• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Neonatus Dengan BBLR Yang Mengalami Sepsis Neonatorum Di RSUP H Adam Malik April 2008 -Maret 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Neonatus Dengan BBLR Yang Mengalami Sepsis Neonatorum Di RSUP H Adam Malik April 2008 -Maret 2010"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN

PREVALENSI NEONATUS DENGAN BBLR YANG

MENGALAMI SEPSIS NEONATORUM

DI RSUP H ADAM MALIK APRIL 2008 -MARET 2010

Oleh :

MOHAMAD HAFYFY BIN MHD ALIAS

070100415

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian: PREVALENSI NEONATUS DENGAN BBLR

YANG MENGALAMI SEPSIS NEONATORUM DI

RSUP H ADAM MALIK APRIL 2008 -MARET 2010

Nama

: MOHAMAD HAFYFY MHD ALIAS

NIM

: 070100415

Pembimbing Penguji I

dr. Tetty Am an Nasution , M.Med.Sc. dr. Rin a Am elia, M.A.R.S.

NIP: 197001091997022001 NIP:197604202003122002

Penguji II

dr. Nu rfida Kh airin a Arrasyid, M.Kes.

NIP: 197008191999032001

Medan, 17 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan antara masalah-masalah lazim yang dihadapi Indonesia kini. Komplikasi BBLR ini seperti Sepsis Neonatorum memperparahkan lagi kesehatan neonatus dan jika tidak ditangani segera boleh menyebabkan kematian.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui jumlah neonatus berat badan lahir rendah yang mengalami Sepsis Neonatorum di RSUP H Adam Malik mulai April

2008 hingga April 2010.

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan studi retrospektif dengan dilakukan pengambilan data medis dari Departemen Anak di RSUP H. Adam Malik. Populasi penelitian ini adalah neonatus BBLR yang dirawat di Departemen Anak dan sampel yang digunakan adalah total sampling.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebanyak 9 neonatus (26%) dari 35 neonatus BBLR pada bulan April tahun 2008 hingga Maret tahun 2009 mengalami komplikasi Sepsis Neonatorum di RSUP H. Adam Malik manakala pada bulan April 2009 hingga Maret tahun 2010, sebanyak 10 neonatus (30.3%) dari jumlah keseluruhan 33 neonatus BBLR mengalami komplikasi Sepsis Neonatorum

Prevalensi neonatus BBLR dengan Sepsis Neonatorum pada bulan April 2008 hingga Maret 2009 adalah sebanyak 9 neonatus manakala pada bulan Maret 2009 hingga April 2010 adalah sebanyak 10 neonatus.

(4)

ABSTRACT

Neonates with low birth weight (LBW) is among the common problems faced by Indonesia today. This LBW complications such as neonatal sepsis can affect the severity of neonatal health and if not addressed promptly can lead to death.

This study objective is to observed the prevalence of low birth weight neonatus with sepsis neonatorum complication at RSUP H. Adam Malik, Medan in April 2008 till March 2010.

This research is a descriptive research using retrospective study by using medical record of Paediatric Department of RSUP H. Adam Malik. Population of this study is all low body weight (LBW) neonates admitted in Paediatric Department and using total sampling technique.

The results shows that there are 9 neonates (25,7%) out of 35 neonates of LBW who suffered Sepsis Neonatorum in April 2008 till Mac. While in April 2009 till Mac 2010, there are 10 neonates (30.3%) out of 33 neonates who suffered sepsis.

As a conclusion, the prevalence of neonates presented with low body weight(LBW) with Sepsis Neonatorum in April 2008 till Mac 2009 is 9 neonates. While in April 2009 till Mac 2010 is 10 neonates.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam pemilik segala ilmu pengetahuan. Berkat rahmatNya saya selaku penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Tetty Aman Nasution, M.Med,Sc selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan dalam menyusun proposal penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis tujukan kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan Komunitas yang sudah membimbing selama perkuliahan, serta keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Sebagai manusia biasa, penulis tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Sebagai mahasiswa, penulis masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga bisa lebih baik lagi untuk ke depannya.

Penang, 23 NOVEMBER 2010

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 5

(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2. Definisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... .22

4.1. Jenis Penelitian ... 22

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 25

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 25

5.2. Deskripsi Karekteristik Responden ... 25

5.3. Hasil Analisa Data ... 26

5.4. Pembahasan ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

(8)

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Halaman

BBLR – Berat badan lahir rendah 1

WHO – World health organization 1

SDKI – Survei demografi dan kesehatan indonesia 2

IUGR – Intra uterine growth retardation 2

ISDC – International sepsis definition conferences 5

SIRS – Systemic inflammatory response syndrome 5

SAD – Sepsis awitan dini 5

SAL – Sepsis awitan lambat 5

SGB – Streptokokus grup B 5

LPS – Lipopolisakarida 12

LPB – Lipoprotein binding protein 13

TLR4 – Toll like receptor 4 13

NICU – Neonatal intensive care unit 19

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Perjalanan Penyakit Infeksi pada Neonatus 8

2.2 Kriteria SIRS 9

2.3 Kriteria Infeksi, Sepsis, Sepsis Berat, Syok Septik 10

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 26

Tahun 2009 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 26

Tahun 2010 5.3 Distribusi Sampel Bedasarkan Infeksi 27

5.4 Distribusi Sampel Bedasarkan Usia Ibu 27

5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Paritas Ibu 28

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Mekanisme terjadinya gangguan klinis 12

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Peneliti

(12)

ABSTRAK

Neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan antara masalah-masalah lazim yang dihadapi Indonesia kini. Komplikasi BBLR ini seperti Sepsis Neonatorum memperparahkan lagi kesehatan neonatus dan jika tidak ditangani segera boleh menyebabkan kematian.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui jumlah neonatus berat badan lahir rendah yang mengalami Sepsis Neonatorum di RSUP H Adam Malik mulai April

2008 hingga April 2010.

