an dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu: belajar membacanya sampai lancar dan baik, menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam qira’at dan tajwid, yang kedua yaitu belajar arti dan maksud yang terkandung di dalamnya dan yang terakhir yaitu belajar menghafal

1 Nazri Adlany, Dkk, Al-Qur’an Terjemah Indonesia (Jakarta: Sari Agung, 1997), Hal. 544

2 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:

(9)

di luar kepala, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat pada masa Rasulullah, hingga masa sekarang.

Menghafal Al-Qur’an di luar kepala merupakan usaha yang paling efektif dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an yang agung. Dengan hafalan tersebut berarti meletakkan pada hati sanubari penghafal. Dan menurut Raghib dan Abdurrahman, “tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yang paling aman, terjamin, serta tidak bisa dijangkau oleh musuh dan para pendengki serta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan.”4

Menghafal Al-Qur’an merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar dan mulia. Menurut fathoni “menghafal Al-Qur’an itu gampang-gampang sulit, gampang dihafal tapi sulit dijaga.”5 Problem yang dihadapi oleh orang yang sedang menghafal Al-Qur’an memang banyak dan bermacam-macam. Mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu, sampai pada metode menghafal itu sendiri.

Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), metode jauh lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua

4 Raghib As-Sirjani & Abdurrahman A. Khaliq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an. (Solo:

Aqwam, 2007) Hal.45

5 M. Fathoni Dimyati, “Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan Upaya Mencek

(10)

terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode, materi, media dan evaluasi.6

Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantar kepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur’an, metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur’an, sehingga tercipta keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an. Peneliti berkeyakinan bahwa metode Jibril berhasil dalam pembelajaran hifzhul Qur'an, Dimana metode ini dilatar belakangi oleh perintah Allah kepada nabi Muhammad SAW. Untuk mengikuti Bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu dengan metode tersebut memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi secara langsung, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menghafal ayat demi ayat, juga akan mempunyai pengaruh terhadap jiwa psikis santri/anak didik.

Dengan mengacu pada paparan diatas, skripsi ini diformulasikan dengan sebuah judul “Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an Melalui Metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok-Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto”.

6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press,

(11)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Pembelajaran Al-Qur'an menurut Metode Jibril?

2. Bagaimanakah Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok- pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut diatas maka peneliti mengemukakan tujuan dari penelitian antara lain adalah untuk:

1. Untuk mengetahui Pembelajaran Al-Qur'an menurut Metode Jibril.

2. Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an melalui metode Jibril Bagi Santri Tanfidzhul Qur’an Di Pondok- pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan antara lain: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Bagi Peneliti :

a. Semoga penelitian ini membawa kemanfaatan dan berkah, menjadi ghirah akan selalu cinta Al-Qur’an dan menjadi pedoman hidupnya

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui Metode Jibril

(12)

a. Seluruh komponen yang ada di IAIN Sunan Ampel Surabaya terutama Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, sebagai masukan dan sosialisasi dalam rangka memasyaratkan Al-Qur’an di Lingkungan akademis di Perguruan Tinggi Negeri Islam seperti yang diutarakan oleh Prof. Dr. Imam Suprayogo selaku rektor UIN Malang, yakni mengembangkan pendidikan yang berbasis Al-Quran.7

b. Bagi Pesantren, khususnya PPBH Mojogeneng-Mojokerto, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi atas kelemahan-kelemahan yang ada dan selalu melakukan pengembangan-pengembangan demi mencapaian tujuan Pesantren Qur’an yakni menggapai kemulyaan menjadi Ahlu Qur’an.8

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata/istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian

”IMPLEMENTASI PEMBELAJRAN AL_QURAN MELALUI METODE

JIBRIL BAGI SANTRI TANFIDZHUL QURAN PONDOK-PESANTREN

BIDAYATUL HIDAYAH MOJOGENENG-JATIREJO-MOJOKERTO”.

1. Implementasi

7 Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an (Malang : Aditya Media, 2004),

hal. 7

8 Haya Ar-Rasyid, Menggapai Kemuliaan Menjadi Ahluqur’an (Solo: Al-Qowam, 2004),

(13)

Implementasi adalah pelaksanaan.9 Proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis yang memberikan efek atau dampak baik berupa prubahan, pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap.10

2. Pembelajaran

adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasikan respon terhadap situasi tertentu.11

3. Al-Qur’an

Adalah menurut bahasa, Artinya bacaan atau yang dibaca, adapun menurut menurut istilah Syara’ adalah ” Firman Allah yang diturunka kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat Jibril dalam bahasa Arab dipandang ibadah bagi orang yang membacanya”.12

9 WJS. Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1993),

10 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis kompetensi, Konsep, Karateristik dan Implementasinya (Bandung :

Remaja Rosda Karya, 2002), 7.

11 Syaiful segala, Konsep dan makan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta,2003)

(14)

4. Metode Jibril

Metode yang dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu Allah SWT.

5. Santri

Yang dimaksud dengan Santri disini adalah Seorang yang belajar dan bertempat tinggal di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Komplek As-Syifa’ Mojogeneng- Jatirejo -Mojokerto.

6. Hifdzhul Qur’an

Menurut Muhaimin dkk. Yang dimaksud menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernaha dibaca secara benar.

(15)

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh factor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran.13

Penelitian ini ini termasuk dalam penelitian kualitatif, sebab itu pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Maksudnya dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya.14 Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah ingin menggambarkan realitas empiric dibalik fenomena yang ada secara mendalam, rinci dan tuntas.15

Oleh karena itu, pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mencocokkan antara realitas empiric dengan teori yang berlaku, dengan menggunakan metode deskriptif analistik.

13 Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta : Bumi Aksara, 1999) 24

14 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatfi (Bandung : Remaja Rosda Karya,

2005) Hlm.

(16)

2. Jenis Data

Data adalah suatu hal yang diperoleh dilapangan ketiks melakukan penelitia dan belum diolah, atau dengan pengertian lain suatu hal yang dianggap atau diketahui. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua:

a. Data Kualitatif

Yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.16Diantara data kualitatif dalam penelitian ini adalah

1) Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril

2) Gambaran umum obyek penelitian antara lain sejarah berdirinya pondok, struktur, visi, misi,

3) Literatur mengenai metode Jibril

4) Dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian penulis. b. Data Kuantitatif

Yaitu data yang berbentuk angka statistik. Dalam penelitian ini data data kuantitatif hanya bersifata data pelengkap , dikarenaka penelitian ini penelitian kualiatatif.

