• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Kegiatan industri diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi, namun dilain pihak aktifitas industri juga dapat menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup dan berdampak negatif bagi masyarakat sekitarnya. Sejak issu lingkungan global muncul dan adanya konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dunia industri juga dituntut untuk berkontribusi dalam pencapaian hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara kegiatan industri dengan ekosistem pendukung di sekitarnya. Dengan demikian, lahirnya konsep kawasan ekologi industri (Eco Industrial Park), merupakan salah satu respon dunia industri terhadap perubahan lingkungan global.

Eco-Industrial Park (EIP) merupakan sekumpulan industri (penghasil produk/jasa) yang berlokasi pada suatu tempat dimana para pelaku-pelaku didalamnya secara bersama mencoba meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi, dan sosialnya. Tujuan dari EIP ini tidak lain adalah memperbaiki performansi ekonomi bagi industri-industri di dalamnya melalui minimalisasi dampak lingkungan. Dalam hal ini pendekatan-pendekatan yang dilakukan akan diarahkan pada: disain hijau (green design) infrastruktur, perencanaan dan penerapan konsep produk bersih, pencegahan polusi, efesiensi energi dan hubungan antar perusahan-perusahaan (inter-company partnering) (Lowe ,1996)

Eco Industrial Park juga merupakan sebuah system industri yang dalam kegiatannya melakukan konservasi sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi, melakukan pengurangan biaya material dan energi dalam proses produksi, serta bertanggung jawab untuk memperbaiki effisiensi operasi, qualitas produk, kesehatan kerja dan citra dalam masyarakat, dan menyediakan peluang untuk membangkitkan pendapatan dari penggunaan dan penjualan materi limbah yang dihasilkan (Cote and Hall, 1995)

Penempatan industri dalam suatu kawasan industri bertujuan untuk menciptakan lingkungan industri yang baik dan membantu industri yang bersangkutan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas proses produksi. Suatu pabrik yang berada dalam kawasan industri harus mempertimbangkan antara lain mencakup persiapan pembangunan seperti perijinan dan rekayasa keteknikan, pendirian bangunannya (konstruksi), proses produksi , pembuangan limbah pabrik, sampai dengan pengiriman hasil produksi kepada para

(2)

distributornya. Hal ini dimungkinkan karena dalam suatu kawasan industri telah tersedia prasarana infrastruktur lengkap bila dibandingkan dengan industri yang berada di luar kawasan industri. Pembangunan dan pengembangan kawasan industri di Indonesia secara umum diatur oleh kebijakan pemerintah melalui Keputusan Presiden yang ditindaklanjuti oleh Menteri Perindustrian serta Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional. Secara konsepsional, pembangunan kawasan industri di Indonesia merupakan proses pembangunan terpadu yang mempertimbangkan banyak aspek terkait. Pembangunan terpenting adalah aspek lokasional (pemilihan lokasi yang tepat dan memenuhi kriteria yang ditentukan). Aspek ini akan menentukan keberhasilan pembangunan secara ideal, yaitu mendorong peningkatan pendapatan masyarakat di satu sisi dan tetap menjaga kelestarian lingkungan di sisi yang lain. Kriteria pertimbangan pemilihan lokasi dalam pembangunan kawasan industri antara lain : jarak terhadap pemukiman 12 km, jaringan jalan, listrik dan telekomunikasi, prasarana angkutan seperti tersedia pelabuhan laut, topografi maksimal 0-150, jarak terhadap sungai maksimal 5 km dan terlayani, peruntukan lahan (non-pertanian, non pemukiman dan non-konservasi), ketersediaan lahan minimal 25 ha, orientasi lokasi terhadap pasar, bahan baku dan tenaga kerja. (Kimberly, 2007).

Kota Cilegon adalah salah satu wilayah di propinsi Banten yang di dalamnya berkembang kawasan industri berat meliputi industri baja nasional PT. Krakatau Steel dan pusat kegiatan industri petrokimia, serta industri lainnya. Sesuai dengan pengembangan pola wilayah maka Kota Cilegon menjadi pusat kegiatan industri berat dan perdagangan di propinsi Banten yang merupakan sektor penyumbang PDRB propinsi Banten terbesar mencapai 54.62 %. Dari struktur investasi berupa pembentukan modal tetap bruto (PMTB) , pada tahun 2005 PMTB Banten mencapai Rp 18.1 Trilyun, dengan rincian investasi pada komoditi industri kimia/petrokima, tekstil dan indutri logam, mesin-mesin dan peralatan berat mencapai Rp 10.56 Trilyun atau 58.36 % terhadap total investasi Banten (RENSTRA Propinsi Banten 2002-2006, 2007). Data ini menunjukkan bahwa pembangunan sektor industri memiliki peran strategis dan sangat penting bagi keberlangsungan proses pembangunan di propinsi Banten yang berimplikasi juga pada pembangunan sektor industri nasional. Hal ini juga mempertegas bahwa kawasan industri Cilegon di propinsi Banten yang di dalamnya terhimpun industri berat skala nasional bahkan internasional seperti industri baja nasional

(3)

PT. Krakatau Steel dan industri kimia/petrokimia terbesar di asia seperti PT. Chandra Asri PetroChemical dan industri berat lainnya, harus terus dijaga dan dikembangkan keberlangsungannya, mengingat peran strategis dan penting sektor industri untuk mewujudkan tujuan pembangunan, disamping juga harus menjadi perhatian bahwa sektor industri saat ini memiliki tantangan berupa benturan aktifitas industri dengan dampak yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan kaitannya dengan proses pembangunan berkelanjutan. .

Saat ini telah berkembang issu dan opini telah terjadinya degradasi lingkungan di sekitar kawasan industri Cilegon, terjadinya klaim dan konflik antara pihak industri dan masyarakat sekitar industri berkaitan dengan kesenjangan kesejahteraan serta potensi pencemaran lingkungan baik cair, gas/udara, padatan akibat aktifitas industri, serta permasalahan teknis berkaitan dengan keterbatasan sumber air baku proses, sumber energi pembangkitan dan pengendalian pengelolaan limbah industri yang berdampak terhadap proses keberlanjutan industri.

Dengan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka perlu dirumuskan suatu strategi dan pola kebijakan pengelolaan suatu kawasan industri untuk mewujudkan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ( Eco- Industrial Park).

Dalam penelitian ini kajian dilakukan pada kawasan industri Cilegon di Propinsi Banten, yang hasilnya nanti dapat dijadikan rujukan dan model pengelolaan kawasan industri di daerah lainnya di Indonesia.

Lingkup penilitian akan difokuskan pada wilayah Kota Cilegon, berkaitan dengan strategi pengelolaan kawasan industri Cilegon, dalam kerangka mewujudkan visi dan misi Kota Cilegon yaitu visi Kota Cilegon sebagai kota mandiri dan berwawasan lingkungan, dengan salah satu misinya yaitu mewujudkan keseimbangan dan keserasian tata ruang wilayah serta kelestarian lingkungan hidup, melalui salah satu prioritas pembangunan, pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan pengelolaan lingkungan yang bernilai ekonomis.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah merumuskan strategi dan menyusun skenario yang tepat untuk pengelolaan suatu kawasan industri menuju Eco Industrial Park, dimana pelaku-pelaku industri dalam suatu kawasan industri

(4)

dapat secara bersama-sama meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi dan sosial, melalui minimalisasi dampak lingkungan dan juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan bersaing di pasaran, berdasarkan hasil kajian gap analisis kondisi eksisting dengan konsep ideal dan benchmarking Eco Industrial Park. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, ditetapkan beberapa tujuan khusus sebagai berikut : 1. Menganalisis kondisi eksisting dan gap di kawasan industri Cilegon menuju

Eco Industrial Park.

2. Menganalisis kepentingan dan pengaruh stakeholders dalam pengelolaan kawasan industri Cilegon yang berkelanjutan.

3. Menganalisis potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan untuk mengetahui kualitas lingkungan kawasan dan rencana pengolahan limbah industri.

4. Mengembangkan model strategi/skenario pengembangan kawasan industri eksisting menuju Eco Industrial Park.

1.3. Kerangka Pemikiran

Standardisasi nasional produk industri , pengembangan infrastruktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan industri, serta peningkatan kompetensi tenaga kerja belum sepenuhnya berjalan optimal karena keterbatasan sumberdaya. Terpuruknya daya saing nasional, disebabkan karena membengkaknya biaya overhead produksi. Jika biaya produksi manufaktur diberi indeks 100, maka pada industri pengolahan, logam dasar dan mesin-mesin masih tinggi yaitu sebesar 85.8 (bandingkan dengan perusahaan di Jepang dan Cina 62, Filipina 77 dan Malaysia 79). Padahal merujuk ke arah kebijakan industri nasional saat ini telah memasuki periode pemulihan dan pengembangan (Renstra Departemen Perindustrian 2005-2009), dengan sasaran kualitatif yaitu: 1. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan kesempatan kerja

2. Terselesaikannya program revitalisasi , konsolidasi dan rekstrukturisasi industri

3. Optimalisasi pasar dalam negeri dalam rangka pembangunan industri komponen lokal dan industri pengolah sumberdaya dalam negeri lainnya 4. Meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor

5. Tumbuhnya industri potensial yang menjadi motor pertumbuhan industri masa depan.

(5)

6. Meningkatnya pertumbuhan industri kecil menengah

Strategi pokok untuk mencapai sasaran diatas adalah upaya peningkatan daya saing melalui: peningkatan nilai tambah, produktifitas, efisiensi dan pendalaman struktur industri; pengembangan industri kecil dan menengah; dan pembangunan industri berkelanjutan.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan evaluasi dan reorientasi serta optimalisasi pemanfaatan kawasan industri untuk mendukung dan sejalan dengan arah kebijakan perkembangan industri nasional serta secara konsisten turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Perkembangan kawasan industri di Indonesia, yang sudah dimulai sejak awal tahun 1970 mengemban dua misi. Pertama, merangsang tumbuhnya iklim industri. Kedua, menjadi sarana bagi pengaturan ruang, terutama untuk menghindari timbulnya kasus pencemaran lingkungan yang akan berakibat terhadap tuntutan biaya sosial yang tinggi .

Dalam rangka melihat bagaimana pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ke depan yang relative kompleks, maka dilakukan penelitian berdasarkan pendekatan system dengan konsep pembangunan berkelanjutan, dimana lokasi yang dijadikan sebagai studi kasus yaitu di Kawasan Industri Cilegon.

Pengembangan di Kawasan Industri Cilegon perlu dikelola agar mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan kawasan industri dikatakan berwawasan lingkungan apabila secara ekonomis dinyatakan efisisen dan layak, secara ekologis dinyatakan lestari, dan secara sosial dinyatakan berkeadilan (WCED, 1987). Dalam konteks tujuan pembangunan berkelanjutan ini, terdapat keragaman kebutuhan baik dilihat dari sisi manajemen di Kawasan Industri Cilegon, pemerintah daerah, investor (pengusaha) dan masyarakat, yang tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dan keterbatasan sumberdaya (limitation of resources). Salah satu alternatif adalah mengembangkan kawasan industri yang ada menjadi kawasan Eco Industrial Park (EIP), dimana suatu komunitas bisnis/industri dapat bekerja sama satu sama lain dan melibatkan masyarakat di sekitarnya untuk lebih mengefisiensikan pemanfaatan sumber daya (informasi, material, air, energi, infrastruktur, dan habitat alam) secara bersama-sama, meningkatkan kualitas ekonomi dan lingkungan, serta meningkatkan sumber daya manusia bagi kepentingan bisnis

(6)

dan juga masyarakat sekitarnya, sebagai upaya mempertahankan keberlanjutan industri dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.(Lowe, 2001).

Menurut WCED (1987), pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana menyelenggarakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Didalamnya terkandung 2 gagasan penting: 1) gagasan kebutuhan yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia, dan 2) gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan terdapat perpaduan 2 kata yang kontradiktif yaitu pembangunan (development) yang menurut perubahan dan pemanfaatan sumber daya alam, dan berkelanjutan (sustainable) yang berarti tidak boleh mengubah (lestari) di dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Persekutuan antara kedua kepentingan ini

(sustainable dan development) pada dasarnya mengembalikan ke alam

lingkungannya sebagai dasar.

Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan digambarkan dalam segitiga sama sisi, dilambangkan dengan 3 dimensi, yaitu : ekonomi, ekologi, dan sosial. Pembangunan dikatakan berkelanjutan jika memenuhi ke tiga dimensi tersebut, yaitu: secara ekonomi layak dan efisien, secara ekologi lestari (ramah lingkungan) dan secara sosial berkeadilan. Makna dari pembangunan berkelanjutan dari dimensi ekologi memberikan penekanan pada pentingnya menjamin dan meneruskan kepada generasi mendatang sejumlah kuantitas modal alam (natural capital) yang dapat menyediakan suatu hasil berkelanjutan secara ekonomis dan jasa lingkungan termasuk keindahan alam.

Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, diperlukan analisis kondisi pengembangan di Kawasan Industri Cilegon saat ini, yang dapat direprenstasikan dengan: 1) analisis situasional (aspek ekonomi), 2) analisis perilaku penduduk (aspek social), dan 3) analisis potensi dan kualitas penanganan limbah industri serta daya dukung lingkungan dan tata ruang wilayah (aspek ekologi). Tujuan analisis perilaku penduduk adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tempat bekerja (di dalam dan di luar di Kawasan Industri Cilegon) dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan secara umum masyarakat sekitar. Tujuan analisis potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan adalah untuk

(7)

mengetahui kualitas lingkungan kawasan serta analisis sustainability proses industri dan rencana pengolahan limbah industri, serta melalui analisis citra landsat kawasan industri Cilegon.

Untuk pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan melibatkan banyak stakeholders dengan kepentingan berbeda sehingga diperlukan analisis kebutuhan stakeholders dengan pendekatan sistem. Penelitian dengan pendekatan sistem pada prinsipnya dimulai dengan dilakukannya analisis terhadap adanya sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Analisis kebutuhan stakeholders dilakukan dengan menggunakan Analisis Prospektif menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan.

Selanjutnya, adalah merumuskan strategi dan skenario pengelolaan kawasan industri berwawasan lingkungan yang optimal, yaitu dengan cara mensintesa berbagai data dan pertimbangan dari suatu persoalan yang kompleks yang tidak teratur, stratejik dan dinamis, menjadi bagian-bagian yang ditata secara hirarki, guna ditetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut ( Marimin, 2005). Hasil prediksi kinerja sistem merupakan umpan balik informasi dalam rangka penyesuaian dan perbaikan scenario, sehingga system berdayaguna (efektif) sebagai bahan rekomendasi bagi stakeholders dalam pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Secara skematis kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(8)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

I.4. Perumusan Masalah

Kota Cilegon merupakan salah satu kota di Propinsi Banten yang dijadikan sebagai kawasan industri di Indonesia dimana di dalamnya terdapat berbagai jenis industri berat yang saling berinteraksi antara satu industri dengan jenis industri lainnya. Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri yang berkelanjutan, maka dalam pengembangan kawasan ini menjadi kawasan pengembangan industri berat, maka salah satu aspek yang penting diperhatikan adalah bagaimana pengelolaan industri yang berada dalam kawasan tersebut dapat bersahabat dengan lingkungan. Dengan kata lain dalam pengelolaannya tidak menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan hal tersebut sehingga muncul konsep untuk membentuk kawasan industri yang berbasis ekologi (Eco Industrial Park ), dimana konsep ini

Analisis : Land use Cover Change,

Sosekbud, Survey

Eksisting Kawasan Industri Cilegon

Analisis Kriteria Eco Industrial Park Analisis keberlanjutan kawasan industri Faktor Operasionalisasi Kelembagaan kawasan Industri Faktor dampak Faktor Proses Produksi Dimensi

Ekologi Dimensi Sosial- Ekonomi Gap Analisis Konsep Pembangunan berlanjutan Bench- marking Eco Industrial Park di dunia Konsep ideal teoritik Eco Industrial Park Desain Eco Industrial Park Strategi penyelesaian gap Reconseptualisa si desain Eco Industrial Park Strategi Pengembangan Eco Industrial Park kawasan industri cilegon

(9)

dimaksudkan agar industri yang sedang beroperasi dapat bersahabat dengan lingkungan. Namun demikian, pengelolaan kawasan industri dalam rangka menuju Eco Industrial Park tidaklah sederhana, tetapi menimbulkan berbagai permasalahan yang begitu rumit dan relative kompleks sehingga memerlukan suatu pendekatan yang bersifat komprehensif agar konsep pembangungan berkelanjutan pada kawasan industri dapat diwujudkan.

Sistem pengembangan kawasan Eco Industrial Park kawasan industri Cilegon akan efektif apabila kebutuhan diantara stakeholders dapat terpenuhi dan dapat menyelesaikan masalah yang timbul dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Formulasi permasalahan disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan atau adanya konflik kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan system. Pengembangan kawasan industri Cilegon memiliki potensi terjadinya konflik kepentingan, jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan bijaksana. Beberapa permasalahan dalam pengembangan kawasan industri Cilegon menuju Eco Industrial Park dapat diformulasikan sebagai berikut :

1. Adanya kesenjangan informasi dan persepsi diantara stakeholders berkaitan dengan pemahaman tentang Eco Industrial Park dan dampak lingkungan akibat aktifitas industri

2. Keterbatasan sumberdaya manusia dalam pengetahuan peralatan dan teknologi pengolahan limbah industri pengelola kawasan industri cilegon berdampak pada rendahnya inovasi dan kreatifitas pengolahan limbah industri.

3. Keterbatasan kemampuan investor menerapkan teknologi berwawasan lingkungan untuk menjalankan produksi, sehingga tingkat pencemaran tinggi. 4. Perencanaan bersifat sektoral dan parsial, belum mengakomodasikan

kebutuhan stake holders, berakibat rendahnya kerjasama lintas sektoral. 5. Tekanan penduduk, tuntutan perkembangan ekonomi daerah yang semakin

dinamis, serta tingginya permintaan konsumsi barang, mengakibatkan permintaan terhadap lapangan kerja dan jumlah angkatan kerja.

6. Hukum dan kelembagaan yang tidak operasional dan tidak konsisten dalam pelaksanaan (debirokratisasi).

7. Keterbatasan akses informasi dan pemasaran dari pengelola kawasan industri cilegon, berdampak pada rendahnya pangsa pasar dan pendapatan.

(10)

8. Keterbatasan infrastruktur usaha seperti : energi listrik, perizinan, komunikasi, gas, perpajakan, retribusi berdampak kurang kondusif nya iklim usaha.

9. Globalisasi ekonomi menuntut dihasilkannya produk yang berkualitas untuk bisa bersaing di pasar global.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, perlu dilakukan pengkajian mengenai kondisi pengembangan kawasan industri saat ini, kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan stakeholders dalam pengembangan kawasan industri guna meminimalisasi konflik antar pihak terkait, model riset strategi pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, sehingga dihasilkan skenario dan strategi pengelolaan kawasan industri menuju Eco Industrial Park dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dalam bentuk redisain kawasan industri eksisting menuju Eco Industrial Park

berdasarkan hasil analisis gap antara kondisi eksisting dengan konsep ideal teoritik dan benchmarking Eco Industrial Park. Dalam pengkajian tersebut, beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan antara lain :

1. Bagaimana kondisi eksisting serta adakah gap dalam pengelolaan industri di kawasan industri Cilegon ?

2. Sejauhmana tingkat kepentingan dan pengaruh stakesholders dalam pengelolaan kawasan industri Cielgon yang berkelanjutan ?

3. Bagaimana potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan di kawasan industri Cilegon ?

4. Bagaimana strategi/skenario pengembangan kawasan industri Cilegon dalam rangka menuju Eco Industrial Park ?

Perumusan masalah pengembangan kawasan Cilegon secara skematis disajikan seperti pada Gambar 2.

(11)

Gambar 2. Skema perumusan masalah strategi pengembangan kawasan industri menuju Eco Industrial Park.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan manajemen Kawasan Industri Cilegon untuk mengelola kawasan industri menuju Eco Industrial Park.

2. Sebagai bahan masukan pemerintah dan departemen terkait dalam merumuskan kebijakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

3. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan industri menuju Eco Industrial Park melalui pendekatan kajian gap analisis kondisi eksisting dengan kondisi ideal teoritik dan

benchmarking Eco Industrial Park dalam rangka menerapkan konsep

pembangunan berkelanjutan. 4. Sumbangsih ilmu pengetahuan

Kawasan Industri Cilegon Eco Industrial Park Pengembangan Industri yang Berkelanjutan 4. Menurunnya kualitas lingkungan disekitar Kawasan Industri Cilegon 5. Belum ada strategi

pengembangan kawasan untuk menuju Eco Industrial Park di kawasan industri Cilegon

Permasalahan

1. Tingginya perubahan tata guna lahan dan kawasan terbangun disekitar kawasan industri 2. Terdapat gap antara kondisi

eksisting dengan kriteria kecukupan EIP

3. Terjadinya konflik kepentingan antar stakeholder dalam

pengembangan kawasan Pengkajian

Kondisi eksisting dan potensi gap

dengan EIP

Kepentingan dan pengaruh stakeholders

Potensi dan kualitas limbah industri model strategi/skenario pengembangan kawasan industri Kebijakan pengembangan kawasan industri menuju Eco Industrial Park.

(12)

I.6 Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dalam penelitian ini adalah dihasilkannya model konseptual pengembangan kawasan industri menuju Eco Industrial Park dengan mengintegrasikan metode GIS, Gap analysis,Stakeholders analysis,Analytical Hyrarchi Process (AHP) dan Prospektif Analysis .

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar  2.   Skema perumusan masalah strategi pengembangan kawasan  industri menuju Eco Industrial Park

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan bakunya... Stabilitas

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Cuplikan percakapan berikut sebagai contoh adanya penggunaan kode yang berwujud bahasa asing dalam percakapan novel Ney Dawai Cinta Biola karya Hadi S.. Arifin

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

kot ke pelaku pasar (Identifikasi Persoalan) Pembentukan lembaga khusus Penataan Terpadu Kawasan Arjuna sbd perwakilan stakeholder Persiapan Penilaian (Tahap Perencanaan)

1) Mengembangkan kurikulum mata pelajaran IPS. a) Menelaah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum IPS. b) Memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.