• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Kebugaran, Keterampilan, Hasil Kompetisi. P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Kebugaran, Keterampilan, Hasil Kompetisi. P"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI DAN KETERAMPILAN BULUTANGKIS DENGAN HASIL KOMPETISI BULUTANGKIS

Aprianto, Marzuki, dan Edi Purnomo

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, FKIP Untan, Pontianak

e-mail: apriantobky7@gmail.com

Abstract: Research on the relationship between physical fitness and skills of badminton with the results of men's badminton competition at SMA Negeri 10 players Pontianak. Research is correlational techniques test, whereas the test consists of three items, namely multistage fitness test test, badminton skill test and competition between players. The survey results revealed the results X with Y correlation of -0.160 with a significance of 0.705. Correlation with Y with X -0.321 with a significance of 0.438, there is no significant correlation between X and X with to Y. Calculation of multiple correlation of 0.322, since 0.322 <0.707, we conclude there is no significant relationship between X and X with Y.

Keywords: Fitness, Skills, Results Competition.

Abstrak: Penelitian tentang hubungan antara kebugaran jasmani dan keterampilan bulutangkis dengan hasil kompetisi bulutangkis pada pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak. Penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan teknik tes, dimana pengambilan tes terdiri dari tiga item tes yaitu multistage fitness test, tes kecakapan bulutangkis dan kompetisi antar pemain. Dari hasil penelitian diketahui hasilX dengan Y korelasi sebesar -0,160 dengan signifikansi 0,705. Korelasi X dengan Y sebesar -0,321 dengan signifikansi 0,438; tidak ada korelasi yang signifikan X dengan Y dan antara X terhadap Y. Perhitungan korelasi ganda sebesar 0,322, karena 0,322< 0,707 maka disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara X dan X dengan Y.

Kata kunci : Kebugaran, Keterampilan, Hasil Kompetisi.

endidikan jasmani di lembaga-lembaga pendidikan di antaranya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui aktivitas jasmani yang diaplikasikan melalui olahraga yang sudah memasyarakat dilingkungan suatu lembaga pendidikan atau sekolah yang bersangkutan. Hal ini menandakan dalam suatu ruang lingkup pendidikan tidak membatasi kaitan olahraga dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam berolahraga dan tentunya akan di harapkan munculnya atlet atau pemain yang berbakat. Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannya melakukan olahraga (H.Y.S. Santoso Giriwijoyo, 2007: 31). Olahraga sebagai kata majemuk berasal dari kata olah dan raga. Olah artinya upaya untuk mengubah atau mematangkan, hingga olahraga dapat disamakan dengan aktivitas

(2)

dunia. Permainan ini merupakan permainan cepat yang membutuhkan gerak reflek yang baik dan tingkat kebugaran yang tinggi (Tony Grice, 2007: 1).

Permainan bulutangkis sarat dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak yang kompleks. Permainan bulutangkis yang menggunakan raket memerlukan kompleksitas tinggi dan kemampuan aerobic yang tinggi. Sepintas lalu dapat diamati bahwa pemain harus melakukan gerakan-gerakan seperti lari cepat, berhenti dengan tiba-tiba dan segera bergerak lagi, gerak meloncat, menjangkau, memutar badan dengan cepat, melakukan langkah lebar tanpa pernah kehilangan keseimbangan tubuh. Gerakan-gerakan ini harus dilakukan berulang-ulang dan dalam tempo lama, selama pertandingan berlangsung. Akibat proses gerakan itu akan menghasilkan "kelelahan", yang akan berpengaruh langsung pada kerja jantung, paru-paru, sistem peredaran darah, pernapasan, kerja otot, dan persendian tubuh. Permainan bulutangkis jika ditinjau secara keseluruhan menunjukkan sifat cabang olahraga anaerobic-aerobic domain. Bersifat aerobic (latihan yang membutuhkan oksigen) dan kegiatan yang bersifat anaerobic (latihan yang tidak membutuhkan oksigen), dan yang tergantung pada keterampilan Sadoso Sumardjuno dalam Ade Sanjaya (2011)

Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani terkait dengan keterampilan bermain bulutangkis. Keterampilan bermain bulutangkis adalah bertujuan untuk memahami dan dapat mengevaluasi keterampilan bermain bulutangkis yang mengcakup keterampilan tehnik pukulan/stroke, kecepatan bermain dan teknik bermain bulutangkis menurut peraturan. SMA Negeri 10 Pontianak merupakan sekolah yang memiliki fasilitas yang cukup memadai dalam menunjang kegiatan ekstrakurikuler, khususnya ekstrakurikuler bulutangkis yaitu memiliki lapangan indoor yang standar dalam melaksanakan pertandingan. Besarnya minat siswa-siswi dalam olahraga ini dibuktikan seringnya sekolah ini mengikuti event-event bulutangkis dan memiliki prestasi yang baik. Pembinaan berkesinambungan oleh guru olahraga disekolah ini telah mencetak atlit-atlit baik putra maupun putri dalam olahraga terutama cabang bulutangkis.

Di dalam penelitian ini keterampilan bermain bulutangkis menggunakan penilaian yaitu menyangkut masalah kecakapan yang harus di kuasai menggunakan tes kecakapan bulutangkis sebagai bahan banding untuk menilai hasil kompetisi bulutangkis yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan bermain bulutangkis pada pemain yang terdiri dari empat macam item Sapta Kunta Purnama (2010: 29) macam rangkaian tes untuk menilai keterampilan bulutangkis terdiri dari: 1) Tes servis pendek (short serve test), 2) Tes ajang (long serve test), 3) Tes pukulan lob (high clear test), dan 4) Tes semes (smash test).

METODE

Bentuk penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah korelasi. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik tes. Rancangan Korelasi ganda Riduwan (2010: 139) Variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

(3)

Keterangan :

X1 = Kebugaran jasmani X2 = Keterampilan bulutangkis Y = Kompetisi bulutangkis

Rancangan tersebut, yaitu: 1) pengukuran tingkat kebugaran jasmani menggunakan multistage fitness test 2) Pengukuran keterampilan bulutangkis menggunakan tes kecakapan bulutangkis. 3) Pengukuran hasil kompetisi bulutangkis dilakukan dengan cara mengadakan pertandingan antar pemain dengan sistem setengah kompetisi yaitu setiap pemain saling ketemu.

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak yang tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler berjumlah 8 orang yang mempunyai karakteristik: berjenis kelamin laki-laki, usia rata-rata 16-19 tahun dan telah menguasai keterampilan bulutangkis. Sampel yang di maksud dalam penelitian ini berjumlah 8 orang, sehingga penelitian ini berupa penelitian populasi

Penelitian ini di laksanakan pada hari Sabtu 8 September 2012 dengan rincian waktu sebagai berikut: tes kebugaran jasmani menggunakan lari bolak-balik (Shuttle Run) pukul 07.00 – 07.30 WIB, tes keterampilan bulutangkis menggunakan 1) tes servis pendek (Short Serve Test) 2) tes serve panjang (Long Serve Test) 3) tes lob (High Clear Test) pukul 07.30 – 08.30 WIB, dan kompetisi bulutangkis (Pertandingan bulutangkis) pukul 08.30 –17.00 WIB. Alat dan bahan antara lain: 1) halaman, lapangan, atau permukaan datar dan tidak licin, sekurang-kurangnya sepanjang 22 meter, 2) Mesin pemutar kaset (tape recorder), 3) kaset audio yang telah tersedia, 4) pita pengukur/ meteran untuk mengukur jalur sepanjang 20 meter, 5) kerucut sebagai tanda batas jarak, 6) lebar lintasan kurang lebih 1 hingga 1,5 meter untuk tiap testi, 7) stopwatch, 8) formulir pencatat hasil, 9) racket, 10) shuttle cock, 11) ruangan tinggi dan lebar, 12) net, dan13) pita sepanjang net.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes terdiri dari: 1) pengukuran tingkat kebugaran jasmani menggunakan multistage fitness test 2) Pengukuran keterampilan bulutangkis menggunakan tes kecakapan bulutangkis. 3) Pengukuran hasil kompetisi bulutangkis dilakukan dengan cara mengadakan pertandingan antar pemain dengan sistem setengah kompetisi yaitu setiap pemain saling ketemu.

Pelaksanaan tes Multistage fitness test: tes ini merupakan tes yang dilakukan di lapangan, sederhana namun menghasilkan suatu perkiraan yang cukup akurat tentang konsumsi oksigen maksimal untuk berbagai kegunaan atau

X1

X2

Y

(4)

secara bolak-balik sepanjang jalur lintasan yang telah diukur sebelumnya, sambil mendengarkan serangkaian tanda yang berupa bunyi “tut”yang terekam dalam kaset. Waktu tanda “tut” tersebut pada mulanya berdurasi sangat lambat, tetapi secara bertahap menjadi lebih cepat sehingga akhirnya makin sulit testi untuk menyamakan kecepatan langkahnya dengan kecepatan yang diberikan oleh tanda tersebu. Testi berhenti apabila ia tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya, dan tahap ini menunjukkan tingkat konsumsi oksigen maksimal testi tersebut.

Pelaksanaan tes keterampilan bermain bulutangkis 1). Tes servis pendek teste berdiri pada daerah serves yang terletak diagonal dengan bagian lapangan yang diberi sasaran siap dengan raket testee melakukan servis pendek sebanyak 12 kali percobaan secara berturut-turut ke arah sasaran, testee melakukan servis pendek dengan ketentuan 6 kali percobaan dilakukan dari sebelah kanan dan 6 kali percobaan dilakukan dari sebelah kiri 2). Tes serve panjang; testee berdiri pada daerah serves yang terletak diagonal dengan bagian lapangan yang diberi sasaran siap dengan raket dan kok, testee melakukan servis pendek sebanyak 12 kali percobaan secara berturut-turut kearah sasaran, testee melakukan servis pendek dengan ketentuan 6 kali percobaan dilakukan dari sebelah kanan dan 6 kali percobaan dilakukan dari sebelah kiri, Sasaran servis pendek adalah daerah servis permainan tunggal yang terletak diagonal dengan testee yakni daerah yang dibatasi oleh garis belakang dan tiga petak memanjang dari samping kiri kekanan, dengan ukuran masing-masing petak nilai 1 untuk ukuran 30, 48 cm, nilai 3 untuk ukuran 76, 20 cm dan nilai 2 untuk ukuran 30, 48 cm 3). Tes Lop; testi berdiri di dalam garis empat persegi panjang berukuran 120 cm x 181 cm yang terletak di tengah-tengah lapangan, pengumpan berdiri di sisi lain sambil memberikan umpan lambung kepada testee tepat pada pukulan fore/back hand sebanyak 12 kali pukulan lob ke arah sasaran, testee melakukan pukulan lob dengan ketentuan 6 kali percobaan dilakukan dengan cara forehand dan 6 kali percobaan dengan cara backhand, setiap kali melakukan pukulan lob dimulai dari dalam garis empat persegi panjang, sarasan dari tes pukulan lob ini adalah daerah permainan atau lapangan lapangan ganda yang di batasi oleh garis belakang dan 3 petak garis memanjang dari kiri ke kanan dengan ukuran masing-masing nilai 1 untuk ukuran 30, 48 cm,nilai 3 untuk ukuran 76, 20 cm dan lebar nilai 2 untuk ukuran 30, 48 cm 4). Tes Semes; testee berdiri di dalam garis empat persegi panjang berukuran 120 cm x 181 cm yang terletak di tengah-tengah lapangan, pengumpan berdiri di sisi lain sambil memberikan umpan lambung kepada testee tepat pada pukulan

fore/back hand sebanyak 12 kali pukulan semes kearah sasaran, testee melakukan pukulan semes dengan ketentuan 6 kali percobaan dilakukan dengan cara

forehanddan 6 kali percobaan dilakukan dengan cara backhand, testee melakukan menyemes bola/shuttlecock di atas kepala atau dengan overhead smash, sasaran dari tes semes adalah daerah permainan / lapangan ganda, daerah sasaran pukulan semes hanya satu, yakni daerah yang dibatasi oleh dua garis tepi yang membujur pada lapangan bulutangkis lebar 46 cm dan bernilai 3.

Pelaksanaan kompetisi bulutangkis: materi mengadakan pertandingan dengan sistem setengah kompetisi.

(5)

Teknik analisis data; Agar dapat diolah terlebih dahulu data diubah dari data mentah menjadi data baku dengan teknik T skor. Setelah itu baru dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas. Setelah uji prasyarat dilakukan maka langkah berikutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS 18.0.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tes, variabel yang diukur adalah kebugaran jasmani, keterampilan bulutangkis, dan hasil kompetisi bermain bulutangkis pada pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak. Setelah diadakan pengukuran variabel penelitian selesai maka dilanjutkan dengan penghitungan statistik deskriptif. Perhitungan statistik deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran nyata tentang kondisi seluruh responden, terkait dengan aspek-aspek dalam variabel yang diteliti. Penjabaran tentang deskripsi tiap variabel akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.

