• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 PROKSI EDISI 2/MARET 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 PROKSI EDISI 2/MARET 2021"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1

2

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Kata Pengantar

O

ptimisme dan

profesionalisme menjadi modal besar dalam mengawali perjalanan di tahun 2021. Sejumlah tantangan yang kita hadapi tidak menyurutkan semangat untuk menyelesaikan tugas besar di depan mata. Memandang jauh ke depan, berbagai risiko dan ketidakpastian masih akan menguji PPPK dalam membina dan mengawasi profesi keuangan. Secara konsisten, kami akan berkontribusi maksimal dalam mewujudkan kualitas profesi keuangan yang lebih baik.

Pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai menuntut kewaspadaan untuk dapat bekerja secara profesional dalam berbagai kondisi. Tahun 2021, kita persiapkan dengan bekal inovasi di berbagai aspek. Dalam rangka menindaklanjuti arahan pimpinan, PPPK melakukan inovasi melalui redesain pola pembinaan dan pengawasan profesi keuangan. Bukan saja melalui teknologi, sumber daya

manusia yang kompeten pun menjadi hal penting agar dapat bertransformasi menjadi organisasi bionic, yang dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat.

Tentu saja transformasi ini bukan tanpa tantangan, apalagi dampak pandemi Covid-19 masih menghantui hampir seluruh sektor perekonomian. Keterbatasan yang ada memberikan tantangan untuk menyediakan peran dan energi yang lebih besar. Begitu pula dengan PPPK yang senantiasa melakukan transformasi dengan berbagai cara seperti penyiapan redesain pola pembinaan dan pengawasan profesi keuangan sesuai dengan adaptasi kebiasaan baru.

PROKSI kali ini menyuguhkan laporan utama mengenai redesain pola pembinaan dan pengawasan profesi keuangan. Tak lupa, kami hadirkan pula rubrik menarik dan isu

Selamat membaca!

Asih Ariyanto Pemimpin Umum

terkini mengenai profesi keuangan yang menjadi edukasi dan informasi bagi Anda.

(4)

04 Laporan Utama 06 08 Profesi Keuangan 12 14 16 18 Warta 20 22 Sudut Pandang 24 26 28 PPPK Menjawab 30 Persona 32 36 Komunitas 40 Eksplorasi 42 Potret Selingan Permainan 49

Wajah Baru Sekretaris Jenderal Redesain demi Kualitas Jasa Profesi yang Lebih Baik Kiat Menjadi Organisasi Bionic

Pengawasan PMPJ, Sudahkah Berjalan Efektif?

Verifikasi Pengalaman Audit Bagi Calon Akuntan Publik: Bukan Sekadar Persyaratan Administrasi Redesain Pola Pemeriksaan Penilai Publik

Eksistensi Aktuaris Publik pada Perusahaan Asuransi

Menuju ATLAS the Next Generation Vaksinasi Covid-19 Dimulai, PPPK Sigap Ambil Sikap

Aktuaris dan Konsultan Aktuaria Memperkuat Profesi Konsultan Pajak

Harapan Perkoppi

#TanyaProksimin Edisi 2: Seri Profesi Akuntansi

Pencinta Dunia Audit yang Menginspirasi

Bangga Berprofesi sebagai Penilai Milenial

PPPK Investama: Semangat Milenial untuk Melek Investasi

Rinjani 3.726 mdpl

Teka-teki Silang Prof. Keu

Daftar Isi

Foto Sampul Nizhar

06

12

(5)

3

2

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

PROKSI

Diterbitkan oleh: Pusat Pembinaan Profesi Keuangan | Penanggung Jawab: Kepala PPPK Firmansyah N. Nazaroedin | Pemimpin Umum: Kepala Bagian Tata Usaha Asih Ariyanto | Wakil Pemimpin Umum: Kepala Bidang Perizinan dan Kepatuhan Profesi Akuntansi Triyanto, Kepala Bidang Perizinan dan Kepatuhan Penilai, Aktuaris, dan Profesi Keuangan Lainnya Sekti Widihartanto, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Keuangan Arie Wibowo, Kepala Bidang Pemeriksaan Profesi Akuntansi Agus Suparto, Kepala Bidang Pemeriksaan Penilai, Aktuaris, dan Profesi Keuangan Lainnya Dadan Kuswardi | Pemimpin Redaksi: Kepala Subbagian Umum Dinda Tunjungsari | Redaktur Pelaksana: Irvan P. Putra | Redaktur Bahasa: Suryadi | Redaktur Foto: Nizhar A. Eridani | Tim Redaksi: Alexander F. Asisi, Ayu Fatmasari, Fachri R. Kusuma, Zahrotun Nisaq, Dewi Hariyani, Fahmi Basya, Haszazi, Ima Listyaningrum, Ira Rani Puspa, Molita Nainggolan, Nurul Hidayati, Rifki A.P. Rangkuti | Desain dan Tata Letak: Nizhar A. Eridani (Penyelia), Agastyawan Nugraha, Bima J. Abadi, Dandy B.T. Ridho, Irvan P. Putra, Nurul Hidayati, Rifki A.P. Rangkuti | Alamat Redaksi: Gedung Djuanda II Lantai 19-20, Jalan Dr. Wahidin Raya Nomor 1, Jakarta Pusat 10710 | Telepon: (021) 3452670 | Surel: redaksi.proksi@kemenkeu. go.id | Terbit triwulanan.

28

30

32

40

(6)

Serah terima jabatan Sekretaris Jenderal

Wajah Baru Sekretaris Jenderal

Dinda Tunjungsari

(7)

4

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Laporan Utama

5

Fot

o

Bir

o KLI

S

egenap pimpinan dan pegawai Pusat Pembinaan Profesi Keuangan mengucapkan selamat atas pelantikan Bapak Heru Pambudi, S.E., L.L.M. sebagai Sekretaris Jenderal yang baru.

Heru Pambudi dilantik oleh Menteri Keuangan, bersama 25 pejabat lainnya yang terdiri dari 18 Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, dua Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, dan lima Direksi pada Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), Jumat, 12 Maret 2021. Sementara Sekretaris

Jenderal sebelumnya, Hadiyanto menempati posisi baru sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Dalam pesan pengantarnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menggarisbawahi pentingnya sinergi antarunit di Kementerian Keuangan dalam menyusun dan menjaga kebijakan fiskal. Menkeu berpesan kepada Sesjen yang baru agar memfokuskan perhatiannya kepada transformasi kelembagaan Kemenkeu yang telah dibangun sebelumnya. Menkeu kembali

menegaskan bahwa transformasi organisasi kelembagaan dan sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Keuangan merupakan prioritas tertinggi.

Terima kasih Bapak Hadiyanto yang dalam masa jabatannya telah mentransformasikan Kementerian Keuangan ke era digital. Semoga Bapak Heru Pambudi dan Bapak Hadiyanto dapat mengemban tugas dan amanah dengan baik untuk Kementerian Keuangan.

(8)

Fot

o

En

vat

o

Membangun kembali untuk pondasi yang lebih baik

P

rofesi keuangan menjadi bagian penting dari ekosistem perekonomian nasional sebagai katalisator yang mampu meningkatkan kepercayaan publik. Sebagai regulator profesi keuangan di Indonesia, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan terus melakukan evaluasi dan pengembangan pola pembinaan dan pengawasan. Pengembangan ini terus digalakkan, kali ini bertepatan dengan bergabungnya tiga profesi keuangan ke PPPK, yaitu Konsultan Pajak, Ahli Kepabeanan, dan Pejabat Lelang Kelas II.

Redesain pola pembinaan dan pengawasan profesi keuangan saat ini menjadi fokus PPPK yang penting untuk segera direalisasikan. Gagasan

ini dilatarbelakangi oleh upaya PPPK untuk mewujudkan kualitas jasa profesi keuangan yang berdampak kepada kepercayaan masyarakat. Profesi keuangan harus terbebas dari konflik kepentingan selain juga dituntut meningkatkan independensi dan objektivitasnya. Dalam

mengemban tugas ini, PPPK meramu sumber daya manusia dan teknologi untuk memudahkan proses pembinaan dan pengawasan tersebut.

Dalam era digitalisasi yang terus berkembang, PPPK harus mampu bertransformasi menjadi organisasi

bionic yang mempertemukan manusia

dan teknologi. Untuk itu, optimalisasi yang dilakukan bukan sekadar memanfaatkan teknologi, namun juga

mendayagunakan data dan talenta. PPPK melakukannya dalam bentuk digitalisasi pelayanan, pembinaan, dan pengawasan. Tidak hanya itu. PPPK memanfaatkan juga data secara efektif, baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam pengambilan keputusan.

Dalam desain yang baru, pola pembinaan dan pengawasan diawali dengan proses pemberian izin dengan mengidentifikasi risiko bawaan (inherent risk) calon profesi. Di langkah pertama ini pula PPPK memastikan kesesuaian sistem pengendalian mutu kantor profesi keuangan dengan standar yang berlaku. Calon profesi keuangan harus memiliki sikap profesionalisme, kompetensi,

Redesain Demi Kualitas Jasa

Profesi yang Lebih Baik

Dinda Tunjungsari

dinda.tunjungsari@kemenkeu.go.id

(9)

6

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Laporan Utama

7

dan independensi untuk menjamin

kesiapannya terjun ke dunia profesi keuangan.

Sejalan dengan program redesain, PPPK menyusun profil risiko individu dan kantor profesi keuangan. Secara berlapis, PPPK membagi profil tersebut menjadi tiga tingkatan, yakni rendah, menengah, dan tinggi. Penentuan profil risiko profesi keuangan mempertimbangkan aspek administratif dan teknis plus telaah eksternal.

