• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki berbagai karakteristik sendiri termasuk dalam aspek fonologi, morfologi, semantik atau sintaksisnya. Pengetahuan linguistik merupakan media untuk mempermudah dan memperlancar pemahaman dan penguasaan bahasa Jepang.

Pembicaraan mengenai kalimat pasif merupakan bagian dari diatesis, yang umumnya dipilah menjadi aktif, pasif, medial, resiprokal, dan refleksif (Kridalaksana, 1982: 34). Kalimat pasif pada kedua bahasa (bahasa Jepang dan bahasa Indonesia) tersebut sangat berbeda. Ciri khas kalimat pasif bahasa Jepang, yaitu: (1) adanya kalimat pasif langsung dan tidak langsung; (2) bisa dibentuk baik dari kalimat transitif maupun dari kalimat intransitif); (3) secara umum digunakan untuk menyatakan arti penderitaan.

Voice adalah kalimat pasif dalam bahasa Inggris, yang di dalamnya terbagi

menjadi active voice dan passive voice (Harmann dan Stork, 1973: 251-252). Sementara itu dalam bahasa Jepang voice dikenal dengan istilah boisu, yang terbagi ke dalam chokusetsu no ukemi, kansetsu no ukemi, shieki , yarimorai,

Kanou dan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah diatesis untuk

mendefinisikan voice (Badudu dan Zain, 2001: 342).

Secara umum yang dimaksud dengan voice atau diatesis yaitu sebuah kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara subjek atau pelaku dalam sebuah kalimat dengan perbuatan yang dilakukannya dalam kalimat tersebut. Dari perbuatan atau peristiwa yang terjadi itulah dapat diketahui apakah subjek gramatikalnya dikenai pekerjaan atau menderita akibat perbuatan tersebut.

(2)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591

Diatesis dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi empat jenis, yaitu : diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis refleksif dan diatesis resiprokal (Kridalaksana, 1982: 34). Apabila subjeknya melakukan perbuatan (pelaku) disebut diatesis aktif, sedangkan jika subjeknya menjadi sasaran perbuatan tersebut (penderita) disebut diatesis pasif. Diatesis refleksif adalah diatesis yang secara semantis hanya melibatkan satu pihak yang berperan ganda, yaitu sebagai pelaku juga sebagai penderita. Diatesis resiprokal adalah diatesis yang secara semantis melibatkan dua argumen yang sama-sama bertindak sebagai pelaku juga penderita (Sudaryanto, dkk., 1991)

Apabila dibandingkan dengan diatesis yang terdapat dalam bahasa Indonesia, diatesis dalam bahasa Jepang jauh lebih banyak jenisnya seperti yang diungkapkan oleh Muraki (2001) dalam gramatika bahasa Jepang Modern, terdapat 11 macam diatesis, yaitu : (a) noudoutai (diatesis aktif), (b) judoutai

(diatesis pasif), (c) shieki (kausatif), (d) kanou (potential), (e) jihatsu (spontaneus), (f) taiou-jitadou (transitif-intransitif), (g) saiki (refleksif), (h) sougoutekina dousa-sayou (resiprokal), (i) jujudou (aksi memberi-menerima), (j) shite aru (verba TE+ARU), dan (k) shite oku (verba TE+OKU).

Dari sebelas diatesis tersebut pun, dalam konteks tertentu beberapa diatesis bahasa Jepang dapat dipadankan hanya kedalam satu jenis diatesis bahasa Indonesia, yaitu diatesis pasif saja. Diatesis pasif bahasa Indonesia dinyatakan dengan empat jenis konstruksi, yaitu : (a) konstruksi verba di-, (b) konstruksi verba ter-, (c) konstruksi verba zero, dan (d) konstruksi verba ke- I -an. Seperti yang terlihat pada contoh berikut.

(1) 生徒が先生にほめてもらう。(Muraki, 1991: 179) Siswa dipuji oleh Gurunya. (=pasif)

(3)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591

(2) 山の上から町が見えます。 (Minna No Nihongo II, 2002: 10) Dari atas gunung kelihatan/terlihat kota. (=pasif)

(3) 交番に町の地図がはってあります。 (Minna No Nihongo II, 2002: 34) Di pos polisi tertempel peta kota. (=pasif)

Hal tersebut menjadi salah satu masalah dan penyebab terjadinya kesalahan berbahasa Jepang bagi pembelajar bahasa Jepang orang Indonesia, khususnya dalam memahami diatesis bahasa Jepang.

Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk menganalisis dan mengkontrastifkan diatesis yang terdapat dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Sesuai dengan sasaran masalah yang akan diteliti tersebut, maka jelas akan didapat persamaan dan perbedaan penggunaan diatesis kedua bahasa tersebut.

Tidak semua jenis diatesis yang terdapat dalam kedua bahasa tersebut akan dikontrastifkan dalam penelitian ini, tetapi hanya mengkontrastifkan diatesis

aktif-pasif dalam bahasa Indonesia dengan ~te aru, dan ~te oku sebagai diatesis

dalam bahasa Jepang. Dengan kata lain penelitian ini hanya mengkontrastifkan konstruksi verba ter- dan di- dalam bahasa Indonesia dengan konstruksi verba ~te

aru, dan ~te oku dalam bahasa Jepang. Hal ini dikarenakan sering sekali

ditemukan kesalahan penggunaan konstruksi verba ~te aru dan ~te oku oleh pembelajar bahasa Jepang.

Penyebab munculnya kesalahan penggunaan kalimat pasif pada kedua bahasa tersebut oleh pembelajar bahasa masing- masing diantaranya sebagai berikut; Kalimat pasif bahasa Indonesia bisa digunakan bukan hanya untuk menerjemahkan kalimat pasif saja, tetapi digunakan juga untuk menerjemahkan ungkapan TE MORAU dalam yari-morai, TE ARU atau TE OKU; Urutan kata

(4)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591

dalam kalimat bahasa Jepang yang berpola SOP memberikan pengaruh besar terhadap pembelajar bahasa Jepang, sehingga sering terjadi transfer kalimat aktif ke dalam kalimat pasif dalam bahasa Indonesia (Sutedi Dedi, 2005: 97). Lihat beberapa contoh berikut:

(4). Makan malam sudah disediakan. (Sutedi Dedi, 2005) (5)* 夕食はもう用意された。

* Yuushoku wa mou youi sareta. (6) 夕食はもう用意してある。 Yuushoku wa mou youi shite aru. <Makan malam sudah tersedia.>

Untuk menyatakan maksud dalam bahasa Jepang pada contoh (4) lebih tepat menggunakan kalimat (6).

(7) Hal itu sudah dicatat. (Sutedi Dedi, 2005) (8)*そんなことはもうメモされた。

* Sonna koto wa mou memo sareta. (9) そんなことはもうメモにしておいた。 Sonna koto wa mou memo ni shite oita.

Maksud pada contoh kalimat (7) lebih tepat menggunakan kalimat (9). Semua jenis kesalahan bahasa Jepang seperti di atas, besar kemungkinannya dipengaruhi oleh kalimat pasif bahasa Indonesia yang digunakan secara produktif. penbelajar biasanya secara langsung mentransfer kalimat pasif bahasa Jepang ke dalam kalimat bahasa Indonesia atau sebaliknya (Sutedi Dedi 2004: 88).

Seperti yang telah diutarakan di atas, hampir semua diatesis aktif (transitif) dalam bahasa Indonesia dapat diubah ke dalam bentuk pasif, sedangkan dalam bahasa Jepang diatesis pasif dapat dibentuk dari verba transitif atau verba

(5)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591

intransitif. Akan tetapi, dalam penggunaan diatesis pasif bahasa Indonesia lebih produktif dibandingkan diatesis pasif bahasa Jepang, dikarenakan adanya pembatasan dalam penggunaan diatesis pasif bahasa Jepang.

Selain itu, karena kedua bahasa tersebut tidak serumpun tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan-perbedaan dari segi fungsi dan makna verba-verba tersebut diatas.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, perlu diadakan penelitian secara kontrastif yang diharapkan hasilnya dapat melengkapi atau menambah referensi yang berkaitan dengan masalah sintaksis bahasa Jepang, khususnya yang menyangkut dengan voice. Sehingga penulis bermaksud untuk meneliti masalah

tersebut dengan judul : “ANALISIS KONTRASTIF ANTARA JODŌSHI TE ARU

DAN TE OKU BAHASA JEPANG DENGAN VERBA BENTUK TER- DAN DI- DALAM BAHASA INDONESIA”.

B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana makna dan fungsi diatesis pasif ter- dan di- dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimana makna dan fungsi diatesis ~te aru dan ~te oku dalam bahasa Jepang?

3. Apa persamaan diatesis ter- dan di- dan ~te aru dan ~te oku dari segi makna?

4. Apa perbedaan diatesis ter- dan di- dan ~te aru dan ~te oku dari segi makna dan fungsinya?

(6)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya meneliti secara konstratif konstruksi verba ter- dan di- bahasa Indonesia dengan konstruksi verba ~te aru dan ~te oku bahasa Jepang ditinjau dari makna dan fungsi.

2. Makna dilihat dari sudut semantik berdasarkan bentuk kalimatnya.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diungkapkan, tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang makna dan fungsi diatesis pasif di- dan ter- dalam bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang makna dan fungsi diatesis ~te aru dan ~te oku dalam bahasa Jepang.

3. Untuk mengetahui sejauh mana persamaan atau perbedaan penggunaan diatesis pasif di- dan ter- dalam bahasa Indonesia dengan ~te aru dan ~te

oku dalam bahasa Jepang serta fungsi diatesis dalam kalimat.

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, yang pertama ialah dapat menjadi bahan referensi bagi para pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai penggunaan konstruksi verba ter- dan di- dalam bahasa Indonesia serta konstruksi verba ~te aru dan ~te oku dalam bahasa Jepang yang selama ini masih jarang, manfaat yang kedua ialah dengan diadakannya penelitian ini, dapat dijadikan acuan untuk menyusun bahan ajar.

(7)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persamaan dan perbedaan antara diatesis pasif dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia baik secara sintaksis, semantik dan pragmatiknya. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kontrastif karena merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendeskripsikan struktur kalimat kedua bahasa secara terpisah yang kemudian dibandingkan (komparasi) untuk mengetahui letak persamaan dan perbedaan diantara keduanya.

Kajian kebahasaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menelaah permasalahan yang sedang terjadi saat ini. Sementara generalisasinya dilakukan secara induktif, yaitu berdasarkan hasil analisis perbandingan tersebut yang berpedoman pada pada data (jitsurei dan sakurei).

E. INSTRUMEN DAN SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan berupa contoh kalimat yang diperoleh dari buku-buku level shokyuu dan chuukyuu, diantaranya:

1. Minna No Nihongo I & II, Nihongo Shoho 2. Shokyuu Nihongo

3. Contoh kalimat yang digunakan dalam novel Shiga naoya, majalah berbahasa Jepang atau contoh kalimat buatan penulis sendiri

4. Nihongo Bunpo Nyumon (Iori Isao, 2001)

5. Indonesia-go no [Di-doushi] Koubun To Nihongo no [-rareru] to no Taishou Kenkyuu (Dedi Sutedi, 2006).

(8)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591

Adapun sumber data yang diambil pada buku berbahasa Indonesia adalah :

1. Serpih-Serpih Telaah Pasif dalam Bahasa Indonesia (Bambang Kaswanti .ed, 1989)

2. Tata Bahasa Jepang Tingkat Dasar (Dedi Sutedi, 2002) 3. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (Dedi Sutedi, 2004).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa kajian terhadap penelitian terdahulu tentang diatesis pasif bahasa Indonesia dan diatesis pasif bahasa Jepang. Untuk kajian tentang diatesis pasif bahasa Indonesia, misalnya: Chung (1976), Cartier (1979), McCune (1979), Hopper (1983), Verhaar (1988), Kaswanti (1989) dan yang lainnya, sedangkan untuk kajian tentang diatesis bahasa Jepang diantaranya: Muraki (1991), Iori (2001). Untuk penelitian terdahulu yang mengkaji tentang penelitian kontrastif diatesis pasif bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, penulis berpedoman pada penelitian Sutedi (2006).

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui teknik komparatif (perbandingan). Melalui teknik ini dapat diketahui perbandingan antara penggunaan ter- dan di- dalam bahasa Indonesia dan penggunaan ~te aru dan ~te oku dalam bahasa Jepang. Teknik ini pun memberikan gambaran persamaan dan perbedaan penggunaan diatesis bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

(9)

Analisis Kontrastif Antara Jodōshi Te aru dan Te oku Bahasa Jepang dengan Verba Bentuk Ter- dan Di- dalam Bahasa Indonesia Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591 Reni Kursistiantini 033591

Tahap 1 : Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan pengumpulan data yang dianggap penting dan representatif dari berbagai buku, majalah dan novel berbahasa Jepang dan Indonesia.

Tahap 2 : Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, akan dilanjutkan dengan membandingkan struktur kalimat bentuk ter- dalam bahasa Jepang tersebut dengan bentuk ter- bahasa Indonesia. Misalnya dengan menyajikan contoh kalimat dengan penerjemahannya. Apakah bentuk aktif pada bahasa Jepang diterjemahkan ke dalam me-, di-, ter- (imbuhan penanda aktif-pasif) pada bahasa Indonesia. Dengan mengkaji berbagai unsur kebahasaan yang terkait maka akan diketahui alasannya dengan jelas. Dalam hal ini tidak terlepas dari unsur-unsur seperti, makna, fungsi dan lain sebagainya.

Tahap 3 : Generalisasi

Pada bagian ini akan ditemukan kesimpulan yang jelas berdasarkan pada analisis yang dilakukan. Bahwa ternyata sistem yang terdapat pada B1 tidak dapat diterapkan seluruhnya pada B2 dan sebaliknya. Hasilnya diharapkan bisa digunakan bagi pengajar dalam menerapkan pengajaran di kelas dan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam mengurangi kesalahan pemahaman. Maka generalisasi dilakukan secara induktif.

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dari angka gua digunakan untuk memberikan informasi tentang kualitas dari arah mata angin yang ditunjukkan oleh pengguna, serta

Dari pengujian yang dilakukan diketahui bahwasanya nilai keausan mata pahat terjadi pada pemesinan telah berjalan selama 18 menit, pada pemesinan ini, nilai kekasaran permukaan

Oleh karena itu mengingat pertumbuhan penduduk yang cukup pesat terutama di salah satu Kawasan Peruntukan Pariwisata dengan contoh kecamatan Batujaya tepatnya di Desa Batujaya

1 Natural Capital 46,7 60 11,7 Cukup Berpengaruh 2 Economic Capital 34 52 13,5 Cukup Berpengaruh 3 Human Capital 33 80 46,7 Berpengaruh 4 Social Capital 25 80 55,0 Berpengaruh

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai data Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Penerimaan Pinjaman Daerah, dan

Dalam konteks kompetisi India dan China, upaya reduksi kompetisi yang dapat dilakukan adalah, menciptakan kerjasama pertahanan guna mewujudkan stabilitas kawasan

Alur kerja pada proses ini ketika actor sudah melakukan login, actor memilih submenu data pegawai yang ada di menu master data, lalu sistem akan menampilkan form data

Jika pada proses lelang terdapat masalah yang mengakibatkan lelang harus diubah jadwalnya, maka Panitia dapat mengadakan perubahan jadwal, selama tahapan yang