• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB SD KANISIUS KALASAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IVB SD KANISIUS KALASAN SKRIPSI"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IVB SD KANISIUS KALASAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Adella Citra Yuni Puspitasari NIM : 081134137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IVB SD KANISIUS KALASAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Adella Citra Yuni Puspitasari NIM : 081134137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan memberikan yang kamu butuhkan,

bukan yang kamu inginkan.

Berusahalah!

Semua indah pada waktunya!

Dengan tulus, kupersembahkan skripsi ini untuk :

Allah SWT, kedua orang tuaku, adikku, keluargaku, dan

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Puspitasari, Adella Citra Yuni. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang yang Menggunakan Kontribusi Siswa dengan Pendekatan PMRI di Kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research dan Development (RnD) atau penelitian dan pengembangan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Pengembangan ini menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Peneliti melakukan penelitian berdasarkan tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono yang telah mengalami modifikasi. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif. Perangkat pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan pada sampel terbatas. Sampel penelitian tersebut adalah guru dan siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan sejumlah 36 siswa. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara pada guru dan observasi pembelajaran matematika. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh ahli, data hasil validasi dianalisis secara kuantitatif.

Hasil penelitian ini adalah pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SD Kanisius Kalasan. Hasil penelitian ini diperoleh dengan analisis kebutuhan pada tahap awal, pengembangan perangkat pembelajaran, dan implementasi pada sampel terbatas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti yaitu silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan evaluasi. Pengembangan perangkat tersebut melalui beberapa tahap yaitu validasi ahli, revisi desain, uji keterbacaan, revisi produk, dan implementasi pada sampel terbatas.

Berdasarkan hasil implementasi perangkat pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti, penggunaan kontribusi siswa sudah terlihat dalam pembelajaran. Bentuk kontribusi siswa yang terlihat, yaitu munculnya berbagai strategi pemecahan masalah dalam rangka membangun konsep pembelajaran, munculnya tanggapan atau umpan balik terhadap pemecahan masalah yang dikemukakan oleh siswa, dan pemberian kesempatan oleh guru pada siswa dalam mengembangkan kemampuannya.

(9)

ix ABSTRACT

Puspitasari, Adella Citra Yuni. 2012. The Development of Solid Geometry Mathematics Learning Instrument Using Students’ Contribution with PMRI Approach on IVB Grade in SD Kanisius Kalasan. Thesis. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

This was a research and development (R&D) research. The problem is how the development of solid geometry Mathematics learning instrument using students’ contribution with PMRI approach on IVB grade in SD Kanisius Kalasan was. This development produced the solid geometry mathematics learning instrument using students’ contribution with PMRI approach on IVB grade in SD Kanisius Kalasan. The researcher did the research based on Sugiyono’s theory that had been modified. The data was qualitative data. The learning instrument set was implemented on limited sample. The samples were the teacher and 36 students of IVB grade in SD Kanisius Kalasan. The researcher gained the data through interview to the teacher and observation on Mathematics. The data taken was analyzed using qualitative descriptive. The learning instrument was validated by the expert, and the validity result was analyzed quantitatively.

The result of this research was the development of solid geometry Mathematics learning instrument using students’ contribution with PMRI approach on IVB grade in SD Kanisius Kalasan. The result was gained by analyzing the need on the beginning step, the development of learning instrument, and the implementation on the limited sample. The learning instruments developed by the researcher were syllabus, lesson plan, worksheet, learning material, and evaluation. The instrument developed through some steps: expert validity, design revision, readability test, product revision, and implementation limited sample.

Based on the implementation result on the learning instrument set by the researcher, the students’ contribution was appeared on the learning process. The contributions were the appearance of the strategies to solve the problem to build the learning idea, responses or feedback to solve the problem, and the chance given to the students to develop their ability.

(10)

x KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang yang Menggunakan Kontribusi Siswa dengan Pendekatan PMRI di Kelas IVB SD Kanisius Kalasan.”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu P. Agustin Ria Dewi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kalasan

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas IVB SD Kanisius Kalasan.

6. Ibu M. Indarti Rustamti, S.Pd., selaku guru kelas IVB SD Kanisius Kalasan, yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Siswa kelas IVB SD Kanisius Kalasan yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

(11)

xi 9. Sahabat dan teman seperjuanganku Roi, Irene, dan Nina yang selalu memberikan

semangat selama menyelesaikan skripsi ini.

10. Anggota kos RDE, kakak Putri, Via, Mb Ega, Mb Khares, Ocha, dan Windi yang selalu menyemangati dan mendukungku menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan payung PMRI dan semua teman kelas B angkatan 2008 yang telah membantu dalam karya dan doa selama skripsi.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 4 Juli 2012 Penulis,

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Spesifikasi Produk ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

F. Pentingnya Penelitian ... 6

G. Kontribusi Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

1. Perangkat Pembelajaran ... 7

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 10

3. Peran Kontrubusi Siswa ... 13

(13)

xiii

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 23

B.Desain dan Prosedur Penelitian ... 26

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

D.Instrumen Penelitian ... 29

E. Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 31

B. Paparan Desain Pengembangan ... 36

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas ... 41

1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 41

2. Hasil Implementasi dan Pembahasan ... 42

a. Gambaran Umum Karakteristik PMRI ... 42

b. Penggunaan Kontribusi Siswa dalam Pembelajaran ... 51

3. Rangkuman Karakteristik Penggunaan Kontribusi Siswa yang Muncul dalam Pembelajaran ... 61

D. Refleksi Implementasi Pembelajaran ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

(14)

xiv DAFTAR TABEL

(15)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Balok ... 17

Gambar 2.2 Kubus ... 18

Gambar 2.3 Jaring-jaring kubus ... 20

Gambar 2.4 Jaring-jaring balok ... 20

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R&D) ... 24

Gambar 3.2 Tahapan penelitian ... 27

Gambar 4.1 Media pembelajaran ... 43

Gambar 4.2 Penggunaan model nyata ... 44

Gambar 4.3 Siswa tidak terpaku pada pemecahan masalah dari guru ... 45

Gambar 4.4 Interaktivitas siswa dalam kelompok ... 49

(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis Kebutuhan (Wawancara) ... 73

Lampiran 2 Hasil Analisis Kebutuhan (Observasi) ... 75

Lampiran 3 Silabus Matematika ... 79

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 84

Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa ... 133

Lampiran 6 Bahan Ajar ... 140

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 148

Lampiran 8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 150

Lampiran 9 Olah Data Hasil Validasi Ahli ... 162

Lampiran 10 Hasil Uji Keterbacaan Perangkat Pembelajaran ... 163

Lampiran 11 Hasil Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 171

Lampiran 12 Catatan Lapangan Implementasi ... 176

Lampiran 13 Transkripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 178

Lampiran 14 Surat Izin Penelitian ... 192

Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 193

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, spesifikasi produk, batasan istilah, pentingnya penelitian, dan kontribusi penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu pelajaran utama di Sekolah Dasar (SD). Hal ini karena matematika berkaitan dengan dunia sekitar. Ketika memasuki sekolah, anak-anak telah memiliki pengalaman yang bermacam-macam tentang matematika. Pengalaman menyenangkan yang diterima oleh anak akan membantu mengembangkan kemampuannya. Namun, pengalaman yang kurang menyenangkan terkadang membuat anak menjadi malas dalam mengembangkan kemampuannya.

Pengalaman pembelajaran matematika yang kurang menyenangkan dapat terlihat dari pendapat siswa bahwa matematika sulit dan menakutkan. Penggunaan masalah yang sedikit dalam pembelajaran membuat matematika menjadi kurang menarik. Guru biasanya kurang mengusahakan kreasi yang baru dalam pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi jenuh, malas, dan tidak bersemangat, sehingga siswa hanya mengikuti pembelajaran dan tidak memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.

Kegiatan pembelajaran di kelas yang masih terpusat pada ceramah dan drill (mengerjakan tugas) mendukung siswa untuk kurang mengembangkan

(18)

2 mengerjakan tugas menggunakan langkah kerja sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh guru, sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal kurang berkembang.

Kegiatan pembelajaran yang itu-itu saja dan terkesan monoton terkadang membuat siswa malas dengan matematika. Siswa yang jarang terlibat dalam pembelajaran di kelas dan hanya memperhatikan guru, juga mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar matematika. Sedikitnya kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat juga memberikan pengaruh terhadap pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman di lapangan yang dilakukan peneliti, pembelajaran menunjukkan bahwa model yang digunakan masih bersifat konvensional, termasuk pada materi bangun ruang. Bangun ruang merupakan materi pembelajaran yang bisa dikategorikan mudah. Namun, banyak siswa seringkali lupa dan kurang memahami mengenai bangun ruang. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa yang kurang berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang monoton, seperti pembelajaran yang hanya menggunakan buku, ceramah, dan di dalam kelas terkadang membuat siswa menjadi tidak tertarik dan malas belajar.

(19)

3 pasif pada permasalahan yang ada. Siswa hanya memperhatikan guru dan jarang mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran. Serta pemahaman konsep yang diperoleh siswa berasal dari guru bukan mencari sendiri konsepnya.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang menggunaan kontribusi siswa dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada materi bangun ruang di kelas IV.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apa sajakah hasil pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SDK Kalasan?

2. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SDK Kalasan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

(20)

4 2. Mengembangkan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IVB SDK Kalasan.

D. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan tidak hanya perangkat keras seperti modul, buku, dll, tetapi dapat juga berupa perangkat lunak seperti model pembelajaran, pendekatan, perangkat pembelajaran, dll. Selain itu, produk tersebut tidak harus berupa produk baru, tetapi dapat juga memodifikasi produk yang sudah ada. Produk yang dikembangkan merupakan produk yang bermanfaat bagi pendidikan dan mempermudah guru dalam mengembangkan pembelajaran.

Peneliti akan mengembangkan produk yang merupakan perangkat lunak. Perangkat lunak tersebut berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada pendekatan PMRI. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan ajar, dan evaluasi.

(21)

5 E. Batasan Istilah

Batasan istilah diperlukan agar tidak menimbulkan suatu pertanyaan dan tidak menimbulkan multi tafsir tentang suatu istilah yang dikemukakan. Berikut ini merupakan batasan istilah yang peneliti ambil :

1. Pengembangan adalah proses memperbaiki produk yang sudah ada menjadi lebih baik. Produk dalam hal ini adalah perangkat pembelajaran. 2. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan alat yang digunakan untuk

mengelola proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan lembar evaluasi siswa.

3. Kontribusi siswa adalah kegiatan siswa dalam rangka mengkontruksi konsep pengetahuannya terhadap pembelajaran. Kontribusi tersebut dapat berupa berperan aktif dalam pembelajaran, turut serta dalam kerja kelompok, aktif dalam memecahkan masalah, atau aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok. Kontribusi siswa juga dapat dilihat dari bagaimana siswa mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran. 4. Bangun ruang adalah bangun tiga dimensi yang memiliki tiga unsur, yaitu

titik sudut, sisi, dan rusuk. Bangun ruang pada penelitian ini dibatasi pada bangun balok dan kubus.

(22)

6 F. Pentingnya Penelitian

Pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan PMRI adalah mendesain perangkat pembelajaran bangun ruang yang mengakomodasi kontribusi siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran ini juga bertujuan untuk mengenalkan pendekatan PMRI di SD.

G. Kontribusi Hasil Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang untuk siswa kelas IVB SDK Kalasan dibuat untuk mendukung pembelajaran matematika. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Bagi peneliti, peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan membantu dalam menerapkan pendekatan PMRI dalam pembelajaran. 2. Bagi siswa, siswa dapat memiliki pengalaman baru dalam pembelajaran

bangun ruang sederhana menggunakan pendekatan PMRI dan meningkatkan perannya dalam pembelajaran di kelas.

3. Bagi guru, guru dapat melakukan penelitian lainnya khususnya menggunakan pendekatan PMRI dan memberikan inovasi baru dalam mengajar di kelas.

(23)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai landasan teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

A. Landasan teori

1. Perangkat Pembelajaran

Trianto (2010: 96) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang digunakan saat mengelola proses pembelajaran yang terdiri dari buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), instrumen evaluasi atau hasil belajar dan media pembelajaran. Rusdi (2008) mengungkapkan perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media yang digunakan dalam proses pembelajaran oleh guru dan siswa. Media yang digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Buku Pegangan Guru (BPG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar.

Perangkat pembelajaran menurut peneliti adalah sekumpulan alat yang digunakan untuk mengelola proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan lembar evaluasi siswa.

a. Silabus

(24)

8 SK dan KD ke dalam materi dan indikator pembelajaran. Komponen silabus terdiri dari identitas silabus, SK, KD, kegiatan pembelajaran, materi pokok, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pengembangan silabus dilandasi beberapa prinsip, yaitu (1) ilmiah, berarti materi dan muatan dalam silabus harus mampu dipertanggungjawabkan (2) relevan, berarti silabus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa (3) sistematis, berarti komponen silabus saling berhubungan dalam rangka mencapai kompetensi (4) konsisten, berarti adanya hubungan yang tetap antar komponen silabus (5) memadai, berarti komponen silabus mampu menunjang komponen yang ingin dicapai (6) aktual dan kontekstual, berarti komponen silabus memperhatikan perkembangan jaman (7) fleksibel, berarti komponen silabus dapat disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah dan mengakomodasi keberagaman siswa (8) menyeluruh, berarti silabus mencakup ketiga ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(25)

9 c. Bahan ajar

Bahan ajar adalah materi pembelajaran yang terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), sikap, dan keterampilan dalam rangka mencapai SK yang telah ditentukan. Bahan ajar digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.

d. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang membantu siswa dalam mencapai KD yang ditentukan dalam SK. Pada LKS dijabarkan kegiatan apa saja yang dilakukan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan pada LKS disusun sedemikian rupa agar siswa aktif dalam pembelajaran. LKS juga berisi pertanyaan yang membantu siswa memahami materi pembelajaran.

e. Evaluasi

(26)

10 2. PMRI

a. Sejarah PMRI

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang diadaptasi dari pembelajaran matematika di Belanda. PMRI di Belanda dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). RME ini sudah lama dikembangkan oleh

Hans Freudenthal. Pengadaptasian pendekatan ini disesuaikan dengan keadaan geografi, budaya, dan masyarakat di Indonesia.

Gravemeijer (1994: 82) mengungkapkan „Realistic mathematics education is rooted in Freudenthal’s interpretation of mathematics as an

activity‟. Ungkapan tersebut menunjukkan pembelajaran matematika

diadaptasi dari pandangan Freudenthal bahwa matematika adalah suatu aktivitas. Aktivitas yang dimaksud oleh Freudental meliputi aktivitas mencari masalah, memecahkan masalah, dan mengorganisasikan pokok bahasan.

Realistik dalam PMRI tidak hanya karena bahan pelajaran yang terkait dengan dunia nyata, tetapi menekankan pada permasalahan yang dirasa nyata bagi siswa. PMRI merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran matematika. PMRI adalah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang meliputi penggunaan konteks, pemodelan, kontribusi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan dalam pembelajaran.

(27)

11 konkret terlebih dahulu agar siswa dapat memahami matematika dengan lebih matang. PMRI ini juga sejalan dengan pembelajaran konstruktivisme, pembelajaran yang mengupayakan agar siswa mencari sendiri pengetahuannya.

b. Prinsip PMRI

Suryanto (2010: 41-43) mengemukakan ada beberapa prinsip PMRI, yaitu :

1) Guided Reinvention dan Progressive Mathematization (Penemuan Kembali Secara Terbimbing dan Matematisasi Progresif)

Pada prinsip ini siswa diminta untuk menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan. Siswa membayangkan situasi yang digambarkan dalam masalah, kemudian siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide/konsep matematika untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Setelah menemukan ide/konsepnya, kemudian siswa diarahkan

untuk „berpikir matematis‟. Dikatakan progresif karena terdiri dari dua

langkah berurutan yaitu a) matematisasi horizontal (berawal dari masalah kontekstual dan berakhir pada matematika formal) b) matematisasi vertikal (dari matematika formal ke matematika formal yang lebih tinggi, luas, dan rumit).

2) Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis)

(28)

12 Masalah kontekstual yang dipilih harus mempertimbangkan aspek pada diri siswa dan harus diselesaikan sendiri oleh siswa.

3) Self Developed model (Membangun model sendiri)

Karena menggunakan masalah kontekstual, maka memungkinkan siswa memiliki model sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Model yang dibuat oleh siswa ini mungkin saja mirip dengan masalah yang diberikan karena bersifat kontekstual.

c. Karakteristik PMRI

Treffers dalam Wijaya (2012: 21-23) menyatakan karakteristik PMRI terdiri dari :

1) Penggunaan konteks

Penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran dapat diletakkan di awal, tengah, maupun akhir pembelajaran. Di awal pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa menemukan konsep, definisi, maupun pemecahan dari masalah tersebut. Peletakan di tengah dimaksudkan untuk memantapkan apa yang telah diperoleh oleh siswa. Peletakan di akhir dimaksudkan untuk mengembangkan siswa dalam mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya.

2) Penggunaan model

(29)

13 semu. Semua model tersebut selalu berhubungan dengan masalah konkret yang dihadapi siswa.

3) Pemanfaatan kontribusi siswa

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa juga perlu diperhatikan oleh guru. Sumbangan berupa ide, gagasan, variasi jawaban, variasi pemecahan masalah merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan utuk meningkatkan pengetahuan siswa.

4) Interaktivitas

Dalam pembelajaran memerlukan pola interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, siswa dan siswa, maupun siswa dan sarana pembelajaran. Bentuk interaksi tersebut dapat berupa diskusi, tanya-jawab, memberi penjelasan, dan komunikasi singkat.

5) Keterkaitan

Matematika merupakan ilmu yang terstruktur. Keterkaitan antara topik, konsep, operasi sangat kuat, sehingga memungkinkan adanya integrasi antara topik yang satu dengan topik yang lain.

3. Peran Kontribusi Siswa

(30)

14 bagaimana siswa mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran. Selain itu, kemampuan siswa dalam memberikan umpan balik terhadap pendapat siswa lain atau bahkan guru.

Pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah biasanya belum memperhatikan kontribusi siswa sebagaimana mestinya. Dalam pembelajaran

matematika siswa masih berlatih untuk „bagaimana mengetahui‟. Padahal

pembelajaran matematika tidak hanya sampai disitu, tapi juga untuk

mengetahui „mengapa mengetahui‟. Oleh karena itu diperlukan pula

kreativitas agar kontribusi siswa dapat terlihat dengan jelas.

Munandar (1985: 47) mengungkapkan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Santrock (2002: 327) menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Maysesty (1990: 9) menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berpikir atau bertindak atau menciptakan sesuatu yang original dan bernilai atau berguna bagi orang tersebut dan orang lain.

(31)

15 Laurence dalam Wijaya (2012:55) menyatakan bahwa kreativitas adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Kemampuan berpikir kreatif bukanlah bakat alamiah yang dimiliki seseorang, namun proses alamiah yang dapat dikembangkan atau ditingkatkan melalui latihan. Kreativitas dalam pembelajaran matematika ini ditunjukkan dengan bagaimana siswa dapat memahami secara mendalam konsep matematika yang dipelajarinya. Mempelajari kreativitas bukan berarti mempelajari pengetahuan baru, melainkan mempelajari bagaimana mengelola pengetahuan yang telah ada. Wijaya (2012:58-64) menyatakan bahwa kreativitas dapat dibangun melalui beberapa cara, yaitu :

a. Membangun kreativitas melalui problem solving

Kreativitas siswa dapat dibangun dengan kegiatan memecahkan masalah (problem solving). Siswa dibiarkan mengemukakan idenya dalam memecahkan masalah yang diberikan.

b. Membangun kreativitas melalui Open-Ended Problem

Kreativitas juga dapat dibangun melalui open-ended problem, di mana siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah secara lebih bebas. Kemungkinan jawaban yang diberikan oleh setiap siswa dapat beragam karena cara pikir siswa yang berbeda-beda.

c. Membangun kreativitas melalui learning by doing

(32)

16 psikomotorik melalui hands on activities. Kegiatan tersebut dilakukan untuk merangsang siswa berpikir dan bernalar.

4. Bangun ruang

Thyer and Maggs (1971: 61) menyatakan

we live in a world of shapes and this aspect of our surroundings contains much to be examined and discussed. There is in accumulation of associated language used to describe the shapes we see, pick up or feel, nad this for the child could come, amongst other places, from the home, from playing with other children and from the teacher.

Pengenalan geometri di sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu menganalisis tentang dunia di sekitarnya. Seperti yang telah disebutkan Thyer dan Maggs pada kutipan di atas, kita hidup dikelilingi dengan benda beruang yang dapat kita amati, sentuh, dan rasakan.

Geometri yang akan diajarkan pada siswa SD terdiri dari dua macam, yaitu bangun ruang dan bangun datar. Thyer and Maggs (1971: 62)

menyatakan “we can also introduce the names of commons mathematical two

and three dimensional shapes. This includes the names of polygons, prisms,

and pyramids.” Copeland (1967:267) menyatakan “geometric objects having

the properties length, width, and depth involve the mathematics of solid

geometric.

(33)

17 bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Titik sudut adalah pertemuan dari tiga rusuk atau lebih. Materi pada penelitian ini yaitu mengidentifikasi sifat-sifat balok dan kubus serta menentukan jaring-jaring balok dan kubus.

Mustaqim dan Astuty (2008: 211) menyatakan balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan kongruen.

A B

C D

E F

G H

Gambaar 2.1 Balok

Mustaqim dan Astuty (2008: 210) menyatakan sifat-sifat balok ABCD.EFGH di atas adalah

a. Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah :  Sisi ABCD sisi EFGH

 Sisi ABFE sisi DCGH  Sisi ADHE sisi BCGH

Jadi ada 6 sisi pada bangun balok ABCD.EFGH Sisi ABCD = sisi EFGH

(34)

18 Sisi ADHE = sisi BCGH

b. Rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah :

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang balok ABCD.EFGH = = =

= = =

= = =

c. Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah : Titik sudut A Titik sudut E

Titik sudut B Titik sudut F Titik sudut C Titik sudut G Titik sudut D Titik sudut H

Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang kongruen. Berikut gambar kubus ABCD.EFGH :

(35)

19 Berdasarkan gambar di atas, sifat-sifat kubus adalah :

a. Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah :  Sisi ABCD sisi EFGH

 Sisi ABFE sisi DCGH  Sisi ADHE sisi BCGH

Jadi ada 6 sisi pada bangun balok ABCD.EFGH ABCD = EFGH = ABFE = DCGH = ADHE = BCGH b. Rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah :

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang balok ABCD.EFGH = = = = = = = = = = = c. Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah :

Titik sudut A Titik sudut E Titik sudut B Titik sudut F Titik sudut C Titik sudut G Titik sudut D Titik sudut H

(36)

20 persegi panjang yang membentuk balok. Berikut gambar salah satu jaring-jaring balok dan kubus :

F

Gambar 2.3 Jaring-jaring kubus

E F

Gambar 2.4 Jaring-jaring balok B. Hasil Penelitian yang Relevan

(37)

21 Matematika pada Pokok Bahasan Perkalian dan Pembagian dengan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD Negeri Samirono Yogyakarta.

Hasil penelitiannya adalah siswa mampu mengemukakan pendapat dan strateginya dengan bantuan alat peraga, dalam pembelajaran guru mengalami beberapa kendala antara lain keterbatasan waktu, biaya, pemahaman siswa, dan belum terbiasanya siswa dalam menerapkan PMRI.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh saudari Hadziqotul Aizah tahun 2007 dalam Suryanto (2010:182) (skripsi tidak diterbitkan) dengan judul Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI di Kelas IVA

SD N Percobaan 2 Depok Sleman. Hasil penelitiannya adalah siswa mampu

menunjukkan kreativitasnya dalam pembelajaran, seperti mampu mengemukakan pendapatnya, mampu menyelesaikan masalah, dan mampu menjelaskan penyelesaian masalah dengan rinci.

Penelitian tersebut merupakan penelitian yang berkaitan dengan pendekatan PMRI di sekolah dan penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian di atas pendekatan PMRI dapat membantu siswa dalam menunjukkan perannya dalam pembelajaran. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI yang menggunakan kontribusi siswa dalam pembelajaran.

C. Kerangka berpikir

(38)

22 Kesulitan tersebut membuat siswa malas dan jenuh dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang menunjukkan kontribusinya dalam pembelajaran.

PMRI merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika. Pendekatan PMRI memiliki lima karakter, salah satunya adalah penggunaan kontribusi siswa. Kontribusi siswa ini bertujuan untuk membantu siswa dalam membangun sendiri konsep pembelajarannya. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa benar-benar memahami materi yang sedang dipelajarinya.

(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian, desain dan prosedur penelitian, produk dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti.

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D), karena peneliti bermaksud untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. Borg dan Gall dalam Sugiyono (2010: 9) menyatakan penelitian dan pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Sugiyono (2010: 407) menyatakan metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut.

Sukmadinata (2008: 164) mengemukakan penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk perangkat keras (hardware), tetapi juga bisa perangkat lunak (software).

(40)

24 perangkat lunak, yaitu perangkat pembelajaran matematika pada materi bangun ruang kelas IV.

Thiagarajan dalam Arifin (2011: 128) mengemukakan ada empat tahap pada penelitian dan pengembangan yang disingkat dengan 4-D, yaitu ‘define,

design, develop, and disseminate’. Define adalah tahap studi pendahuluan. Misalnya setelah peneliti memilih dan menentukan produk yang akan dikembangkan, maka selanjutnya peneliti mengadakan studi literatur, wawancara, observasi, dll. Design yaitu merancang model yang akan dikembangkan. Develop adalah melakukan kajian empirik model yang akan dikembangkan, melakukan uji-coba, revisi, dan validasi. Disseminate yaitu menyebarluaskan hasil akhir pada seluruh populasi.

Berbeda dengan Thiagarajan, Borg dan Gall mengembangkan langkah-langkah yang lebih terperinci. Borg dan Gall dalam Arifin (2011: 129)

‘research and information collecting planning, develop preliminary

from of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product revision, operational field

testing, final product revision, dissemination and implementation’. Tahapan penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti berdasarkan pada tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono.

(41)

25 Tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono, yaitu :

1. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah dapat diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara.

2. Pengumpulan data

Selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan untuk mengatasi masalah tersebut. Produk dalam penelitian ini adalah model pembelajaran.

3. Desain produk

Desain produk dalam penelitian ini berupa pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi pembelajaran.

4. Validasi desain

Pada tahap ini desain divalidasi untuk melihat keefektifannya. Validasi dilakukan oleh ahlinya, dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing dan guru bidang studi.

5. Revisi desain

Setelah divalidasi akan diketahui kelemahan dari rancangan tersebut. Kelemahan tersebut selanjutnya diperbaiki dengan merevisi desain. 6. Ujicoba produk

(42)

26 7. Revisi produk

Hasil ujicoba model pembelajaran tersebut terkadang masih memiliki kelemahan, pada tahap ini model pembelajaran yang telah diujicoba direvisi lagi untuk mendapat hasil yang baik.

8. Ujicoba pemakaian

Setelah revisi hasil ujicoba pada sampel, maka model pembelajaran akan lebih baik. Model pembelajaran kemudian diujicobakan kembali pada lembaga yang lebih luas.

9. Revisi produk

Hasil ujicoba pada sampel yang lebih luas kemudian direvisi untuk penyempurnaan dan pembuatan model pembelajaran yang baru.

10. Produksi masal

Setelah ujicoba dan revisi beberapa kali model pembelajaran dapat mulai diterapkan pada berbagai lembaga pendidikan.

B. Desain dan Prosedur Penelitian

(43)

27 pada tahap ke enam. Peneliti menambahkan implementasi pada tahapan tersebut.

Tahapan yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari :

Gambar 3.2 Tahapan penelitian

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti belum sampai pada tahap produksi massal. Peneliti hanya sampai pada tahap revisi desain. Tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :

1. Potensi dan masalah

Peneliti menemukan masalah dengan melakukan wawancara pada guru dan observasi awal pembelajaran matematika. Wawancara dan observasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pembelajaran matematika di kelas. Data yang dihasilkan digunakan sebagai bahan analisis kebutuhan penelitian.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data digunakan dengan melakukan studi literatur dalam rangka menyusun desain produk yang akan digunakan. Pengumpulan data ini bertujuan untuk membantu peneliti menyusun produk yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas.

(44)

28 3. Desain produk

Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti menyusun desain produk pembelajaran. Desain ini berupa perangkat pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dalam rangka memperbaiki pembelajaran yang ada.

4. Validasi desain

Desain yang telah disusun divalidasi dengan teknik expert judgement (validasi ahli). Validasi dilakukan oleh tiga dosen ahli dan satu guru bidang studi.

5. Revisi produk

Setelah desain divalidasi oleh ahli, produk perangkat pembelajaran tersebut direvisi sesuai saran-saran yang diberikan oleh validator.

6. Implementasi produk

Implementasi produk bertujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa desain yang dihasilkan layak dikembangkan dan digunakan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

(45)

29 D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa panduan wawancara pada guru, instrumen pengamatan karakteristik PMRI, dan lembar validasi perangkat pembelajaran. Panduan wawancara pada guru digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai kegiatan pembelajaran matematika. Informasi tersebut digunakan sebagai bahan analisis kebutuhan.

Lembar karakteristik PMRI digunakan untuk mengamati karakteristik yang muncul selama pembelajaran. Peneliti memfokuskan pada karakter penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran. Lembar pengamatan tersebut berisi aspek-aspek yang menunjukkan adanya kontribusi siswa dalam pembelajaran. Kontribusi siswa yang diamati yaitu pengungkapan berbagai strategi dalam pembelajaran, penyampaian tanggapan terhadap strategi yang digunakan, pengajuan pertanyaan, motivasi dan kesempatan yang diberikan oleh guru.

Lembar validasi perangkat pembelajaran digunakan untuk menilai perangkat pembelajaran yang telah disusun. Lembar validasi perangkat pembelajaran tersebut berisi aspek-aspek perangkat pembelajaran. Instrumen pengamatan tersebut telah divalidasi dengan teknik expert judgment (validasi ahli).

E. Analisis Data

1. Analisis Data Kualitatif

(46)

30 karakteristik PMRI. Data tersebut diharapkan mampu menggambarkan keadaan kelas dengan jelas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui kebutuhan yang ada.

2. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari validasi ahli yang telah dilakukan peneliti. Hasil validasi pada masing-masing perangkat pembelajaran kemudian dicari nilai rata-ratanya. Berikut tabel kriteria penilaian hasil produk pengembangan.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Hasil Produk Pengembangan Interval Tingkat

Pencapaian

Kualifikasi 3,25 < M ≤ 4,00 Sangat Baik

2,50 < M ≤ 3,25 Baik

1,75 < M ≤ 2,50 Kurang Baik 0,00 < M ≤ 1,75 Tidak Baik

Sumber : Setiani (2011: 171) Keterangan:

M = rerata skor untuk setiap aspek yang dinilai

(47)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan pengembangan perangkat yang mengakomodasi karakteristik pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang muncul dalam pembelajaran bangun ruang sederhana di kelas IVB SDK Kalasan.

A.Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

SDK Kalasan adalah sekolah swasta yang terletak di Jl. Solo KM 13 Yogyakarta. SDK Kalasan merupakan salah satu sekolah Adiwiyata Nasional di Yogyakarta. Selain sekolah Adiwiyata Nasional, SDK Kalasan juga sering mengikuti perlombaan mata pelajaran seperti IPA dan Matematika. Letak SDK Kalasan sangat strategis, karena terletak di jalur perkotaan. Letak yang strategis tersebut cukup memberikan keuntungan bagi sekolah. Selain keuntungan, juga ada dampak negatif dari letak sekolah yang strategis, yaitu lingkungan sekolah yang ramai karena berada di pinggir jalan raya. Polusi suara merupakan keluhan utama yang dapat mengganggu proses pembelajaran.

(48)

32 Observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui apa saja kekurangan dari pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru kelas IVB SDK Kalasan. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 12 Januari 2012. Observasi dilakukan pada tanggal 09, 16, dan 23 Februari 2012 dengan materi pecahan dan bilangan romawi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada guru, pembelajaran masih terpaku pada guru. Guru menyampaikan materi dengan ceramah dan penugasan. Guru juga memberi soal-soal yang terdapat pada buku penunjang yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran yang dilakukan bersifat monoton dan itu-itu saja. Siswa kurang ikut berperan dalam proses pembelajaran, karena sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan atau berpendapat mengenai suatu materi pembelajaran.

Hal tersebut dimungkinkan karena kebiasaan siswa yang jarang bertanya pada guru ketika proses pembelajaran. Selain itu, pemanfaatan lingkungan yang jarang dilakukan oleh guru membuat siswa juga jarang memperhatikan lingkungannya ketika belajar. Siswa hanya berpatokan pada guru dan buku. Padahal lingkungan sangat membantu siswa dalam memahami matematika. Lingkungan juga membantu siswa membangun konsep pembelajarannya.

(49)

33 semangat siswa jarang digunakan oleh guru dengan alasan menghabiskan waktu. Guru juga jarang mengulang pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

Ketika mengajar guru secara langsung memberikan teori pada siswa. Guru tidak menjembatani siswa dalam mencari konsepnya. Hal tersebut disebabkan sedikitnya penggunaan masalah kontekstual oleh guru. Guru juga jarang sekali memberikan analogi masalah yang membantu siswa dalam mencari konsepnya.

Hasil observasi juga memperlihatkan bahwa siswa tidak membangun sendiri konsep pembelajarannya. Guru langsung memberikan konsep pembelajaran dan tidak membiarkan siswanya berkreasi membangun konsepnya. Langkah-langkah dalam penyelesaian masalah pun monoton menggunakan yang telah dicontohkan oleh guru. Kerja kelompok dan diskusi merupakan kegiatan yang disukai oleh siswa, karena siswa dapat bekerja sama dan mengemukakan pendapatnya pada siswa lain. Keterbatasan waktu dan media adalah alasan jarang dilakukannya kegiatan tersebut.

Pengungkapan strategi oleh siswa jarang terlihat, hanya siswa yang berani dan mau saja yang mengemukakan pendapatnya, siswa lain hanya diam dan melihat saja. Umpan balik dari siswa lain pun menjadi sedikit karena sedikitnya siswa yang mau berpendapat. Sedikitnya pendapat siswa ini dikarenakan kebiasaan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa sebenarnya sudah cukup, namun karena kebiasaan yang terbentuk membuat siswa malas untuk bertanya dan berpendapat.

(50)

34 misalnya materi pengukuran sudut pada semester 1. Guru menggunakan media busur dalam mengukur sudut. Media yang digunakanpun hanya terbatas pada busur dan tidak menggunakan media lainnya.

Interaksi yang dilakukan didalam kelas sudah terjalin dengan baik. Tanya jawab antar guru dan siswa seringkali terjadi. Bimbingan yang diberikan oleh guru dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, namun penguatan yang diberikan oleh guru masih kurang sehingga terkadang siswa merasa kurang percaya diri dalam berpendapat.

Interaktivitas siswa dengan siswa sudah terjalin dengan baik, namun sedikitnya kegiatan yang menggunakan kerja sama di dalam kelas membuat siswa jarang berinteraksi mengenai pembelajaran. Sedikitnya presentasi yang disampaikan oleh siswa membuat siswa lain jarang memberikan apresiasi pada temannya. Ketika ada siswa yang menyampaikan pendapatnya siswa lain justru lebih sering mengobrol dengan siswa yang lainnya.

Keterkaitan yang disampaikan oleh guru terhadap pembelajaran matematika dengan pembelajaran lainpun belum terlihat. Guru tidak mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lainnya. Guru dan siswa hanya berkonsentrasi pada materi yang sedang dipelajari.

(51)

35 yang dimilikinya. Guru juga hanya mengacu pada buku dan belum mengembangkan potensi yang ada di sekitanya.

Oleh karena itu, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran yang mencakup :

1. Penggunaan konteks dalam pembelajaran

Pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar siswa untuk membantu proses pembelajaran. Pemanfaatan cerita untuk mendukung semangat dan motivasi siswa.

2. Penggunaan model dalam pembelajaran

Guru membantu menjembatani konsep siswa dari yang matematika informal menjadi matematika formal. Pemanfaatan benda nyata dalam menjembatani konsep siswa.

3. Penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran

Pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang membantu siswa dalam membangun konsep pembelajarannya.

4. Interaktivitas dalam pembelajaran

Interaktivitas ini membantu siswa dalam membangun konsepnya dengan bantuan guru dan teman-temannya.

5. Keterkaitan (intertwining) dalam pembelajaran

(52)

36 Hasil observasi tersebut kemudian dijadikan acuan oleh peneliti untuk menyusun desain pembelajaran. Desain tersebut membutuhkan model pembelajaran yang tidak lagi konvensional, yaitu pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan, pembelajaran yang berpusat pada siswa dan interaksinya, serta pembelajaran yang membantu siswa membangun sendiri konsepnya. Peneliti menggunakan pendekatan PMRI dalam meningkatkan model pembelajaran tersebut.

Desain tersebut merupakan perangkat pembelajaran yang mencakup karakteristik-karakteristik yang terdapat dalam pendekatan PMRI. Karakteristik tersebut yaitu penggunaan masalah kontekstual, penggunaan pemodelan, penggunaan kontribusi siswa, interaktivitas, dan intertwining. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran.

B.Paparan Desain Pengembangan

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan, peneliti akan menyusun desain perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI. Pendekatan PMRI digunakan karena dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan dalam pembelajaran.

(53)

37 (LKS), dan evaluasi siswa. Desain perangkat pembelajaran ini terdiri dari dua Kompetensi Dasar (KD) dari Standar Kompetensi (SK) memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar.

1. Silabus

Silabus disusun berdasarkan pada Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Silabus tersebut mengacu pada standar nasional yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Penyusunan silabus juga memperhatikan aspek-aspek dalam pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa secara keseluruhan. Siswa tidak hanya mampu dalam kognitifnya, tetapi juga mampu mengembangkan sikap dan perbuatannya. Silabus ini mengakomodasi seluruh karakteristik PMRI, hal tersebut terlihat pada kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan.

Materi pembelajaran yang dipilih adalah materi bangun ruang karena konsep yang dimiliki siswa mengenai bangun ruang masih banyak yang keliru. Bangun ruang merupakan materi yang akan terus dipelajari selama siswa menempuh pendidikan, sehingga konsep mengenai bangun ruang haruslah dimiliki oleh siswa. Bangun ruang yang dipelajari terbatas pada bangun balok dan kubus.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(54)

38 menyesuaikan kondisi sekolah dan siswa kelas IVB di SDK Kalasan. Pada RPP peneliti juga mencantumkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Media tersebut dimaksudkan untuk mendukung proses pembelajaran.

RPP yang disusun oleh peneliti memasukkan seluruh karakteristik PMRI dalam setiap pertemuan. Kegiatan-kegiatan yang disusun juga berdasarkan pada kelima karakteristik PMRI. Kegiatan tersebut antara lain adanya penggunaan cerita dalam pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menemukan konsepnya sendiri, siswa boleh memilih media yang akan digunakan untuk mendukung dirinya menemukan konsepnya. Selain itu, siswa juga bekerja dalam kelompok untuk meningkatkan interaksinya dengan siswa lainnya. Pengaitan materi juga dimasukkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik dalam mata pelajaran yang sama maupun yang berbeda. 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

(55)

39 4. Bahan Ajar

Bahan ajar digunakan oleh guru kelas dalam menyampaikan materi pembelajaran. Bahan ajar tersebut berisi materi pembelajaran mengenai sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus dan jaring-jaring balok dan kubus. Bahan ajar yang disusun oleh peneliti mengacu pada karakteristik penggunaan konteks dan pemodelan. Peneliti menggunakan masalah kontekstual agar siswa dapat memahami materi dengan mudah. Penggunaan gambar juga menjembatani siswa dalam memahami materi.

5. Evaluasi

Lembar evaluasi disusun untuk mengetahui sejauh mana siswa menemukan konsepnya mengenai materi yang dipelajari. Evaluasi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Sebelum melakukan evaluasi guru membantu siswa untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari agar konsep yang dimiliki siswa dapat tertanam dengan baik. Evaluasi mencakup seluruh karakteristik PMRI, seperti pemodelan menggunakan gambar, strategi yang dikemukakan oleh siswa dalam menjawab soal evaluasi.

(56)

40 Setelah menyusun perangkat pembelajaran tersebut, peneliti melakukan validasi ahli (expert judgment). Validasi tersebut diberikan kepada beberapa ahli, yaitu tiga dosen pembimbing matematika dan satu guru bidang studi. Berikut hasil validasi perangkat pembelajaran yang telah dilakukan.

Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran No. Perangkat pembelajaran Skor

rata-rata

Kriteria

1 Silabus 3,75 Sangat Baik

2 RPP 3,68 Sangat Baik

3 LKS 3,53 Sangat Baik

4 Bahan ajar 3,55 Sangat Baik

5 Evaluasi 3,68 Sangat Baik

Berdasarkan hasil validasi di atas, perangkat pembelajaran yang disusun oleh peneliti termasuk kriteria sangat baik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perangkat pembelajaran yang disusun peneliti layak untuk dikembangkan dan digunakan. Namun, peneliti tetap melakukan revisi produk pada beberapa bagian seperti penggunaan bahasa, lembar jawab pada LKS, dan refleksi pembelajaran.

Peneliti melakukan uji keterbacaan rancangan perangkat pembelajaran yang telah direvisi. Hal tersebut bertujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa hasil revisi rancangan perangkat pembelajaran tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Uji keterbacaan rancangan tersebut dilakukan pada guru dan 6 siswa di SDN Turi 2.

(57)

41 ruang. Hasil keterbacaan tersebut, kemudian direvisi oleh peneliti. Hasil revisi tersebut yang menjadi prototype dalam penelitian ini. Peneliti akan mengimplementasikannya pada siswa dan guru kelas IVB SDK Kalasan.

C.Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas 1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran

Implementasi perangkat pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan mulai pada tanggal 16-19 April 2012 di kelas IVB SDK Kalasan. Subyeknya adalah siswa dan guru kelas IVB. Siswa kelas IVB SDK Kalasan berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 21 siswa dan 25 siswi.

Materi mencakup dua KD dari SK memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. KD yang diteliti yaitu menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dan menentukan jaring-jaring balok dan kubus. Pertemuan pertama membahas mengenai KD satu yaitu menentukan sifat-sifat bangun ruang (RPP 1 dan 2). Pertemuan kedua dan ketiga membahas mengenai KD dua yaitu menentukan jaring-jaring balok dan kubus (RPP 4 dan 5). Pertemuan keempat dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

(58)

42 penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran. Peneliti juga menggunakan lembar observasi penggunaan kontribusi siswa untuk membantu penelitian.

2. Hasil Implementasi dan Pembahasan

Sub bab ini akan membahas mengenai hasil implementasi pada setiap karakteristik pendekatan PMRI pada materi bangun ruang di kelas IVB SDK Kalasan. Pembahasan akan lebih ditekankan pada penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran. Berikut juga dibahas mengenai hasil implementasi perangkat pembelajaran. Beberapa tranksrip menunjukkan kegiatan di dalam kelas dengan keterangan :

G = Guru Sn = Siswa ke-n SS = Semua Siswa BS = Beberapa Siswa SL = Siswa Lain

a. Gambaran Umum Karakteristik PMRI

Sesuai dengan kajian teori, karakteristik PMRI terdiri dari penggunaan konteks, penggunaan model dalam pembelajaran, penggunaan kontribusi siswa, interaktivitas, dan intertwining dalam pembelajaran. Seluruh karakteristik tersebut tercakup dalam seluruh pertemuan yang disusun dalam desain RPP.

(59)

43 cerita Paijo dan Kotak Ajaib di mana dalam cerita tersebut menggunakan berbagai bangun ruang yang dekat dengan siswa seperti kotak sabun, kotak pasta gigi, parfum, dll. Benda-benda tersebut berfungsi sebagai media pembelajaran.

Cerita yang disampaikan oleh guru bertujuan untuk membantu siswa memahami materi yang akan dipelajari. Kisah Paijo dan Kotak Ajaib menceritakan mengenai kotak yang terdiri dari beberapa benda yang ada di sekitar siswa. Benda-benda dalam cerita tersebut membantu siswa membayangkan bangun ruang balok dan kubus yang akan dipelajari. Benda-benda tersebut juga membantu siswa dalam memahami bentuk balok dan kubus.

Gambar 4.1 Media pembelajaran

(60)

44 20.G : Coba perhatikan di sekitar kita.

21.G : Sekarang sebutkan barang-barang yang ada di ruangan ini Surya! 22.S20 : Almari.

23.G : Ya, lemari. Kalo almari itu bahasa jawa. Yovan apa lagi Yovan? 24.S25 diam saja.

25.G : Ada yang bisa membantu Yovan? 26.S33 : Papan tulis.

27.G : Ada Lagi? Bulan. 28.S26 : Rak buku.

Transkrip di atas menunjukkan bahwa guru menggunakan konteks dalam menyampaikan materi pembelajaran. Konteks yang digunakan oleh guru merupakan benda-benda yang ada di lingkungan siswa. Benda-benda tersebut membantu siswa memahami balok dan kubus secara langsung.

Penggunaan konteks berhubungan dengan penggunaan model dalam pembelajaran. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan matematika tingkat nyata menuju tingkat formal. Penggunaan model dalam pembelajaran matematika dimaksudkan agar siswa mampu memahami konsepnya secara mendalam. Siswa tidak langsung berhadapan dengan kalimat matematika, namun siswa memahami konsep dengan model nyata yang ada di sekitarnya.

(61)

45 Masalah kontekstual dan media dapat membantu siswa dalam menemukan konsepnya. Siswa menggambar jaring-jaring balok sesuai dengan pemecahan masalahnya sendiri. Hal tersebut selain membantu siswa dalam mengembangkan perannya dalam belajar, juga membantu siswa menemukan konsepnya. Strategi yang dikemukakan oleh siswa merupakan strategi informal yang dapat dimiliki oleh setiap siswa sesuai dengan kreativitasnya.

Gambar 4.3 Siswa tidak terpaku pada pemecahan masalah dari guru

Gambar di atas menunjukkan strategi siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Beberapa siswa sudah mulai menunjukkan strateginya dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa tidak lagi berpatokan dengan strategi yang diberikan oleh guru.

(62)

46 dimensi menjadi dua dimensi. Namun, guru hanya mengajarkan pada siswa yang duduk di barisan depan. Hal tersebut dikarenakan lokasi yang kurang mendukung guru untuk berjalan-jalan ke kelas bagian belakang. Oleh karena itu, beberapa siswa yang duduk di bagian belakang sulit menggambar dengan benar.

Penggunaan model juga dapat terlihat ketika guru menggunakan analogi dalam pembelajaran. Tetapi, peneliti belum melihat penggunaan analogi tersebut. Guru hanya menyampaikan materi secara langsung atau dengan masalah kontekstual. Kemungkinan hal tersebut dikarenakan siswa yang belum terbiasa menggunakan analogi dalam pembelajaran, sehingga ditakutkan siswa tidak memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Dalam pembelajaran, siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah. Kebebasan yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perannya dalam pembelajaran. Peran atau kontribusi siswa dapat meningkatkan pengembangan konsep yang dimilikinya. Kontribusi siswa dapat terlihat dari antusiasmenya dalam mengikuti pembelajaran. Siswa antusias ketika akan mempelajari materi baru mengenai bangun ruang. Karena menurut beberapa siswa bangun ruang merupakan materi yang menyenangkan dan mudah dipahami.

(63)

47 kesempatan yang diberikan oleh guru pada siswa. Namun, sangat sedikit siswa yang memberikan umpan balik pada guru berupa pertanyaan. Siswa hanya diam dan mengangguk. Hal tersebut dikarenakan siswa malu untuk bertanya, selain itu siswa juga jarang membiasakan untuk bertanya pada guru jika ada yang belum dipahami.

Pengajuan pertanyaan oleh siswa juga mendukung siswa membangun sendiri konsepnya mengenai materi yang sedang dipelajari. Kebebasan bertanya jarang sekali dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Hal tersebut berdampak ketika evaluasi dilakukan, beberapa siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan karena kurangnya keberanian untuk bertanya pada guru.

Pemberian komentar terhadap hasil pekerjaan temannya juga merupakan salah satu contoh peran siswa dalam pembelajaran. Pemberian komentar terlihat ketika siswa melakukan diskusi dalam memecahkan masalah. Siswa saling bertanya dan bertukar pikiran dalam kelompok. Siswa terlihat lebih santai ketika berdiskusi dalam kelompok, karena siswa tidak takut merasa salah jika dirinya mengalami kekeliruan.

(64)

48 Interaktivitas guru dengan siswa terlihat pada pembentukan norma yang disepakati bersama antara guru dan siswa. Pembentukan norma tersebut membantu dalam kelancaran siswa dalam belajar. Kegiatan pembentukan norma tersebut terdapat pada pertemuan pertama, di mana guru menyampaikan peraturan yang harus dipatuhi siswa selama pembelajaran. Pertemuan selanjutnya siswa tidak lagi diingatkan mengenai peraturan karena siswa sudah mulai membiasakannya.

Kegiatan tanya jawab selama pembelajaran berlangsung dapat membangun komunikasi yang baik antara guru dan siswa maupun siswa dan siswa. Kegiatan tanya jawab ini terjadi baik ketika guru memberikan pengantar maupun ketika siswa melakukan diskusi kelompok. Berikut transkrip I ketika guru melakukan demonstrasi dengan menggunakan media pembelajaran.

39.G : Ini juga kotak [G menunjukkan kardus handphone] kemudian ini juga kotak [G menunjukkan rubik mainan]. Tetapi kotak di tangan kiri saya dan kotak di tangan kanan saya berdeda. Dalam bangun ruang bentuk kotak ini disebut [G menunjukkan benda di tangan kanan]?

40.S8 : Balok.

41.G : Sebelah kiri saya bentuknya? [menunjukkan benda di tangan kiri] 42.S28 : Kubus.

43.G : Jadi dalam bangun ruang dalam matematika kotak itu ada dua yang berbentuk kubus dan berbentuk balok.

(65)

49 Interaktivitas siswa dengan siswa dapat terlihat dari kerja sama yang dilakukan selama proses diskusi. Tanya jawab mengenai masalah, cara pemecahan masalah yang harus dipilih oleh siswa didiskusikan bersama-sama dalam kelompok. Pertanyaan juga seringkali muncul dalam diskusi yang dilakukan oleh siswa. Hasil diskusi tersebut yang kemudian disimpan oleh siswa sebagai konsepnya.

Gambar 4.4 Interaktivitas siswa dalam kelompok

Karakteristik lain yang muncul dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu intertwining (keterkaitan). Keterkaitan tersebut terdiri dari kaitannya dengan materi lain dalam pembelajaran matematika dan materi dari mata pelajaran selain matematika. Keterkaitan dengan materi dalam pembelajaran matematika terlihat ketika siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai bentuk sisi bangun ruang. Berikut transkrip I kegiatan intertwining dalam pembelajaran.

33.G : Ada almari, ada kotak besar di meja saya itu kotak emas, kemudian ada rak buku. Nah barang-barang yang saya tunjuk barusan itu bentuknya apa?

34.S15 : Persegi panjang.

(66)

50 36.S9 : Bangun ruang.

37.S20 : Lingkaran.

38.G : Ya, semua jawaban itu tidak salah. Benda-benda yang saya tunjuk tadi ada almari, rak buku, papan tulis. Kalo anak kecil biasanya mengatakan itu bentuknya kotak, tapi bentuk kotak, kalian sudah kelas IV bisa dibedakan beberapa bentuk.

Berdasarkan transkrip tersebut menunjukkan secara tidak langsung siswa mengaitkan materi bangun ruang dengan bangun datar. Siswa menyebutkan macam-macam bangun datar sebagai pengantarnya pada balok dan kubus. Pengaitan tersebut dapat membantu siswa mengingat kembali bentuk bangun datar sebagai jembatan dalam mengetahui bentuk sisi bangun ruang.

Pengaitan materi pada mata pelajaran dapat terlihat ketika siswa menggambar balok dan kubus pada LKS. Secara tidak langsung siswa mengaitkan dengan mata pelajaran menggambar pada Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Selain menggambar siswa juga menggunakan balok dan kubus yang telah disusunnya untuk membuat miniatur bangunan yaitu jembatan dan menara.

(67)

51 Berdasarkan hasil implementasi, kelima karakteristik dalam pendekatan PMRI sudah muncul dalam perangkat yang disusun meskipun belum maksimal. Pendekatan PMRI merupakan hal yang baru bagi siswa kelas IVB SDK Kalasan, sehingga siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran seperti itu. Implementasi perangkat yang disusun oleh peneliti sudah dapat dipahami oleh guru yang bersangkutan. Berdasarkan hasil implementasi yang telah dilakukan, perangkat yang telah disusun oleh peneliti perlu direvisi pada beberapa bagian sebelum diproduksi dan disebarkan secara masal.

b. Penggunaan Kontribusi Siswa dalam Pembelajaran

Karakteristik yang diteliti oleh peneliti adalah penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran, yaitu bagaimana siswa berperan dalam proses belajar yang dilakukannya. Penggunaan kontribusi ini terlihat dalam setiap pertemuan pembelajaran. Kontribusi siswa menjadi penting karena pemeran utama dalam proses belajar adalah siswa. Siswa yang akan menyimpan dan menggunakan hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.

Kontribusi siswa dalam pembelajaran dapat terlihat dari beberapa aspek. Aspek kontribusi siswa yang mendukung dalam pembelajaran yaitu : 1) Pengungkapan berbagai strategi yang digunakan dalam pemecahan

masalah

(68)

52 menemukan sendiri konsepnya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Kebebasan berpikir siswa terlihat pada kemampuan dalam memecahkan masalah. Munculnya berbagai strategi pemecahan masalah merupakan hasil eksplorasi dari siswa itu sendiri. Dibuktikan ketika siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai bentuk sebuah benda, seperti pada transkrip I berikut ini:

33. G : Ada almari, ada kotak besar di meja saya itu kotak emas, kemudian ada rak buku. Nah barang-barang yang saya tunjuk barusan itu bentuknya apa?

34. S15 : Persegi panjang.

35. G : Bentuknya persegi panjang Ya. Ada pendapat lain? 36. S9 : Bangun ruang.

37. S20 : Lingkaran.

Strategi yang diungkapkan oleh siswa tersebut merupakan hasil eksplorasinya terhadap pengetahuan awalnya. Berbagai strategi tersebut dapat membantu siswa membangun konsep pengetahuan selanjutnya mengenai materi bangun ruang.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran  ..........................................
Gambar 2.2 Kubus
Gambar 2.3 Jaring-jaring kubus
Gambar 3.1 Langkah-langkah Metode Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2010:298)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua perubahan pada kedua bentuk antena ini diketahui bahwa lebar saluran catu yang disisipkan dibawah patch dan penyetelan stub pendek memegang peranan penting dalam

Perumusan masalah penelitian ini strategi Public Relations PELINDO III dalam mengelola corporate image melalui kegiatan Corporate Social Responsibility , yang

Kegiatan ini telah menghasilkan alat teknologi tepat guna (TTG) yaitu: (1) glodogan (alat untuk pewarnaan) yang dibuat dari bahan stainless steel dan (2) meja kaca untuk

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria yang digunakan

Pada penelitian ini, proses pengklasifikasian citra X-ray melalui proses fourier filter, wavelet haar filter, dan clahe filter untuk filtering, selanjutnya

Dengan dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP),

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tidak saja keselamatan kerja, tetapi juga keselamatan masyarakat dan lingkungan hidup serta tanggung jawab dari kewenangan Badan

Fragmen B11 pada kedua tetua padi mengandung 8 polimorfisme nukleotida tunggal (SNPs). Salah satu SNPs menyebabkan polimorfisme berdasarkan situs enzim restriksi AluI dan ini