• Tidak ada hasil yang ditemukan

d pkn 0809534 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d pkn 0809534 chapter1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1. Peradaban HKI

Penghormatan dan penghargaan terhadap hak kekayaan intelektual (intellectual property right) merupakan salah satu ciri masyarakat yang maju dan berkeadaban. Cita masyarakat ideal (civic ideal) mengharapkan agar setiap warga negara (citizen) saling menghormati dan menghargai hak (right) sesama warga negara. Dalam suatu civic ideal tidak dibenarkan ada ruang terhadap segala bentuk pelanggaran terhadap hak kekayaan intelektual (HKI) karena hal tersebut dapat menghambat upaya pembentukan masyarakat yang adil dan beradab (civil

society). Oleh karenanya, segala bentuk kreativitas intelektual perlu mendapat

penghormatan dan penghargaan baik secara moral maupun ekonomi.

(2)

Memperbincangkan masalah HKI bukan hanya masalah perlindungan hukum semata. HKI juga erat kaitannya dengan alih teknologi, pembangunan ekonomi, dan martabat bangsa. The Washington Post edisi 28 April 2001 melaporkan bahwa “. . . if there is one lesson in the past half century of economic

development, it is that natural resources do not power economies, human

resources do”. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa dalam pertumbuhan

ekonomi, Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan lebih penting daripada Sumber Daya Alam (SDA).

Para ahli ekonomi selama bertahun-tahun juga telah mencoba memberikan penjelasan mengenai adanya sebagian perekonomian yang dapat dan tidak berkembang pesat. Secara umum disepakati bahwa HKI memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Akumulasi ilmu pengetahuan merupakan kekuatan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Bagi negara yang ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya, maka kebijakan-kebijakan ekonomi yang dibuat haruslah mendorong investasi di bidang penelitian, pengembangan dan mensubsidi program untuk pengembangan sumber daya manusia (Idris, 2004: 12).

Seorang ahli ekonomi modern, Tapscott (1998: 35) pernah mengatakan bahwa “…the new economy is a knowledge economy and the key assets of every

firm become intellectual assets …” (Ekonomi baru adalah suatu ekonomi

(3)

(WIPO) dinyatakan pula bahwa HKI dapat memperkaya kehidupan seseorang dan masa depan suatu bangsa secara materiil, budaya, dan sosial.

HKI merupakan kekuatan dari kreativitas dan inovasi yang diterapkan melalui ekspresi artistik. Dalam hal ini, HKI merupakan sumber daya potensial intelektualitas seseorang yang tidak terbatas dan dapat diperoleh oleh semua orang. HKI merupakan suatu kekuatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan martabat seseorang dan masa depan suatu bangsa, secara materiil, budaya dan sosial.

Peranan HKI dalam pembangunan ekonomi tidak dapat diragukan lagi, karena berdasarkan data, negara-negara yang memiliki modal aset nonfisik (modal intelektual) atau modal yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi menyumbangkan kekayaan yang jauh melebihi kekayaan yang berbasis fisik atau sumber daya alam (SDA). Sebagai contoh negara-negara besar seperti Amerika Serikat pada tahun 1980 memiliki aset pendapatan dari modal intelektual yang berbasis pengetahuan sebesar 36,5 % dari GNP (Gross National Product), begitu juga dengan Jepang, Korea, dan Singapura. Mereka lebih maju dari Indonesia yang kaya akan SDA (Junus, 2003: 3).

Secara umum ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem HKI yang baik, yaitu (Junus, 2003: 17; Priharniwati, 2004: 32):

1. Memberikan perlindungan hukum sebagai insentif bagi pencipta inventor dan desainer dengan memberikan hak khusus untuk mengkomersialkan hasil dari kreativitasnya.

2. Menciptakan iklim yang kondusif bagi investor.

3. Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan penemuan baru di berbagai bidang teknologi.

(4)

5. Peningkatan dan perlindungan HKI akan mempercepat pertumbuhan industri, menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kualitas hidup manusia yang memberikan kebutuhan masyarakat secara luas.

6. Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku/etnik dan budaya serta kekayaan di bidang seni, sastra dan budaya serta ilmu pengetahuan dengan pengembangannya memerlukan perlindungan HKI yang lahir dari keanekaragaman tersebut.

7. Memberikan perlindungan hukum dan sekaligus sebagai pendorong kreativitas bagi masyarakat.

8. Mengangkat harkat dan martabat manusia dan masyarakat Indonesia.

9. Meningkatkan produktivitas, mutu, dan daya saing produk ekonomi Indonesia. 10. Meningkatkan posisi perdagangan dan investasi.

11. Mengembangkan teknologi.

12. Mendorong perusahaan untuk bersaing secara internasional. 13. Membantu komersialisasi dari suatu invensi (temuan). 14. Mengembangkan sosial budaya.

15. Menjaga reputasi internasional untuk kepentingan ekspor.

2. Permasalahan Penegakan Hukum HKI

Sejauh ini penegakan hukum HKI lebih banyak dilakukan secara represif dengan melakukan razia, sweeping, penggrebekan, penyitaan, dan menghukum orang yang melakukan pelanggaran HKI. Cara ini terbukti tidak efektif karena faktanya tingkat pelanggaran HKI terus meningkat dari tahun ke tahun. Adapun upaya-upaya pre-emtif dan preventif yang telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang signifikan.

(5)

pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat, khususnya bidang HKI (Riswandi & Syamsudin, 2005: 38).

Sebenarnya Indonesia telah mengatur perlindungan hukum terhadap HKI dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Undang-Undang HKI juga telah memberikan sanksi pidana maupun perdata terhadap segala bentuk pelanggaran. Pada kenyataannya, berbagai peraturan tersebut belum efektif untuk memberikan perlindungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penghormatan dan penghargaan terhadap HKI. Buktinya, pelanggaran HKI masih tinggi, dilakukan secara terang-terangan, dan kerugian yang ditimbulkannya juga semakin meningkat.

Dengan banyaknya hasil karya yang dibajak dan besarnya kerugian yang telah diderita baik oleh pencipta, industri (pengusaha) maupun pemerintah, maka ada sesuatu yang tidak berjalan dalam sistem penegakan hukum HKI. Sistem HKI merupakan kombinasi peran antara penemu/pencipta (inventor), pengusaha (industri) dan penegak hukum. Tidak integralnya pemahaman yang ada di dalam masyarakat, menyebabkan tersendatnya sistem HKI dan menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Tidak bekerjanya sistem hukum (pengaturan) mengenai HKI diakibatkan kompleksnya permasalahan yang ada dalam masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran HKI tidak mungkin diciptakan hanya melalui pendekatan represif semata.

3. Peran Pendidikan Kewarganegaraan

(6)

masyarakat. Oleh karenanya diperlukan pendekatan lain berupa pendekatan pendidikan. Penelitian ini mengkaji pendekatan pre-emtif dan preventif khususnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk memberikan penguatan penegakan hukum HKI.

Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan pendidikan yang mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Secara konseptual-epistemologis, PKn memiliki misi menumbuhkan potensi individu agar memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai warga negara yang berwatak dan berperadaban baik (Winataputra, 2001: 131).

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu wujud dari pendidikan karakter yang mengajarkan etika personal dan nilai-nilai kebajikan (Best, 1960; Winataputra, 2001: 131). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sebuah proses untuk membentuk karakter individu menjadi warga negara yang baik dan cerdas atau smart and good citizen (Cogan and Derricot, 1998: 2). Pendidikan Kewarganegaraan dapat dijadikan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa (nation character building) (Sapriya, 2005: 4). Dalam konteks ini PKn sangat relevan digunakan sebagai wahana peningkatan kesadaran HKI masyarakat guna memperkuat penegakan hukum HKI.

(7)

rangka memberikan penguatan terhadap penegakan hukum HKI. Penelitian ini sejalan dan relevan dengan roadmap penelitian Program Studi PKn Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yaitu tentang pentingnya kesadaran hukum bagi warga negara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengkaji permasalahan tentang bagaimana peran PKn dalam penguatan penegakan hukum HKI di Indonesia. Untuk menjawab permasalahan ini, maka disusunlah submasalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas penegakan hukum HKI selama ini?

2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam penegakan hukum HKI?

3. Upaya-upaya apa yang perlu ditempuh untuk mengatasi kendala penegakan hukum HKI menurut teori/kajian penegakan hukum?

4. Bagaimana program PKn yang diterapkan oleh Timnas HKI untuk memperkuat penegakan hukum HKI?

5. Kelemahan-kelemahan apa yang ada pada program PKn yang diterapkan Timnas HKI?

6. Upaya-upaya apa yang perlu ditempuh untuk mengatasi kelemahan PKn yang diterapkan Timnas HKI menurut teori/kajian PKn?

