• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 MUHAMMAD NULIYANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 MUHAMMAD NULIYANA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SARUNG TANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA PETUGAS PENGANGKUT

SAMPAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

MUHAMMAD NULIYANA

YULDAN FATURAHMAN SRI MAYWATI

Mahasiswa Fakultas Ilmu Peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja

Universitas Siliwangi (m.yana_rachmat@yahoo.com ) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Keselamatan Kerja

ABSTRAK

Pekerjaan yang sering kontak langsung dengan sampah terutama pekerja bagian pengangkutan sampah sangat rentang untuk beresiko terhadap kejadian penyakit kulit. Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan. Pekerja pengangkutan sampah Di Kota Tasikmalaya dalam bekerja tidak menggunakan sarung tangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemakaian alat pelindung diri sarung tangan dengan kejadian penyakit kulit pada petugas pengangkutan sampah Kota Tasikmalaya.Penelitian ini termasuk jenis penelitian pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian case control. Sampel penelitian sebanyak 48 orang. Data analisis secara deskriftif dan analitik. memperlihatkan bahwa kecenderungan pada kelompok kasus sebanyak 24 responden (100%) tidak pakai APD sarung tangan, sedangkan pada kelompok kontrol dengan responden yang tidak pakai APD sarung tangan sebanyak 16 (66.7%) responden, dan responden yang pakai APD sarung tangan sebanyak 8 (33.3%) responden. Pada tabel di atas terdapat cell yang kosong maka tidak bisa dilakukan analisis karena tidak memenuhi syarat untuk analisis uji Chi- square.Pekerja harus menggunakan alat pelindung diri agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit dan tidak memperburuk kondisi kesehatan pekerja.

Kata Kunci : APD sarung tangan, penyakit kulit, sampah pengangkutan Kepustakaan : (1989 – 2012)

(2)

RELATIONSHIP BETWEEN THE OCCURRENCE OF USE GLOVES WITH SKIN DISEASE IN TRASH CITY OFFICIAL CARRIER

TASIKMALAYA 2015

MUHAMMAD NULIYANA

YULDAN FATURAHMAN SRI MAYWATI

Mahasiswa Fakultas Ilmu Peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja

Universitas Siliwangi (m.yana_rachmat@yahoo.com ) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Keselamatan Kerja

ABSTRACT

The work is often in direct contact with garbage, especially workers very vulnerable part of transporting waste to risk on the incidence of skin diseases. Gloves are personal protective equipment most widely used. Workers transporting waste in Tasikmalaya in the works do not use gloves. This study aims to determine the use of personal protective equipment gloves with the incidence of skin disease on waste transport officer Tasikmalaya. This research includes the study of quantitative approaches to the design of case-control study. The study sample as many as 48 people. Data analysis is descriptive and analytic. shows that the trend in the case group were 24 respondents (100%) did not wear PPE gloves, whereas in the control group of respondents who do not wear gloves APD 16 (66.7%) respondents, and respondents who wear PPE gloves as much as 8 (33.3 %) of respondents. In the above table are empty cell it can not be analyzed because it does not qualify for the analysis of the Chi-square test. Workers must use personal protective equipment in order to reduce the risk of skin diseases and do not worsen the condition of the health of workers.

Keywords: PPE gloves, skin diseases, garbage hauling Bibliography: (1989 - 2012)

(3)

PENDAHULUAN

Hidupsehatadalahkebutuhanyang sangatpokokdanmendasarbagimanusia, namunmasihbanyakfaktoryang menimbulkanberbagaigangguankesehatandan kurangmaksimalnyakinerjapembangunankesehatan (Suyono danBudiman,2010).SehatmenurutUndang-UndangNo.36tahun

2009adalahbagianpenting dalam hidup manusia yang sangat didambakan.“Setiap orang berhak atas kesehatan”.Sementara definisisehatmenurutWHO adalahkeadaansehatjasmani, rohani(mental)dansosialyang bukanhanyabebasdaripenyakit,cacatdan kelemahan.