Data Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, pelaksanaan tes pertama terdiri dari variabel kebugaran jasmani (X1), variabel keterampilan bulutangkis (X2), dan hasil kompetisi bulutangkis (Y)

Variabel Kebugaran Jasmani (X1)

Diketahui bahwa 62,5% (sebanyak 5 orang) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani kategori sedang, 37,5% (3 orang) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani kategori baik, dan (0%) yang memiliki tingkat kebugaran jasmani buruk. Tidak ada responden (0%) yang memiliki tingkat kebugaran jasmani baik sekali maupun buruk sekali. Lihat tabel dibawah ini.

Tabel 1 Perolehan Nilai Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan Konsumsi Oksigen Maksimal

Katagori Frekuensi Persentase %

Sangat Buruk 0 0 Buruk 0 0 Sedang 5 62,5 Baik 3 37,5 Baik Sekali 0 0 Jumlah 8 100

Variabel Keterampilan Bulutangkis (X2)

Diketahui bahwa 12,5 % (1 orang) tidak ada skill, 12,5 % (1 orang) buruk sekali, 12,5 % (1 orang) memiliki keterampilan sempurna, dan 50 % (4 0rang) kriteria sedang. Sedangkan kriteria buruk, kurang, dan baik sekali adalah 0 %. Lihat tabel dibawah ini.

(6)

2

Katagori Frekuensi Persentase %

Tidak ada skill 1 12,5 Buruk sekali 1 12,5 Buruk 0 0 Kurang 0 0 Sedang 4 50 Cukup 1 12,5 Baik 0 0 Baik sekali 0 0 Sempurna 1 12,5 Jumlah 8 100

Kompetisi Bulutangkis (Y)

Diketahui bahwa 50 % responden (4 orang) mempunyai nilai hasil kompetisi bermain bulutangkis katagori sangat rendah, 12,5% responden (sebanyak 1 orang) mempunyai nilai hasil kompetisi bermain bulutangkis katagori sedang, 12,5% responden lainnya memiliki nilai hasil kompetisi bermain bulutangkis katagori tinggi, dan katagori sangat tinggi 25% (sebanyak 2 orang). Lihat tabel dibawah ini.

Tabel 3 Hasil Penilaian Kompetisi Bermain Bulutangkis (Y)

Katagori Frekuensi Persentase %

Sangat rendah 4 50 Rendah 0 0 Sedang 1 12,5 Tinggi 1 12,5 Sangat tinggi 2 25 Jumlah 8 100 Uji Normalitas

Hasil menujukan bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) untuk tes kebugaran jasmani sebesar 0,370. Tes keterampilan bulutangkis sebesar 0,678 sedangkan untuk kompetisi bermain bulutangkis sebesar 0,588. Karena taraf signifikan untuk ketiga variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat di simpulkan tes kebugaran jasmani, tes keterampilan bulutangkis dan kompetisi bermain bulutangkis berdistribusi normal. Lihat tabel dibawah ini.

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas dengan SPSS18

Tes Kebugaran Jasmani Tes Keterampilan Bulutangkis Hasil Kompetisi Bermain Bulutangkis N 8 8 8

(7)

Normal Mean

Parametersa,b 50,0013 49,9988 50,0000

9,99933 10,00072 10,00000 Most Extreme Differences ,324 ,254 ,273 ,160 ,173 ,273 -,324 -,254 -,227 Kolmogorov-Smirnov Z ,917 ,720 ,773

Asymp. Sig. (2-tailed) ,370 ,678 ,588

Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas sebaran data, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menguji hipotesis yang disusun dalam penelitian ini. Uji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson. Teknik ini digunakan karena data hasil penelitian ini berupa data interval atau klasifikasi. Subana, Moersetyo dan Rahadi (2000: 141).

Product moment untuk mencari keeratan hubungan dua variabel dengan cara memperkalikan momen-momen kedua variabel tersebut.

Hubungan antara kebugaran jasmani (X1) dengan hasil kompetisi bermain

bulutangkis (Y)

Hasil koefisien korelasi antara kedua variable adalah -0,160 dengan harga signifikansi 0,705. Angka koefisien tersebut (sebesar -0,160) menunjukkan adanya hubungan yang negatif di antara kedua variabel. Karena harga signifikansi sebesar 0,705 >0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan hasil kompetisi pada pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak. Lihat tabel dibawah ini.

