• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Patent Duktus Arteriosus pada Pasien Neonatus yang Dirawat Diunit Neonatologi RSUP H Adam Malik Tahun 2009-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Patent Duktus Arteriosus pada Pasien Neonatus yang Dirawat Diunit Neonatologi RSUP H Adam Malik Tahun 2009-2012"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI PATENT DUKTUS ARTERIOSUS PADA PASIEN

NEONATUS YANG DI RAWAT DI UNIT NEONATOLOGI RSUP

HAJI ADAM MALIK TAHUN 2009 - 2012

Oleh:

SARAH SUCI YURICA

100100235

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREVALENSI PATENT DUKTUS ARTERIOSUS PADA PASIEN

NEONATUS YANG DI RAWAT DI UNIT NEONATOLOGI RSUP

HAJI ADAM MALIK TAHUN 2009 – 2012

Kar yaTulisIlmiahiniDiajukansebagai Salah

SatuSyar atuntukMemper olehKelulusanSar janaKedokter an

Oleh:

SARAH SUCI YURICA

100100235

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “ Prevalensi Patent Duktus Arteriosus pada Pasien Neonatus yang Dirawat Diunit Neonatologi RSUP H Adam Malik Tahun 2009-2012”, yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Pendidikan S1 Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Rasyidah Sp. A selaku Dosen Pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai selesainya laporan hasil penelitian ini.

3. Untuk dosen penguji yakni dr. T Kemala Intan Mpd dan dr. T. Siti Harilza Zubaidah Sp.M yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

5. Yang tersayang ayahanda Sumantraji SH dan ibunda Husna Usman yang selama ini telah membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, serta dukungan kepada saya selaku penulis sehingga dapat menjadi seperti sekarang ini.

(4)

7. Untuk teman-teman seperjuangan penulis angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dwi Atikah Sari, Annisa Putri Siregar, Suci Putri Ayu, Elvita Nora Susana, Octisa Almira Chalida, Cut Tya Sharitsa, Adja Nazlia, M. Haritsyah W, Cut Putri dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih telah banyak membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini mulai dari survey awal hingga tahap pengumpulan data. 8. Serta buat sahabat-sahabat terhebat penulisFildzah Atirah, Nesia Aunika,

Anditha Namira, Hasfi Fauzan Raz, Aini Zetara, Wira Agustina, Ade Namira, Delfika Shizuko, Ray Sita Sidik dan Filzah Zulkarnaen terima kasih telah memberikan waktu, saran, motivasi serta semangat yang tiada henti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

9. Yang terakhir untuk Budi Aroza Jamak yang telah memberikan motivasi yang begitu besar, menjadi penyemangat yang tiada henti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaan bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca karya ilmiah ini.

Medan, 18 Desember 2013 Penulis

Sarah Suci Yurica

(5)

ABSTRAK

Patent duktus arteriosus adalah salah satu penyakit jantung bawaan yang paling umum ditemui pada bayi prematur. Semakin rendah berat badan lahir dan usia kehamilan, semakin tinggi kejadiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadaian penderita patent duktus arteriosus pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 – 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional, yang dilakukan dengan meihat data rekam medis pasien patent duktus arteriosus pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik pada Januari 2009 sampai

Desember 2012. Sampel penelitian berjumlah 62 orang yang diambil dengan

menggunakan metode total sampling. Pemilihan sampel dari data rekam medis yang lengkap. Cara pengumpulan data dilakukan dengan melihat data rekam medis penderita dan mengambil data yang dibutuhkan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita patent duktus arteriosus pada neonatus paling banyak pada kelompok usia kehamilan 32 – 37 minggu sebanyak (43.5%), berat badan lahir 1500 – 2500 gram sebanyak (46.8%), dan jenis kelamin perempuan yang sering terjadi sebanyak (54.8%).

(6)

ABSTRACT

Patent ductus arteriosus is the most prevalent congenital heart disease of premature infants. The disease is more prevalent with lower birth weight. This study has the aim to know the prevalence of Patent Ductus Arteriosus in neonates at Haji Adam Malik General Hospital Medan from 2009-2012.

The study is a descriptive observational study with cross sectional design, the data are collected from the medical record of neonate patients diagnosed with Patent Ductus Arteriosus at Haji Adam Malik General Hospital from January 2009 until December 2012. The samples are collected with total sampling with a number of 62 patients. The samples are chosen from complete medical records and collected by getting the data needed.

The result of this study shows that most prevalent patients diagnosed with pda have 32-37 weeks of maternal pregnancy (43.5%), with birth weight between1500-2500 grams (46.8%) and most patients were female (54.8%).

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.2 Patent Duktus Arteriosus ... 4

2.2.1 Definisi ... 4

2.2.2 Epidemiologi ... 4

2.2.3 Faktor Resiko ... 5

(8)

2.1.5 Patofisiologi ... 8

2.1.6 Manifestasi klinis ... 10

2.1.7 Diagnosis... 11

2.1.8 Penatalaksanaan ... 12

2.1.9 Komplikasi ... 14

2.1.10 Prognosis ... 14

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINSI OPERASIONAL ... 16

3.1Kerangka Konsep ... 16

3.2Definisi Operasional ... 16

3.3Aspek Pengukuran ... 18

BAB IV METODE PENELITIAN ... 19

4.1Rancangan Penelitian ... 19

4.2Lokasi dan Waktu ... 19

4.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5Metode Analisa Data ... 20

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...21

5.1 Hasil Penelitian ... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ... 21

(9)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1 Kesimpulan ... 25

6.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(10)

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Variabel dan Alat Ukur ………... 18

5.1 Distribusi Frekuensi PDA Berdasarkan Usia

Kehamilan………..

