TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI
ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI
ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG
SESUAI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Rizki Dyah Ratna Wulan
NIM: 031114024
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI
ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI
ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG
SESUAI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Rizki Dyah Ratna Wulan
NIM: 031114024
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
P D TINGKA ASUHAN ASUHAN Pembimbin
Drs. Y.B. A
AT KEDISI
BRAYAT
N DAN USU
ng Adimassana, IPLINAN P PINUJI BO ULAN PROG Rizki D NIM Telah , M.A. ii SKRIPSI PARA ANAK ORO TERH GRAM LAY SESUAI Oleh:
yah Ratna W
M: 03111402
h disetujui o
K ASUH PE
HADAP TAT YANAN BI Wulan 24 oleh: Tangga ENGHUNI TA TERTIB IMBINGAN
al, 10 Maret
PANTI
B PANTI
N YANG
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: “ Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar” (Lukas 16 : 10a)
“ Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4 : 6)
Persembahan:
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
My Saviour Jesus Christ, terimakasih atas semua karyaMu dalam hidupku
Papa, Mama dan adekku Krisna terimakasih atas kasih sayang, perhatian dan doa untukku
DALEM KRISTUS dan “Event Organizer” tempatku berproses dan melayani
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Maret 2011
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama: Rizki Dyah Ratna Wulan
NIM: 031114024
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Tingkat kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro
terhadap tata tertib Panti Asuhan dan usulan program layanan bimbingan yang
sesuai. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal 17 Maret 2011
Yang Menyatakan
vii
ABSTRAK
TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI
ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI
Rizki Dyah Ratna Wulan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang tingkat kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti asuhan Brayat Pinuji Boro terhadap tata tertib panti asuhan dan usulan program layanan bimbingan yang sesuai. Masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana tingkat kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro terhadap tata tertib panti asuhan? (2) Usulan program layanan bimbingan mana yang perlu diberikan di Panti asuhan Brayat Pinuji Boro?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji pada tahun 2010 yang berjumlah 80 orang. Penelitian difokuskan pada anak asuh kelas 4 SD - VIII SMP yang tinggal di dalam panti sebanyak 45 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kedisiplinan para anak asuh yang disusun peneliti berdasar kegiatan pengasuhan yang sudah ada si Panti Asuhan tersebut. Analisis data dilakukan dengan menggolongkan skor-skor kedisiplinan para anak asuh dalam dua kategori yaitu kategori rendah (R) dan kategori tinggi (T). Anak asuh yang tingkat kedisiplinannya termasuk dalam kategori rendah (R) adalah anak asuh yang memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kedisiplinannya di bawah Mean (skor<M). Sedangkan anak asuh yang tingkat kedisiplinannya tinggi (T) adalah anak asuh yang memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kedisiplinan sama dengan atau di atas Mean (skor≥M).
viii
ABSTRACT
THE DISCIPLINE LEVEL OF THE ORPHAN CHILDREN TO THE ORPHANAGE’S RULES IN BRAYAT PINUJI BORO ORPHANAGE AND
THE PROPOSED APPROPRIATE GUIDANCE PROGRAM
Rizki Dyah Ratna Wulan
Sanata Dharma University Yogyakarta, 2011
This study is aimed to know the description about the discipline level of the orphan children to the orphanage’s rules in Brayat Pinuji Boro Orphanage and to propose appropriate guidance program for these children. The problems of the study were (1) what was the discipline level of the orphan children to the orphanage’s rule in Brayat Pinuji Boro Orphanage? (2) what was the proposed appropriate guidance program for these students?
This study is a descriptive study using survey method. The population of the study was eighty children in Brayat Pinuji Orphanage in 2010. The study focused on forty five children of the fourth grade (Elementary School) to the eighth grade (Junior High School) who lived in the orphanage. The instrument used was a questionnaire on discipline level which was established based on the activities done in the orphanage. The data was analyzed by categorizing the discipline scores of the children to low level and high level. The children were grouped to low category if they had scores below the mean score (score<M) and were grouped to high category if they have scores the same or above the mean score of the questionnaire (score>M).
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Allah Yang Maha Kasih, atas berkat dan
segala hal yang begitu luar biasa yang telah dianugerahkan pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan lancar berkat
bantuan, bimbingan, dukungan, perhatian, juga kasih sayang dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih ini kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.,
2. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing yang telah
memberikan waktu, dukungan, bimbingan dan arahan serta inspirasi
dalam membantu penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi.
4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang telah
berbagi ilmu dan pengalaman serta membantu penulis selama kuliah di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Para staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Sr. Kepala Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro Yogyakarta yang telah
menerima dan mengijinkan penulis melakukan penelitian di Panti
Asuhan Brayat Pinuji Boro Yogyakarta.
8. Para anak asuh Panti asuhan Brayat Pinuji Boro, terimakasih atas
kerjasama dan pengalaman yang berharga.
9. Bapak Murni Sudiasih dan Ibu Christiana Kusharyanti yang terkasih,
semuanya begitu indah dan berharga.
10.Mbah Putri yang terkasih, terima kasih untuk kasih sayang dan
perhatian yang luar biasa untukku.
x
12.Ayung, Mas Aji, Agil dan Badar untuk semua keceriaan dan
kebersamaan.
13.Bapak Pdt. Agung Budiarta S.Th beserta ibu yang selalu memberikan
motivasi hidup.
14.Sahabat-sahabatku: Pipiet, Bismo, Bayu, Magna, Agung, Ayie, Sonya.
Terimakasih atas pengalaman yang berharga ini.
15.Teman-teman Program studi BK angkatan 2003 terimakasih atas
kebersamaan dan persaudaraan selama masa studi.
16.“Dalem Kristus” dan “Event Organizer” yang banyak memberikan
motivasi dan pengalaman dalam pelayanan.
17.Ibu Chefira Nita dan teman-teman asisten Kumon Griya Indah, Miss
Ana, Miss Agnes, Mr. Uday, Miss Dewi, Miss Kiky, Miss Dian, Miss
Esa, Mr.Beni, Miss Risha, Mr. Nanda yang selalu memberikan
perhatian dan semangat.
18.David Parwanto Dwi Nugroho, terimakasih untuk cinta dan kasih
sayang yang membuatku memahami arti hidup yang sebenarnya.
Semuanya yang kau berikan begitu berarti bagi hidupku.
19.Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu dalam lembaran ini. Semoga Tuhan selalu
dan senantiasa memberikan berkat pada semua pihak yang telah
membantu penulis.
Kiranya skripsi ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi juga
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACK ... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
D. Batasan Istilah dan Variabel ... 3
BAB II. KAJIAN TEORITIS ... 5
A. Kedisiplinan ... 5
1. Pengertian Kedisiplinan ... 5
2. Unsur Kedisiplinan ... 6
3. Fungsi Kedisiplinan ... 8
4. Faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Anak ... 9
B. Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 13
1. Pengertian Brayat Pinuji Panti Asuhan ... 13
xii
3. Fungsi Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 14
4. Keadaan Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 14
5. Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 19
6. Kedisiplinan Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 19
C. Program Bimbingan ... 20
1. Pengertian Program Bimbingan ... 20
2. Syarat-Syarat Program Bimbingan ... 21
3. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan ... 22
4. Pentingnya Penyusunan Program Bimbingan ... 23
D. Layanan Bimbingan di Panti Asuhan ... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Alat Pengumpul Data ... 27
1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan ... 27
2. Skala Pengukuran ... 29
3. Validitas dan Reliabilitas ... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
D. Prosedur Pengumpulan Data ... 34
E. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .. 37
A. Hasil Penelitian ... 37
B. Pembahasan ... 40
BAB V. USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI ... 43
BAB VI. PENUTUP ... 47
A. Kesimpulan ... 48
1. Tujuan Penelitian ... 48
2. Hasil Penelitian ... 48
3. Aspek Kedisiplinan Para Anak Asuh yang Memerlukan Perhatian ... 47
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Aspek Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh... 28
Tabel.2 Koefisien reliabilitas dan validitas penelitian... 30
Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Suatu Alat... 31
Tabel 4. Hasil Penghitungan SPSS... 32
Tabel 5. Komposisi Item-Item yang Valid... 33
Tabel 6. Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 38
Tabel 7. Jumlah Anak Asuh dan Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 40
Tabel 8. Usulan Program Layanan Bimbingan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 45
Tabel 9. Distribusi Skor-skor Gasal Genap untuk Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Penelitian Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 56
Tabel 10. Perhitungan Skor-skor Jenis Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 60
Tabel 11. Skor-skor Tinggi Rendah Tiap Jenis Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh
Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 52
Lampiran 2. Distribusi Skor-skor Gasal Genap untuk Perhitungan
Reliabilitas dan Validitas Penelitian Tingkat Kedisiplinan
Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 56
Lampiran 3. Perhitungan Koefisien Reliabilitas dan Validitas... 58
Lampiran 4. Perhitungan Skor-skor Jenis Kedisiplinan
Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 60
Lampiran 5. Perhitungan Mean untuk Melihat Tiap Jenis Kedisiplinan
yang Diperoleh Tiap Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji
Boro... 62
Lampiran 6. Skor-skor Tinggi Rendah Tiap Jenis Kedisiplinan
Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 64
Lampiran 7. Item-Total Statistik... 66
Lampiran 8. Urutan Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh
Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro Tiap Jenis Kebutuhan
yang Termasuk Kategori Rendah... 68
Lampiran 9 Urutan Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh
Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro Tiap Jenis Kebutuhan
yang Termasuk Kategori Tinggi... 69
Lampiran 10. Skor-skor Kuesioner Tinggi-Rendah Tingkat Kedisiplinan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disiplin berarti ketaatan pada peraturan tata tertib sesuatu bidang yang
mempunyai objek, sistem dan metode tertentu. Disiplin adalah kata kunci
sukses sebab disiplin membawa manfaat yang besar dalam kehidupan
manusia. Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak dalam rangka
pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah agar
anak dapat secara kreatif dan dinamis mengembangkan hidupnya di kemudian
hari.
Kedisiplinan pada anak tidak secara otomatis tumbuh, tapi awalnya adalah
rutinitas yang dilakukan secara konsisten setiap hari yang terbentuk melalui
peraturan tata tertib seperti yang ada di panti asuhan. Setiap anak asuh wajib
menaati peraturan tata tertib yang ada di panti asuhan tersebut. Misalnya saja
anak asuh tidak boleh keluar dari panti asuhan pada jam-jam yang telah
ditentukan. Apabila ia melanggar peraturan tersebut berarti ia tidak disiplin.
Disiplin selalu dianggap perlu dalam perkembangan anak. Disiplin
diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan mengikuti standar yang
ditetapkan masyarakat yang harus dipatuhi anak supaya diterima oleh
masyarakat. Penanaman disiplin hendaknya bertujuan bukan sekedar
menertibkan tingkah laku anak, tetapi hendaknya terarah kepada pengendalian
Disiplin perlu diterapkan pada anak agar dapat tumbuh menjadi pribadi
yang utuh. Anak dapat berkembang secara optimal jika ia mampu
mengendalikan dirinya dan mengarahkan dirinya agar dapat berperilaku
positif. Disiplin juga diterapkan di lingkungan panti asuhan. Pelanggaran
peraturan dapat ditemukan di setiap panti asuhan. Hal ini juga dapat
ditemukan di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Panti Asuhan Brayat Pinuji
Boro adalah salah satu panti asuhan khusus puteri yang berada di bawah
Yayasan Brayat Pinuji. Berdasarkan pengamatan peneliti secara langsung,
peneliti menemukan adanya pelanggaran kedisiplinan dalam kegiatan
sehari-hari. Misalnya pada saat jam belajar, anak-anak bermain ataupun sibuk
mencari kutu di rambut temannya. Berdasarkan pengamatan sepintas tersebut,
muncul keinginan di benak peneliti untuk mengetahui tingkat kedisiplinan
anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Kemudian hasil
penelitian tersebut kiranya dapat dijadikan dasar untuk menentukan program
layanan bimbingan yang relevan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat kedisiplinan anak asuh penghuni Panti Asuhan
Brayat Pinuji Boro tahun 2009/2010?
2. Usulan program layanan bimbingan mana yang perlu diberikan di Panti
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang tingkat
kedisiplinan anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro dan untuk
mengusulkan program layanan bimbingan yang relevan untuk meningkatkan
kedisiplinan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para staf
bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kegiatan bimbingan dan
konseling di panti asuhan.
D. Batasan Istilah dan Variabel
1. Batasan Istilah
a. Kedisiplinan adalah sikap mental yang mengandung kerelaan
untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan norma yang
berlaku dan dilakukan atas keputusan sendiri.
b. Anak Asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga,
untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan
dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya
tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak).
c. Panti Asuhan Brayat Pinuji adalah salah satu panti asuhan khusus
d. Program Layanan Bimbingan adalah rangkaian kegiatan-kegiatan
bimbingan yang dilaksanakan secara terencana (terprogram) oleh
pembimbing.
2. Batasan Variabel
a. Tingkat kedisiplinan anak adalah ketaatan anak terhadap peraturan
atau tata tertib di Panti Asuhan yang dilaksanakan secara ikhlas
dan penuh tanggung jawab. Tingkat kediplinan itu diukur dengan
kuesioner tingkat kedisiplinan dan ditunjuk skor-skor yang
diperoleh tiap anak. Ada dua kategori tingkat kediplinan yaitu
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka
pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah agar
anak dapat secara kreatif dan dinamis mengembangkan hidupnya di kemudian
hari. Menurut Depdikbud (1984 : 47), disiplin adalah “sikap mental yang
mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma
yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab”. Ada dua jenis
dorongan yang mempengaruhi disiplin, yaitu pertama, dorongan yang datang
dari dalam diri subyek, meliputi pengetahuan, kesadaran, dan kemauan untuk
berbuat disiplin. Kedua, dorongan yang datang dari luar yaitu perintah,
larangan, pengawasan, pujian, ancaman, hukuman, dan ganjaran. Disiplin
merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang
terhadap bentuk-bentuk tingkah lakunya. Disiplin tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam
semua aspek serta disertai sanksi dalam bentuk ganjaran dan hukuman sesuai
dengan perilaku anak. Disiplin pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental
dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan dan
kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan
Istilah disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib, artinya suatu
keadaan di mana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya (Soekanto, 1996). Sedangkan menurut Icksan (Widaya
Mandala, 1997) disiplin adalah sikap mental yang baik yang secara ajeg
dilakukan berdasarkan norma yang baik, secara sadar serta atas keputusan
sendiri yang diambil dengan bebas.
Dengan melihat beberapa pengertian di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan
untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma yang telah ditetapkan
masyarakat (antara lain: orang tua, guru, dan teman sepermainan) dan secara
sadar serta atas keputusan sendiri. Unsur kedisiplinan yang paling utama adalah
kepatuhan pada prinsip dan keyakinan yang dihayati oleh individu sendiri,
bukan seperangkat peraturan dan kepatuhan kepada atasan saja. Kepatuhan pada
keyakinan diri sendiri mendorong untuk patuh kepada hukum dan peraturan
(Winkel, 1997: 13).
2. Unsur-unsur Kedisiplinan
Kedisiplinan diharapkan mampu membuat anak berperilaku sesuai
dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial di mana anak itu hidup.
Menurut Hurlock (1994: 84) ada empat unsur yang membentuk kedisiplinan
a. Pengetahuan anak
Unsur pengetahuan anak dapat diartikan sejauh mana anak mengetahui
apakah perbuatan yang dilakukannya tersebut adalah perbuatan yang
sudah seharusnya dilakukan. Dengan pengetahuan tersebut anak dapat
meramalkan akibat positif dari setiap perbuatan yang dilakukannya.
Unsur pengetahuan anak dalam memahami apakah perbuatan yang
dilakukan itu baik atau tidak sangatlah penting. Apabila anak telah
memiliki pengetahuan tentang baik dan tidaknya suatu perbuatan, maka
anak akan terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik.
b. Kehendak atau kebebasan anak
Kehendak anak merupakan dorongan dari dalam diri anak yang menjadi
penyebab terjadinya suatu perbuatan. Kehendak selalu menyertai
perbuatan bebas dalam arti bahwa setiap individu bebas memilih
berbagai bentuk perbuatan. Kehendak dikatakan baik jika anak
melakukan perbuatan sesuai dengan tata tertib atau aturan, sedangkan
kehendak dikatakan tidak baik jika anak melakukan perbuatan yang
tidak sesuai dengan tata tertib atau peraturan yang berlaku di Panti
Asuhan. Kehendak untuk melakukan suatu hal didorong oleh keyakinan
c. Hukuman atas pelanggaran peraturan
Jika anak yang dengan sengaja melanggar peraturan mendapat hukuman
sebagai sanksinya, anak-anak akan terdorong untuk mentaatinya.
Hukuman berfungsi sebagai berikut:
1) Agar anak tidak mengulangi perbuatan yang dilakukannya.
2) Memberikan motivasi untuk menghindari perilaku yang termasuk
dalam kategori pelanggaran.
d. Penghargaan untuk perilaku yang sejalan dengan peraturan
Jika anak yang taat terhadap peraturan diberi penghargaan, anak-anak
akan terdorong untuk selalu menaati peraturan yang ada. Penghargaan
sangat penting agar anak berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada
karena penghargaan yang memiliki nilai mendidik dan sebagai motivasi
untuk mematuhi setiap peraturan yang ada. Bentuk-bentuk penghargaan
antara lain pujian, hadiah, dan perlakuan istimewa.
3. Fungsi Kedisiplinan
Menurut Havighurst (Hurlock, 1999: 97) ada beberapa fungsi disiplin
bagi anak, yaitu:
a. Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan
diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.
b. Untuk menyadarkan kepada anak akan perlunya tingkat penyesuaian
c. Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri dan
pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani
untuk membimbing tindakan mereka.
Gunarsa (2006:136) menjelaskan fungsi utama disiplin adalah agar anak
mengendalikan diri dengan lebih baik, maupun menghormati dan mematuhi
otoritas orang tua. Gunarsa menegaskan dalam mendidik anak perlu disiplin
yang tegas dalam hal yang harus dilakukan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin dalam
mendidik anak adalah supaya anak dapat dengan mudah:
a. Menghargai dan menghormati hak orang lain
b. Segera menjalankan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya
c. Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk
d. Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada
perasaan takut
e. Belajar untuk berkorban demi kepentingan orang lain
4. Faktor-faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Anak
a. Faktor internal
Kebutuhan yang terpenuhi dengan baik akan menjadi salah satu hal yang
mendukung bagi tercapainya kedisiplinan. Apabila kebutuhan anak tidak
terpenuhi maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri anak yang
bersangkutan, sehingga anak akan berusaha mencapai keseimbangan dengan
tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan.
Maslow (Goble, 1987:69-92) mengemukakan kebutuhan hidup secara hirarkis
sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang penting bagi
kelangsungan hidup, contohnya kebutuhan terhadap makanan, air,
udara, istirahat.
2) Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan akan rasa aman meliputi kebutuhan akan jaminan,
perlindungan, stabilitas, ketertiban, bebas dari ketakutan dan
kecemasan.
3) Kebutuhan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang
Kebutuhan ini dapat diwujudkan misalnya dengan menggabungkan
diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai-nilai
dan sifat-sifat atau memakai seragamnya dengan maksud supaya
merasakan perasaan memiliki.
4) Kebutuhan akan penghargaan.
Kebutuhan ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan penghargaan
dari orang lain dan kebutuhan penghargaan terhadap diri sendiri.
Penghargaan yang berasal dari orang lain adalah yang utama karena
sulit bagi kita untuk berpikir baik tentang diri sendiri, kecuali kita
merasa yakin bahwa orang lain berpikir baik tentang kita. Apabila
diri kita dengan baik dan mampu menilai secara obyektif
kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan kita.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah perkembangan yang paling tinggi dan
penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan
kapasitas kita.
6) Kebutuhan untuk tahu dan memahami/ kognitif.
Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan untuk mengembangkan diri
secara intelektual yang berkaitan dengan ide dan pandangan terhadap
sesuatu dalam kehidupan. Salah satu ciri mental yang sehat adalah
adanya rasa ingin tahu. Manusia memiliki hasrat untuk memahami,
menyusun, mengatur, menganalisis, menemukan
hubungan-hubungan dan makna-makna. Terpenuhinya hasrat akan keinginan
untuk mengetahui dan memahami dapat menimbulokan perasaan
puas dan bahagia dengan memiliki kemampuan berpikir secara luas,
kemampuan untuk memahami sesuatu dengan pikiran jernih dan
sehat, kemampuan untuk merencanakan masa depan, kemampuan
untuk mengatasi segala masalah yang terjadi pada dirinya dan orang
lain serta kemampuan untuk menentukan pilihan hidup.
7) Kebutuhan estetik/ keindahan.
Kebutuhan akan keindahan pada individu bersifat naluriah. Tiap
orang memiliki kebutuhan akan keindahan yang membuat orang
Setiap individu menginginkan terpenuhinya semua kebutuhan tersebut
yang diperoleh dengan cara yang wajar dan umum sesuai dengan tata aturan
yang berlaku. Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat terpenuhi melalui cara-cara
yang sudah biasa dalam masyarakat, akan terjadi ketidakseimbangan pada diri
individu, sehingga membuat anak melakukan pelanggaran kedisiplinan.
b. Faktor eksternal
Pelanggaran disiplin dapat disebabkan oleh situasi eksternal seperti
situasi di dalam keluarga, sekolah, panti asuhan dan masyarakat. Pelanggaran
disiplin di Panti Asuhan dapat bersumber pada lingkungan Panti Asuhan itu,
antara lain:
1) Tipe kepemimpinan pengasuh atau Kepala Panti yang otoriter
2) Kelompok minoritas kurang diperhatikan
3) Anak kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung
jawab.
4) Latar belakang keluarga yang kurang memperhatikan kehidupan
Panti Asuhan.
5) Kerja sama yang kurang antara pihak Panti Asuhan dengan pihak
B. Panti Asuhan Brayat Pinuji
1. Pengertian Panti Asuhan Secara Umum
Panti asuhan adalah suatu tempat untuk mengasuh anak-anak yatim,
piatu, atau yatim piatu, bahkan anak-anak terlantar, untuk dibina menjadi anak
yang mandiri, bertanggungjawab, serta patuh dan berguna bagi masyarakat,
nusa dan bangsa (Sumarto, 1976:2).
Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro adalah salah satu panti asuhan khusus
puteri yang berada di bawah Yayasan Brayat Pinuji. Panti Asuhan Brayat Pinuji
yang beralamat di Boro, Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta ini
merupakan karya Konggregasi para Suster OSF yang ada di Indonesia.
Lingkungan Panti Asuhan sangat tenang, sejuk, indah dan nyaman. Dari segi
fisik, bangunan Panti Asuhan sangat baik dan bersih. Sarana pendidikan juga
cukup memadai, karena sudah di sediakan oleh Panti Asuhan.
2.Tujuan Panti Asuhan Brayat Pinuji
Adapun tujuan Panti Asuhan menurut Anggaran Rumah Tangga
Yayasan Brayat Pinuji adalah untuk mengasuh dan mendidik anak-anak
terlantar sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang:
a. Bersikap terbuka, menghargai pendapat orang lain, mengembangkan
kepribadian luhur, sehat dan tangguh, kreatif dan kritis dalam berpikir,
berbudi pekerti serta bermoral Pancasila.
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, mengamankan dan
c. Mempertahankan dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Mengembangkan nilai-nilai budaya yang luhur dan relevan guna
mendorong dan menampung perubahan serta perkembangan masyarakat
yang positif dalam rangka pembaharuan bangsa dengan tetap
mendasarkan diri pada kepribadian bangsa.
3. Fungsi Panti Asuhan Brayat Pinuji
Menurut Yayasan Brayat Pinuji fungsi panti asuhan tidak hanya
menampung anak asuh melainkan juga berfungsi menggantikan suasana
keluarga yang tidak dapat dinikmati oleh anak-anak tersebut. Di samping
memenuhi kebutuhan dasarnya, panti asuhan Brayat Pinuji juga membina dan
mengembangkan pendidikan anak-anak tersebut.
4. Keadaan Panti Asuhan Brayat Pinuji Saat Ini
Panti Asuhan Brayat Pinuji merupakan tempat yang dikelola dengan asas
kekeluargaan bagi anak asuh. Fungsi panti ini dalam pelaksanaannya adalah
menciptakan suasana kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
membuat anak merasa seperti tinggal di rumah keluarganya sendiri. Untuk itu,
di panti ini dikembangkan pola asuh berdasarkan kekeluargaan. Menurut Olen
(1987:101), pola ini menitikberatkan pada peranan panti asuhan sebagai
pengganti orang tua bagi setiap anak asuh.
Kegiatan-kegiatan harian yang ada di panti meliputi: makan, berdoa,
mandi, membantu memasak di dapur, mencuci piring), rekreasi, kegiatan ekstra
seperti kunjungan donator, ulang tahun donator, misa persahabatan di Panti
Asuhan Putra, dan misa lingkungan.
Adapun peranan panti sebagai pengganti orang tua adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pengasuh yaitu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak.
Pada tahap ketergantungan tinggi, anak mendapatkan kehangatan dan
kelembutan yang dialaminya sebagai cinta dari ayah dan ibu.
b. Sebagai pelindung yang selalu mengarahkan agar anak terbantu untuk
melindungi diri baik secara fisik maupun psikis sehingga anak
berkembang serta bertindak yang mengarah pada pertumbuhan personal
dan interpersonal sedsuai dengan tahapan perkembangannya.
c. Sebagai konsultan yang mendengarkan. Memberi informasi dan
membuat rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan anak.
d. Sebagai teman dialog yang memenuhi kebutuhan sosial anak dalam arti
hubungan sosial yang memberi dan menerima pendidikan nilai dan
harga diri anak.
Panti yang berfungsi sebagai rumah keluarga bagi anak asuh, menciptakan
suasana yang mendukung bagi tujuan yang akan dicapai oleh panti. Panti
dengan jumlah anak asuh yang besar perlu memperhatikan aspek-aspek
kehidupan yang ada dalam keluarga. Segi-segi kehidupan yang perlu
diperhatikan dalam panti agar tercipta suasana kekeluargaan adalah sebagai
a. Hubungan antar pribadi
Hubungan ini menyangkut antara:
1) Anak asuh dengan pimpinan dan pengasuh sebagai pengganti orang
tua
2) Anak asuh dengan karyawan, tamu dan guru sebagai lingkungan
sosial yang lebih luas.
3) Anak asuh dengan anak asuh se panti sebagai hubungan kakak
beradik.
Hubungan yang penuh dengan simpati, perasaan diterima, sapaan yang
mendukung membuat anak asuh krasan tinggal di rumah (Gunarsa,
1985: 192).
Aspek ini sesuai dengan hierarki kebutuhan Maslow, yaitu bahwa
manusia memerlukan rasa cinta, kasih sayang, dan perasaan
memiliki-dimiliki.
b. Perawatan dan kesehatan
Anak asuh berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat (usia anak-anak dan remaja). Untuk itu masih sangat
dibutuhkan gizi makanan yang tinggi, perawatan pada saat sakit maupun
kebutuhan obat penunjang seperti vitamin (Hurlock, 1990: 148). Makan
dan minum merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan bagi
pertumbuhan fisik para anak asuh. Kegiatan ini bertujuan membantu
penghuni untuk dapat bertumbuh dengan baik. Peraturan makan tiga kali
Selain itu, penghuni panti mendapat makanan kecil/snack setiap pagi
dan sore hari. Selain makan, juga disediakan minum susu setiap pagi
dan air putih selalu tersedia.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis seperti yang diungkapkan di atas
merupakan kebutuhan-kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi
manusia sebelum memenuhi kebutuhan lain..
c. Fasilitas hunian dan kelengkapannya
Anak asuh pada masa anak/remaja awal masih mempunyai konsep yang
konkrit/nyata dan simple/sederhana sehingga kenyamanan gedung,
penataan ruangan, kelengkapan alat-alat rumah tangga dan kelengkapan
alat-alat bermain menjadi unsur yang penting bagi anak dalam
memperoleh rasa puas serta krasan pada diri anak (Gunarsa, 1987).
Seperti yang diungkapkan oleh Maslow, salah satu kebutuhan fisiologis
yang harus dipenuhi adalah memiliki tempat tinggal. Apabila memiliki
tempat tinggal, anak akan merasa aman dan bebas dari katakutan dan
kecemasan.
d. Kegiatan harian beserta tata tertibnya
Jumlah anak asuh yang besar diperlukan tata tertib yang mengatur
kegiatan mereka. Tata tertib ini bukan untuk mengikat atau membatasi
kegiatan mereka, tetapi terlebih untuk memberi arah dan tujuan bagi
setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Tata tertib ditanamkan melalui
teladan, ajaran-ajaran, pujian dan hukuman. Teladan dan ajaran
menguatkan dan mengukuhkan suatu perilaku yang baik. Sedangkan
hukuman bertujuan untuk menekan atau membuang perilaku yang tidak
pantas (Gunarsa, 1987: 137). Hukuman di sini bukan lagi ditekankan
pada hukuman fisik, tetapi hukuman psikis si mana anak mampu
menyadari dan menemukan akibat negatif dari perbuatannya (Utomo,
1997: bahan seminar). Dengan demikian kebutuhan akan rasa aman dan
kebutuhan akan penghargaan dalam diri anak dapat terpenuhi sehingga
mampu mengembangkan dirinya.
e. Kegiatan ko-kurikuker dan ekstra kurikuler
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali minat dan bakat anak asuh yang
sangat berguna bagi pemilihan sekolah setelah lulus sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP). Di samping itu, penguasaan ketrampilan
akademik dapat digunakan untuk meningkatkan masa depan anak asuh.
Kegiatan tersebut termasuk kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan untuk tahu dan memahami/kognitif.
f. Kegiatan rekreatif
Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan
yang bersifat kognitif dengan kegiatan afektif sehingga anak asuh tidak
merasa jenuh dengan kegiatan yang telah diprogramkan.
Setiap anak membutuhkan keindahan yang dapat diwujudkan melalui
kegiatan rekreatif. Keindahan dapat membuta anak menjadi lebih sehat
Keenam segi kehidupan di atas mengandung nilai-nilai kehidupan yang
perlu ditanamkan dalam diri anak asuh agar anak asuh dapat
mengaktualiasasikan dirinya dengan baik.
5. Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji
Pengertian anak asuh, menurut Undang-Undang No.2 tahun 1979
tentang Lembaga Sosial pasal 4 dan 5 ialah anak-anak dan remaja
sampai dengan batas umur 21 tahun, belum pernah menikah yang karena
suatu sebab tidak dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
keluarganya.
Anak asuh panti asuhan Brayat Pinuji berjumlah 80 anak yang
berumur 5 s/d 18 tahun. Mereka berada pada jenjang pendidikan Taman
Kanak-Kanak sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
6. Kedisiplinan Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji
Panti asuhan Brayat Pinuji memiliki berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh anak-anak setiap harinya. Kegiatan-kegiatan tersebut
disusun dalam sebuah jadwal yang wajib ditaati oleh semua anak asuh.
Apabila ada anak asuh yang melanggar peraturan tersebut, maka akan
mendapatkan teguran dan sanksi dari para pengasuh.
Pelanggaran terhadap peraturan juga terjadi di panti asuhan Brayat
Pinuji. Misalnya setiap hari minggu ada jadwal untuk mencuci pakaian,
Mereka akan mencuci pakaian mereka setelah disuruh dan ditunggui
oleh para pengasuh. Selain itu pelanggaran juga nampak pada saat jam
belajar. Di ruang belajar, beberapa anak terlihat hanya
berbincang-bincang dan bercanda dengan temannya. Dari fakta-fakta tersebut, dapat
disimpulkan bahwa para anak asuh belum sepenuhnya memiliki
kesadaran untuk menaati semua peraturan panti asuhan. Oleh sebab itu
perlu ada usaha-usaha untuk meningkatkan kedisiplinan para anak asuh.
Namun untuk itu diperlukan data yang akurat tentang tingkat
kedisiplinan mereka dan persoalan-persoalan yang terkait dengan
kedisiplinan mereka. Untuk itulah penelitian ini akan dilakukan.
C. Program Bimbingan
1. Pengertian Program Bimbingan
Pelaksanaan pelayanan bimbingan merupakan suatu realisasi suatu
program yang telah direncanakan dan disepakati oleh pihak-pihak terkait.
Program bimbingan adalah “Rangkaian kegiatan bimbingan terencana,
terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu
tahun ajaran” (Winkel 1997:143).
Program kegiatan bimbingan yang telah disusun dalam periode waktu
tertentu menjadi pegangan bagi pembimbing untuk memberikan layanan
bimbingan. Program yang telah ditulis dengan jelas akan memudahkan
pembimbing untuk selalu mengadakan penelitian atau evaluasi terhadap
Program kegiatan bimbingan sangat diperlukan bagi para anak asuh yang
belum memiliki kedisiplinan dalam dirinya, yaitu bagi anak asuh yang sering
melanggar peraturan yang ada di panti asuhan Brayat Pinuji. Dengan adanya
program bimbingan tersebut, diharapkan anak asuh dapat mengerti, memahami
serta memiliki kedisiplinan dalam dirinya.
2 . Syarat-syarat Program Bimbingan
Sebuah program bimbingan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
permasalahan yang dialami oleh orang-orang yang akan dilayani. Syarat-syarat
dalam menyusun suatu program bimbingan juga harus dipahami agar program
dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Prayitno dkk (1997:53-54), sebuah program bimbingan
hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Berdasarkan kebutuhan, program bimbingan harus disusun berdasarkan
kebutuhan dan sesuai dengan kondisi pribadi anak serta tugas-tugas
perkembangannya.
b. Lengkap dan menyeluruh, program bimbingan memuat segenap fungsi
bimbingan, yaitu meliputi jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta
menjamin dipenuhinya prinsip dan asas-asas bimbingan dan konseling.
c. Sistematis, dalam arti program disusun menurut urutan logis,
d. Terbuka dan luwes, sehingga dapat memudahkan untuk pengembangan
dan penyempurnaan, tanpa harus merombak program itu secara
menyeluruh.
e. Memungkinkan kerja sama dengan semua pihak terkait.
f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk
penyempurnaan program.
Program bimbingan yang disusun memungkinkan adanya perubahan dan
penyempurnaan dari waktu ke waktu. Apabila program yang telah disusun
ternyata memiliki kelemahan-kelemahan maka program tersebut dapat diubah
dalam periode waktu selanjutnya.
3. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan
Penyusunan program bimbingan yang serba baru karena dalam lembaga
yang bersangkutan belum ada program bimbingan maka harus lebih dahulu
memperluas wawasannya mengenai bidang bimbingan dan mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan lembaga yang akan mempergunakan program
tersebut.
Menurut Aryatmi Siswohardjo (Slameto,1990), langkah-langkah yang
dapat diambil dalam menyusun sebuah program bimbingan adalah sebagai
berikut:
a. Meneliti permasalahan yang banyak dialami oleh binimbing
b. Menentukan prioritas dari permasalahan atau kebutuhan yang perlu
c. Menginventarisasi fasilitas yang ada.
d. Menyusun program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan dan
mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab diantara petugas
yang ada.
e. Memberikan bekal yang cukup kepada petugas-petugas bimbingan,
seperti penataran yang diperlukan petugas bimbingan dalam
melaksanakan tugasnya.
f. Memikirkan kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan program yang disusun.
Langkah-langkah tersebut di atas bersifat fleksibel sehingga tidak harus
diterapkan secara berurutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam
penyusunan program bimbingan, harus diperhatikan jenis layanan bimbingan
mana yang akan menjadi prioritas dalam pelaksanaan bimbingan sesuai dengan
masalah dan kebutuhan binimbing, situasi dan kondisi lembaga yang
bersangkutan.
4. Pentingnya Penyusunan Program Bimbingan
Perencanaan program bimbingan sangat penting agar dalam
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keuntungan yang diperoleh pembimbing apabila melaksanakan pelayanan
bimbingan berdasarkan program yang jelas adalah sebagai berikut (Slameto,
a) Ruang lingkup pelayanan jauh lebih luas, terutama melalui bimbingan
kelompok yang terencana secara matang berdasarkan masalah
binimbing.
b) Kerjasama dalam tim bimbingan jauh lebih optimal dengan pembagian
tugas yang telah disepakati bersama.
c) Sifat bimbingan yang lebih menonjol ialah sifat preventif dan
perseveratif.
d) Lebih memungkinkan diadakan evaluasi oleh pihak-pihak terkait.
e) Lebih disadari oleh pihak lembaga bahwa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan bimbingan dibutuhkan orang yang telah mendapatkan
pendidikan prajabatan yang mamadai.
D. Layanan Bimbingan di Panti Asuhan
Kegiatan mengasuh dan mendidik di Panti Asuhan digolongkan menjadi
kegiatan pemeliharaan, kegiatan pendidikan, kegiatan bimbingan, kegiatan
pembiasaan, rohani dan kegiatan keluarga. Kegiatan pengasuhan yang dilakukan
agar membantu anak asuh dalam membentuk kedisiplinan dalam dirinya.
Kegiatan pengasuhan tersebut sudah mengandung kegiatan bimbingan walaupun
masih ditangani secara sederhana.
Kegiatan mengasuh di Panti Asuhan mempunyai harapan dapat
melaksanakan kegiatan layanan bimbingan secara profesional seperti yang telah
diungkapkan oleh Thantawy (2005: 82) bahwa layanan bimbingan merupakan
kelompok agar menjadi mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang
pribadi-sosial, belajar dan karier melalui jenis layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling oleh tenaga ahli bimbingan dan konseling berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Menurut Prayitno, dkk (1997: 65-68) menyebutkan enam bidang
bimbingan yakni pribadi, sosial, belajar dan karier. Pokok-pokok dari keempat
bidang bimbingan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan pribadi
a. Pemantapan kebiasaan dan pengembangan hidup beriman kepada
Tuhan.
b. Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui
kegiatan yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan
pengembangan melalui kegiatan yang kreaktif dan produktif.
d. Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya.
2. Bimbingan sosial
a) Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun
tulisan.
b) Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial.
c) Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya.
c. Bimbingan belajar/ Akademik
b. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial
dan budaya lingkungan belajar untuk pengembangan pengetahuan,
keterampilan dan pengembangan diri.
c. Orientasi di sekolah atas baik menengah maupun kejuruan.
d. Bimbingan karier
a. Pengenalan konsep diri
b. Pengenalan bimbingan kerja/ karier.
c. Pengenalan berbagai lapangan kerja.
d. Orientasi dan informasi pendidikan menengah baik umum maupun
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subyek penelitian, prosedur
pengumpulan data, serta teknik analisis data .
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran mengenai
kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro, penelitian
deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala pada
saat penelitian itu dilakukan (Masidjo,1995:245). Metode yang dipakai adalah
metode survey yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel
dan bukan informasi tentang individu (Furchan, 2005:450). Variabel penelitian ini
adalah tingkat kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro.
B. Alat Pengumpul Data
1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
tingkat kedisiplinan para anak asuh. Kuesioner disusun oleh peneliti.
Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu data identitas anak asuh dan petunjuk
pengisian serta bagian pernyataan tentang tingkat kedisiplinan para anak asuh
kedisiplinan anak asuh yang mengukur sejauh mana anak asuh bersikap
terhadap kegiatan pengasuhan yang dilakukan di Panti Asuhan. Hal ini tampak
pada ketaatan maupun pelanggaran terhadap kegiatan pengasuhan yang
mencakup hubungan antar pribadi, perawatan dan kesehatan, fasilitas hunian
dan kelengkapannya, kegiatan harian beserta tata tertibnya, kegiatan
ko-kurikuler dan ekstra ko-kurikuler, serta kegiatan rekreatif. Kuesioner ini bersifat
tertutup. “Kuesioner bersifat tertutup, berisi pernyataan-pernyataan yang
disertai dengan pilihan jawaban untuk pernyataan-pernyataan tersebut”
(Furchan, 2004 : 260). Kisi-kisi kuesioner disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Aspek Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti
Asuhan Brayat Pinuji
Kuesioner Aspek Nomor Butir Item Total
Positif Negatif
Kedisiplinan Anak Asuh
di Panti Asuhan
Hubungan antar
pribadi
1,2,3,4,5 6,7,8,9,10 10
Perawatan dan
Kesehatan
11,12,13,14,15 16,17,18,19,20 10
Fasilitas Hunian
dan
kelengkapannya
21,22,23,24,25 26,27,28,29,30 10
Kegiatan Harian
beserta Tata
Tertibnya
Kegiatan Ko
kurikuler dan
Ekstra kurikuler
41,42,43,44,45 46,47,48,49,50 10
Kegiatan
Rekreatif
51,52,53,54,55 56,57,58,59,60 10
Jumlah 30 30 60
2. Skala Pengukuran
Kuesioner disusun dalam bentuk skala bertingkat berdasarkan prinsip
Likert”s Summated Ratings. Kuesioner ini berbentuk tertutup dengan menyediakan empat jawaban pada setiap itemnya, yaitu:
a. Selalu (SL)
b. Sering (SR)
c. Jarang (JR)
d. Tidak Pernah (TP)
Scoring dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Alternatif Jawaban
Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Jarang 2 3
3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
a. Validitas
Validitas merupakan karakteristik yang utama untuk dimiliki oleh setiap
instrumen penelitian. Suatu instrumen dinyatakan berguna atau tidak, sangat
ditentukan oleh tingkat validitasnya. Validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997:5). Suatu tes atau instrumen dapat
dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu
menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran. Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat
ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Ary, D. dkk, 2004:293).
Validitas kuesioner secara empiris dinyatakan dalam koefisien validitas ( rt∞)..
Validitas kuesioner dalam penelitian ini dihitung/ditentukan dengan program
SPSS 12.0 for windows. Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Selanjutnya instrumen yang valid saja yang
Tabel 3. Hasil Penghitungan SPSS
Kuesioner Aspek Keterangan Total
Jumlah Item
yang Valid
Jumlah item
yang gugur
Kedisiplinan Anak Asuh
di Panti Asuhan
Hubungan antar
pribadi
8 2 10
Perawatan dan
Kesehatan
6 4 10
Fasilitas Hunian
dan
kelengkapannya
9 1 10
Kegiatan Harian
beserta Tata
Tertibnya
6 4 10
Kegiatan Ko
kurikuler dan
Ekstra kurikuler
6 4 10
Kegiatan
Rekreatif
7 3 10
Tabel 4. Komposisi Item-Item yang Valid
Kuesioner Aspek No. Item Total
Kedisiplinan Anak Asuh
di Panti Asuhan
Hubungan antar
pribadi
1,2,3,4,5,7,9,10 8
Perawatan dan
Kesehatan
11,12,16,17,18,20 6
Fasilitas Hunian
dan
kelengkapannya
22,23,24,25,26,27,28,29,30 9
Kegiatan Harian
beserta Tata
Tertibnya
31,32,33,34,38,39 6
Kegiatan Ko
kurikuler dan
Ekstra kurikuler
41,44,45,46,49,50 6
Kegiatan
Rekreatif
51,52,53,56,57,58,60 7
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam
mengukur apa saja yang diukurnya (Ary, D. dkk. 2004:310). Reliabilitas adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997:4). Reliabilitas
diperlukan dalam penelitian untuk mengetahui keajegan suatu alat dalam
mengukur apa yang hendak diukurnya. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien
reliabilitas ( rtt ).
Untuk penggolongan koefisien korelasi reliabilitas dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Alat Tes
Koefisien Korelasi Klasifikasi
±0.70-±1.00 Tinggi-Sangat Tinggi
±0.40-±0.70 Cukup
±0.20-±0.40 Rendah
0.00-±0.20 Tidak ada atau Sangat Rendah
(Garret, 1967:176)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh anak asuh di Panti Asuhan Brayat
Pinuji pada tahun 2010. Jumlah anak asuh sebanyak 80 orang. Penelitian akan
difokuskan pada anak asuh kelas 4 SD - VIII SMP yang tinggal di dalam panti
sebanyak 45 orang.
D. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Penyusunan Kuesioner
b. Mencari/mendatangi Panti Asuhan yang bersedia menerima peneliti
melakukan penelitian.
c. Meminta ijin kepala Panti Asuhan yang bersangkutan untuk
melakukan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Datang ke Panti Asuhan sesuai jadwal yang telah ditentukan, pada
tanggal 23 Februari 2010.
b. Masuk ke ruang dan memperkenalkan diri kepada para anak asuh.
c. Membagikan kuesioner dan menjelaskan tujuan pengisian Kuesioner
Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh.
d. Mempersilahkan siswa mengisi Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para
Anak Asuh dan peneliti menunggu di dalam ruang.
E. Teknik Analisis Data
1. Perhitungan koefisien reliabilitas dengan teknik belah dua dan proses
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi skor item ganjil-genap.
b. Menghitung koefisien korelasi skor-skor item gasal-genap dengan
rumus korelasi Product-Moment.
r
gg =N
Σ
XY
– (
Σ
X
)(
Σ
Y
)
√
{
N
Σ
X
2– (
Σ
X
)
2} {
N
Σ
Y
2–
(
Σ
Y
)
2}
Keterangan :
rgg : Skor-skor belahan ganjil genap
N : Banyaknya subjek
X : Skor belahan gasal
Y : Skor belahan ganjil
XY : Hasil perkalian antara nilai X dan Y
c. Perhitungan koefisien reliabilitas rumus Spearmen-Brown (Garret,
1967:339):
r
tt = 2 x rgg1+ rgg
r
tt : koefisien reliabilitas alat ukurr
gg: Koefisien korelasi item-item gasal dan genap2. Menghitung koefisien validitas dengan rumus (Garret, 1967:349):
r
t∞=√
r
ttKeterangan :
r
t∞: Koefisien validitas alat ukurr
tt:
Koefisien reliabilitas alat ukur3. Mean atau rata-rata hitung digunakan intuk mengetahui nilai rata-rata yang
diperoleh setiap kelompok subjek. Menurut Donald Ary dkk, mean adalah
jumlah semua nilai dalam suatu sebaran dibagi dengan jumlah kasus
(Furchan, 2005:158). Rumus mencari mean adalah sebagai berikut:
Keterangan :
M : Rata-rata hitung skor-skor anak
∑Skor : Jumlah skor-skor anak
N : Jumlah anak
Skor> M termasuk kategori tinggi dan skor < M termasuk kategori rendah.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tentang
Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro.
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan jawaban atas permasalahan dalam penelitian
yang telah dilakukan. Masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana
tingkat kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro? (2)
Usulan program layanan apa yang perlu diberikan di Panti Asuhan Brayat
Pinuji Boro?
Tingkat kedisiplinan para anak asuh digolongkan dalam dua kategori yaitu
kategori rendah (R) dan kategori tinggi (T). Anak asuh yang tingkat
kedisiplinannya termasuk kategori rendah (R) adalah anak asuh yang
memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kedisiplinan di bawah Mean
(skor < M). Sedangkan anak asuh yang tingkat kedisiplinannya termasuk
kategori tinggi (T) adalah anak asuh yang memperoleh skor keseluruhan
kuesioner tingkat kedisiplinan sama atau di atas Mean (skor ≥ M).
Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan
1. Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji
Boro Pada Tiap Aspek Kedisiplinan
Tabel 6
Tingkat Kedisiplinan
Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro
Aspek Kedisiplinan Kategori Tinggi Persentase Kategori Rendah Persentase
1. Hubungan antar pribadi 23 orang 51% 22 orang 49%
2. Perawatan dan Kesehatan 26 orang 58% 19 orang 42%
3. Fasilitas Hunian dan
kelengkapannya
24 orang 53% 21 orang 47%
4. Kegiatan Harian beserta
Tata Tertibnya
28 orang 62% 17 orang 38%
5. Kegiatan Ko kurikuler dan
Ekstra kurikuler
19 orang 42% 26 orang 58%
6. Kegiatan Rekreatif 29 orang 64% 16 orang 36%
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah anak asuh yang
memiliki tingkat kedisiplinan pada kategori tinggi pada aspek hubungan antar
pribadi ada 23 orang (51%), sedangkan jumlah anak asuh yang memiliki tingkat
kedisiplinan dalam kategori rendah ada 22 orang (49%).
Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada
yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada aspek ini ada 19
orang (42%).
Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada
aspek fasilitas hunian dan kelengkapannya ada 24 orang (53%), sedangkan jumlah
anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada aspek
ini ada 21 orang (47%).
Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tingi pada
aspek kegiatan harian beserta tata tertibnya ada 28 orang (62%), sedangkan
jumlah anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah ada
17 orang (38%).
Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada
aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler ada 19 orang (42%), sedangkan
jumlah anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada
aspek ini ada 26 orang (58%).
Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada
aspek kegiatan rekreatif ada 29 orang (64%), sedangkan jumlah anak asuh yang
memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada aspek ini ada 16 orang
2. Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh Di Panti Asuhan Brayat Pinuji
Boro Secara Keseluruhan
Tabel 7
Jumlah Anak Asuh dan Tingkat Kedisiplinan
Tingkat Kedisiplinan Jumlah Anak
Prosentase
(%)
Tinggi 26 58%
Rendah 19 42%
Total ( N ) 45 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan (dalam seluruh aspek) jumlah anak asuh yang memiliki tingkat
kedisiplinan pada kategori tinggi (26 orang = 58%) lebih banyak daripada
jumlah anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah
(19 orang = 42%).
B. Pembahasan
Jumlah anak asuh secara keseluruhan yang memiliki tingkat kedisiplinan
dalam kategori tinggi ada 26 orang (58%), sedangkan jumlah anak asuh yang
memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah ada 19 orang (42%).
Anak asuh yang tingkat kedisiplinannya tinggi adalah anak-anak yang
mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan Panti Asuhan. Mereka
sehari-hari. Sebaliknya anak asuh yang tingkat kedisiplinannya rendah adalah
anak-anak yang mengalami kesulitan dalam proses pengembangan dirinya
termasuk berinteraksi dengan orang lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anak asuh yang tingkat
kedisiplinannya dalam kategori tinggi lebih besar daripada jumlah anak asuh
yang tingkat kedisiplinannya dalam kategori rendah. Hal ini mungkin
disebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak asuh yang berbeda antara
satu anak dan yang lainnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak asuh di
Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro rata-rata berada dalam tahap remaja awal,
sekitar usia 11-16 tahun yang dalam hal ini mereka berada dalam masa
peralihan sehingga banyak diantara anak-anak yang berperilaku tidak disiplin,
baik disiplin dalam kegiatan hubungan antar pribadi, perawatan dan kesehatan,
fasilitas hunian dan kelengkapannya , kegiatan harian beserta tata tertibnya,
kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler maupun kegiatan rekreatif.
. Kedisiplinan menjadi pendorong bagaimana seorang individu memenuhi
tanggung jawabnya. Berdasar data pada tiap aspek masih banyak anak berada
pada kategori rendah. Akar masalah dari semua itu adalah kurangnya
kesadaran diri.
Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro menerapkan sistem pengasuhan dengan
metode pengorangtuaan kembali. Dalam hal ini pengasuh berperan langsung
sebagai pengganti orangtua anak-anak yang ada di Panti. Kelebihan sistem
pengorangtuaan kembali ini pengasuh berperan seperti orangtua anak asuh itu
kedisiplinan anak. Barangkali sistem seperti inilah yang menyebabkan
sebagian besar anak asuh (58 %) memiliki tingkat kedisiplinan tinggi. Namun
tetap saja ada banyak anak asuh yang belum mampu bertindak disiplin
sehingga masih banyak anak asuh (42%) yang tingkat kedisiplinannya masih
rendah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh penilaian (persepsi) anak asuh yang
bersifat subyektif terhadap pentingnya kedisiplinan dan mungkin juga
disebabkan oleh latar belakang kehidupan keluarga anak asuh sebelum masuk
Panti. Di samping itu mengapa banyak anak asuh yang tingkat kedisiplinannya
masih rendah mungkin disebabkan karena mereka belum menggunakan secara
maksimal semua fasilitas dan kesempatan kegiatan pengasuhan yang
disediakan oleh pengasuh. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa para
anak asuh memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih baik selama tinggal dalam
lingkungan Panti Asuhan sebagai satu keluarga dibandingkan dengan sebelum
43
BAB V
USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI
Usulan program layanan bimbingan yang perlu diberikan untuk para anak asuh
di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah bimbingan belajar/ akademik. Bimbingan belajar sangat
diperlukan untuk anak asuh karena berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, tingkat kedisiplinan pada aspek kegiatan kokurikuler dan ekstra
kurikuler anak asuh dalam kategori rendah ada 26 orang (58 %).
Kegiatan bimbingan belajar/ akademik dapat dilakukan dengan pendampingan
belajar lebih intensif oleh pengasuh dan akan lebih baik lagi apabila pengasuh
menambah staf khusus yang membantu pengasuh dalam pendampingan belajar
dan fasilitas penunjang belajar, seperti: buku-buku penunjang, ruang belajar yang
kondusif untuk belajar dan pemberian jam tambahan pelajaran. Pengawasan dan
pengontrolan anak asuh di sekolah dapat bekerja sama dengan pihak sekolah
masing-masing anak asuh sehingga apabila ada anak asuh yang memiliki
permasalahan di sekolah dapat segera diketahui dan ditangani dengan tepat.
Peningkatan budaya membaca sangat penting dalam mengembangkan
pengetahuan anak asuh dan tentu saja hal ini diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pendidikan anak asuh, karena dengan gemar membaca maka pengetahuan
yang diperoleh anak semakin luas. Pengasuh perlu selektif dalam memilih
buku-buku/ sumber bacaan yang sesuai untuk para anak asuh. Pendampingan dan
berkesinambungan dan dilaksanakan sungguh-sungguh agar kedisiplinan anak
asuh berjalan dengan baik sehingga dapat berkembang secara optimal.
Usulan program ini terbuka untuk penyempurnaan dan perubahan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan. Diharapkan usulan program ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kedisiplinan akan
pendidikan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Usulan program
47
BAB VI
PENUTUP
Bab VI dalam penelitian ini memuat tentang ringkasan, kesimpulan dan
saran-saran.
A. Ringkasan
Topik penelitian ini adalah tingkat kedisiplinan para anak asuh
penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro dan usulan program layanan
bimbingan yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro
dan selanjutnya dapat memberikan usulan program layanan bimbingan
yang sesuai.
Populasi penelitian adalah seluruh anak asuh di Panti Asuhan
Brayat Pinuji pada tahun 2010. Jumlah anak asuh sebanyak 80 orang.
Penelitian akan difokuskan pada anak asuh kelas 4 SD - VIII SMP yang
tinggal di dalam panti sebanyak 45 orang.
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 23 Februari
2010. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tingkat kedisiplinan para anak asuh. Kuesioner disusun berdasarkan
segi-segi kehidupan yang ada di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Aspek-aspek
tersebut antara lain meliputi hubungan antar pribadi, perawatan dan
kesehatan, fasilitas hunian dan kelengkapannya, kegiatan harian beserta
tata tertibnya, kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler, dan kegiatan
Hasil penelitian tingkat kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan
Brayat Pinuji Boro secara keseluruhan adalah jumlah anak asuh yang
tingkat kedisiplinannya dalam kategori tinggi ada 26 orang (58%) dan
jumlah anak asuh yang tingkat kedisiplinannya dalam kategori rendah ada
19 orang (42%).
B. Kesimpulan
Hasil penelitian ditinjau per-aspek kedisiplinan para anak asuh,
kedisiplinan pada aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler perlu
mendapatkan perhatian lebih. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil
penelitian yang menyatakan bahwa jumlah anak asuh yang memiliki
tingkat kedisiplinan pada aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler
dalam kategori tinggi ada 19 orang (42%) dan jumlah anak asuh yang
memiliki tingkat kedisiplinan pada aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra
kurikuler dalam kategori rendah ada 26 orang (58%).
Anak asuh yang tingkat kedisiplinannya tinggi adalah anak-anak yang
mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan Panti Asuhan.
Mereka mampu mengendalikan diri di lingkungan maupun dalam
kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya anak asuh yang tingkat
kedisiplinannya rendah adalah anak-anak yang mengalami kesulitan dalam
proses pengembangan dirinya termasuk berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian, maka diusulkan program layanan
C. Saran
Tingkat kedisiplinan anak asuh berbeda antara satu anak dengan anak yang
lainnya. Masing-masing anak memiliki penilaian (persepsi) sendiri mengenai
kedisiplinannya di Panti Asuhan karena setiap anak memiliki pengalaman
yang subyektif.
Panti Asuhan merupakan rumah sekaligus keluarga bagi anak asuh.
Pengasuh diharapkan mampu berperan sebagai pengganti orang tua bagi anak
asuh. Pengasuh bertanggung jawab untuk mendisiplinkan anak asuh dalam
kegiatan hubungan antar pribadi, perawatan dan kesehatan, fasilitas hunian dan
kelengkapannya , kegiatan harian beserta tata tertibnya, kegiatan ko kurikuler
dan ekstra kurikuler maupun kegiatan rekreatif. Contohnya: memberikan kasih
sayang, menghargai dan bersikap adil terhadap masing-masing pribadi anak
asuhnya, menumbuhkan