Pada aspek administratif, setiap profesi keuangan diwajibkan mengikuti pelatihan. Semakin banyak dan efektif pelatihan yang diikuti, semakin tinggi kompetensi yang didapat. Tak berhenti sampai situ, profesi keuangan wajib menyampaikan laporan pelatihan secara tepat waktu. Data inilah yang kemudian masuk ke dalam formulasi profil risiko.

Bagi kantor profesi keuangan, selain Standar Pengendalian Mutu (SPM) yang menjadi salah satu tolok ukur utama dalam aspek administratif, ketertiban dan ketepatan waktu penyampaian laporan turut menjadi faktor penentu dalam perhitungan profil risiko. Pada aspek teknis, penilaian difokuskan pada jenis klien. Profesi keuangan sepatutnya mengidentifikasi risiko klien sebelum melakukan perikatan. Begitu pula dengan kantornya. Penilaian risiko kantor dilakukan secara dini, seperti rasio yang wajar antara tenaga kerja yang digunakan dan klien yang ditangani. Penilaian tersebut menjadi krusial bagi PPPK dalam mengalkulasi profil risiko. Sementara itu, telaah eksternal turut ambil bagian dalam penyusunan profil risiko oleh PPPK. Sebagai contoh dari faktor eksternal ini adalah pengaduan masyarakat atas jasa individu dan kantor profesi keuangan. Telaah eksternal akan menentukan kategori profil risiko merah, kuning, atau hijau.

Profesi keuangan dengan profil risiko rendah akan menjadi target pembinaan. Hal ini tak berarti bahwa profesi tersebut lepas dari pengawasan PPPK. Mereka akan tetap mendapatkan pembinaan berupa asistensi pengendalian mutu dan penggunaan aplikasi. Berbeda dengan

itu, profesi keuangan dengan profil risiko menengah akan mendapatkan pembinaan dan pengawasan secara proporsional, sementara profesi keuangan berisiko tinggi akan menjadi fokus utama PPPK dalam pengawasan. Profil risiko ini tentunya tidak hanya digunakan PPPK dalam pembinaan, namun juga dalam pengawasan terhadap profesi keuangan. PPPK meyakini bahwa pengawasan berbasis risiko ini dapat menjaga kualitas profesi. Dalam pelaksanaannya, PPPK membagi jenis pengawasan ke dalam tiga kategori pengawasan. Pada tingkatan pertama, PPPK melaksanakan pemeriksan tematik dalam periode pengawasan lima tahun atau lebih. Pengawasan pada tingkatan kedua, lebih fokus pada area berisiko dan periode pengawasannya kurang dari lima tahun. Selanjutnya, pada tingkatan ketiga, PPPK melaksanakan pemeriksaan kepada lima kantor profesi keuangan dengan risiko terbesar dan periode pengawasannya antara satu hingga tiga tahun. Selanjutnya, proses penegakan disiplin merupakan salah satu cara yang dilakukan PPPK dalam melakukan penegakan aturan (law enforcement) terhadap profesi keuangan. Tidak lain, hal ini dilakukan untuk menjamin agar profesi keuangan lebih dipercaya publik. PPPK membentuk dan

memperkuat peran Komite Sanksi dan pedoman sanksi yang seragam bagi seluruh profesi.

Redesain pola pembinaan dan pengawasan juga dilakukan dalam bentuk akselerasi digitalisasi layanan. Hal ini senada dengan arahan Presiden dan Menteri Keuangan yang berkomitmen melaksanakan perbaikan dan penyederhanaan layanan. PPPK telah mulai mengoptimalkan teknologi informasi melalui automasi perizinan, pelaporan, pengolahan data, penyajian informasi, dan pengawasan.

Pembenahan pola pembinaan dan pengawasan tidak hanya menyasar profesi keuangan, melainkan juga PPPK selaku regulator. Ke depannya, PPPK diharapkan dapat bertransformasi secara lebih adaptif agar menjadi organisasi yang lincah dan berbasis digital. PPPK akan menerapkan peta jalan (roadmap) pembinaan

dan pengawasan profesi keuangan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.

Dalam jangka pendek, penerapan dilakukan terhadap profesi penilaian dan akuntansi, sementara untuk seluruh profesi mulai diterapkan dalam jangka menengah. Untuk mengakselerasi tujuan tersebut, PPPK akan melaksanakan rencana aksi dalam beberapa tahun ke depan yang terbagi menjadi tiga fungsi, yakni perizinan, kepatuhan dan pengawasan, serta fungsi pengembangan.

Dalam fungsi perizinan, PPPK akan mengembangkan layanan perizinan basis digital secara berkelanjutan melalui pertukaran data dengan pihak ketiga mulai dari jangka pendek hingga jangka panjang. Diharapkan, pengembangan tersebut dapat membuahkan hasil dalam mengintegrasikan data antar-profesi. Penyusunan profil risiko profesi, digitalisasi proses pengawasan atau pemeriksaan, dan penguatan komite sanksi pada setiap profesi merupakan bagian dari fungsi kepatuhan dan pengawasan. Begitu pula dengan fungsi pengembangan. PPPK akan terus mengevaluasi aturan teknis profesi agar sejalan dengan kondisi terkini, di antaranya dengan menyusun kajian dan menyempurnakan ketentuan teknis profesi.

Saat ini, PPPK juga dalam proses penyiapan terkait pengelolaan big data. Data ini selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan riset dan kajian pengembangan kebijakan serta industri yang berkaitan dengan profesi keuangan.

PPPK menyadari bahwa untuk menjalankan peran pembinaan dan pengawasan profesi keuangan tidak terlepas dari kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu, optimisme dan sinergi menjadi hal penting agar tugas besar PPPK dalam menjalankan agenda besar redesain ini dapat terwujud bagi terciptanya kualitas profesi keuangan yang lebih baik.

Penyunting:

(10)

G

una mendapatkan informasi terkini tentang redesain pembinaan dan pengawasan profesi keuangan, PROKSI mewawancarai Kepala Bidang Pengembangan Profesi keuangan pada Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, Arie Wibowo.

Mengawali pembahasan tentang redesain, apa latar belakang dan urgensi PPPK melakukan redesain ini?

Sebelumnya kita perlu mengetahui bahwa profesi keuangan yang berada di bawah PPPK, yaitu Akuntan Publik, Penilai, dan Aktuaris memiliki peran penting dalam membangun dan menjaga iklim investasi yang kondusif.

Oleh karena itu, pembinaan dan pengawasan yang kuat terhadap

profesi keuangan sangat penting dilaksanakan dalam rangka

menciptakan profesi keuangan yang berkualitas dan dapat

diandalkan untuk menunjang kepercayaan investor

dalam berinvestasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Becermin pada hal tersebut, pembinaan

dan pengawasan PPPK terhadap profesi keuangan

memegang peran penting dalam menjaga perekonomian nasional. Peran ini menjadi semakin besar dengan dilaksanakannya pengalihan pembinaan dan pengawasan profesi Konsultan Pajak, Ahli Kepabeanan, dan Pejabat Lelang Kelas II kepada PPPK, sebagaimana diamanatkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 898/KM.01/2019.

Merespons kebutuhan akan peran pembina dan pengawas yang lebih kuat, PPPK menginisiasi penyusunan kembali desain atau melaksanakan redesain pembinaan dan pengawasan terhadap profesi keuangan. Redesain pembinaan dan pengawasan PPPK ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesionalisme

profesi keuangan serta menguatkan kepercayaan dari masyarakat terhadap profesi keuangan.

Mulai kapan redesain ini akan diterapkan oleh PPPK? Redesain pembinaan dan

pengawasan PPPK dilaksanakan sejak tahun 2020 dan masih berlangsung hingga saat ini. Redesain dimaksud diawali dengan pemetaan proses bisnis pembinaan dan pengawasan terhadap profesi keuangan, untuk kemudian menyusun langkah penguatan pada setiap proses yang dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar setiap proses, mulai dari perizinan, pelaporan,

Kiat Menjadi Organisasi Bionic

Dinda Tunjungsari

(11)

8

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Laporan Utama

9

pembinaan, lalu pengawasan kepada

profesi keuangan dapat memberikan nilai tambah dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Tentunya akan ada permasalahan maupun kendala dalam pelaksanaan redesain. Menurut PPPK sendiri permasalahan apa yang akan sering dihadapi?

Dapat kami sampaikan,

permasalahan yang cenderung muncul dalam redesain pembinaan dan pengawasan PPPK antara lain adalah terbatasnya jumlah SDM PPPK. Dalam upaya penguatan pengawasan terhadap profesi keuangan, rasio perputaran pengawasan terhadap profesi keuangan perlu diturunkan. Artinya, intensitas kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan profesi keuangan perlu diperbanyak. Hal ini tentunya membutuhkan SDM dengan jumlah yang besar. Demikian juga dengan dilaksanakannya integrasi pembinaan dan pengawasan 3 profesi keuangan, tentunya memunculkan kebutuhan SDM dengan jumlah dan kapasitas yang memadai.

Kemudian untuk strategi jangka pendek dan jangka panjang apa yang akan dilakukan oleh PPPK dalam menghadapi tantangan dan kendala tersebut?

Tantangan dan kendala yang

dihadapi merupakan hal yang biasa pada setiap proses perubahan. Dalam upaya mencari solusi atas tantangan dimaksud, PPPK melakukan berbagai langkah, di antaranya adalah melakukan penambahan jumlah pegawai PPPK melalui proses internal job market dan juga rekrutmen pegawai baru. Kedua proses ini mengadaptasi serta mengaplikasikan sistem seleksi yang berbasis kualifikasi dan kompetensi terkait perpajakan, lelang, dan kepabeanan.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi pembinaan dan pengawasan, PPPK juga menyusun profil risiko profesi keuangan. Melalui pembinaan dan pengawasan berbasis risiko, diharapkan sumber daya dapat digunakan dengan lebih efisien sesuai dengan kebijakan organisasi.

Salah satu strategi PPPK dalam menghadapi permasalahan keterbatasan SDM serta untuk menjawab tantangan perkembangan jaman adalah dengan mengoptimalisasi pemanfaatan IT dalam berbagai proses bisnis PPPK.

PPPK telah menyusun strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang untuk setiap fungsi, baik fungsi perizinan, fungsi kepatuhan dan pengawasan serta fungsi

pengembangan. Pada fungsi perizinan, kami akan melakukan pengembangan layanan digital perizinan seluruh

profesi melalui pertukaran data dengan pihak ketiga dan melaksanakan asistensi penyusunan Standar Pengendalian Mutu pada Kantor Profesi agar sesuai dengan pedoman. Untuk fungsi kepatuhan dan pengembangan, kami akan melakukan penyusunan profil risiko profesi, melaksanakan digitalisasi proses pengawasan/pemeriksaan, serta melaksanakan penguatan Komite Sanksi pada setiap jenis profesi. Begitu pula dengan fungsi pengembangan, PPPK tentunya akan selalu

mengevaluasi aturan teknis profesi agar sesuai dengan kondisi terkini dengan menyusun kajian yang relevan serta menyempurnakan ketentuan teknis profesi. Selain itu, kami akan mengembangkan peran PPPK dalam mengawasi profesi keuangan yang belum diawasi oleh institusi apapun. Selanjutnya, dengan adanya big data, PPPK akan mengembangan kebijakan dan industri yang berkaitan dengan Profesi keuangan melalui riset/kajian. Terkait profesi keuangan yang akan berintegrasi dengan PPPK, bagaimana cara menentukan risikonya? Dan apakah semua profesi keuangan masih terdapat kegiatan pengawasan seperti sebelumnya? Bisa dijelaskan seperti apa pelaksanaannya serta aspek apa yang digunakan? Ya, PPPK akan

(12)

mengimplementasikan pembinaan dan pengawasan berbasis risiko, dengan menyusun profil risiko untuk semua profesi keuangan. Profil risiko dimaksud ditentukan untuk tiap individu serta tiap kantor profesi keuangan. Sesuai dengan lini masa pelaksanaan redesain pembinaan dan pengawasan, PPPK telah menyusun profil risiko individu dan kantor untuk profesi Akuntan Publik dan Penilai pada tahun 2020. Selanjutnya, mulai tahun 2021 PPPK akan menerapkan pembinaan dan pengawasan berbasis risiko untuk seluruh profesi keuangan. Profil risiko untuk setiap

profesi keuangan disusun dengan mempertimbangkan 3 aspek, yaitu administratif, teknis, dan telaah eksternal. Variabel yang digunakan dari setiap aspek tersebut dapat berbeda bergantung pada karakteristik dari masing-masing profesi. Pengembangan

profil risiko dalam rangka pembinaan dan pengawasan ini ke depannya akan mengoptimalkan penggunaan teknologi dan data besar.

Setiap profesi keuangan yang dibina oleh PPPK tentu memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Bagaimana perlakuan PPPK terhadap setiap profesi tersebut?

Setiap profesi keuangan memiliki peran masing-masing dalam sektor keuangan dan perekonomian. Sebagai contoh, bagi seorang klien, Akuntan dapat berperan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, Akuntan Publik berperan dalam proses audit laporan keuangan, Penilai berperan dalam penilaian asetnya, Aktuaris berperan dalam penentuan premi asuransi dan imbalan kerja, dan Konsultan Pajak dapat berperan dalam perencanaan perpajakannya. Perusahaan yang bergerak di bidang

ekspor impor pasti akan melibatkan ahli kepabeanan dan bagi perusahaan yang memiliki aset untuk dilelang tentu akan menggunakan jasa pejabat lelang. Hal-hal tersebut merupakan gambaran umum dari pekerjaan para profesi keuangan.

Kami menerapkan pola pembinaan dan pengawasan dengan desain yang sama untuk semua profesi keuangan. Namun demikian, oleh karena setiap profesi memiliki peran yang berbeda, detail dari regulasi yang disusun untuk setiap profesi juga berbeda, disesuaikan dengan proses bisnis dan karakteristik masing-masing profesi. PPPK mengupayakan agar regulasi dapat mendukung terkereknya peringkat kemudahan berusaha Indonesia. Artinya, kebijakan yang dihasilkan harus mampu membantu upaya perolehan penilaian yang tinggi atas indikator-indikator kemudahan berusaha. Di sisi lain, langkah-langkah

(13)

10

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Laporan Utama

11

Fot

o

Unsplash

peningkatan kualitas pemberian jasa oleh profesi juga tidak pernah lepas dari fokus dalam penyusunan regulasi. Jika melihat peta jalan pembinaan dan pengawasan PPPK terlihat bahwa akan dibentuk komite sanksi. Bukankah sebelumnya sudah terdapat komite sanksi? Jadi Komite Sanksi yang akan dibentuk selanjutnya itu seperti apa?

PPPK telah membentuk Komite Sanksi untuk profesi Penilai dan Aktuaris. Selanjutnya PPPK akan membentuk Komite Sanksi untuk profesi selain Penilai dan Aktuaris. Masih seputar sanksi bagi profesi keuangan, apakah sanksi yang selama ini dikeluarkan oleh PPPK akan dimunculkan pada situs web PPPK? Kriteria apa yang menjadikan sanksi profesi keuangan itu bisa dimunculkan pada situs web PPPK?

Berbicara mengenai profesi penilai dan berdasarkan kriteria sanksi yang ditetapkan, yang dapat diinformasikan kepada publik melalui situs web PPPK adalah sanksi administratif berupa pembatasan jasa penilaian objek tertentu, pembatasan pemberian bidang jasa tertentu, pembekuan izin, dan/atau pencabutan izin. Hal ini berlaku pula pada profesi akuntan, jenis sanksi yang diinformasikan melalui situs web PPPK di antaranya adalah sanksi administratif berupa rekomendasi untuk kewajiban tertentu, peringatan tertulis, pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, pembatasan pemberian jasa tertentu, dan denda. Adapun jenis sanksi yang sifatnya hanya diumumkan oleh Menteri melalui situs web PPPK yaitu sanksi pembekuan dan pencabutan izin. Harapan dari Pak Arie sendiri dengan

adanya redesain ini apa?

Harapan saya, redesain ini akan membawa PPPK bertransformasi menjadi organisasi bionic, di mana manusia dan teknologi saling mendukung. Melalui pembinaan dan pengawasan yang terdigitalisasi serta pemanfaatan data dalam perumusan kebijakan maupun pengambilan keputusan, saya juga berharap PPPK akan menjadi pembina dan pengawas profesi keuangan yang berwawasan ke depan dan dapat menjawab tuntutan perkembangan zaman dalam rangka mendorong optimalisasi peran profesi keuangan.

Teknologi untuk mendukung pekerjaan

Penyunting:

Suryadi

11

Laporan Utama

(14)

Yesi Febriani

yesi.febriani@kemenkeu.go.id

Pengawasan PMPJ,

Sudahkah Berjalan

Efektif?

D

irektur Pelaporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Soegijono Setyabudi, pernah menyampaikan harapannya agar pelaku usaha konsisten menerapkan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ) atau Know Your Customer (KYC). Penerapan PMPJ menjadi penghalang pelaku kejahatan untuk menikmati hasil kejahatan sekaligus melakukan kejahatan baru.

Penerapan PMPJ membuat tindak kejahatan pencucian uang tidak dapat terfasilitasi dengan mudah.

Foto Envato

(15)

13

12

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Prof. Keu

Pelaku usaha yang tidak

menerapkan PMPJ sama saja dengan membiarkan terjadinya tindak pidana pencucian uang. Akuntan dan Akuntan Publik menjadi salah satu pihak pelapor yang wajib melaksanakan PMPJ untuk mengetahui profil, karakteristik, serta pola transaksi pengguna jasanya. Lantaran pihak tersebut memiliki potensi untuk bersinggungan dengan tindak pidana pencucian uang atau tindak pidana pendanaan terorisme.

Guna mendukung semangat tersebut, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) turut serta melakukan optimalisasi pengawasan pelaksanaan PMPJ di lingkungan Akuntan dan Akuntan Publik. Berawal dari diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 155/ PMK.01/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Akuntan dan Akuntan Publik serta Surat Edaran Kepala PPPK nomor SE-7/ PPPK/2019 tanggal 29 November 2019. Payung hukum tersebut dibangun untuk mencapai penerapan PMPJ yang menyeluruh bagi Akuntan dan Akuntan Publik. PPPK berkomitmen untuk mendukung sepenuhnya upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme khususnya di lingkungan Akuntan dan Akuntan Publik. Penerbitan PMK tersebut menjadi momentum awal PPPK untuk mulai mengawasi kepatuhan PMPJ oleh Akuntan dan Akuntan Publik.

PPPK mengawali pengawasan terkait PMPJ pada tahun 2018 sebelum Surat Edaran yang mengatur pedoman penerapan PMPJ diterbitkan. Saat itu ruang lingkup pemeriksaan terkait PMPJ hanya sebatas validasi status pendaftaran Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik pada aplikasi GRIPS (Gathering Reports and

Information Processing System) PPATK yang sekarang berganti nama menjadi GoAML (Go Anti Money Laundering). Lantaran sosialisasi tentang PMPJ dan aplikasi ini baru mulai gencar dilakukan di lingkungan Akuntan Publik pada tahun 2018 dan mulai diterapkan secara konsisten di tahun berikutnya.

Berdasarkan data pemeriksaan tahun 2018, dari 76 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang diperiksa baik pemeriksaan berkala maupun pemeriksaan Sistem Pengendalian Mutu (SPM), diperoleh data bahwa 98% KAP yang diperiksa pada tahun tersebut telah melakukan registrasi. Sementara itu pada tahun 2019, ruang lingkup pengawasan PMPJ tidak terbatas hanya terkait pendaftaran aplikasi GoAML, tetapi juga

pemeriksaan kepatuhan KAP dalam hal adanya pedoman internal PMPJ, baik tergabung dalam SPM KAP maupun berupa pedoman terpisah. Selain itu, kepatuhan KAP dalam pelaksanaan pedoman PMPJ juga sudah menjadi lingkup pemeriksaan.

Di pemeriksaan berikutnya, diketahui bahwa dari 70 KAP dan 10 KJA yang dilakukan pemeriksaan, 100% telah terdaftar pada aplikasi GRIPS PPATK. Kendati demikian hanya sekitar 15% saja dari KAP yang diperiksa pada tahun tersebut, yang telah memiliki pedoman PMPJ dan 13% yang telah mengimplementasikan pedoman tersebut.

Hasil pemeriksaan di tahun 2019 nyatanya tidak jauh berbeda dengan tahun 2020. Meskipun terdapat kenaikan persentase KAP yang telah memiliki pedoman internal PMPJ serta konsisten menerapkannya, kenaikannya belum signifikan. Hanya terdapat sekitar 33% KAP yang telah patuh dalam penerapan PMPJ pada tahun 2020. Hal tersebut tentu saja menjadi suatu PR besar bagi

PPPK yang juga menjalankan fungsi pembinaan bagi KAP serta asosiasi profesi, untuk mendorong kepedulian dan keikutsertaan profesi akuntansi dalam rangka pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang digalakkan oleh PPATK sejak 2017 lalu.

Untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan PMPJ, PPPK juga

mengawasi kepatuhan PMPJ di Kantor Jasa Akuntan (KJA). Hasilnya kurang lebih sama dengan pemeriksaan KAP. Sampai dengan penyelesaian pemeriksaan pada tahun 2020, sebagian besar KJA belum memiliki pedoman internal PMPJ. Tidak hanya itu, sulit mengharapkan kantor-kantor ini menerapkan pedoman PMPJ yang disusun secara disiplin. Mayoritas baik dari Akuntan maupun Akuntan Publik merasa telah mengenal kliennya sehingga menurut mereka rasanya tidak mungkin jika klien-klien tersebut melakukan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme. Kendati demikian, potensi tindak pidana tersebut dapat terjadi di mana pun dalam setiap kesempatan. Itulah yang menyebabkan Akuntan dan Akuntan Publik perlu menilai risiko terkait PMPJ terhadap setiap kliennya.

Melihat fenomena pada hasil pemeriksaan beberapa tahun terakhir, PPPK akan berusaha untuk berfokus pada pemeriksaan PMPJ. Salah satunya dengan memilih sampel pemeriksaan dengan klien yang telah dilakukan penilaian risiko PMPJ untuk diperiksa. Harapannya, kepatuhan Akuntan dan Akuntan Publik terkait pelaksanaan PMPJ semakin baik dan dapat dilaksanakan secara konsisten sehingga turut serta mendukung visi PPATK dalam rangka menanggulangi tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Penyunting:

(16)

Verifikasi Pengalaman

Audit Bagi Calon

Akuntan Publik:

Bukan Sekadar Persyaratan

Administrasi

Erly Suharly

erly.suharly@kemenkeu.go.id

L

aporan Keuangan merupakan unsur penting dalam kegiatan usaha suatu entitas. Berbagai pemangku kepentingan memanfaatkan informasi dari laporan keuangan untuk mengambil keputusan ekonomi. Dengan demikian, informasi laporan keuangan harus andal guna memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan. Untuk menjamin keandalan laporan keuangan yang disusun, peran Akuntan Publik sangat penting sebagai pihak eksternal yang melaksanakan fungsi asurans atas laporan keuangan. Proses asurans melalui jasa audit atas laporan yang berkualitas akan memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan terutama untuk meningkatkan kepercayaan publik, transparansi, dan kualitas informasi atas laporan keuangan.

Audit atas laporan keuangan merupakan jasa utama yang hanya

dapat diberikan oleh seorang Akuntan Publik. Audit atas laporan keuangan dilakukan berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Dengan demikian, Akuntan Publik dituntut untuk menjalankan audit dengan kompetensi profesionalnya agar dapat memenuhi standar yang berlaku. Kompetensi profesional yang dibangun dan dipelihara Akuntan Publik dalam suatu audit atas laporan keuangan juga diperlukan untuk melindungi kepentingan publik, meningkatkan kualitas audit, serta menambah kredibilitas profesi Akuntan Publik itu sendiri.

Untuk mencapai kualitas audit yang tepercaya, Akuntan Publik harus memiliki kompetensi yang mumpuni. Kompetensi tersebut dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman praktik. Guna menjamin

pendidikan yang berkualitas dan seragam, International Federation

of Accountants (IFAC), menerbitkan International Education Standard (IES)

1 sampai 8. Secara umum, IES 1 sampai 7 mengatur kompetensi dan hasil belajar proses pendidikan akuntansi yang menjamin terwujudnya akuntan yang berkualitas. Sementara itu IES 8 mengatur kompetensi akuntan ketika akan menjadi rekan perikatan Akuntan Publik.

IES 8, yang nama standar aslinya Professional Competence for

Engagement Partners Responsible for Audit of Financial Statements, lebih

lanjut mengatur tentang kompetensi profesional yang perlu dipenuhi dan dipelihara oleh akuntan profesional dalam menjalankan perannya sebagai rekan perikatan yang bertanggung jawab atas audit laporan keuangan. Dalam IES 8 ini, definisi kompetensi

PPPK memverifikasi pengalaman audit calon Akuntan Publik secara menyeluruh untuk memastikan pemohon memiliki kompetensi profesional yang mumpuni.

Fot

o

En

vat

(17)

15

14

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Prof. Keu

akuntansi, keuangan, dan manajemen, dalam hal pengalaman jasa audit atas informasi keuangan historis hanya terpenuhi 90%. Namun, bagi Akuntan Publik di provinsi yang tidak terdapat KAP atau cabang KAP terdapat pengecualian, yakni persyaratan pengalaman memberikan jasa asurans dan atau jasa lainnya paling sedikit 500 jam jasa audit atas informasi keuangan historis dalam 7 tahun terakhir, dan 500 jam jasa lainnya yang diverifikasi oleh IAPI.

Dalam menjalankan peran untuk melakukan verifikasi pengalaman memberikan jasa asurans dan atau jasa lainnya, IAPI telah menetapkan Peraturan Asosiasi Nomor 6 tahun 2017 tentang Sertifikat Pengalaman Praktik Bidang Audit dan Asurans. Berdasarkan peraturan tersebut, IAPI akan menerbitkan Sertifikat Pengalaman Praktik Bidang Audit dan Asurans sebagai surat keterangan yang memuat pemenuhan pengalaman praktik dalam pemberian jasa audit dan asurans bagi anggota pemegang

Certified Public Accountant of Indonesia

(CPA of Indonesia) sebagai pemenuhan kompetensi untuk menjalankan peran sebagai Rekan Perikatan Audit dalam rangka pemerolehan izin Akuntan Publik.

Salah satu syarat penerbitan sertifikat CPA of Indonesia adalah telah memenuhi kualifikasi profesional yang memiliki kompetensi untuk menjalankan peran sebagai rekan. Pemenuhannya ditempuh melalui dua kegiatan yaitu praktik pengalaman kerja pada bidang audit melaui Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memenuhi persyaratan yang diatur dan dinyatakan lulus penilaian kompetensi yang diselenggarakan oleh Dewan Sertifikasi. Penilaian kompetensi dilakukan dengan kegiatan berupa ujian tertulis yang bersifat komprehensif dan kegiatan workshop tatap muka. Penilaian kompetensi ini dimaksudkan untuk melakukan penilaian atas capaian hasil belajar sebagaimana telah diadopsi dari IES 8.

Sertifikat pengalaman praktik bidang audit dan asurans yang diterbitkan IAPI digunakan sebagai bukti verifikasi pengalaman memberikan jasa asurans dan atau jasa lainnya bagi para CPA of Indonesia yang mengajukan permohonan sebagai Akuntan Publik. Sertifikat ini tidak hanya mengandalkan jumlah jam audit yang disampaikan, tetapi juga melalui serangkaian prosedur kegiatan dan pengujian kemampuan seseorang dalam melaksanakan audit sehingga calon Akuntan Publik dapat diyakini kompetensi teknisnya sesuai persyaratan yang ditetapkan. Serangkaian prosedur yang diatur tidak seharusnya pula dianggap beban sebagai penambah persyaratan, tetapi memang untuk membuktikan dan memberikan keyakinan yang memadai bahwa calon Akuntan Publik telah memiliki kompetensi teknis untuk menjadi rekan dalam perikatan setelah memperoleh izin Akuntan Publik dari Kementerian Keuangan.

Jika seseorang merasa siap untuk menjadi Akuntan Publik, sudah seharusnya ia juga siap untuk membuktikan kompetensi profesional yang dimilikinya, tidak hanya pembuktian kuantitas jam audit tetapi juga pembuktian kualitas atas kompetensinya. Audit yang berkualitas, berhulu dari Akuntan Publik yang berkualitas dan bermuara pada informasi keuangan yang andal dan tepercaya. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengambil keputusan ekonomi yang tepat. Pada akhirnya, yang diharapkan dengan implementasi kebijakan ini adalah peningkatan peran Akuntan Publik untuk dapat meningkatkan tax ratio, transparansi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat dan inklusif.

profesional adalah kemampuan untuk menjalankan peran dengan standar yang ditentukan. Kompetensi profesional meliputi pengetahuan tentang prinsip, standar, konsep, fakta, dan prosedur. Kompetensi profesional merupakan integrasi dan penerapan antara aspek kompetensi atau pengetahuan teknis, keahlian profesional serta nilai-nilai, etika, dan perilaku profesional.

