• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program S"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

   

TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI

ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI

ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG

SESUAI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Rizki Dyah Ratna Wulan

NIM: 031114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

 

TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI

ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI

ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG

SESUAI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Rizki Dyah Ratna Wulan

NIM: 031114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

P D TINGKA ASUHAN ASUHAN Pembimbin

Drs. Y.B. A

AT KEDISI

BRAYAT

N DAN USU

ng Adimassana, IPLINAN P PINUJI BO ULAN PROG Rizki D NIM Telah , M.A. ii SKRIPSI PARA ANAK ORO TERH GRAM LAY SESUAI Oleh:

yah Ratna W

M: 03111402

h disetujui o

K ASUH PE

HADAP TAT YANAN BI Wulan 24 oleh: Tangga ENGHUNI TA TERTIB IMBINGAN

al, 10 Maret

PANTI

B PANTI

N YANG

(4)

iii 

(5)

iv 

 

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: “ Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam

perkara-perkara besar” (Lukas 16 : 10a)

“ Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4 : 6)

Persembahan:

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

™ My Saviour Jesus Christ, terimakasih atas semua karyaMu dalam hidupku

™ Papa, Mama dan adekku Krisna terimakasih atas kasih sayang, perhatian dan doa untukku

™ DALEM KRISTUS dan “Event Organizer” tempatku berproses dan melayani

(6)

 

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Maret 2011

Penulis

(7)

vi 

 

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama: Rizki Dyah Ratna Wulan

NIM: 031114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Tingkat kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro

terhadap tata tertib Panti Asuhan dan usulan program layanan bimbingan yang

sesuai. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 17 Maret 2011

Yang Menyatakan

(8)

vii 

 

ABSTRAK

TINGKAT KEDISIPLINAN PARA ANAK ASUH PENGHUNI PANTI ASUHAN BRAYAT PINUJI BORO TERHADAP TATA TERTIB PANTI

ASUHAN DAN USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI

Rizki Dyah Ratna Wulan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang tingkat kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti asuhan Brayat Pinuji Boro terhadap tata tertib panti asuhan dan usulan program layanan bimbingan yang sesuai. Masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana tingkat kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro terhadap tata tertib panti asuhan? (2) Usulan program layanan bimbingan mana yang perlu diberikan di Panti asuhan Brayat Pinuji Boro?

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji pada tahun 2010 yang berjumlah 80 orang. Penelitian difokuskan pada anak asuh kelas 4 SD - VIII SMP yang tinggal di dalam panti sebanyak 45 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kedisiplinan para anak asuh yang disusun peneliti berdasar kegiatan pengasuhan yang sudah ada si Panti Asuhan tersebut. Analisis data dilakukan dengan menggolongkan skor-skor kedisiplinan para anak asuh dalam dua kategori yaitu kategori rendah (R) dan kategori tinggi (T). Anak asuh yang tingkat kedisiplinannya termasuk dalam kategori rendah (R) adalah anak asuh yang memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kedisiplinannya di bawah Mean (skor<M). Sedangkan anak asuh yang tingkat kedisiplinannya tinggi (T) adalah anak asuh yang memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kedisiplinan sama dengan atau di atas Mean (skor≥M).

(9)

viii 

 

ABSTRACT

THE DISCIPLINE LEVEL OF THE ORPHAN CHILDREN TO THE ORPHANAGE’S RULES IN BRAYAT PINUJI BORO ORPHANAGE AND

THE PROPOSED APPROPRIATE GUIDANCE PROGRAM

Rizki Dyah Ratna Wulan

Sanata Dharma University Yogyakarta, 2011

This study is aimed to know the description about the discipline level of the orphan children to the orphanage’s rules in Brayat Pinuji Boro Orphanage and to propose appropriate guidance program for these children. The problems of the study were (1) what was the discipline level of the orphan children to the orphanage’s rule in Brayat Pinuji Boro Orphanage? (2) what was the proposed appropriate guidance program for these students?

This study is a descriptive study using survey method. The population of the study was eighty children in Brayat Pinuji Orphanage in 2010. The study focused on forty five children of the fourth grade (Elementary School) to the eighth grade (Junior High School) who lived in the orphanage. The instrument used was a questionnaire on discipline level which was established based on the activities done in the orphanage. The data was analyzed by categorizing the discipline scores of the children to low level and high level. The children were grouped to low category if they had scores below the mean score (score<M) and were grouped to high category if they have scores the same or above the mean score of the questionnaire (score>M).

(10)

ix 

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Allah Yang Maha Kasih, atas berkat dan

segala hal yang begitu luar biasa yang telah dianugerahkan pada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan lancar berkat

bantuan, bimbingan, dukungan, perhatian, juga kasih sayang dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih ini kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.,

2. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing yang telah

memberikan waktu, dukungan, bimbingan dan arahan serta inspirasi

dalam membantu penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi.

4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang telah

berbagi ilmu dan pengalaman serta membantu penulis selama kuliah di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Para staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Sr. Kepala Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro Yogyakarta yang telah

menerima dan mengijinkan penulis melakukan penelitian di Panti

Asuhan Brayat Pinuji Boro Yogyakarta.

8. Para anak asuh Panti asuhan Brayat Pinuji Boro, terimakasih atas

kerjasama dan pengalaman yang berharga.

9. Bapak Murni Sudiasih dan Ibu Christiana Kusharyanti yang terkasih,

semuanya begitu indah dan berharga.

10.Mbah Putri yang terkasih, terima kasih untuk kasih sayang dan

perhatian yang luar biasa untukku.

(11)

 

12.Ayung, Mas Aji, Agil dan Badar untuk semua keceriaan dan

kebersamaan.

13.Bapak Pdt. Agung Budiarta S.Th beserta ibu yang selalu memberikan

motivasi hidup.

14.Sahabat-sahabatku: Pipiet, Bismo, Bayu, Magna, Agung, Ayie, Sonya.

Terimakasih atas pengalaman yang berharga ini.

15.Teman-teman Program studi BK angkatan 2003 terimakasih atas

kebersamaan dan persaudaraan selama masa studi.

16.“Dalem Kristus” dan “Event Organizer” yang banyak memberikan

motivasi dan pengalaman dalam pelayanan.

17.Ibu Chefira Nita dan teman-teman asisten Kumon Griya Indah, Miss

Ana, Miss Agnes, Mr. Uday, Miss Dewi, Miss Kiky, Miss Dian, Miss

Esa, Mr.Beni, Miss Risha, Mr. Nanda yang selalu memberikan

perhatian dan semangat.

18.David Parwanto Dwi Nugroho, terimakasih untuk cinta dan kasih

sayang yang membuatku memahami arti hidup yang sebenarnya.

Semuanya yang kau berikan begitu berarti bagi hidupku.

19.Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang tidak

bisa disebutkan satu persatu dalam lembaran ini. Semoga Tuhan selalu

dan senantiasa memberikan berkat pada semua pihak yang telah

membantu penulis.

