PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI DALAM
MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK
(STUDI PADA BANK SUMUT DAN
PT. ASURANSI ASKRIDA)
Tesis
OLEH:
SITI AYUNA SARI
087011117/MKN
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI DALAM
MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK
(STUDI PADA BANK SUMUT DAN
PT. ASURANSI ASKRIDA)
Tesis
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan
Dalam Program Studi Kenotariatan Pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SITI AYUNA SARI
087011117/MKN
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis : PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI
DALAM MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK.
Nama : SITI AYUNA SARI
Nim : 087011117
Program Studi : Magister Kenotariatan
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. T. Syamsul Bahri, S.H.
Ketua
Abdul Muis, S.H., M.S. Chairani Bustami,SH,SpN, MKn.
Anggota Anggota
Ketua Program Magister Kenotariatan Dekan
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Telah diuji pada:
Tanggal 21 Juni 2010
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua
: Prof. T. SYAMSUL BAHRI, SH
Anggota
: ABDUL MUIS, SH, MS
CHAIRANI BUSTAMI, SH, SpN, MKn
Prof. Dr. MUHAMMAD YAMIN, SH, MS, CN
RIWAYAT HIDUP
A. Keterangan Pribadi
1. Nama : SITI AYUNA SARI
2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 September 1978
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Alamat : Jl. Menteng VII Gg. Sitinjo No. 3 Medan
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. Agama : Islam
B. Keterangan Keluarga
1. Nama Orang Tua
a. Ayah : Ir. H. SARIADI
b. Ibu : Dra. Hj. YUSRIAH NASUTION
2. Nama Suami : Dr. M. FERRY
MERBAWANTO
3. Nama Anak : DHIYA’ NAZHIFAH PUTRI
DAFFA AYURY MERBAWANTO
C. Riwayat Pendidikan
1. SD Swasta ERIA Medan Tahun Ajaran 1984 – 1990 2. SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 1990 – 1993 3. SMA Negeri 6 Medan Tahun Ajaran 1993 – 1996
4. Sarjana Hukum Universitas Jambi Tahun Ajaran 1997 – 2001
PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI DALAM MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK
(STUDI PADA BANK SUMUT DAN PT. ASURANSI ASKRIDA)
Siti Ayuna Sari1 T. Syamsul Bahri2
Abdul Muis² Chairani Bustami²
ABSTRAK
Di dalam menjalankan usahanya setiap orang baik secara perorangan maupun dalam bentuk badan usaha, besar kemungkinan akan menghadapi suatu kerugian atau suatu kehilangan. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering berhubungan dengan lembaga perbankan, baik untuk keperluan menyimpan uang maupun untuk keperluan meminjam uang. Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu mempunyai resiko. Resiko-resiko yang akan timbul telah disadari oleh bank, oleh karena itu bank perlu mengamankan bukan saja secara yuridis tetapi juga secara fisik. Apabila resiko ini menjadi kenyataan, maka bank akan mengalami kerugian. Dalam hal ini bank tidak mau menanggung kerugian itu sendirian. Untuk itu bank berusaha mengalihkan resiko-resiko itu kepada pihak lain yang bersedia untuk itu. Adapun perusahaan yang bersedia menanggung kerugian itu adalah perusahaan asuransi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul permasalahan bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi, bagaimana bentuk perikatan antara Bank dan Asuransi dalam melindungi uang tunai yang ada di bank, dan bagaimana pelaksanaan pemenuhan klaim ganti rugi pada asuransi penyimpanan uang tunai yang ada di bank.
Penelitian tesis ini adalah penelitian hukum normatif, yang bersifat deskriptif analitis, dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian berada di PT. Bank SUMUT dan PT. Asuransi ASKRIDA. Sumber data berasal dari data sekunder yaitu data yabg dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan didukung wawancara dengan para informan yang berhubungan dengan
1
Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU Medan.
2
judul tesis. Metode pengumpulan data adalah dengan penelitian kepustakaan (library
research) dan penelitian lapangan (field research).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa prinsip yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi adalah prinsip pengalihan resiko dan prinsip kehati-hatian. Sedangkan yang menjadi alasan bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi adalah untuk menciptakan stabilitas system keuangan dari bank dan pelaksanaan dari kerangka kerja Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Bentuk perikatan antara bank dan asuransi adalah perjanjian baku. Saran-saran terhadap hasil penelitian adalah institusi perbankan mesti dikelola secara hati-hati (prudent) oleh manajemen yang professional, dan pihak asuransi juga diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum bagi bank apabila terjadi pencurian,perampokan atau kehilangan terhadap uang tunai yang ada di bank.
Kata Kunci : Perikatan
BINDING BETWEEN BANKS AND INSURANCE IN PROTECTING
THE CASH MONEY IS IN THE BANK
(STUDIES ON THE BANKS SMUT AND PT. INSURANCE Askrida)
Siti Ayuna Sari3 T. Syamsul Bahri4
Abdul Muis² Chairani Bustami²
ABSTRACT
In conducting the business of each person either individually or in the form of business entity, will likely face a loss or a loss. In everyday life, people often associated with banking institutions, whether for purposes of saving money or for the purposes of borrowing money. Bank in its operation would have a risk. Risks that will arise have been realized by the bank, therefore the bank needs to secure not only legally but also physically. If this risk becomes reality, then the banks will suffer losses. In this case the banks are not willing to bear the loss alone. For that banks tried to divert it risks to other parties who are willing to do so. The companies that are willing to bear the losses it is an insurance company.
Relative to this cause the problem how the principles and reasons which became the basis for the bank before making commitments with insurance, how to form agreements entered between the Bank and Insurance in protecting the existing cash in the bank, and how the implementation of the fulfillment of compensation claims on a cash deposit insurance existing in the bank.
This thesis research is a normative legal research, analytical and descriptive, using qualitative approaches. Location of the study were at. SUMUT Bank and PT. Askrida insurance. Source of data derived from secondary data yabg data collected through the study of the literature supported the document interviews with informants related to the title of the thesis. Methods of data collection is with library research (library research) and field research (field research).
3
Student Public Notary Program USU Faculty of Law. 4
Based on this research can be seen that the principle is the basis for the bank before making a commitment to the principle of insurance is the transfer of risk and the precautionary principle. While the reasons for the bank before making a commitment to the insurance is to create stability in the financial system of banks and the implementation of the framework of the Financial System Safety Net (JPSK). Form of agreements entered between the banks and insurance companies are standard agreements. The suggestions of the research is a banking institution must be managed carefully (Prudent) by professional management, and insurers are also expected to provide legal protection for banks in case of theft, robbery or loss of the existing cash in the bank.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Tiada kata pembuka yang paling pantas dikemukakan selain mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan rahmat-Nya dengan memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Juga disampaikan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, para tabi’in dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Judul tesis ini adalah: “PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI
DALAM MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK (STUDI PADA
BANK SUMUT DAN PT. ASURANSI ASKRIDA)”. Penulisan tesis ini merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian tesis ini, telah banyak memperoleh dorongan, pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan kelancaran proses administrasi pendidikan.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan demi memperkaya penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Dosen Penguji yang dengan sabar telah membantu dan mengarahkan penulis untuk kesempurnaan tesis ini.
5. Bapak Prof. T. Syamsul Bahri, SH., Bapak Abdul Muis, SH, MS, dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, MKN, selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuhh kesabaran dan keikhlasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
6. Seluruh Guru Besar beserta Dosen dan Staf pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
Bapak Zulkarnain (Pimpinan Bidang Logistik PT. Bank SUMUT), Ibu Sofi (Pegawai PT. Bank SUMUT), Bapak Jedri (Pegawai Bank BUKOPIN Cabang Medan), Bapak Yos Patras (Pegawai Bank BUKOPIN Cabang Medan), Ibu Dian, SH, MKN, (Legal pada Bank BUKOPIN Cabang Medan), Bapak Achmad Djunaedi, SE, MM, AAAIK, WMI (wakil kepala Cabang PT. Asuransi ASKRIDA) yang telah memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penulisaan tesis ini.
8. Rekan-rekan serta teman-temanku tercinta, dan terkhusus buat kak Julita Sagala, di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan semangat, dorongan, bantuan pikiran dalam rangka penulisan tesis ini.
9. Seluruh karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (Ibu Fatimah, Kak Lisa, Kak Winda, Kak Sari, Kak Afnie, Bang Aldi, Bang Ken) yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini.
Terima kasih yang teramat dalam buat keluargaku, terutama suamiku tercinta dr. M. Ferry Merbawanto, dan anak-anakku tersayang Dhiya Nazhifah Putri dan Daffa Ayury Merbawanto yang telah memberikan semangat dan motivasi serta dukungan dan pengertian yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat rahmat dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah kepada kita semua.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan ilmu hukum khususnya bidang ilmu Kenotariatan.
Medan, Mei 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... ix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Permasalahan ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Keaslian Penelitian... 12
F. Kerangka Teori dan Konsep... 12
1. Kerangka Teori ... 12
2. Kerangka Konsep... 26
G. Metode Penelitian ... 29
H. Sistematika Penulisan ... 29
BAB II. PRINSIP DAN ALASAN YANG MENJADI DASAR BAGI
ASURANSI ... 35
A...Gamb
aran Umum PT. Bank SUMUT... 35
B...Peran
an Perbankan Dalam Perekonmian Nasional ... 37
C...Prinsip
Dan Alasan Yang Menjadi Dasar Bagi Bank
Dalam Melakukan Transaksi Dengan Asuransi... 44
BAB III. BENTUK PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI
DALAM MELINDUNGI UANG TUNAI
YANG ADA DI BANK... 56
A. Tinjauan Umum Tentang Perikatan... 56
B...Tinja
uan Umum tentang Perjanjian ... 67
C...Bentuk
Perikatan Antara Bank Dan Asuransi Dalam
MelindungiUang Tunai ... 86
BAB IV. PELAKSANAAN PEMENUHAN KLAIM GANTI RUGI
YANG BERHUBUNGAN DENGAN UANG TUNAI
YANG ADA DI BANK ... 97
A...Tinja
B...Tinjauan Umum Mengenai Asuransi PT. ASKRIDA
(Asuransi Bangun Krida) ... 119
C...Pelaksan
aan Pemenuhan Klaim Ganti Rugi Pada Asuransi
Penyimpanan Uang Tunai ... 125
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 132
A...Kesi
mpulan ... 132
B...Saran
... 134
PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI DALAM MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK
(STUDI PADA BANK SUMUT DAN PT. ASURANSI ASKRIDA)
Siti Ayuna Sari1 T. Syamsul Bahri2
Abdul Muis² Chairani Bustami²
ABSTRAK
Di dalam menjalankan usahanya setiap orang baik secara perorangan maupun dalam bentuk badan usaha, besar kemungkinan akan menghadapi suatu kerugian atau suatu kehilangan. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering berhubungan dengan lembaga perbankan, baik untuk keperluan menyimpan uang maupun untuk keperluan meminjam uang. Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu mempunyai resiko. Resiko-resiko yang akan timbul telah disadari oleh bank, oleh karena itu bank perlu mengamankan bukan saja secara yuridis tetapi juga secara fisik. Apabila resiko ini menjadi kenyataan, maka bank akan mengalami kerugian. Dalam hal ini bank tidak mau menanggung kerugian itu sendirian. Untuk itu bank berusaha mengalihkan resiko-resiko itu kepada pihak lain yang bersedia untuk itu. Adapun perusahaan yang bersedia menanggung kerugian itu adalah perusahaan asuransi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul permasalahan bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi, bagaimana bentuk perikatan antara Bank dan Asuransi dalam melindungi uang tunai yang ada di bank, dan bagaimana pelaksanaan pemenuhan klaim ganti rugi pada asuransi penyimpanan uang tunai yang ada di bank.
Penelitian tesis ini adalah penelitian hukum normatif, yang bersifat deskriptif analitis, dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian berada di PT. Bank SUMUT dan PT. Asuransi ASKRIDA. Sumber data berasal dari data sekunder yaitu data yabg dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan didukung wawancara dengan para informan yang berhubungan dengan
1
Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU Medan.
2
judul tesis. Metode pengumpulan data adalah dengan penelitian kepustakaan (library
research) dan penelitian lapangan (field research).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa prinsip yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi adalah prinsip pengalihan resiko dan prinsip kehati-hatian. Sedangkan yang menjadi alasan bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi adalah untuk menciptakan stabilitas system keuangan dari bank dan pelaksanaan dari kerangka kerja Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Bentuk perikatan antara bank dan asuransi adalah perjanjian baku. Saran-saran terhadap hasil penelitian adalah institusi perbankan mesti dikelola secara hati-hati (prudent) oleh manajemen yang professional, dan pihak asuransi juga diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum bagi bank apabila terjadi pencurian,perampokan atau kehilangan terhadap uang tunai yang ada di bank.
Kata Kunci : Perikatan
BINDING BETWEEN BANKS AND INSURANCE IN PROTECTING
THE CASH MONEY IS IN THE BANK
(STUDIES ON THE BANKS SMUT AND PT. INSURANCE Askrida)
Siti Ayuna Sari3 T. Syamsul Bahri4
Abdul Muis² Chairani Bustami²
ABSTRACT
In conducting the business of each person either individually or in the form of business entity, will likely face a loss or a loss. In everyday life, people often associated with banking institutions, whether for purposes of saving money or for the purposes of borrowing money. Bank in its operation would have a risk. Risks that will arise have been realized by the bank, therefore the bank needs to secure not only legally but also physically. If this risk becomes reality, then the banks will suffer losses. In this case the banks are not willing to bear the loss alone. For that banks tried to divert it risks to other parties who are willing to do so. The companies that are willing to bear the losses it is an insurance company.
Relative to this cause the problem how the principles and reasons which became the basis for the bank before making commitments with insurance, how to form agreements entered between the Bank and Insurance in protecting the existing cash in the bank, and how the implementation of the fulfillment of compensation claims on a cash deposit insurance existing in the bank.
This thesis research is a normative legal research, analytical and descriptive, using qualitative approaches. Location of the study were at. SUMUT Bank and PT. Askrida insurance. Source of data derived from secondary data yabg data collected through the study of the literature supported the document interviews with informants related to the title of the thesis. Methods of data collection is with library research (library research) and field research (field research).
3
Student Public Notary Program USU Faculty of Law. 4
Based on this research can be seen that the principle is the basis for the bank before making a commitment to the principle of insurance is the transfer of risk and the precautionary principle. While the reasons for the bank before making a commitment to the insurance is to create stability in the financial system of banks and the implementation of the framework of the Financial System Safety Net (JPSK). Form of agreements entered between the banks and insurance companies are standard agreements. The suggestions of the research is a banking institution must be managed carefully (Prudent) by professional management, and insurers are also expected to provide legal protection for banks in case of theft, robbery or loss of the existing cash in the bank.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan usahanya setiap orang baik secara perorangan maupun dalam bentuk badan usaha, besar kemungkinan akan menghadapi suatu kerugian atau suatu kehilangan. Setiap orang harus berusaha dengan segenap tenaga dan pikirannya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, untuk memiliki harta kekayaan demi kelangsungan hidupnya. Dari sejak lahir sampai mati, setiap orang menghadapi sesuatu yang tidak pasti, karena banyak kejadian yang tiba-tiba muncul tanpa diduga-duga sebelumnya.
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan di setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik Negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. “Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor pereko
Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998. Berkaitan dengan pengertian bank, Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering berhubungan dengan lembaga perbankan, baik untuk keperluan menyimpan uang maupun untuk kep
jam uang. Dalam hal ini orang yang menyimpan uang disebut nasabah.
Banyak alasan yang membuat orang jadi nasabah bank. Ditinjau dari segi nasabah penyimpan (penabung), alasan nasabah menyimpan uangnya di Bank antara lain keamanan uangnya lebih terjamin dari pada di simpan sendiri di dalam rumah.
5
Selain itu nasabah mempunyai keuntungan berupa bunga, yang diterima nasabah setiap periode sesuai dengan besarnya uang yang di tabung di bank. Di tinjau dari segi nasabah peminjam, alasan nasabah meminjam di bank antara lain bunga yang relatif kecil dibanding jika nasabah meminjam uang pada lintah darat yang banyak terdapat dalam masyarakat. Disamping itu barang yang dijadikan barang jaminan tidak harus diserahkan kepada bank (dalam lembaga perbankan hanya surat-surat bukti hak milik saja yang diserahkan, sedangkan barang jaminan tetap di tangan nasabah), sehingga dengan demikian nasabah tetap dapat menggunakan barang yang dijadikan jaminan itu untuk keperluan hidupnya. Dalam perbankan lembaga jaminan yang tidak menyerahkan barang jaminan tersebut dikenal dengan fidusia dan hak tanggungan. Dengan berbagai alasan inilah maka banyak orang yang menjadi nasabah bank.
di tabung di bank yang kemudian dipinjamkan ulang o
mau menanggung kerugian itu sendirian. Untuk itu bank berusaha mengalihkan Dari pihak bank sendiri, keberadaan nasabah menjadi suatu kebutuhan karena sumber keberuntungan nasabah menjadi suatu kebutuhan karena sumber keuntungan bank berasal dari nasabah, baik yang berasal dari bunga pinjaman nasabah maupun yang berasal dari uang nasabah yang
leh bank kepada nasabah lain.
resiko-resiko itu kepada pihak lain yang bersedia untuk itu. Adapun perusahaan yang bersedia menanggung kerugian itu adalah perusahaan asuransi.
Menurut Sri Rejeki Hartono, yang dikutip dari pendapat L. Athearnm, bahwa “resiko merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan merupakan faktor penting dalam asuransi. Resiko merupakan kemungkinan penyimpangan harapan yang tidak menguntungkan, yaitu ketidakpastian suatu peristiwa yang tidak diinginkan”.6 Jadi adalah tidak mungkin apabila membahas asuransi tanpa kaitan dengan resiko. Hal ini karena resiko merupakan pengertian inti dalam asuransi.
Dalam ilmu asuransi resiko dapat dibedakan dalam beberapa arti yang intinya kemungkinan terjadinya kerugian, yaitu:
1. “Resiko dalam arti benda yang menjadi obyek bahaya.
2. Resiko dalam arti orang yang menjadi sasaran pertanggungan. 3. Resiko dalam arti bahaya”.7
“Pengertian resiko diberi batasan sebagai kemungkinan terjadinya suatu keuntungan yang semula diharapkan tidak tercapai karena kejadian di luar kuasa manusia atau perbuatan manusia”.8 Resiko yang diderita dapat berupa kerusakan kerugian atau kehilangan keuntungan yang diharapkan sehingga menyebabkan timbulnya upaya untuk menghindari dan mengalihkan resiko kepada pihak lain yang
6
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal. 58.
7 H. Gunanto, Asuransi Kebakaran Di Indonesia, Tirta Pustaka, Jakarta, 1984, hal 11‐12. 8 Ibid
bersedia menanggungnya, dalam hal ini adalah pihak asuransi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan akan rasa aman kepada masyarakat, yaitu dengan mengadakan perjanjian pelimpahan resiko dengan pihak lain. Perjanjian semacam ini disebut perjanjian asuransi.
Usaha perasuransian telah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan ikut berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan dengan sektor kegiatan ekonomi lainnya. “Tidak berbeda dengan bank, mengenai asuransi telah diatur sedemikian rupa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 246 dan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang efektif berlaku pada tanggal 11 Februari 1992”.9
Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD, “yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti”.10 Dari ketentuan Pasal 246 KUHD tersebut dapat diketahui bahwa “tujuan dari asuransi adalah untuk mencegah atau mengurangi resiko kerugian yang mungkin timbul karena hilang, rusak atau musnahnya barang-barang yang dipertanggungkan dari suatu keadaan yang tidak pasti”.11
9
Hermansyah, Op.cit, hal. 9 10
Abdul Muis, Hukum Asuransi Dan Bentuk‐Bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005, hal. 2.