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan studi retrospektif dengan dilakukan pengambilan data medis dari Departemen Anak di RSUP H. Adam Malik. Populasi penelitian ini adalah neonatus BBLR yang dirawat di Departemen Anak dan sampel yang digunakan adalah total sampling.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebanyak 9 neonatus (26%) dari 35 neonatus BBLR pada bulan April tahun 2008 hingga Maret tahun 2009 mengalami komplikasi Sepsis Neonatorum di RSUP H. Adam Malik manakala pada bulan April 2009 hingga Maret tahun 2010, sebanyak 10 neonatus (30.3%) dari jumlah keseluruhan 33 neonatus BBLR mengalami komplikasi Sepsis Neonatorum

Prevalensi neonatus BBLR dengan Sepsis Neonatorum pada bulan April 2008 hingga Maret 2009 adalah sebanyak 9 neonatus manakala pada bulan Maret 2009 hingga April 2010 adalah sebanyak 10 neonatus.

(13)

ABSTRACT

Neonates with low birth weight (LBW) is among the common problems faced by Indonesia today. This LBW complications such as neonatal sepsis can affect the severity of neonatal health and if not addressed promptly can lead to death.

This study objective is to observed the prevalence of low birth weight neonatus with sepsis neonatorum complication at RSUP H. Adam Malik, Medan in April 2008 till March 2010.

This research is a descriptive research using retrospective study by using medical record of Paediatric Department of RSUP H. Adam Malik. Population of this study is all low body weight (LBW) neonates admitted in Paediatric Department and using total sampling technique.

The results shows that there are 9 neonates (25,7%) out of 35 neonates of LBW who suffered Sepsis Neonatorum in April 2008 till Mac. While in April 2009 till Mac 2010, there are 10 neonates (30.3%) out of 33 neonates who suffered sepsis.

As a conclusion, the prevalence of neonates presented with low body weight(LBW) with Sepsis Neonatorum in April 2008 till Mac 2009 is 9 neonates. While in April 2009 till Mac 2010 is 10 neonates.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi terutama yang berkaitan neonatus. Sepsis Neonatorum dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah antara masalah-masalah yang lazim terjadi pada neonatus pada saat kelahiran maupun selama proses kehamilan akibat penularan mikroorganisme dari ibu ke janin atau bayi. Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan. (Rosad, 1987).

(15)

Sepsis Neonaturom ini dapat dikategorikan sebagai early (dini) atau late

(lambat) onset. 85% bayi yang baru lahir dengan infeksi awal, hadir dalam waktu 24 jam, 5% hadir pada 24-48 jam, dan yang lebih kecil persentase pasien hadir dalam 48-72 jam. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). Insidensi Sepsis Neonatorum ini ialah 1 hingga 8 kasus setiap 1000 kelahiran (Behrman,2000).

Menurut WHO setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan (IUGR= intrauterine growth

retardation). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat

kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari

State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27%

(16)

lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%. Menurut Eka Rahayu (2009) dalam studi di RSU Dr. Sutomo, Surabaya pada tahun 2002 dari 183 bayi BBLR 23.68% didiagnosa sepsis manakala tahun 2003 dari 193 BBLR 37.31% didiagnosa sepsis.

Angka kejadian sepsis di negara yang sedang berkembang masih cukup tinggi (18 pasien/1000 kelahiran) dibanding dengan negara maju (1-5 pasien /1000 kelahiran). Kejadian sepsis juga meningkat pada bayi kurang bulan (BKB) dan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada bayi berat lahir amat rendah (<1000 g) kejadian sepsis terjadi pada 26 perseribu kelahiran dan keadaan ini berbeda bermakna dengan bayi berat lahir antara 1000 – 2000 g yang angka kejadiannya antara 8-9 perseribu kelahiran. Demikian pula resiko kematian BBLR penderita sepsis lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan (Aminullah,2008)

Melihat pada kondisi permasalahan di atas, maka dirasakan perlu diambil langkah untuk mengkaji suatu penelitian untuk mengetahui prevalensi dan faktor resiko neonatus BBLR yang menderita sepsis.

1.2 Rumusan Masalah

Berapa besarkan prevalensi neonatus dengan berat badan lahir rendah yang mengalami Sepsis Neonatorum di RSUP H Adam Malik mulai April 2008 hingga Maret 2010?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum:

1. Penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah neonatus berat badan lahir rendah yang mengalami Sepsis Neonatorum di RSUP H Adam Malik

(17)

1.3.2 Tujuan khusus:

1. Mengetahui kejadian Sepsis Neonatorum ini terjadi pada saat antenatal, intranatal atau pascanatal di RSUP H Adam Malik.

2. Mengetahui apa saja faktor resiko yang bisa menyebabkan neonatus BBLR mengalami Sepsis Neonatorum di RSUP H Adam Malik.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi masyarakat dan keluarga

1. Kajian ini akan bisa memberi pendedahan dan penyuluhan untuk pencegahan terhadap orang awam tentang neonatus BBLR yang mengalami sepsis.

2. Meningkatkan kewaspadaan orang awan tentang faktor resiko yang bisa menyebabkan neonatus BBLR mengalami sepsis.

3. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memberi ceramah kepada ibu-ibu hamil tentang faktor resiko Sepsis Neonatorum.

Bagi rumah sakit dan pelayanan kesehatan

1. Kajian ini bisa dijadikan rujukan untuk memberikan edukasi terhadap ibu dan keluarga tentang neonatus BBLR yang mengalami sepsis.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Sepsis Neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama bulan pertama kehidupan (Nelson, 2004).

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik (Doenges, Marylyn E. 2000).

Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome

(SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi,

SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.

2.2. Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis).

Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Di negara maju, kuman tersering yang ditemukan pada kasus SAD adalah Streptokokus Grup B (SGB) [(>40% kasus)], Escherichia coli,

(19)

termasuk Indonesia, mikroorganisme penyebabnya adalah batang gram negatif.Sepsis neonatorum awitan dini memiliki kekerapan 3,5 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan angka mortalitas sebesar 15-50%.

Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi pascanatal (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial).Proses infeksi pasien semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal. Angka mortalitas SAL lebih rendah daripada SAD yaitu kira-kira 10-20%. Di negara maju,

Coagulase-negative Staphilococci (CoNS) dan Candida albicans merupakan penyebab

utama SAL, sedangkan di negara berkembang didominasi oleh mikroorganisme batang gram negatif (E. coli, Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa). Di negara berkembang pembagian SAD dan SAL tidak jelas karena sebagian besar bayi tidak dilahirkan di rumah sakit. Oleh karena itu, penyebab infeksi tidak dapat diketahui apakah berasal dari jalan lahir (SAD) atau diperoleh dari lingkungan sekitar (SAL).

2.3. Etiologi

Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis. Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah kepada terjadinya sepsis. Dalam kajian ini, saya hanya membahas sepsis yang disebabkan oleh bakteri oleh kerana keterbatas waktu. Pola kuman penyebab sepsis pun berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Bahkan di negara berkembang sendiri ditemukan perbedaan pola kuman, walaupun bakteri gram negatif rata-rata menjadi penyebab utama dari sepsis neonatorum. Penyebab paling sering dari sepsis ialah Escherichia

coli dan SGB (dengan angka morbiditas sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria,

(20)

Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara berkembang telah diteliti oleh World Health Organization Young Infants Study Group pada tahun 1999 di empat negara berkembang yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New Guinea dan Gambia. Dalam penelitian tersebut mengemukakan bahwa isolate yang tersering ditemukan pada kultur darah adalah Staphylococcus aureus (23%), Streptococcus pyogenes (20%) dan E. coli (18%). Pada cairan serebrospinal yang terjadi pada meningitis neonatus awitan dini banyak ditemukan bakteri gram negatif terutama Klebsiella sp dan E. coli, sedangkan pada awitan lambat selain bakteri gram negatif juga ditemukan Streptococcus

pneumoniae serotipe 2. E.coli biasa ditemukan pada neonatus yang tidak dilahirkan di

rumah sakit serta pada usap vagina wanita-wanita di daerah pedesaan. Sementara

Klebsiella sp. biasanya diisolasi dari neonatus yang dilahirkan di rumah sakit. Selain

mikroorganisme di atas, patogen yang sering ditemukan adalah Pseudomonas,

Enterobacter, dan Staphylococcus aureus.

Pola penyebab sepsis ternyata tidak hanya berbeda antar klinik dan antar waktu, tetapi terdapat perbedaan pula bila awitan sepsis tersebut berlainan. Dari survei yang dilakukan oleh NICHD Neonatal Network Survey pada tahun 1998-2000 terhadap 5447 pasien BBLR (BL<1500 gram) dengan SAD dan pada 6215 pasien BBLR dengan SAL, didapatkan hasil bakteremia sebanyak 1,5% pada SAD dan 21,1% pada SAL. Pada SAD, ditemukan bakteri gram negatif pada 60,7% kasus bakteremia, dan pada SAL bakteremia lebih sering disebabkan oleh bakteri gram positif (70,2%). Bakteri gram negatif tersering pada SAD adalah E.coli (44%) sedangkan Coagulase-negative

Staphylococcus merupakan penyebab tersering (47,9%) pada SAL.

(21)

2.4. Perjalanan Penyakit/Patogenesis

Infeksi bukan merupakan keadaan yang statis. Adanya patogen di dalam darah (bakteremia, viremia) dapat menimbulkan keadaan yang berkelanjutan dari infeksi ke

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, syok septik,

kegagalan multi organ, dan akhirnya kematian (tabel 1).

Tabel 2.1: Perjalanan penyakit infeksi pada neonatus.

Bila ditemukan dua atau lebih keadaan:

Laju nafas >60x/m dengan/tanpa retraksi dan desaturasi oksigen(O2)

Suhu tubuh tidak stabil (<36ºC atau >37.5ºC)

Waktu pengisian kapiler > 3 detik

Hitung leukosit <4000x109/L atau >34000x109/L

Terdapat satu atau lebih kriteria SIRS disertai dengan gejala klinis infeksi

SEPSIS

Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal

SEPSIS BERAT

(22)

obat-Disfungsi multi organ yang berkelanjutan

KEMATIAN

Sumber: Haque KN.Pediatr Crit Care Med 2005; 6(3): S45-9

Sesuai dengan proses tumbuh kembang anak, variabel fisiologis dan laboratorium pada konsep SIRS akan berbeda menurut umur pasien. Pada International

Concensus Conference on Pediatric Sepsis tahun 2002, telah dicapai kesepakatan

mengenai definisi SIRS, Sepsis, Sepsis berat, dan Syok septik (Tabel 2 dan 3).

Berdasarkan kesepakatan tersebut, definisi sepsis neonatorum ditegakkan bila terdapat SIRS yang dipicu oleh infeksi, baik tersangka infeksi (suspected) maupun terbukti infeksi (proven).

Tabel 2.2: Kriteria SIRS

Usia Neonatus Suhu Laju Nadi per menit

Usia 7-30 hari >38,5ºC atau <36ºC

>180 atau <100 >40 >19,5 atau <5

Sumber: Goldstein B, Giroir B, Randolph A.Pediatr Crit Care Med 2005; 6(1): 2-8

(23)

Tabel 2.3: Kriteria infeksi, sepsis, sepsis berat, syok septik

Infeksi Terbukti infeksi (proven infection) bila ditemukan kuman penyebab atau Tersangka infeksi (suspected infection) bila terdapat sindrom klinis (gejala klinis dan pemeriksaan penunjang lain).

Sepsis SIRS disertai infeksi yang terbukti atau tersangka.

Sepsis berat

Sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular atau disertai gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ lain (seperti gangguan neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatologi).

Syok septik Sepsis dengan hipotensi (tekanan darah sistolik <65 mmHg pada bayi <7 hari dan <75 mmHg pada bayi 7-30 hari).

Sumber: Goldstein B, Giroir B, Randolph A.Pediatr Crit Care Med 2005; 6(1): 2-8

2.5. Patofisiologi

Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, korion, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun demikian kemungkinan kontaminasi kuman dapat timbul melalui berbagai jalan. Blanc (1961) membahaginya dalam 3 golongan, yaitu:

Pada masa antenatal atau sebelum lahir, pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus, masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma, triponema pallidum dan listeria.

(24)

pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion, akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi kuman melalui saluran pernafasan ataupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah lebih dari 18-24 jam. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kontak langsung pada kuman saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi seperti herpes genitalis, Candida albicans dan gonorea.

Pada masa pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi yang diperoleh (acquired infection) yaitu infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim misalnya melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik dan botol minuman. Bayi yang mendapat prosedur neonatal invasif seperti kateterisasi umbilikus, bayi dalam ventilator, kurang memperhatikan tindakan a/anti sepsis, rawat inap yang terlalu lama dan hunian terlalu padat juga mudah mendapat infeksi nosokomial ini.

Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat juga menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebahagian besar dapat dicegah. Hal ini penting karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi lahir di rumah sakit terkena infeksi dengan kuman-kuman yang sudah tahan terhadap banyak jenis antibiotika, sehingga menyulitkan pengobatannya.

(25)

Gambar 2.1: Mekanisme terjadinya gangguan klinis.

sumber: Zaenal A.Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum 2005.

2.5.1 Respons inflamasi

Sepsis terjadi akibat interaksi yang kompleks antara patogen dengan pejamu. Meskipun memiliki gejala klinis yang sama, proses molekular dan selular yang memicu respon sepsis berbeda tergantung dari mikroorganisme penyebab, sedangkan tahapannya sama dan tidak bergantung pada organisme penyebab.

(26)

dalam plasma yaitu lipoprotein binding protein (LPB). Selanjutnya kompleks LPS-LPB ini berikatan dengan CD14, yaitu reseptor pada membran makrofag. CD14 akan mempresentasikan LPS kepada Toll-like receptor 4 (TLR4) yaitu reseptor untuk transduksi sinyal sehingga terjadi aktivasi makrofag.

Bakteri gram positif dapat menimbulkan sepsis melalui dua mekanisme, yaitu dengan menghasilkan eksotoksin yang bekerja sebagai superantigen dan dengan melepaskan fragmen dinding sel yang merangsang sel imun. Superantigen mengaktifkan sejumlah besar sel T untuk menghasilkan sitokin proinflamasi dalam jumlah yang sangat banyak. Bakteri gram positif yang tidak mengeluarkan eksotoksin dapat menginduksi syok dengan merangsang respon imun non spesifik melalui mekanisme yang sama dengan bakteri gram negatif.

(27)

Gambar 2.2 : Patofisiologi kaskade sepsis

Sumber : Short MA.Adv Neonat Care 2004 ; 5:258-73

(28)

Aktivasi endotel akan meningkatkan jumlah reseptor trombin pada permukaan sel untuk melokalisasi koagulasi pada tempat yang mengalami cedera. Cedera pada endotel ini juga berkaitan dengan gangguan fibrinolisis. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor pada permukaan sel untuk sintesis dan ekspresi molekul antitrombik. Selain itu, inflamasi pada sel endotel akan menyebabkan vasodilatasi pada otot polos pembuluh darah.

2.6. Manisfestasi Klinis

Gambaran klinis pasien sepsis neonatus tidak spesifik. Gejala sepsis klasik yang ditemukan pada anak jarang ditemukan pada neonatus, namun keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dapat berakibat fatal bagi kehidupan bayi. Gejala klinis yang terlihat sangat berhubungan dengan karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya kuman.Janin yang terkena infeksi akan menderita takikardia, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai Apgar rendah. Setelah lahir, bayi tampak lemah dan tampak gambaran klinis sepsis seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia, tampak tidak sehat dan malas minum. Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat kelainan susunan saraf pusat (letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar high pitch cry, bayi menjadi iritabel dan dapat disertai kejang), kelainan kardiovaskular (hipotensi, takikardi, bradikardi, pucat, sianosis, dingin dan clummy skin). Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik (ikterus, splenomegali, petekie, dan pendarahan), kelainan gastrointestinal (distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare dan hepatomegali), ataupun gangguam respirasi (apnea, dispnea, takipnea, napas cuping hidung, merintih dan sianosis).

Selain itu, menurut Buku Pedoman Integrated Management of Childhood

Illnesses tahun 2000 mengemukakan bahwa kriteria klinis Sepsis Neonatorum Berat

(29)

ubun-ubun besar membonjol, bayi mengalami kejang, keluar pus dari telinga, kemerahan di sekitar umbilikus yang melebar ke kulit, suhu >37,7°C (atau akral teraba hangat) atau < 35,5°C (atau akral teraba dingin), letargi atau tidak sadar, penurunan aktivitas atau gerakan, tidak dapat minum,tidak dapat melekat pada payudara ibudan tidak mau menetek.

Bervariasinya gejala klinik ini merupakan penyebab sulitnya diagnosis pasti pada pasien. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan khusus lainnya perlu dilakukan.

2.7. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Berbagai penelitian dan pengalaman para ahli telah digunakan untuk menyusun kriteria sepsis neonatorum ini baik berdasarkan anamnesis (termasuk adanya faktor resiko ibu dan neonatus terhadap sepsis), gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Kriteria sepsis ini berbeda tergantung pada karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya kuman ini. Kriteria sepsis juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Bagi pemeriksaan penunjang dilakukan berbagai pemeriksaan termasuk pemeriksaan darah rutin untuk memeriksa hemoglobin (Hb), leuko sit, trombosit, laju endap darah (LED), Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase(SGOT), dan Serum

Glutamic Pyruvic Transaminase(SGPT). Analisa kultur urin dan cairan sebrospinal

(30)

2.8. Penatalaksanaan

Penanganan sepsis dilakukan secara suportif dan kausatif. Tindakan suportif antara lain ialah dilakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa, koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia, atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik, awasi adanya hiperbilirubinemia dan pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral. Tidakan kausatif dengan pemberian antibiotik sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan penicilin seperti ampicillin ditambah aminoglikosida seperti gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didapat hasil biakan dan uji sistematis, diberikan antibiotik yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi meningitis, antibiotik diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis.

2.9. Komplikasi

(31)

2.10. Prognosis

Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10-40 %. Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen etiologik, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan. Angka kematian pada bayi BBLR adalah 2 kali lebih besar. Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat, prognosis pasien baik; tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor resiko sepsis neonatorum terlewat, akan meningkatkan angka kematian. Pada meningitis terdapat sequele pada 15-30% kasus neonatus. Rasio kematian pada sepsis neonatorum 2–4 kali lebih tinggi pada bayi kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan. Rasio kematian pada sepsis awitan dini adalah 15 – 40% (pada infeksi SGB pada SAD adalah 2 – 30 %) dan pada sepsis awitan lambat adalah 10 – 20 % (pada infeksi SGB pada SAL kira – kira 2 %).

2.11. Faktor Resiko

(32)

Antara faktor resiko pada neonatal pula ialah prematuritas dan berat badan lahir rendah (<2500 gram). Umumnya imunitas bayi BBLR dan tidak cukup bulan lebih rendah daripada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. BBLR ini sangat mudah mengalami infeksi. Hal ini berhubungan dengan keadaan imunoglobulin yang masih rendah, aktivitas bakterisidal, neutrofil serta efek sitotoksik limfosit masih rendah. Resusitasi pada saat kelahiran, misalnya pada bayi yang mengalami fetal distress dan trauma pada proses persalinan. Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator, kateter, infus, pembedahan, akses vena sentral, kateter intratorakal. Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli), defek imun, atau asplenia. Bayi mengalami cacat bawaan. Bayi yang tidak diberi air susu ibu (ASI). Pemberian nutrisi secara parenteral pada bayi. Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lama. Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang overcrowded dan bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi daripada bayi berkulit putih.

Antara faktor resiko lain-lain ialahbeberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis neonatorum lebih sering terjadi pada bayi laki-laki daripada perempuan, pada bayi kulit hitam daripada kulit putih, pada bayi dengan status ekonomi rendah, dan sering terjadi akibat prosedur cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota keluarga pasien, serta buruknya kebersihan di Neonatal Intensive

Care Unit (NICU).

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Bayi lahir Neonatus BBLR

BBLR dengan sepsis

neonatorum

di dapat dari :

• Faktor ibu

• Faktor neonatal

• Faktor lain-lain

3.2 Definisi Operasional

(34)

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang didiagnosa oleh dokter atau ahli kebidanan yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500gram di RSUP H Adam Malik, Medan.

• Alat ukur : Rekam Medis

• Cara ukur : Meneliti rekam medis

• Skala ukur : Nominal

Sepsis Neonatorum adalah pasien yang telah didiagnosa oleh doktor atau ahli kebidanan mengalami sindroma klinis SIRS dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan di RSUP H Adam Malik, Medan.