22

5.2 Distribusi Frekuensi PDA Berdasarkan Berat Badan Lahir ……….

22

5.3 Distribusi Frekuensi PDA Berdasarkan Jenis

Kelamin ………... 23

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup ………. 29

2 Data Induk……….………….. 30

3 Output Data Hasil Penelitian……….………….. 33

4 Surat Izin Penelitian……….…………... 34

(13)

ABSTRAK

Patent duktus arteriosus adalah salah satu penyakit jantung bawaan yang paling umum ditemui pada bayi prematur. Semakin rendah berat badan lahir dan usia kehamilan, semakin tinggi kejadiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadaian penderita patent duktus arteriosus pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 – 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional, yang dilakukan dengan meihat data rekam medis pasien patent duktus arteriosus pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik pada Januari 2009 sampai

Desember 2012. Sampel penelitian berjumlah 62 orang yang diambil dengan

menggunakan metode total sampling. Pemilihan sampel dari data rekam medis yang lengkap. Cara pengumpulan data dilakukan dengan melihat data rekam medis penderita dan mengambil data yang dibutuhkan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita patent duktus arteriosus pada neonatus paling banyak pada kelompok usia kehamilan 32 – 37 minggu sebanyak (43.5%), berat badan lahir 1500 – 2500 gram sebanyak (46.8%), dan jenis kelamin perempuan yang sering terjadi sebanyak (54.8%).

(14)

ABSTRACT

Patent ductus arteriosus is the most prevalent congenital heart disease of premature infants. The disease is more prevalent with lower birth weight. This study has the aim to know the prevalence of Patent Ductus Arteriosus in neonates at Haji Adam Malik General Hospital Medan from 2009-2012.

The study is a descriptive observational study with cross sectional design, the data are collected from the medical record of neonate patients diagnosed with Patent Ductus Arteriosus at Haji Adam Malik General Hospital from January 2009 until December 2012. The samples are collected with total sampling with a number of 62 patients. The samples are chosen from complete medical records and collected by getting the data needed.

The result of this study shows that most prevalent patients diagnosed with pda have 32-37 weeks of maternal pregnancy (43.5%), with birth weight between1500-2500 grams (46.8%) and most patients were female (54.8%).

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arterious setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi ) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Schumacher et al, 2011).

Duktus arteriosus adalah saluran pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu.Duktus arteriosus merupakan struktur yang penting dalam kehidupan janin. Duktus arteriosus menghubungkan arteri pulmonal pada aorta dan mengalirkan darah keluar dari paru-paru menuju sirkulasi plasenta umbilicus dimana terjadi pertukaran gas. Pada saat kelahiran, penutupan duktus arteriosus merupakan bagian penting dalam adaptasi setelah kelahiran. Penutupan duktus arteriosus dimulai dengan peningkatan oksigen dan perubahan pada tekanan darah sistemik dan pulmonal. (Thébaud, 2010). Pada bayi cukup bulan, duktus arteriosus menutup secara spontan dalam dua sampai tiga hari setelah lahir. Akan tetapi, pada 20% - 60% pada bayi kurang bulan duktus biasanya terbuka beberapa hari setelah lahir (UJ, 2011).

Pada bayi kurang bulan, kegagalan penutupan Duktus Arteriosus setelah lahir dapat dikaitkan dengan peningkatan insiden penyakit paru-paru kronis (CLD), perdarahan intraventrikular (IVH) dan necrotizing enterocolitis (NEC) dan kematian (Rahayuningsih, 2004).

(16)

meningkat pada anak yang lahir kurang bulan (20% pada bayi kurang bulan >32 minggu kehamilan hingga 60% pada mereka <28 minggu kehamilan). (Kim, 2012).Diperkirakan insiden PDA di Korea sekitar 0.02% - 0.04% pada bayi cukup bulan. Pada bayi kurang bulan terjadi sekitar 20% - 60% pada hari ketiga kehidupan. PDA terjadi sekitar 6% - 11% dari semua penyakit jantung bawaan. (Park et al,2012).Insidensi patent duktus arteriosus di Rumah Sakit Taksin Thailand pada bayi kurang bulan mencapai 2,65% (Surabenchawong, 2010).

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, insidensi patent duktus arteriosus pada bayi kurang bulanmencapai 14% (Deselina et al, 2004).

Sering terjadi juga pada anak-anak yang lahir pada daerah pegunungan dan anak-anak dengan riwayat asfiksia perinatal. Penderita wanita lebih banyak dari laki-laki dengan 2 :1. PDA merupakan salah satu anomali kardiovaskuler kongenital yang paling sering terjadi akibat infeksi rubella ibu selama awal kehamilan. PDA umum terjadi pada bayi dengan masalah jantung bawaan, seperti sindrom hipoplasia jantung kiri, transposisi pembuluh darah besar, dan stenosis pulmonal(Schumacher et al, 2011).

Dari uraian di atas peneliti ingin mengetahui prevalensi patent duktus arteriosus pada pasien neonatus yang dirawat di ruang neonatologi RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2012.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkas dari latar belakang di atas, memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut :

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi kejadian Patent Duktus Arteriosus pada pasien neonatus yang di rawat di unit neonatologi di RSUP Haji Adam Malik.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah kasus Patent Duktus Arteriosus pada pasien neonatus yang di rawat di unit neonatologi di RSUP Haji Adam Malikpada tahun 2009 hingga 2012.

2. Mengetahui usia kehamilanibu pada kasus Patent Duktus Arteriosus pada pasien neonatus yang di rawat di unit neonatologi di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 hingga 2012.

3. Mengetahui berat badan lahir bayi dengan pasien Patent Duktus Arteriosus pada pasien neonatus yang di rawat di unit neonatologi di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 hingga 2012.

4. Mengetahui jenis kelamin kasus Patent Duktus Arteriosus pada pasien neonatus yang di rawat di unit neonatologi di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 hingga 2012.

1.3.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang Patent Duktus Arteriosus selama menjalani penelitian.