3. Sumber Data

Sumber Data adalah sumber data dari yang diperoleh.17 Berdasarkan jenis-jenis data yang diperlukan, maka dalm penelitia ini, sumber data yang digunakan melalui 2 cara, yaitu :

16 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; Bumi Aksara,2006),

(17)

a. Sumber Literer (field literature) yaitu sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan buku-buku perpustakaan.

b. Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian, untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun sumber data ini ada 2 mcam, yaitu :

1) Data Primer

Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti,18data yang dimaksud disini adalah Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril dan Santri Tanfidzhul Qur’an PPBH Mojokerto. 2) Data Sekunder.

Yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti,19 misalnya dari keterangan atau publikasi lain. Data sekunder ini bersifat penunjang dan melengkapi data primer. Data yang dimaksud adalah sejarah berdirinya Pondok-pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto dan berupa dokumen-dokumen lainnya.20

18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualitatif, Dan R&D,(Bandung:

Alfabeta, 2007), 308 19 Ibid,309

(18)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitianini peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:

a. Metode kepustakaan yakni mengkaji buku atau literature yang sesuai dengan tema penelitian. .

b. Metode Observasi. Menurut Marshall (1990), menyatakan bahwa, ”

thrrought obserasion, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui obsevasi, peneliti belajar

tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.21 Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis partisipasif yaiti peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunkan sebagi sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.

c. Metode Wawancara (interview), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehibgga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

d. Metode dokumentasi. Yakni mengumpulkan data-data tertulis.

(19)

5. Teknik Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Dalam hal ini peneliti menggunakan kualitatif deskriptif. Bogdan dan tailor dalam metodologi kualitatif mendefinisikan analisis data sebagai sebuah proses memerinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis. Dari sini dapat kemudian ditarik sebuah kesimpulan bahwa menganalisis data adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data.

Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara meneluruh tentang implementasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui metode Jibril santri Tanfidzhul Qur’an PPBH Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto. Gambaran hasil penelitia tersebut kemudia ditelaah, dikaji dan disimpulkan sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian. Dalam Penelitian menggunakan 2 cara penalaran

a. Cara berpikir Induktif

Yaitu Penalaran yang dimulai denga fakta-fakta yang khusus, Peristiwa-peristiwa yang kongkrit kemudian dari fakta-fakta khusus tersebut ditarik generalisasi yang bersifat umum.22

(20)

b. Cara berfikir Deduktif

Cara ini digunakan untuk menemukan kebenaran bila fakta-fakta atau data yang dianggap sama dengan teori yang ada.

6. Sistematika Pembahasan

Unttuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka peneliti cantumkan sistematika laporan penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini meliputi: tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada Bagian pertama meliputi: Tinjauan tentang Pembelajaran

(21)

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bagian pertama meliputi Gambaran Umum Obyek penilitian, Sejarah singkat, struktur organisasi,Visi dan Misi Tujuan PPBH, Keadaan Guru,santri, Sarana dan prasarana, Bagian kedua meliputi bentuk Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui metode Jibril, Faktor-faktor pendukung dan penghambat Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an, Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Melalui metode Jibril

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini berii tentang interprestasi penulis, dengan data-data yang berhasil dihimpun. Analisa ini Berfungsi untuk menjawab prmasalaha yag berkaitan implementasi Pembelajara Al-Qur’an melalui metode Jibril bagi santri Tanfidzhul Qur’an PPBH Mojogeneng-Jatirejo-Mojokerto.

BAB V : PENUTUP

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjaun Tentang Pembelajaran Al-Qur’an

1. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an

Metodologi Pembelajaran Al-Qur’an dikalangan umat Islam belakangan ini semakin berkembang dan membudaya di masyarakat. Hal ini terjadi karena tidak sedikit jumlah anak-anak dan orang dewasa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, sehingga prosentasenya dari tahun ke tahun semakin bertambah. Fenemona ini bukan hanya berkembang di kalangan keluarga yang penghayatannya ke-Islamannya mendalam, khususnya para pemuka agama Islam itu sendiri, tetapi juga berpengaruh pada masyarakat awam yang sebagian besar dari mereka belum memahami makna ajaran agama Islam belum sempurna. Sementara di satu sisi mereka sadar bahwa agama bukan sekedar penerapan tetapi memerlukan ajaran-ajaran secara benar.

(23)

dalam kehidupan masyarakat. terjadinya pergeseran nilai budaya, berpengaruh pula pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an. Lembaga peribadatan yang berfungsi menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an tidak pasti melaksanaakan fungsinya dengan baik, sehingga angka prosentase buta huruf Al-Qur’an dikhawatirkan akan terus bertambah. Untuk menanggulangi situasi tersebut, kita sebagai umat Islam hendaknya dapat mengoreksi diri dan melakukan langkah-langkah positif untuk mengembangakan pengajaran Al-Qur’an sebagai salah satu media untuk belajar dan memperdalam kandungan Al-Qur’an secara baik dan benar, oleh karena itu penyelenggaraan pembelajaran Al-Qur’an perlu ditingkatkan dengan menggunakan metode dan teknik mengajar baca tulis Al-Qur’an yang praktis, efektif dan efisien.

Dengan munculnya buku-buku pedoman tentang pembelajaran Al-Qur’an dengan berbagai metode, kegiatan pembelajaran Al-Qur’an diharapkan lebih mudah dicapai, sehingga dapat mencetak siswa didik yang aktif dan cerdas dalam pembelajaran Al-Qur’an dikalangan umat Islam.

(24)

Dengan demikian apabila suatu metode pembelajaran Al-Qur’an dapat diterapkan secara efektif diharapkan target untuk mencetak generasi yang Qur’ani dimasa mendatang dapat terwujud. Sehingga kekhawatiran Al-Qur’an akan menjadi asing dalam era industrialisasi tidak perlu berlebihan sedangkan permasalahan yang ditimbul dari pemikiran diatas adalah apakah implementasi metode dalam pembelajaran Al-Qur’an sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dengan memperhatikan pendapat Nana Sudjana mengenai pengajaran yaitu

Mengajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil tetap juga

berorientasi pada proses dengan harapan semakin tinggi hasil yang dicapai.

