• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2016"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA

DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2016

Eva Sulistiany1, Elfida1 1

Dosen Program Studi Keperawatan Kota Langsa ABSTRAK

Secara global, angka kematian balita menurun 41%, dari tingkat estimasi 87 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1990 dan menjadi 51 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa di negara-negara berkembang kejadian ISPA sebesar 0,29% (151 juta orang) dan negara-negara industri sebesar 0,05% (5 juta orang).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan gambaran pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pencegahan kekambuhan ISPA pada balita di Puskesmas Langsa Baro pada Tahun 2016 dengan menggunakan desain deskriptif cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang membawa balita yang menderita ISPA ke Puskesmas Langsa Baro pada Tahun 2016 dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 responden.

Hasil penelitian yang diperoleh dari 43 responden mayoritas yang tidak melakukan upaya pencegahan kekambuhan ispa pada balita sebanyak 29 responden (67,4%), berpengetahuan cukup tentang tentang pencegahan kekambuhan ISPA pada balita sebanyak 22 responden (51,2 %) dan mayoritas responden bersikap negatif terhadap pencegahan kekambuhan ISPA pada balita sebanyak 25 responden (58,1%).

Saran peneliti berharap orang tua yang tidak melaksanakan tindakan pencegahan terhadap kekambuhan ispa pada balita untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian dalam mencegah kekambuhan ISPA. Bagi orang tua yang cukup dan kurang pengetahuan pada pencegahan kekambuhan ISPA pada anak balita untuk dapat menggali lebih dalam tentang pencegahan kekambuhan ISPA. Begitu juga kepada orang tua yang bersikap negatif terhadap pencegahan kekambuhan ISPA pada balita juga diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan ISPA pada balita.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, ISPA, Balita

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) adalah infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian

masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012).

ISPA masih merupakan

(2)

% -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan

pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Rasmaliah, 2009).

Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita dengan ISPA di Indonesia pada tahun 2011 adalah lima diantara 1.000 balita yang berarti sebanyak 150.000 balita meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita ISPA di Indonesia adalah 9,4%.

Data profil kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tahun 2009 menunjukan 11,246 (94%) balita di Aceh mengalami penyakit ISPA. Penderita ISPA di NAD menduduki rangking pertama dan tingkat morbiditas (angka kesakitan yang tinggi dari setiap kasus yang ditemukan pada masyarakat).

Menurut data dinas kesehatan Kota Langsa, jumlah penduduk usia balita yaitu 16.677, menunjukkan masih tingginya angka penderita ISPA balita yaitu 3.900 kasus (23%). (Profil Dinkes Langsa, 2013).

Puskesmas Langsa Baro dengan jumlah penduduk usia balita tahun 2012 sebanyak 3.969 orang, menunjukkan masih tingginya angka penderita ISPA pada balita sebanyak 401 kasus (10%), pada tahun 2013 jumlah penduduk usia balita sebanyak 3.086, menunjukkan masih tingginya angka penderita ISPA balita yaitu 346 kasus (11%), dan pada Tahun 2016 jumlah penduduk usia balita sebanyak 4.408, menunjukkan masih

tingginya angka penderita ISPA balita pada bulan Januari Mei sebanyak 245 kasus (5%) penderita ISPA telah berkunjung ke Puskesmas Langsa Baro (Laporan Puskesmas Langsa Baro, 2015).

Survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Langsa Baro menunjukan

bahwa terdapat 4 responden yang

mengetahui tentang ISPA dan selebihnya 11 responden tidak mengetahui tentang ISPA pada balita.

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap orang tua terhadap upaya pencegahan kekambuhan ISPA pada balita di Puskesmas Langsa Baro Tahun 2016.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai balita menderita ISPA yang berkunjung ke Puskesmas Langsa Baro. Sampel pada penelitian ini sebanyak 43 responden

dengan teknik penarikan sampel

menggunakan accidental sampling

(Nursalam, 2008).

PEMBAHASAN

(3)

1. Upaya Pencegahan Kekambuhan ISPA Pada Balita Tabel 1. Distribusi Responden

Terhadap Upaya Pencegahan Kekambuhan ISPA Pada Balita di Puskesmas Langsa Baro Tahun 2016

No Upaya Pencegahan Kekambuhan ISPA

Pada Balita F %

1. Dilakukan 14 32,6

2. Tidak Dilakukan 29 67,4

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil bahwa dari 43 responden

ternyata banyak yang tidak

melakukan upaya pencegahan ISPA pada balita yaitu sebanyak 29 responden (67,4%).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Imelda (2004) yang

menyatakan bahwa dari 30

responden yang diteliti mayoritas responden tidak melakukan upaya pencegahan ISPA sebanyak 21

responden (70%) dan yang

melakukan sebanyak 9 responden (30%), hal ini disebabkan oleh

kesibukan dan ketidaktahuan

responden dalam melakukan

pencegahan ISPA pada anaknya. Asumsi peneliti menyatakan

bahwa responden yang tidak

melakukan upaya pencegahan

kekambuhan ISPA ini dapat

disebabkan oleh kurangnya

kesadaran dan kepedulian orang tua

dalam mencegah terjadinya

kekambuhan ISPA pada anak

sehingga masih banyak orang tua

yang tidak melakukan upaya

pencegahan ISPA pada anaknya. 2. Pengetahuan Responden Terhadap

Upaya Pencegahan Kekambuhan

Puskesmas Langsa Baro Tahun 2016

No Pengetahuan F %

1. Baik 9 20,9

2. Cukup 22 51,2

3. Kurang 12 27,9

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa dari 43 responden

ternyata banyak yang

berpengetahuan cukup mengenai

upaya pencegahan kekambuhan

ISPA pada balita yaitu sebanyak 22 responden (51,2%).

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Purnomo (2008) di Puskesmas Ngoresan Surakarta yang menyatakan bahwa pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA dalam kategori baik yaitu sebanyak (67%).

Asumsi peneliti menyatakan bahwa pengetahuan orang tua yang masih dikatakan cukup ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat

mengenai ISPA dan upaya

(4)

Responden Terhadap Upaya

Pencegahan Kekambuhan

ISPA Pada Balita Di

Puskesmas Langsa Baro Tahun 2016

No Sikap Frekuensi %

1. Positif 18 41,9

2. Negatif 25 58,1

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa dari 43 responden ternyata banyak yang bersikap negatif terhadap upaya pencegahan kekambuhan ISPA pada balita yaitu sebanyak 25 responden (58,1%).

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Purnomo (2008) di Puskesmas Ngoresan Surakarta yang menyatakan bahwa sikap ibu dalam upaya pencegahan ISPA pada balita di Puskesmas Ngoresan sebagian besar dalam kategori baik yaitu bersikap positif sebanyak (62%).

Asumsi peneliti menyatakan bahwa responden yang bersikap negatif terhadap upaya pencegahan kekambuhan ISPA dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua yang masih

kurang sehingga ini dapat

mempengaruhi sikapnya dalam

melakukan pencegahan kekambuhan ISPA pada balitanya. Hal yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua adalah menggali informasi mengenai

upaya pencegahan kekambuhan

ISPA pada balitanya dan melakukan pencegahan sehingga kekambuhan ISPA pada balitanya tidak terulang lagi.

4. Upaya Pencegahan Kekambuhan ISPA Pada Balita Berdasarkan Pengetahuan Orang Tua

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Upaya

Pencegahan Kekambuhan

ISPA Pada Balita

Berdasarkan Pengetahuan

Orang Tua Di Puskesmas Langsa Baro Tahun 2016

NoPengetahua n

Upaya Pencegahan Kekambuhan

ISPA

F Dilakuk

an

Tidak Dilakuka

n

F % F %

1 Baik 8 88.9 1 11.1 9

2 Cukup 6 26,1 16 73,9 22

3 Kurang 0 0 12 100 12

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil bahwa dari 43 responden, ternyata banyak orang tua dengan pengetahuan baik yang melakukan

upaya pencegahan kekambuhan

ISPA yaitu sebanyak 8 responden (88,9%), dan yang tidak melakukan

pencegahan kekambuhan ISPA

ternyata banyak pada orang tua yang

berpengetahuan cukup yaitu

sebanyak 16 responden (73,9%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Darwinto (2010) yang

menyatakan bahwa dari 49

responden yang diteliti, ternyata banyak ibu dengan pengetahuan baik yang melakukan upaya pencegahan kekambuhan ISPA yaitu sebanyak 9 responden (90%).

Asumsi peneliti menyatakan

bahwa responden yang

berpengetahuan cukup namun tidak

melakukan upaya pencegahan

kekambuhan ISPA disebabkan oleh kesibukan responden dan kurangnya kesadaran serta kepedulian orang tua

dalam mencegah terjadinya

kekambuhan ISPA pada balita. 5. Upaya Pencegahan Kekambuhan

ISPA Pada Balita Berdasarkan Sikap Orang Tua

(5)

Pencegahan Kekambuhan

ISPA Pada Balita

Berdasarkan Sikap Orang Tua Di Puskesmas Langsa Baro Tahun 2016

No Sikap

Upaya Pencegahan Kekambuhan

ISPA

F Dilakuk

an

Tidak Dilakuka

n

F % F %

1 Positif 9 50 9 50 18

2 Negatif 5 20 20 80 25

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 43 responden, ternyata banyak orang tua dengan sikap positif yang melakukan upaya pencegahan kekambuhan ISPA yaitu sebanyak 9 responden (50%), dan

yang tidak melakukan upaya

pencegahan kekambuhan ISPA

ternyata banyak pada orang tua yang bersikap negatif yaitu sebanyak 20 responden (80%).

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Darwinto (2010) yang menyatakan bahwa dari 49 responden, ternyata banyak ibu

dengan sikap negatif yang

melakukan upaya pencegahan

kekambuhan ISPA yaitu sebanyak 7 responden (25%), dan yang tidak

melakukan upaya pencegahan

kekambuhan ISPA ternyata banyak pada ibu yang bersikap negatif yaitu sebanyak 21 responden (75%).

Asumsi peneliti menyatakan bahwa orang tua yang bersikap

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Terdapat 29 responden

(67,4%) yang tidak

melakukan upaya pencegahan

kekambuhan ISPA pada

balita, hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan kepedulian orang tua dalam

mencegah terjadinya

kekambuhan ISPA pada anak sehingga masih banyak orang tua yang tidak melakukan upaya pencegahan ISPA pada anaknya.

b. Terdapat 22 responden (51,2%) yang berpengetahuan

cukup mengenai upaya

pencegahan kekambuhan

ISPA pada balita, hal ini

disebabkan oleh masih

kurangnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat mengenai ISPA dan upaya

pencegahan kekambuhan

ISPA pada balita.

c. Terdapat 25 responden

(58,1%) yang bersikap

negatif terhadap upaya

pencegahan kekambuhan

ISPA pada balita, hal ini

dipengaruhi oleh

pengetahuan orang tua yang masih kurang sehingga ini

dapat mempengaruhi

sikapnya dalam melakukan

pencegahan kekambuhan

ISPA pada balitanya. 2. Saran

(6)

pencegahan kekambuhan ISPA pada balita untuk dapat menggali lebih dalam lagi tentang upaya pencegahan

kekambuhan ISPA pada

balita.

c. Bagi orang tua yang bersikap negatif terhadap upaya

pencegahan kekambuhan

ISPA pada balita juga

diharapkan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan

kekambuhan ISPA pada

balita.

DAFTAR PUSTAKA

Darwinto, 2010. Gambaran

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Pencegahan Kekambuhan ISPA Pada Balita Di Puskesmas Langsa Barat. Kota Langsa

Depkes RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

Imelda, 2004. Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Terhadap Upaya Pencegahan ISPA pada Anak Di Puskesmas Tanjung Pura.

Laporan Puskesmas Langsa Baro, 2015

Nursalam, 2008. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. CV. Infomedica.

Purnomo, 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Upaya Pencegahan ISPA Pada Balita Di Puskesmas Ngoresan Surakarta.

http://etd.eprints.ums.ac.id/269 1/1/1220050027.pdf

Probowo, S. 2012. Penyakit yang Paling Umum pada Anak.

Majalah Kesehatan.

http://majalahkesehatan.com/p enyakit-yang-paling-umum-pada-anak-bag-1

Profil Dinas Kesehatan Langsa 2013

Profil Kesehatan NAD Tahun 2009.

Gambar

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Upaya

Referensi

Dokumen terkait

15:4 Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu, sebab sungguh TUHAN akan memberkati engkau di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka,

1) Kredit Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan si pemberi kredit (Kreditur) bahwa prestasi (uang, jasa, atau barang) yang diberikannya benar-benar diterimanya dimasa tertentu yang akan

BPR Bank Karanganyar kepada pelaku UMKM untuk mendukung upaya pengembangan UMKM di Kabupaten Karanganyar, dan (3) untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel

akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?.. 2) Dapat menganalisis dan mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi. pemerintahberpengaruh terhadap kualitas

Dalam penelitian ini, digunakan tipe penelitian yang bersifat kualitatif, artinya penelitian tidak hanya memberikan suatu gambaran dan analisa obyek yang menajadi

Penerapan konsep healing environment pada lingkungan rumah sakit akan tampak pada kondisi akhir kesehatan pasien yaitu pengurangan waktu rawat, pengurangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa construct yang dibuat dari TPB, berupa Konsekuensi, Norma Subyektif, Faktor Situasional dan Kontrol Perilaku bisa efektif untuk

Keempat, faktor pendukung dan penghambat kemampuan manajerial kepala sekolah dalam peningkatan efektivitas perpustakaan sekolah di SD Negeri 06 Ketahun kabupaten