11
“Pengertian asuransi dapat juga kita lihat dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang telah diundangkan pada tanggal 11 Februari 1992 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, memberikan defenisi yang lebih lengkap tentang asuransi jika dibandingkan dengan pasal 246 KUHD”.12
Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.13
Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak, “asuransi itu mempunyai tujuan pertama-tama ialah mengalihkan resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diharapkan terjadinya itu kepada orang lain yang mengambil resiko itu untuk mengganti kerugian”.14 Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat.
Jenis-jenis asuransi yang ditawarkan perusahaan asuransi bermacam-macam, contohnya adalah asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian merupakan asuransi yang menutup pertanggungan untuk kerugian karena kerusakan atau kemusnahan harta benda yang dipertanggungkan karena sebab-sebab atau kejadian
12 Abdul Muis, Op.cit, hal. 4. 13
Undang‐Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Bab I Pasal 1 butir (1).
yang dipertanggungkan (sebab-sebab atau bahaya-bahaya yang disebut dalam kontrak atau polis asuransi). Dalam asuransi kerugian, penanggung menerima premi dari tertanggung dan apabila terjadi kerusakan atau kemusnahan atas harta benda yang dipertanggungkan maka ganti kerugian akan dibayarkan kepada tertanggung.
Produk-produk dari asuransi kerugian adalah asuransi kebakaran, asuransi angkutan laut, asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan dan lain-lain. Diantara produk asuransi kerugian adalah asuransi tunai, yang merupakan jenis asuransi yang menyediakan diri untuk menanggung kerugian yang menimpa uang tunai. Untuk program asuransi tunai, bank harus menjadi nasabah perusahaan asuransi yang menyelenggarakan asuransi tunai tersebut. Adapun caranya dengan mengadakan penutupan asuransi tunai. Dengan ditutupnya asuransi tunai, maka jika terjadi kerugian atas uang tunai milik bank, maka akan mendapatkan penggantian dari asuransi.
Asuransi tunai ini lebih sering disebut dengan asuransi penyimpanan uang (cash in safe dan cash in cashier in box). Asuransi ini pada dasarnya merupakan penutupan asuransi atas penyimpanan surat-surat berharga berupa uang tunai, cheque, wesel, saham dan sebagainya. Asuransi penyimpanan uang ini dapat dibedakan atas 2 (dua) bentuk, yaitu :
1. Asuransi Cash In Safe (CIS)
2. Asuransi Cash In Cashier In Box (CICB)
Yaitu asuransi yang menjamin hilangnya uang tertanggung saat di simpan di kasir atau loket-loket dimana transaksi dilakukan.
Asuransi ini menjamin kerugian keuangan yang timbul sebagai akibat dari pencurian, perampokan, kehilangan, pembongkaran atau penggelapan dan kerusakan pada saat diangkut atau disimpan dalam lemari besi dan atau cashier box serta tindakan yang sejenisnya yang dilakukan oleh orang lain (bukan tertanggung atau yang dikuasakan mengelola surat berharga tersebut). Resiko-resiko yang tidak dijamin antara lain kurangnya uang akibat kesalahan hitung oleh bagian keuangan atau akunting, kerugian yang terjadi di luar dari wilayah yang disebutkan dalam ikhtisar polis, yaitu perang, kerusuhan dan sejenisnya, kontaminasi radioaktif, senjata nuklir.
Dalam operasional usahanya dalam pinjam meminjam uang, setiap saat bank dituntut untuk menyediakan uang tunai. Uang tunai ini diperlukan untuk keperluan peminjaman uang kepada nasabah, maupun untuk keperluan memenuhi penarikan uang tunai yang dilakukan oleh nasabah, maupun untuk keperluan memenuhi keperluan uang tunai yang dilakukan oleh nasabah penabung. Dalam hubungannya dengan penyediaan uang tunai ini bank senantiasa menghadapi resiko, yang berupa resiko kehilangan, kecurian, perampokan dan resiko-resiko lain yang setiap saat dapat mengancam uang tunai tersebut.
Kelangsungan usaha bank yang berkelanjutan menunjukkan bank tersebut cukup tangguh dalam persaingan usaha perbankan. Karena pada dasarnya bank yang tangguh dan sehat adalah bank yang mampu mengamankan dana masyarakat yang dititipkan kepadanya dan keadaan ini dengan sendirinya akan mendukung suatu sistem perbankan yang sehat. Meskipun ketentuan tentang tingkat kesehatan bank telah diundangkan, tetapi hal itu sendiri belum dapat menjamin adanya perlindungan bagi nasabah penyimpan dana. Mengingat yang terpenting bagi nasabah adalah dana yang disimpannya dapat dikelola oleh bank dan bila ia menginginkan dapat ditarik kembali. Untuk itu diperlukan perangkat lain yang dapat memberikan perlindungan kepada nasabah, yaitu dengan secara dini menerapkan tindakan preventif yang ketat sesuai dengan undang-undang perbankan dan peraturan lainnya namun tetap tidak menghambat bank untuk melakukan ekspansi.
yang ada di bank tersebut. Menurut Subekti, “perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan antara dua orang/lebih atau dua pihak, yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”.15 Menurut Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), “perikatan lahir karena suatu perjanjian atau karena undang-undang”. Berdasarkan pasal tersebut, perjanjian merupakan sumber perikatan, kodrat perjanjian itu sendiri dan kebutuhan masyarakat menghendaki agar setiap orang memenuhi perjanjian.
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, pengertian perjanjian adalah “suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”. Walaupun perikatan dan perjanjian mempunyai ciri-ciri yang sama, namun ada perbedaannya. Perbedaannya bahwa perikatan adalah sutau pengertian yang abstrak sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit.
Kita tidak dapat melihat suatu perikatan, hanya dapat membayangkannya dalam alam pikiran kita. Tetapi kita dapat melihat atau membaca suatu perjanjian ataupun mendengarkan perkataan-perkataannya. Yang perlu diingat adalah bahwa “perikatan merupakan suatu pengertian hukum (rechtsbegrip) dan karena itu tidak ada wujudnya, sedangkan yang kelihatan, kalau ia berupa suatu perjanjian tertulis, adalah perjanjiannya”.16
15 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1979, hal.1. 16
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka akan dilakukan penelitian tesis dengan judul “PERIKATAN ANTARA BANK DAN
ASURANSI DALAM MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK
(STUDI KASUS PADA PT. BANK SUMUT DAN PT. ASURANSI ASKRIDA)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi?
