• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbup No. 03 Tahun 2013 ttg Pendistribusian BBM bersubsidi tgl 26 Feb 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbup No. 03 Tahun 2013 ttg Pendistribusian BBM bersubsidi tgl 26 Feb 2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BULUNGAN

PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 03 TAHUN 2013

TENTANG

PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PREMIUM DAN SOLAR BERSUBSIDI DI TINGKAT KIOS BBM BERSUBSIDI

DI KABUPATEN BULUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah telah menetapkan Standar Harga Jual Bensin Premium dan Minyak Solar Bersubsidi untuk keperluan rumah tangga, usaha kecil, usaha perikanan, transportasi dan pelayanan umum;

b. bahwa penyaluran BBM bersubsidi perlu ditertibkan dan dilakukan

pengawasan agar penyaluran BBM bersubsidi bermanfaat bagi masyarakat sesuai dengan peruntukannya;

c. bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur telah

membuat kesepakatan bersama dengan BPH Migas dan PT. Pertamina (Persero) tentang Pemberian Ijin Pengecer Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kalimantan Timur khususnya untuk Daerah Remot dengan Nomor Surat : 541/1548/II-Migas tanggal 10 Desember 2010 di Samarinda;

d. bahwa Pemerintah Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan

Daerah (FKPD) Kabupaten Bulungan menyetujui rencana

Pemerintah Daerah untuk mengatur Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi di Daerah Remot dalam Peraturan Bupati Bulungan sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat Pemerintah Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kabupaten Bulungan Nomor 541/190/Ek.Proda/II/ 2012 tanggal 22 November 2012;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Jenis Premium dan Minyak Solar Bersubsidi Di Tingkat Kios BBM Bersubsidi Di Kabupaten Bulungan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1959);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara republic Indonesia Nomor 5049);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan

Provinsi Kalimantan Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5362);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan

Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4996);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan

Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2005 tentang Penyediaan Dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu;

13. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual

Eceran Dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 41);

(3)

15. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 1 Tahun 2008 tentang

Penerbitan Lembaran Daerah dan Berita Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 1);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 2 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 2);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PREMIUM DAN SOLAR BERSUBSIDI DI TINGKAT KIOS BBM BERSUBSIDI DI KABUPATEN BULUNGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

2. Daerah remot adalah daerah yang keberadaannya jauh dari titik

serah (APMS, SPBU dan SPBB) dengan melihat aspek

keekonomian dan aspek geografis.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Bulungan.

5. PT. Pertamina (Persero) adalah badan usaha yang ditunjuk oleh

pemerintah, mempunyai wewenang pengelolaan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan dalam negeri.

6. Camat adalah Camat setempat di Kabupaten Bulungan.

7. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Instansi terkait adalah instansi baik vertikal maupun SKPD terkait

dalam penanganan penyaluran Bahan Bakar Minyak.

9. Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disingkat BBM adalah

bahan bakar yang terdiri dari Premium dan Minyak Solar.

10.Penyaluran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha yang

memiliki ijin untuk menyalurkan BBM kepada masyarakat.

11.Pengusaha adalah setiap orang pribadi dan atau badan yang

(4)

12. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha termasuk perusahaan asing yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Kabupaten Bulungan untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.

13. Agen Premium dan Minyak Solar selanjutnya disebut APMS adalah pelaku usaha

yang menyalurkan premium dan minyak solar dari Depot langsung kepada konsumen dengan alokasi yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina (Persero).

14. Stasiun Pengisisan Bahan Bakar Umum yang selanjutnya disebut SPBU adalah

pelaku usaha yang menyalurkan premium dan minyak solar dari Depot langsung kepada konsumen (di darat) dengan alokasi yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina (Persero).

15. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker yang selanjutnya disebut SPBB adalah

pelaku usaha yang menyalurkan premium dan minyak solar dari Depot langsung kepada konsumen tertentu (diperairan) dengan alokasi yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina (Persero).

16. Kios BBM Bersubsidi adalah pelaku usaha yang melakukan penjualan BBM

bersubsidi langsung kepada konsumen secara eceran yang direkomendasikan oleh Rukun Tetangga (RT), Pemerintah Desa (Pemdes) dan Kecamatan setempat sebagai perpanjangan tangan dari Titik-Titik Serah BBM PT. Pertamina (Persero) guna memudahkan pelayanan dan memenuhi kebutuhan BBM di Daerah Remot.

17. Konsumen adalah pemakai langsung BBM untuk keperluan sendiri dan tidak

untuk dijual kembali.

18. Tim Koordinasi, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pendistribusian BBM

Bersubsidi dan Non Subsidi di Kabupaten Bulungan selanjutnya disingkat Tim Koordinasi adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati untuk melaksanakan tugas pengkoordinasian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian pendistribusian BBM Bersubsidi dan Non Subsidi di Kabupaten Bulungan.

BAB II

PERUNTUKAN BBM BERSUBSIDI Pasal 2

(1) BBM bersubsidi diperuntukkan bagi keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil,

Usaha Perikanan, Transportasi, dan Pelayanan Umum.

(2) BBM bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi

perusahaan industri, kendaraan transportasi komoditi dan ekspor.

BAB III

PENYALURAN BBM BERSUBSIDI Pasal 3

(1) Pemerintah Daerah menunjuk titik serah kepada APMS, SPBU, dan SPBB

sebagai penyalur BBM ke Kios-kios BBM Bersubsidi yang mendapatkan rekomendasi dari Pemerintah Daerah untuk melakukan kegiatannya di lokasi/daerah tertentu yang telah ditetapkan untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat.

(2) Penyaluran BBM Bersubsidi ke Kios-kios BBM Bersubsidi pada lokasi/daerah

tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang memperoleh rekomendasi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bulungan.

(5)

(4) Jumlah Kios BBM Bersubsidi ditetapkan dengan memperhatikan jumlah penduduk, jarak dan kondisi daerah setempat.

(5) Harga Jual BBM Bersubsidi di APMS, SPBU dan SPBB harus sesuai dengan

Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

(6) Harga jual BBM Bersubsidi di Kios BBM Bersubsidi sesuai dengan Harga Eceran

Nyata (HEN) yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 4

Alokasi atau jatah BBM Bersubsidi di APMS, SPBU dan SPBB telah ditetapkan oleh PT. Pertamina (Persero). dan hanya boleh menjual dengan harga yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5).

BAB IV

JARAK KIOS BBM BERSUBSIDI DENGAN TITIK-TITIK SERAH PT. PERTAMINA (PERSERO)

Pasal 5

(1) Jarak Kios BBM Bersubsidi yang dapat diberikan ijin berdasarkan rekomendasi

dari Rukun Tetangga (RT), Pemerintah Desa (Pemdes) dan Camat Setempat yang kemudian akan ditetapkan oleh Tim Koordinasi dengan mengacu pada aspek kebutuhan, kondisi wilayah, dan letak geografis suatu wilayah.

(2) Apabila PT. Pertamina (Persero) akan membangun lagi titik serah (APMS, SPBU

dan SPBB) baru, maka Kios BBM Bersubsidi yang telah ada di dekat titik serah baru tersebut agar dievaluasi kembali dengan mempertimbangkan efektif tidaknya proses pendistribusian.

(3) Jarak antara Kios BBM Bersubsidi dengan Kios BBM Bersubsidi yang lainnya

dalam satu kecamatan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan dengan mengacu pada tahapan evaluasi asas manfaat, keekonomian dan keefektifan pendistribusian kepada konsumen.