Adapun dasar pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di indonesia adalah

a. Dasar Religius

Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama, dalam hal ini agama Islam yang ajarannya bersumber pada Al-Qur’an, Al-Hadis Nabi dan Maqalah para ulama. Untuk memudahkan pemahaman tersebut, penulis menguraikan sebagai berikut :

(25)

ﻖﹶﻠﺧ ﻱِﺬّﹶﻟﺍ ﻚِّﺑﺭ ِﻢﺳﺎِﺑ ﹾﺃﺮﹾﻗﺍ

menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Artinya : ” Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu

(26)

menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dari ayat-ayat tersebut diatas, dapat difahami bahwa ajaran Al-Qur’an memberi kelonggaran pada umat manusia untuk belajar sesuai dengan individu. Sehingga bagi tingkat kecerdasan rendah, selayaknya diberikan metode yang mudah untuk dicerna oleh mereka. Begitu sebaliknya bagi yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, harus diberikan teknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karena teknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karena mereka cenderung cepat menguasai materi yang diberikan oleh guru. Implementasi yang kedua adalah tahap pelaksanaan

(27)

Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan, diwajibkan bagi semua santri setor seperempat juz setiap pertemuan. Setoran muroja’ah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktu pelaksanaan setoran muroja’ah ini adalah ba’da isya’ dan ba’da

shubuh.

2) Dasar yang bersumber dari Hadis

Dari beberapa hadis tersebut diatas, jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis Al-Qur’an dan diteruskan dengan berbagai ilnu pengetahuan.

Islam disamping menekankan umatnya untuk belajar, juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Menurut pendapat Zuhairini, melakukan proses belajar mengajar adalah :

Bersifat manusiawi yakni sesuai dengan kemanusiannya, sebagai mahluk homo educendus, dalam arti manusia itu sebagai mahluk yang dapat didik dan dapat mendidik.

Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak mempelajari Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an adalah kalamullah yang Qadim yang berlaku sepanjang masa sebagai salah satu pendidik yang utama dan pertama yang harus diberikan pada anak

(28)

Ibnu Khaldun dalam muqadimah-nya menjelaskan bahwa pembelajaran Al-Qur’an merupakan pondasi utama bagi pengajaran seluruh kurikulum, sebab Al-Qur’an merupakan salah satu syiar agama yang menguatkan aqidah dan mengokokohkan keimanan. Sedangkan Ibnu Sina dalam al-siyasah menasehatkan agar dalam mengajar anak dimulai dengan pembelajaran Al-Qur’an.

Demikian pula yang diwasiatkan oleh Al-Ghozali, yaitu supaya anak-anak diajarkan Al-Qur’an, sejarah kehidupan orang-orang besar ( terdahulu ) kemudian beberapa hukum agama dan sajak yang tidak menyebut soal cinta dan pelakunya.

Dari ketiga pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an hendaklah dijadikan prioritas utama diajarkan kepada anak. Lisan seseorang yang sudah mampu dan terbiasa membaca dengan baik dan benar, akan menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan sehari-hari, dengan demikian seseorang tersebut akan dapat memahami makna dan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidupnya, sehingga secara tidak langsung dapat menanamkan aqidah yang kokoh dalam hatinya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

(29)

a) Faktor tujuan

Mengingat metode itu fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Maka dalam, menentukan metode pembelajaran yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

b) Faktor Guru

Guru sebagai pelaksana pembelajaran, sekalipun berorientasi pada peserta didik, pemilihan metode tidak boleh mengabaikan kompetensi guru itu sendiri, terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran, sebab guru yang tidak biasa menguasai teknik pelaksanannya, suatu metode yang dianggap baik pun akan gagal.

c) Faktor Murid

Dalam proses belajar-mengajar, peserta didik merupakan unsur yang harus diperhatikan, karena mereka adalah objek pertama dalam proses belajar mengajar. Untuk itu pemilihan metode mengajar harus memperhatikan keadaan peserta didik, baik tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berpikirnya.

d) Faktor Situasi

(30)

kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera, mengenai cara-cara untuk mengenai cara-cara untuk metode yang dipakai.

e) Faktor fasilitas

Segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Demikian beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran, jika ingin nilai pembelajarannya efektif, dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

3. Beberapa Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an sampai saat ini masih dikenal adanya beberapa metode membaca Al-Qur’an seperti yang dikemukakan oleh M.Satiri Ahmad, Sebagai berikut :

a. Metode Sintetik

(31)

ini sangat membantu bagi murid yang kurang cerdas dan bagi ustadz-ustadz yang belum berpengalaman.

b. Metode bunyi

Metode ini mulai mengeja bunyi-bunyi hurufnya, bukan nama-nama huruf seperti di atas, contoh: Aa, Ba, Ta, Tsa, dan seterusnya. Dari bunyi ini tersunsun yang kemudian menjadi kata yang teratur. Kelebihan dari metode ini adalah membangkitkan semangat belajar santri dalam membaca, sehingga dapat dicapai pembelajaran yang lebih banyak namun metode ini kurang efektif untuk diajarkan kepada santri dalam belajar membaca Al-Qur’an secara baik dan benar.

c. Metode meniru

Metode ini ini sebagai pengembangan dari metode bunyi, metode ini merupakan pengajaran dari lisan ke lisan, yaitu santri mengikuti bacaaan ustad sampai hafal. Setelah itu baru diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca atau harakatdan kata-kata atau kalimat yang dibacanya. Kelebihan metode ini adalah sesuai dengan prinsip pendidikan yang mengatakan bahwa belajar dari yang telah diketahui dan dari yang mudah sampai yang sesukar mungkin. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah ustadz harus mengulang bacaan beberapa kali dalam batas tertentu, jika tidak maka santri akan mudah lupa.