Kiranya skripsi ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi juga

(12)

xi 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Batasan Istilah dan Variabel ... 3

BAB II. KAJIAN TEORITIS ... 5

A. Kedisiplinan ... 5

1. Pengertian Kedisiplinan ... 5

2. Unsur Kedisiplinan ... 6

3. Fungsi Kedisiplinan ... 8

4. Faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Anak ... 9

B. Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 13

1. Pengertian Brayat Pinuji Panti Asuhan ... 13

(13)

xii 

 

3. Fungsi Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 14

4. Keadaan Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 14

5. Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 19

6. Kedisiplinan Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji ... 19

C. Program Bimbingan ... 20

1. Pengertian Program Bimbingan ... 20

2. Syarat-Syarat Program Bimbingan ... 21

3. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan ... 22

4. Pentingnya Penyusunan Program Bimbingan ... 23

D. Layanan Bimbingan di Panti Asuhan ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Alat Pengumpul Data ... 27

1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan ... 27

2. Skala Pengukuran ... 29

3. Validitas dan Reliabilitas ... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .. 37

A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 40

BAB V. USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI ... 43

BAB VI. PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 48

1. Tujuan Penelitian ... 48

2. Hasil Penelitian ... 48

3. Aspek Kedisiplinan Para Anak Asuh yang Memerlukan Perhatian ... 47

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(14)

xiii 

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Aspek Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh... 28

Tabel.2 Koefisien reliabilitas dan validitas penelitian... 30

Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Suatu Alat... 31

Tabel 4. Hasil Penghitungan SPSS... 32

Tabel 5. Komposisi Item-Item yang Valid... 33

Tabel 6. Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 38

Tabel 7. Jumlah Anak Asuh dan Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 40

Tabel 8. Usulan Program Layanan Bimbingan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 45

Tabel 9. Distribusi Skor-skor Gasal Genap untuk Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Penelitian Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 56

Tabel 10. Perhitungan Skor-skor Jenis Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 60

Tabel 11. Skor-skor Tinggi Rendah Tiap Jenis Kedisiplinan Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 64

(15)

xiv 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh

Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 52

Lampiran 2. Distribusi Skor-skor Gasal Genap untuk Perhitungan

Reliabilitas dan Validitas Penelitian Tingkat Kedisiplinan

Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 56

Lampiran 3. Perhitungan Koefisien Reliabilitas dan Validitas... 58

Lampiran 4. Perhitungan Skor-skor Jenis Kedisiplinan

Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 60

Lampiran 5. Perhitungan Mean untuk Melihat Tiap Jenis Kedisiplinan

yang Diperoleh Tiap Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji

Boro... 62

Lampiran 6. Skor-skor Tinggi Rendah Tiap Jenis Kedisiplinan

Para Anak Asuh Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro... 64

Lampiran 7. Item-Total Statistik... 66

Lampiran 8. Urutan Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh

Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro Tiap Jenis Kebutuhan

yang Termasuk Kategori Rendah... 68

Lampiran 9 Urutan Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh

Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro Tiap Jenis Kebutuhan

yang Termasuk Kategori Tinggi... 69

Lampiran 10. Skor-skor Kuesioner Tinggi-Rendah Tingkat Kedisiplinan

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disiplin berarti ketaatan pada peraturan tata tertib sesuatu bidang yang

mempunyai objek, sistem dan metode tertentu. Disiplin adalah kata kunci

sukses sebab disiplin membawa manfaat yang besar dalam kehidupan

manusia. Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak dalam rangka

pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah agar

anak dapat secara kreatif dan dinamis mengembangkan hidupnya di kemudian

hari.

Kedisiplinan pada anak tidak secara otomatis tumbuh, tapi awalnya adalah

rutinitas yang dilakukan secara konsisten setiap hari yang terbentuk melalui

peraturan tata tertib seperti yang ada di panti asuhan. Setiap anak asuh wajib

menaati peraturan tata tertib yang ada di panti asuhan tersebut. Misalnya saja

anak asuh tidak boleh keluar dari panti asuhan pada jam-jam yang telah

ditentukan. Apabila ia melanggar peraturan tersebut berarti ia tidak disiplin.

Disiplin selalu dianggap perlu dalam perkembangan anak. Disiplin

diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan mengikuti standar yang

ditetapkan masyarakat yang harus dipatuhi anak supaya diterima oleh

masyarakat. Penanaman disiplin hendaknya bertujuan bukan sekedar

menertibkan tingkah laku anak, tetapi hendaknya terarah kepada pengendalian

(17)

Disiplin perlu diterapkan pada anak agar dapat tumbuh menjadi pribadi

yang utuh. Anak dapat berkembang secara optimal jika ia mampu

mengendalikan dirinya dan mengarahkan dirinya agar dapat berperilaku

positif. Disiplin juga diterapkan di lingkungan panti asuhan. Pelanggaran

peraturan dapat ditemukan di setiap panti asuhan. Hal ini juga dapat

ditemukan di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Panti Asuhan Brayat Pinuji

Boro adalah salah satu panti asuhan khusus puteri yang berada di bawah

Yayasan Brayat Pinuji. Berdasarkan pengamatan peneliti secara langsung,

peneliti menemukan adanya pelanggaran kedisiplinan dalam kegiatan

sehari-hari. Misalnya pada saat jam belajar, anak-anak bermain ataupun sibuk

mencari kutu di rambut temannya. Berdasarkan pengamatan sepintas tersebut,

muncul keinginan di benak peneliti untuk mengetahui tingkat kedisiplinan

anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Kemudian hasil

penelitian tersebut kiranya dapat dijadikan dasar untuk menentukan program

layanan bimbingan yang relevan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tingkat kedisiplinan anak asuh penghuni Panti Asuhan

Brayat Pinuji Boro tahun 2009/2010?

2. Usulan program layanan bimbingan mana yang perlu diberikan di Panti

(18)

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang tingkat

kedisiplinan anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro dan untuk

mengusulkan program layanan bimbingan yang relevan untuk meningkatkan

kedisiplinan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para staf

bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kegiatan bimbingan dan

konseling di panti asuhan.

D. Batasan Istilah dan Variabel

1. Batasan Istilah

a. Kedisiplinan adalah sikap mental yang mengandung kerelaan

untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan norma yang

berlaku dan dilakukan atas keputusan sendiri.

b. Anak Asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga,

untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan

dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya

tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak).

c. Panti Asuhan Brayat Pinuji adalah salah satu panti asuhan khusus

(19)

d. Program Layanan Bimbingan adalah rangkaian kegiatan-kegiatan

bimbingan yang dilaksanakan secara terencana (terprogram) oleh

pembimbing.

2. Batasan Variabel

a. Tingkat kedisiplinan anak adalah ketaatan anak terhadap peraturan

atau tata tertib di Panti Asuhan yang dilaksanakan secara ikhlas

dan penuh tanggung jawab. Tingkat kediplinan itu diukur dengan

kuesioner tingkat kedisiplinan dan ditunjuk skor-skor yang

diperoleh tiap anak. Ada dua kategori tingkat kediplinan yaitu

(20)

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka

pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah agar

anak dapat secara kreatif dan dinamis mengembangkan hidupnya di kemudian

hari. Menurut Depdikbud (1984 : 47), disiplin adalah “sikap mental yang

mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma

yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab”. Ada dua jenis

dorongan yang mempengaruhi disiplin, yaitu pertama, dorongan yang datang

dari dalam diri subyek, meliputi pengetahuan, kesadaran, dan kemauan untuk

berbuat disiplin. Kedua, dorongan yang datang dari luar yaitu perintah,

larangan, pengawasan, pujian, ancaman, hukuman, dan ganjaran. Disiplin

merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang

terhadap bentuk-bentuk tingkah lakunya. Disiplin tidak terjadi dengan

sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam

semua aspek serta disertai sanksi dalam bentuk ganjaran dan hukuman sesuai

dengan perilaku anak. Disiplin pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental

dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan dan

kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan

(21)

Istilah disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib, artinya suatu

keadaan di mana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah

ditetapkan sebelumnya (Soekanto, 1996). Sedangkan menurut Icksan (Widaya

Mandala, 1997) disiplin adalah sikap mental yang baik yang secara ajeg

dilakukan berdasarkan norma yang baik, secara sadar serta atas keputusan

sendiri yang diambil dengan bebas.

Dengan melihat beberapa pengertian di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan

untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma yang telah ditetapkan

masyarakat (antara lain: orang tua, guru, dan teman sepermainan) dan secara

sadar serta atas keputusan sendiri. Unsur kedisiplinan yang paling utama adalah

kepatuhan pada prinsip dan keyakinan yang dihayati oleh individu sendiri,

bukan seperangkat peraturan dan kepatuhan kepada atasan saja. Kepatuhan pada

keyakinan diri sendiri mendorong untuk patuh kepada hukum dan peraturan

(Winkel, 1997: 13).

2. Unsur-unsur Kedisiplinan

Kedisiplinan diharapkan mampu membuat anak berperilaku sesuai

dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial di mana anak itu hidup.

Menurut Hurlock (1994: 84) ada empat unsur yang membentuk kedisiplinan

(22)

a. Pengetahuan anak

Unsur pengetahuan anak dapat diartikan sejauh mana anak mengetahui

apakah perbuatan yang dilakukannya tersebut adalah perbuatan yang

sudah seharusnya dilakukan. Dengan pengetahuan tersebut anak dapat

meramalkan akibat positif dari setiap perbuatan yang dilakukannya.

Unsur pengetahuan anak dalam memahami apakah perbuatan yang

dilakukan itu baik atau tidak sangatlah penting. Apabila anak telah

memiliki pengetahuan tentang baik dan tidaknya suatu perbuatan, maka

anak akan terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik.

b. Kehendak atau kebebasan anak

Kehendak anak merupakan dorongan dari dalam diri anak yang menjadi

penyebab terjadinya suatu perbuatan. Kehendak selalu menyertai

perbuatan bebas dalam arti bahwa setiap individu bebas memilih

berbagai bentuk perbuatan. Kehendak dikatakan baik jika anak

melakukan perbuatan sesuai dengan tata tertib atau aturan, sedangkan

kehendak dikatakan tidak baik jika anak melakukan perbuatan yang

tidak sesuai dengan tata tertib atau peraturan yang berlaku di Panti

Asuhan. Kehendak untuk melakukan suatu hal didorong oleh keyakinan

(23)

c. Hukuman atas pelanggaran peraturan

Jika anak yang dengan sengaja melanggar peraturan mendapat hukuman

sebagai sanksinya, anak-anak akan terdorong untuk mentaatinya.

Hukuman berfungsi sebagai berikut:

1) Agar anak tidak mengulangi perbuatan yang dilakukannya.

2) Memberikan motivasi untuk menghindari perilaku yang termasuk

dalam kategori pelanggaran.

d. Penghargaan untuk perilaku yang sejalan dengan peraturan

Jika anak yang taat terhadap peraturan diberi penghargaan, anak-anak

akan terdorong untuk selalu menaati peraturan yang ada. Penghargaan

sangat penting agar anak berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada

karena penghargaan yang memiliki nilai mendidik dan sebagai motivasi

untuk mematuhi setiap peraturan yang ada. Bentuk-bentuk penghargaan

antara lain pujian, hadiah, dan perlakuan istimewa.

3. Fungsi Kedisiplinan

Menurut Havighurst (Hurlock, 1999: 97) ada beberapa fungsi disiplin

bagi anak, yaitu:

a. Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan

diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.

b. Untuk menyadarkan kepada anak akan perlunya tingkat penyesuaian

(24)

c. Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri dan

pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani

untuk membimbing tindakan mereka.

Gunarsa (2006:136) menjelaskan fungsi utama disiplin adalah agar anak

mengendalikan diri dengan lebih baik, maupun menghormati dan mematuhi

otoritas orang tua. Gunarsa menegaskan dalam mendidik anak perlu disiplin

yang tegas dalam hal yang harus dilakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin dalam

mendidik anak adalah supaya anak dapat dengan mudah:

a. Menghargai dan menghormati hak orang lain

b. Segera menjalankan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya

c. Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk

d. Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada

perasaan takut

e. Belajar untuk berkorban demi kepentingan orang lain

4. Faktor-faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Anak

a. Faktor internal

Kebutuhan yang terpenuhi dengan baik akan menjadi salah satu hal yang

mendukung bagi tercapainya kedisiplinan. Apabila kebutuhan anak tidak

terpenuhi maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri anak yang

bersangkutan, sehingga anak akan berusaha mencapai keseimbangan dengan

(25)

tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan.

Maslow (Goble, 1987:69-92) mengemukakan kebutuhan hidup secara hirarkis

sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisiologis.

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang penting bagi

kelangsungan hidup, contohnya kebutuhan terhadap makanan, air,

udara, istirahat.

2) Kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan akan rasa aman meliputi kebutuhan akan jaminan,

perlindungan, stabilitas, ketertiban, bebas dari ketakutan dan

kecemasan.

3) Kebutuhan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang

Kebutuhan ini dapat diwujudkan misalnya dengan menggabungkan

diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai-nilai

dan sifat-sifat atau memakai seragamnya dengan maksud supaya

merasakan perasaan memiliki.

4) Kebutuhan akan penghargaan.

Kebutuhan ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan penghargaan

dari orang lain dan kebutuhan penghargaan terhadap diri sendiri.

Penghargaan yang berasal dari orang lain adalah yang utama karena

sulit bagi kita untuk berpikir baik tentang diri sendiri, kecuali kita

merasa yakin bahwa orang lain berpikir baik tentang kita. Apabila

(26)

diri kita dengan baik dan mampu menilai secara obyektif

kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan kita.

5) Kebutuhan akan aktualisasi diri.

Aktualisasi diri adalah perkembangan yang paling tinggi dan

penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan

kapasitas kita.

6) Kebutuhan untuk tahu dan memahami/ kognitif.

Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan untuk mengembangkan diri

secara intelektual yang berkaitan dengan ide dan pandangan terhadap

sesuatu dalam kehidupan. Salah satu ciri mental yang sehat adalah

adanya rasa ingin tahu. Manusia memiliki hasrat untuk memahami,

menyusun, mengatur, menganalisis, menemukan

hubungan-hubungan dan makna-makna. Terpenuhinya hasrat akan keinginan

untuk mengetahui dan memahami dapat menimbulokan perasaan

puas dan bahagia dengan memiliki kemampuan berpikir secara luas,

kemampuan untuk memahami sesuatu dengan pikiran jernih dan

sehat, kemampuan untuk merencanakan masa depan, kemampuan

untuk mengatasi segala masalah yang terjadi pada dirinya dan orang

lain serta kemampuan untuk menentukan pilihan hidup.

7) Kebutuhan estetik/ keindahan.

Kebutuhan akan keindahan pada individu bersifat naluriah. Tiap

orang memiliki kebutuhan akan keindahan yang membuat orang

(27)

Setiap individu menginginkan terpenuhinya semua kebutuhan tersebut

yang diperoleh dengan cara yang wajar dan umum sesuai dengan tata aturan

yang berlaku. Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat terpenuhi melalui cara-cara

yang sudah biasa dalam masyarakat, akan terjadi ketidakseimbangan pada diri

individu, sehingga membuat anak melakukan pelanggaran kedisiplinan.

b. Faktor eksternal

Pelanggaran disiplin dapat disebabkan oleh situasi eksternal seperti

situasi di dalam keluarga, sekolah, panti asuhan dan masyarakat. Pelanggaran

disiplin di Panti Asuhan dapat bersumber pada lingkungan Panti Asuhan itu,

antara lain:

1) Tipe kepemimpinan pengasuh atau Kepala Panti yang otoriter

2) Kelompok minoritas kurang diperhatikan

3) Anak kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung

jawab.

4) Latar belakang keluarga yang kurang memperhatikan kehidupan

Panti Asuhan.

5) Kerja sama yang kurang antara pihak Panti Asuhan dengan pihak

(28)

B. Panti Asuhan Brayat Pinuji

1. Pengertian Panti Asuhan Secara Umum

Panti asuhan adalah suatu tempat untuk mengasuh anak-anak yatim,

piatu, atau yatim piatu, bahkan anak-anak terlantar, untuk dibina menjadi anak

yang mandiri, bertanggungjawab, serta patuh dan berguna bagi masyarakat,

nusa dan bangsa (Sumarto, 1976:2).

Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro adalah salah satu panti asuhan khusus

puteri yang berada di bawah Yayasan Brayat Pinuji. Panti Asuhan Brayat Pinuji

yang beralamat di Boro, Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta ini

merupakan karya Konggregasi para Suster OSF yang ada di Indonesia.

Lingkungan Panti Asuhan sangat tenang, sejuk, indah dan nyaman. Dari segi

fisik, bangunan Panti Asuhan sangat baik dan bersih. Sarana pendidikan juga

cukup memadai, karena sudah di sediakan oleh Panti Asuhan.

2.Tujuan Panti Asuhan Brayat Pinuji

Adapun tujuan Panti Asuhan menurut Anggaran Rumah Tangga

Yayasan Brayat Pinuji adalah untuk mengasuh dan mendidik anak-anak

terlantar sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang:

a. Bersikap terbuka, menghargai pendapat orang lain, mengembangkan

kepribadian luhur, sehat dan tangguh, kreatif dan kritis dalam berpikir,

berbudi pekerti serta bermoral Pancasila.

b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, mengamankan dan

(29)

c. Mempertahankan dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Mengembangkan nilai-nilai budaya yang luhur dan relevan guna

mendorong dan menampung perubahan serta perkembangan masyarakat

yang positif dalam rangka pembaharuan bangsa dengan tetap

mendasarkan diri pada kepribadian bangsa.

3. Fungsi Panti Asuhan Brayat Pinuji

Menurut Yayasan Brayat Pinuji fungsi panti asuhan tidak hanya

menampung anak asuh melainkan juga berfungsi menggantikan suasana

keluarga yang tidak dapat dinikmati oleh anak-anak tersebut. Di samping

memenuhi kebutuhan dasarnya, panti asuhan Brayat Pinuji juga membina dan

mengembangkan pendidikan anak-anak tersebut.

4. Keadaan Panti Asuhan Brayat Pinuji Saat Ini

Panti Asuhan Brayat Pinuji merupakan tempat yang dikelola dengan asas

kekeluargaan bagi anak asuh. Fungsi panti ini dalam pelaksanaannya adalah

menciptakan suasana kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

membuat anak merasa seperti tinggal di rumah keluarganya sendiri. Untuk itu,

di panti ini dikembangkan pola asuh berdasarkan kekeluargaan. Menurut Olen

(1987:101), pola ini menitikberatkan pada peranan panti asuhan sebagai

pengganti orang tua bagi setiap anak asuh.

Kegiatan-kegiatan harian yang ada di panti meliputi: makan, berdoa,

(30)

mandi, membantu memasak di dapur, mencuci piring), rekreasi, kegiatan ekstra

seperti kunjungan donator, ulang tahun donator, misa persahabatan di Panti

Asuhan Putra, dan misa lingkungan.

Adapun peranan panti sebagai pengganti orang tua adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pengasuh yaitu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak.

Pada tahap ketergantungan tinggi, anak mendapatkan kehangatan dan

kelembutan yang dialaminya sebagai cinta dari ayah dan ibu.

b. Sebagai pelindung yang selalu mengarahkan agar anak terbantu untuk

melindungi diri baik secara fisik maupun psikis sehingga anak

berkembang serta bertindak yang mengarah pada pertumbuhan personal

dan interpersonal sedsuai dengan tahapan perkembangannya.

c. Sebagai konsultan yang mendengarkan. Memberi informasi dan

membuat rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan anak.

d. Sebagai teman dialog yang memenuhi kebutuhan sosial anak dalam arti

hubungan sosial yang memberi dan menerima pendidikan nilai dan

harga diri anak.

Panti yang berfungsi sebagai rumah keluarga bagi anak asuh, menciptakan

suasana yang mendukung bagi tujuan yang akan dicapai oleh panti. Panti

dengan jumlah anak asuh yang besar perlu memperhatikan aspek-aspek

kehidupan yang ada dalam keluarga. Segi-segi kehidupan yang perlu

diperhatikan dalam panti agar tercipta suasana kekeluargaan adalah sebagai

(31)

a. Hubungan antar pribadi

Hubungan ini menyangkut antara:

1) Anak asuh dengan pimpinan dan pengasuh sebagai pengganti orang

tua

2) Anak asuh dengan karyawan, tamu dan guru sebagai lingkungan

sosial yang lebih luas.

3) Anak asuh dengan anak asuh se panti sebagai hubungan kakak

beradik.

Hubungan yang penuh dengan simpati, perasaan diterima, sapaan yang

mendukung membuat anak asuh krasan tinggal di rumah (Gunarsa,

1985: 192).

Aspek ini sesuai dengan hierarki kebutuhan Maslow, yaitu bahwa

manusia memerlukan rasa cinta, kasih sayang, dan perasaan

memiliki-dimiliki.

b. Perawatan dan kesehatan

Anak asuh berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat (usia anak-anak dan remaja). Untuk itu masih sangat

dibutuhkan gizi makanan yang tinggi, perawatan pada saat sakit maupun

kebutuhan obat penunjang seperti vitamin (Hurlock, 1990: 148). Makan

dan minum merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan bagi

pertumbuhan fisik para anak asuh. Kegiatan ini bertujuan membantu

penghuni untuk dapat bertumbuh dengan baik. Peraturan makan tiga kali

(32)

Selain itu, penghuni panti mendapat makanan kecil/snack setiap pagi

dan sore hari. Selain makan, juga disediakan minum susu setiap pagi

dan air putih selalu tersedia.

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis seperti yang diungkapkan di atas

merupakan kebutuhan-kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi

manusia sebelum memenuhi kebutuhan lain..

c. Fasilitas hunian dan kelengkapannya

Anak asuh pada masa anak/remaja awal masih mempunyai konsep yang

konkrit/nyata dan simple/sederhana sehingga kenyamanan gedung,

penataan ruangan, kelengkapan alat-alat rumah tangga dan kelengkapan

alat-alat bermain menjadi unsur yang penting bagi anak dalam

memperoleh rasa puas serta krasan pada diri anak (Gunarsa, 1987).

Seperti yang diungkapkan oleh Maslow, salah satu kebutuhan fisiologis

yang harus dipenuhi adalah memiliki tempat tinggal. Apabila memiliki

tempat tinggal, anak akan merasa aman dan bebas dari katakutan dan

kecemasan.

d. Kegiatan harian beserta tata tertibnya

Jumlah anak asuh yang besar diperlukan tata tertib yang mengatur

kegiatan mereka. Tata tertib ini bukan untuk mengikat atau membatasi

kegiatan mereka, tetapi terlebih untuk memberi arah dan tujuan bagi

setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Tata tertib ditanamkan melalui

teladan, ajaran-ajaran, pujian dan hukuman. Teladan dan ajaran

(33)

menguatkan dan mengukuhkan suatu perilaku yang baik. Sedangkan

hukuman bertujuan untuk menekan atau membuang perilaku yang tidak

pantas (Gunarsa, 1987: 137). Hukuman di sini bukan lagi ditekankan

pada hukuman fisik, tetapi hukuman psikis si mana anak mampu

menyadari dan menemukan akibat negatif dari perbuatannya (Utomo,

1997: bahan seminar). Dengan demikian kebutuhan akan rasa aman dan

kebutuhan akan penghargaan dalam diri anak dapat terpenuhi sehingga

mampu mengembangkan dirinya.

e. Kegiatan ko-kurikuker dan ekstra kurikuler

Kegiatan ini bertujuan untuk menggali minat dan bakat anak asuh yang

sangat berguna bagi pemilihan sekolah setelah lulus sekolah lanjutan

tingkat pertama (SLTP). Di samping itu, penguasaan ketrampilan

akademik dapat digunakan untuk meningkatkan masa depan anak asuh.

Kegiatan tersebut termasuk kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan untuk tahu dan memahami/kognitif.

f. Kegiatan rekreatif

Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan

yang bersifat kognitif dengan kegiatan afektif sehingga anak asuh tidak

merasa jenuh dengan kegiatan yang telah diprogramkan.

Setiap anak membutuhkan keindahan yang dapat diwujudkan melalui

kegiatan rekreatif. Keindahan dapat membuta anak menjadi lebih sehat

(34)

Keenam segi kehidupan di atas mengandung nilai-nilai kehidupan yang

perlu ditanamkan dalam diri anak asuh agar anak asuh dapat

mengaktualiasasikan dirinya dengan baik.

5. Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji

Pengertian anak asuh, menurut Undang-Undang No.2 tahun 1979

tentang Lembaga Sosial pasal 4 dan 5 ialah anak-anak dan remaja

sampai dengan batas umur 21 tahun, belum pernah menikah yang karena

suatu sebab tidak dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan

keluarganya.

Anak asuh panti asuhan Brayat Pinuji berjumlah 80 anak yang

berumur 5 s/d 18 tahun. Mereka berada pada jenjang pendidikan Taman

Kanak-Kanak sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

6. Kedisiplinan Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji

Panti asuhan Brayat Pinuji memiliki berbagai kegiatan yang

dilakukan oleh anak-anak setiap harinya. Kegiatan-kegiatan tersebut

disusun dalam sebuah jadwal yang wajib ditaati oleh semua anak asuh.

Apabila ada anak asuh yang melanggar peraturan tersebut, maka akan

mendapatkan teguran dan sanksi dari para pengasuh.

Pelanggaran terhadap peraturan juga terjadi di panti asuhan Brayat

Pinuji. Misalnya setiap hari minggu ada jadwal untuk mencuci pakaian,

(35)

Mereka akan mencuci pakaian mereka setelah disuruh dan ditunggui

oleh para pengasuh. Selain itu pelanggaran juga nampak pada saat jam

belajar. Di ruang belajar, beberapa anak terlihat hanya

berbincang-bincang dan bercanda dengan temannya. Dari fakta-fakta tersebut, dapat

disimpulkan bahwa para anak asuh belum sepenuhnya memiliki

kesadaran untuk menaati semua peraturan panti asuhan. Oleh sebab itu

perlu ada usaha-usaha untuk meningkatkan kedisiplinan para anak asuh.

Namun untuk itu diperlukan data yang akurat tentang tingkat

kedisiplinan mereka dan persoalan-persoalan yang terkait dengan

kedisiplinan mereka. Untuk itulah penelitian ini akan dilakukan.

C. Program Bimbingan

1. Pengertian Program Bimbingan

Pelaksanaan pelayanan bimbingan merupakan suatu realisasi suatu

program yang telah direncanakan dan disepakati oleh pihak-pihak terkait.

Program bimbingan adalah “Rangkaian kegiatan bimbingan terencana,

terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu

tahun ajaran” (Winkel 1997:143).

Program kegiatan bimbingan yang telah disusun dalam periode waktu

tertentu menjadi pegangan bagi pembimbing untuk memberikan layanan

bimbingan. Program yang telah ditulis dengan jelas akan memudahkan

pembimbing untuk selalu mengadakan penelitian atau evaluasi terhadap

(36)

Program kegiatan bimbingan sangat diperlukan bagi para anak asuh yang

belum memiliki kedisiplinan dalam dirinya, yaitu bagi anak asuh yang sering

melanggar peraturan yang ada di panti asuhan Brayat Pinuji. Dengan adanya

program bimbingan tersebut, diharapkan anak asuh dapat mengerti, memahami

serta memiliki kedisiplinan dalam dirinya.

2 . Syarat-syarat Program Bimbingan

Sebuah program bimbingan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan

permasalahan yang dialami oleh orang-orang yang akan dilayani. Syarat-syarat

dalam menyusun suatu program bimbingan juga harus dipahami agar program

dapat terlaksana dengan baik.

Menurut Prayitno dkk (1997:53-54), sebuah program bimbingan

hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Berdasarkan kebutuhan, program bimbingan harus disusun berdasarkan

kebutuhan dan sesuai dengan kondisi pribadi anak serta tugas-tugas

perkembangannya.

b. Lengkap dan menyeluruh, program bimbingan memuat segenap fungsi

bimbingan, yaitu meliputi jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta

menjamin dipenuhinya prinsip dan asas-asas bimbingan dan konseling.

c. Sistematis, dalam arti program disusun menurut urutan logis,

(37)

d. Terbuka dan luwes, sehingga dapat memudahkan untuk pengembangan

dan penyempurnaan, tanpa harus merombak program itu secara

menyeluruh.

e. Memungkinkan kerja sama dengan semua pihak terkait.

f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk

penyempurnaan program.

Program bimbingan yang disusun memungkinkan adanya perubahan dan

penyempurnaan dari waktu ke waktu. Apabila program yang telah disusun

ternyata memiliki kelemahan-kelemahan maka program tersebut dapat diubah

dalam periode waktu selanjutnya.

3. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan

Penyusunan program bimbingan yang serba baru karena dalam lembaga

yang bersangkutan belum ada program bimbingan maka harus lebih dahulu

memperluas wawasannya mengenai bidang bimbingan dan mempelajari segala

sesuatu yang berhubungan dengan lembaga yang akan mempergunakan program

tersebut.

Menurut Aryatmi Siswohardjo (Slameto,1990), langkah-langkah yang

dapat diambil dalam menyusun sebuah program bimbingan adalah sebagai

berikut:

a. Meneliti permasalahan yang banyak dialami oleh binimbing

b. Menentukan prioritas dari permasalahan atau kebutuhan yang perlu

(38)

c. Menginventarisasi fasilitas yang ada.

d. Menyusun program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan dan

mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab diantara petugas

yang ada.

e. Memberikan bekal yang cukup kepada petugas-petugas bimbingan,

seperti penataran yang diperlukan petugas bimbingan dalam

melaksanakan tugasnya.

f. Memikirkan kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi dalam

melaksanakan program yang disusun.

Langkah-langkah tersebut di atas bersifat fleksibel sehingga tidak harus

diterapkan secara berurutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam

penyusunan program bimbingan, harus diperhatikan jenis layanan bimbingan

mana yang akan menjadi prioritas dalam pelaksanaan bimbingan sesuai dengan

masalah dan kebutuhan binimbing, situasi dan kondisi lembaga yang

bersangkutan.

4. Pentingnya Penyusunan Program Bimbingan

Perencanaan program bimbingan sangat penting agar dalam

pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Keuntungan yang diperoleh pembimbing apabila melaksanakan pelayanan

bimbingan berdasarkan program yang jelas adalah sebagai berikut (Slameto,

(39)

a) Ruang lingkup pelayanan jauh lebih luas, terutama melalui bimbingan

kelompok yang terencana secara matang berdasarkan masalah

binimbing.

b) Kerjasama dalam tim bimbingan jauh lebih optimal dengan pembagian

tugas yang telah disepakati bersama.

c) Sifat bimbingan yang lebih menonjol ialah sifat preventif dan

perseveratif.

d) Lebih memungkinkan diadakan evaluasi oleh pihak-pihak terkait.

e) Lebih disadari oleh pihak lembaga bahwa untuk melakukan

kegiatan-kegiatan bimbingan dibutuhkan orang yang telah mendapatkan

pendidikan prajabatan yang mamadai.

D. Layanan Bimbingan di Panti Asuhan

Kegiatan mengasuh dan mendidik di Panti Asuhan digolongkan menjadi

kegiatan pemeliharaan, kegiatan pendidikan, kegiatan bimbingan, kegiatan

pembiasaan, rohani dan kegiatan keluarga. Kegiatan pengasuhan yang dilakukan

agar membantu anak asuh dalam membentuk kedisiplinan dalam dirinya.

Kegiatan pengasuhan tersebut sudah mengandung kegiatan bimbingan walaupun

masih ditangani secara sederhana.

Kegiatan mengasuh di Panti Asuhan mempunyai harapan dapat

melaksanakan kegiatan layanan bimbingan secara profesional seperti yang telah

diungkapkan oleh Thantawy (2005: 82) bahwa layanan bimbingan merupakan

(40)

kelompok agar menjadi mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang

pribadi-sosial, belajar dan karier melalui jenis layanan dan kegiatan pendukung

bimbingan dan konseling oleh tenaga ahli bimbingan dan konseling berdasarkan

norma-norma yang berlaku.

Menurut Prayitno, dkk (1997: 65-68) menyebutkan enam bidang

bimbingan yakni pribadi, sosial, belajar dan karier. Pokok-pokok dari keempat

bidang bimbingan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan pribadi

a. Pemantapan kebiasaan dan pengembangan hidup beriman kepada

Tuhan.

b. Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui

kegiatan yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan

pengembangan melalui kegiatan yang kreaktif dan produktif.

d. Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya.

2. Bimbingan sosial

a) Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun

tulisan.

b) Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial.

c) Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya.

c. Bimbingan belajar/ Akademik

(41)

b. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial

dan budaya lingkungan belajar untuk pengembangan pengetahuan,

keterampilan dan pengembangan diri.

c. Orientasi di sekolah atas baik menengah maupun kejuruan.

d. Bimbingan karier

a. Pengenalan konsep diri

b. Pengenalan bimbingan kerja/ karier.

c. Pengenalan berbagai lapangan kerja.

d. Orientasi dan informasi pendidikan menengah baik umum maupun

(42)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subyek penelitian, prosedur

pengumpulan data, serta teknik analisis data .

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran mengenai

kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro, penelitian

deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala pada

saat penelitian itu dilakukan (Masidjo,1995:245). Metode yang dipakai adalah

metode survey yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel

dan bukan informasi tentang individu (Furchan, 2005:450). Variabel penelitian ini

adalah tingkat kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro.

B. Alat Pengumpul Data

1. Kuesioner Tingkat Kedisiplinan

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

tingkat kedisiplinan para anak asuh. Kuesioner disusun oleh peneliti.

Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu data identitas anak asuh dan petunjuk

pengisian serta bagian pernyataan tentang tingkat kedisiplinan para anak asuh

(43)

kedisiplinan anak asuh yang mengukur sejauh mana anak asuh bersikap

terhadap kegiatan pengasuhan yang dilakukan di Panti Asuhan. Hal ini tampak

pada ketaatan maupun pelanggaran terhadap kegiatan pengasuhan yang

mencakup hubungan antar pribadi, perawatan dan kesehatan, fasilitas hunian

dan kelengkapannya, kegiatan harian beserta tata tertibnya, kegiatan

ko-kurikuler dan ekstra ko-kurikuler, serta kegiatan rekreatif. Kuesioner ini bersifat

tertutup. “Kuesioner bersifat tertutup, berisi pernyataan-pernyataan yang

disertai dengan pilihan jawaban untuk pernyataan-pernyataan tersebut”

(Furchan, 2004 : 260). Kisi-kisi kuesioner disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Aspek Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti

Asuhan Brayat Pinuji

Kuesioner Aspek Nomor Butir Item Total

Positif Negatif

Kedisiplinan Anak Asuh

di Panti Asuhan

Hubungan antar

pribadi

1,2,3,4,5 6,7,8,9,10 10

Perawatan dan

Kesehatan

11,12,13,14,15 16,17,18,19,20 10

Fasilitas Hunian

dan

kelengkapannya

21,22,23,24,25 26,27,28,29,30 10

Kegiatan Harian

beserta Tata

Tertibnya

(44)

Kegiatan Ko

kurikuler dan

Ekstra kurikuler

41,42,43,44,45 46,47,48,49,50 10

Kegiatan

Rekreatif

51,52,53,54,55 56,57,58,59,60 10

Jumlah 30 30 60

2. Skala Pengukuran

Kuesioner disusun dalam bentuk skala bertingkat berdasarkan prinsip

Likert”s Summated Ratings. Kuesioner ini berbentuk tertutup dengan menyediakan empat jawaban pada setiap itemnya, yaitu:

a. Selalu (SL)

b. Sering (SR)

c. Jarang (JR)

d. Tidak Pernah (TP)

Scoring dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Alternatif Jawaban

Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Jarang 2 3

(45)

3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

a. Validitas

Validitas merupakan karakteristik yang utama untuk dimiliki oleh setiap

instrumen penelitian. Suatu instrumen dinyatakan berguna atau tidak, sangat

ditentukan oleh tingkat validitasnya. Validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997:5). Suatu tes atau instrumen dapat

dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu

menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran. Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat

ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Ary, D. dkk, 2004:293).

Validitas kuesioner secara empiris dinyatakan dalam koefisien validitas ( rt∞)..

Validitas kuesioner dalam penelitian ini dihitung/ditentukan dengan program

SPSS 12.0 for windows. Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran. Hasilnya

dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Selanjutnya instrumen yang valid saja yang

(46)

Tabel 3. Hasil Penghitungan SPSS

Kuesioner Aspek Keterangan Total

Jumlah Item

yang Valid

Jumlah item

yang gugur

Kedisiplinan Anak Asuh

di Panti Asuhan

Hubungan antar

pribadi

8 2 10

Perawatan dan

Kesehatan

6 4 10

Fasilitas Hunian

dan

kelengkapannya

9 1 10

Kegiatan Harian

beserta Tata

Tertibnya

6 4 10

Kegiatan Ko

kurikuler dan

Ekstra kurikuler

6 4 10

Kegiatan

Rekreatif

7 3 10

(47)

Tabel 4. Komposisi Item-Item yang Valid

Kuesioner Aspek No. Item Total

Kedisiplinan Anak Asuh

di Panti Asuhan

Hubungan antar

pribadi

1,2,3,4,5,7,9,10 8

Perawatan dan

Kesehatan

11,12,16,17,18,20 6

Fasilitas Hunian

dan

kelengkapannya

22,23,24,25,26,27,28,29,30 9

Kegiatan Harian

beserta Tata

Tertibnya

31,32,33,34,38,39 6

Kegiatan Ko

kurikuler dan

Ekstra kurikuler

41,44,45,46,49,50 6

Kegiatan

Rekreatif

51,52,53,56,57,58,60 7

(48)

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam

mengukur apa saja yang diukurnya (Ary, D. dkk. 2004:310). Reliabilitas adalah

sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997:4). Reliabilitas

diperlukan dalam penelitian untuk mengetahui keajegan suatu alat dalam

mengukur apa yang hendak diukurnya. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien

reliabilitas ( rtt ).

Untuk penggolongan koefisien korelasi reliabilitas dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Alat Tes

Koefisien Korelasi Klasifikasi

±0.70-±1.00 Tinggi-Sangat Tinggi

±0.40-±0.70 Cukup

±0.20-±0.40 Rendah

0.00-±0.20 Tidak ada atau Sangat Rendah

(Garret, 1967:176)

(49)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh anak asuh di Panti Asuhan Brayat

Pinuji pada tahun 2010. Jumlah anak asuh sebanyak 80 orang. Penelitian akan

difokuskan pada anak asuh kelas 4 SD - VIII SMP yang tinggal di dalam panti

sebanyak 45 orang.

D. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan Kuesioner

b. Mencari/mendatangi Panti Asuhan yang bersedia menerima peneliti

melakukan penelitian.

c. Meminta ijin kepala Panti Asuhan yang bersangkutan untuk

melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Datang ke Panti Asuhan sesuai jadwal yang telah ditentukan, pada

tanggal 23 Februari 2010.

b. Masuk ke ruang dan memperkenalkan diri kepada para anak asuh.

c. Membagikan kuesioner dan menjelaskan tujuan pengisian Kuesioner

Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh.

d. Mempersilahkan siswa mengisi Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para

Anak Asuh dan peneliti menunggu di dalam ruang.

(50)

E. Teknik Analisis Data

1. Perhitungan koefisien reliabilitas dengan teknik belah dua dan proses

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat tabulasi skor item ganjil-genap.

b. Menghitung koefisien korelasi skor-skor item gasal-genap dengan

rumus korelasi Product-Moment.

r

gg =

N

Σ

XY

– (

Σ

X

)(

Σ

Y

)

{

N

Σ

X

2

– (

Σ

X

)

2

} {

N

Σ

Y

2

(

Σ

Y

)

2

}

Keterangan :

rgg : Skor-skor belahan ganjil genap

N : Banyaknya subjek

X : Skor belahan gasal

Y : Skor belahan ganjil

XY : Hasil perkalian antara nilai X dan Y

c. Perhitungan koefisien reliabilitas rumus Spearmen-Brown (Garret,

1967:339):

r

tt = 2 x rgg

1+ rgg

(51)

r

tt : koefisien reliabilitas alat ukur

r

gg: Koefisien korelasi item-item gasal dan genap

2. Menghitung koefisien validitas dengan rumus (Garret, 1967:349):

r

t∞=

r

tt

Keterangan :

r

t∞: Koefisien validitas alat ukur

r

tt

:

Koefisien reliabilitas alat ukur

3. Mean atau rata-rata hitung digunakan intuk mengetahui nilai rata-rata yang

diperoleh setiap kelompok subjek. Menurut Donald Ary dkk, mean adalah

jumlah semua nilai dalam suatu sebaran dibagi dengan jumlah kasus

(Furchan, 2005:158). Rumus mencari mean adalah sebagai berikut:

Keterangan :

M : Rata-rata hitung skor-skor anak

Skor : Jumlah skor-skor anak

N : Jumlah anak

Skor> M termasuk kategori tinggi dan skor < M termasuk kategori rendah.

(52)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tentang

Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro.

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini dikemukakan jawaban atas permasalahan dalam penelitian

yang telah dilakukan. Masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana

tingkat kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro? (2)

Usulan program layanan apa yang perlu diberikan di Panti Asuhan Brayat

Pinuji Boro?

Tingkat kedisiplinan para anak asuh digolongkan dalam dua kategori yaitu

kategori rendah (R) dan kategori tinggi (T). Anak asuh yang tingkat

kedisiplinannya termasuk kategori rendah (R) adalah anak asuh yang

memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kedisiplinan di bawah Mean

(skor < M). Sedangkan anak asuh yang tingkat kedisiplinannya termasuk

kategori tinggi (T) adalah anak asuh yang memperoleh skor keseluruhan

kuesioner tingkat kedisiplinan sama atau di atas Mean (skor ≥ M).

Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan

(53)

1. Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji

Boro Pada Tiap Aspek Kedisiplinan

Tabel 6

Tingkat Kedisiplinan

Para Anak Asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro

Aspek Kedisiplinan Kategori Tinggi Persentase Kategori Rendah Persentase

1. Hubungan antar pribadi 23 orang 51% 22 orang 49%

2. Perawatan dan Kesehatan 26 orang 58% 19 orang 42%

3. Fasilitas Hunian dan

kelengkapannya

24 orang 53% 21 orang 47%

4. Kegiatan Harian beserta

Tata Tertibnya

28 orang 62% 17 orang 38%

5. Kegiatan Ko kurikuler dan

Ekstra kurikuler

19 orang 42% 26 orang 58%

6. Kegiatan Rekreatif 29 orang 64% 16 orang 36%

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah anak asuh yang

memiliki tingkat kedisiplinan pada kategori tinggi pada aspek hubungan antar

pribadi ada 23 orang (51%), sedangkan jumlah anak asuh yang memiliki tingkat

kedisiplinan dalam kategori rendah ada 22 orang (49%).

Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada

(54)

yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada aspek ini ada 19

orang (42%).

Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada

aspek fasilitas hunian dan kelengkapannya ada 24 orang (53%), sedangkan jumlah

anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada aspek

ini ada 21 orang (47%).

Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tingi pada

aspek kegiatan harian beserta tata tertibnya ada 28 orang (62%), sedangkan

jumlah anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah ada

17 orang (38%).

Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada

aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler ada 19 orang (42%), sedangkan

jumlah anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada

aspek ini ada 26 orang (58%).

Anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori tinggi pada

aspek kegiatan rekreatif ada 29 orang (64%), sedangkan jumlah anak asuh yang

memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah pada aspek ini ada 16 orang

(55)

2. Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh Di Panti Asuhan Brayat Pinuji

Boro Secara Keseluruhan

Tabel 7

Jumlah Anak Asuh dan Tingkat Kedisiplinan

Tingkat Kedisiplinan Jumlah Anak

Prosentase

(%)

Tinggi 26 58%

Rendah 19 42%

Total ( N ) 45 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan (dalam seluruh aspek) jumlah anak asuh yang memiliki tingkat

kedisiplinan pada kategori tinggi (26 orang = 58%) lebih banyak daripada

jumlah anak asuh yang memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah

(19 orang = 42%).

B. Pembahasan

Jumlah anak asuh secara keseluruhan yang memiliki tingkat kedisiplinan

dalam kategori tinggi ada 26 orang (58%), sedangkan jumlah anak asuh yang

memiliki tingkat kedisiplinan dalam kategori rendah ada 19 orang (42%).

Anak asuh yang tingkat kedisiplinannya tinggi adalah anak-anak yang

mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan Panti Asuhan. Mereka

(56)

sehari-hari. Sebaliknya anak asuh yang tingkat kedisiplinannya rendah adalah

anak-anak yang mengalami kesulitan dalam proses pengembangan dirinya

termasuk berinteraksi dengan orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anak asuh yang tingkat

kedisiplinannya dalam kategori tinggi lebih besar daripada jumlah anak asuh

yang tingkat kedisiplinannya dalam kategori rendah. Hal ini mungkin

disebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak asuh yang berbeda antara

satu anak dan yang lainnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak asuh di

Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro rata-rata berada dalam tahap remaja awal,

sekitar usia 11-16 tahun yang dalam hal ini mereka berada dalam masa

peralihan sehingga banyak diantara anak-anak yang berperilaku tidak disiplin,

baik disiplin dalam kegiatan hubungan antar pribadi, perawatan dan kesehatan,

fasilitas hunian dan kelengkapannya , kegiatan harian beserta tata tertibnya,

kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler maupun kegiatan rekreatif.

. Kedisiplinan menjadi pendorong bagaimana seorang individu memenuhi

tanggung jawabnya. Berdasar data pada tiap aspek masih banyak anak berada

pada kategori rendah. Akar masalah dari semua itu adalah kurangnya

kesadaran diri.

Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro menerapkan sistem pengasuhan dengan

metode pengorangtuaan kembali. Dalam hal ini pengasuh berperan langsung

sebagai pengganti orangtua anak-anak yang ada di Panti. Kelebihan sistem

pengorangtuaan kembali ini pengasuh berperan seperti orangtua anak asuh itu

(57)

kedisiplinan anak. Barangkali sistem seperti inilah yang menyebabkan

sebagian besar anak asuh (58 %) memiliki tingkat kedisiplinan tinggi. Namun

tetap saja ada banyak anak asuh yang belum mampu bertindak disiplin

sehingga masih banyak anak asuh (42%) yang tingkat kedisiplinannya masih

rendah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh penilaian (persepsi) anak asuh yang

bersifat subyektif terhadap pentingnya kedisiplinan dan mungkin juga

disebabkan oleh latar belakang kehidupan keluarga anak asuh sebelum masuk

Panti. Di samping itu mengapa banyak anak asuh yang tingkat kedisiplinannya

masih rendah mungkin disebabkan karena mereka belum menggunakan secara

maksimal semua fasilitas dan kesempatan kegiatan pengasuhan yang

disediakan oleh pengasuh. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa para

anak asuh memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih baik selama tinggal dalam

lingkungan Panti Asuhan sebagai satu keluarga dibandingkan dengan sebelum

(58)

43

BAB V

USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN YANG SESUAI

Usulan program layanan bimbingan yang perlu diberikan untuk para anak asuh

di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan adalah bimbingan belajar/ akademik. Bimbingan belajar sangat

diperlukan untuk anak asuh karena berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, tingkat kedisiplinan pada aspek kegiatan kokurikuler dan ekstra

kurikuler anak asuh dalam kategori rendah ada 26 orang (58 %).

Kegiatan bimbingan belajar/ akademik dapat dilakukan dengan pendampingan

belajar lebih intensif oleh pengasuh dan akan lebih baik lagi apabila pengasuh

menambah staf khusus yang membantu pengasuh dalam pendampingan belajar

dan fasilitas penunjang belajar, seperti: buku-buku penunjang, ruang belajar yang

kondusif untuk belajar dan pemberian jam tambahan pelajaran. Pengawasan dan

pengontrolan anak asuh di sekolah dapat bekerja sama dengan pihak sekolah

masing-masing anak asuh sehingga apabila ada anak asuh yang memiliki

permasalahan di sekolah dapat segera diketahui dan ditangani dengan tepat.

Peningkatan budaya membaca sangat penting dalam mengembangkan

pengetahuan anak asuh dan tentu saja hal ini diharapkan mampu meningkatkan

kualitas pendidikan anak asuh, karena dengan gemar membaca maka pengetahuan

yang diperoleh anak semakin luas. Pengasuh perlu selektif dalam memilih

buku-buku/ sumber bacaan yang sesuai untuk para anak asuh. Pendampingan dan

(59)

berkesinambungan dan dilaksanakan sungguh-sungguh agar kedisiplinan anak

asuh berjalan dengan baik sehingga dapat berkembang secara optimal.

Usulan program ini terbuka untuk penyempurnaan dan perubahan sesuai

dengan situasi dan kondisi lapangan. Diharapkan usulan program ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kedisiplinan akan

pendidikan para anak asuh di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Usulan program

(60)
(61)
(62)

47

BAB VI

PENUTUP

Bab VI dalam penelitian ini memuat tentang ringkasan, kesimpulan dan

saran-saran.

A. Ringkasan

Topik penelitian ini adalah tingkat kedisiplinan para anak asuh

penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro dan usulan program layanan

bimbingan yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kedisiplinan para anak asuh penghuni Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro

dan selanjutnya dapat memberikan usulan program layanan bimbingan

yang sesuai.

Populasi penelitian adalah seluruh anak asuh di Panti Asuhan

Brayat Pinuji pada tahun 2010. Jumlah anak asuh sebanyak 80 orang.

Penelitian akan difokuskan pada anak asuh kelas 4 SD - VIII SMP yang

tinggal di dalam panti sebanyak 45 orang.

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 23 Februari

2010. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

tingkat kedisiplinan para anak asuh. Kuesioner disusun berdasarkan

segi-segi kehidupan yang ada di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro. Aspek-aspek

tersebut antara lain meliputi hubungan antar pribadi, perawatan dan

kesehatan, fasilitas hunian dan kelengkapannya, kegiatan harian beserta

tata tertibnya, kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler, dan kegiatan

(63)

Hasil penelitian tingkat kedisiplinan para anak asuh di Panti Asuhan

Brayat Pinuji Boro secara keseluruhan adalah jumlah anak asuh yang

tingkat kedisiplinannya dalam kategori tinggi ada 26 orang (58%) dan

jumlah anak asuh yang tingkat kedisiplinannya dalam kategori rendah ada

19 orang (42%).

B. Kesimpulan

Hasil penelitian ditinjau per-aspek kedisiplinan para anak asuh,

kedisiplinan pada aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler perlu

mendapatkan perhatian lebih. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil

penelitian yang menyatakan bahwa jumlah anak asuh yang memiliki

tingkat kedisiplinan pada aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler

dalam kategori tinggi ada 19 orang (42%) dan jumlah anak asuh yang

memiliki tingkat kedisiplinan pada aspek kegiatan ko kurikuler dan ekstra

kurikuler dalam kategori rendah ada 26 orang (58%).

Anak asuh yang tingkat kedisiplinannya tinggi adalah anak-anak yang

mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan Panti Asuhan.

Mereka mampu mengendalikan diri di lingkungan maupun dalam

kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya anak asuh yang tingkat

kedisiplinannya rendah adalah anak-anak yang mengalami kesulitan dalam

proses pengembangan dirinya termasuk berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, maka diusulkan program layanan

(64)

C. Saran

Tingkat kedisiplinan anak asuh berbeda antara satu anak dengan anak yang

lainnya. Masing-masing anak memiliki penilaian (persepsi) sendiri mengenai

kedisiplinannya di Panti Asuhan karena setiap anak memiliki pengalaman

yang subyektif.

Panti Asuhan merupakan rumah sekaligus keluarga bagi anak asuh.

Pengasuh diharapkan mampu berperan sebagai pengganti orang tua bagi anak

asuh. Pengasuh bertanggung jawab untuk mendisiplinkan anak asuh dalam

kegiatan hubungan antar pribadi, perawatan dan kesehatan, fasilitas hunian dan

kelengkapannya , kegiatan harian beserta tata tertibnya, kegiatan ko kurikuler

dan ekstra kurikuler maupun kegiatan rekreatif. Contohnya: memberikan kasih

sayang, menghargai dan bersikap adil terhadap masing-masing pribadi anak

asuhnya, menumbuhkan

Gambar

Tabel 1. Aspek Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Para Anak Asuh di Panti
Tabel 3. Hasil Penghitungan SPSS
Tabel 4. Komposisi Item-Item yang Valid
Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Alat Tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan suatu jenis komputer yang bisa digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif (sangat banyak jumlahnya). Komputer Hibrid

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang mewakili Pemegang Saham untuk melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan

rasa n sa nye yeri p ri pad ada pa a pasi sien p en per erla laha han mu n mula lai me i meng nghi hila lang ng'' Oedema pada bagian depan siku /uga sudah menghilang' #ekuatan

Berdasarkan hasil analisis pengamatan pada lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I belum mencapai

Pertumbuhan ikan lele dumbo yang diperoleh pada perlakuan pemberian tepung daun jaloh dalam penelitian ini tergolong rendah berbanding dengan ikan nila dengan

antara lain pengkaryaan gedung serba guna untuk umum, pasar desa, pengelolaan lembaga keuangan desa (Bank Desa), pengelolaan lapangan olah raga untuk umum, Hippam,

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor pupuk NPK DGW Compaction dengan faktor POC Ratu Biogen berpengaruh nyata sampai berbeda sangat nyata

Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungann dengan penggunaan harta gerak, bersumber dari Indonesia jika royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan