• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara

dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam

Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN

153 Pekanbaru

HASMAWATI

epidaermipku@gmail.com

Guru SDN 153 Pekanbaru

Abstract

‘Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal yang penting karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi dengan teman atau orangorang disekitarnya. Bahasa merupakan bentuk

utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran

dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempuyai makna’ Keywords: Kemampuan Berbicara, Metode, Bercerita Bebas Non Teks.

LATAR BELAKANG

Bercerita merupakan cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dan guru kepada anak didik. Oleh karena itu untuk menciptakan kembali semangat baru pada anak yang mungkin menurut akibat belajar atau aktivitas lain, maka memberikan kesempatan kepada anak adalah bercerita yang terbaik dilakukannya. Guru atau orang tua penting untuk memilih kegiatan bercerita yang mendidik untuk anak sehingga bercerita tersebut bukan sekedar memberikan keceriaan atau memuaskan hati anak. Dengan bercerita anak akan mampu mengembangkan akal dan pikiran memperkuat pengetahuan dan melatih anak-anak berani mengungkapkan pendapatnya bercerita. Tujuan bercerita adalah agar anak mampu mendengarkan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa apa yang didengarkan dan diceritakannya. Bercerita anak akan dapat terangsang emosinya. Semakin besar fantasi dan imajinasinya anak akan semakin lama dalam menekuni sebuah cerita, serta semakin menarik baginya.

Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal yang penting karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi dengan teman atau orangorang disekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempuyai makna.

Menurut Wothman (2006:212) menyatakan bahwa kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi bahasa dengan orang dewasa akan menyediakan hubungan dengan konsep, dalam hal ini anak akan mendapatkan pengalaman belajar tentang bahasa dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan meniru gaya bahasa orang dewasa di sekitarnya juga. Oleh karena itu kemampuan bahasa pada anak usia dini maupun setelah remaja akan sangat tergantung terhadap pemerolehan kemampuan bahasa yang diperoleh sejak sekarang, maka akan menghasilkan kesuksesan dalam berbahasa di masa depannya.

(2)

2 Menurut Dahlan (2004:119) Pengembangan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari pemahaman, pembendaharaan kata, penyusunan katakata menjadi kalimat dan ucapan. keempat pengembangan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain.

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu ide. Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya, sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik.

Adapun ‘Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru’

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kemampuan Berbicara

Pada manusia bahasa ditandai oleh adanya daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Dengan demikian bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Di samping itu bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan sistem komunikasi antar

manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal. Bahasa dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang.

Bahasa mempunyai beberapa pengertian. Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary bahasa adalah suatu sistim dari suara, kata, pola yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan. Sedangkan menurut pandangan Hurlock (1978: 176) bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Syamsu Yusuf (2007: 118) mengatakan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian.

Dalam meningkatkan prestasi siswa, salah satu faktor yang menunjang adalah tingkat keterampilan dari siswa tersebut. Semakin tinggi tingkat keterampilan, maka semakin unggul pula prestasi siswa. Salah satu keterampilan yang harus dikembangkan oleh guru adalah keterampilan berbicara. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang kompleks dan rumit. Kompleks dan rumit tersebut karena dalam berbicara dibutuhkan beberapa persyaratan kebahasaan yang harus diperhatikan oleh pembicara. Apabila siswa dapat menguasai syarat kebahasaan tersebut, maka siswa tersebut dapat dikatakan memiliki keterampilan.

Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud dalam Haryadi dan Zamzani, 1996/1997: 56). Dengan berbicara, maka maksud yang akan disampaikan akan dipahami. Pengertian berbicara secara khusus juga dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan (2008: 16) yang mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

(3)

3 mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Mukhsin Ahmadi (1990: 18) memaparkan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelangkapan peralatan vokal seseorang (lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengijinkannya dapat memproduksikan suatu ragam yang luas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan melenyapkan problema kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan berat lidah.

B. Konsep Metode Bercerita Besas Non Tek Hakikat Metode Bercerita Cerita menurut Horatius (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 37) berarti menyenangkan dan bermanfaat. Cerita memang menyenangkan karena cerita memberikan bahan lain dari sisi kehidupan manusia. Dalam cerita banyak terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diresapi dan dicerna oleh siapa pun. Melalui cerita, pengalaman emosional dan intelektual dapat terbentuk. Selain itu, cerita membekali siswa dengan sesuatu yang bermanfaat bagi hidup. Karena cerita yang menarik adalah menyerupai hidup yang sebenarnya, tetapi tidak sama dengan kehidupan itu sendiri (Sudjiman, 1991 dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 38). Cerita dapat dikategorikan sebagai karya sastra. Di dalam cerita memiliki unsur-unsur utama pembangun yaitu tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Pemilihan tema cerita menjadi hal yang penting dalam cerita. Tadkiroatun Musfiroh (2005: 39) tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Burhan Nurgiyantoro (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 40) pemilihan tema yang sesuai membuat cerita digemari oleh setiap orang di mana pun dan kapan pun. Tema sangat penting karena memiliki misi

pedagogik dan berperan dalam pembentukan pribadi anak. Menentukan tema sebuah cerita tidak lain merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai di antara sejumlah makna yang terkandung dalam cerita. Pemilihan tema yang sesuai akan digemari oleh anak. Anak akan senang dengan cerita sehingga anak bercerita dengan penuh semangat dan kesungguhan. Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian, bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide). Melalui cerita, maka akan mendidik dan membentuk kepribadian siswa melalui pendekatan transmisi budaya atau cultural transmission approach (Suyanto dan Abbas dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 23). Lebih lanjut, Haryadi dan Zamzani (1996/ 1997: 61) cerita merupakan sejenis hiburan yang murah, di mana kehadirannya amat diperlukan sebagai bumbu dalam pergaulan. Kisah-kisah yang ada dalam cerita pada umumnya berisi nilai-nilai luhur yang bersifat universal sehingga menghasilkan keteladanan.

Adapun tujuan metode bercerita menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 10) menyatakan bahwa melalui bercerita, siswa akan dapat mengembangkan beberapa keterampilan sebagai berikut:

1. Keterampilan mendengarkan. 2. Keterampilan berbicara. 3. Keterampilan berasosiasi.

4. Keterampilan berekspresi dan berimajinasi.

5. Keterampilan berpikir atau logika. Lebih lanjut, Tadkiroatun Musfiroh (2005: 55) tujuan metode bercerita adalah mengembangkan beberapa aspek yaitu aspek perkembangan bahasa aspek perkembangan sosial, aspek perkembangan emosi, aspek perkembangan kognitif, dan aspek perkembangan moral.

1. Aspek Perkembangan Bahasa

a. Perkembangan kosa kata Perkembangan kosa kata dipengaruhi

(4)

4 oleh pajanan lingkungan (exposure). Semakin banyak pajanan kata, semakin banyak kemungkinan dalam mengakuisisi kata.

b. Perkembangan struktur Perkembangan struktur kalimat melalui metode bercerita perlu akan dapat diketahui apakah siswa dapat menangkap isi cerita dan mengungkapkan kembali dengan kata dan struktur yang sama.

c. Perkembangan pragmatik Perkembangan pragmatik adalah tentang konvensi bertutur. Dalam hal ini, siswa harus berkomunikasi secara sopan.

2. Aspek Perkembangan Sosial Aspek perkembangan sosial dapat pula diperoleh dari cerita yang dibawakan. Siswa dapat memetik hikmah dan amanat untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Aspek Perkembangan Emosi Dalam perkembangan emosi, adanya kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi akan berkembang maksimal memperoleh stimulasi tepat dan realistis yang menghubungkan perasaan dan pikiran dengan konteks yang ditampilkan dalam cerita.

4. Aspek Perkembangan Kognitif Dalam memahami suatu cerita, maka siswa harus mempergunakan kemampuan kognitifnya. Siswa dapat mengidentifikasi, interpretasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

5. Aspek Perkembangan Moral Dari metode bercerita tersebut, siswa akan dapat menerapkan prinsipprinsip abstrak, yang menyangkut benar salah, serta tatanan moral dan sosial yang lain. Dari pendapat tersebut, maka metode ini memiliki tujuan agar siswa memiliki beberapa keterampilan dan dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan dari cerita untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan mereka.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 95) manfaat metode bercerita adalah membantu pembentukan pribadi, moral, dan sosial, menyalurkan kebutuhan imajinasi

dan fantasi, memacu kemampuan verbal, dan merangsang kecerdasan emosi.

1. Membantu pembentukan pribadi, moral, dan sosial Bercerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku karena melalui cerita akan dapat menyemaikan nilai-nilai moral, etika, dan pekerti. Penyemaian ini membantu anak belajar mengidentifikasi permasalahan, termasuk juga belajar mengidentifikasi diri sendiri. Pembentukan sosial merupakan saat di mana siswa belajar bekerja sama dengan siswa lainnya.

2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi Pada saat bercerita, imajinasi siswa mulai dirangsang. Siswa akan membayangkan suatu kejadian sesuai latar belakang pengetahuan dan pengalaman masing-masing.

3. Memacu kemampuan verbal anak Dalam hal ini adalah memacu kecerdasan linguistik yaitu siswa akan menjadi senang bercerita dan berbicara. Mereka belajar berdialog dan bernarasi dalam cerita.

4. Merangsang kecerdasan berbahasa Bercerita berpengaruh terhadap kecerdasan bahasa. Di dalam cerita, akan memancing rasa kebahasaan sehingga secara langsung siswa memiliki keterampilan berbicara, membaca, menulis, menyimak, dan memahami gagasan secara lebih baik.

METHODOLOGY

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif persentase. Yang mana dalam melakukan analisis proses tetap menggunakan angka-angka. Yang menjadi subjek penelitian ini yaitu siswa dan siswi SDN 153 Pekanbaru Kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang. Sementara prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Evaluasi, Refleksi. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Deskriptif dan analisis isi. Metode analisis deskriptif adalah usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian di analisis terhadap data tersebut

(5)

5 (Winarno, 1990:39). Pendapat di atas diperkuat pula oleh Lexy J. Moleong bahwa analisis data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar, bukan dalam bentuk angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu pula yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya data yang disajikan berikut ini adalah data yang diperoleh berdasarkan penelitian lapangan. Berdasarkan hasil observasi berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan bahwa pada Siklus I aktivitas proses pembelajaran guru masih belum terlaksana secara profesional akan tetapi pada siklus II telah terlaksana dengan sangat baik. Begitu pula aktivitas proses pembelajaran siswa pada siklus I pertama belum terlaksana dengan baik akan tetapi pada siklus II dapat terlaksana dengan baik. Siklus I dilakukan untuk melihat kekurangan dalam pelaksanaan aktivitas baik guru maupun siswa. Sementara siklus II adalah perbaikan dari kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga secara rasional tentu akan didapati perbaikan dan peningkatan pada proses sebelumnya. Hal ini tergambar dari proses Silklus I – II dari aktivitas guru dan siswa di atas. Peningkatan yang didapati cukup signifikan.

A. Gambaran Peningkatan Aktivitas Murid Berdasarkan hasil observasi berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan aktivitas siswa dari Siklus I – II yaitu:

NO AKTIVITAS MURID FR SIKLUS I FR SIKLUS II 1 Murid menjawab salam 37 37 2 Murid Mendengarkan Orientasi dan 25 35 Motivasi Guru 3 Murid Mendengarkan Penjelasan Guru 25 35 4 Murid Mendengarkan Penjelasan Guru 15 35 5 Murid Bercerita Bebas Non Teks di Depan Kelas 20 37 6 Murid Mendengarkan Kesimpulan Guru 30 37 7 Siswa Menutup Pelajaran dengan Do’a 37 37 JUMLAH MURID 189 253

Dari gambaran tabel di atas dapat terlihat bahwa pada point Murid Mendengarkan Orientasi dan Motivasi Guru terjadi peningkatan dari 25 murid menjadi 35 murid. Murid Mendengarkan Penjelasan Guru terjadi peningkatan dari 15 murid menjadi 35 murid.

Hal ini terlihat ada peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I kepada Siklus II dengan perbandingan angka kuantitatif 189 menjadi 253.

B. Gambaran Peningkatan Hasil Belajar Murid dalam Pembelajaran

Berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar murid berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan Hasil Belajar Murid dalam Pembelajaran dari Siklus I – II yaitu:

KLASIFIKASI SKOR SIKLUS

I SIKLUS II Sangat Tinggi 85-100 5 20 Tinggi 71-84 9 15 Sedang 56-70 10 2 Rendah 0-55 13 0 JUMLAH - 37 37

Dari gambaran tabel di atas dapat terlihat peningkatan hasil belajar dari siklus

(6)

6 I ke Siklu II. Klasifikasi sangat tinggi pada siklus I sebanyak 5 murid dan pada siklus II mendapatkan peningkatan menjadi 20 Murid. Klasifikasi tinggi pada siklus I sebanyak 9 murid dan pada siklus II mendapatkan peningkatan menjadi 15 Murid. Klasifikasi sedang pada siklus I sebanyak 10 murid dan pada siklus II hanya menjadi 2 Murid sementara Klasifikasi rendah pada siklus I sebanyak 13 murid dan pada siklus II tidak terdapat murid yang mendapat nilai rendah.

C. Faktor Lain

Adapun faktor lain yang mempengaruhi Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru yaitu:

1. Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara sebagai contoh adalah labor bahasa. Oleh karenanya perlu diklembangkan oleh sekolah. 2. Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu alat penting dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara murid, sebab pergaulan terjadi setiap harinya dalam bentuk verbal.

3. Sosial antar peserta didik.

Murid harus pandai bersosial baik antar murid maupun kepada para guru. Sebab hal ini dapat dilakukan sebagai upaya Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara murid.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini yaitu (1) Proses Pembelajaran guru dan siswa pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus II. (2) Ada peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I kepada Siklus II dengan perbandingan angka kuantitatif 189 menjadi 253. (3) Evaluasi hasil belajar murid

berkenaan dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru terjadi peningkatan dari siklus I ke Siklu II. (4) Faktror lain yang mempengaruhi Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas VI SDN 153 Pekanbaru yaitu sarana prasarana, lingkungan dan sosial.

REFERENSI

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. (1998/1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud

Dahlan, M.S. (2004), Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Arkans.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Pendidikan. Bandung : Rineka Cipta Azies, F. dan A. Chaedar Alwasilah, H. 1996.

“Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syamsu LN. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth.1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Haryadi & Zamzani. (1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan PGSD.

Henry Guntur Tarigan. (2008). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Oxford Advanced Learner Dictionary Pdf. Web Internet.

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan setiap hari dimana sering tidak terdatanya berapa BBM yang masuk dan berapa BBM yang telah terkirim setiap harinya. Sistem yang berjalan saat ini masih

Integrasi penyelenggaraan pendidikan anti korupsi pada semua mata pelajaran dan kegiatan pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dilaksanakan

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMAN 21 BANDUNG. Oleh

1 Belajar seharian kadang membuat pikiran terasa capek dan letih// Apalagi dengan kegiatan yang. menumpuk/ para pelajar merasa butuh refreshing untuk menghilangkan rasa jenuh

Unsur kesalahan yang dimaksud adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Hukum dalam hal ini tidak hanya berkaitan dengan peraturan perundang-undangan tetapi juga

pernyataan tersebut TBL berarti metode pengajaran bahasa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi (lebih efektif dan akurat) dalam

Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

paragraph 6.5.8–6.5.14 (dan, jika dapat diterapkan, PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 89– 94 untuk akuntansi lindung nilai atas nilai wajar untuk