Menurut Blum(1974)terwujudnyaderajatkesehatandalammasyarakat dipengaruhi olehbeberapafaktor.Faktor-faktor dimaksudantaralain : faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Diantarafaktor-faktortersebut,faktorlingkunganmerupakanfaktor paling besar memegangperanan dalam statuskesehatan masyarakat(Hartono, 2010).Salahsatucontohfaktorlingkunganyang berpengaruhadalahsampah. Manusiamelakukanberbagaiaktifitasuntuk memenuhikesejahteraanhidupnya dengan memproduksimakananminuman danbarang lain dari sumberdayaalam. Aktivitastersebutjugamenghasilkanbahanbuanganyang disebutdengansampah (Chandra, 2007).

Menurut WHO, sampahyaitu sesuatuyang tidak digunakan,tidak terpakai, tidakdisenangi,atausesuatuyang dibuangyangberasaldarikegiatan manusiadan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengelolaansampahyang kurang baik dapat memberikanpengaruhnegatifterhadap kesehatan salahsatunyaadalah gangguan penyakitkulit (Mukono, 2006).

Salah satuorangyangberesikoterkenagangguankulitadalahpetugas pengangkut sampah. Hal inidisebabkan karena kurang memperhatikan higiene pribadiyangmeliputikebersihankulit,kebersihanrambut,kebersihankulitkepala dankebersihankuku,selainitupenggunaanalatpelindung diriyang meliputisepatu, masker, pakaiankerja jugadapatmenyebabkanterjadinya penyakitkulitkhususnya padapekerjapengangkutsampah (Candra, 2007).

Penyakitkuliterathubungannya denganlingkungansekitarnya maupun pekerjaanyang sedangditekuni,selainitukebersihandirijugamerupakanfaktor pencetuskarenalingkunganyangburukdan yangkurangbaikdapatberpengaruh terutamapadapekerjapengangkutsampahyang setiapharinyaberhubunganlangsung dengan sampah karenamelaksanakan tugas sebagai pengangkut sampah.

Higiene pribadi adalah kebersihan yang lebih mengacu pada kebersihan diri sendiri, dan merupakan bagian yang harus diperhatikan oleh siapapun khususnya pekerja pengangkut sampah. Untuk menunjang kesehatan dan keselamatan kerja para petugas perlu disediakan fasilitas seperti alat pelindung diri bagi para pekerja pekerja pengangkut sampah. Selain higiene pribadi penggunaan alat pelindung diri perlu diperhatikan oleh pekerja pengangkut sampah dan bidang yang terkait untuk mencegah gangguan kesehatan pada pengangkut sampah.

MenurutBudiono (2003), alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib dikenakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan dan

(4)

kesehatan pekerja. Salah satu orang yang berisiko terkena gangguan kulit adalah petugas pengelola sampah.Semakin sering dan lamanya kontak dengan sampah dan jika tidak memperhatikan kebersihan perorangan yang baik dan penggunaan alat pelindung diri maka berisiko terkena penyakit kulit.Petugas pengelola sampah harus menggunakan alat pelindung diri seperti menggunakan pakaian khusus kerja, menggunakan sepatu kerja ketika bekerja, menggunakan sarung tangan agar dapat melindungi dirinya dari penyakit kulit.

Menurut hasil penelitian Khairrunnas pada tahun 2004, 67,1% personal hygiene dari pekerja pengangkut sampah tidak memenuhi syarat dan 60% pekerja pengangkut sampah menderita dermatitis di kota Semarang. TPA cianger Kecamatan Tamansari Kabupaten Tamansari berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis diketahui bahwa jumlah petugas pengelola sampah sebanyak 125 orang dan ketika bekerja petugas pengelola sampah di TPA cianger kurang menjaga kebersihan dirinya antara lain jarang dan bahkan tidak menggunakan sarung tangan pada saat bekerja. Oleh karena itu petugas pengelola sampah sangat berisiko terkena penyakit salah satunya adalah penyakit kulit.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara penggunaan sarung tangan dengan kejadian penyakit kulit ditangan pada petugas pengangkutan sampah kota tasikmalaya.

METODE

Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian case control. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pengangkut sampah Kota Tasikmalaya sebanyak 125 orang, diperoleh jumlah total sampel sebanyak 48 orang responden dengan jumlah sampel kasus sebanyak 24 responden dan 24 responden kontrol.

Populasi data dilakukan dengan berbagai tahap meliputi editing, coding, tabulating. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan program komputer HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Penelitian 1. Umur Responden

Untuk melihat kriteria berdasarkan umur, maka peneliti akan memaparkan perhitungan statistik yang meliputi mean, minimum dan maximum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

(5)

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Petugas Pengangkut Sampah Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Statistik Nilai Mean 29.50 Median 28.50 Standar Deviasi 6.91 Minimum 19 Maximum 46

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa umur responden yaitu 19 tahun, dan umur maxsimum yaitu tahun, dengan rata-rata umur 29.50 dengan kisaran antara 19-46.

2. Pendidikan Responden

Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang sampai mendapatkan ijasah. Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Petugas Pengangkut Sampah Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Pendidikan Jumlah %

SD 35 72.9

SMP 11 22.9

SMA 2 4.2

Jumlah 48 100.0

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebanyak 35 responden (72.9%) berpendidikan SD, sebanyak 11 responden (22.9%) berpendidikan SMP, sebanyak 2 responden (2%) berpendidikan SMA.

3. Masa kerja

Masa kerja adalah lamanya bekerja dalam hitungan sejak pertama kali menjadi petugas pengangkut sampah sampai saat penelitian dilakukan. Distribusi responden berdasarka masa kerja dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Petugas Pengangkut Sampah Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Statistik Nilai Mean 7.00 Median 7.00 SD 3.62 Minimum 1 Maximum 13

(6)

berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rata-rata masa kerja responden adalah 7.00 tahun, median 7.00 tahun dan standar deviasi 7.6 tahun dengan masa kerja paling sebentar 1 tahun dan yang lama 13 tahun.

4. Kebersihan Perorangan

Kebersihan perorangan pada penelitian ini meliputi kebiasaan mencuci tangan.Variabel ini dikategorikan menjadi responden yang memiliki kebersihan perorangan yang kurang dan responden yang memiliki kebersihan yang baik.Pekerja dikatakan memiliki kebersihan perorangan yang baik bila memiliki skor > 6 dan kebersihan perorangan yang tidak baik jika memiliki skor ≤ 6. Distribusi responden berdasarkan kebersihan perorangan dapat dilihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebersihan Perorangan Petugas Pengangkut Sampah Kota Tasikmalaya Tahun

2015

Kebersihan perorangan Jumlah %

Kurang baik 19 39.6

Baik 29 60.4

Total 48 100.0

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebanyak 19 responden (39.6%) yang memiliki kebersihan perorangan yang kurang baik dan 29 responden (60.4%) yang memiliki kebersihan perorangan baik.

5. Penggunaan sarung Tangan

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Sarung Tangan Dengan Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkutan Sampah Di Wilayah Kota

Tasikamalaya 2015 Penggunaan Sarung Tangan Jumlah % Pakai 6 12.5 Tidak pakai 42 87.5 Total 48 100.0

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 6 responden (12.5%) yang patuh dalam penggunaan sarung tangan, sebanyak 42 responden (87.5%) yang tidak patuh dalam penggunakan sarung tangan.

(7)

6. Kejadian Penyakit Kulit

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Penyakit Kulit Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Kejadian penyakit kulit Jumlah %

Terjadi / Ya 24 50.0

Tidak Terjadi 24 50.0

Total 48 100.0

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden yang terjadi kejadian penyakit kulit dan yang tidak terjadi penyakit kulit memiliki jumlah frekuensi yang sama yaitu 24 responden (50%).

B. AnalisisBivariat

1. Hubungan Penggunaan Sarung Tangan dengan Kejadian Penyakit Kulit Tabel 7

Tabel Distribusi Silang Antara Penggunaan Sarung Tangan Dengan Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkutan

Sampah Di Wilayah Kota Tasikmalaya 2015 Penggunaan APD

Sarung Tangan

Kejadian Penyakit Kulit (Kasus) (Kontrol) Total N % n % Tidak Pakai 24 100 16 66.7 40 Pakai 0 0 8 33.3 8 Jumlah 24 100 24 100 48 Berdasarkan tabel 7 memperlihatkan bahwa kecenderungan pada kelompok kasus sebanyak 24 responden (100%) tidak pakai APD sarung tangan, sedangkan pada kelompok kontrol dengan responden yang tidak pakai APD sarung tangan sebanyak 16 (66.7%) responden, dan responden yang pakai APD sarung tangan sebanyak 8 (33.3%) responden. Pada tabel penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pada salah satu cell tabel kosong sehingga tidak dapat memenuhi menggunakan salah satu syarat uji chi- square.

(8)

PENUTUP SIMPULAN

1. Pekerja pengangkut sampah yang patuh dalam menggunakan APD sarung tangan sebanyak 6 responden (12.5%), sedangkan sebanyak 42 responden (87.5%) yang tidak patuh dalam penggunakan APD sarung tangan.

2. Kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkutan sampah di Kota Tasikmalaya memperlihatkan bahwa kelompok kasus sebanyak 24 orang (57.1%) tidak pakai APD, sedangkan pada kelompok kontrol dengan responden yang pakai APD sebanyak 6 orang (100%), dan pada responden yang tidak pakai APD sebanyak 18 orang atau sekitar 42.9%.

SARAN

1. Bagi Dinas Pertamanan

a. Diharapkan kepada dinas pertamanan dapat memberikan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kondisi pekerja, khususnya berupa sarung tangan.

b. Dinas memberitahukan kepada pekerja mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai elemen penting agar supaya terhindar dari penyakit, khususnya penyakit kulit dan menjaga kebersihan perseorangan.

c. Dinas menerapkan sistem pengawasan terhadap pekerja agar pekerja tetap dalam keadaan aman dan nyaman.

2. Bagi Pekerja

a. Pekerja harus memperhatikan higiene pribadi (kebersihan diri).

b. Pekerja harus memiliki kesadaran untuk cepat tanggap apabila dalam kondisi sakit, segeralah berobat ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya agar senantiasa dalam kondisi sehat.

c. Pekerja harus menggunakan alat pelindung diri agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit dan tidak memperburuk kondisi kesehatan pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono Sugeng, A.M., dkk, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja, Semarang.

Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Harahap, M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan Pertama, Penerbit Hipokrates, Jakarta.

Khairunnas, 2004.Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis pada Pekerja Pengangkut Sampah di Pasar Tradisional Johar Kota Semarang.Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Dipenegoro, Semarang.

(9)

Odom, R.B. James, W.D. Berger, T.G. 2000. Editor, Andrew’s Diseases of The Skin, Clinical Dermatology. Edisi 9.WB Saunders Co. Philadelphia.

Rofiq, A. 2007.Diagnosis Penyakit Kulit Akibat Kerja.dalam: Buku pedoman Dan Modul Workshop Penyakit Kulit Akibat Kerja. Hakim, L. Rofiq A. Basuki, S. Pertemuan Ilmiah Tahunan IX PERDOSKI. Surabaya.

Siregar, R.S. 2002. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta..

Suhariyanto, B. Prasetyo, R. 2007. Penyakit Kulit Akibat Kerja. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 19: 130-133.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada audit kepatuhan keamanan informasi untuk memberikan rekomendasi kebijakan dan

Dengan adanya beberapa teori dari keperawatan keluarga dapat memudahkan kita untuk mengkaji satu persatu masalah yang ada pada keluarga, sehingga dengan mudah kita berikan

The system requirements in both accuracy and stability can be resolved from the sensitive equations , as well as the calibration parameters that conclude the

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Moreover, it can be seen from the perspective of Illocutionary Force Indicating Devices (IFIDs) that the speech acts as presented above can be treated as commissive speech

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham pada periode sebelum dengan saat dan saat dengan sesudah pengumuman

Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti, apakah kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang akan

Implementasi pada diagnosa kedua yaitu Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga karena dengan mengkaji tingkat pengetahuan dapat membantu dalam menetapkan