BAB V

KETENTUAN PERIJINAN KIOS BBM BERSUBSIDI Pasal 6

(1) Kios BBM dalam melakukan kegiatan usahanya wajib memiliki ijin sesuai

persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bupati.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. Ijin Gangguan Tetangga HO;

b. Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

c. Rekomendasi dari Rukun Tetangga (RT), Lurah/Kepala Desa dan Camat

setempat;

d. Rekomendasi Tim Koordinasi tentang Kelayakan Tempat Penyimpanan dan

Pendistribusian BBM;

e. Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (SPPL);

f. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU);

g. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); dan

(6)

(3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pengelola Kios BBM Bersubsidi diharuskan menyediakan lokasi usahanya dengan memperhatikan faktor keamanan dan lingkungan tempat usahanya.

BAB VI

KEWAJIBAN PENGELOLA KIOS BBM BERSUBSIDI Pasal 7

(1) BBM bersubsidi jenis Premium dan Minyak Solar wajib dijual di Kios BBM

Bersubsidi sesuai harga yang telah di tentukan.

(2) Untuk melayani kendaraan dinas di daerah remot baik roda 2 (dua) maupun roda

4 (empat) ke atas yang menggunakan BBM jenis Premium, maka Kios BBM Bersubsidi yang ada di daerah tersebut akan diberikan alokasi BBM jenis Pertamax dengan jumlah alokasi disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal 8 Kewajiban Pengelola Kios BBM Bersubsidi adalah :

a. Menjaga jatah/alokasi BBM agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen selama 1

(satu) bulan di setiap bulannya;

b.Membuat laporan penyaluran BBM (Premium dan Minyak Solar) setiap bulannya

kepada Pihak Pengelola APMS, SPBU atau SPBB dan ditembuskan kepada Bupati Cq. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bulungan, Disperindagkop Kabupaten Bulungan, Bagian Ekonomi Setda Kab Bulungan dan Camat Setempat;

c. Membuat Surat Ijin Usaha (SIU) BBM Bersubsidi dan memperpanjang Surat Ijin

Usaha (SIU) BBM Bersubsdinya setiap 6 (enam) bulan kepada Bupati Cq. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bulungan;

d.Membuat dan memasang papan nama dan harga BBM (Premium dan Minyak

Solar) yang dijual sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan;

e. Menjaga stabilitas pendistribusian BBM bersubsidi dengan tidak menjual BBM

bersubsidi secara sekaligus ke konsumen dan tidak menjual alokasi BBM bersubsidinya kepada pelaku industri; dan

f. Melakukan pengawasan langsung pendistribusian alokasi BBM bersubsidinya

kepada konsumen.

BAB VII LARANGAN

Pasal 9

(1) Pengelola Kios BBM Bersubsidi dilarang :

a. Mengangkut dan/atau memperdagangkan jatah/alokasi BBM bersubsidi

yang ada ke luar negeri;

b. Menjual BBM kepada kendaraan roda 4 (empat) yang menggunakan plat

nomor kendaraan dinas, kecuali daerah-daerah tertentu yang

direkomendasikan oleh Pemerintah Daerah;

c. Menjual BBM diatas harga yang telah ditetapkan;

d. Menjual BBM kepada kendaraan lintas kabupaten / kota;

e. Menjual BBM kepada konsumen yang melakukan pengisian tangkinya

(7)

f. Menjual BBM nya kepada konsumen yang tergolong dalam kegiatan industri, kendaraan angkut komoditi industri dan ekspor, perusahaan kayu, perusahaan tambang, perusahaan perkebunan, kontraktor dan/atau sejenisnya;

g. Mengalihkan alokasinya kepada Kios BBM Bersubsidi lainnya;

h. Menjual jatah/alokasi BBM per drum langsung ke konsumen;

i. Mengalihkan jatah/alokasi BBM nya ke kabupaten/kota lainnya tanpa

persetujuan dari Pemerintah Daerah;

(2) Kios BBM Bersubsidi yang menjual harga BBM (Premium dan Minyak Solar)

tidak sesuai dengan harga yang telah ditetapkan, maka ijinya dicabut.

BAB VIII

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 10

(1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan

Bupati ini dilaksanakan oleh Bupati.

(2) Untuk kelancaran pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati membentuk Tim dengan Keputusan Bupati.

(3) Tim sebagiamana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :

1. Bupati Bulungan;

2. Wakil Bupati Bulungan;

3. Ketua DPRD Kabupaten Bulungan;

4. Sekretaris Daerah Kabupaten Bulungan;

5. Kejaksaan Negeri Tanjung Selor;

6. Brigif 024 Bulungan Cakti;

7. Polres Bulungan;

8. Kodim 0903 Bulungan;

9. Pengadilan Negeri Tanjung Selor;

10. Polsek Setempat;

11. Koramil Setempat;

12. Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik;

13. Asisten Bidang Pemerintahan Setda Bulungan;

14. Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat

Setda Kabupaten Bulungan;

15. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bulungan;

16. Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Bulungan,

17. Dinas Perhubungan Kabupaten Bulungan;

18. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bulungan;

19. Inspektorat Kabupaten Bulungan;

20. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Bulungan;

21. Kantor Kesbangpol Kabupaten Bulungan;

22. Kantor Satpol PP dan Linmas Kabupaten Bulungan;

23. Bagian Ekonomi Setda Kab Bulungan;

24. Bagian Hukum Setda Kab. Bulungan;

25. Bagian Humas dan Protokol Setda Kab. Bulungan. dan

26. Camat Se Kabupaten Bulungan.

(4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan pengawasan terhadap

(8)

(5) Pembiayaan terhadap pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian oleh Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bulungan.

BAB IX PENUTUP

Pasal 11

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulungan.

Ditetapkan di Tanjung Selor pada tanggal 28 Februari 2013

BUPATI BULUNGAN, ttd.

BUDIMAN ARIFIN Ditetapkan di Tanjung Selor

pada tanggal 28 Februari 2013

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUNGAN, ttd.

SUDJATI

BERITA DAERAH KABUPATEN BULUNGAN TAHUN 2013 NOMOR 03. Salinan Sesuai dengan Aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM,

Hj. INDRIYATI, SH, M.Si

(9)

NO. N A M A JABATAN PARAF

1. DR. Drs.Liet Ingai, M.Si Wakil Bupati

2. H. Sudjati, SH Sekretaris Daerah

3. Drs. H. Sugiono, M.Si Asisten II

4. M. Ali P. Khar Kepala Distamben

5. Hj. Indriyati ,SH, M.Si Kabag. Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa dari semua pola latihan otot bisep tersebut, pelatihan angkat beban 2 kg 8 repetisi dalam 4 set dan 7

Pupuk Kalimantan Timur, sebagai produsen pupuk, dalam rangka menghadapi kondisi pasar urea granul untuk Asia Pasifik yang masih terbuka sehingga dapat meningkatkan

Dalam Hidayat (2005: 14) menyatakan bila anak akan melaksanakan suatu demonstrasi perlu memperhatikan prosedur sebagai berikut: 1) Perlu dijelaskan kepada anak

Zat cair yang keluar melalui 5 impeller ditampung oleh saluran berbentuk volut (spiral) dikelilingi impeller dan disalurkan keluar pompa melalui nosel. Didalam nosel ini sebagian

Dari hasil yang telah dipaparkan, metode yang dapat meminimalisir produksi torsi denyut, jika dilihat dari hasil nilai torsi denyut paling kecil adalah desain

Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yaitu dalam bentuk diskusi dan praktik langsung, dalam hal ini adalah pemeriksaan kesehatan (Tekanan darah,

Setelah melakukan observasi dalam pemilihan komunitas, peneliti dapat memasuki komunitas dengan mendapatkan izin dari anggota komunitas (bertentangan dengan praktik pada

Selain diatur oleh Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan