• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFORMASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA MINERAL DI ERA OTONOMI DAERAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REFORMASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA MINERAL DI ERA OTONOMI DAERAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

REFORMASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA MINERAL DI ERA OTONOMI DAERAH

Nanik Trihastuti

Abstrak

Selama masa orde baru, Pemerintah Indonesia yang menggunakan sistem pemerintahan yang sentralistik telah menjadikan paradigma pembangunan sebagai landasan nilai yang menjadi acuan dari semua kebijakan pemerintahan, dan mengambil peran sebagai agen pembangunan. Dalam era otonomi daerah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah kini diubah menjadi pola hubungan yang bersifat kemitraan dan desentralistik, demikian pula dilakukan perubahan serta perbaikan paradigma pengelolaan sumberdaya mineral, yang pada intinya merupakan salah satu permasalahan yang terkait dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumberdaya mineral dan penumbuhan sumber ekonomi rakyat. Dalam pelaksanaannya, optimalisasi pengelolaan sumber daya mineral khususnya di daerah masih terbentur pada minimnya kemampuan sumber daya manusia,serta pendukung kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan baku yang transparan dan akuntabel.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pada itu, urusan lingkungan hidup menjadi salah satu urusan wajib pemerintah yang bersifat concurrent dibagi antara Pemerintah Pusat dan daerah provinsi dan

Ketiga, posisi propinsi yang dalam pelaksanaan kewenangan daerah lebih banyak bertindak sebagai “pendukung, fasilitator, ataupun koordinator ” bagi pelaksanaan

Pola hubungan dan keterkaitan antar komponen dalam proses mutasi antar daerah ini, maka hubungan kekhususan antar komponen akan berlangsung secara parsial dan muncul

(Culla, dalam Usahawan No. 16) Namun demikian, dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, satu prinsip yang harus dipegang oleh bangsa Indonesia adalah bahwa aplikasi otonomi daerah

(2005) membuktikan adanya hubungan yang kompleks antara otonomi dan kinerja. Otonomi mencerminkan tingkat kebijaksanaan, kebebasan, dan independensi seseorang

Dalam jangka pendek, jika pemberian otonomi tidak diikuti dengan langkah lanjutan yang bersifat konstruktif dari pemerintah pusat maupun daerah, maka implikasinya terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Aceh Singkil Pada Era Otonomi Daerah, sejak

Dalam pada itu, urusan lingkungan hidup menjadi salah satu urusan wajib pemerintah yang bersifat concurrent dibagi antara Pemerintah Pusat dan daerah provinsi dan daerah