(32)
(33)

4. Metode-Metode Dalam Pembelajaran Agama Islam

Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran Agama Islam, antara lain23:

a. Metode Pembiasaan

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran agama Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.

b. Metode Keteladanan

Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” atau “qudwah, qidwah” yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara psikologi, anak didk meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk diantaranya adalah para pendidikan.

c. Metode Pemberian Ganjaran

Ganjaran (tsawab) adalah penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran dapat membeikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif. Di samping juga dapat menjadi pendorong bagi anak-anak

(34)

didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya; baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik.

d. Metode Pemberian Hukuman

Berbeda dengan ganjaran, pemberian hukum (‘iqab) haruslah ditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses pendidikan. Seorang pendidik yang bijaksana tidak seenaknya mengaplikasikan hukuman fisik kepada anak didiknya kecuali hanya sekedarnya saja dan sesuai dengan kebutuhan.

e. Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai suatu metode di dalamnya proses belajar-mengajar, dimana cara menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik adalah dengan penurunan/ lisan.

f. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian materi pelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.

g. Metode Diskusi

(35)
(36)

h. Metode Sorogan

Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya.

i. Metode Bandongan

Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan Islam, dimana siswa/ santri tidak menghadap guru/ kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa buku/kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab yng dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yng diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di pesantren tradisional.

j. Metode Mudzakarah

(37)

samping untuk menguji keterampilan mereka mengutip sumber-sumber argumentasi dari kitab-kitab Islam klasik.

k. Metode Drill/ Latihan

Metode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus-menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.

l. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok baik kecil maupun kelompok besar.

Selain metode-metode yang telah dijelaskan diatas, menurut Ahsin, metode yang sering digunakan dalam pembelajaran hifzhul Qur’an terdiri dari24:

a. Metode Wahdah

Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalkannya. Sebagai awal, setiap ayat dibaca sepuluh kali atau lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

24 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,

(38)

Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka dengan gerak reflek pada lisannya. Setelah itu dilanjutkan membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau reflek dan akhirnya akan membentuk hafalan yang representatif. b. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain

daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa juga dengan metode wahdah atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati.

c. Metode Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah

mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat yang ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur’an.

(39)

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (manulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba menulisnya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula.

Setelah ia telah mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia melanjutkan kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal belum mampu, mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid.

5. Metode Jama’

Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur/ guru.

B. Tinjauan Tentang Metode Jibril

1. Metode Jibril

a. Pengertian Metode Jibril

(40)

berarti jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan.25 Dalam kamus bahasa indonesia ”metode” adalah cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran.26

Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang di gunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.27

Pada dasarnya, terminologi (istilah) metode Jibril yang digunakan sebagai nama dari metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu, Allah SWT berfirman:

ﻩﺎﻧﹾﺃﺮﹶﻗ ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ

ﻪﻧﺁﺮﹸﻗ ﻊِﺒّﺗﺎﹶﻓ

Artinya: ”Apabila telah selesai kami baca (Yakni Jibril membacanya)

maka ikutilah bacaannya itu”. (Q.S. Al-Qiyamah: 18)

25Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara1996), hlm: 61

26 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka1995), hal: 52

27Saipul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002), hlm:

(41)

Berdasarkan ayat diatas, maka intisari teknik dari Metode Jibril adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran.

Selain itu praktek Malaikat Jibril dalam membacakan ayat kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan tartil (berdasarkan tajwid yang baik dan benar). Karena itu, metode Jibril juga diilhami oleh kewajiban membaca Al-Qur’an secara tartil, Allah SWT berfirman:

ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﺩِﺯ ﻭﹶﺃ

ﻼﻴِﺗﺮﺗ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ِﻞِّﺗﺭﻭ

Artinya : “…Dan bacalah (olehmu) Al-Qur’an dengan tartil.(QS. Muzammil : 4)

Dan metode Jibril juga diilhami oleh peristiwa turunnya wahyu secara bertahap yang memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan memaknai makna-makna yang terkandung didalamnya.28

Adapun landasan yang dipakai selain di Al-Qur’an Surat Muzammil ayat 4 juga Hadis Riwayat Ibnu Asakir

28 Ahsin W. Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,

(42)

ﻥﺎﻛ

Artinya: “Abu Said al-Khudri mengajarkan Al-Qur’an kepada kami,

lima ayat di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa jibril menurunkan Al-Qur’an lima ayat-ayat.”

Dan juga ada Hadis Riwayat Baihaqi

ﺍﻮﻤﻠﻌﺗ

Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi SAW. Lima ayat demi lima ayat.”

(43)

(Wawancara dengan Pengurus Komplek As-Syifa’ pada tanggal 14 Agustus 2008).

Di dalam metode Jibril, tujuan intraksional umum pembelajaran Al-Qur’an adalah santri membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai dengan perintah Allah SWT. Indikasinya santri mampu menguasai ilmu-ilmu tajwid baik secara praktis maupun teoritis pada saat ia membaca Al-Qur’an dengan demikian, metode Jibril berupaya mencetak generasi Qur’ani yang selalu mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Melalui metode Jibril inilah nantinya menghafal Al-Qur'an bisa berjalan secara efektif, sehingga terwujudlah hasil yang diinginkan yaitu menjadi insan Qur'ani, bisa menghafalnya dengan baik dan benar dan sekaligus mengamalkan ajaran Al-Qur'an dengan baik dalam aplikasi kehidupannya.

b. Konsep Metode Jibril

Intisari teknik dari metode Jibril adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu murid menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran.

(44)

digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruh kutab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu.29 Proses belajar seperti ini berjalan sampai pada akhir masa pemerintahan Bani Umayyah.30

Sedangkan tujuan intraksional khusus pembelajaran Al-Qur’an dijabarkan sebagai berikut:

Santri mampu mengenal huruf, menghafalkan suara huruf, membaca kata dan kalimat berbahasa arab, membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Santri mampu mempraktekkan membaca ayat-ayat Al-Qur’an (pendek maupun panjang) dengan bacaan bertajwid dan artikulasi yang shahih (benar) dan jahr (bersuara keras).

Santri mengetahui dan memahami teori-teori dalam ilmu tajwid walaupun secara global, singkat dan sederhana teerutama hukum-hukum dasar ilmu tajwid seperti hukum-hukum lam sukun, nun sukun, dan tanwin, mad dan lainnya.

Santri mampu menguasai sifat-sifat huruf hijaiyah baik lazim maupun yang ’aridh.

Santri mampu memahami semua materi ajar dengan baik dan benar.

29 Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an &Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), hlm. 104

(45)

Santri mampu menggunakan media atau alat bantu secara baik dan benar.

Selain penjabaran diatas, tujuan intruksional adalah semua yang dikembangkan sendiri oleh guru yang menerapkan metode Jibril sesuai dengan kebutuhan, situasi, kondisi dan tujuan pembelajaran di lembaga pendidikan.

Menurut K.H. Muhammad Bashori Alwi, sebagai pencetus metode Jibril menegaskan bahwa metode ini bersifat talqin-taqlid, yaitu murid menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian, guru dituntut untuk profesional dan memiliki kredibilitas yang mumpuni di bidangnya. Dan metode Jibril menurut K.H.M. Bashori Alwi diadopsi dari Imam Al-Jazari dan dikombinasi dengan cara mengajar Imam Abdurrahman As-Sulami, seorang yang ahli qiraat pada awal era awal kebangkitan Islam. Kombinasi tersebut diterapkan dalam teknik metode Jibril, yang disebut tashih. Teknik ini sangat bermanfaat bagi pengkaderan guru yang profesional.

(46)

seterusnya, sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas. (Al-Kisah:50).31

c. Karateristik Metode Jibril

Di dalam metode Jibril terdapat dua tahap, yaitu tahqiq dan tartil.

1) Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur’an dengan pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf.

2) Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan durasi sedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disamping pendalaman artikulasi (pengucapan), dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan mad,

waqaf, dan ibtida’, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan

sebagainya.

3) Tahap menghafal Al-Qur’an dengan cara lima ayat-lima ayat dihafal oleh santri dengan cara membaca Al-Qur’an berulang-ulang sesuai dengan kemampuan masing-masing, kemudian setelah lima ayat hafal

(47)

diluar kepala baru memulai lagi menghafal Al-Qur’an ayat berikutnya sampai jumlahnya lima ayat dan seterusnya.

4) Menyetorkan hafalannya ke Ustad atau Pengasuh, Adapun Jadwal setorannya di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Komplek As-Syifa’ Mojogeneng Jatirejo Mojokerto setiap hari dua kali yakni Ba’da

Shubuh dan Ba’da Isya’.

2. Kajian Hifzhul Qur’an

a. Pengertian Hifzhul Qur’an

Al-Hifzh berasal dari bahasa Arab, dengan fi’il madinya, yang

artinya secara etimologi (tata bahasa) adalah menjaga, memelihara atau menghafalkan.32 Sedang Al-Hafizha adalah orang yang menghafal dengan cermat. Orang yang selalu berjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaannya. Istilah Al-Hafizh ini dipergunakan untuk orang yang hafal Qur’an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an.33

Sebenarnya istilah Al-Hafizh ini adalah predikat bagi sahabat Nabi yang hafal Hadits-Hadits shalih (bukan predikat bagi penghafal Al-Qur’an).

32 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: Multi

Karya Grafika, 1996) Hal.37

33 Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Cv. Sinar Baru,1991) Hal.

(48)

Kata-kata hifzh dalam Al-Qur’an dapat berarti banyak hal, sesuai dengan pemahaman konteks sebagaimana misalnya firman Allah dalam surat Yusuf: 65

ﻩِﺬﻫ ﻰِﻐﺒﻧﺎﻣﺎﻧﺎﺑﹶﺍﺂﻳ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗ ﻢِﻬﻴﹶﻟِﺍ ﺕﺩﺭ ﻢﻬﺘﻌﻀِﺑ ﺍﻭﺪﺟﻭ ﻢﻬﻌﺘﻣ ﺍﻮﺤﺘﹶﻓﺎﻤﹶﻟﻭ

ﺎﻨﺘﻌﻀِﺑ

ﺮﻴِﺴﻳ ﹲﻞﻴﹶﻛ ﻚِﻟﺫ ٍﺮﻴِﻌﺑ ﹶﻞﻴﹶﻛ ﺩﺍﺩﺰﻧﻭ ﺎﻧﺎﺧﹶﺍ ﹸﻆﹶﻔﺤﻧﻭ ﺎﻨﹶﻠﻫﹶﺍ ﺮﻴِﻤﻧﻭ ﺎﻨﻴﹶﻟِﺍ ﺕﺩﺭ

Artinya:“Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka

menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka,

dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: wahai ayah kami apalagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir).”34

Di sini Al-Hafizh diartikan memelihara atau menjaga.

Sedang Al-Hifzh yang berarti penjagaan, pemeliharaan atau pengingatan mempunyai banyak idiom yang lain, seperti si-Fulan membaca Al-Qur’an dengan kecepatan yang jitu (zhahru Al-Lisan) dengan hafalan di luar kepala (zhahru Al-Qolb). Baik kata-kata zhahru Al-Lisan maupun zharu Al-Qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan tanpa kitab, karena itu disebut “istizhahrahu” yang berarti menghafal dan membacanya di luar kepala.35

Dalam kitab ini, menghafal Al-Qur’an, memeliharanya serta menalarnya haruslah memperhatikan beberapa unsur pokok sebagai berikut:

34 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Op.cit, Hal: 358

35 Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna

(49)

a. Menghayati bentuk-bentuk visual, sehingga bisa diingat kembali meski tanpa kitab.

b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.

c. Penghafal Al-Qur’an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian.

d. Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari kelupaan.36

Sebagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an awal kali dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, diceritakan dalam Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

ﺖﻟﺎﻗ ﺎﻬﻨﻋ ﷲﺍ ﻰﺿﺭ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ

diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar, dalam

(50)

mimpi itu beliau hanyalah melihat seperti secercah cahaya shubuh, kemudian beliau ditenangkan untuk berkhalwat (beribadah diri). Beliau selalu mendatangi gua hira’, disana bertahanust (beribadah) beberapa malam. Untuk itu beliau membawa bekal, kemudian beliau kembali kepada khdijah dan membawa bekal seperti (bekal terdahulu), sehingga beliau dikejutkan kebenaran dan beliau sedang berada di gua Hira’ dan malaikat lalu malaikat itu berkata:”bacalah”, Rasulullah SAW bersabda: Lalu saya berkata:”sungguh saya tidak bisa membaca”, lalu malaikat memegang dan mendekapku sehingga saya merasa payah, kemudian ia melepaskan saya lalu ia (malaikat), berkata: “bacalah” saya (Nabi SAW) berkata: “saya tidak bisa membaca”, lalu dia mendekapku yang kedua kalinya sehingga saya merasa payah, kemudian ia melepaskan saya, ia (Malaikat) ber-kata lagi: “bacalah”- lalu saya (Nabi SAW) berkata:”saya tidak bisa membaca”, dia (malaikat) mendekap yang ketiga kalinya, sehingga saya merasa payah, kemudian dia (Malaikat) melepaskan saya, lalu berkata: Iqra’

ﻖﻠﺧ ﻯﺬﻟﺍ ﻚﺑﺭ ﻢﺳﺎﺑ

ﺃﺮﻗﺍ

sampai

ﻢﻠﻌﻳ ﱂﺎﻣ

lalu Rasulullah pulang kepadanya (siti Khadijah), dengan gemetar hatinya.”

Dari turunnya wahyu yang pertama kali, yang dirasakan Nabi adalah ketakutan, sehingga sulitnya Nabi mengikuti apa yang dibaca Malaikat Jibril yang berulang tiga kali. Dari hal tersebut menimbukan penafsiran, bacaan itu harus diulang-ulang, sehingga tidak lupa atau hilang. Diikuti tiga kali dekapan Malaikat Jibril kepada Nabi, hal itu adalah proses internalisasi (pemahaman, penghayatan), sehingga Nabi dapat mengikuti apa-apa yang dibacanya.

Dari peristiwa tersebut makna Iqra’ berarti tidak hanya seorang Nabi membaca saja tetapi ketika itu Nabi berusaha:

(51)

c. Lalu menyimpulkan sehingga terjadi pemahaman.

Peristiwa tersebut adalah momentum perjalanan Muhammad pra-kenabian dan kerasulan. Di Gua Hira’ itulah Muhammad tercerahkan secara spiritual. Allah, Tuhan manusia dn makhluk pada umumnya, yang wajib disembah dan yang mencipta semesta segenap ruang dan waktu, berkenaan menutus Jibril untuk menyampaikan wahyu Ilahi yang akan segera mengubah peradaban jahiliyah Arab menuju peradaban yang tercerahkan dan terberkatu. Bacalah, Muhammmad, maka berubahlah

alam semesta!.

b. Manfaat Akademis Hifzhul Qur’an

1) Menghafal Al-Qur’an sebagai pengetahuan dasar bagi santri dalam proses belajarnya.

Dengan ia seorang penghafal Al-Qur’an, akan memberikan kontribusi yang sedemikian besar terhadap studinya, apalagi Al-Qur’an adalah sumber ilmu, sebagaimana sabda Nabi dari Ibnu Mas’ud menyatakan: “Kalau kalian menginginkan ilmu, bukalah

lembaran Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an mengndung ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang di masa mendatang”.37

Santri yang hafal Al-Qur’an, akan terbantu ketika membutuhkan dalil-dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu yang

(52)

dipelajarinya. Seiring kemajuan ilmu dan teknologi, sudah banyak dibuktikan secara ilmiah apa yang telah dinyatakan/ ditulis (ditetapkan) dalam ayat-ayat Allah (Al-Qur’an), apa-apa yang menjadi rahasia alam, seperti karya-karya Harun Yahya yang menguak berbagai rahasia alam yang memang bukan terjadi secara kebetulan. Hal tersebut sudah menjadi bukti dari bahwa Al-Qur’an adalah sumber ilmu.

2) Menentramkan dan menenangkan jiwa.

Dari Abu Hurairoh r.a berkata: Rasulullah SAW. Bersabda:

ﺎﱠﻟِﺍ ﻪﻧﻮﺳﺭﺍﺪﺘﻳﻭ ِﷲﺍ ﺏﺎﺘِﻛ ﹶﻥﻮﹸﻠﺘﻳ ِﷲﺍ ِﺕﻮﻴﺑ ﻦِﻣ ٍﺖﻴﺑ ﻰِﻓ ﻡﻮﹶﻗ ﻊﻤﺘﺟﺍﺎﻣ

ﺮﻟﺍ ﻢﻬﺘﻴِﺸﹶﻏﻭ ﹸﺔﻨﻴِﻜﺴﻟﺍ ﻢِﻬﻴﹶﻠﻋ ﺖﹶﻟِﺰﻧﹸﺍ

ُﷲﺍ ﻢﻫﺮﹶﻛﹶﺫﻭ ﹸﺔﹶﻜِﺌﻠﻤﹾﻟﺍ ﻢﻬﺘﱠﻔﺣﻭ ﹸﺔﻤﺣ

ﻩﺪﻨِﻋ ﻦﻤﻴِﻓ

Artinya: “Tidak ada orang yang berkumpul di dalam satu rumah Allah

untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, melainkan mereka akan memperoleh ketentraman, diliputi rahmat, dikitari oleh malaikat dan nama mereka disebut-sebit Allah di kalangn para Malaikat.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Daud).

Bagi seorang penghafal Al-Qur’an, yang lisannya tidak pernah kering akan mengulang-ulang kalam Allah, karena ia selalu membacanya dimanapun dan kapanpun. Dengan begitu, jiwanya akan selalu merasa ketentraman dan ketenangan.

3) Tajam ingatan dan bersih intuisinya.

(53)

yang dihafalnya dan membandingkan ayat-ayat tersebut ke porosnya, baik dari segi lafal (teks ayat) maupun dari segi pengertiannya. Sedangkan bersihnya intuisi itu muncul karena seorang penghafal Al-Qur’an senantiasa berada dalam lingkungan zikrullah dan selalu dalam kondisi keinsafan yang selalu meningkat, karena ia selalu mendapat peringatan dari ayat-ayat yang selalu dibacanya.