2. Bagaimana bentuk perikatan antara Bank dan Asuransi dalam melindungi uang tunai yang ada di bank?
3. Bagaimana pelaksanaan pemenuhan klaim ganti rugi pada asuransi penyimpanan uang tunai yang ada di bank?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi.
2. Untuk mengetahui bentuk perikatan antara Bank dan Asuransi dalam melindungi uang tunai yang ada di bank.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemenuhan klaim ganti rugi pada asuransi penyimpanan uang tunai yang ada di bank.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini merupakan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya bidang hukum asuransi dan perbankan serta menambah khasanah perpustakaan.
2. Secara prkatis penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan masyarakat, praktisi, peneliti, dosen dan mahasiswa tentang perikatan antara bank dan asuransi dalam melindungi uang tunai.
E. Keaslian Penelitian
dalam melindungi uang tunai belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini betul asli baik dari segi substansi maupun dari segi permasalahan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsep
1. Kerangka Teori
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. “Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta”.17 “Teori adalah merupakan suatu kumpulan construct atau konsep, defenisi dan proposisi yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan (memprediksi) fenomena alam.”18
“Landasan teori merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk mendapatkan data. Teori merupakan alur penalaran atau logika (flow of
reasoning/logic), terdiri dari seperangkat konsep atau variabel, defenisi dan proposisi
yang disusun secara sistematis”.19 “Konsep mengekspresikan suatu abstraksi yang
17 Ensiklopedia bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia, Teori, http://id.wikipedia.org/wiki/teori, diakses 6 januari 2010.
18
Kerlinger, Defenisi Teori, http://www.pdf‐search‐engine.com/defenisi‐teori‐pdf.html, diakses 6 Januari 2010.
19
terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena (obyek, kejadian, atribut atau proses)”.20
Otje Salman dan Anton F. Susanto menyimpulkan pengertian teori menurut pendapat dari berbagai ahli, dengan rumusan sebagai berikut: “teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan konstribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum”.21 “Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu variabel bebas tertentu dimasukkan dalam penelitian, karena berdasarkan teori tersebut variabel yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab”.22
Dalam penelitian ini, menetapkan suatu kerangka teori adalah merupakan suatu keharusan. Hal ini dikarenakan, kerangka teori itu digunakan sebagai landasan berfikir untuk menganalisa permasalahan yang dibahas dalam tesis ini, yaitu mengenai perikatan antara pihak bank dan asuransi dalam melindungi uang tunai yang ada di bank. Teori yang menjadi pedoman dalam penulisan tesis ini adalah teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik terkenal dengan azas kebebasan berkontrak (laissez faire) yang dipelopori oleh Adam Smith. “Azas kebebasan berkontrak
20 Kerlinger, Defenisi Teori, http://www.pdf‐search‐engine.com/defenisi‐teori‐pdf.html, diakses 6 Januari 2010.
21
HR. Otje Salman S dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005, hal. 21.
22
merupakan refleksi dari perkembangan paham pasar bebas yang memberikan kebebasan kepada subjek hukum dalam mengadakan perjanjian”.23
Salah satu asas yang paling menonjol dalam penyusunan kontrak adalah asas kebebasan berkontrak, yang merupakan asas universal dan dianut oleh hukum perjanjian di hampir seluruh negara di dunia pada saat ini. Dalam pustaka-pustaka yang berbahasa Inggris, asas ini dituangkan dengan berbagai istilah, antara lain
Freedom of Contract, Liberty of Contract, atau Party Autonomy, di negara common
law dikenal dengan istilah laissez faire yang merupakan salah satu asas yang sangat
terkenal di dalam hukum kontrak. Berdasarkan asas ini suatu pihak dapat memperjanjikan apa-apa yang dikehendakinya dengan pihak lain. “Namun demikian harus diakui bahwa penerapan asas berkontrak ini adalah tidak bebas sebebas-bebasnya”.24 Kebebasan berkontrak berlatar belakang pada faham individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman Renaisance melalui antara lain ajaran-ajaran dari
Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke, dan Rosseau. Puncak
perkembangannya tercapai dalam periode setelah revolusi Perancis.25
23
Rahmi, Perjanjian Asuransi,
http://umirahmi.wordpress.com/2009/05/24/perjanjian‐asuransi/, diakses 7 april 2010.
24 Felix S. Soebagjo, Perkembangan Azas‐azas Hukum Kontrak dalam Praktek Bisnis Selama 25 Tahun Terakhir, makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Perkembangan Hukum Kontrak dalam Praktek Bisnis Indonesia, Jakarta, 18 – 19 Februari 1993, hal. 5.
Faham individualisme melahirkan kebebasan pada setiap orang untuk memperoleh apa yang dikehendaki dan dalam perjanjian diwujudkan dalam kebebasan berkontrak. Pada tahun 1870 sebagai puncak perkembangan asas kebebasan berkontrak, setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih siapa mitra kontraknya, bebas menentukan bentuk, isi, tujuan, dan dasar hukum dari suatu kontrak. “Pemerintah maupun pengadilan sama sekali tidak dibenarkan intervensi, bahkan sampai muncul doktrin “ceveat emptor” atau “let the buyer beware” atau hukum mewajibkan pembeli untuk berhati-hati dan harus berupaya menjaga diri mereka sendiri”.26
1. Hugo de Groot
Salah satu penganjur terkemuka dari aliran hukum ini berpendapat bahwa hak untuk mengadakan perjanjian adalah salah satu dari hak asasi manusia. Hugo de
Groot merupakan tokoh yang mengemukakan bahwa suatu supreme body of law yang
dilandasi oleh nalar manusia (human reason) yang disebutnya sebagai hukum alam (natural law). De Groot beranggapan bahwa kontrak adalah suatu tindakan suka rela dari seseorang dimana ia berjanji sesuatu kepada orang lain dengan maksud bahwa orang lain itu akan menerimanya. “Kontrak tersebut adalah lebih dari sekedar suatu
janji, karena suatu janji tidak memberikan hak kepada pihak yang lain atas pelaksanaan janji itu”.27
Arti sentral yang ingin diberikan de Groot kepada janji-janji dapat dilihat dari kenyataan bahwa ia menyatakan bahwa kewajiban tersebut sebagai salah satu asas-asas dasar hukum. Menurut De Groot, keseluruhan hukum positif bertumpu pada kewajiban hukum. Ia menghendaki agar semua institusi hukum bertumpu pada persetujuan antara manusia, baik yang dibuat secara tegas maupun secara diam-diam, dengan demikian menurut De Groot hak milik privat juga terbentuk dengan cara ini.28 Pendiskripsian selanjutnya mengenai hukum positif, oleh De Groot disebut sebagai “burgelijk wet” (undang-undang keperdataan) nampak bahwa pada dasarnya Ia tidak begitu saja menerima prinsip “pacta sunt servanda”.
De Groot menunjukkan antara lain bahwa hukum positif telah meletakkan
beberapa keterbatasan asas prinsip kebebasan untuk mengikatkan diri sedemikian rupa sehingga orang lain memperoleh sebuah hak. “Hal-hal tersebut tidak saja mengakui bahwa janji-janji yang mempunyai isi tertentu dinyatakan tidak sah, misalnya bilamana bertentangan dengan ketentuan undang-undang, tetapi juga melalui janji-janji dan kesanggupan-kesanggupan”.29
27 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 20.
28
Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis: Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2003, hal. 88.
29
2. Thomas Hobbes
Pendekatan berdasarkan hukum terhadap asas kebebasan berkontrak sebagai suatu kebebasan manusia yang fundamental juga dikemukakan oleh Thomas Hobbes. “Kontrak menurut Hobbes adalah metode dimana hak-hak fundamental dari manusia dapat dialihkan, sebagaimana halnya dengan hukum alam yang menekankan tentang perlunya ada kebebasan bagi manusia, maka hal itu berlaku juga berkaitan dengan kontrak-kontrak”.30
Thomas Hobbes berpendapat bahwa alam telah membuat manusia sama, yaitu
sama dalam panca indranya dan sama dalam pikirannya, sekali pun dapat dijumpai bahwa kadang-kadang ada manusia yang lebih kuat raganya dari manusia yang lain. Dari kesamaan ini timbul kesamaan harapan untuk memperoleh tujuan-tujuan akhirnya. “Apabila ada dua manusia yang menginginkan hal yang sama, yang untuk hal tersebut tidak mungkin dapat dinikmati bersama oleh mereka, maka mereka akan saling bermusuhan. Untuk mencapai apa yang diinginkan oleh mereka itu, mereka akan berusaha untuk menghancurkan atau menaklukkan yang lain”.31
Setelah memahami pemikiran Thomas Hobbes tersebut, maka apabila perkembangan dari berfungsinya asas kebebasan berkontrak dalam pembuatan-pembuatan kontrak ternyata telah menimbulkan penindasan oleh pihak yang satu terhadap pihak yang lain, sebagaimana hal yang demikian itu, menurut teori Thomas
Hobbes pasti akan terjadi apabila manusia dibiarkan bebas tanpa kendali oleh suatu
30 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit. hal. 20. 31
yang berkuasa dan berwenang, “maka seandainya Thomas Hobbes masih hidup dan sempat menyaksikan akses dari bekerjanya asas kebebasan berkontrak yang demikian itu, Ia akan menganjurkan agar negara campur tangan”.32 Ia akan mengemukakan pendapat bahwa karena manusia mempunyai ketakutan akan mati, berkeinginan untuk memperoleh sesuatu hal demi untuk dapat menikmati hidup secara leluasa dan mempunyai harapan untuk memperoleh hal-hal tersebut, maka nalar yang dipunyainya, yang cenderung mencari kedamaian, “sehingga akan berupaya untuk menemukan jalan ke arah yang dapat menghindarkan bentrokan dengan sesamanya dalam pembuatan suatu perjanjian”.33
Menurut pemikiran Hobbes sebagimana telah dikemukakan di atas, maka negara yang telah dibentuk oleh rakyatnya berdasarkan perjanjian sosial (social
contract) dan telah diserahi hak-hak rakyat untuk dapat bertindak dalam rangka
melindungi kepentingan rakyat yang telah terlibat dalam perjanjian sosial itu, bukan saja berwenang tetapi juga berkewajiban untuk mengusahakan terjadinya keseimbangan dan keselarasan demi tercapainya keadilan bagi kepentingan dari pihak-pihak yang membuat perjanjian itu sendiri.
3. Immanuel Kant
Mengenai hak, Kant membedakan hak-hak alami dari hak-hak yang diperoleh, tetapi ia hanya mengakui satu hak alami, yaitu kebebasan manusia sepanjang kebebasan ini dapat berdampingan dengan kebebasan manusia menurut hukum
32 Ibid, hal.58 33
umum. “Persamaan termasuk dalam prinsip kebebasan, dari sini menyusul sejumlah hak yang bersifat individual, terutama hak untuk memiliki, yang oleh Kant (seperti halnya Locke, Hegel, dan banyak yang lain) dianggap sebagai suatu ekspresi dari suatu kepribadian”.34 Dalam pembahasannya mengenai kontrak, Kant menganggap bahwa kontrak seperti halnya kepemilikan, memunculkan persoalan tertentu dalam tingkatan empirik.
Kant mendefinisikan kontrak sebagai pemilik atas kehendak arbiter orang lain
sebagai sarana untuk mengarahkan kehendak melalui kehendak arbiter untuk melakukan tindakan tertentu sesuai dengan hukum kebebasan. “Kesulitan muncul lantaran kontrak bersangkutpaut dengan kehendak bebas dan setara, mereka tidak bisa diwajibkan untuk melakukan tindakan selain melalui kehendak bebas masing-masing (wilkür)”.35 Kant menggunakan istilah wilkür untuk menjelaskan kehendak bebas yang ada dalam kontrak, istilah ini memiliki landasan penting dalam pandangannya tentang hubungan yang terjadi. Di sini bisa diketahui betapa sistematisnya Kant menerapkan gagasan negatif kebebasan. Wilkür memiliki (berbeda dengan Wille) konotasi ketidak tetapan (arbitrariness) dan memberi keleluasaan pilihan bebas yang menurutnya harus dimiliki oleh individu berdasarkan dengan apa yang dia sebut ‘hukum kebebasan’ dalam masyarakat sipil. Dalam situasi normal, individu menikmati keleluasaan mutlak dalam hal cara bertindak yang dia kehendaki dalam
34 W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum [Legal Theory], diterjemahkan oleh Muhamad Arifin, Rajawali, Jakarta, 1990, hal. 4.
35
batas-batas hukum. Individu harus bebas menerapkan caranya sendiri selama dia tidak merugikan kebebasan orang lain.
Kontrak mengasumsikan adanya individu yang bebas dan setara dengan cara masing-masing. Dalam masyarakat sipil kontrak merupakan sarana mendasar untuk menentukan kepemilikan, dalam masyarakat tersebut kontrak hanya disaingi oleh pemberian dan pewarisan sebagai sarana mentransfer barang dan kekayaan dari suatu individu ke individu lain. Sebagaimana jual beli barang di pasar didasarkan pada kontrak, kontrak tidak sekedar mencirikan transaksi yang sifatnya kadang-kadang atau tidak sering, ini merupakan hubungan materi yang khas dalam masyarakat kapitalis modern. Kontrak merupakan sarana yang lazim dimana pemilik kekayaan disatukan bersama secara sosial. Dengan demikian, cara individu dalam berhubungan satu sama lain diharapkan dapat memebentuk sifat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apa yang sebenarnya didapatkan dalam sebuah kontrak adalah kendali terhadap kehendak orang lain berkenaan dengan tindakan yang dijanjikan.
Kegagalan melaksanakan tindakan yang dijanjikan, karenanya tidak berarti bahwa pihak lain dalam kontrak itu secara otomatis memiliki hak atas obyek atau layanan yang dibeli. Kegagalan mematuhi ketentuan di sini adalah bahwa individu yang melanggar dapat dihukum, bukan obyeknya yang harus dipindahtangankannya.
Bagi Kant, hanya ‘deduksi transedental mengenai konsep penerimaan’ melalui kontraklah yang dapat mengatasi persoalan ini. Dalam masyarakat sipil harus ada praduga hukum bahwa individu akan menghormati kontrak mereka. Individu-individu yang tidak menghormati kontrak mereka akan dihukum dengan setimpal. Individu tidak bisa turut serta dalam kontrak bila mereka tidak mengasumsikan bahwa ada landasan keharmonisan kepentingan tidak hanya antara mereka sendiri sebagai pihak-pihak yang bersepakat, namun juga dalam masyarakat secara keseluruhan.
Kontrak bagi Kant melambangkan ketidakpastian dan kekurangpercayaan dalam hubungan empiris antar manusia dalam masyarakat sipil. Dari sudut pandang empiris, tidak ada alasan pendorong untuk menghormati kontrak jika kita tidak berkepentingan untuk menghormatinya. Oleh karena itu kontrak membutuhkan dukungan positif dari hukum agar bisa berlangsung dalam masyarakat sipil. Individu bolehjadi terdorong oleh sisi paling mendasarnya untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji yang pada tingkatan fenomenal hanya bisa dicegah dengan menggunakan pemaksaan. Bila semuanya gagal, pemaksaan harus menjadi jalan terakhir untuk memastikan bahwa kontrak itu terealisasi.
4. Azas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian di Indonesia
Mariam Darus Badrulzaman, “asas kebebasan berkontrak tetap perlu dipertahankan sebagai asas utama di dalam Hukum Perjanjian Nasional”.36 Dalam Hukum Perjanjian Nasional, “asas kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab, yang mampu memelihara keseimbangan perlu tetap dipertahankan, yaitu pengembangan kepribadian untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang serasi, selaras, dan seimbang dengan kepentingan masyarakat”.37
Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga yang merupakan titik tolaknya adalah kepentingan individu, sehingga dapat dipahami bahwa kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak. Prof. Mr. Soepomo telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam hal peletak dasar terhadap hubungan individu dan masyarakat di Indonesia. Dalam pidato inaugurasinya di Fakultas Hukum Jakarta tahun 1941 dapat disimpulkan beberapa ciri perbandingan tentang kedudukan individu dalam masyarakat di Indonesia dan Dunia Barat, sebagai berikut: di Indonesia, yang primair adalah masyarakat, individu terikat dalam masyarakat. Hukum bertujuan mencapai kepentingan individu yang selaras, serasi, dan seimbang dengan kepentingan masyarakat.
“Di Barat, yang primair adalah individu, individu terlepas dari masyarakat, hukum bertujuan mencapai kepentingan individu”.38 Menurut sejarah, Pasal 1338 KUHPerdata yang dijadikan dasar berlakunya asas kebebasan berkontrak di Indonesia, berpijak pada revolusi Perancis, “bahwa individu sebagai sumber
36
Mariam Badrul Zaman, Op.Cit, hal. 85. 37 Ibid, hal 86‐87.
38
kesejahteraan dan kehendak individu sebagai dasar kekuasaan melahirkan sistem individualisme dan kapitalisme”.39 Pada akhir abad XIX, akibat desakan faham-faham etis dan sosialis, faham-faham individualisme mulai pudar, terlebih-lebih sejak berakhirnya perang dunia kedua, faham ini dinilai tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat ingin pihak yang lemah lebih banyak mendapat perlindungan, oleh karena itu kehendak bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif, dikaitkan selalu dengan kepentingan umum. Pengaturan isi perjanjian tidak semata-mata dibiarkan kepada para pihak, akan tetapi perlu diawasi oleh pemerintah sebagai pengemban kepentingan umum, menjaga keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Azas kebebasan berkontrak atau dikenal dengan istilah freedom of contract atau liberty of contract merupakan salah satu azas pokok dari hukum kontrak yang terpenting. “Ide dasar yang melandasi azas kebebasan berkontrak ialah bahwa setiap individu dapat membuat perjanjian dalam arti seluas-luasnya, tanpa campur tangan terhadap perjanjian yang dibuat oleh para pihak”.40
Di Indonesia, azas kebebasan berkontrak ini dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum perdata (KUHPerdata) yang merupakan terjemahan dari
Burgelijke Wetboek (BW) terutama pada Pasal 1338 BW yang menyebutkan bahwa
39
Made Rawa Aryawan, Loc.Cit. 40
“semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Hukum perjanjian mempunyai azas-azas umum/principle yang harus ditaati oleh para pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian itu sendiri, pihak ketiga, para pelaksana atau aparat penegak hukum termasuk para hakim yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang berhubungan dengan perjanjian. Adapun azas-azas yang harus diperhatikan dalam membuat suatu perjanjian adalah “Azas Kebebasan Berkontrak, yang dimaksud azas kebebasan berkontrak adalah bahwa orang bebas untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian dengan siapapun, dengan bentuk dan isi apapun serta bebas untuk menentukan hukum mana yang akan dipilih dalam menyelesaikan perjanjian tersebut”.41
2. Kerangka Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting teori. “Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang disebut defenisi operasional”.42 Soerjono Soekanto berpendapat bahwa, “kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari
41
Implementasi Azas Kebebasan Berkonttrak Dalam perjanjian Leasing, http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=azas+kebebasan+berkontrak&aq=f&aqi=&aql=&oq= &gs_rfai=&fp=3b1bb8086bb94ccf, di akses pada tanggal 1 Juni 2010.
42
kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian”.43
Selanjutnya, Sumandi Suryabrata memberikan arti khusus mengenai pengertian konsep, menurut beliau sebuah konsep berkaitan dengan defenisi operasional, “konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional”.44 Defenisi operasional perlu disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah, tidak boleh memiliki makna ganda. Terhadap pentingnya disusun defenisi operasional ini, Tan Kamello mengatakan sebagai berikut: “Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai”.45
Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan serangkaian defenisi operasional atas beberapa variable yang digunakan. Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:
Menurut Subekti, “perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan antara dua orang/lebih atau dua pihak, yang mana pihak yang satu
43 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Pers, Jakarta, 1986, hal. 122.
44
Samadi Suryabrata, Op.Cit, hal. 3.
berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”.46
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.47 Berkaitan dengan pengertian bank, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998 Pasal 1 butir 2 merumuskan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998, Pasal 3 yang menyatakan bahwa, “fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin “fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of funds)”.48
46
Subekti, Op.Cit, hal.1. 47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hal. 40.
48
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang telah diundangkan pada tanggal 11 Februari 1992 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, memberikan defenisi yang lebih lengkap tentang asuransi. Yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah:
Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
“Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari suatu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung”).49 Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung. “Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya”.50
49
Morton, G., Principles of Life and Health Insurance. LOMA., http://mediaasuransi.blogspot.com/2008/03/pengertian‐dan‐sejarah‐asuransi.html, diakses 9 Januari 2010.
50
“Uang adalah segala sesuatu yang diterima atau dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau transaksi”.51 “Uang adalah sesuatu yang dijadikan sebagai alat untuk melakukan transaksi pembayaran ekonomi di mana sesuatu yang dijadikan sebagai uang diterima, dipercaya dan disukai oleh masyarakat atau orang-orang yang melakukan transaksi ekonomi”52.
Uang memiliki empat fungsi utama dalam suatu perekonomian yaitu : 1. Sebagai Satuan Hitung.
Uang dapat menetapkan suatu nilai harga pada suatu produk barang maupun jasa dalam suatu ukuran umum. Jika suatu produk bernama permen dihargai Rp. 100 maka untuk membeli 4 buah permen menbutuhkan uang Rp. 400. 2. Sebagai Alat Transaksi.
Uang dapat berfungsi sebagai alat tukar untuk mendapatkan suatu produk barang atau jasa dengan catatan harus diterima dengan tulus ikhlas dan dijamin oleh pemerintah serta dijaga keamanannya dari tindak pemalsuan uang. Pembeli akan menyerahkan sejumlah uang kepada penjual atas produk yang ia terima, sedangkan penjual akan menerima sejumlah uang dari pembeli produk yang dijualnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
3. Sebagai Penyimpan Nilai.
Jika seseorang memiliki kelebihan uang yang tidak ingin dibelanjakan atau dihabiskan pada saat itu maka ia dapat menyimpannya dibank. Walaupun orang itu tidak memegang uang tadi tetapi nilai uang tersebut tetap ia miliki sampai saatnya ia ambil untuk dibelanjakan.
4. Standard Pembayaran Masa Depan.
Suatu transaksi tidak harus dibayar dengan alat pembayaran disaat itu juga, tetapi balas jasa tersebut dapat dibayarkan di masa depan dengan diukur dengan daya beli. Contohnya seperti pegawai yang mendapat gaji sebulan
51
Pengertian Uang Dan Bank, http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/pengertian‐ uang‐dan‐bank.html, diakses 9 April 2010.
52
Fungsi Dan Pengertian Uang/Duit/Doku/Fulus/Hepeng Sebagai Alat Transaksi Sehari‐Hari,
http://organisasi.org/fungsi‐dan‐pengertian‐uang‐duit‐doku‐fulus‐hepeng‐sebagai‐alat‐ transaksi‐sehari‐hari, diakses 9 April 2010.
sekali setelah satu bulan penuh bekerja. Selain itu seseorang yang meminjam uang harus membayarkan hutangnya di masa depan.53
G. Metode Penelitian
Pengertian metode penelitian yang dilakukan dalam tesis ini adalah suatu cara penyelidikan atau pemeriksaan dengan menggunakan penalaran yang berpikir logis berdasarkan nilai-nilai, azas-azas dan norma-norma, serta teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
1. Spesifikasi Penelitian
“Jenis penelitian ini adalah penelitian yang berbasis kepada yuridis normatif, yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, azas-azas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya”.54 Penelitian yuridis normatif menurut Ronald Dworkin disebut juga dengan penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu “penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it written in the book), maupun hukum yang diputuskan
53 Ibid.
oleh hakim melalui proses pengadilan (law as it is decided by the judge trough
judicial process)”.55
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analisis. Bersifat deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. “Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat bagaimana menjawab permasalahan”.56
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada :
a. Bank SUMUT Medan Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan.
b. PT. Asuransi Bangun Krida (ASKRIDA) Medan Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan. PT. Asuransi ASKRIDA merupakan mitra kerja PT. Bank SUMUT dalam melindungi uang tunai yang ada di bank tersebut.
55
Pendapat Ronald Dworkin, sebagaimana dikutip dari Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah disampaikan pada Dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 18 Februari 2003, hal. 1.
3. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan. Jadi, dalam penelitian ini adalah bahan dasar penelitian hukum normatif yang dari sudut kekuatan mengikatnya dibedakan atas tiga bagian yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, yaitu:
a. Bahan hukum primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar, peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini bahan hukum primernya yaitu Kitab Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, pendapat pakar hukum yang erat kaitannya dengan objek penelitian.
Disamping itu, data juga akan dikumpulkan melalui wawancara dengan informan yang berhubungan dengan materi penelitian ini, yaitu:
a. Pegawai Bank SUMUT Medan, 2 orang, yaitu:
- Bapak Muhammad Zaini, SH, MM, : Pimpinan Bidang Diklat Divisi SDM PT. Bank SUMUT.
- Bapak Zulkarnain : Pimpinan Bidang Logistik PT. Bank SUMUT. b. Pegawai PT. ASKRIDA Medan, 1 orang, yaitu:
- Bapak Achmad Djunaedi, SE, MM, AAAIK, WMI : Wakil Kepala Cabang PT. Asuransi ASKRIDA Cabang Medan)
4. Alat Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, metode pengumpulan datanya adalah dengan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian ini, penelitian kepustakaan (library research) bertujuan untuk menghimpun data-data yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah, maupun majalah-majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (depth interview) secara langsung.
5. Analisis Data
“Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.57
Analisis data dilakukan setelah diadakan terlebih dahulu pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan dievaluasi, lalu dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban. Dengan demikian kegiatan analisis ini diharapkan akan dapat menghasilkan kesimpulan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan akurat serta dapat dipersentasekan dalam bentuk deskriptif.
6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang diadakannya
penelitian ini, kemudian rumusan permasalahan yaitu bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi,