• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ni Luh Asti Widyahari: Bangga Berprofesi

Dalam dokumen 2 PROKSI EDISI 2/MARET 2021 (Halaman 38-42)

sebagai Penilai

Milenial

Ira Rani Puspa

irarani.puspa@kemenkeu.go.id Fo to Dok . P rib adi Ni Luh Asti Widyahari

37

36 PROKSI EDISI 2/MARET 2021 Persona

Apa pengalaman paling berkesan yang pernah di dapat sebagai profesi penilai?

Tentunya banyak, karena setiap tahun selalu berganti penugasan. Saya selalu menemui pengalaman penilaian-penilaian baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Saat dipercaya oleh para klien untuk menangani proyek yang lumayan berat sangat menantang buat saya. Hal paling menantang adalah saat melakukan penilaian terhadap pengadaan tanah karena harus ekstra sabar, disiplin, dan teliti. Prosesnya panjang dan setelah hasil penilaian ada, kita harus mempertanggungjawabkan angka yang kita dapat karena terkadang hal tersebut ditanyakan di pengadilan dan masyarakat yang masih meragukan hasilnya.

Selain itu, saya lima kali di beri kesempatan sebagai pembicara pada kongres internasional. Terakhir saat acara The 22nd ASEAN Valuers Association Congress 2019 Legal System of Valuation Profession in ASEAN di Thailand tanggal 20 sampai 22 Oktober 2019 dengan topik Smart Valuation: Is It Smart Enough?, tentu memberikan kesan yang tidak terlupakan. Pengalaman lainnya, kesempatan menjadi narasumber dan dosen tamu yang berbagi tentang profesi penilai

menambah ruang untuk aktualisasi diri serta pengembangan diri saya. Apakah profesi penilai menjanjikan (dari segi pengalaman, pengembangan diri dan pemasukan) bagi para milenial dan Gen Z?

Menurut saya, profesi penilai sangat menjanjikan, terutama jika dilihat dari pengalaman kerja. Setiap hari adalah hari baru dengan beragam penugasan yang bermanfaat untuk orang lain. Jadi tidak membosankan! Apalagi semakin banyak yang dilakukan, semakin diri kita berkembang dan semakin puas. Berbicara pengembangan diri, masih banyak ruang untuk aktualisasi. Profesi penilai masih akan berkembang ke depannya. Terakhir, terkait

pemasukan, saya pikir cukup. Lebih dari cukup apabila kamu kreatif atau dapat melakukan pekerjaan penilai secara efisien dari kebanyakan yang orang lakukan. Dan bisa mendapat lebih banyak jika ada ketertarikan lain misalnya pengembang bisnis. Jadi, tergantung orangnya ingin melakukan hal yang seperti apa dan bagaimana cara orang tersebut mencapai tujuan-tujuan yang ditargetkannya.

Saat ini Anda juga berkontribusi aktif berbagi tentang profesi penilai pada media sosial, apa yang memotivasi

Kanal YouTube Penilaian ID, media edukasi tentang penilaian yang digagas oleh Ni Luh Asti Widyahari

Anda untuk melakukannya? Adakah harapan tertentu?

Latar belakang mengapa muncul situs web, Instagram dan YouTube penilaian.id karena saya merasa profesi penilai kurang dikenal masyarakat sehingga perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat. Saya sendiri awalnya juga tidak tahu apa itu profesi penilai. Saat saya terjun di dunia penilaian, banyak orang yang masih mempertanyakan tentang pekerjaan saya. Akhirnya, saya membuat rujukan terkait profesi ini agar orang yang tidak tahu tersebut menjadi tahu setelah membaca dan mempelajari tentang profesi penilai.

Harapannya, dengan adanya edukasi ini akan ada perubahan

kebiasaan. Misalnya saat orang ingin menjual beli rumah, orang tersebut tidak asal-asalan dan sudah mempunyai tolok ukur terkait nilai properti yang dimilikinya.

Masyarakat menyambut baik media edukasi yang dibangun pada tahun 2019 ini. Banyak pertanyaan yang dilayangkan di kolom komentar YouTube dan pesan di Instagram terkait apa itu profesi penilai, komponen apa saja yang dapat dinilai dan mengapa harus menggunakan penilai independen. Nah! Pertanyaan-pertanyaan yang masuk itu merupakan ide awal dari pembuatan konten di YouTube.

Bagaimana Anda memandang profesi penilai saat ini?

Sudah bagus dan dipakai oleh berbagai pihak. Namun di satu sisi, masih banyak yang belum mengetahui. Saya pernah ingin mengundurkan diri untuk mengejar cita-cita lama bekerja di Organisasi Non Pemerintah. Namun setelah berdiskusi dengan Penilai Publik senior, saya mendapat pandangan bahwa profesi ini masih dapat berkembang jauh ke depan, kesempatannya masih terbuka lebar, ruang lingkup kebutuhan akan

penilaian akan semakin luas jadi sangat disayangkan jika berhenti berkarier sebagai profesi penilai. Jadi, saya memantapkan diri untuk bertahan sebagai Penilai.

Foto bersama Kongres ASEAN Valuers Association (AVA) Tahun 2019 di Thailand

39

38 PROKSI EDISI 2/MARET 2021 Persona

Ke depan, saya berharap kepada regulator ada regulasi dan payung hukum untuk profesi ini karena saat ini, profesi ini sudah digunakan untuk tujuan yang superior namun belum ada payung hukumnya. Selain itu, saya juga berharap regulator bersama-sama profesi penilai dan MAPPI melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga dapat mengenali profesi ini. Banyak yang memprediksi profesi penilai ini akan besar dan dibutuhkan oleh banyak orang. Namun, itu akan terjadi jika semua pihak yang terlibat di penilai bahu membahu melakukan yang terbaik dan berkontribusi maksimal untuk negeri ini.

Ada tips dan pesan untuk para milenial yang ingin berprofesi sebagai penilai?

Modal utama adalah kemauan untuk berjuang karena tantangan-tantangan penugasan baru akan semakin besar ke depan. Satu pesan sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia penilaian, lebih baik harus cari tahu tentang penilai. Jadi harus mengenali dulu. Tapi kalau sudah telanjur penasaran walau belum terlalu kenal, gabung saja dulu untuk merasakan apakah profesi ini cocok atau tidak untuk kita. Jadi coba dulu, nyebur dulu. Akan lebih baik lagi kalau mengenali dulu sebelum nyebur. Sangat lebih baik lagi apabila sudah mempersiapkan jauh-jauh hari saat

kuliah. Bisa dengan membaca buku-buku penilaian dan mulai mengikuti pelatihan MAPPI saat kuliah. Jangan buat keputusan untuk berprofesi penilai sebagai kompetisi. Jangan terburu-buru dan nikmati saja prosesnya! Satu hal yang harus diingat adalah hanya berkompetisi dengan dirimu sendiri. Karena kalau berkompetisi dengan orang lain, tidak akan ada habisnya. Selalu ada yang lebih baik, lebih pintar, dan lebih sukses. Kalau berkompetisi dengan orang lain, kita akan kelelahan. Cukup lakukan hal lebih baik daripada hari kemarin! Fo to Dok . P rib adi Penyunting: Ima Listyaningrum

Fot

o

Bintan

g

I

nvestasi di pasar modal hanya “mainan” orang-orang berduit. Begitu pandangan kebanyakan calon investor baru. Calon investor cenderung tidak ingin mengenal lebih jauh tentang investasi di pasar modal karena beranggapan bahwa investasi membutuhkan modal banyak, sulit dimengerti, dan sangat menyeramkan untuk dipelajari.

Pada dasarnya, pasar modal tidak semenyeramkan itu, asalkan kita paham ilmu investasi. Apalagi saat ini, berbagai kemudahan dikeluarkan oleh regulator untuk menjangkau partisipasi investor dalam negeri agar meramaikan pasar modal tanah air. Mulai dari layanan transaksi daring, pembuatan akun nirkertas, jumlah pembelian per lembar saham terjangkau hingga setoran awal yang rendah.

Jumlah investor di Indonesia berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga Februari 2021 telah mencapai 3,88 juta orang. Bursa Efek Indonesia mencatatkan pertumbuhan

investor baru hingga Februari 2021 sebanyak 335.000 atau tumbuh sebesar 10% dibandingkan bulan Februari 2020 lalu. Pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia ini didominasi oleh milenial yang semakin sadar akan kebutuhan dan perencanaan keuangan agar mereka mampu mencapai kebebasan finansial.

Fakta ini menunjukkan semakin banyak milenial yang melek investasi. Perlu diingat bahwa semakin besar basis investor dalam negeri, akan semakin kuat ketahanan pasar modal indonesia dan mengurangi risiko pasar keuangan yang bergejolak akibat kejutan yang disebabkan arus modal keluar (capital outflow) dari dana asing. Rendahnya literasi keuangan dan minat masyarakat terkait pasar modal ditengarai menjadi alasan utama mengapa partisipasi investor dalam negeri masih rendah, wakaupun peningkatan investor dalam negeri mengalami peningkatan signifikan, rasio keterlibatan penduduk Indonesia yang berinvestasi di Pasar Modal

masih sangat jauh tertinggal dibanding negara tetangga. Rasio keterlibatan penduduk yang berinvestasi di pasar modal adalah jumlah investor domestik dibandingkan dengan angkatan kerja aktif. Rasio keterlibatan penduduk Indonesia yang berinvestasi di Pasar Modal hanya 2,2% sangat jauh tertinggal dengan negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai 9% dan Singapura mencapai 26%.

Investasi saham juga dirasa sangat penting karena masyarakat secara tidak sadar terpapar dengan risiko Inflasi dan depresiasi nilai tukar rupiah yang tidak dapat dihindari setiap tahunnya dengan rata-rata tingkat inflasi 3% dan depresiasi nilai tukar rupiah dikisaran 1% maka daya beli masyarakat Indonesia sudah terkikis sebesar 4%. Hal ini yang menyebabkan masyarakat secara riil berkurang kekayaan bersihnya akibat nilai uangnya menurun.

Alasan inilah yang mendorong beberapa pegawai PPPK mendirikan komunitas investor milenial yang

Pertemuan perdana PPPK Investama

Dalam dokumen 2 PROKSI EDISI 2/MARET 2021 (Halaman 38-42)

Dokumen terkait