4) Banyak menghafal kosa kata bahasa Arab

Al-Qur’an memuat 77.439 kalimat. Kalau seluruh penghafal Al-Qur’an memahami seluruh isi kalimat tersebut, berapa dia banyak sekali menghafal kosa kata (vocabulari) bahasa Arab, jadi seakan-akan menghafal kamus Arab.38

5) Menjadi sumber hukum

Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat hukum, dengan demikian seorang penghafal Al-Qur’an secara tidak langsung akan menghafalkan ayat-ayat hukum. Ini sangat berguna sekali bagi mereka yang ingin terjun dibidang hukum

c. Keutamaan Hifzhul Al-Qur’an

Allah memuliakan orang yang menjadi Ahlul Qur’an dengan membaca, menghafal dan mengamalkannya dengan berbagai macam keistimewaan di dunia dan diakhirat.

38 Panduan Ilmu Tajwid Versi Madrsatul Qur’an Tebu Ireng (Jombang: Unit Tahfizh MQ

(54)

Menurut Ustad Fathoni, sebagaimana dalam rangkumannya “Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Baik dan Upaya Mencetak Huffazhul Qur’an Yang Sempurna”, Keutamaan orang yang menghafal Al-Qur’an39, antara lain:

1) Huffazhul Qur’an itu pilihan Allah (Q.S Fathir: 32)

“Kamudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antra mereka ada yang menganiaya diri sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara ada (pula) yanglebih dahulu berbuat kebikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”

2) Huffazhul Qur’an itu adalah para Ilmuwan (Q.S Al-Ankabut: 49)

“Sebanarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayt yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi Ilmu dan tidak ada orang yangmengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”

3) Huffazhul Qur’an adalah keluarga Allah (HR. Ahmad/ Fadho’ilul Libni Katsir hal. 54)

”Dari anas bin malik beliau berkata: Rosulullah SAW. Berkata: sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga dari pada manusia. Ada yang bertanya: siapa mereka itu wahai Rosulullah? Beliau menjawab: Ahli Al-Qur’an itulah keluarga Allah dan orang-orang khususnya. (HR. Ahmad/Fadlo’ilul Qur’an Libni Katsir hal.54)

4) Huffazhul Qur’an adalah orang-orang mulia dari umat Muhammad SAW. (Nihayatul Qoulil Mufid hal. 646)

“ Dan berkata Rosulullah SAW: “Orang-orang yang mulia dari pada umatku adalah para penghafal Al-Qur’an dan ahli sholat malam. Dan beliau berkata: Ibadah ummatku yang paling utama ialah membaca Al-Qur’an.” (Nihayatul Qoulil Mufid hal. 646)

(55)

5) Huffazhul Qur’an dijaga dari api neraka. (HR. Addaroni/ At-Tibyan fi Adabi Hamatil Qur’an Lin Nawawi hal. 16)

“Dari Abdulloh bin Mas’ud dari Nabi SAW. Beliau berkata: Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, barang siapa yang masuk di dalamnya maka ia akan aman. Dan barang siapa cinta kepada Al-Qur’an maka hendaklah ia bergembira.” (HR. Addaroni/At-tibyan fi adabi hamatil Qur’an Lin Nawawi. Hal.16)

6) Huffazhul Qur’an itu berhak memberi syafaat kepada keluarganya. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi/ Nihayatul Qowlil Mufid hal. 248 )

“ Dari Ali Bin Abi Tholib RA. Beliau berkata: Rosulullah SAW. Bersabda: barang siapa membaca Al-Qur’an kemudian ia menghafalkannya di luar kepala lalu ia menghalalkan apa yang di halalkan oleh Al-Qur’an dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Al-Qur’an maka Allah akan memasukkannya kedalam surga dan memberikan kepadanya hak untuk memberi syafaat kepada 10 orang dari keluarganya yang sudah dipastikan masuk neraka.” (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi/Nihayatul Qowlil Mufid hal. 248).

7) Huffazhul Qur’an hampir seperti Nabi. (HR. Thobroni/ Fadho’ilul Qur’an Libni Kastir hal. 57)

“ Dari Abdulloh bin Amr dari Rosulullah SAW. Beliau berkata: Barang siapa yang membaca (hafal) Al-Qur’an maka seungguhnya dia telah mendapat derajat kenabian (yang dicapkan) diantara kedua lambungnya, hanya saja dia tidak diberi wahyu. Dan barang siapa yang hafal Al-Qur’an kemudian berangapan bahwa orang lain (yang tidak hafal Al-Qur’an telah diberi (oleh Allah) dengan pemberian yang lebih utama dari pada apa yang telah diberikan kepadanya maka sungguh dia telah mengagungkan sesuatu yang dikecilkan oleh Allah dan mengecilkan sesuatu yang dibesarkan oleh Allah.” (HR. Thobroni/Fadloilul Qur’an Libni Kasir hal. 57).

(56)

“ Dari Ibnu Amr RA. Dari Nabi SAW. Beliu berkata: tidak dibenarkan iri kecuali kepada dua perkara, yaitu lelaki yang diberi (hafal) Al-Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya siang malam, dan lelaki yang diberi oleh Allah harta (yang banyak) kemudian ia nafkahkan harta itu (fisabilillah) siang malam.” (H. Muttafaq Alaih/Rriyadlussholihin hal. 431).

9) Mencintai Huffazhul Qur’an sama dengan mencintai Allah. (Muhaimin Zen: 33)

“ Diriwayatkan dari Anas bahwa Rosululah SAW. Bersabda: Al-Qur’an itu lebih utama dari pada segala sesuatu, maka barang siapa mengagngkan Al-Qur’an maka sama halnya mengagungkan Allah dan barang siapa yang meremehkan Al-Qur’an maka sama halnya meremehkan Allah. Para penghafal Al-Qur’an itu adalah orang-orang yang diliputi dengan rahmat Allah, dan mereka adalah orang-orang yang mengagungkan kalam Allah dan yang diberi pakaian cahaya oleh Allah. Barang siapa yang ,mengasihi mereka maka telah mencintai Allah, dan barang siapa yang memusuhi mereka sungguh ia telah meremehkan Allah Azzawajalla.” (problematika menghafal Al-Qur’an, Drs. Muhaimin Zen hal. 33)

10)Banyak sedikitnya hafalan menentukan derajat di akhirat. HR. Abu Daud wat Turmudzi/ Riyadhussahalihin hal.432)

” Dari Abdullah bin Amr dari Nabi SAW. Beliau berkata: akan dikatakan kepada penghafal al-Qur’an: bacalah dan bacalah dengan tartil sebagaimana kamu telah baca dengan tartil di dunia. Karena kedudukanmu (derajatmu) itu ada di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abu Dawud wat Turmudzi/Riyadlussholihin hal. 432).

d. Hifzhul Qur’an Di Masa Nabi dan Para Sahabat

1) Di Masa Nabi SAW

(57)

dengan begitu terang agar merekapun dapat menghafalnya serta seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Jumu’ah:2)

Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat membaca dan menulis, namun pada umumnya mereka memiliki daya ingat yang sangat kuat.

Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. Metode yang digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruh kutab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu.40

(58)

Pada waktu itu banyak para sahabat yang hafal Al-Qur’an keseluruhan, di antaranya41:

1) Abu Bakar Ash-Shiddiq 2) Uma Bin Khattab 3) Ustman Bin Affan 4) Ali Bin abi Thalib 5) Thalhah

6) Sa’ad 7) Hudzaifah 8) Salim

9) Abi Hurairah

10)Abdullah bin Mas’ud 11)Abdullah Bin Umar 12)Abadullah Bin Abbas 13)Amir Bin Ash

14)dll.

Ada beberapa faktor yamng menjamin kemurnian Qur’an yang telah diturunkan pada masa itu, yaitu42:

1) Hafalan yang sangat kuat dari para sahabat yang hafal Al-Qur’an. 2) Naskah-naskah yang ditulis untuk Nabi.

41 Ibid,. Hlm.105

(59)

3) Naskah-naskah yang ditulis oleh sahabat yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.

4) Tadarrus (pengulangan) Al-Qur’an yang dilakukan malaikat Jibril dan Nabi setiap tahun sekali. Di waktu ulangan itu Nabi disuruh mengulang memperdengarkan Al-Qur’an yang telah diturunkan oleh Jibril dua kali.43

Para sahabat dikala Islam masih disembunyikan, mempelajari Al-Qur’an di suatu rumah (rumah Zaid bin Al-Arqam), disanalah mereka mempelajari serta memahamkan kandungan ayat-ayat yang telah diturunkan itu dengan jalan bermudarasah, bertadarus dan dikala umat Islam telah berhijrah ke Madinah, dan Islam telah tersebar kekabilah-kabilah Arab, mulailah sahabat yang dapat menghafal Al-Qur’an pergi ke kampung-kampung, ke dusun-dusun, menemui kabilah-kabilah Islam untuk mengajarkan Al-Qur’an kemudian pada tiap-tiap mereka telah mempelajari, dibebankan mengajari teman-temannya yang belum mengetahui. Sahabat-sahabat yang mengajarkan itu pergi ke kabilah-kabilah yang lain untuk menyebarkan Al-Qur’an seterusnya.

Diantara para sahabat yang terkenal sebagai guru mengajar Al-Qur’an kepada sesamanya dan kepada para tabi’in adalah:

43 Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S., Bukti-Bukti Kebenaran Al-Qur’an Sebagai Wahyu

(60)

a) Usman bi Affan b) Ali bin Abi Thalib c) Zain bin Tsabit d) Ubay bin kaab e) Ibn Mas’ud f) Abu Darda’

g) Abu Musa Al-Asy’ari.

Belajar Al-Qur’an dan menghafal Al-Qur’an ini sanagat didukung oleh Nabi sebagaimana diceritakan oleh Ubadah bi Shamit: “Apabila ada seseorang yang hijrah (masuk Islam) Nabi menyerahkannya kepada salah seorang diantara kami untuk mengajarnya. Di Masjid Nabawi sering terdengar kegaduhan dalam membaca Al-Qur’an, sehingga rosul memerintahkan kepada mereka agar jangan saling mengganggu.”

(61)

Sudah menjadi ciri khas bagi umat Muhammad bahwa kitab suci Al-Qur’an bisa dihafal dalam hati. Dalam menukilkannya berpedoman pada hati dan dada, tidak cukup dengan berdasarkan tulisan dalam bentuk lembaran dan catatan, berbeda dengan halnya ahli ktab, mereka tak satupun yang hapal akan kitab taurat dan injil. Dalam mengabadikannya, mereka hanya berpedoman dengan bentuk tulisan, mereka tidak membacanya dengan penuh seksama kecuali hanya dengan sekilas pandang, tidak penuh dengan penghayatan, karena itu masuklah unsur-unsur perubahan dan pergantian pada kedua kitab tersebut. Berbeda halnya dengan Al-Qur’an ia telah dipelihara Allah SWT. Dengan berupa pertolongan Illahi dengan mudah menghafalnya.

Dengan tidak diragukan lagi pertolongan Allah dalam penjagaan Al-Qur’an merupakan prioritas dan keistimewaan yang luar biasa kepada umat umat Muhammad, dimana Allah telah menjadikan isi-isinya dalam dada dan ia menurunkan suatu kitab yang tidak hancur di rendam air.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Praktek Kerja Lapangan pada Divisi Teknik di PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Kantor Pusat, Kebayoran.. Konsentrasi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Program

Digunakan untuk menghitung nilai investasi yang akan datang apabila uang tersebut diberikan sekarang berdasarkan tingkat suku bunga dan angsuran yang tetap selama periode

Selain itu sikap terhadap perencanaan karir merupakan suatu pendorong internal yang mendorong seseorang untuk dapat merencanakan atau melakukan sesuatu hal pada

Untuk peserta Seleksi Tertulis dan Keterampilan Komputer harap mengambil undangan di kantor KPU Kota Jakarta Pusat pada Hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 pukul 01.00 WIB

Metoda ini dilakukan dengan cara menggunakan sistem dimana sel dapat terikat secara kovalen dengan gugus reaktif dari suatu matrik, atau sel terikat pada suatu senyawa perantara yang

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan dari leadership style terhadap learning organization , learning organization terhadap competitive

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik responden konsumen jus buah segar di Bandar Lampung, menganalisis pengaruh

Objek penelitian yang dilakukan adalah sistem keamanan dengan menggunakan modul RFID sebagai sistem keamanan pada sepeda motor yang dikendalikan oleh sebuah media