Tabel 5 Korelasi Variabel X1 dengan Y

Correlations Tes Kebugan

Jasmani

Hasil Kompetisi

Tes Kebugaran Jasmani Pearson Correlation 1 -,160

Sig. (2-tailed) ,705 N 8 8 Sig. (2-tailed)

Hasil Kompetisi Pearson Correlation -,160 1 Sig. (2-tailed)

,705

N 8 8

Hubungan keterampilan bulutangkis (X2) dengan hasil kompetisi bulutangkis (Y)

Hasil perhitungan koefisien korelasi antara kedua variabel adalah -0,321 dengan harga signifikansi 0,438. Angka koefisien tersebut (sebesar -0,321)

(8)

harga signifikansi 0,438 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tes keterampilan bulutangkis dengan hasil kompetisi bulutangkis pada pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak. Lihat tabel dibawah ini.

Tabel 6 Korelasi Variabel X2 dengan Y

Correlations Hasil

Kompetisi Keterampilan Tes

Bulutangkis

Hasil Kompetisi Pearson Correlation 1 -,321

Sig. (2-tailed) ,438 N 8 8 Tes Keterampilan Bulutangkis Pearson Correlation -,321 1

Sig. (2-tailed) ,438

N 8 8

Hubungan Kebugaran Jasmani (X1) dan Keterampilan Bulutangkis (X2) dengan hasil kompetisi Bulutangkis (Y)

hasil perhitungan koefisien korelasi ganda r antara kedua variable bebas dengan variable terikat adalah 0,322 Dari tabel diperoleh harga r tabel sebesar 0,707. Karena r hitung < r tabel maka disimpulkan Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dan keterampilan bulutangkis dengan hasil kompetisi bulutangkis. Lihat tabel dibawah ini.

Tabel 7 Korelasi Variabel X1 dan X2 dengan Y

Model Summary

Model R r Square Adjusted r Square Std.Error of the Estimate

1 ,322 ,103 -,255 11,20366

Sumbangan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

Hasil analisis data menggunakan teknik korelasi, diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan yang signifikan variabel bebas X1 terhadap Y, variabel X2 terhadap Y dan juga antara X1 dan X2 terhadap Y. Dengan demikian tidak ada sumbangan yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi antara variabel kebugaran jasmani (X1) terhadap kompetisi bulutangkis sebesar -0,160 dengan signifikansi 0,705. Angka ini menunjukkan bahwa kebugaran jasmani dengan hasil kompetisi bulutangkis tidak ada hubungan atau korelasi yang signifikan. koefisien menunjukkan angka negatif yang lebih dari 0,5 namun tidak signifikan sehingga tidak dapat digunakan untuk menjelaskan adanya hubungan antara kedua variabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani tidak

(9)

memberikan sumbangan dengan hasil kompetisi bulutangkis pada pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak.

Hal yang sama terjadi pada korelasi antara variable keterampilan bulutangkis terhadap kompetisi bulutangkis. Dari perhitungan diperoleh koefisien -0,321 dengan signifikansi sebesar 0,438, tidak dapat digunakan untuk menjelaskan adanya hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pencapaian keterampilan bulutangkis tidak memberikan sumbangan dengaan hasil kompetisi bulutangkis pada pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik korelasi ganda diperoleh koefisien korelasi ganda 0,322 namun harga tersebut nilainya kurang dari harga r tabel, r tabel 0,707 sehingga disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara kebugaran jasmani dan keterampilan bulutangkis dengan hasil kompetisi bulutangkis pada pemain putra SMA Negeri 10 Pontianak. Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat dikatakan bahwa kompetisi bulutangkis tidak dipengaruhi oleh kebugaran jasmani dan keterampilan bulutangkis.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mengungkap hubungan kebugaran jasmani dan keterampilan bulutangkis dengan hasil kompetisi bulutangkis pada pemain putera SMA Negeri 10 Pontianak, faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini antara lain siswa yang di tes mengalami overload/ kelelahan yang disebabkan tes ini dilakukan pukul 07.00 – 17.00 Wib tanpa diberikan jeda istirahat. Keterbatasan lain dapat di sebabkan pemilihan sampel yang tidak representatif, dan kemungkinan ekstrakurikuler di SMA Negeri 10 Pontianak tidak terbina dengan baik.

Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa tes yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi kemungkinan responden dalam pelaksanaan tes tidak sesuai dengan keadaan tingkat kemampuan yang diharapkaan atau kondisi sebenarnya dan kemungkinan lain kurang maksimal dalam pelaksanaan tes.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: Dalam penelitian ini siswa yang di tes mengalami overload/ kelelahan yang disebabkan tes ini dilakukan pukul 07.00 – 17.00 Wib tanpa diberikan jeda istirahat. Sehingga dalam penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang dikorelasikan. Pemilihan sampel yang tidak representatif, dan kemungkinan ekstrakurikuler di SMA Negeri 10 Pontianak tidak terbina dengan baik. Instrumen penelitian ini adalah berupa tes yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi sehingga tidak sesuai dengan keadaan tingkat kemampuan siswa.

Saran

Atas dasar hasil penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan yaitu: Dalam pengambilan tes siswa diberikan jeda istirahat, tes tidak dilakukan dalam satu hari sehingga kemungkinan overload/kelelahan

(10)

dengan baik, misalnya di club-club olahraga atau atlit PPLM. Pemilihan instrumen tes hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan siswa, sehingga penelitian kedepannya dapat membuktikan bahwa variabel-variabel yang di korelasikan terdapat hubungan.

DAFTAR RUJUKAN

Ade Sanjaya. (2011). Pengertian Kebugaran Jasmani. Di akses di http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/09/kesegaran-jasmani-pengertian-fungsi.html akses tanggal 16 Maret 2012.

Ismaryati. (2006). Tes Dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Ridwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Santosa Griwijoyo. (2007). Ilmu Faal Olahraga.Jakarta: UI

Sapta Kunta Purnama. (2010). Kepelatihan Bulutangkis Modern. Surakarta: Yuma Pustak

Sigit Nugroho. (2013). The Influence Of Circuit Training On 2MAX and Badminton Skill Of Sport Trainer Education Students Of Sport Science.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sigit%20Nugroh o,%20M../THE%20INFLUENCE%20OF%20CIRCUIT%20TRAINING.p df) akses tanggal 2 Januari 2013.

Subana, Moersetyo Rahadi dan Sudrajat. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Tony Grice. (2007). Bulutangkis petunjuk praktis untuk pemula dan lanjut.

Gambar

Tabel 1 Perolehan Nilai Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan Konsumsi  Oksigen Maksimal
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas dengan SPSS18 Tes  Kebugaran Jasmani Tes     Keterampilan         Bulutangkis Hasil  Kompetisi Bermain Bulutangkis N 8 8 8
Tabel 5  Korelasi Variabel X1 dengan Y Correlations

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa model teori batas diatas dapat kita fahami bahwa pandangan Muhammad Syahrur tentang riba dan zakat termuat pada teori batas yang keenam yaitu “ batas

mengkaji tragedi 1965. Kepada keduanya saya ucapkan terima kasih. Beberapa sahabat menginformasikan atau memberikan buku- buku yang penting dan berharga untuk penelitian

Metode percepatan yang digunakan adalah metode time cost trade off dengan proses crashing menggunakan alternatif penambahan tenaga kerja dan shift kerja.. Crashing

Tutkimuksen tuloksina tunnistettiin ominaisuuksia ja toimintatapoja yrityksen markkinoinnissa, jotka ovat yhteydessä siihen, kuinka hyvin asiakaslogiikka ohjaa heidän

Ke depan, PPPK Investama berharap komunitas ini dapat meningkatkan minat pegawai PPPK untuk memulai investasi dan menjadi wadah untuk bertukar pikiran dan pengalaman yang

Terjadinya niat untuk keluar atau karyawan keluar dari suatu organisasi atau dari perusahaan adalah salah satunya diakibatkan oleh ketidakpuasan yang dialami oleh

Hipotesis kerja penelitian ini adalah aturan pelaksanaan Sunset Policy memberikan beberapa keuntungan bagi Wajib Pajak di antaranya adalah penghapusan sanksi administrasi bunga,

Pada penelitian ini, penurunan indeks plak terlihat masih terdapat 2 responden dengan kategori buruk, hal ini dikarenakan kedua respoden tersebut memiliki tingkat