• Alat ukur : Rekam Medis

• Cara ukur : Meneliti rekam medis

• Skala ukur : Nominal

Faktor resiko ibu adalah ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Infeksi dan demam (>38°C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B (SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau. Status paritas dan status sosial-ekonomi ibu.

• Alat ukur : Rekam Medis

• Cara ukur : Meneliti rekam medis

(35)

Faktor resiko neonatal adalah prematuritas dan berat badan lahir rendah (<2500 gram) Resusitasi pada saat kelahiran atau dilakukan prosedur invasif. Bayi dengan galaktosemia, defek imun, atau asplenia. Bayi mengalami cacat bawaan dan bayi yang tidak diberi air susu ibu (ASI).

• Alat ukur : Rekam Medis

• Cara ukur : Meneliti rekam medis

• Skala ukur : Nominal

Faktor resiko lain-lain adalah akibat prosedur cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota keluarga pasien, serta buruknya kebersihan di

Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

• Alat ukur : Rekam Medis

• Cara ukur : Meneliti rekam medis

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian desksiptif yang menilai pasien neonatus lahir BBLR yang menderita Sepsis Neonatorum. Pendekatan yang telah digunakan pada desain penelitian ini adalah studi retrospektif, di mana dilakukan pengambilan data medis dari Departemen Anak RSUP H. Adam Malik, Medan dari April 2008 hingga Maret 2010.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Anak serta bahagian rekam medis RSUP H. Adam Malik, Medan. Waktu dikumpul data adalah pada bulan Mei hingga September 2010. RSUP H. Adam Malik adalah merupakan rumah sakit utama dan terbesar di Medan, mempunyai fasilitas yang lengkap, dan mempunyai sistem penyimpanan rekam medis yang sistematis serta merupakan rujukan untuk Medan dan sekitarnya. Hal ini menjadi tujuan utama pemilihan tempat penelitian.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua pasien neonatus yang pernah dirawat di Departemen Anak RSUP H. Adam Malik yang lahir BBLR dan telah didiagnosa mengalami penyakit Sepsis Neonatorum. Jumlah populasi tersebut diambil daripada rekam medis yang terdapat pada Departement Anak RSUP H. Adam Malik dari April tahun 2008 hingga Maret 2010.

(37)

4.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah semua data penderita neonatus lahir BBLR yang didiagnosa mengalami Sepsis Neonatorum oleh dokter atau ahli kebidanan berdasarkan pemeriksaan gejala klinis saat lahir dan selepas lahir (72 jam).

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, diambil rekam medis kesemua pasien neonatus lahir BBLR yang telah didiagnosa mengalami penyakit Sepsis Neonatorum dan faktor resiko penyebabnya.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ini terletak di Kecamatan Medan Sunggal. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A dan juga rumah sakit rujukan wilayah pembangunan meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Penelitian ini dilaksanakan secara retrospektif dengan melihat rekam medis di Departemen Anak, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan.

5.2. Karakteristik individu

(39)

Tabel 5.1.

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

Kategori

APRIL 2008 – MARET 2009

BBLR BBLR+SEPSIS (%)

Lelaki 16 5 14.2

Perempuan 19 4 11.4

Total 35 9 26.6

Tabel 5.2

Kategori

APRIL 2009 – MARET 2010

BBLR BBLR+SEPSIS (%)

Lelaki 18 6 18.2

Perempuan 15 4 12.1

Total 33 10 30.3

5.3. Hasil Analisa Data

(40)

Tabel 5.3.

Distibusi sampel berdasarkan infeksi antenatal, intranatal dan pascanatal

Kategori n (%)

Antenatal N/A N/A

Intranatal N/A N/A

Pascanatal 7 37

Total 19 100

Hasil penelitian juga memaparkan distribusi neonatus yang dilahirkan BBLR berdasarkan umur ibu. Data ini disajikan dalam tabel 5.4 di bawah.

Tabel 5.4

Distribusi sampel berdasarkan umur ibu

Kategori (tahun) n (%)

<20 25 36.8

20-35 21 30.9

>35 22 32.3

(41)

Penelitian ini juga memaparkan distribusi neonatus yang dilahirkan BBLR berdasarkan tingkat paritas ibu. Data ini disajikan dalam tabel 5.5 di bawah.

Tabel 5.5

Distribusi sampel berdasarkan paritas ibu

Kategori n (%)

Multipara 45 66.2

Primipara 23 33.8

Total 68 100

Dari data yang diambil di catatkan juga faktor resiko terjadinya sepsis pada neonatus BBLR. Data ini disajikan dalam tabel 5.6 di bawah.

Tabel 5.6

Distribusi sampel berdasarkan faktor resiko

Faktor resiko n (%)

Ibu 9 48

Neonatal 5 26

Lain-lain 5 26

(42)

5.4 Pembahasan

5.4.1. Distribusi sampel berdasarkan jumlah neonatus.

(43)

5.4.2. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin.

Dari hasil penelitian ini, distribusi neonatus laki-laki dan perempuan BBLR yang mengalami sepsis adalah sebanyak 11 neonatus (58%) laki-laki manakala 8 neonatus (42%) adalah perempuan. Jumlah yang diperoleh ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata bersesuaian dengan meta analisis yang dikemukan oleh Kramer’s dalam penelitian mendoza (2000) yang menyatakan tiada perbedaan dalam distribusi kelamin dikalangan neonatus BBLR yang mengalami sepsis. Penelitian terdahulu oleh Mendoza (2000) di MCU-FDTMF hospital di Manila menyatakan bahawa ratio antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1 tetapi perbedaannya adalah tidak signifikan. Mendoza turut menyatakan jenis kelamin tidak menentukan secara nyata kerentanan neonatus terhadap infeksi. Oleh itu, berdasarkan penelitian ini dan sebelumnya dapat disimpulkan bahawa tiada perbedaan yang nyata antara jenis kelamin neonatus laki-laki maupun perempuan lahir BBLR yang mengalami sepsis.

5.4.3. Distribusi sampel berdasarkan infeksi antenatal, intranatal dan pascanatal.

(44)

5.4.4. Distribusi sampel berdasarkan paritas ibu.

Pada penelitian ini dibahagikan sampel BBLR berdasarkan paritas ibu yang terbahagi kepada 2 kelompok yaitu multipara dan primipara. Dari hasil penelitian didapati neonatus BBLR ini kebanyakkan dilahirkan oleh ibu yang multipara. Sebanyak 45 neonatus (66.2%) dari 68 kesemuanya yang BBLR dilahirkan oleh ibu yang multipara dan selebihnya 23 neonatus (33.8%) dilahirkan oleh ibu yang primipara. Menurut Astuti M. (2008), faktor yang menyebabkan tingginya kejadian BBLR di kalangan ibu yang multipara adalah kerana pada ibu yang multipara yang lebih dari 3x melahirkan anak kesehatannya mudah terganggu dan sering mengalami anemia pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu yang multipara ini dinding perut dan dinding rahim mereka sudah mengalami kekenduran. Ini menyebabkan rahim si ibu tidak dalam keadaan sedia untuk menerima kandungan. Jarak kelahiran turut berperan yaitu bila jarak kelahiran anak yang dikandung bukan anak pertama,status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu si ibu belum siap untuk kehamilan berikutnya (FKM UI, 2007). Menurut Sarwono (2007), paritas tinggi (> 3 anak) mempunyai angka kematian maternal, lebih tinggi dibanding dengan kematian maternal pada paritas rendah (≤ 3 anak). Pada paritas rendah, risiko kematian maternal dapat dicegah dengan asuhan obstetrik yang lebih baik. Sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.

5.4.5. Distribusi sampel berdasarkan umur ibu.

(45)

pertumbuhan linear (tinggi badan) pada umumnya baru selesai pada usia 16-18 tahun dan dilanjutkan dengan pematangan pertumbuhan rongga panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linear selesai yaitu pada usia 20 tahun. Akibat terhadap dirinya (hamil pada usia kurang dari 20 tahun) meliputi komplikasi persalinan dan gangguan penyelesaian pertumbuhan optimal karena masukan gizi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang masih tumbuh. (FKM UI, 2007). Ibu yang hamil pertama pada usia lebih dari 35 tahun mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungannya juga sudah menua, jalan lahir juga bertambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, berat badan lahir rendah, terjadi persalinan macet dan perdarahan (Poedji Rochyati, 2003). Persentase kelahiran neonatus yang BBLR pada usia reproduksi yaitu 20-35 tahun adalah disebabkan faktor sosioekonomi ibu dan pendidikan ibu yang rendah menyebabkan kurangnya penjagaan kesehatan diri ibu. Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

5.4.6. Distribusi sampel berdasarkan faktor resiko

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Prevalensi neonatus dengan BBLR yag mengalami Sepsis Neonatorum di RSUP H. Adam Malik, Medan pada April 2008 hingga Maret 2009 adalah seramai 9 neonatus (26%) daripada 35 neonatus manakala pada April 2009 hingga Maret 2010 seramai 10 orang (30.3%) daripada 33 neonatus.

6.2 Saran

1. Antara saran bagi penelitian selanjutnya adalah:

a) Mengkaji faktor-faktor lain yang menjadi hubungan kepada terjadinya penyakit Sepsis Neonatorum seperti gaya hidup ibu yang tidak sihat, faktor sosioekonomi dan faktor kelahiran di rumah sakit atau di luar rumah sakit.

b) Melakukan waktu penelitian yang lebih lama dan penelitian seterusnya dilakukan secara potong lintang untuk menentukan saat infeksi neonatus sama ada antenatal, intranatal atau pascanatal.

2. Ibu hamil perlu lebih prihatin terhadap pengambilan gizi yang seimbang dan tahap status kesehatan yang baik baik. Ibu hamil juga dinasihatkan tidak merokok semasa kehamilan kerana ini boleh menjejaskan tumbuh kembang janin dan bayi tersebut serta menyebabkan janin atau bayi mudah tekena infeksi.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah A, Rohsiswatmo R, Amir I, Situmeang E, Suradi R, 2002: Etiology of Early

and Late Sepsis in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (Preliminary Report).

Abstract 12th National Congress of Child Health and 11th Asean Pediatric Federetion Conference, Bali, h. 125.

Astuti M., 2007. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang. Dalam : Apriyanti 2010. Hubungan Antara Pendidikan dan Paritas Ibu

Bersalin dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. Akademi

Pelayanan Budi Mulia, Palembang.

Abhay T. B., 2008. Why do Neonates Die in Gadchiroli, India. In : Journal of Perinatology 2005: P 35-43

Behrman RE, Kliegman RM, and Jenson HB, 2004. Nelson Textbook of Pediatrics . 17th ed. Philadelphia, PA: Saunders. P 327

Benitz WE, Gould JB, Druzin ML. 1999. Antimicrobial Prevention of Early-onset Group B Streptococcal Sepsis: Estimates of Risk Reduction Based on a Critical Literature Review. Pediatrics,103: 78

Bellig, L. 2004. Neonatal sepsis. Emedicine. Available from:

Carcillo JA . 2004. New developments in the management of newborn sepsis, shock

and multiple organ failure. Ital J Pediatr 30: 383-392

(48)

Departemen Gizi dan Kesehatan FKM UI. 2007.

Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Goldstein B, Giroir B, Randolph A. 2005. Members of the International Consensus

Conference on Neonatal Sepsis. Definitions for Sepsis and Organ Dysfunction in Pediatrics. Pediatr Crit Care Med, 6(1): 2-8

Hanifa W., Abdul B.S., Trijatmo R., 2007. Ilmu Kebidanan: Edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Hendarto A, Prawitasari T. 2005. Dukungan Nutrisi pada Sepsis Neonatorum. In:

Update in Neonatal Infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM. 111-6.

Mendoza U.A.,2000. Sepsis Neonatorum at Manila Central University Filemon D, Tanchoco Med Foundation (MCU-FDTMF) Calacoon City, Manila.

Masalah BBLR di Indonesia, 2009. Available from :

[Accessed 6 November 2010]

Monintja HE. 1997. Infeksi Sistemik pada Neonatus. In: Yu VY, Monintja HE,

Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 217-30.

(49)

Pustaka,Yogyakarta.

Neonatology on the Web. Neonatal Infections. Available from:

2010 ]

Neonatal infections. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy website. Available

from

April 2010]

Neonatal Sepsis. Parental Avisory Council: Leadership, Advocacy, and Consultation.

Available.fro

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Sarwono, P. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonotal. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Simiyu D.E.,2004. Morbidity and Mortality of Low Birth Weight Infants in the New

Born Unit in Kenyatta National Hospital. In: East African Medical Journal Vol

81 No 7. Faculty of Medicine, University of Nairobi, Kenya.

Rochyati, Poedji. 2003.

Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : Universitas Airlanggar.

(50)

Available from: [Accessed 20 April 2010]

Spector SA, Ticknor W, Grossman M. 1981. Study of The Usefulness of Clinical and

Hematologic Findings in The Diagnosis of Neonatal Bacterial Infections. Clin

Pediatr 95: 803-6.

Sopiyudin, D., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Sagung Seto, Jakarta.

Vietha. 2008. Askep pada Sepsis Neonatorum. Available from:

[Accessed 16 March 2010]

WHO, Departement of Child and Adolescent Health and Development. Available

from:

[accessed 4 April 2010]

Wibowo S.,2007. Perbandingan kadar bilirubin neonatus dengan dan tanpa defisiensi

glucose-6-phosphate dehydrogenase, infeksi dan tidak infeksi. Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang: 43-46

(51)

LAMPIRAN DATA INDUK

Distribusi neonatus dengan BBLR yang mengalami sepsis neonatorum di

RSUP H Adam Malik dari bulan April 2008 hingga Maret 2010

kelamin Usiaibu paritas sepsis infeksi Resiko

(52)
(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohamad Hafyfy bin Mhd Alias

Tempat / Tanggal Lahir : 27 Januari 1988 / Kuala Lumpur, Malaysia.

Agama : Islam

Alamat : No 83, Jalan Bunga Kekwa 2/12, 40000 Shah Alam, Selangor .

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Raja Muda

2. Sekolah Menengah Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah

3. Sekolah Menengah Sains Seremban

4. Allianze College of Medical Science, Pulau Pinang

5. Universitas Sumatera Utara, Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU, Medan

2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2007.

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se-Indonesia (PKPMI).

Gambar

Tabel 2.1: Perjalanan penyakit infeksi pada neonatus.
Tabel 2.2: Kriteria SIRS
Tabel 2.3: Kriteria infeksi, sepsis, sepsis berat, syok septik
Gambar 2.1: Mekanisme terjadinya gangguan klinis.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan tampilan bahan kimia terdapat pada gambar III.16 berikut, yang merupakan form yang disediakan untuk admin dalam menambahkan bahan kimia pada apikasi, yaitu :.

[r]

Pasien yang pengobatannya terlambat atau tidak diberikan antivirus (pada encephalitis Herpes Simpleks) angka kematiannya tinggi bisa mencapai 70-80%. Pengobatan dini

Penentuan formula optimum masker clay ekstrak kental labu kuning (Cucurbita moschata) diperoleh dengan menggunakan design-expert yang menghasilkan formula optimum

sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang makna serta esensi pokok persoalan yang baru saja dibicarakan; (2) mengonsolidasikan perhatian

Sesuai dengan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (“Perseroan”) pada tanggal 22 Mei 2017 dan sebagaimana

Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa diharapkan dapat memahami manajemen operasi dan produksi yang meliputi teori dan konsep dasar antara lain pajak penghasilan, asuransi

Menetapkan untuk seluruh anggota Dewan Komisaris Perseroan, pemberian honorarium maksimum sebesar Rp2.700.000.000,- gross dalam 1 (satu) tahun, mulai berlaku