(18)

3. Dapat digenerasikan kepada peneliti selanjutnya tentang masalah yang sama, hingga dapat dijadikan referensi tambahan.

(19)

BAB2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Patent Duktus Arteriosus

2.1.1. Definisi

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah penyakit jantung bawaan yang asianotik yang dimana tetap terbukanya duktus arterious setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi ) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah) (Schumacher et al, 2011).

2.1.2. Epidemiologi

Diperkirakan insiden PDA di Korea sekitar 0.02% - 0.04% pada bayi cukup bulan. Pada bayi kurang bulan terjadi sekitar 20%-60% pada hari ketiga kehidupan. PDA terjadi sekitar 6%-11% dari semua penyakit jantung bawaan (Park et al,2012).

Pada penelitian Sekar dan Corff insiden PDA terjadi pada 70% bayi kurang bulan dengan berat <1000 gram dan usia gestasi <29 minggu. Walaupun penutupan spontan dari duktus arteriosus akan terjadi sekitar 34% pada berat bayi lahir sangat rendah, namun kegagalan yang terjadi dapat mengancam nyawa (Sekar, 2008 ).

(20)

Rata-rata duktus arteriosus terlambat menutup pada bayi kurang bulan, 90% terjadi bersamaan dengan respiratory distress syndrome, pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 30 minggu, duktus akan menutup empat hari setelah kelahiran(Clyman et al , 2012).

Bayi kurang bulan dengan severe respiratory distress memiliki insiden sekitar 65% yang menderita PDA lebih dari empat hari setelah kelahiran. Namun diantaranya, penutupan spontan dapat juga terjadi selama periode neonatus. 67% bayi dengan berat badan lahir 1000dan 1500 gram, DA nya akan menutup secara spontan dalam tujuh hari setelah kelahiran (94% menutup setelah keluar rumah sakit). Diantara bayi dengan berat bayi lahir sangat rendah<1500 gram yang DA nya masih terbuka setelah keluar dari rumah sakit, 86% menutup spontan pada akhir tahun pertama kehidupan (Clyman et al , 2012).

2.1.3. Faktor Resiko

Faktor yang bertanggung jawab atas PDA tidak dimengerti sepenuhnya. Prematuritas secara jelas meningkatkan insidensi PDA dan hal ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis yang berhubungan dengan prematuritas dari pada abnormalitas duktus. Pada bayi cukup bulan, kasus lebih sering terjadi secara sporadik, tetapi terdapat peningkatan bukti bahwa faktor genetis berperan pada pasien dengan PDA. Sebagai tambahan, faktor-faktor lain seperti infeksi prenatal juga memiliki peran.

(21)

insidensi PDA. PDA juga dilaporkan mempunyai hubungan dengan faktor lingkungan lain seperti sindroma fetal valproate(Schneider, 2013).

2.1.4. Transisi Sirkulasi dari Fetus ke Neonatus

1. Sirkulasi Janin

Pada sirkulasi fetus ventrikel kanan dan kiri berada pada sirkuit yang paralel, dimana hal ini berbeda pada sirkuit pada bayi baru lahir dan orang dewasa. Pada fetus plasenta diperlukan terhadap pertukaran gas dan metabolit. Pada paru – paru tidak terjadi pertukaran gas dan pembuluh darah pada sirkulasi paru akan mengalami vasokonstriksi. Ada tiga struktur unik dari sistem kardiovaskular pada fetus yang penting untuk mempertahankan sirkulasi paralel tersebut, diantaranya: duktus venosus, foramen ovale dan duktus arteriosus (Nelson, 2008).

Darah yang kaya oksigen mengalir dari plasenta kepada fetus lewat vena umbilikalis dengan PO2 dengan tekanan 30 – 35 mmHg. Hampir 50% darah dari vena umbilikus masuk ke sirkulasi hepatik, dimana selebihnya melewati hati dan bergabung dengan vena cava inferior melalui duktus venosus, sebagian kecil bercampur dengan darah dengan oksigenasi yang buruk di vena cava inferior pada tubuh bagian bawah fetus. Pencampuran darah dari bagian tubuh bawah dengan vena umbilikus (PO2 diperkirakan 26 -28 mmHg) memasuki atrium kanan dan secara langsung melewati foramen oval ke atrium kiri. Aliran darah selanjutnya masuk ke ventrikel kiri dan dipompakan ke aorta ascendens. Darah dari vena cava superior pada fetus, yang sedikit kadar oksigennya (PO2 = 12 – 14 mmHg), masuk ke atrium kanan dan diteruskan ke katup trikuspid lebih banyak dari foramen ovale dan mengalir ke ventrikel kanan (Nelson, 2008).

(22)

masuk ke paru – paru. Sebagian besar jumlah darah, dengan PO2 yang diperkirakan sebesar 18 – 22 mmHg, melewati paru –paru dan mengalir langsung lewat duktus arteriosus menuju ke aorta asendens untuk memperdarahi bagian tubuh bawah dari fetus yang kemudian kembali ke plasenta lewat dua arteri umbilikus. Dengan itu bagian tubuh atas dari fetus, termasuk arteri koronaria dan arteri serebri dan arteri pada ekstermitas atas, memancar dari ventrikel kiri dengan darah yang memiliki tekanan PO2 sedikit lebih tinggi dari pancaran darah dari tubuh bagian bawah (yang sebagia besar berasal dari ventrikel kanan). Hanya sedikit volume darah dari aorta asendens (10% dari cardiac output fetus) yang lewat melalui isthmus aorta ke aorta desendens (Nelson, 2008).

Cardiac output total dari bayi sekitar 450 ml/kg/min. Diperkirakan 65% dari aliran darah aorta desendens kembali ke plasenta dan 35% memperdarahi organ - organ dan jaringan dari fetus. Pada masa fetus ventrikel kanan memompakan darah tidak hanya melawan tekanan darah tetapi juga mengeluarkan volume yang lebih besar dari yang di pompakan ventrikel kiri (Nelson, 2008).

2. Sirkulasi Neonatus

(23)

Pada neonatus yang normal penutupan duktus arteriosus dan penurunan tekanan darah pulmonal mengakibatkan penurunan tekanan arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Pada minggu pertama kehidupan, penurunan tekanan vaskuler pulmonal akan lebih banyak akibat perubahan bentuk vaskularisasi pulmonal. Termasuk penipisan otot polos pada pembuluh darah dan pembentukan pembuluh darah baru. Penurunan tekanan vaskuler ini mempengaruhi gejala klinis pada penyakit jantung kongenital yang bergantung pada perdarahan sistemik (Nelson, 2008).

Duktus arteriosus yang normal secara morfologi berada pada gabungan aorta dan arteri pulmonalis dan terdapat otot polos yang berbentuk sirkuler pada bagian tunika media. Selama kehidupan janin duktus arteriosus digunakan untuk mengontrol kadar oksigen yang rendah dan memproduksi prostaglandin endogen. Pada neonatus cukup bulan oksigen merupakan faktor yang penting untuk menutup duktus arteriosus. Bila PO2 darah yang lewat melalui duktus arteriosus mencapai sekitar 50 mmHg, maka dinding duktus akan konstriksi. Efek oksigen pada otot polos di duktusdapat berefek langsung atau diperantarai oleh pengaruhnya pada sintesis prostaglandin. Umur kehamilan juga berperan penting dan duktus bayi prematur kurang tanggap terhadap oksigen, walaupun otot – ototnya berkembang (Nelson, 2008 ).

2.1.5. Patofisiologi

(24)

melalui duktus arteriosus. Penutupan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan berhubungan dengan angka morbiditas yang signifikan, termasuk gagal jantung kanan. Biasanya, duktus arteriosus menutup dalam 24-72 jam dan akan menjadi ligamentum arteriosum setelah kelahiran cukup bulan (Dice et al, 2007).

Konstriksi dari duktus arteriosus setelah kelahiran melibatkan interaksi kompleks dari peningkatan tekanan oksigen, penurunan sirkulasi prostaglandin E2, penurunan respetor PGE2 duktus dan penurunan tekanan dalam duktus. Hipoksia dinding pembuluh dari duktus menyebabkan penutupan melalui inhibisi dari prostaglandin dan nitrik oksida di dalam dinding duktus(Dice et al, 2007).

Patensi dari duktus arteriosus biasanya diatur oleh tekanan oksigen fetus yang rendah dan sirkulasi dari prostanoid yang dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat oleh COX dengan PGE2 yang menghasilkan relaksasi duktus yang paling hebat di antara prostanoid lain. Relaksasi otot polos dari duktus arteriosus berasal dari aktivasi reseptor prostaglandin G berpasangan EP4 oleh PGE2. Setelah aktivasi reseptor prostaglandin EP4, terjadi kaskade kejadian yang termasuk akumulasi siklik adenosine monofosfat, peningkatan protein kinase A dan penurunan myosin rantai ringan kinase, yang menyebabkan vasodilatasi dan patensi duktus arteriosus (Dice et al, 2007).

(25)

berkontriksi. Faktor-faktor tersebut berperan dalam konstriksi otot polos yang menyebabkan hipoksia iskemik dari dinding otot bagian dalam duktus arteriosus(Dice et al, 2007).

Selagi duktus arteriosus berkonstriksi, area lumen berkurang yang menghasilkan penebalan dinding pembuluh dan hambatan aliran melalui vasa vasorum yang merupakan jaringan kapiler yang memperdarahi sel-sel luar pembuluh. Hal ini menyebabkan peningkatan jarak dari difusi untuk oksigen dan nutrisi, termasuk glukosa, glikogen dan adenosine trifosfat yang menghasilkan sedikit nutrisi dan peningkatan kebutuhan oksigen yang menghasilkan kematian sel. Konstriksi ductal pada bayi kurang bulan tidak cukup kuat. Oleh karena itu, bayi kurang bulan tidak bias mendapatkan hipoksia otot polos, yang merupakan hal utama dalam merangsang kematian sel dan remodeling yang dibutuhkan untuk penutupan permanen duktus arteriosus. Inhibisi dari prostaglandin dan nitrik oksida yang berasal dari hipoksia jaringan tidak sebesar pada neonatus kurang bulan dibandingkan dengan yang cukup bulan, sehingga menyebabkan lebih lanjut terhadap resistensi penutupan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan (Dice et al, 2007).

(26)

duktus arteriosus menjadi ligament non kontraktil yang disebut ligamentum arteriosum (Dice et al, 2007).

2.1.6. Manifestasi Klinis

1. Patent Duktus Arteriosus kecil

Patent duktus arteriosus kecil dengan diameter 1,5-2,5 mm biasanya tidak memberi gejala. Tekanan darah dan tekanan nadi dalam batas normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri sternum. Pada auskultasi terdengar bising kontinu, machinery murmur yang khas untuk Patent Duktus Arteriosus, di daerah subklavikula kiri. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal, bunyi jantung kedua mengeras dan bising diastolik melemah atau menghilang (Cassidy, 2009).

2. Patent Duktus Arteriosus sedang

Patent Duktus Arteriosus sedang dengan diameter 2,5-3,5 mm biasanya timbul sampai usia dua sampai lima bulan tetapi biasanya keluhan tidak berat. Pasien mengalami kesulitan makan, seringkali menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badannya masih dalam batas normal. Anak lebih mudah lelah tetapi masih dapat mengikuti permainan (Kumar, 2008).

3. Patent Duktus Arteriosus besar

(27)

2.1.7. Diagnosis

1. Radiologi

Pada simpel PDA gambaran radiografi tergantung pada ukuran defeknya. Jika defeknya kecil biasanya jantung tidak tampak membesar. Jika defeknya besar kedua atrium kiri dan ventrikel kiri juga tampak membesar (Sondheimer, 2007).

2. Elektrokardiografi

Pada gambaran EKG bisa terlihat normal atau mungkin juga terlihat manifestasi dari hipertrofi dari ventrikel kiri. Hal tersebut tergantung pada besar defeknya. Pada pasien dengan hipertensi pulmonal yang di sebabkan peningkatan aliran darah paru, hipertrofi pada kedua ventrikel data tergambarkan melalui EKG atau dapat juga terjadi hipertrofi ventrikel kanan saja (Sondheimer, 2007).

3. Ekokardiografi

Pada pemeriksaan ekokardiografi dapat melihat visualisasi secara langsung dari duktus tersebut dan dapat mengkonfirmasi secara langsung drajat dari defek tersebut. Pada bayi kurang bulan dengan suspek PDA dapat dilihat dari ekokardiografi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Mendeteksi jika sudah terjadi shunt dari kiri ke kanan(Sondheimer, 2007).

(28)

Pemeriksaan kateterisasi jantung hanya dilakukan bila terdapat hipertensi pulmonal, yaitu dimana secara Doppler ekokardiografi tidak terlihat aliran diastolik. Pada kateterisasi didapat kenaikan saturasi oksigen di arteri pulmonalis. Bila tekanan di arteri pulmonalis meninggi perlu di ulang pengukurannya dengan menutup PDA dengan kateter balon.

Angiografi ventrikel kiri dilakukan untuk mengevaluasi fungsinya dan juga melihat kemungkinan adanya defek septum ventrikel atau kelainan lain yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan ekokardiografi (Sondheimer, 2007).

2.1.8. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan patent duktus arteriosus yang tidak terkomplikasi adalah untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada penderita dengan duktus yang kecil,penutupan ini di tujukan untuk mencegah endokarditis, sedangkan pada duktus sedang dan besar untuk menangani gagal jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonal. Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah.

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus menutup. Jenis obat yang sering di berikan adalah:

a. Indometasin

Merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang terbukti efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus. Tingkat efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiiring menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas pada 3–4 minggu kehidupan.

(29)

Merupakan inhibitor non selektif dari siklooksigenase yang berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi klinik membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan(Gomella et al, 2004).

Pada penelitian Rahayuningsih dianjurkan untuk memberikan indometasin pada bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari 1500, sebelum gejala gejala tersebut timbul dan dikenal sebagai terapi profilaksis.Pemberian indometasin intravena dengan dosis 0,2 mg/kg BB sebagai dosis awal, yang kemudian dilanjutkan dengan dosis kedua dan ketiga sebanyak 0,1 mg/kg BB yang diberikan dengan interval 12-24 jam menunjukkan hasil yang bermakna (kelompok yang mendapat indometasin mengalami penutupan sebanyak 79% dibandingkan plasebo sebanyak 35%).Beberapa peneliti mengemukakan bahwa dengan pemberian indometasin pada 12 jam pertama kehidupan dapat menurunkan kejadian PDA, sedangkan peneliti lain memberikannya pada usia 2-8 hari.Walaupun efek dari indometasin terhadap penutupan duktus arteriosus cukup bagus, ternyata tidak semua bayi PDA yang mendapat terapi indometasin menutup secara permanen. Sekitar 30% duktus yang telah menutup dengan pemberian indometasin dapat terbuka kembali.

2. Tindakan bedah

Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi. Pada penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan bedah adalah untuk mencegah endarteritis atau komplikasi lambat lain. Pada penderita dengan PDA sedang sampai besar, penutupan di selesaikan untuk menangani gagal jantung kongestif atau mencegah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan, penangan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal jantung kongestif telah dilakukan dengan cukup (Bernstein, 2008).

(30)

pemotongan duktus terindikasi pada penderita yang tidak bergejala. Hipertensi pulmonal bukan merupakan kontraindikasi untuk operasi pada setiap umur jika dapat dilakukan pada kateterisasi jantung bahwa aliran shuntmasih dominan dari kiri ke kanan dan bahwa tidak ada penyakit vaskuler pulmonal yang berat (Bernstein, 2008).

Ada beberapa teknik operasi yang dipakai untuk menutup duktus, seperti penutupan dengan mengunkan teknik cincin dan metode ADO (Amplatzer Duct Occluder). ADO berupa coil yang terdiri dari beberapa ukuran yang seseuai dengan ukuran duktus dan dimasukkan ke dalam duktus dengan bantuan kateterisasi jantung melalui arteri femoralis sampai ke aorta (Wahab, 2006).

Sesudah penutupan, gejala – gejala gagal jantung yang jelas atau yang baru dengan cepat menghilang. Biasanya ada perbaikan segera pada perkembangan fisik bayi yang telah gagal tumbuh. Nadi dan tekanan darah kembali normal dan bising seperti mesin (machinery like) menghilang. Bising sistolik fungsional pada daerah pulmonal kadang – kadang dapat menetap, bising ini mungkin menggambarkan turbulen pada arteria pulmonalis yang tetap dilatasi. Tanda – tanda roentgenografi pembesaran jantung sirkulasi pulmonal berlebih akan menghilang selama beberapa bulan dan elektrokardiogram menjadi normal.

2.1.9. Komplikasi

(31)

pada bayi kurang bulan. Sebagaimana disebutkan di atas, insidensi pada kondisi ini tampaknya terkait dengan penurunan aliran darah gastrointestinal, dimana telat diteliti pada domba yang menderita PDA. Insiden nekrosis enterikolitis menurun secara signifikan pada bayi yang duktus arteriosusnya telah menutup (Rudolph, 2009).

Bayi dengan PDA yang besar meningkatkan tekanan arteri pulmonal, dan jika terdapat perpindahan aliran darah dari kiri ke kanan dalam jumlah yang besar, tekanan atrium kiri dan vena pulmonal akan meningkat, maka akan meningkatkan transudasi cairan ke jaringan paru dan alveolus (Rudolph, 2009).

Pada bayi kurang bulan, kapiler pulmonal lebih permeable dari bayi yang cukup bulan. Protein plasma dapat masuk ke dalam alveolus dan mengganggu fungsi surfaktan (Rudolph, 2009).

Telah diusulkan bahwa faktor-faktor ini berkontribusi pada kerusakan paru yang kemudian dapat menjadi penyakit paru kronis atau dysplasia bronkopulmonar. Penutupan yang cepat pada PDA secara signifikan menurunkan resiko dysplasia bronkopulmonar (Rudolph, 2009).

2.1.10. Prognosis

Pasien dengan simple PDA dan defek ringan sampai sedang biasanya dapat bertahan tanpa tindakan pembedahan walaupun pada tiga sampai empat dekade kehidupan biasanya muncul gejala seperti mudah lelah, sesak nafas bila beraktifitas dan exercise intolerance dapat muncul. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari hipertensi pulmonal atau gagal jantung kongestif (Sondheimer, 2007).

(32)

sepontan jarang di temukan karena di sebabkan terjadinya endokarditis sebagai komplikasi yang paling berpotensi (Sondheimer, 2007).

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penilitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.

3.2. Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah, tujuan dan model penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian beserta dengan definisi operasionalnya masing-masing sesuai dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahiryang tercatat dalam rekam medik RSUP H. Adam Malik (Hungu, 2007)

2. Usia Kehamilanadalah usia kandungan orang tua penderita saat melahirkan penderita yang tercatat dalam rekam medik berdasarkan new ballard score RSUP H. Adam Malik (Dorland, 2009)

3. Berat badan lahir adalah hasil pengukuran berat penderita yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah penderita lahir, yang tercatat dalam rekam medik RSUP H. Adam Malik (Kosim et al, 2009)

(34)

3.3. Variabel dan Alat Ukur

(35)

Jenis Kelamin Data Rekam Medik

Melihat data rekam medik

Jenis Kelamin dengan kategori:

- Laki - Laki

- Perempuan

Nominal

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional yang dimana penelitian ini dilakukan hanya dalam satu kali dengan tujuan untuk membuat gambaran insidensi atau prevalensi dari Penyakit Patent Duktus Arteriosus pada pasien neonatus yang di rawat di unit neonatologi RSUP Haji Adam Malik tahun 2009 - 2012.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juli – November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medik penderita Patent Duktus Arteriosus. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh data rekam medik Penderita Patent Duktus Arteriosuspada pasien neonatus yang di rawat di unit neonatologi RSUP Haji Adam Malik tahun 2009-2012. Besar Sampel penelitian ini dengan metode total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel.

4.4. Metode Pengumpulan Data

(37)

di rawat di unit neonatologi RSUP H Adam Malik Medan periode Januari 2009- Desember 2012 dengan menggunakan lembar ceklis.

4.5. Metode Analisis Data

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakuk an di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik kota Medan provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit Pemerintah dengan Kategori Kelas A. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

(39)

Tabel 5.1 Distribusi Pasien Neonatus Dengan Penderita Patent Duktus

Arteriosus Di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2009 hingga 2012

Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia kehamilan Frekuensi %

24-28 minggu 1 1.6

28-32 minggu 9 14.5

32-37 minggu 27 43.5

37-42 minggu 25 40.3

Total 62 100.0

(40)

Tabel 5.2 Distribusi Pasien Neonatus Dengan Penderita Patent Duktus

Arteriosus Di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2009 hingga 2012

Berdasarkan Berat Badan Lahir.

Berat Badan Lahir Frekuensi %

<1000 gr 1 1.6

1000-1500 gr 10 16.1

1500-2500 gr 29 46.8

2500-4000 gr

> 4000 gr

20

2

32.3

3.2

Total 62 100.0

Secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa jumlah sampel terbanyak adalah dari kelompok bayi yang lahir dengan berat badan 1500-2500 gram, yaitu sebanyak 29 orang (46,8%). Jumlah sampel dari kelompok bayi yang lahir dengan berat badan 2500 - 4000 gram sebanyak 20 orang (32,3%), 1000-1500 gram sebanyak 10 orang (16,1%) dan berat badan lahir >5000 gram sebanyak 2 orang (3,2%) dan yang paling sedikit pada berat badan lahir <1000 gram sebanyak 1 orang (1,6%).

Tabel 5.3 Distribusi Pasien Neonatus Dengan Penderita Patent Duktus

Arteriosus Di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2009 hingga 2012

(41)

Jenis kelamin Frekuensi %

laki-laki 28 45.2

perempuan 34 54.8

Total 62 100.0

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 62 sampel terdapat 28 bayilaki- laki (45,2%) dan 34 bayi perempuan (54,8%).

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Prevalensi Patent Duktus arteriosus pada pasien neonatus yang dirawat diunit neonatologi RSUP H Adam Malik Medan periode Januari 2009 - Desember 2012. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli sampai November 2013. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, jumlah kasus Patent Duktus Arteriosus pada pasien neonatus yang dilaporkan sepanjang tahun 2009 hingga 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 62 kasus.

(42)

Dari hasil penitian yang temukan, penderita Patent Duktus Arteriosus yang paling banyak pada bayi yang berat badan lahir rendah dari kelompok 1500-2500 gram, yaitu sebanyak 29 orang (46,8%)dan yang paling sedikit pada berat badan bayi yang normal dari kelompok 2500 - 4000 gram sebanyak 20 orang (32,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sekar dan Corff tahun 2008 yang menyatakan bahwa angka kejadian yang terbanyak terdapat pada berat badan lahir yang rendah namun pada Patent Duktus Arteriosus lebih sering dijumpai pada berat badan <1000 gram yaitu sebanyak 70%.Pada penelitian Seong pada tahun 2013, Patent Duktus Arteriosus lebih sering dijumpai pada berat badan <1200 gram yaitu sebanyak 80% dan pada berat badan lahir 1750 gram sebanyak 45%. Pada penelitian Moore pada tahun 2012, ditemukan sebanyak 80% pada berat badan lahir <1200 gram. Menurut penelitan Bhandari pada tahun 2009, juga dijumpai kejadian terbanyak pada berat badan lahir bayi <1500 gram sebanyak 37% dan pada berat badan badan lahir bayi <1000 gram sebanyak 42%.

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 2009 – 2012 dengan 62 sampel dapat diambil kesimpulan tentang prevalensi patent duktus arteriosus pada pasien neonatus yang dirawat dirawat diunit neonatologi RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2012, diantaranya sebagai berikut:

1. Bahwa data dari hasil penelitian ini tentang jumlah kasus Patent Duktus Arteriosus di RSUP H Adam Malik Medan pada periode 2009-2012 adalah 62 penderita.

2. Sementara hasil untuk kasus Patent Duktus Arteriosus berdasarkan usia kehamilan yang paling banyak pada penelitian ini adalah pada kelompok usia 32-37 yaitu sebanyak 27 penderita (43,5%).

3. Untuk hasil penelitian jumlah penderita Patent Duktus Arteriosus berdasarkan berat badan lahir yang paling banyak pada penelitian ini adalah pada kelompok berat badan lahir 1500-2500 gram yaitu sebanyak 29 penderita (46,8%).

4. Dan jumlah penderita Patent Duktus Arteriosus berdasarkan jenis kelamin yang paling sering terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 34 penderita (54,8%).

6.2. Saran

(44)

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian analitik tentang hubungan antara faktor risiko dengan kejadian Patent Duktus Arteriosus.

3. Untuk tenaga medis diharapkan untuk lebih sering mengadakan penyuluhan tentang Patent Duktus Arteriosus, sehingga dapat menambah wawasan bagi masyarakat.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ay, Yasin et al. 2013. A rare complication of pre-Eisenmenger patent ductus arteriosus: Pulmonary artery dissection Int J Surg Case Rep. 2013; 4(5): 483–485. Available

from: November 2013].

Azhar, Ahmad S et al. 2009. Transcatheter closure of patent ductus arteriosus: Evaluating the effect of the learning curve on the outcome: Ann Pediatr

Cardiol. 2009 Jan-Jun;2(1):36–40. Available

from:

November 2013].

Bernstein, Daniel. 2008. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.

Bhandari, Vineet et al 2009. Genetic Contribution to Patent Ductus Arteriosus in the Premature Newborn Pediatrics.2009February;123(2):669–673. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3161726/ [Accessed 1 November 2013].

Incidental Discovery of a Patent Ductus Arteriosus in

Adults.Journal of The American Board of Family Medicine 2009 Vol.22 No.2.

Available from: http.//www.jabfm.org.

(46)

Desalina, B., Putra, S.T., Suradi, R., 2004. Prevalence of Patent Ductus Arteriosus in Premature Infants at the Neonatal Ward, Cipto Mangukusumo Hospital, Jakarta. Jakarta: Paedatrica Indonesiana

Dice, James E. 2007. Patent Ductus Arteriosus: An Overview.J Pediatr Pharmacol Ther 2007 Vol. 12 No. 3 • www.ppag.org .

Dorland, W.A Newman. 2010.Kamus Kedokteran Dorland Ed.31(Alih Bahasa:Albertus Agung Mahode ). Jakarta : EGC

Gomella, T L, et al. 2004. Lange Clinical Manual Neonatology: Management Procedures On-Call Problems, Diseases, and Drugs fifth edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies.

Hungu, Ferdika Tadu. 2007. Pengertian Jenis Kelamin. Available from:

http://www.psychologymania.com /2012/12/pengertian-jenis-kelamin.html,

Kim, Luke K. 2012. Patent Ductus Arteriosus. New York: Medscape

Kosim, M Sholeh et al. 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: IDAI

Kumar, RR. 2008. Coil Occlusion of the Large Patent Ductus Arteriosus. Pediatr Cardiol.

(47)

November 2013].

Park K, et al. 2012. A case of patent ductus arteriosus with congestive heart failure in a 80-year-old man. Seoul, Korea: PubMed.

Rahayuningsih, et al. 2004. Terapi Nonsteroid Anti Inflammatory Drug pada Bayi Prematur dengan Duktus Arteriosus Persisten. Bandung.

Rudolph, A. 2009. Congenital Diseases of the Heart . San Fransisco, CA, USA: Wiley-Blackwell.

Schneider, Douglas J et al. 2013. Patent Ductus Arteriosus. Congenital Heart Disease for the Adult Cardiologist .

Schumacher, Kurt R. 2011. Patent ductus arteriosus. US: PubMed.

Sekar KC, 2008. Treatment of patent ductus arteriosus: indomethacin or ibuprofen?. USA: PubMed.

Sondheimer, et al. 2007. Lange: Current Pediatric Diagnosis and Treatment in Pediatrics, Eighteenth Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies.

(48)

Thébaud, Bernard. 2010. Patent ductus arteriosus in premature infants:A never-closing act. Paediatr Child Health Vol 15 No 5 May/June 2010 .

UJ, Han et al. 2011. Change in blood pressure and pulse pressure in preterm infants after treatment of patent ductus arteriosus with indomethacin. Gwangju, Korea: PubMed.

(49)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Sarah Suci Yurica

Tempat/TanggalLahir :Medan, 12 Maret 1992

Agama : Islam

Alamat :Jalan Puri No 403B

RiwayatPendidikan : 1. SD Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan 2. SMP Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan 3. SMA Negeri1 Medan

(50)

LAMPIRAN 2

DATA INDUK

NO Usia Kehamilan Berat Badan Lahir Jenis Kelamin BBL GOL

1 37 - 42 minggu 2800 Perempuan 4

2 32 - 37 minggu 2400 Perempuan 3

3 37 - 42 minggu 1400 Perempuan 2

4 32 - 37 minggu 2500 Laki-laki 3

5 37 - 42 minggu 3300 Laki-laki 4

6 37 - 42 minggu 2500 Laki-laki 3

7 28 - 32 minggu 950 Laki-laki 1

8 28 - 32 minggu 1400 Laki-laki 2

9 32 - 37 minggu 2200 Laki-laki 3

10 32 - 37 minggu 1750 Perempuan 3

(51)

12 32 - 37 minggu 2700 Perempuan 4

13 37 - 42 minggu 3000 Laki-laki 4

14 37 - 42 minggu 2800 Perempuan 4

15 28 - 32 minggu 1900 Laki-laki 3

16 32 - 37 minggu 2100 Laki-laki 3

17 32 - 37 minggu 2200 Perempuan 3

18 24 - 28 minggu 1200 Perempuan 2

19 32 - 37 minggu 1800 Perempuan 3

20 28 - 32 minggu 1700 Laki-laki 3

21 37 - 42 minggu 2900 Laki-laki 4

22 32 - 37 minggu 1500 Laki-laki 2

(52)

24 37 - 42 minggu 3300 Perempuan 4

25 37 - 42 minggu 2700 Perempuan 4

26 37 - 42 minggu 5000 Perempuan 5

27 28 - 32 minggu 1140 Laki-laki 2

28 37 - 42 minggu 2500 Perempuan 3

29 28 - 32 minggu 1300 Laki-laki 2

30 32 - 37 minggu 2200 Perempuan 3

31 37 - 42 minggu 2500 Perempuan 3

32 32 - 37 minggu 2100 Laki-laki 3

33 32 - 37 minggu 2100 Perempuan 3

34 37 - 42 minggu 3200 Laki-laki 4

35 32 - 37 minggu 2100 Laki-laki 3

(53)

37 32 - 37 minggu 2300 Perempuan 3

38 32 - 37 minggu 1900 Laki-laki 3

39 32 - 37 minggu 2200 Laki-laki 3

40 37 - 42 minggu 3400 Laki-laki 4

41 37 - 42 minggu 3450 Laki-laki 4

42 32 - 37 minggu 1800 Perempuan 3

43 37 - 42 minggu 4200 Laki-laki 5

44 37 - 42 minggu 3000 Perempuan 4

45 28 - 32 minggu 1300 Laki-laki 2

46 37 - 42 minggu 3600 Laki-laki 4

47 37 - 42 minggu 2500 Perempuan 3

(54)

49 32 - 37 minggu 2400 Perempuan 3

50 32 - 37 minggu 2000 Perempuan 3

51 37 - 42 minggu 2500 Perempuan 3

52 32 - 37 minggu 1100 Laki-laki 2

53 28 - 32 minggu 2200 Perempuan 3

54 32 - 37 minggu 2100 Perempuan 3

55 32 - 37 minggu 2300 Laki-laki 3

56 37 - 42 minggu 2700 Perempuan 4

57 37 - 42 minggu 3100 Perempuan 4

58 32 - 37 minggu 2200 Laki-laki 3

59 32 - 37 minggu 1400 Perempuan 2

(55)

61 32 - 37 minggu 2200 Perempuan 4

(56)

Lampiran 3

Statistics

UsiaKehamilan JK BBLGol

N

Valid 62 62 62

Missing 0 0 0

UsiaKehamilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

24-28 minggu 1 1.6 1.6 1.6

28-32 minggu 9 14.5 14.5 16.1 32-37 minggu 27 43.5 43.5 59.7 37-42 minggu 25 40.3 40.3 100.0

Total 62 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

(57)

Total 62 100.0 100.0

BBLGol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<1000 gr 1 1.6 1.6 1.6

1000-1500 gr 10 16.1 16.1 17.7 1500-2500 gr 29 46.8 46.8 64.5 2500-4000 gr 20 32.3 32.3 96.8 > 5000 gr 2 3.2 3.2 100.0

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.
Tabel 3.1. Variabel dan Alat Ukur
Tabel 5.1 Distribusi Pasien Neonatus Dengan Penderita Patent Duktus Arteriosus Di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2009 hingga 2012 Berdasarkan Usia Kehamilan
Tabel 5.2 Distribusi Pasien Neonatus Dengan Penderita Patent Duktus

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi penderita kanker serviks menurut lama dirawat inap Dari tabel 5.8, diperoleh jumlah terbanyak dan paling sedikit berdasarkan lamanya. pasein yang dirawat

Pada pasien multipara yaitu ibu dengan kehamilan / melahirkan lebih dari sekali meningkatkan resiko persalinan patologis atau abnormal (Wiknjosastro, 2005).. Hal ini

Hal Inilah yang melatar belakangi peneliti ingin meneliti lebih tentang perilaku penderita hipertensi terhadap upaya pencegahan komplikasi di wilayah kerja Puskesmas

Kriteria inklusi meliputi hamil tunggal, primigravida maupun multigravida dengan usia kehamilan &gt; 20 minggu, preeklampsia berat, kehamilan normotensi sebagai kontrol,

Didapatkan jumlah penderita sepsis neonatorum paling banyak (65,1%) pada bayi dengan berat badan lahir 2500-4000 gr dan yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu

Pada pasien konfirmasi Covid-19 dengan gejala klinis berat memberikan hasil profil imunologi yang berbeda dengan kasus klinis berat yang ditemukan hitung

Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu umur kehamilan (usia gestasi) kurang dari 37 minggu dan perkembangan

Dari data yang diperoleh dari 89 sampel yang dianalisa, penderita stroke lebih tinggi ditemukan profil usia 60-74 tahun sebanyak 37 orang (41,6%), stroke iskemik lebih