(8)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan konsep PKn untuk memperkuat penegakan hukum HKI dengan cara sebagai berikut:

1. Mengetahui efektivitas penegakan hukum HKI selama ini. 2. Mengidentifikasi kendala-kendala penegakan hukum HKI.

3. Merumuskan upaya-upaya untuk mengatasi kendala penegakan hukum HKI menurut teori/kajian penegakan hukum.

4. Mengetahui program PKn yang diterapkan Timnas HKI untuk memperkuat penegakan hukum HKI.

5. Mengalisis kelemahan-kelemahan program PKn dari Timnas HKI.

6. Merumuskan upaya-upaya untuk mengatasi kelemahan program PKn dari Timnas HKI menurut teori/kajian PKn.

7. Merumuskan konsep PKn untuk memperkuat penegakan hukum HKI.

(9)

Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif solusi terhadap rendahnya kesadaran HKI masyarakat. Penelitian ini akan menghasilkan konsep PKn sebagai wahana pendidikan kesadaran HKI yang dapat memperkaya literatur pendidikan. Di samping itu, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi para stakeholders dalam membuat kebijakan tentang penegakan hukum HKI.

D. Penjelasan Istilah

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah utama. Untuk menghindari ambiguitas tafsir, maka istilah-istilah di bawah ini perlu diberi penjelasan sebagai berikut:

1. Penegakan Hukum

Penelitian ini bertitik tolak dari pengertian penegakan hukum secara luas. Artinya, penegakan hukum HKI tidak sebatas upaya represif seperti razia, penangkapan, penggrebekan dan sejenisnya, akan tetapi juga termasuk berbagai upaya pre-emtif berwujud pendidikan maupun preventif berwujud sosialisasi peraturan (Friedman, 1990: 47; Soekanto, 1993: 5; Asshiddiqie, 2008: 4; Rahardjo, 2009:12).

2. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

(10)

Intelektual” (DJHKI) maka istilah yang dipakai dalam penelitian ini adalah Hak Kekayaan Intelektual yang disingkat HKI.

3. Studi Kritis

Penelitian ini membahas secara kritis (studi kritis) terhadap peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam penguatan penegakan hukum HKI. Maksud istilah ”studi kritis” adalah suatu analisis pembahasan yang dilakukan dengan berdasarkan berbagai teori sebagai ’pisau’ analisis. Inti dari studi kritis adalah mengevaluasi (evaluate) peran PKn berdasar teori/kajian yang telah ada.

4. Peran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah ”Peran” berarti perangkat tingkah yang ‘diharapkan’ dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan “Peranan” adalah ‘bagian’ dari tugas utama yang harus dilaksanakan (http://pusatbahasa.diknas.go.id). Penelitian ini mengkaji peran PKn dalam memperkuat penegakan hukum HKI. Pemilihan istilah ”Peran” dikarenakan mempunyai makna yang lebih luas dibanding ”Peranan”.

5. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Istilah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan terjemahan dari dua istilah yaitu: Civic Education (PKn persekolahan) dan Citizenship Education (PKn non persekolahan). Penelitian ini menggunakan istilah PKn sebagai terjemahan dari Citizenship Education. Menurut John J Cogan (2008: 1),

(11)

kewajiban warga negara dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam konteks ini, organ negara yang dimaksud adalah organ negara dalam arti luas (Kelsen, 1961), yaitu Timnas HKI.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 bab dengan mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan Keputusan Rektor No.3104/H40/DT/2010, sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka merupakan state of the art dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Fungsi lain dari kajian pustaka adalah sebagai landasan teoretis dalam analisis temuan.

BAB III: METODE PENELITIAN

(12)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kualitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan pada Bab 3.

BAB V: KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Referensi

Dokumen terkait

pada individu normal, walaupun pengenalan antigen sendiri oleh klon limfosit tidak terjadi, suatu respon autoimun yang merugikan tetap diawasi oleh mekanisme kontrol yang aktif

Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah: menentukan lintasan terpendek evakuasi tsunami di kota Padang dari zona merah menuju zona hijau dengan

Penyesuaian diri Orang tua dan orang tua dan murid Desa Saga, Balaraja Tanggerang dalam pembelajaran online dengan penggunaan media digital pada proses

Oleh karena itu keamanan privasi menjadi pertimbangan dalam transaksi online dan diharapkan kepada perusahaan untuk memperhatikan hal ini dengan baik sehingga

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Keterampilan (X₂) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi

(2007) meneliti hubungan antara kepuasan kerja dan stres kerja yang berkaitan dengan pekerjaan dan retention to leave staf audit dalam perusahaan akuntan publik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) kontribusi pemanfaatan perpustakaaan terhadap hasil belajar auditing,2) kontribusi intensitas belajar terhadap

Dukungan Kepada Produsen ( Producer Support Estimate, PSE ), yaitu nilai moneter tahunan tentang transfer kotor (gross transfers) dari pembayar pajak (melalui