IES 8 ini ditujukan untuk para anggota IFAC, yang memiliki tanggung jawab dalam pengembangan profesional berkelanjutan dan pembinaan komitmen untuk terus belajar bagi akuntan profesional. Pengembangan profesional

berkelanjutan merupakan kelanjutan dari pembangunan kompetensi awal seorang akuntan publik yang mencakup pengalaman praktik. Seiring dengan berkembangnya karier seorang praktisi akuntan, pengalaman praktik untuk menjadi rekan perikatan menjadi semakin penting dalam mengembangkan dan memelihara kedalaman dan keluasan kompetensi profesional yang diperlukan.

Pengalaman praktik dalam memberikan jasa asurans dan atau jasa lainnya telah menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan izin Akuntan Publik di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Persyaratan ini lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik dengan melampirkan dokumen pendukung berupa surat keterangan pengalaman memberikan jasa asurans dan atau jasa lainnya yang diverifikasi oleh Asosiasi Profesi Akuntan Publik. Hal tersebut meliputi paling sedikit 1000 jam jasa audit atas informasi keuangan historis dalam 7 tahun terakhir, dengan paling sedikit 500 jam di antaranya memimpin dan atau menyupervisi perikatan audit atas informasi keuangan historis; dan juga jasa lainnya yang berkaitan dengan

Penyunting:

Zahrotun Nisaq

15

Prof. Keu

(18)

Redesain Pola

Pemeriksaan Penilai

Publik

I Dewa Gede Eka Dharma Yudha

dewa.yudha@kemenkeu.go.id

P

ada satu dekade ini, profesi Penilai Publik berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah Profesi Penilai yang saat ini mencapai 760 orang. Perkembangan yang terjadi tentu tak lepas dari kesadaran masyarakat akan profesi ini, terutama setelah disahkannya Undang-undang Pengadaan Tanah bersamaan dengan gencarnya usaha

pemerintah untuk mempercepat program pembangunan infrastruktur. Namun demikian, meningkatnya popularitas Penilai juga meningkatkan risiko yang mengikuti. Banyaknya aduan maupun kasus hukum yang menyeret profesi Penilai Publik mengenai pekerjaanya ke meja hijau menjadi fokus bersama Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) sebagai pembina profesi ini dan Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) selaku asosiasi.

Pesatnya pertumbuhan jumlah Penilai Publik mendorong PPPK berinovasi pada pola pemeriksaan terhadap Penilai Publik.

(19)

17

16

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Prof. Keu

melakukan inovasi untuk menjawab tantangan perkembangan profesi Penilai Publik, baik dari sisi kuantitas maupun kompleksitas pekerjaan. Perbandingan jumlah pemeriksa yang terbatas terhadap Penilai Publik yang terus meningkat dapat berakibat jarak pemeriksaan yang dilakukan terhadap satu Penilai Publik menjadi semakin panjang. Semakin panjangnya jarak pemeriksaan mengakibatkan pemilihan objek pemeriksaan dan penentuan mekanisme pemeriksaan yang sesuai dengan kondisi objek sangat krusial untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemeriksaan. Oleh karena itu PPPK melakukan redesain proses pemeriksaan dengan menggunakan profil resiko sebagai dasarnya.

Pemeriksaan berbasis risiko adalah pemeriksaan yang dilakukan menggunakan profil risiko dari objek yang akan diperiksa. Dalam penentuan Profil Risiko Penilai Publik, ada beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi.. Analisa profil risiko dilakukan oleh Bidang Perizinan dan Kepatuhan Penilai, Aktuaris dan Profesi Keuangan Lainnya dengan mendasarkan pada data yang dilaporkan setiap tahunnya oleh Penilai Publik. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi penentuan profil risiko. Sebagai contoh, jenis pekerjaan yang diterima dan seberapa luas pengaruh pekerjaan ini terhadap ekonomi apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan dan perhitungannya. Semakin luas pengaruhnya maka profil risiko akan semakin tinggi, begitu pula sebaiknya.

Dalam penentuan profil risiko tidak ada faktor tunggal yang mempengaruhi melainkan merupakan kombinasi antar parameter yang berkaitan satu dengan lainnya. Profil risiko

digambarkan dengan mengkategorikan Penilai Publik dalam kategori risiko tinggi (merah), sedang (kuning), dan rendah (hijau). Metode tersebut mempengaruhi penentuan prioritas pemeriksaan sebagai bagian dari proses mitigasi risiko.

Inovasi yang dilakukan dalam proses pemeriksaan dan pengawasan tidak berhenti dalam penyusunan dan penggunaan profil risiko. Metode pemeriksaan juga dibuat lebih beragam menyesuaikan dengan profil risiko objek yang diperiksa. Saat ini tidak ada metode pemeriksaan tunggal baik dari segi ruang lingkup, waktu, maupun jumlah tim pemeriksa. Metode pemeriksaan akan menyesuaikan kondisi objek yang diperiksa agar dapat meningkatkan efektifitas pemeriksaan. PPPK sebagai organisasi yang terus bertumbuh, tidak berhenti melakukan inovasi dalam melaksanakan tugasnya seiring dengan meningkatnya

tantangan dalam dunia profesi keuangan. Optimalisasi sumber daya yang PPPK miliki dan perbaikan metode berkelanjutan dalam melaksanakan tugas, diharapkan dapat membantu tercapainya visi PPPK dan Kementerian Keuangan yang sejalan dengan visi Presiden dan Wakil Presiden yaitu Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.

PPPK selaku pembina Profesi Keuangan memiliki beberapa fungsi, salah satunya melaksanakan tugas pengawasan atas profesi Penilai Publik. Pentingnya fungsi pengawasan ini seperti digambarkan dalam prinsip manajemen organisasi yang sering disebut POAC (Planning, Organizing,

Actuating, Controlling), yaitu pada

poin Controlling, bertujuan untuk memastikan bahwa implementasi dari regulasi yang telah dibuat oleh organisasi benar-benar dijalankan, melakukan monitoring terhadap anggota organisasi tersebut, dan apabila diperlukan melakukan koreksi agar tujuan bersama yang telah disepakati dapat tercapai. Dalam konteks ini, beriringan dengan visi MAPPI yaitu mewujudkan penilai Indonesia yang profesional dan bertaraf Internasional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Penilai Publik, salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh PPPK adalah pemeriksaan berkala. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin setiap tahun dengan berdasarkan pada dokumen rencana pemeriksaan tahunan yang ditetapkan oleh Kepala PPPK. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji kepatuhan Penilai Publik terhadap ketentuan PMK Penilai Publik. Kegiatan ini sangat penting karena tingginya dinamika penugasan penilaian, salah satunya adalah pengetahuan penilai terhadap regulasi terkini. Oleh karena itu faktor perputaran pemeriksaan atau frekuensi seorang Penilai Publik diperiksa dalam rentang waktu tertentu, sangat penting untuk memastikan bahwa Penilai tersebut menjalankan prosedur penilaian sesuai dengan peraturan dan standar yang sesuai.

Terkait dengan mekanisme pemeriksaan berkala, PPPK saat ini

Penyunting:

Molita Nainggolan

17

Prof. Keu

(20)

Eksistensi Aktuaris

Publik pada Perusahaan

Asuransi

Veronika Fadilla Fitri

veronika.fitri@kemenkeu.go.id

Aktuaris Publik memiliki tugas, peran, dan risiko yang tinggi pada perusahaan asuransi sehingga harus senantiasa memperbarui pengetahuan mengenai peraturan dan ketentuan terkait.

Fo

to

En

vat

o

P

asal 17 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian menyatakan bahwa setiap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi wajib mempekerjakan Aktuaris dalam jumlah yang sesuai dengan jenis dan lini usaha yang diselenggarakan. Aktuaris adalah seorang ahli yang dapat mengaplikasikan teori matematika, probabilitas, dan statistika, serta

ilmu ekonomi dan keuangan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan aktual pada sebuah bisnis khususnya yang berhubungan dengan risiko. Selain Aktuaris, dunia

perasuransian juga mengenal istilah Aktuaris Publik. Aktuaris Publik adalah seorang Aktuaris yang telah menyelesaikan ujian sertifikasi untuk mendapatkan gelar Fellow Society

of Actuaries of Indonesia (FSAI) yang

mendapatkan izin dari Menteri Keuangan dalam memberikan jasa aktuaria. Dalam memberikan jasa, seorang Aktuaris Publik dapat dibantu oleh Aktuaris yang baru menyelesaikan ujian sertifikasi profesi hingga mendapatkan gelar Associate of

Actuaries of Indonesia (ASAI).

Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan tentang Aktuaris Publik, seorang Aktuaris Publik

(21)

19

18

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Prof. Keu

Penyunting:

Fachri Reza Kusuma Aktuaris Publik.

Asumsi lainnya yang harus diperhatikan Aktuaris Publik adalah asumsi tabel mortalitas yang digunakan. Dalam konteks ini, Aktuaris Publik harus menggunakan tabel mortalitas terbaru yang relevan untuk menghitung cadangan perusahaan asuransi. Tabel mortalitas terbaru ditetapkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang diperbarui sesuai dengan kebutuhan kondisi masyarakat dan pasar yang teranyar.

Dengan demikian, Aktuaris Publik memiliki tugas dan peran yang sangat penting dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan produk asuransi yang dipasarkan dan menentukan kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Tugas-tugas penting tersebut tentunya diiringi dengan risiko yang tinggi. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas dan memitigasi risiko terkait asuransi, Aktuaris Publik harus senantiasa mematuhi dan memperbarui pengetahuan terkait ketentuan Peraturan Menteri Keuangan tentang Aktuaris, Standar Praktik Aktuaria, dan peraturan lainnya yang berlaku yang berhubungan dengan jasa aktuaria. perusahaan asuransi.

Pada prinsipnya, cadangan perusahaan asuransi merupakan salah satu bagian yang penting dalam kestabilan keuangan jangka panjang perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi digerakkan oleh kejadian yang tak pasti. Akibatnya, perusahaan asuransi harus menyisihkan sebagian aset yang dimiliki untuk dapat mencukupi kebutuhan pembayaran klaim dan biaya pada masa yang akan datang. Cadangan perusahaan asuransi merupakan salah satu komponen yang sangat memengaruhi tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Asumsi yang digunakan dalam penghitungan cadangan harus ditetapkan dengan berbagai pertimbangan dan kehati-hatian. Asumsi yang memengaruhi besaran cadangan perusahaan asuransi adalah tingkat diskonto. Semakin tinggi tingkat diskonto yang digunakan akan menghasilkan cadangan yang semakin kecil dan berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, penentuan asumsi tingkat diskonto sangat memerlukan ketelitian

dapat mendirikan Kantor Konsultan Aktuaria atau bergabung pada

perusahaan asuransi. Pada perusahaan asuransi, Aktuaris Publik mengemban tugas penting untuk merancang produk asuransi hingga melakukan penghitungan cadangan perusahaan asuransi yang menjadi tolok ukur kesehatan keuangan perusahaan asuransi.

Tugas Aktuaris Publik dalam merancang produk asuransi adalah menentukan tarif premi dan profitabilitas produk asuransi yang akan dipasarkan. Dalam menetapkan tarif premi, ada beberapa hal yang menjadi perhatian Aktuaris Publik, antara lain memastikan bahwa nasabah akan membayar premi sesuai dengan risikonya, memastikan bahwa premi yang terkumpul cukup untuk membayar klaim yang akan terjadi dan menutupi biaya operasional perusahaan, serta memastikan bahwa premi yang terkumpul adalah wajar dan bersaing. Selain merancang produk asuransi, Aktuaris Publik bertugas mengestimasi risiko yang menjamin kesehatan keuangan dan memastikan kecukupan kewajiban. Aktuaris juga bertugas untuk

menentukan liabilitas berupa cadangan

Foto Envato

19

Prof. Keu

(22)

Kepala PPPK, Firmansyah N. Nazaroedin berkesempatan memberikan paparan utama pada webinar Sosialisasi dan Diskusi Panel ATLAS Fot o Ar lin

WARTA

K

omite Small and Medium-Sized Practices (KSMP’s) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menggelar webinar perdana di tahun 2021 dengan tema “Sosialisasi dan Diskusi Panel mengenai aplikasi ATLAS” pada hari Kamis, tanggal 26 Februari 2021, melalui kanal YouTube IAPI.

Sebuah apresiasi oleh Ketua KSMP’s IAPI, Handoko Tomo kepada Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) menjadi kalimat pembuka kegiatan ini. Upaya yang telah dilakukan PPPK selaku regulator profesi keuangan dengan meluncurkan suatu fitur sebagai alat bantu untuk para auditor yang dinamakan ATLAS, untuk membantu para akuntan publik menerapkan standar audit, dinilai menjadi kontribusi yang signifikan bagi perkembangan profesi akuntan

publik di Indonesia. Lebih lagi, kini ATLAS telah mulai menjajaki silabus perkuliahan, sehingga akan menjadi nilai tambah bagi para mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan ATLAS untuk berkarier di bidang audit khususnya di Kantor Akuntan Publik (KAP).

Selanjutnya, Kepala PPPK, Firmansyah N. Nazaroedin menyampaikan paparan utama sebagai agenda webinar berikutnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan PPPK, masih banyak ditemukan permasalahan dalam penyusunan kertas kerja audit, perencanaan audit berbasis risiko, dan proses dokumentasi prosedur audit. Ia menegaskan bahwa temuan ini menjadi urgensi regulator, dalam hal ini PPPK, untuk mengembangan program yang dapat membantu

Menuju ATLAS the Next

Generation

ayu.fatmasari@kemenkeu.go.idAyu Fatmasari

kinerja para akuntan publik dan auditor yang sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang mengadopsi International Standards on Auditing (ISA). Namun pada prinsipnya, para auditor tetap membutuhkan ketelitian dalam melakukan audit dan patuh terhadap ketentuan yang berlaku, posisi ATLAS adalah sebagai alat bantu, bukan pengganti SPAP. Firmansyah juga menyampaikan bahwa sejak ATLAS diluncurkan pada 5 Desember 2018, PPPK bersama-sama dengan IAPI terus melakukan sosialisasi dan workshop penyebarluasan aplikasi tersebut. Sehingga perannya dalam membantu pelaksanaan audit dapat tercapai dengan baik, khususnya bagi KAP yang belum memiliki perangkat sebagai alat bantu audit, terutama untuk perikatan sederhana. Proses pembaruan sebagai

(23)

20

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Warta

21

Upaya PPPK meluncurkan ATLAS ini dinilai menjadi suatu kontribusi yang signifikan bagi perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia

Fot

o

Ar

lin

dengan terbitnya Laporan Auditor Independen (LAI). Sebagai akhir pemaparannya, Esika menghaturkan harapan kegiatan webinar ini dapat menambah kemampuan auditor untuk menghadapi penugasan yang sesungguhnya dalam penyusunan kertas kerja audit.

Selanjutnya, kegiatan webinar ini dilanjutkan dengan pemaparan dari anggota KSMP’s, Eko Suprapto. Dalam kesempatan ini Eko memberikan pemaparan teknis, yaitu demo berupa pengenalan dan panduan penggunaan ATLAS, mulai dari proses awal perikatan sampai dengan pemberian opini secara rinci. Selain itu, Eko memberikan penekanan dalam pemaparannya, bahwa bagi para akuntan publik dan auditor yang sudah menyelesaikan proses penyusunan kertas kerja audit pada ATLAS, tidak semata-mata dianggap memenuhi kewajiban akuntan publik dan auditor terhadap standar audit yang berlaku. Ia menekankan kembali bahwa ATLAS adalah fasilitas yang diberikan regulator untuk memudahkan proses audit, yang mana proses penyusunan dan pengembangannya telah disesuaikan dengan standar yang hasil evaluasi penggunaan ATLAS juga

sudah dilakukan oleh PPPK pada tahun 2020. Harapan untuk dilakukannya peningkatan terhadap ATLAS yang semula berbasis Excel menjadi berbasis situs web adalah salah satu fokus utama dari evaluasi yang dilakukan. Selanjutnya Firmansyah memberikan arahan untuk dapat terus menggiatkan pengembangan ATLAS the Next Generation dengan mendayagunakan perangkat komite IAPI dalam pelaksanaannya. Sehingga kedepannya, aplikasi ini dapat lebih banyak memberikan dampak positif bagi kualitas audit di Indonesia dan para akuntan publik pun dapat lebih fokus pada analisis dan pengembangan kemampuan profesional.

Dalam pemaparan, Esika

memaparkan keunggulan ATLAS dalam penggunaannya pada KAP di Indonesia yaitu, telah disusun berdasarkan audit berbasis risiko, disusun berdasarkan standar audit, sarana ideal

menjalankan prosedur audit, menjadi sarana dokumentasi audit, dan sebagai dasar pemberian opini. Esika juga tidak lupa untuk menjelaskan peran ATLAS dalam siklus audit, mulai dari pra-perikatan dengan klien sampai

berlaku, namun tetap tidak mengganti kewajiban untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Menutup kegiatan webinar ini, Eko menyampaikan bahwa ATLAS akan terus menjalani proses evaluasi, oleh karena itu diharapkan agar pihak terkait baik pengguna, praktisi, maupun penyusun standar untuk terus memberikan masukan-masukan untuk perbaikan kualitas ATLAS kedepannya. Selanjutnya Eko dan Esika menyuarakan harapan yang sama, yaitu kepada pengguna ATLAS, agar tidak terhalau dengan kendala yang ditemui saat menggunakan aplikasi tersebut. Dalam hal ini, keduanya menyampaikan bahwa permasalahan ini akan ditindaklanjuti dengan pelatihan lanjutan mengenai ATLAS yang akan diberikan oleh IAPI. Dengan demikian, pengguna akan terus bertambah dan pemanfaatan fasilitas berupa kemudahan yang diberikan regulator melalui ATLAS ini dapat tercapai dengan baik.

Penyunting:

(24)

ayu.fatmasari@kemenkeu.go.id Ayu Fatmasari

Vaksinasi Covid-19

Dimulai, PPPK Sigap

Ambil Sikap

S

udah setahun lebih,

masyarakat di seluruh dunia selalu disuguhkan dengan berita penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) setiap harinya. Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), jenis baru virus corona yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Peristiwa ini telah dinyatakan oleh pemerintah sebagai bencana non-alam berupa wabah/pandemi maupun sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat. Berita mengenai Covid-19 ini semakin berkembang seiring berjalannya waktu, yang berawal dari munculnya kasus Covid-19 di Wuhan hingga perkembangan penyebarannya di seluruh dunia. Melonjaknya kasus positif Covid-19 dan tingginya angka kematian akibat virus ini menjadi kekhawatiran bagi seluruh masyarakat. Dalam waktu yang singkat,

pandemi Covid-19 sudah berimbas ke seluruh aspek kehidupan, baik kehidupan setiap orang dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, maupun kontinuitas kehidupan suatu negara. Seluruh masyarakat dan negara-negara di dunia terkena tamparan keras sebagai imbasnya. Khususnya di Indonesia, pandemi Covid-19 memberikan tantangan yang sangat besar pada sektor kesehatan dan perekonomian.

Pada sektor kesehatan, Covid-19 menghambat upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan berdampak pada sistem kesehatan Indonesia, yang terlihat dari turunnya kinerja pada beberapa program kesehatan. Hal ini dikarenakan tumbangnya tenaga kesehatan yang bertugas sebagai

garda terdepan penyebaran Covid-19. Tingginya tingkat penyebaran yang terjadi pada tenaga kesehatan medis membuat proses pelayanan dan pengobatan masyarakat menjadi tertunda. Bahkan, penutupan sementara/penundaan layanan kesehatan marak terjadi di seluruh daerah.

Selanjutnya pada sektor perekonomian, pandemi Covid-19 ini memberikan dampak yang amat besar pula. Daya beli masyarakat turun hanya dalam waktu yang singkat. Dapat dibayangkan pula imbasnya terhadap sektor pariwisata, tidak ada lagi prioritas untuk melakukan wisata bagi kebanyakan orang. Selain itu, Covid-19 menimbulkan ketidakpastian yang berkepanjangan pada dunia usaha yang menyebabkan tumbangnya usaha kecil di Indonesia, macetnya dunia investasi, yang kemudian berimplikasi pada penutupan sejumlah perusahaan. Penutupan ini juga memiliki dampak yang buruk bagi pekerja, yaitu maraknya pemutusan hubungan kerja pada masa pandemi ini.

Mari kita lihat pula imbasnya terhadap profesi keuangan di Indonesia. Melemahnya berbagai sektor industri, berdampak buruk kepada profesi keuangan karena industri merupakan salah satu ladang utama dari spektrum kerja profesi keuangan. Mau tidak mau, suka tidak suka, seluruh profesi keuangan kini harus menjalin hubungan erat dengan digitalisasi. Hal ini juga berlaku bagi Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) sebagai regulator yang menaungi profesi keuangan di Indonesia. Penerapan digitalisasi merupakan satu-satunya jalan keluar dari kebijakan pembatasan aktivitas yang ditetapkan pemerintah demi

memutus penyebaran COVID-19. Profesi keuangan dituntut untuk lebih fleksibel dan tanggap akan perubahan yang terjadi secara cepat. Selain itu, dalam menghadapi situasi yang luar biasa ini, dibutuhkan standar yang luar biasa pula, sehingga para profesi keuangan bersama PPPK terus melakukan pembaruan standar yang dijalankan dalam pemberian jasa. Hal ini penting karena beberapa hal yang diatur dalam standar menjadi kurang relevan dan tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada saat ini. Selain itu, PPPK selalu aktif memberikan pembaruan terkait pengetahuan maupun informasi terkini melalui beberapa kanal media sosial yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar tugas dan fungsi yang dimiliki tetap berjalan dengan baik serta dapat memotivasi para profesi keuangan untuk tidak tertelan dalam dampak buruk yang menyertai peristiwa ini, secara aktif mengeskalasi kompetensi dan kemampuan agar dapat bertahan bahkan menjadi lebih baik lagi. Melonjaknya masalah sosial dan ekonomi mendorong para pemangku kebijakan di dunia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyelamatkan masyarakat dan perekonomiannya. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah merumuskan dan menetapkan berbagai cara untuk memutus tali rantai penyebaran COVID-19, baik mengenai pembatasan sosial, kebijakan lockdown, penerapan Work from Home (WFH) maupun School from Home (SFH), serta membangkitkan perekonomian Indonesia melalui

perumusan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Harapannya, seluruh kebijakan yang bersifat luar biasa ini dapat membantu seluruh

(25)

22

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Warta

23

lapisan masyarakat dalam menghadapi

pukulan yang sangat keras ini, baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi perekonomian. Pemerintah telah memberikan upaya terbaiknya dalam merespon situasi yang pelik ini. Tak ketinggalan, PPPK juga selalu bertindak responsif terhadap kebutuhan para profesi keuangan guna menghadapi situasi sulit ini. Berbagai fasilitas kemudahan dalam bentuk digitalisasi hingga bentuk kerja sama penyelenggaraan kegiatan yang berorientasi kepada kepentingan

Pegawai PPPK ikut berpartisipasi sebagai relawan vaksinasi Covid-19 pegawai Kementerian Keuangan

Fot

o

Nizhar

masyarakat tetap terus dilakukan. Penanggulangan pandemi Covid-19 tidak hanya dilakukan dari sisi penerapan protokol kesehatan, namun juga intervensi melalui program vaksinasi sebagai bagian dari upaya pencegahan dan Pengendalian Covid-19. Berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technology

Advisory Group on Immunization)

tahun 2020 bahwa untuk dapat mengendalikan pandemi Covid-19 di masyarakat secara cepat dilakukan

dengan meningkatkan kekebalan individu dan kelompok sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, dukungan produktifitas ekonomi dan sosial, serta pemberian vaksinasi Covid-19 yang dilakukan dengan strategi yang tepat pada kelompok sasaran prioritas.

Penyunting:

Haszazi

Kepala PPPK, Firmansyah N. Nazaroedin ikut berpartisipasi sebagai penerima vaksin Covid-19 di lingkungan Kementerian Keuangan Fot o Nizhar

23

Warta

(26)

SUDUT PANDANG

Aktuaris dan

Konsultan Aktuaria

Azwir Arifin, M.Sc., FSAI, AAAI-J, QIP, AMRP

I

lmu aktuaria adalah salah satu

bidang studi yang merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu seperti matematika, probabilita, statistika, ekonomi, keuangan dan pemrograman komputer. Ilmu-ilmu tersebut diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai persoalan aktual pada sebuah bisnis, khususnya yang berhubungan dengan risiko atau berhubungan dengan peristiwa yang mungkin terjadi di masa depan, kapan peristiwa tersebut akan terjadi dan berapa besar risiko atau jumlah dana yang perlu disisihkan untuk mengatasi biaya yang muncul jika peristiwa tersebut terjadi. Mereka yang bekerja menggunakan ilmu aktuaria ini disebut sebagai aktuaris. Apa itu profesi aktuaris? Aktuaris adalah seseorang yang telah

memperoleh sertifikasi FSAI (Fellow

of the Sosiety of Actuary of Indonesia)

yang ahli dalam mengaplikasikan ilmu aktuaria di dalam suatu bisnis. Profesi aktuaris ini masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagaimana profesi lain seperti dokter, pengacara, arsitek dan yang lainnya. Jika anak-anak atau generasi muda ditanyakan mengenai cita-citanya, hampir dipastikan tidak ada yang menyatakan dirinya ingin menjadi aktuaris.

Profesi aktuaris ini memang menarik untuk dicermati, apalagi sejak diatur, disupervisi, dibina dan dikembangkan dengan lebih terstruktur oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). PPPK adalah suatu unit di bawah Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan yang menjadi regulator dan supervisor untuk seluruh profesi keuangan di Indonesia. Profesi

keuangan ini diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara kepentingan perusahaan atau produsen produk keuangan dan kepentingan masyarakat maupun kepentingan pemerintah. Di dalam industri aktuaria, terdapat 2 profesi aktuaris yang dapat memberikan jasa aktuaria yaitu aktuaris perusahaan dan konsultan aktuaria.

Aktuaris adalah seorang yang sudah mempunyai gelar sertifikasi FSAI dan sudah memperoleh lisensi sebagai aktuaris publik dari Menteri Keuangan. Dengan mendapatkan lisensi tersebut, maka mereka mempunyai wewenang untuk membubuhkan tandatangan pada Laporan Jasa Aktuaria. Aktuaris perusahaan bekerja di dalam perusahaan asuransi baik asuransi jiwa maupun asuransi kerugian, maupun di perusahaan reasuransi atau perusahaan lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan konsultan aktuaria adalah aktuaris publik yang memberikan jasa aktuaria kepada perusahaan yang memerlukan jasa perhitungan aktuaria dan sekaligus menjalankan fungsi independensi sebagai kepanjangan tangan dari regulator untuk membantu mengawasi hasil pekerjaan para aktuaris perusahaan. Konsultan aktuaria bekerja di sebuah badan hukum yang dikenal dengan nama Kantor Konsultan Aktuaria (KKA), serupa dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai suatu tempat kerja yang didirikan oleh profesi akuntan publik. Ruang lingkup jasa aktuaria yang diberikan oleh KKA antaralain : 1. Merumuskan dan membuat

pernyataan aktuaria terkait

dengan rancangan produk asuransi, termasuk penentuan tarif premi dan profitabilitas produk;

2. Menganalisis dan menentukan tingkat kesehatan keuangan dan kecukupan modal perusahaan perasuransian dan industri keuangan lain seperti dana pensiun;

3. Menghitung cadangan teknis perusahaan asuransi jiwa atau asuransi kerugian (konvensional dan syariah), jaminan sosial seperti PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PT Taspen), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan;

4. Menghitung liabilitas aktuaria dan liabilitas solvabilitas serta menganalisis kecukupan dan rasio pendanaan untuk dana pensiun dan Yayasan Kesejahteraan Pegawai;

5. Melakukan valuasi atas aspek aktuaria dan pemberian konsultasi atau pendapat yang memandatkan penggunaan penghitungan aktuaria;

6. Menghitung jasa aktuaria lainnya atau yang diwajibkan untuk ditandatangani oleh aktuaris Publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jika dicermati ruang lingkup jasa aktuaria itu tidak hanya mencakup pada industri asuransi dan dana pensiun, tetapi juga menghitung liabilitas imbalan pascakerja seorang karyawan. Penghitungan kewajiban pasca kerja ini menjadi amanat dari Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang menindaklanjuti adanya janji

(27)

24

PROKSI EDISI 2/MARET 2021

Sudut Pandang

25

Statistika merupakan salah satu disiplin ilmu yang perlu dikuasai oleh seorang aktuaris.

Fo

to

En

vat

o

kompensasi masa depan bagi pekerja jika hubungan kerjanya berakhir akibat kejadian apapun. Kompensasi atas putusnya hubungan kerja ini diatur dalam sebuah regulasi setingkat undang-undang, yang dikenal sebagai undang-undang yang mengatur kompensasi pascakerja. Lantaran diatur dalam undang-undang, kompensasi ini menjadi kewajiban yang harus dibayarkan oleh pemberi kerja atau perusahaan kepada pekerja pada saat hubungan kerja berakhir. Kompensasi yang dikenal secara umum dengan istilah pesangon ini harus dibayarkan oleh pemberi kerja, apabila terdapat beberapa peristiwa seperti: pekerjanya yang mengundurkan diri secara sukarela, mencapai usia pensiun, mengalami musibah meninggal dunia, menderita cacat tetap total atau sakit berkepanjangan sehingga tidak mampu bekerja lagi. Selain itu, pesangon juga dibayarkan, saat pekerja mendapatkan pemutusan hubungan kerja (PHK), baik atas inisiatif perusahaan maupun akibat kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja.

Semua jasa penghitungan aktuaria yang diberikan oleh konsultan aktuaria ini diatur dalam regulasi setingkat kementerian, sehingga tentunya mempunyai posisi hukum yang cukup kuat dan berpengaruh. Perizinan kantor konsultan aktuaria dan lisensi aktuaris publik dan juga aktuaris beregister dikeluarkan oleh PPPK dengan harus memenuhi

persyaratan dan kelengkapan tertentu. Hal ini berperan penting dalam pembinaan, pengawasan dan pengembangan industri aktuaria, terutama dari gangguan konsultan non aktuaria tetapi memberikan jasa konsultasi dan perhitungan aktuaria padahal tidak memiliki lisensi dan perizinan yang resmi.

Tentunya ini sangat diapresiasi oleh para konsultan aktuaria serta juga masyarakat umum pengguna jasa konsultan aktuaria. Pasar menjadi sadar dan terbuka matanya untuk menunjuk konsultan aktuaria yang secara sah terdaftar di PPPK agar terhindar dari risiko kesalahan hasil penghitungan atau konsultasi aktuaria yang dilakukan oleh konsultan tanpa izin resmi tersebut. Jika risiko tersebut terjadi maka tentunya sulit untuk mendapatkan bantuan perlindungan dari regulator, mengingat konsultan tersebut tidak terdaftar secara resmi pada direktori yang ada pada situs web PPPK. Akhirnya bagi para konsultan aktuaria perlu memperhatikan pernyataan Napolitano (2011) yang mengatakan bahwa “Kunci kesuksesan seorang tenaga profesi adalah ketika ia dapat bekerja dengan klien yang benar, bukan berapa lama ia bekerja ataupun berapa banyak klien yang ia terima”. Napolitano juga mengatakan bahwa masih banyak tenaga profesi yang menerima klien hanya berdasarkan fee yang akan mereka terima dan cenderung mengabaikan hal lainnya.

Untuk itu, konsultan aktuaria sebagai tenaga profesi, perlu memperhatikan hal-hal di luar fee dalam menerima pekerjaan dari klien karena hal tersebut dapat menentukan sukses tidaknya seorang tenaga profesi.

Oleh pemberi kerja, apabila terdapat beberapa peristiwa, seperti pekerjanya yang mengundurkan diri secara sukarela, mencapai usia pensiun, mengalami musibah meninggal dunia, menderita cacat tetap total atau sakit berkepanjangan sehingga tidak mampu bekerja lagi. Selain itu, pesangon juga di bayarkan, saat pekerja mendapatkan pemutusan hubungan kerja (PHK), baik atas inisiatif perusahaan maupun akibat kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja.

Azwir Arifin, M.Sc., FSAI,

AAAI-J, QIP, AMRP

Ketua Asosiasi Konsultan

Aktuaria Indonesia (AKAI) Penyunting:

(28)

Memperkuat Profesi

Konsultan Pajak

Drs. Mochamad Soebakir

T

anpa peran konsultan pajak niscaya pemerintah sulit mewujudkan sistem perpajakan self-assessment dapat berjalan dengan baik. Kompleksitas peraturan perpajakan yang sangat dinamis mengikuti perkembangan dunia usaha, sosial masyarakat dan proses bisnis, menyebabkan wajib pajak hampir tidak mungkin menjalankan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku secara mandiri.

Dalam perkembangannya, peran konsultan pajak bukan saja memberikan layanan kepada Wajib Pajak, tapi juga sebagai intermediary antara wajib pajak dengan otoritas pajak. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan dan kesadaran perpajakan yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan negara. Konsultan pajak juga berperan sebagai penghubung untuk membantu otoritas pajak dalam memberikan pemahaman yang benar kepada wajib pajak mengenai ketentuan perpajakan sehingga dapat mengurangi terjadinya sengketa pajak yang menghambat penerimaan negara. Sebagai suatu profesi, konsultan pajak harus mempunyai pengetahuan dan kompetensi yang mumpuni dalam bidang perpajakan serta berbagai disiplin ilmu terkait dalam menjalankan profesinya. Tingkat kompetensi dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat keahlian atau brevet yang diperoleh setelah menempuh ujian sertifikasi konsultan pajak yang diselenggarakan oleh panitia atau organisasi yang diberi kewenangan melaksanakannya secara nasional.

Memasuki dunia profesi dalam bidang tertentu faktanya tidak cukup

hanya mengandalkan pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi. Namun, perlu ditunjang dengan kecakapan dan keahlian khusus. Misalnya, untuk berprofesi sebagai akuntan publik, seorang mahasiswa lulusan S1 akuntansi, harus lulus ujian kompetensi profesi yang diadakan oleh organisasi profesi Akuntan Publik. Hal yang sama juga berlaku untuk profesi advokat serta dokter yang tidak hanya mensyaratkan ijazah sarjana di bidangnya dari perguruan tinggi, tetapi harus terlebih dahulu menempuh ujian kompetensi sebagai bagian dari proses sertifikasi profesi. Sertifikasi konsultan pajak menjadi sangat penting dalam melindungi para pihak pengguna jasa, khususnya dalam hal ini wajib pajak agar tidak dirugikan karena pemberian advis perpajakan dari orang yang tidak kompeten.

Profesi konsultan pajak harus memiliki karakteristik sebagaimana profesi bidang lain pada umumnya yakni: (1) memiliki bidang keahlian tertentu, (2) mensyaratkan pendidikan profesional berkelanjutan (PPL), (3) diatur oleh suatu regulasi dan perizinan, (4) mengandung kepentingan publik, dan (5) berbasis pada kompetensi individu.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 mensyaratkan bahwa seorang Konsultan Pajak wajib menjadi anggota organisasi profesi Konsultan Pajak yang memiliki Kode Etik Standar Profesi, dan PPL. Berbicara mengenai organisasi profesi, sudah selayaknyalah bahwa anggota dan pengurusnya terdiri dari orang perorangan yang mempunyai izin praktik konsultan pajak, kecuali misalnya bagi anggota kehormatan organisasi profesi tersebut yang diangkat berdasarkan kontribusinya dalam kemajuan profesi konsultan

pajak. Tidak tepat kiranya jika pengurus sebuah organisasi profesi konsultan pajak bukan merupakan konsultan pajak yang telah memperoleh izin praktik. Untuk menjunjung tinggi profesionalisme dan kemandirian konsultan pajak, perlu ditetapkan adanya prasyarat kualifikasi, pedoman perilaku serta hak dan tanggungjawab profesi seorang Konsultan Pajak. Hal tersebut diatur dalam bentuk peraturan perundang-undangan setingkat undang-undang yang khusus mengatur mengenai konsultan pajak. Pengaturan profesi konsultan pajak dalam sebuah undang-undang menjadi sangat penting diantaranya: (a) memberikan landasan dan kepastian hukum bagi profesi konsultan pajak (b) memberikan perlindungan kepada pengguna jasa konsultan pajak (c) menjaga keluhuran martabat dan meningkatkan mutu profesi konsultan pajak (d) membantu pelaksanaan undang-undang perpajakan dengan adil dan berkepastian hukum, dan (e)

Referensi

Dokumen terkait

Tekijöiden merkitystä arvioidaan myös sekä toimialan että yrityksen oman tilanteen kannalta, minkä oletamme mahdollistavan sen arvioimisen, mitkä ovat yritysten

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kematangan (Maturity level) sistem informasi penjualan alat berat pada PT Trakindo Utama cabang Pekanbaru dengan

Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil data rekam medis pasien lanjut usia di poli rawat jalan Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya, jumlah sampel yang

Klasifikasi adalah proses menemukan model (fungsi) yang menjelaskan dan membedakan kelas-kelas atau konsep, dengan tujuan agar model yang diperoleh dapat digunakan

Peta isomagnet total bervariasi antara -500 s/d >1000 nT, nilai rendah antara 0 s/d > − 500 nT ditafsirkan berkaitan dengan batuan yang bersifat non magnetik

Konsekuensi menjadi pimpinan adalah ditertawakan, tidak disukai, tidak perlu marah karena akan ada orang yang tidak suka.. “Matang secara emosional adalah menanggapi hinaan

Keunikan yang dimiliki Candi Sukuh tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan China, maka penulis mengangkat Candi Sukuh ini dalam Tugas Akhir dengan judul

Misalnya kue nastar keju, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam satu resep adalah 200 gr mentega, 2 butir kuning telur, 1 butir kuning telur (untuk olesan), 50 gr gula halus,