KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2009
Oleh: AIDA 070100155
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2009
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh: AIDA 070100155
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
Malik Medan tahun 2009 Nama : Aida
NIM : 070100155
Pembimbing Penguji I
( dr. Sufitni, M.Kes ) (dr. Rusdiana, MKes) NIP : 19720404200122001 NIP 19710915 200112 2 002
Penguji II
(dr. Delyuzar, Sp. PA) NIP : 196302191990031001
Medan, 2 Desember 2009 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Angka kejadian kanker serviks di dunia masih cukup tinggi. Terjadinya kanker serviks ini sangat erat hubungannya dengan perilaku reproduksi, diantaranya jumlah paritas social ekonomi serta higine seseorang. Salah satu rumah sakit negeri di Indonesia yaitu RSUP. H. Adam Malik Medan juga dicurigai memiliki angka kejadian kanker serviks yang tinggi melihat kedudukannya sebagai pusat rujukan di daerah Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tentang karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2009. Data yang diperoleh dari rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan, selanjutnya diolah secara manual dan dituangkan dalam tabel dan grafik.
Ditemukan jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2009 sebanyak 121 orang. Penderita yang paling banyak berdomisili didaerah Deli Serdang (23.1%), dan Medan (22.3%). Sedangkan menurut umur yang paling sering adalah golongan umur ≤ 40 tahun (82.6%). Kebanyakan penderita kanker serviks beragama Islam (70.2%). Suku yang paling banyak adalah non-Jawa (66.1%). Sedangkan menurut tingkat pendidikan, SMA/sederajat ke atas adalah yang paling banyak (64.5%). Seluruh penderita berstatus kawin (100%). Penderita dengan jumlah paritas paling sering adalah ≥ 6 anak (58.7%). Lama pasien dirawat inap yang paling sering ≤ 7 hari (51.2%). Pasien datang paling sering pada stadium IIIB (34.7%). Keluhan terbanyak penderita karena perdarahan pervaginam (71.9%).
Disarankan agar dilakukan pencatatan rekam medis yang lengkap.
The prevalence of Cervical cancer in the world is still high. Cervical cancer has a great connection with the reproductive behavior, including the parity rate, social economic, and hygienity. Adam Malik, as one of the Government General Hospital in Indonesia is suspected as a hospital that has a high prevalence of Cervical cancer, as we know that it is a refferal center of the hospitals in North Sumatra. This study analysizes about the characteristic of patient who sufferes cervical cancer at RSUP. H. Adam Malik Medan in 2009.
This is a descriptive study with a cross sectional design. The population and the samples of the study are all the cervical cancer inpatients in the Hospital of Adam Malik Medan during the year of 2009. The data that were received from the medical record, were calculated with SPSS and presented in distribution tables.
From the result of this study, we found that the amount of the cervical cancer patients in the year of 2009 are 121 patients. Most of the patients live in the area of Deli Serdang (23,1%), and Medan (22,3%). And according to the age, most of the patients are ≤ 40 years (82,6%), and according to their religion, most of them are Moslems (70,2%). All of the patients are married (100%). Most of the patients have ≥ 6 children (58,7%), and most of them were being hospitalized for ≤ 7 days (51,2%), most of them were diagnosed stage IIIB(34,7%). And most of the symptoms are vaginal bleeding.
It is hoped that the recording of the medical record will be completely written.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP. H.
Adam Malik Medan tahun 2009”. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir
dalam pemenuhan persayaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan hasil
penelitian ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan
dan ketidak sempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan
halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah
teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman
yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat member manfaat di
kemudian hari.
Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam merampungkan karya tulis ini, maka
semua itu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.
2. dr. Sufitni, M.Kes, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
masukkan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan kesempatan serta
membantu saya dalam pengumpulan data karya tulis ilmiah ini.
5. Seluruh pegawai dan staf pengajar bagian IKK Fakultas Kedokteran USU yang
telah memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini
6. Terima kasih sebesar- besarnya kepada kedua orang tua saya, Ir. Alfian Hamsi
Siregar, M.Sc dan Zuraida, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan studi saya termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
7. Terima kasih juga saya sampaikan kepada adik saya, Anisa yang tetap
mendukung saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman- teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran USU yang telah mendukung
dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, khususnya Santhi, Jane, Suhenda,
Josua, Istia, dan Leni. Saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya tuliskan yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam pengerjaan karya
tulis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas semua kebaikan yang
selama ini di berikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
semua.
Medan, November 2010
Penulis,
Aida
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Anatomi Serviks Uteri ... 4
2.2.2. Defenisi Kanker Serviks ... 5
2.2.3. Etiologi Kanker Serviks ... 6
2.2.4. Faktor Kanker Serviks ... 6
2.2.5. Patogenesis Kanker Serviks ... 8
2.2.6. Patologi dan Stadium Kanker Serviks ... 9
2.2.7. Gambaran Klinis Kanker Serviks ... 11
2.2.8. Diagnosa dan Deteksi Dini Kanker Serviks ... 12
2.2.9. Penanganan Kanker Serviks ... 14
2.2.10. Prognosa Kanker Serviks ... 15
2.2.11. Rekurensi Kanker Serviks ... 15
2.2.12. Pencegahan Kanker Serviks ... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 18
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18
3.2. Defenisi Operasional ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20
4.1. Rancangan Penelitian ... 20
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21
4.4. Metode Analisis Data ... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………....… 22
5.1 Hasil Penelitian ... 22
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22
5.1.2 Karakteristik Penderita ... 23
5.2 Pembahasan ... 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
6.1 Kesimpulan ... 32
6.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
Nomor Judul Halaman
2.1 Pembagian Stadium Kanker Serviks berdasarkan FIGO 10
2.2 Five year survival rate 15
5.1 Distribusi penderita kanker serviks menurut domisili 23
5.2 Distribusi penderita kanker serviks menurut umur 24
5.3 Distribusi penderita kanker serviks menurut agama 25
5.4 Distribusi penderita kanker serviks menurut suku 25
5.5 Distribusi penderita kanker serviks menurut pendidikan terakhir 25
5.6 Distribusi penderita kanker serviks menurut status perkawinan 26
5.7 Distribusi penderita kanker serviks menurut jumlah paritas 26
5.8 Distribusi penderita kanker serviks menurut lama dirawat inap 27
5.9 Distribusi penderita kanker serviks menurut stadium 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Riwayat Hidup
2 Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang
Kesehatan
3 Surat Izin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik
Angka kejadian kanker serviks di dunia masih cukup tinggi. Terjadinya kanker serviks ini sangat erat hubungannya dengan perilaku reproduksi, diantaranya jumlah paritas social ekonomi serta higine seseorang. Salah satu rumah sakit negeri di Indonesia yaitu RSUP. H. Adam Malik Medan juga dicurigai memiliki angka kejadian kanker serviks yang tinggi melihat kedudukannya sebagai pusat rujukan di daerah Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tentang karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2009. Data yang diperoleh dari rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan, selanjutnya diolah secara manual dan dituangkan dalam tabel dan grafik.
Ditemukan jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2009 sebanyak 121 orang. Penderita yang paling banyak berdomisili didaerah Deli Serdang (23.1%), dan Medan (22.3%). Sedangkan menurut umur yang paling sering adalah golongan umur ≤ 40 tahun (82.6%). Kebanyakan penderita kanker serviks beragama Islam (70.2%). Suku yang paling banyak adalah non-Jawa (66.1%). Sedangkan menurut tingkat pendidikan, SMA/sederajat ke atas adalah yang paling banyak (64.5%). Seluruh penderita berstatus kawin (100%). Penderita dengan jumlah paritas paling sering adalah ≥ 6 anak (58.7%). Lama pasien dirawat inap yang paling sering ≤ 7 hari (51.2%). Pasien datang paling sering pada stadium IIIB (34.7%). Keluhan terbanyak penderita karena perdarahan pervaginam (71.9%).
Disarankan agar dilakukan pencatatan rekam medis yang lengkap.
ABSTRACT
The prevalence of Cervical cancer in the world is still high. Cervical cancer has a great connection with the reproductive behavior, including the parity rate, social economic, and hygienity. Adam Malik, as one of the Government General Hospital in Indonesia is suspected as a hospital that has a high prevalence of Cervical cancer, as we know that it is a refferal center of the hospitals in North Sumatra. This study analysizes about the characteristic of patient who sufferes cervical cancer at RSUP. H. Adam Malik Medan in 2009.
This is a descriptive study with a cross sectional design. The population and the samples of the study are all the cervical cancer inpatients in the Hospital of Adam Malik Medan during the year of 2009. The data that were received from the medical record, were calculated with SPSS and presented in distribution tables.
From the result of this study, we found that the amount of the cervical cancer patients in the year of 2009 are 121 patients. Most of the patients live in the area of Deli Serdang (23,1%), and Medan (22,3%). And according to the age, most of the patients are ≤ 40 years (82,6%), and according to their religion, most of them are Moslems (70,2%). All of the patients are married (100%). Most of the patients have ≥ 6 children (58,7%), and most of them were being hospitalized for ≤ 7 days (51,2%), most of them were diagnosed stage IIIB(34,7%). And most of the symptoms are vaginal bleeding.
It is hoped that the recording of the medical record will be completely written.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah penyakit kanker dewasa ini dirasakan semakin menonjol dibandingkan
bertahun-tahun yang lalu. Hal ini dilihat dari banyaknya laporan bahwa penyakit
kanker cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia
produktif.
Di negara sedang berkembang, setiap tahun diperkirakan sekitar 2,3 juta orang
mati akibat kanker dari 4,3 juta orang yang mati karena keganasan penyakit di
seluruh dunia, sedangkan jumlah penderita kanker baru pertahun sekitar 3 juta dari
5,9 juta kasus kanker baru yang ditemukan di dunia. Ini berarti lebih dari separuh
penderita kanker terdapat di dunia ketiga. Secara umum kanker lambung dan paru
merupakan jenis terbanyak yang dijumpai pada laki-laki, sedangkan pada wanita
adalah kanker payudara dan kanker serviks (Mardjikoen, 1990).
Penyebab terjadinya kanker yang terus meningkat adalah (1) proporsi penduduk
usia lanjut meningkat; (2) insidensi penyakit infeksi dan parasit berkurang; (3)
konsumsi tembakau meningkat; (4) gaya hidup dan pola makan berubah; (5)
industrialisasi; dan (6) pencemaran lingkungan. Dari data frekuensi relatif yang
telah dihimpun oleh Litbangkes dapat disimpulkan bahwa lokasi kanker yang
paling sering ditemukan di Indonesia (menurut urutan frekuensi) ialah : kanker
serviks, payudara, kulit, nasofaring, kelenjar limfa, hati, ovarium, paru, rectum,
dan anus (Mardjikoen, 2005)
Kanker serviks adalah kanker (tumor ganas) yang terbentuk pada serviks yaitu
organ yang menghubungkan uterus dengan vagina. Kanker serviks adalah
keganasan paling umum kedua bagi wanita diseluruh dunia, dan merupakan
penyebab kematian utama akibat kanker bagi wanita di negara-negara
Di Amerika Serikat, setiap tahun 11.150 kasus baru kanker serviks dan 50.000
kasus karsinoma in situ terdiagnosa. Selain itu, lebih dari 500.000 kasus di
diagnosa setiap tahunnya diseluruh dunia (Gracia, 2007). American Cancer
Society (2008) memprediksikan jumlah kasus baru kanker serviks invasif di
Amerika Serikat tahun 2008 mencapai 11.070, dengan jumlah kematian 3.870,
tetapi sejak 1995, jumlah kematian akibat kanker serviks telah menurun.
Walaupun begitu, insidensinya terus meningkat dinegara-negara berkembang.
Perubahan epidemiologi di AS ini disebabkan oleh deteksi dini yang dilakukan
secara misal dengan Pap Smear (Garcia, 2007). Diperkirakan 40.000 kasus
karsinoma serviks uteri terjadi di Indonesia setiap tahun (Suwiyoga, 2006).
Dari beberapa RS pada periode 1984-1989 insidensi dari kanker serviks di RS
Jakarta (36%), di RS dr. Kariadi, Semarang (32%), dan di RS Jayapura
insidensinya jauh lebih rendah walaupun menduduki urutan pertama (9,39%),
sedangkan di Sumatera Utara pada tahun 1983, didapati kasus kanker serviks
sekitar 5,3% (Depkes RI, 1983)
Mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari
segi harapan hidup, angka kesembuhan, lama penderitaan, serta tingginya biaya
pengobatan sudah sepatutnya bila kita memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap latar belakang penyakit serta segala aspek yang berkaitan dengan
penyakit tersebut, termasuk upaya preventif yang dapat dilakukan.
Terjadinya kanker serviks ini sangat erat hubungannya dengan perilaku
reproduksi, antara lain senggama dan perkawinan pada usia muda, berganti-ganti
pasangan senggama, dan persalinan yang berulang-ulang, juga infeksi beberapa
jenis virus, serta sosial ekonomi, higiene, dan sirkumsisi (Mardjikoen, 1990).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui
karakteristik dari penderita kanker serviks. Oleh karena itu, penulis akan berusaha
menggambarkan sejumlah karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian ringkas dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang didapat adalah, bagaimana karateristik penderita kanker serviks yang dirawat
inap di RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui karateristik penderita kanker serviks yang dirawat inap di
RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian penderita kanker serviks yang dirawat inap
di RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2009.
2. Mengetahui distribusi penderita kanker serviks yang dirawat inap di
RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Memberi informasi kepada pihak terkait khususnya RSUP H. Adam Malik
Medan agar permasalahan berbagai karateristik kanker serviks yang
dialami pasien dapat menjadi perhatian dan mendapat penanganan yang
sesuai, serta pencegahan dini.
2. Memberikan data perbandingan atas hasil-hasil penelitian sebelumnya.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data untuk penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Serviks Uteri
Serviks adalah bagian khusus dari uterus yang terletak di bawah isthmus. Pada sisi
anterior, batas atas serviks, ostium interna letaknya kurang lebih setinggi lipatan
refleksi peritoneum antar uterus dan kandung kemih (Cunningham, 1989).
Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus uteri
oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang berarti leher.
Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut. Batas atas serviks adalah ostium
interna. Serviks letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian
yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio vaginalis. Rata-rata
ukurannya adalah 3 cm panjang dan 2,5 cm lebar portio vaginalis. Ukuran dan
bentuk serviks bervariasi sesuai usia, hormon, dan paritas. Sebelum melahirkan,
ostium eksternal masih sempit, hanya berbentuk lingkaran kecil di tengah serviks.
Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong
antara ostium eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis
endoservikalis (Julian, 1997).
Pasokan darah dari sekviks berasal dari arteri iliaka internal, yang membentuk
uterine arteri. Serviks dan cabang arteri vagina dari uterus mensuplai bagian
vagina bagian atas. (Julian, 1997).
Drainase sistem limfatik dari serviks sangat kompleks, yang meliputi nodus iliaka
internal dan eksternal, nodus obturatorius dan parametrial, dan banyak lagi. Rute
utama penyebaran sistem limfatik dari kanker serviks adalah melalui limfatik
pelvis. Maka radikal histrektomi yang dilakukan secara invasif untuk mengobati
kanker serviks meliputi penghapusan sebagian besar sistem limfatik di daerah
2.2. Kanker Serviks 2.2.1. Definisi Kanker
Kanker merupakan sel-sel neoplasma ganas yang mengalami kerusakan gen berat
serta luas sehingga sel-selnya menyimpang jauh dari sel normal asalnya. Sel
Neoplasma adalah sel tubuh kita sendiri yang mengalami perubahan
(trasnformasi) sehingga bentuk, sifat, dan kinetiknya berubah, sehingga
tumbuhnya menjadi autonom, liar, tidak terkendali, dan terlepas dari koordinasi
pertumbuhan normal. Secara sederhana dikenal sel neoplasma jinak dan sel
neoplasma ganas (kanker). Transformasi sel itu terjadi karena mutasi gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, yaitu proto onkogen dan atau supresor
gen (Sukardja, 2000).
American Cancer Society (2008) menyatakan, kanker adalah sekelompok
penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak
terkontrol dan abnormal. Kanker dapat dicetuskan oleh factor eksternal dan factor
internal yang memicu terjadinya proses karsinogenesis (proses pembentukan
kanker). Faktor ekternal dapat juga berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu dan
jua konsumsi tembakau, sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat
metabolism), hormone dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal.
2.2.2. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa.
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina
(Notodiharjo, 2002). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55
tahun. Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
2.2.3. Etiologi Kanker Serviks
Munoz (2003) menyatakan dengan jelas bahwa HVP merupakan penyebab utama
kanker serviks. Pada 90,7% sampel penderita kenker serviks ditemukan DNA
HPV. Komponen DNA virus HPV telah terdeteksi dalam lebih dari 90% lesi
intarepitel skuamosa (LIS) dan karsinoma serviks uteri invasive dibandingkan
dengan persentase yang lebih rendah didapat pada kontrol (Garcia, 2007).
Lebih dari 80 tipe HPV telah ditemukan, dan sekitar 40 tipe dapat menginfeksi
saluran genitalia (Munoz, 2003). Tipe HVP yang menginfeksi saluran genitalia
dapat dibedakan menjadi tipe risiko-rendah, yang banyak ditemukan pada
penyakit kutil genitalis, dan tipe resiko-tinggi yang biasanya berasosiasi dengan
kejadian karsinoma sekviks uteri. Adapaun HVP ganitalis yang merupakan tipe
risiko-tinggi adalah HVP tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73,
dan 82. Sedangkan HVP tipe 26, 53, dan 66 diduga karsinogenik (Munoz, 2003)
2.2.4. Faktor Risiko Kanker Serviks
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker serviks. Semakin
tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker serviks.
Meningkatnya risiko kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen
serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia 20 tahun dianggap terlalu
muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher
rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20
tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau
belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di
selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru
menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di
bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang.
Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima
rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena
masih rentan, sel-sel mukosa bias berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel
kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya
rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah
sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia
di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap
perubahan.
3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit
kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan
mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih
banyak dan tidak terkendali sehingga menjadi kanker.
4. Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan
obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks
yang merangsang terjadinya kanker.
5. Wanita yang merokok. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel
tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan,
paru-paru, maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak
jumlah nikotin yang dikonsumsinya bias menyebabkan kanker leher rahim.
Risiko wanita perokok terkena 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita
bukan perokok.
6. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena
penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus
wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker
leher rahim.
7. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak
anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai
literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak)
termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker serviks.
Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada
seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari
luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV)
sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker serviks.
8. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker serviks 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin
dapat meningkatkan risiko kanker serviks karena jaringan leher rahim
merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan.
Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi epidemiologis tentang hubungan
antara kanker serviks dan penggunaan kontrasepsi oral. Meskipun demikian,
efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap risiko kanker serviks masih
kontroversional. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Khasbiyah
(2004) dengan menggunakan studi kasus kontrol. Hasil studi tidak
menemukan adanya peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau
mantan pengguna kontrasepsi oral karena hasil penelitian tidak
memperlihatkan hubungan dengan nilai p > 0,05.
2.2.5. Patogenesis Kanker Serviks
Kausa utama karsinoma serviks adalah infeksi virus Human Papilloma yang
onkogenik. Risiko terinfeksi HPV sendiri meningkat setelah melakukan aktivitas
seksual. Pada kebanyakan wanita, infeksi ini akan hilang dengan spontan. Tetapi
genom sel manusia, menyebabkan hilangnya kontrol normal dari pertumbuhan sel
serta ekspresi onkoprotein E6 atau E7 yang bertanggung jawab terhadap
perubahan maturasi dan differensiasi dari epitel serviks (WHO, 2008). Menurut
Budiningsih (2007) dalam Sawono (2007), lokasi awal dari terjadinya karsinoma
serviks biasanya pada atau dekat dengan pertemuan epitel kolumner di
endoserviks dengan epitel skuamous di ektoserviks atau yang juga dikenal dengan
squamocolumnar junction. Terjadinya karsinoma serviks yang invasif berlangsung
dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi pre-invasif, yang
ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan displasia.
Displasia ditandai dengan adanya anisositosis (sel dengan ukuran yang
berbeda-beda), poikilositosis (bentuk sel yang berbeda-berbeda-beda), hiperkromatik sel, dan
adanya gambaran sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak biasa.
Displasia ringan bila ditemukan hanya sedikit sel-sel abnormal, sedangkan jika
abnormalitas tersebut mencapai setengah ketebalan sel, dinamakan displasia
sedang. Displasia berat terjadi bila abnormalitas sel pada seluruh ketebalan sel,
namun belum menembus membrana basalis. Perubahan pada displasia ringan
sampai sedang ini masih bersifat reversibel dan sering disebut dengan Cervical
Intraepithelial Neoplasia (CIN) derajat 1-2. Displasia berat (CIN 3) dapat
berlanjut menjadi karsinoma in situ. Perubahan dari displasia ke karsinoma in situ
sampai karsinoma invasif berjalan lambat (10 sampai 15 tahun). Gejala pada CIN
umumnya asimptomatik, seringkali terdeteksi saat pemeriksaan kolposkopi.
Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti
perdarahan intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang
berlebihan berwarna kekuning-kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan
dapat bercampur dengan darah , sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada
stadium lanjut di mana penderita akan mengalami cachexia, obstruksi
gastrointestinal dan sistem renal (Edianto, 2006).
Kanker serviks timbul di T-Zone atau squamous-collumnar junction (SCJ) yaitu
daerah peralihan epitel skuamosa yang terdapat di ektoserviks (porsio) menjadi
epitel kolumnar yang terdapat di endoserviks. Serviks yang normal, secara alami
mengalami proses metaplasia (erosion) akibat saling desak-mendesanya kedua
jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang mengalami
metaplasia fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik).
Penyakit ini diawali oleh lesi prakanker, yang disebut juga neoplasia interepitel
serviks/NIS (Cervical Intraephitelial Neoplasia/CIN) dengan tingkatan NIS-I, II,
III, dan KIS (karsinoma in situ). Periode dari NIS-I s.d KIS disebut periode laten
atau fase prainvasif yang masih mengalami regresi spontan dengan atau tanpa
pengobatan. Namun bila lesi sudah menjadi mikro invasive atau invasive, proses
keganasan akan terus berlanjut (Mardjikoen, 2007).
Staging karsinoma seviks merunut pada sistem klasifikasi dari FIGO (Federation
of Gyenaecologic and Obstetrics) tahun 2000 dilihat berdasarkan lokasi tumor
primer, ukuran besar tumor, dan adanya penyebaran keganasan (table 2.1) oleh
Sulaini (2006) dalam Sarwono (2006). Staging ini dibuat untuk mempermudah
perencanaan terapi yang efektif dan optimal bagi pasien dan memperkirakan
prognosis pasien.
Table 2.1 Pembagian Stadium Kanker Serviks berdasarkan FIGO
Stadium FIGO % Kategori
TNM
5-year
survival
0 Tumor utama tidak bisa diperiksa Tx
Tidak ada bukti tentang tumor utama T0
Karsinoma prainvasif Tis
1 Karsinoma terbatas pada kandungan T1
1A Karsinoma serviks berdasar
pemeriksaan mikroskopis
T1a 90-95%
1A1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3,00 mm dan invasi horizontal ≤ 7,00mm
1A2 Invasi stroma >3,00 mm dan ≤ 5,00 dengan suatu invasi horizontal 7,00 atau lebih sedikit
T1a2
1B Tampak lesi secara klinis, terbatas pada serviks, atau lesi mikrokopis yang lebih besar dari 1A1/1A2
T1b 80-85%
1B1 Lesi < 4,00 mm T1b1
1B2 Lesi > 4,00 mm T1b2
2 Tumor invasif di luar kandungan, tapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina
T2
2A Tanpa invasi ke parametrium T2a 50-65%
2B Dengan invasi ke parametrium T2b 40-50%
3 Tumor meluas ke dinding panggul dan atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis
atau tidak berfungsinya ginjal
T3 25-30%
3A Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina tanpa perluasan ke dinding panggul
T3a
3B Tumor meluas ke dinding panggul dan atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
T3b
4 Tumor meluas ke luar pelvis atau secara klinis melibatkan mukosa kandung kemih dan atau rektum
T4 <5%
4A Tumor invasi ke mukosa kandung kemih atau rektum dan atau meluas di luar tulang panggul
T4a
4B Metastasis jauh T4b
2.2.7. Gambaran Klinis Kanker Serviks
Kanker serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel serviks yang
abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitar (American Cancer
Society, 2007). Gejala yang pertama muncul adalah perdarahan pervaginam yang
abnormal, biasanya setelah melakukan hubungan seksual (Garcia, 2007). Selain
menstruasi (instrumenstrual bleeding) dan perdarahan pada wanita yang sudah
menopause (postmenopausal bleeding) (Pitkin, 2003). Secret vagina berwarna
kekuningan dan berbau busuk juga ditemukan, khususnya pada pasien dengan
nekrosis jaringan yang lama (Randall, 2005).
Perdarahan spontan saat defekasi dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi akibat
tergesernya tomur eksofitik dari serviks oleh skibala. Adanya perdarahan
abnormal pervaginam saat devekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya
karsinoma serviks uteri tingkat lanjut (Mardjikoen, 2007). Gejala-gejala hematuria
atau perdarahan per-rektal timbul bila tumor sudah menginvasi vesika urinaria
atau rectum. Jika terjadi perdarahan kronik, maka penderita akan mengalami
anemia, kehilangan berat badan, lelah dan gejala konstitusional lainnya (Randall,
2005).
Pasien dapat mengeluhkan nyeri yang hebat. Nyeri dapat dirasakan saat pasien
melakukan hubungan seksual. Nyeri di pelvic atau di hipogastrium dapat
disebabkan oleh tumor yang nekrotik atau radang panggul. Bila muncul nyeri di
daerah lumbosakral maka dapat dicurigai terjadi hidronefrosis atau penyebaran ke
kelenjar getah bening yang meluas ke akar lumbosakral. Nyeri di epigastrium
timbul bila penyebaran mengenai kelenjar getah bening yang lebih tinggi
(Randall, 2005).
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat lesi pada daerah serviks. Beberapa lesi dapat
tersembunyi di kanal bagian endoserviks, namun dapat diketahui melalui
pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka semakin sempit jarak
antara tumor dengan dinding perlvis (Randall, 2005).
2.2.8. Diagnosa dan Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi dini kanker serviks secara teratur sangat dianjurkan bagi setiap wanita,
biasanya dimulai tiga tahun setelah wanita aktif secara seksual atau berusia lebih
dari 21 tahun (Zeller, 2007). Selain dari anamnesa dan pemeriksaan fisik,
1. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan metode
inspeksi yang sangat sederhana, murah, nyaman, praktis, dan mudah.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengoleskan larutan asam asetat 3% -
5% pada serviks sebelum melakukan inspeksi visual. Pemeriksaan ini disebut
positif bila terdapat area putih (acetowhite) didaerah sekitar porsi serviks.
2. Pemeriksaan pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi
karsinoma serviks uteri. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil contoh
sel epitel serviks melalui kerokan dengan spatula khusus, kemudia hasil
kerokan dihapuskan pada kaca objek. Apusan sel pada kaca obejek tersebut
selanjutnya diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi (American Cancer
Society, 2008).
3. Pemeriksaan DNA, HPV, merupakan suatu ter laboratorium yang dapat
mendeteksi tipe-tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks (Zeller,
2007).
Jika diperoleh hasil Pap Smear yang abnormal, maka dibutuhkan beberapa
pemeriksaan tambahan untuk mengkonfirmasi diagnosisi, mengetahui penyebaran
kanker, dan menentukan pilihan pengobatan (Zeller, 2007).
1. Kolposkopi, merupakan pemeriksaan visual serviks uteri dengan
menggunakan alat optic khusus yang disebut kolposkop. Pemeriksaan ini
dapat mengenali dysplasia maupun karsinoma, baik in situ maupun invasive,
dengan baik (Randall, 2005)
2. Biopsi, merupakan gold standart dalam menentukan diagnosis kanker yaitu
dengan mengambil sedikit jaringan lesi kemudia diperiksa secara
histopatologik (Zeller, 2007). Jaringan yang diambil harus cukup dalam serta
meliputi beberapa area di empat kuadran serviks dan beberapa area vagina
Pemeriksaan visual kandung kemih dan kolon dengan sitoskopi dan protoskopi,
serta pemeriksaan imejing seperti chest X-ray, CT, MRI, dan PET untuk
mengetahui penyebaran dari kanker ke organ-organ sekitar (Zeller, 2007).
2.2.9. Penanganan Kanker Serviks
Pada tingkat klinik (KIS), tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi atau
elektrofulgerasi, bedah krio atau dengan sinar laser, kecuali penderitanya masih
muda dan belum memiliki anak. Biopsi kerucut juga bias digunakan baik sebagai
alat dianostik maupun terapi (Mardjikoen, 2007; Pitkin, 2003). Namun, bila
penderita sudah cukup tua dan sudah mempunyai cukup pemeriksaan, dapat
dilakukan histerektomi sederhana untuk mencegah kambuhnya penyakit
(Mardjikoen, 2007).
Pada tingkat klinik Ia, umumnya ditangani sebagai kanker yang invasif. Bila
kedalaman invasif kurang dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi area yang luas
serta tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah, penanganannya
dilakukan seperti pada KIS di atas.
Pada tingkat Ib dan IIa dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi.
Pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan penyinaran, tergantung ada atau
tidaknya sel tumor dalam kelenjar linfa regional yang diangkat.
Pada tingkat IIb, III, dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah, untuk
primer adalah radioterapi. Menurut National Cancer Institute (2008), penanganan
standart untuk tingkat IIb sampai Iva adalah radiasi dan kemoterapi. Pada tingkat
IVb radiasi hanya bersifat paliatif. Pemberian kemoterapi dapat dipertimbangkan,
walaupun belum ada standart kemoterapi yang dapat diberikan.
Untuk mencegah rekuren, umumnya pasien akan menjalani pemeriksaan rutin
yang meliputi perabaan pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula,
pemeriksaan rekto-vaginal, dan sitologi setiap 3-4 bulan dalam dua tahun pertama.
Setelah dua tahun, pemeriksaan dapat dilakukan lebih jarang, enam bulan hingga
2.2.10. Prognosa Kanker Serviks
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis antara lain unsure penderita, keadaan
umum, tingkat klinik keganasan, cirri-ciri histologik sel tumor, kemampuan ahli
atau tim ahli yang menangani, serta sarana pengobatan yang ada (Mardjikoen,
2007).
Tabel 2.2. Five year survival rate
Stadium Five year survival rate
Ia 1 95,1 %
2.2.11. Rekurensi Kanker Serviks
Kanker serviks primer yang telah diterapi lalu dievaluasi selama 3 bulan untuk
melihat respon terapi, setelah itu ditentukan apakah pasien mengalami remisi atau
tidak. Penentuan ini dilakukan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dan klinis.
Bila setelah pengobatan (radiasi/operasi) dan pasien dinyatakan remisi 16
kemudian kanker timbul kembali baik secara histopatologis maupun terlihat
secara klinis maka disebut kanker rekuren. Proses rekurensi dapat terjadi lokal
yaitu, bila mengenai serviks, vagina 2/3 atau 1/3 proksimal parametrium, regional
bila mengenai distal vagina/panggul atau organ disekitarnya yaitu rektum atau
Kasus rekurensi umumnya terjadi dalam 2 tahun pertama setelah terapi primer
sehingga diperlukan pengamatan lanjut setiap 3 bulan selama 2 tahun pertama,
kemudian setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan 1 tahun sekali sesudahnya (Aziz,
2006; Moeloek, 2006). Rekurensi terutama ditentukan dengan pemeriksaan
histopatologi, akan tetapi pemeriksaan lain tetap dilakukan sebagai prosedur
diagnostik. Pemeriksaan ini meliput i anamnesis, laboratorium, kolposkopi,
radiologik (foto toraks, bone survey/scan, CT Scan atau MRI), sistoskopi, dan
rektoskopi bila ada indikasi (Leitao, 2002).
Kanker serviks dapat timbul kembali karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pasien dengan persistensi infeksi HPV memiliki resiko rekurensi sampai 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa infeksi (Nagai, 2004). Resiko
rekurensi juga meningkat pada wanita yang lebih tua (≥ 50 tahun), penderita
stadium lanjut, infeksi HIV, penggunaan modalitas terapi yang berbeda, dan
adanya infiltrasi sel tumor pada batas konisasi endoserviks dan ektoserviks
(Ramchandani, 2007). Sedangkan, pemakaian antiretroviral aktivitas tinggi dapat
menurunkan resiko rekurensi (Robinson, 2001)
Kasus rekurensi biasanya memiliki respon imun yang rendah dan penderita dapat
meninggal kurang dari 1 tahun semenjak kekambuhan. Terapi untuk kasus
rekurensi terbatas, belum ada terapi yang benar-benar efektif untuk mengatasinya
(Aziz, 2006; Leitao, 2001). Terapi untuk kasus rekurensi kanker serviks antara
lain kemoterapi atau operasi histerektomi total/histerektomi radikal modifikasi
bila sebelumnya pasien telah menjalani terapi radiasi, dan radiasi atau kemoradiasi
bila sebelumnya pasien telah menjalani terapi operasi. Namun bila rekurensi
terjadi di tempat yang jauh (metastasis) maka dilakukan reseksi atau radiasi bila di
paru, radiasi atau kemoterapi bila di otak, dan hanya kemoterapi bila di
intraabdominal (Moeloek, 2006).
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor-faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004) :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak
perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk
dokter.
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom,
karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat, seperti menjaga kebersihan alat
kelamin dan tidak merokok.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
3.2. Definisi Operasional
Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel
dalam penelitian beserta dengan definisi operasionalnya masing-masing sesuai
dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut :
1. Penderita kanker serviks : yaitu penderita yang dinyatakan sakit berdasarkan
hasil diagnose dokter.
2. Umur : yaitu lama hidup penderita sesuai dengan yang tertulis di kartu status.
Adapun variasi umur yang akan diteliti yaitu, < 40 tahun dan > 41 tahun.
3. Domisili : yaitu tempat/ daerah asal dimana penderita kanker serviks tinggal
dan menetap.
4. Agama : yaitu kepercayaan yang dianut penderita kanker serviks. Adapun
variasi yang akan diteliti yaitu, Islam dan non-Islam.
5. Suku bangsa : adalah suatu istilah etnografi untuk kebudayaan dengan corak
yang khas. Adapun variasi yang akan diteliti yaitu, Jawa dan non-Jawa.
6. Pendidikan terakhir : yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh
penderita. Adapun variasi yang akan diteliti yaitu, sampai SMP/ sederajat dan
SMA/ sederajat ke atas.
7. Status perkawinan : yaitu keadaan yang dimiliki ada atau tidaknya pasangan
hidup. Adapun kriterianya, kawin dan tidak kawin.
8. Jumlah paritas : yaitu banyaknya anak yang pernah dilahirkan oleh penderita.
Adapun kriterianya, < 5 orang anak dan > 6 orang anak.
9. Lama dirawat : yaitu lamanya penderita menjalani perawatan di rumah sakit.
Dalam hal ini kategori yang dipergunakan adalah, < 7 hari dan > 8 hari.
10.Stadium : adalah tingkatan kelas kanker menurut metastase dan derajat ke
parahannya.
11.Keluhan utama : adalah jenis keluhan utama yang diderita pasien sebagai
alasan untuk memasuki Rumah Sakit.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat cross sectional selama satu tahun dan menggunakan
desain penelitian studi deskriptif.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan
memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan yaitu, RSUP. H. Adam Malik
merupakan pusat pelayan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di
Sumatera Utara, dan jumlah penderita kanker serviks di RSUP. H. Adam Malik
relatif memadai untuk dijadikan sampel penelitian.
Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010, dilanjutkan dengan
pengolahan dan analisis data.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh penderita Kanker Serviks yang dirawat
inap di RSUP. H. Adam Malik Medan, dari bulan Januari 2009 sampai
Desember 2009.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh populasi, yaitu penderita Kanker Serviks
yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan, dari bulan Januari
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan melihat semua kartu status (rekam medik) penderita
Kanker Serviks yang dirawat inap yang berasal dari rekam medik di RSUP. H.
Adam Malik Medan, dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2009.
Semua kartu status penderita kanker serviks dikumpulkan dan dilakukan
pencatatan/ tabulasi sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS ver.17
(Statistical Package for the Social Science version 17), dan kemudian di analisa
secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes
No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai
dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai
pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat
rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi
Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun diatas tanah
seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12
Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara
Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum, RSUP H. Adam Malik
Medan didukung oleh 1.995 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga
medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialiasi, 604 orang paramedis
perawatan, 298 orang paramedic non perawatan dan 263 orang tenaga non medis
serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.
RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari
pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat
darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi
diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik.
Kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi
gizi,farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik,
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non
Bagian rekam medis terletak di lantai dasar tepat dibelakang poliklini Obstetri
Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan.
5.1.2. Karakteristik Penderita
Setelah dilakukan pengambilan data dari rekam medik, diperoleh total 121 orang
penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada
tahun 2009, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
5.1.2.1. Distribusi penderita kanker serviks menurut domisil
Dari tabel 5.1, didapati penderita terbanyak berturut-turut yaitu 28 orang (23,1%)
diantaranya berdomisili di Deli Serdang dan 27 orang (22,3%) berdomisili di
Medan, dan yang paling sedikit berdomisili di Aceh Timur, Dairi, Labuhan Batu,
Lubuk Pakam, Nias, Perbaungan, Siantar, Simalungun, Tanjung Balai, dan Tebing
Tinggi yang masing-masing berjumlah 1 orang (0,8%).
Tabel 5.1 Distribusi penderita kanker serviks menurut domisili
No. Domisili Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. Deli Serdang 28 23.1
2. Medan 27 22.3
3. Tapanuli Selatan 18 14.9
4. Binjai 8 6.6
5. Langkat 6 5.0
6. Asahan 5 4.1
7. Serdang Bedagai 5 4.1
8. Karo 4 3.3
9. Aceh Tamiang 3 2.5
10. Riau 3 2.5
11. Aceh Selatan 2 1.7
13. Aceh Timur 1 0.8
14. Dairi 1 0.8
15. Nias 1 0.8
16. Perbaungan 1 0.8
17. Labuhan Batu 1 0.8
18. Lubuk Pakam 1 0.8
19. Siantar 1 0.8
20. Simalungun 1 0.8
21. Tanjung Balai 1 0.8
22. Tebing Tinggi 1 0.8
Jumlah 121 100
5.1.2.2. Distribusi penderita kanker serviks menurut umur
Dari tabel 5.2, diperoleh penderita dengan kelompok umur yang paling banyak
yaitu ≤ 40 tahun sebanyak 100 orang ( 82,6%), dan kelompok umur ≥ 40 tahun
adalah yang paling sedikit sebanyak 21 orang (17,4%).
Tabel 5.2 Distribusi penderita kanker serviks menurut umur
No. Umur Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. ≤ 40 tahun 100 82.6
2. ≥ 41 tahun 21 17.4
Jumlah 121 100
5.1.2.3. Distribusi penderita kanker serviks menurut agama
Dari tabel 5.3, agama yang paling banyak menderita kanker serviks adalah Islam
sebanyak 85 orang (70,2%), dan yang paling sedikit adalah non-Islam sebanyak
Tabel 5.3 Distribusi penderita kanker serviks menurut agama
No. Agama Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. Islam 85 70.2
2. Non-Islam 36 29.8
Jumlah 121 100
5.1.2.4. Distribusi penderita kanker serviks menurut suku
Dari tabel 5.4, berturut-turut suku yang terbanyak dan paling jarang menderita
kanker serviks adalah non-jawa sebanyak 80 orang (66,1%) dan jawa sebanyak 41
orang (33,9%).
Tabel 5.4 Distribusi penderita kanker serviks menurut suku
No. Suku Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. Non-Jawa 80 66.1
2. Jawa 41 33.9
Jumlah 121 100
5.1.2.5. Distribusi penderita kanker serviks pendidikan menurut pendidikan terakhir
Dari tabel 5.5, diperoleh penderita dengan pendidikan SMA/sederajat ke atas
sebanyak 78 orang (64,5%), dan yang paling jarang 43 orang (35,5%) yaitu
sampai SMP/ sederajat.
Tabel 5.5 Distribusi penderita kanker serviks menurut pendidikan terakhir
No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentasi (%)
2. Sampai SMP/ sederajat 43 35.5
Jumlah 121 100
5.1.2.6. Distribusi penderita kanker serviks menurut status perkawinan Berdasarkan tabel 5.6, terlihat semua penderita kanker serviks yang di rawat inap
di RSUP. H. Adam Malik Medan 2009 sudah menikah yaitu sebanyak 121 orang
(100%).
Tabel 5.6 Distribusi penderita kanker serviks menurut status perkawinan
No. Status Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. Kawin 121 100
2. Tidak Kawin 0 0
Jumlah 121 100
5.1.2.7. Distribusi penderita kanker serviks menurut jumlah paritas
Dari tabel 5.7, penderita dengan jumlah paritas ≥ 6 orang anak adalah yang
terbanyak sebesar 71 orang (58,7%), dan dengan jumlah paritas ≤ 5 orang anak
adalah yang paling jarang sebesar 50 orang (41,3%).
Tabel 5.7 Distribusi penderita kanker serviks menurut jumlah paritas
No. Paritas Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. ≥ 6 anak 71 58.7
2. ≤ 5 anak 50 41.3
5.1.2.8. Distribusi penderita kanker serviks menurut lama dirawat inap Dari tabel 5.8, diperoleh jumlah terbanyak dan paling sedikit berdasarkan lamanya
pasein yang dirawat inap berturut-turut adalah 62 orang (51,2%) dan 59 orang
(48,8%), masing-masing ≤ 7 hari dan ≥ 8 hari.
Tabel 5.8 Distribusi penderita kanker serviks menurut lama dirawat inap
No. Lama dirawat inap Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. ≤ 7 hari 62 51.2
2. ≥ 8 hari 59 48.8
Jumlah 121 100
5.1.2.9. Distribusi penderita kanker serviks menurut stadium
Dari tabel 5.9, diperoleh penderita dengan stadium IIIB adalah yang terbanyak
yaitu 42 orang (34,7%), dan stadium IB1 serta IVA adalah stadium yang paling
sedikit, masing-masing sebanyak 1 orang (0,8%).
Tabel 5.9 Distribusi penderita kanker serviks menurut stadium
No. Stadium Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. IIIB 42 34.7
2. IIB 30 24.8
3. IB2 15 12.4
4. IB 11 9.1
5. IIA 6 5.0
6. IIIA 4 3.3
7. IV 1 0.8
9. Tidak tercatat 11 9.1
5.1.2.10. Distribusi penderita kanker serviks menurut keluhan utama
Dari tabel 5.10, didapati penderita kanker serviks paling sering datang dengan
keluhan utama berupa perdarahan pervaginam sebanyak 87 orang (71,9%), dan
yang paling jarang pasien kanker serviks datang dengan keluhan sesak nafas dan
tidak bisa tidur, masing-masing 1 orang (0,8%).
Tabel 5.10 Distribusi kanker serviks menurut keluhan utama
No. Keluhan Utama Jumlah (orang) Persentasi (%)
1. Perdarahan pervaginam 87 71.9
2. Keputihan 14 11.6
3. Nyeri perut 7 5.8
4. Benjolan perut bawah 4 3.3
5. Badan lemas 4 3.3
6. Susah BAB 3 2.5
7. Sesak napas 1 0.8
8. Tidak bisa tidur 1 0.8
Jumlah 121 100
5.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis karakteristik yang terjadi pada
penderita kanker serviks berdasarkan yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik
Medan tahun 2009. Penelitian ini di lakukan sejak bulan Juli 2009 dan di dapatkan
121 penderita. Data tersebut diperoleh dari bagian rekam medis RSUP. H. Adam
Malik Medan.
Tabel 5.1 terlihat bahwa penderita kanker serviks yang terbanyak terjadi pada
(23,1%), dan paling jarang berdomisili di daerah Aceh Timur, Dairi, Labuhan
Batu, Lubuk Pakam, Nias, Perbaungan, Siantar, Simalungun, Tanjung Balai, dan
Tebing Tinggi yang masing-masing berjumlah 1 orang (0,8%). Sedangkan
menurut Juliana (1997) pada penelitiannya di RSU. dr. Pirngadi Medan
memperoleh 58,47% penderita kanker serviks yang paling banyak berdomisili di
Medan, serta diperoleh penderita yang paling jarang berasal dari luar Sumatera
Utara, yaitu Aceh dan Pekanbaru, masing-masing 0.49% dan 1,94%. Banyaknya
penderita kanker serviks yang berasal dari Medan dapat dihubungkan dengan letak
RSUP. H. Adam Malik adalah di Kodya Medan, sehingga menjadi tempat calon
penderita datang untuk berobat. Sementara yang berasal dari Kodya Medan
kemungkinan karena RSUP. H. Adam Malik adalah pusat rujukan se-Sematera
Utara yang tersedia fasilitas yang lebih memadai dari rumah sakit dimana
penderita berasal.
Berdasarkan tabel 5.2 ditemukan penderita kanker serviks terbanyak dengan
kelompok umur ≤ 40 tahun yaitu sebanyak 100 orang (82,6%), dan yang paling
jarang penderita datang dengan kelompok umur ≥ 41 sebanyak 21 orang (17,4%).
Keadaan ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (1984)
dan Yakub (1993), yang menemukan penderita kanker serviks terbanyak berasal
pada kelompok umur 41-50 tahun.
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh bahwa penderita kanker serviks mayoritas
beragama Islam yaitu sebanyak 85 orang (70,2%), dan sisanya berasal dari
non-Islam sebanyak 36 orang (29,8%). Keadaan ini dapat dijelaskan dengan agama
mayoritas di Indonesia adalah Islam. Ini bukan merupakan indikasi keterkaitan
antara faktor agama dengan angka kejadian kanker serviks.
Dari jenis suku penderita pada tabel 5.4 ditemukan bahwa suku terbanyak adalah
non-Jawa yait 80 orang (66,1%), dan sisanya berasal dari suku Jawa 41 orang
(33,9%). Menurut penelitian Juliana (1997) ditemukan suku terbanyak adalah
suku Batak (non-Jawa), yaitu sebesar 51,93%, sedangkan suku Jawa ditemukan
(1985) dalam penelitiannya, ditemukan penderita terbanyak adalah suku Batak
(non-Jawa) sebesar 43,56% dan suku Jawa 37,13%. Dari beberapa penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa suku yang paling banyak menjadi penderita
kanker serviks sesuai dengan suku mayoritas di daerah dimana penelitian
dilakukan, seperti di RSUP. H. Adam Malik yang berlokasi di Medan (Sumatera
Utara), maka suku mayoritas adalah suku non-Jawa.
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa penderita kanker serviks terbanyak dijumpai
pada tingkat pendidikan SMA/ sederajat ke atas sebanyak 78 orang (64,5%), dan
sisanya sebanyak 43 orang (35,5%) ditemukan pada tingkat pendidikan sampai
SMP/ sederajat. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yakub (1993) yang
menemukan 59,01% penderita kanker serviks berasal dari tingkat pendidikan
SMP.
Berdasarkan tabel 5.6 ditemukan 121 orang (100%) penderita kanker serviks
sudah memiliki status pernikahan yaitu kawin, dan tidak ditemukan penderita
yang belum kawin. Keadaan ini hampir mendukung penelitian yang dilakukan di
Ujung Pandang oleh Manoe (1978) dalam Juliana (1997), yang juga menemukan
penderita kanker serviks dengan status kawin sebanyak 97% dan 1 kasus penderita
yang belum kawin. Sedangkan menurut Romanouw (1981) dalam Juliana (1997),
tidak menjumpai sama sekali kasus kanker serviks yang dialami penderita dengan
status tidak kawin.
Penderita kanker serviks dengan jumlah paritas dapat dilihat pada tabel 5.7.
Terlihat bahwa terbanyak adalah penderita dengan jumlah ≥ 6 anak yaitu 71 orang
(58,7%) dan sisanya ≤ 5 anak sebanyak 50 orang ( 41,3%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Yakub (1993) yang melaporkan penderita kanker serviks terbanyak
dengan jumlah anak ≥ 6 orang.
Penderita kanker serviks menurut lamanya dirawat dapat dilihat pada tabel 5.8.
Ditemukan lamanya penderita dirawat terbanyak adalah ≤ 7 hari sebanyak 62
orang (51,2%), dan sisanya sebanyak 59 orang (48,8%) dirawat ≥ 8 hari. Sama
yang paling banyak sebesar 31,55% penderita kanker serviks dirawat ≤ 7 hari,
kemudian 7-14 hari sebanyak 30,1%, 15-28 hari sebanyak 19,9%, dan > 29 hari
sebanyak 16,51%.
Dari tabel 5.9 ditemukan penderita kanker serviks terbanyak datang dengan
stadium IIIB yaitu sebanyak 42 orang (34,7%), dan paling jarang datang dengan
stadium IB1 dan IVA sebanyak 1 orang (0,8%). Hal ini mungkin dikarenakan
rendahnya tingkat kesadaran penderita terhadap kesehatannya yang berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang rendah. Mayoritas penderita datang dengan
stadium lanjut dan disertai keluhan utama yang sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari mereka.
Berdasarkan tabel 5.10 ditemukan bahwa penderita kanker serviks terbayak
dengan keluhan perdarahan pervaginam sebanyak 87 orang ( 71,9%), dan paling
jarang datang dengan keluhan sesak napas dan tidak bisa tidur sebanyak 1 orang
(0,8%). Tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan Lumban (1985), dimana
perdarahan pervaginam merupakan keluhan utama yang membawa penderita
berobat ke rumah sakit. Hal ini sejalan dengan gejala klinis kanker serviks yaitu
perdarahan pervaginam yang terjadi pada stadium invasif. Artinya kebanyakan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Jumlah penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik
Medan tahun 2009 adalah sebanyak 121 orang.
2. Distribusi penderita kanker serviks menurut domisili paling banyak adalah 28
orang (23,1%) berdomisili di Deli Serdang.
3. Distribusi penderita kanker serviks menurut umur paling banyak yaitu ≤ 40
tahun sebanyak 100 orang ( 82,6%).
4. Distribusi penderita kanker serviks menurut agama paling banyak menderita
kanker serviks adalah Islam sebanyak 85 orang (70,2%).
5. Distribusi penderita kanker serviks menurut suku terbanyak adalah non-jawa
sebanyak 80 orang (66,1%).
6. Distribusi penderita kanker serviks menurut pendidikan terakhir yang paling
banyak adalah pendidikan SMA/sederajat ke atas sebanyak 78 orang (64,5%).
7. Distribusi penderita kanker serviks menurut status perkawinan adalah 121
orang (100%) kawin.
8. Distribusi penderita kanker serviks menurut jumlah paritas paling banyak ≥ 6
anak yaitu 71 orang (58,7%).
9. Distribusi penderita kanker serviks menurut lamanya dirawat yang paling
banyak adalah ≤ 7 hari yaitu 62 orang ( 51,2%).
10. Distribusi penderita kanker serviks menurut stadium yang paling banyak
adalah stadium IIIB 42 orang (34,7%).
11. Distribusi penderita kanker serviks menurut keluhan utama yang paling
6.2. Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan kualitas pengamatan data yang diperoleh dari rekam medis.
Karena kurang lengkapnya informasi dan pihak yang kurang memperhatikan
format pencatatan rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan.
2. Untuk pihak RSUP. H. Adam Malik Medan, hendaknya melengkapi formulir
rekam medis yang ada sesuai standar, sehingga memungkinkan dilakukan
penelitian yang lebih detail tentang suatu penyakit tersebut.
3. Berbagai karakteristik penderita kanker serviks pada RSUP H. Adam Malik
bisa dijadikan suatu bahan penelitian untuk mencari tahu alasan dibalik hal
tersebut, dan keterkaitannya satu sama lain, bilamana nantinya dapat dijadikan
salah satu upaya dalam menurunkan angka kejadian dan upaya pencegahan
kanker serviks.
4. Di perlukan penelitian mengenai faktor-faktor resiko yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker serviks.
5. Perlu dilakukannya program deteksi dini kanker serviks kepada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2007. Cancer Fact & Figures. Atlanta : American
Cancer Society.
American Cancer Society. 2008. Cancer Prevention & Early Detection Facts &
Figure. Atlanta. American Cancer Society.
Anderson, Churchill., 1991. Sytemic Pathology. Third edition, vol. 6 Female
Reproductive system. London.
Aziz, MF., Andrijono, Saifuddin AB, editors., 2006. Buku Acuan Nasional
Onkologi Ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Siregar, Budiningsih., 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. In: Aziz
M Farid, Adrijojo, Saifuddin Abdul Bari, editors. Pemeriksaan histopatologi
dalam penanganan kanker ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo,253-273.
Cunningham, Williams F Garry., 1989. Obstetrics 18th
Dalimartha S. 2004. Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Penebar Swadaya. edition.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1983. Sistem kesehatan nasional.
Direktorat Promosi Kesehatan.
Diananda R. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati.
Edianto, Deri., 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. In: Aziz M
Farid, Adrijojo, Saifuddin Abdul Bari, editors. Kanker Sserviks. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 442-455.
Garcia, Agustin A., 2007. Cervical Cancer. University of Southern California
2010].
Harahap, RE., 1984. Neoplasia Intraepitel Serviks, Pencegahan Kanker Leher
Rahim. Jakarta : UI Press.
Julian, MD, Thomas., 1997. A Manual of Clinical Colposcopy. New York : The
Parthenon Publishing Group.
Juliana, Mekawati., 1997. Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim yang
Dirawat Inap di RSU. dr. Pirngadi Medan tahun 1994-1996. (Karya Tulis
Ilmiah). Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Khasbiyah. 2004. Faktor Risiko Kanker Serviks Uteri. (Karya Tulis Ilmiah).
Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.
Leitao MM Jr, Chi DS., 2002. Recurrent Cervical Cancer. Curr Treat Options
Oncol [serial online]. Available from:
Lumban Tobing, H., 1985. Kanker leher rahim di RSU dr. Pirngadi Medan
1974-1982. Skripsi bagian obstetri dan ginekologi FK-USU/ RSU dr. Pringadi,
Medan .
Mardjikoen, P., Sarwono, P. (editor)., 2004. Ilmu kebidanan. Edisi kedua.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Mardjikoen, prastowo., 2005. Tumor Ganas Alat Genitalia. Edisi kedua. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S, editors., 2006. Standar
Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Munoz, Nubia et all., 2003. Epidemiologic Classification of Human
Papillomavirus Types Associated with Cervical Cancer. NEJM (348) :
518-527. Available from :
[Accesed 10 March 2010]
Nagai Y, Toma T, Moromizato H, Maehama T, Asato T, Kariya K, et al., 2004.
Persistence of Human Papillomavirus Infection as A Predictor for Recurrence
in Carcinoma of The Cervix After Radiotherapy. AJOG; 191 (6): 1907-13.
Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Ramchandani SM, Houck KL, Hernandez E, Gaughan JP., 2007. Predicting
Persistent/Recurrent Disease in the Cervix After Excisional Biopsy.
MedGenMed [serial online]; 9(2) : 24. Available from:
[Accesed 2 April 2010]
Randall, Marcus E, Michael, Helen, Morken, Jan Ver., Stehman, Fred., 2005.
Uterin Cervix. In: Hoskin, William J et all. Principle and Practice of
Gynecologic 4th
Robinson WR, Hamilton CA, Michaels SH, Kissinger P., 2001. Effect of
Excisional Therapy and Highly Active Antiretroviral Therapy on Cervical
Intraepithelial Neoplasia in Women Infected with Human Immunodeficiency
Virus. AJOG [serial online]; 184(4):538-43. Available from: edition. USA: William & Wilkins, 743-809.
Sukardja, I Dewa Gede., 2000. Onkologi Klinik. Surabaya : Airlangga University
Press.
Sulaini Pelsi., 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. In: Aziz M
Farid, Adrijojo, Saifuddin Abdul Bari, editors. Biopsi. Jakarta: Yayasan Bina
Suwiyoga., 2006. Tes Human Papilomavirus sebagai Skrining Alternatif Kanker
Serviks. Denpasar : Universitas Udayana.
World Health Organization., 2008. World Cancer Report 2008. WHO Press.
Winkjosastro, H., 1992. Anatomi alat kandungan. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka.
Yakub, MY,. 1993. Tinjauan kasus kanker leher rahim yang dirawat Inap di RSU.
dr. Pirngadi Medan periode 1 Januari 1981-31 Desember 1990. Medan :
bagian Obstetri dan Ginekologi RSU. dr. Pirngadi/ FK USU 1993.
Zeller, Jhon L., 2007. Carcinoma of The Cervix. Journal of American Medical
Association (298): 19. Available from:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Aida
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 22 Januari 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lizardi Putra no. 151, Komp. Kejaksaan Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK Ra. Melati 1994-1995
2. SD Timbul Jaya Medan 1995-2001
3. SMP Harapan II Medan 2001-2004
4. SMA Harapan I Medan 2004-2007
Riwayat Pelatihan : Seminar dan Workshop RJPO & Traumatologi
TBM FK USU
Riwayat Organisasi : 1. Anggota TBM FK USU