• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN USAHATANI EMPAT VARIETAS KEDELAI TOLERAN NAUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN USAHATANI EMPAT VARIETAS KEDELAI TOLERAN NAUNGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN USAHATANI EMPAT VARIETAS KEDELAI

TOLERAN NAUNGAN

Firdaus1) dan Adri2)

1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru – Jambi * email: firdaus_osa@yahoo.com

ABSTRAK

Kajian usahatani empat varietas kedelai toleran naungan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2009 di Desa Sebapo, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Kedelai ditanam di bawah tegakan tanaman karet berumur dua tahun, jarak tanam karet 7 m x 3 m sehingga memungkinkan untuk ditanami kedelai, baik ditinjau dari cahaya maupun luasan area yang bisa ditanami. Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (dua kali cangkul), kapur pertanian (super dolomit) dan pupuk kandang diberikan masing-masing 2 t/ha, pupuk Urea 50 kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha. Jarak tanam kedelai dari barisan tanaman karet adalah 1 m, jarak tanam kedelai 40 cm x 15 cm. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif, komponen hasil, dan hasil biji kedelai. Tinggi tanaman semua varietas kedelai lebih tinggi dari sistem nokultur. Varietas Tanggamus menghasilkan B/C tertinggi yaitu 1,54, penerimaan Rp 9.396.000, dengan keuntungan Rp 3.283.000/ha/musim.

Kata kunci: usahatani, kedelai, tanaman karet, toleran naungan

ABSTRACT

Farming study four shade tolerant soybean varieties. Assessment of four shading tolerant soybean varieties was held on March and July 2009 in Sebapo village Mestong Muaro Jambi. Soybean was planted under rubber with two years age. With spacing of 7 m x 3 m rubber, soybeans can be planted as multiple cropping system, both in terms of light and area planted. Tillage done perfectly (two times a hoe), agricultural lime (super dolomite) and manure given each of 2 tonnes/ha, 50 kg Urea/ha, 100 kg SP36/ha and 75 kg KCl/ha. Soybean row was 1 m from rubber, soybean plant spacing was 40 cm x 15 cm. Observations was conducted on vegetative characters, yield compo-nents and yield. All varieties of soybean shown plant height was higher than monoculture growth. Economic analysis of Tanggamus varieties gave the higher B/C 1.54, revenue of Rp 9.396 million, and with a profit of Rp 3.283.000/ha/season.

Keywords: intercrop, rubber plant, soybeans shading tolerancy

PENDAHULUAN

Varietas kedelai yang akan ditanam di bawah tegakan tanaman tahunan perlu dipilih, karena tidak semua varietas kedelai toleran naungan. Intensitas cahaya di antara tanaman karet memegang peran penting dalam proses fotosintesis, pertumbuhan serta perkembang-an tperkembang-anamperkembang-an tumpperkembang-ang sari (Taiz dperkembang-an Zeiger 1991). Kebutuhperkembang-an cahaya bagi tperkembang-anamperkembang-an kede-lai untuk fotosintesis berkisar 0,3–0,8 kal/cm2/menit (432–1152 kal/cm2/hari) (Kassam 1978). Hasil pengamatan pada lahan di bawah tegakan karet umur 1, 3 dan 4 tahun menunjukkan intensitas cahaya masing-masing adalah 0,59 kal/cm2/menit (849,6 kal/cm2/ hari setara 21,3% naungan), 0,38 kal/cm2/menit (547,2 kal/cm2/hari setara 48,9% naung-an), dan 0,26 kal/cm2/menit (374 kal/cm2/hari setara; 65,5% naungan (Sopandie et al. 2002).

(2)

Intensitas cahaya sinar matahari di bawah tegakan karet umur 1 sampai 3 tahun kurang memadai untuk tanaman kedelai. Menurunnya intensitas cahaya akibat naungan akan mempengaruhi pembukaan stomata, sehingga fotosintesis akan menurun. Dengan demikian, fotosintat yang dihasilkan selama tanaman dinaungi menjadi berkurang, ter-cermin dari rendahnya bobot kering tanaman. Gejala morfologis pada tanaman kedelai, batang tidak kokoh karena garis tengah batang lebih kecil, akibatnya tanaman mudah rebah (Asadi dan Arsyad 1997).

Pengkajian bertujuan untuk melihat varietas kedelai yang layak diusahakan di bawah tegakan karet umur dua tahun dan secara ekonomi menguntungkan.

METODOLOGI

Pengkajian dilaksanakan di Desa Sebapo, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, dari Maret sampai Juli 2009. Varietas kedelai yang dikaji adalah Ceneng, Pangrango, Sibayak dan Tanggamus. Kedelai ditanam di antara tanaman karet berumur

±2 tahun, di mana jarak tanam tanaman karet 7 m x 3 m sehingga sangat memungkinkan untuk ditanami kedelai.

Benih yang ditanam masih merupakan benih dasar (Foundation Seed) sehingga hasil panen bisa dijadikan benih sebar sehingga harga jual lebih tinggi dibanding harga jual sebagai kedelai untuk konsumsi. Jarak tanam kedelai paling pinggir dari tanaman karet adalah 1 m dan jarak tanam kedelai 40 cm x 15 cm. Pemupukan, seluruh dosis SP 36 dan KCl serta 1/3 dosis urea diberikan 7 hari setelah tanam (HST). 2/3 dosis Urea diberikan pada saat tanaman berumur 20 HST atau setelah penyiangan pertama. Pupuk diberikan dengan cara dilarik, 5–7 cm di pinggir barisan tanaman.

Pengamatan dilakukan terhadap 1) karakter vegetatif (tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah buku produktif), 2) komponen hasil dan hasil. Metode analisis yang diterapkan adalah imbangan penerimaan dan biaya (B/C). Penerimaan usahatani kedelai merupakan nilai hasil yang dinyatakan dalam bentuk uang dalam kurun satu musim tanaman kedelai. Pengeluaran usahatani merupakan akumulasi semua masukan tetap dan tidak tetap yang dikeluarkan dalam proses produksi. Selisih antara penerimaan dengan pengeluaran meru-pakan keuntungan usahatani.

Untuk menguji tingkat keuntungan ekonomi usahatani padi VUB dilakukan perhi-tungan pendapatan bersih usahatani (Soekartawi 1995). Nilai posistif berarti usahatani menguntungkan dan sebaliknya bila negatif. Kelayakan usahatani dinilai dengan menghi-tung Revenue Cost Ratio (RCR) dengan kriteria sebagai berikut.

RCR >0 = menguntungkan (layak diusahakan) RCR 0 = impas (break even point)

RCR <0 = merugi (tidak layak diusahakan)

Untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya atau B/C ratio, dengan rumus Kadariah (1988). B/C merupakan salah satu cara untuk mengukur kelayakan usahatani dan sebagai pembanding antara hasil penjualan dengan total pengeluaran biaya produksi. Kemudian dihitung titik balik modal atau break even point (BEP). BEP adalah suatu kondisi saat investasi tidak mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan atau disebut juga titik impas. Titik impas ada dua, yaitu titik impas produksi dan titik impas harga. Titik impas produksi diperoleh dari total

(3)

penge-berada pada titik impas. BEP adalah harga diperoleh dari total pengeluaran dibagi total produksi, berarti pada harga tertentu usahatani tidak merugi dan tidak menguntungkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter vegetatif empat varietas kedelai yang dikaji memperlihatkan varietas Ceneng dan Tanggamus memiliki tinggi tanaman dan jumlah cabang produktif lebih tinggi dibanding dua varietas lainnya. Varietas Tanggamus, di samping memiliki tanaman dan jumlah cabang produktif yang tinggi, jumlah buku produktif juga tinggi (Tabel 1).

Tabel 1. Karakter vegetatif empat varietas kedelai toleran naungan. Sebapo, Jambi 2009. Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang produktif/tan Jumlah buku produktif/tan

Ceneng 105,8 5 31

Pangrango 85,5 3 34

Sibayak 60,8 4 32

Tanggamus 95,1 4,5 44

Dilihat dari jumlah polong bernas dan persentase polong bernas, varietas Tanggamus lebih unggul dibanding varietas Sibayak dan Pangrango. Komponen hasil yang tinggi pada varietas Tanggamus juga diikuti oleh hasil yang tinggi. Varietas Sibayak walaupun mem-punyai jumlah polong bernas dan persentase polong bernas lebih rendah dibanding varietas Ceneng, tetapi jumlah bijinya besar sehingga hasil juga lebih tinggi (Tabel 2).

Varietas Ceneng, Pangrango, dan Tanggamus hasilnya lebih tinggi dibanding deskripsi (Tabel 3). Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman kedelai di bawah naungan tanaman karet muda yang lebih sedikit diban-ding tanaman kedelai monokultur. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Asadi dan Arsyad (1995), Asadi et al. (1997). Bahwa kendala utama tanaman kedelai pada lahan di bawah tegakan adalah rendahnya intensitas cahaya karena faktor naungan. Cahaya memegang peranan penting dalam fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Penurunan intensitas cahaya 40% sejak perkecambahan akan mengakibatkan penurunan jumlah ruas, cabang, jumlah polong dan hasil biji (Baharsyah 1980). Hasil penelitian Sopandie et al. (2002) menunjukkan kedelai yang ditanam di bawah naungan 50% mem-berikan hasil biji lebih rendah dibanding tanpa naungan dengan penurunan hasil sampai 60%.

Tabel 2. Komponen hasil dan hasil empat varietas kedelai toleran naungan. Sebapo, Jambi 2009. Varietas Jumlah polong bernas/tan

Persentase polong bernas (%) Bobot 100 biji (g) Hasil biji (kg/ha) Ceneng 95 96,5 9,96 987 Pangrango 65 93,4 10,34 1100 Sibayak 73 84,5 12,47 1480 Tanggamus 112 92,2 9,39 1566

(4)

Dari empat varietas kedelai toleran naungan yang dikaji, varietas Tanggamus, Sibayak dan Pangrango memberikan hasil cukup tinggi pada kondisi ternaungi. Varietas Ceneng memberikan hasil terendah dan kurang layak diusahakan pada kondisi ternaungi.

Tabel 3. Deskripsi varietas kedelai Pangrango, Sibayak, dan Tanggamus.

Parameter Pangrango Sibayak Tanggamus

Hasil Rata-rata 1,4 t/ha 1,41 t/ha 1,22 t/ha

Tipe tumbuh Determinit Determinit Determinit

Umur berbunga + 40 hari 38 hari 35 hari

Umur matang 88 hari 89 hari 88 hari

Tinggi tanaman 65 cm 74 cm 67 cm

Percabangan 3–4 cabang 3–4 cabang 3–4 cabang

Bobot 100 biji 10 g 12,5 g 11 g

Kandungan protein 39% 44,6% 44,5%

Kerebahan Tidak mudah rebah Tahan rebah Tahan rebah Ketahanan thd penyakit Tahan karat daun Moderat karat daun Moderat karat daun

Tahun dilepas 2001 2001 2001

Sumber: Deskripsi varietas kacang-kacangan, Balitkabi (2012).

Analisis Anggaran Parsial

Analisis anggaran parsial merupakan analisis finansial paling sederhana dalam evaluasi kelayakan suatu teknologi usahatani. Struktur biaya dan pendapatan dari usahatani empat varietas kedelai yang dikaji disajikan pada Tabel 4.

Keuntungan Ekonomi dan Kelayakan Usahatani

Dengan mempelajari biaya produksi dan penerimaan dapat diketahui tingkat keuntungan atau kelayakan suatu usaha. Salah satu cara untuk mengetahui variabel tersebut adalah melakukan analisis titik impas produksi (TIP) dan titik impas harga (TIH). Dengan cara ini dapat diketahui pada tingkat produksi dan harga minimal berapa usahatani kedelai di bawah tegakan karet dapat menguntungkan.

Hasil analisis menunjukkan usahatani keempat varietas kedelai tersebut memberikan TIP di bawah produksi aktual, dengan kata lain semua varietas yang digunakan meng-untungkan. Varietas Pangrango, Sibayak dan Tanggamus memberikan TIP yang sama masing-masing 1.018 kg/ha. Pada kajian ini harga kedelai dianalisis sesuai dengan harga pada saat panen.

Analisis TIH untuk semua varietas berada di bawah harga aktual, dengan kata lain semua varietas memperoleh keuntungan dalam berusahatani. TIH terendah diperoleh varietas Tanggamus yaitu Rp3.903/kg, 65% dari harga aktual dan TIH tertinggi pada varietas Ceneng yaitu Rp5.950/kg, 99% dari harga aktual. Apabila harga berada di bawah angka-angka tersebut maka petani akan mengalami kerugian.

Secara ekonomi keempat varietas kedelai layak diusahakan di bawah tegakan karet umur dua tahun, karena memberikan B/C di atas satu atau menguntungkan. B/C tertinggi (1,54) terdapat pada varietas Tanggamus dengan penerimaan Rp 9.396.000/ha/musim dan keuntungan Rp 3.283.000/ha/musim. Angka ini membantu keluarga petani dalam

(5)

yang memiliki tanaman karet belum menghasilkan. Varietas Tanggamus juga memberikan R/C tertinggi yaitu 2,54, artinya kedelai Tanggamus layak diusahakan di bawah tegakan karet. Dengan kata lain, untuk setiap Rp 100 investasi yang dikeluarkan bagi usahatani memberikan penerimaan sebesar Rp 254. Di samping itu, tanaman karet terpelihara dengan baik. Petani karet biasanya hanya datang ke kebun pada saat tanam, kemudian ditinggal sehingga tidak terurus.

Tabel 4. Analisis usahatani kedelai di bawah naungan tegakan karet umur dua tahun Sebapo, Jambi 2009.

Varietas No. Uraian

Ceneng Pangrango Sibayak Tanggamus Komponen Biaya (Rp/ha/musim)

Bahan Benih (30 kg x Rp 15.000) 450.000 450.000 450.000 450.000 Curater (4 kg x Rp 22.000) 88.000 88.000 88.000 88.000 Urea (50 kg x Rp 1.400) 70.000 70.000 70.000 70.000 SP 36 (100 kg x Rp 2.000) 200.000 200.000 200.000 200.000 KCl (75 kg x Rp 7.000) 525.000 525.000 525.000 525.000 Pestisida 1 paket 350.000 350.000 350.000 350.000 Total Bahan 1.683.000 1.683.000 1.683.000 1.683.000

Upah Tenaga Kerja

Pengolahan tanah (26 HOK x Rp 40.000) 1.040.000 1.040.000 1.040.000 1.040.000

Menanam : (20 HKW x Rp 40.000) 800.000 800.000 800.000 800.000

(7 HKP x Rp 50.000) 350.000 350.000 350.000 350.000

Memupuk (10 HKW x 40.000) 400.000 400.000 400.000 400.000

Menyiang I + II (2 x 9 HKW a Rp 40.000) 720.000 720.000 720.000 720.000

Menyemprot (4 x 2 x HKP 40.000) 320.000 320.000 320.000 320.000

Panen dan prosessing (4 HKP + 8 HKW) 560.000 800.000 560.000 800.000

Total biaya tenaga kerja 4.190.000 4.430.000 4.430.000 4.430.000

Total biaya (Bahan + Tenaga Kerja) 5.873.000 6.113.000 6.113.000 6.113.000

Pendapatan (Rp/ha/musim)

Produksi (kg) 987 1.100 1.480 1.566

Penerimaan (Hasil biji x Rp 6.000) 5.922.000 6.600.000 8.880.000 9.396.000

Keuntungan finansial atas biaya total 49.000 487.000 2.767.000 3.283.000

D. B/C atas biaya total 1,01 1,08 1,45 1,54

R/C atas biaya total 201 208 245 254

TIP 978 1.018 1.018 1.018

TIH 5.950 5.557 4.130 3.903

Manfaat lain yang diperoleh petani melakukan usahatani kedelai di antara tanaman karet adalah efisiensi waktu dan tenaga kerja. Pada umumnya petani karet menggunakan waktu untuk usahatani karet monokultur sekitar 3–4 jam/hari, untuk melakukan penya-dapan. Dengan adanya usahatani kedelai di antara tanaman karet yang belum mengha-silkan, petani sudah dapat meningkatkan pemanfaatan waktu dari 3–4 jam/hari menjadi 4–6 jam/hari. Pertanaman karet monokultur umumnya minim pemeliharaan. Dengan adanya usahatani kedelai di bawah tegakan karet, kebun karet terpelihara dengan baik. Ini merupakan dampak langsung dari usahatani tanaman kedelai. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa tanaman karet dapat menyerap 25% dari pupuk yang diberikan untuk tanaman sela. Penyiangan kedelai sampai dua kali/musim juga secara tidak langsung telah membersihkan kebun karet.

(6)

KESIMPULAN

1. Tanaman kedelai lebih tinggi apabila ditanam di bawah tegakan tanaman karet umur dua tahun akibat defisiensi cahaya matahari, dibanding ditanam pada lahan terbuka. 2. Kedelai varietas Tanggamus yang diusahakan di bawah tegakan tanaman karet umur

dua tahun memberikan B/C tertinggi (1,54), penerimaan Rp 9.396.000/ha/musim dan keuntungan Rp 3.283.000/ha/musim.

3. Pemeliharaan tanaman karet menjadi lebih intensif karena petani lebih sering ke kebun untuk memelihara tanaman kedelai yang secara langsung memelihara tanaman karet.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr.Ir. Trikoesoemaningtyas, M.Sc, Prof. Dr.Ir. Didy Sopandie, MAgr, Dr.Ir. Darman M. Arsyad, MS, dan Dr.Ir. Desta Wirnas, M.Sc atas bim-bingannya, bantuan kegiatan dan kerja sama yang baik dari awal sampai akhir kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Asadi B dan D.M. Arsyad. 1995. “Pangrango” a new soybean variety for intercropping with maize. Food Legume Coarce Grain, Network Newsletter. 33: 15–18.

Asadi, B., D. M. Arsyad, H. Zahara dan Darmijati. 1997. Pemuliaan kedelai untuk toleran naungan. Buletin Agrobio. 1(2):15–20.

Baharsjah, J.S. 1980. Pengaruh naungan pada berbagai tahap perkembangan dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil kedelai (Glycine max (L.) Merr). Disertasi Doktor, Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.

Kassam, A.H. 1978. Agro–climate suitability assessment of rainfed crops in African by growing period zones. FAO p.73.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, E. Sulityono, N. Heryani. 2002. Pengembangan kedelai sebagai tanaman sela: Fisiologi dan pemuliaan untuk toleransi terhadap naungan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Dirjen Dikti.

Taiz, L., E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings Pub. Co. Inc. California. 559 p.

Gambar

Tabel 2. Komponen hasil dan hasil empat varietas kedelai toleran naungan. Sebapo, Jambi 2009
Tabel 3. Deskripsi varietas kedelai Pangrango, Sibayak, dan Tanggamus.
Tabel 4.  Analisis usahatani kedelai di bawah naungan tegakan karet  umur dua tahun Sebapo, Jambi 2009

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan kemasan dengan ukuran rongga udara yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap kadar protein dan kadar lemak, tetapi memberikan pengaruh yang nyata

Okratoksin merupakan mikotoksin yang banyak mengkontaminasi komoditas pertanian dan pakan terutama Okratoksin A (OA) diketahui sebagai penyebab keracunan ginjal pada manusia

Bapak Albert Gunadhi selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah membantu dalam proses kerja

Dari penciptaan seni ini dapat disimpulkan bahwa limbah ranting kayu manis bisa ditingkatkan kemanfaatan dan nilai ekonomisnya menjadi lebih tinggi dengan

Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat mengamantkan bahwa hanya akan ada satu organisasi advokat yang dapat mempersatukan para advokat dalam satu

Distribusi responden berdasarkan tabel 4.5 hubungan perilaku merokok dengan mekanisme koping remaja di desa padang kecamatan campalagian, responden yang mempunyai

Berdasarkan pengamatan hasil sayatan melintang daun tanaman asam keranji (Pitchelobium dulce) dan ketapang (Terminalia catapa L.) di bawah mikroskop dengan perbesaran

Jika kompetensi pegawai pada Kantor Camat Kota Sungai Penuh baik maka pegawai memiliki pengetahuan kerja yang sesuai dengan standar perusahaan, pegawai memiliki keahlian