• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN JUNI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN JUNI 2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pada

Juni 2017

, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku Utara sebesar 101,01 atau mengalami

penurunan 0,23 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Mei 2017) yang sebesar

101,24.

Menurut subsektornya, Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP) tercatat sebesar 103,75 (turun 2,13

persen); Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 107,81 (naik 0,84 persen); Nilai Tukar Petani

Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 93,45 (naik 0,08 persen); Nilai Tukar Petani Peternakan

(NTPT) 106,68 (turun 0,01 persen); dan untuk Nilai Tukar Perikanan (Nelayan dan Pembudidaya

Ikan/NTNP) sebesar 104,76 (naik 0,62 persen), dimana untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar

104,87 (naik 0,71 persen) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) sebesar 103,57 (turun 0,30

persen).

Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP

Juni 2017

terhadap Mei 2017 terjadi

peningkatan NTP pada dua provinsi, sedangkan delapan provinsi lainnya mengalami penurunan

NTP.

Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari Mei 2017 ke

Juni 2017

yaitu dari 100,15 menjadi

100,53 atau naik 0,38 persen.

Pada

Juni 2017

, Provinsi Maluku Utara mengalami inflasi perdesaan sebesar 1,80 persen yang

disebabkan oleh peningkatan indeks harga pada semua kelompok pengeluaran.

Inflasi Perdesaan Nasional pada bulan

Juni 2017

sebesar 0,22 persen, yang disebabkan oleh

peningkatan indeks harga pada enam kelompok pengeluaran.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku Utara

Juni 2017

sebesar

113,34 atau naik 0,83 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya (Mei 2017) yang sebesar 112,41.

No. 37/07/82/Th.XVI, 03 Juli 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

BULAN JUNI 2017

(2)

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada tujuh kabupaten di Provinsi Maluku Utara Bulan Juni 2017, NTP Provinsi Maluku Utara turun 0,23 persen dibandingkan NTP Mei 2017, yaitu dari 101,24 menjadi 101,01. Penurunan NTP pada Juni 2017 disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian (It) mengalami peningkatan lebih kecil (1,27 persen) dibandingkan dengan peningkatan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (Ib) yaitu sebesar 1,50 persen.

Menurunnya NTP Provinsi Maluku Utara Juni 2017 disebabkan oleh turunnya NTP pada 2 (dua) subsektor yaitu, NTP Subsektor Tanaman Pangan turun 2,13 persen dan NTP Subsektor Peternakan turun 0,01 persen. Sementara itu NTP Subsektor Hortikultura mengalami peningkatan sebesar 0,84 persen, NTP Subsektor Perkebunan Rakyat naik 0,08 persen, dan NTP Subsektor Perikanan naik 0,62 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juni 2017, di Maluku Utara indeks harga yang diterima petani (It) secara umum mengalami peningkatan sebesar 1,27 persen dibanding Mei 2017, yaitu dari 127,03 menjadi 128,64. Jika dilihat menurut subsektornya terjadi peningkatan It pada empat subsektor, sementara hanya satu subsektor yang mengalami penurunan It.

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Juni 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Maluku Utara naik sebesar 1,50 persen bila dibanding Mei 2017, yaitu dari 125,48 menjadi 127,35. Jika dilihat menurut subsektornya, terjadi peningkatan Ib pada semua subsektor.

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Maluku Utara Per Subsektor, Mei 2017 – Juni 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Perubahan (%) Mei 2017 Juni 2017 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 134,95 133,99 -0,72

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,31 129,14 1,44

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 106,01 103,75 -2,13

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 134,98 138,30 2,46

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126,26 128,29 1,61

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 106,91 107,81 0,84

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 117,88 119,90 1,72

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126,24 128,31 1,64

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 93,37 93,45 0,08

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 128,06 129,55 1,16

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,02 121,44 1,18

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 106,69 106,68 -0,01

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 129,24 131,55 1,78

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,15 125,58 1,15

c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 104,11 104,76 0,62

5.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) 129,17 131,61 1,89 b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 124,05 125,50 1,17

c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 104,13 104,87 0,71

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 129,98 130,92 0,73 b. Indeks yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 125,12 126,41 1,03 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 103,89 103,57 -0,30

Gabungan/Maluku Utara

a. Indeks yang Diterima (It) 127,03 128,64 1,27

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,48 127,35 1,50

(4)

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada Juni 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) mengalami penurunan sebesar 2,13 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Mei 2017. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,72 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 1,44 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh turunnya harga secara rata-rata pada kelompok palawija yaitu sebesar 1,13 persen (terutama jagung dan ketela pohon/ubi kayu). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Pangan disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,67 persen, dan indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Juni 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Hortikultura (NTPH) mengalami peningkatan sebesar 0,84 persen dibandingkan dengan NTPH bulan Mei 2017. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 2,46 persen, lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 1,61 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Hortikultura ini disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan masing-masing sebesar 2,55 persen dan 2,65 persen (terutama cabai merah, cabai rawit, tomat, jeruk, pisang, dan semangka). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Hortikultura disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,76 persen, sementara indeks BPPBM mengalami penurunan 0,65 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Juni 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mengalami peningkatan sebesar 0,08 persen. Hal ini disebabkan karena peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) yaitu sebesar 1,72 persen, lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 1,64 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,72 persen (terutama kelapa, cengkeh dan biji pala). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,86 persen, serta indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,49 persen.

(5)

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Juni 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Peternakan (NTPT) mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,16 persen, lebih kecil dibandingkan peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) 1,18 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada semua kelompok. Adapun kelompok ternak kecil mengalami peningkatan terbesar yaitu 1,42 persen. Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain sapi potong, kambing, ayam ras pedaging, dan telur itik. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Peternakan disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 2,01 persen dan indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,27 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Juni 2017, NTNP mengalami peningkatan sebesar 0,62 persen. Hal ini disebabkan karena karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,78 persen, lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 1,15 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (Nilai Tukar Nelayan/NTN)

Pada Juni 2017, NTN mengalami peningkatan sebesar 0,71 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,89 persen, lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 1,17 persen.

Peningkatan It disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok penangkapan laut sebesar 1,89 persen (terutama ikan cakalang, tuna, dan tongkol). Sedangkan peningkatan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami peningkatan sebesar 1,51 persen dan indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,55 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (Nilai Tukar Pembudidaya Ikan/NTPi)

Pada Juni 2017, NTPi turun sebesar 0,30 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,73 persen, lebih kecil daripada peningkatan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang sebesar 1,03 persen.

Peningkatan It disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok budidaya air tawar sebesar 1,03 persen (terutama ikan nila, ikan mas dan ikan mujair), dan kelompok budidaya air laut sebesar 0,69 persen (terutama ikan kerapu). Sedangkan peningkatan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami peningkatan sebesar 1,51 persen, sementara Indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,15 persen.

(6)

Tabel 2.

Indeks Diterima dan Dibayar Petani Per Subsektor dan Perubahannya, Mei 2017 – Juni 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) Mei 2017 Juni 2017 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 134,95 133,99 -0,72

- Padi 126,75 126,82 0,05

- Palawija 139,79 138,21 -1,13

b. Indeks Dibayar Petani 127,31 129,14 1,44

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,68 132,87 1,67

- Indeks BPPBM 111,28 111,48 0,18

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 134,98 138,30 2,46

- Sayur-sayuran 143,83 147,49 2,55

- Buah-buahan 131,63 135,13 2,65

- Tanaman Obat 125,73 124,86 -0,70

b. Indeks Dibayar Petani 126,26 128,29 1,61

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,18 131,45 1,76

- Indeks BPPBM 110,75 111,47 0,65

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 117,88 119,90 1,72

- Tanaman Perkebunan Rakyat 117,88 119,90 1,72

b. Indeks Dibayar Petani 126,24 128,31 1,64

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,52 130,92 1,86

- Indeks BPPBM 115,76 116,32 0,49

(7)

Lanjutan Tabel 2.

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) Mei 2017 Juni 2017 (1) (2) (3) (4) 4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 128,06 129,55 1,16

- Ternak Besar 129,23 130,69 1,13

- Ternak Kecil 124,88 126,65 1,42

- Unggas 131,45 132,81 1,03

- Hasil Ternak 123,17 124,00 0,67

b. Indeks Dibayar Petani 120,02 121,44 1,18

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,26 132,88 2,01

- Indeks BPPBM 110,57 110,87 0,27

5. Perikanan

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 129,24 131,55 1,78 b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 124,15 125,58 1,15

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,25 132,21 1,51

- Indeks BPPBM 114,27 114,84 0,49

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 129,17 131,61 1,89

- Penangkapan Laut 129,17 131,61 1,89

b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 124,05 125,50 1,17

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,23 132,19 1,51

- Indeks BPPBM 114,34 114,97 0,55

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 129,98 130,92 0,73

- Budidaya Air Tawar 129,78 131,12 1,03

- Budidaya Air Laut 130,76 131,66 0,69

b. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 125,12 126,41 1,03

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,42 132,38 1,51

(8)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Kawasan Timur Indonesia

Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP Juni 2017 terhadap Mei 2017 terjadi peningkatan NTP di dua provinsi, yaitu di Sulawesi Selatan dan Maluku masing-masing sebesar 0,13 persen dan 0,38 persen. Sementara itu, delapan provinsi lainnya mengalami penurunan NTP dengan penurunan NTP terbesar terjadi di Sulawesi Barat, yaitu sebesar 0,92 persen. Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari Mei 2017 ke Juni 2017 yaitu dari 100,15 menjadi 100,53 atau naik sebesar 0,38 persen.

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Persentase Perubahannya di Kawasan Timur Indonesia, Juni 2017 (2012=100)

No. Provinsi

It Ib NTP

Indeks Perubahan % Indeks Perubahan % Indeks Perubahan %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sulawesi Utara 117,64 1,04 127,32 1,07 92,40 -0,03 2 Sulawesi Tengah 120,86 1,00 128,80 1,13 93,84 -0,13 3 Sulawesi Selatan 128,74 0,83 128,05 0,70 100,54 0,13 4 Sulawesi Tenggara 120,15 0,92 127,30 1,53 94,38 -0,60 5 Gorontalo 134,21 1,41 127,55 1,78 105,22 -0,37 6 Sulawesi Barat 129,49 0,20 123,74 1,13 104,65 -0,92 7 Maluku 130,85 1,17 129,46 0,78 101,07 0,38 8 Maluku Utara 128,64 1,27 127,35 1,50 101,01 -0,23 9 Papua Barat 127,85 0,66 127,81 0,85 100,03 -0,19 10 Papua 121,61 0,38 127,97 0,89 95,04 -0,51 Nasional 128,78 0,60 128,10 0,22 100,53 0,38 5. Inflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Provinsi Maluku Utara, pada Juni 2017 terjadi inflasi perdesaan sebesar 1,80 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 2,89 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,46 persen, Kelompok Perumahan sebesar 1,08 persen, Kelompok Sandang sebesar 1,41 persen, dan Kelompok Kesehatan sebesar 1,53 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga sebesar 0,14 persen, dan Kelompok Transportasi & Komunikasi sebesar 0,77 persen.

(9)

Tabel 4.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Provinsi Maluku Utara dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran, Juni 2017 (2012=100)

Kelompok Pengeluaran

Maluku Utara Nasional IKRT Inflasi Perdesaan IKRT Inflasi Perdesaan Mei 2017 Juni 2017 Mei 2017 Juni 2017

Konsumsi Rumah Tangga 129,46 131,79 1,80 133,18 133,47 0,22

Bahan Makanan 134,32 138,21 2,89 144,08 143,59 -0,35

Makan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau 129,05 129,64 0,46 131,18 131,55 0,28

Perumahan 125,16 126,51 1,08 125,76 127,64 1,50

Sandang 126,94 128,73 1,41 125,68 127,30 1,29

Kesehatan 123,66 125,55 1,53 122,00 122,41 0,33

Pendidikan, Rekreasi

& Olah Raga 110,85 111,00 0,14 116,53 117,06 0,45

Transportasi & Komunikasi 120,98 121,92 0,77 122,18 122,52 0,28 Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan Inflasi Perdesaan Menurut Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, Juni 2017 (2012=100)

No. Provinsi IKRT Inflasi Perdesaan Mei 2017 Juni 2017 (1) (2) (3) (4) (5) 1 Sulawesi Utara 130,59 132,33 1,34 2 Sulawesi Tengah 132,90 134,86 1,48 3 Sulawesi Selatan 133,25 134,44 0,89 4 Sulawesi Tenggara 129,32 131,84 1,95 5 Gorontalo 131,66 134,69 2,30 6 Sulawesi Barat 125,71 127,47 1,40 7 Maluku 134,07 135,34 0,95 8 Maluku Utara 129,46 131,79 1,80 9 Papua Barat 132,48 133,94 1,10 10 Papua 133,77 135,25 1,10 Nasional 133,18 133,47 0,22

(10)

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang dihitung IKRT-nya pada Juni 2017, semua provinsi mengalami inflasi perdesaan. Gorontalo merupakan provinsi dengan inflasi perdesaan tertinggi di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar 2,30 persen, sedangkan Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan inflasi perdesaan terendah di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar 0,89 persen. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,22 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks pada enam kelompok pengeluaran, kecuali kelompok Bahan Makanan yang mengalami penurunan sebesar 0,35 persen.

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena merupakan hasil perbandingan antara hasil produksi pertanian dengan ongkos/biaya produksinya.

NTUP Provinsi Maluku Utara pada Juni 2017 secara umum mengalami peningkatan sebesar 0,83 persen. Peningkatan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada empat subsektor, yaitu NTUP Subsektor Hortikultura sebesar 1,79 persen; NTUP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,22 persen; NTUP Subsektor Peternakan sebesar 0,89 persen dan NTUP Subsektor Perikanan sebesar 1,29 persen, dimana NTUP Perikanan Tangkap naik sebesar 1,32 persen dan NTUP Perikanan Budidaya naik sebesar 0,88 persen. Sementara itu, NTUP Subsektor Tanaman Pangan sebesar mengalami penurunan sebesar 0,90 persen.

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) per Subsektor, dan Persentase Perubahannya di Provinsi Maluku Utara, Mei 2017 – Juni 2017 (2012=100)

Subsektor 2017 Mei 2017 Juni Perubahan %

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 121,27 120,19 -0,90

2. Hortikultura 121,88 124,07 1,79

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 101,83 103,07 1,22

4. Peternakan 115,81 116,84 0,89

5. Perikanan 113,10 114,56 1,29

a. Perikanan Tangkap 112,98 114,47 1,32

b. Perikanan Budidaya 114,43 115,43 0,88

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Gambar digital merupakan suatu fungsi dengan nilai-nilai yang berupa intensitas cahaya pada tiap-tiap titik pada bidang yang telah diquantisasikan (diambil

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Kesesuaian ini menurut al-Faruqi didasarkan pada tiga prin- sip kesatuan kebenaran ( unity of truth ) yang mendasari semua pengetahuan Islam; a) Tidak ada pertentangan

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Ciracas 600 9 Taman Segitiga Tanah Merdeka Utara Kec.. Raya Jimbore