• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi

Sanitasi menurut WHO, ialah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.

Pengertian Sanitasi yang dikemukakan oleh Elher dan Stell adalah usaha – usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor – faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit (Elher, 2003).

Sedangkan pendapat lain Sanitasi merupakan usaha – usaha pengawasan yang ada dalam lingkungan fisik yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial (Kusnoputranto, 1996).

Menurut Azwar (2006), sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan tempat-tempat umum diartikan sebagai suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus, baik secara membayar, maupun tidak.

2.1.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Sanitasi tempat-tempat umum merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang

(2)

merugikan kesehatan. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum perlu dilakukan dengan tujuan untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala dan untuk membina serta meningkatkan peran aktif serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat (Chandra, 2007).

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007).

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah waktu dan kunjungannya tinggi. Tempat atau sarana layanan umum antara lain hotel, kolam renang, pasar, salon, panti pijat, tempat wisata, terminal, tempat ibadah, bangunan pendidikan, dan lain-lain (Chandra, 2007).

Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, untuk itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis (Abdullah, 2012).

Sasaran sanitasi tempat-tempat umum menurut Kepmenkes No. 288 tahun 2003 yaitu:

(3)

a. Lingkungan Pemukiman antara lain perumahan, asrama, pondok pesantren, condominium / apartemen, rumah susun dan sejenisnya.

b. Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat rekreasi, kolam renang, terminal, Bandar udara, pelabuhan laut, pusat perbelanjaan dan usaha-usaha yang sejenis.

c. Lingkungan kerja antara lain kawasan perkantoran, kawasan industri, atau yang sejenisnya.

d. Angkutan umum antara lain bus umum, pesawat udara komersial, kapal penumpang, kapal ferry penumpang, kereta api dan sejenis.

e. Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi, lembaga permasyarakatan, sekolah dan sejenis.

f. Sarana Pelayanan Umum antara lain samsat, bank, kantor pos dan tempat ibadah yang sejenis.

g. Sarana Kesehatan antara lain rumah sakit, puskesmas, laboratorium, pabrik obat, apotik dan yang sejenis.

2.2 Sekolah Dasar

2.2.1 Pengertian Sekolah Dasar

Menurut Kemendikbud (2012), sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar adalah proses pendidikan yang diberikan kepada anak didik yang mendasari setiap pendidikan selanjutnya. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa dan warga sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan

(4)

di lingkungan sekolah. Oleh karenanya lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan sehat sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar.

2.2.2 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Menurut Permendiknas no. 24 tahun 2007 sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. Ruang kelas, 2. Ruang perpustakaan, 3. Laboratorium IPA, 4. Ruang pimpinan, 5. Ruang guru, 6. Tempat beribadah, 7. Ruang UKS, 8. Jamban, 9. Gudang, 10. Ruang sirkulasi, 11. Tempat bermain/berolahraga. 2.3 Toilet 2.3.1 Pengertian Toilet

Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka (Kemenbudpar, 2004).

2.3.1.1 Peruntukan dan Kegunaan Toilet.

Peruntukan dan kegunaan toilet berdasarkan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata:

(5)

1. Peruntukan

Tempat untuk membuang hajat dan membersihkan badan. 2. Kegunaan

a. Utama : Ruang untuk buang ait besar dan air kecil.

b. Pendukung : Ruang penjaga toilet dan penyimpanan alat-alat untuk membersihkan toilet.

c. Lain-lain : Ruang untuk cuci tangan dan muka, mengganti pembalut wanita, mengganti popok bayi dan merapikan diri (rias, pakaian).

2.3.1.2 Kelengkapan Ruang

1. Ruang untuk buang air besar (WC) : a. Kloset duduk atau jongkok.

b. Air dan perlengkapannya. c. Tempat sampah.

d. Tempat sampah kuhus pembalut. 2. Ruang untuk buang air kecil : a. Urinal.

b. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll). 3. Ruang cuci tangan dan cuci muka (wasatafel).

a. Wasatafel. b. Cermin

c. Air dan Perlengkapannya (Tempat air, kran, dll) d. Ruang penjaga dan pelayanan kebersihan (janitor). e. Penggantung alat pembersih

(6)

f. Lemari/ rak simpan. g. Bak Pencuci

h. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll). 2.3.2 Standar Minimal Hygienis Sanitasi

Apa saja yang harus ada di toilet umum dan bagaimana memeliharanya, berikut ini standar minimal yang ditetapkan oleh Asosiasi Toilet Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yaitu:

2.3.2.1 Ventilasi dan Sirkulasi

Toilet umum harus memiliki sistem ventilasi yang baik agar tempat tersebut tidak menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembanganya bakteri dan jamur. Apabila posisi ruangan tidak memungkinkan untuk dibuat bukaan ventilasi maka harus ada alternatif membuang udara dari dalam dengan exhaust fan. Sebagai tambahan, sebaiknya disediakan alat pengering lantai di bawah wastafel untuk memaksimalkan usaha menjaga lantai tetap kering setiap saat.

2.3.2.2 Tempat Sampah

Tempat sampah diletakkan di dekat tempat cuci tangan. Bahannya terbuat dari bahan kedap air dan mudah dibersihkan. Tempat sampah itu bertutup yang mudah dibuka dan tidak mengotori tangan. Tempat sampah sering dibersihkan agar tidak menjadi sarang/tempat berkembangbiaknya serangga atau binatang penular penyakit (vector). Sebaiknya ada tempat sampah khusus untuk pembalut.

2.3.2.3 Penyediaan Air

Air bersih harus tersedia dengan cukup baik untuk menyiram kotoran maupun mencuci/membersihkan bagian tubuh.

(7)

2.3.2.4 Pencahayaan

Sistem pencahayaan bisa menggunakan pencahayaan alami atau buatan. Pencahayaan yang baik akan menghemat energi dan meningkatkan penampilan positif toilet. Pencahayaan alami harus dimaksimalkan karena dapat membantu menciptakan suasana yng lebih lembut dan ramah.

2.3.2.5 Pembuangan Limbah Cair dan Tinja

Limbah cair dan tinja toilet harus dibuang di septic tank secara komunal yang dilengkapi dengan bk resapan. Limbah dan tinja tidak boleh dibuang atau dialirkan ke sungai, danau, atau tempat terbuka lainnya.

2.3.3 Pengelolaan Toilet

Pengelolaan toilet berdasarkan standar toilet umum Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut:

Pengelolaan toilet berdasarkan standar toilet umum indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut: 2.3.3.1 Kebersihan Toilet

1. Standar Minimal

a. Toilet harus selalu dalam keadaan kering dan bersih.

b. Tersedia bahan pembersih seperti : air dan atau kertas toilet. c. Tersedia tempat sampah tertutup.

d. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. e. Lantai mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air.

f. Tidak menjadi perindukan serangga. g. Dinding bersih berwarna terang.

(8)

h. Permukaan dinding yang terkena air terbuat dari bahan kedap air yang terbuat dari keramik dengan ketinggian minimal 160 cm.

i. Langit-langit bersih dan terang dengan tinggi minimal 220 cm.

j. Dapat dilengkapi dengan tanaman hias/ gerbera yang dapat menghisap racun atau bau dalam ruangan, seperti daun sri rezeki dan jenis bunga potong, misal : daun jagung, pedang-pedangan, daun mertua dan lain-lain.

k. Tersedia petugas khusus untuk menjaga kebersihan toilet. l. Tersedia peralatan dan bahan pembersih yang memadai. m. Penampungan sampah dilakukan minimal setipa hari.

2. Tersedia petunjuk/ himbauan operasional peralatan/ fasilitas toilet umum, seperti : a. Buang sampah pada tempatnya.

b. Matikan Kran setelah digunakan.

c. Bersihkan toilet kembali,karena akan dipakai orang lain. d. Gunakan kloset sesuai dengan fungsinya.

e. Dilarang merokok. 3. Rekomendasi :

a. Tersedia sabun cair pembersih b. Tersedia pengering tangan c. Suhu ruangan normal (20-27)oC.

d. Kelembaban (40-50)%. 2.3.3.2 Sistem Pemakaian Air

a. Air bersih untuk cuci tangan dan pembersih perturasan dengan sistem tap (tekan).

(9)

b. air pengelontor diguanakan agar jumlah air pengelontor yang keluar setengah atau penuh sesuai kebutuhan.

c. kloset jongkok menggunakan air sebagai pembersih dan air sebagai pengelontor, kloset duduk menggunakan kertas tissue sebagai pembersih dan air sebagai pengelontor.

d. perturasan menggunakan air sebagai pembersih, di setiap perturasan sisediakan kran air.

2.3.3.3 Sistem Limbah Standar minimal :

1. Limbah cair dan tinja dari toilet tidak mencemari air tanah, tanah dan air permukaan.

2. Limbah cair dan tinja yang telah diolah melalui tangki septic dan saluran/ sumur resapan dapat dibuang langsung ke saluran umum atau dimanfaatkan kembali untuk air penggelontoran kloset.

3. Lumpur tinja dari tangki septic harus diolah pada sarana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Lumpur tinja yang belum diolah pada sarana IPLT tidak dibuang langsung ke tanah atau pad air permukaan, tapi lokalisasikan dalam kolam lagoon.

2.3.3.4 Pemeliharaan Toilet

Cara merawat toilet umum adalah dengan melakukan pembersihan secara rutin dan berkala sesuai dengan jumlah pengunjung, perawatan kloset di toilet dilakukan dengan menggunakan larutan pembersih ke dalam lubang kloset dengan menggunakan sikat tangkai. Sebelum mem-flush kloset tersebut, gunakan penutup

(10)

kloset dan flush klose tersebut. Dengan cara ini maka titik-titik air kotor tidak terlontar ke atas sampai dengan 20 cm yang akan terjadi jika mem-flush sebelum menutup kloset (Kemenbudpar, 2004).

2.3.4 Syarat Toilet Sekolah Dasar

Syarat toilet sekolah dasar menurut Permendiknas no. 24 tahun 2007, yaitu : a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.

c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.

d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan. e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

f. Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Sarana Toilet Sekolah Dasar

No. Jenis Rasio Deskripsi

1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa 2 Tempat air 1 buah/ruang Volume air minimum 200 liter.

Berisi air bersih.

3 Gayung 1 buah/ruang

4 Gantungan pakaian 1 buah/ruang 5 Tempat sampah 1 buah/ruang 6 Perlengkapan lain

2.4 Pengertian Nyamuk (Mosquito)

Nyamuk adalah vector mekanis atau vector siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Nyamuk dari genus Psorophora dan

(11)

Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau pada mamalia lain. Nyamuk yang penting ada tiga genus yang menjadi vector penyakit penting di Indonesia, yaitu genus Culex, Anopheles, dan Aedes (Soemirat, 2009). 2.4.1 Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Ae. aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki cirri yang khas yaitu adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi cirri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking).

Dalam siklus hidupnya, Ae. aegypti mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukannya (breeding place) adalah genangan air yang terdapat di salam suatu wadah atau container, bukan genangan air ditanah. Tempat-tempat perindukan yang paling potensial adalah tempat penampungan air (TPA) yang digunakan untuk keperluan sehari-hari : drum, bak mandi, bak WC, gentong/tempayan, ember dan lain-lain. Tempat-tempat perindukan lainnya yang non-TPA adalah vas bunga, pot tanaman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, tempat minuman burung, dan lain-lain, serta tempat penampungan air alamih : lubang pohon, pelepah daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain. Tempat perindukan yang paling disukai

(12)

adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terlindungi dari sinar matahari langsung.

Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Ae. aegypti perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi, bionomic, siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Ae. aegypti dan virus Dengue, transivarial transmission, dan pengendalian vektor (Soegijanto, 2006).

2.4.1.1 Taksonomi dan Morfologi

Nyamuk Ae. aegypti L (Diptea : Culicidae) disebut black-white mosquito karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam. Di Indonesia nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari nyamuk-nyamuk rumah.

Menurut Richard dan Davis, kedudukan nyamuk Ae. aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Bangsa : Diptera Suku : Culicidae Marga : Aedes

Jenis : Aedes aegypti

Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa, sehingga termasuk metamorphosis sempurna (hotometabola).

(13)

a. Telur

Telur nyamuk Ae. aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8 mm, permukaan polygonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu per satu pada benda-benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85 % melekat di dinding TPA, sedangkan 15 % lainnya jatuh ke permukaan air.

b. Jentik/Larva

Jentik atau larva adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk bernapas. Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa lokal sebagai (en)cuk atau uget-uget. Larva nyamuk Ae. aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis), dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen).

(14)

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernapas yang disebut corong pernapasan. Corong pernapasan tanpa duri-duri, berwarna hitam, dan ada seberkas bulu-bulu (tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat (brush) di bagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative, dan waktu istirahat membentuk sudut hamper tegak lurus dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

Selama jentik-jentik yang ada di tempat-tempat perindukan tidak diberantas setiap hari, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas dan penularan akan terulang kembali. Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi atau wilayah dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara Single Larva

Survey ini dilakukan dengan mengambil ratio jentik disetiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut jenis jentiknya.

2. Cara Visual

Survey ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya

Ukuran yang dipakai untuk menghitung kepadatan jentik Aedes sp. Menggunakan rumus sebagai berikut :

(15)

House Index (HI) =

House index (HI) adalah persentase rumah yang positif jentik dari seluruh rumah yang diperiksa.

Container index (CI) adalah persentase container yang positif jentik dari seluruh container yang diperiksa.

Breteau index (BI) adalah jumlah container dengan jentik dari 100 rumah (Depkes RI, 1992).

c. Pupa

Pupa nyamuk Ae. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala-dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila diingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

d. Dewasa

Nyamuk Ae. aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang

(16)

berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, Karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.

Dada nyamuk ini tersusun dari 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Setiap ruas dada ada sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung (mesontum) ada gambaran garis-garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Ae. aegypti berupa sepasang garis lengkung putih (bentuk :lyre) pada tepinya dan sepasang garis submedian tengahnya.

Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Ae. aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapinya (Anies, 2006).

2.4.1.2 Ekologi dan Bionomi

Telur, larva, dan pupa nyamuk Ae. aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air. Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut container atau tempat penampungan air bukan genangan air di tanah.

Survey yang telah dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa tempat perindukan yang paling potensial adalah TPA yang digunakan sehari-hari seperti

(17)

drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, barang bekas, vas bunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya. Nyamuk Ae. aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindung sinar matahari langsung.

Nyamuk Ae. aegypti hidup domestik, lebih menyukai tinggal di dalam rumah daripada di luar rumah. Mereka tidak akan terbang jauh, hanya sekitar 100 meter, kecuali kalau dibawa angin kencang. Apabila sudah menghisap darah, nyamuk akan beristirahat di tempat-tempat yang gelap dan sejuk sampai proses penyerapan darah untuk perkembangan telur selesai.

Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah lebih banyak di siang hari terutama pagi atau sore hari antara pukul 08.00 sampai dengan 12.00 dan 15.00 sampai dengan 17.00 WIB. Kesukaan menghisap darah lebih menyukai darah manusia daripada hewan, menggigit dan menghisap darah beberapa kali pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum menghisap darah beberapa kali pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum kenyang, orang sudah bergerak, nyamuk terbang dan menggigit lagi sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya.

Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae. aegypti juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh

(18)

inang, temperature, kelembapan, karbon dioksida, dan warna. Khan dkk. Untuk jarak lebih jauh, faktor bau memegangi peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-tempat lain yang terlindung.

Nyamuk akan menjadi penular apabila darah yang diisapnya berasal dari oang yang sudah terinfeksi virus dengue. Ketika nyamuk menghisap darah, virus terbawa masuk ke dalam tubuhnya dan mengalami perbanyakan dengan masa inkubasi (pengeraman) 8 – 10 hari. Selama itu, virus berkembang di dalam bagian perut nyamuk lalu menuju kelenjar ludah nyamuk. Nyamuk infektif itu menggigit orang lain pada sikls gonotrofik berikutnya sambil menularkan virus (Anies, 2006).

2.4.1.3 Siklus Hidup

Telur nyamuk Ae. aegypti berwarna hitam, oval, dan diletakkan di dinding wadah air, biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah ini mongering, telur bisa tahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika wadah air itu berisi air lagi dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu akan menetas menjadi jentik. Wadah air seperti bak mandi jangan hanya dikeringkan airnya saja, tetapi di dindingnya pun haus digosok sampai bersih.

Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari dan kemudian berubah menjadi pupa (kepompong). Stadium pupa ini adalah stadium tak makan. Jika terganggu, dia akan bergerak naik turun di dalam wadah air. Dalam waktu lebih kurang dua hari, dari pupa akan muncul nyamuk dewasa. Jadi total siklus hidup bisa diselesaikan dalam waktu 9 – 12 hari.

(19)

Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk mengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk perkembangan telur demi keturunannya (Anies, 2006).

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan sanitasi toilet sekolah dasar serta gambaran ada tidaknya jentik nyamuk pada air bak toilet sekolah dasar tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Sanitasi Toilet Sekolah Dasar :

1. Jumlah / ratio toilet

2. Ventilasi dan pencahayaan 3. Bak air pada toilet

4. Alat mengambil air/gayung 5. Alat dan bahan pembersih 6. Tempat sampah 7. Air bersih 8. Dinding 9. Lantai KEPMENKES No. 1429 tahun 2006 Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jentik Nyamuk Ada Tidak ada Container Index Breteau Index

Gambar

Tabel 1.1. Sarana Toilet Sekolah Dasar
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Sanitasi Toilet Sekolah Dasar :

Referensi

Dokumen terkait

Demikian proposal ini kami buat, berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi lapangan, Demikian proposal ini kami buat, berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi

Nilai TSR masing-masing konfigurasi meningkat sampai pada putaran 10,7 rpm pada wells rotor dan 10 rpm pada turbin kombinasi kemudian menurun dengan

Carver, dkk., (1989), mengemukakan 5 macam PFC: 1) menghadapi masalah secara aktif, yaitu proses menggunakan langkah- langkah aktif untuk mencoba menghilangkan stressor atau

Prosedur pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merupakan alat yang sangat penting untuk memverifikasi saldo akun dalam siklus penggajian dan

Peran camat ini sangat penting dan sangat strategis dalam mendukung terlaksananya otonomi daerah, apalagi saat ini Kecamatan bukan lagi sebagai kepala wilayah Kecamatan

Nilai energi aktivasi dipengaruhi oleh pH dan suhu ; bahwa pada suasana yang semakin asam, diperoleh energi aktivasi yang semakin besar, dan dengan meningkatnya

Analisis yang digunakan adalah analisis spasial pada citra untuk menentukan kelas penggunaan lahan dan menghitung luas perubahan penggunaan lahan, analisis

Yazar, para ile ilgili iddiasına, Vahidettin ile M.Kemal'in 15 Mayıs 1919 günkü veda sahnesı'yle başlıyor, "Enver Behnan Şapolyo olayı şöyle anlatıyor" diyor ve