PULUTAN KEC.SIDOREJO SALATIGA 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan islam (S.Pd.I)
Oleh:
MISBAKHUL MUNIR NIM 111-11-154
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI TERHADAP GURU DI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA
PULUTAN KEC.SIDOREJO SALATIGA 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
MISBAKHUL MUNIR NIM. 11 1-11-154
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Misbakhul Munir NIM : 111-11-154
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, September2017
Yang menyatakan
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama :Misbakhul Munir
NIM :111-11-15
Fakultas :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan :Pendidikan Agama Islam
Judul :HUBUNGAN INTENSITAS BELAJAR KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI TERHADAP GURU DI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA PULUTAN KEC. SIDOREJO SALATIGA
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga,29 Agustus 2017 Pembimbing
Dra. Maryatin, M.Pd
Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru di Pondok Pesantren Nurul Asna
Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga DISUSUN OLEH
MISBAKHUL MUNIR NIM: 111-11-154
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, tanggal 06 Februari 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Sekretaris Penguji : Penguji I : Penguji II :
Salatiga, 29 Agustus 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Suwardi, M.Pd
iv MOTTO
Hargailah waktu, karena sesuatu yang tidak pernah bisa terulang dan tak akan bisa
v
PERSEMBAHAN
1. Terimakasih kepada kedua orang tua, yaitu Bapak Muhlasin & Ibu Siti
Afrokah yang senantiasa tulus memberikan dukungan dan doa restunya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di IAIN
Salatiga.
2. Kedua saudaraku, Nurul Khoirunisa, S.Pd.I dan Khoirul Anam yang selalu
menjadi penyemangat selama penyusunan skripsi ini.
3. Kepada Ibu Maryatin, M.Pd. yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
4. Kepada Bapak Drs. KH Nasafi M.Pd.I selaku pengasuh Pondok Pesantren
Nurul Asna, yang telah banyak memberikan bekal ilmu agama dan
pelajaran tentang kehidupan.
5. Ahmad Yusuf RifQi, ST. yang telah memberi motivasi, semangat dan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat dari Pondok Pesantren Nurul Asna, Nur Kholis, Tamizin, Rudi, Umam, Taufikur, Naja, Laili Safa’ah dan semua keluarga besar
Ponpes Nurul Asna terimakasih banyak untuk semangat dan kebersamaan
kalian selama ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,
vi
KATA PENGANTAR
مسب
الله
نمحرلا
ميحرلا
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi
tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “HUBUNGAN INTENSITAS BELAJAR KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI DI
PONDOK PESANTREN NURUL ASNA PULUTAN KEC. SIDOMUKTI
SALATIGA”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatia
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Progdi PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi
vii
5. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah
SWT.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan menambah ilmu
pengetahuan tentang dunia pendidikan bagi pembaca.
Salatiga, 29 Agustus 2017
viii ABSTRAK
Munir, Misbakhul. 2017. Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru di Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan kec. Sidorejo Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.
Kata kunci: Intensitas Belajar, Kitab Ta’limul Muta’allim, Sikap Ta’dzim.
Penelitian ini merupakan upaya untuk menjawab apakah ada hubungan intensitas belajar kitab Ta’lim Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga. Pertanyaan pertama yang ingin di jawab (1) Bagaimanakah intensitas santri dalam mengikuti pembelajaran kitab Ta’limul Muta’allim di Pondok Pesantren Nurul Asna? (2) Bagaimanakah sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul Asna? (3) Adakah hubungan antara intensitas belajar kitab Ta’lim Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul Asna
Metode penelitian yang digunakan adalah mengunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan kec. Sidomukti Salatiga dengan populasi sebanyak 128 Santri dan sampel sebanyak 46 Santri. Jenis data yang digunakan adalah penelitian lapangan (research), sumber datanya meliputi data primer dan data sekunder, sedangkan pengumpulan data menggunakan angket, observasi dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus persentase dan rumus korelasi product moment.
ix
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
MOTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Hipotesis Penelitian ... 4
xi
G. Variabel Penelitian ... 6
H. Metode Penelitian ... 7
I. Instrumen Penelitian ... 9
J. Analisis Data ... 10
K. Sitematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 13
1. Pengertian Intensitas Belajar ... 13
2. Hakikat Intensitas Belajar ... 14
3. Pengertian Kitab Ta’lim Muta’alim ... 20
4. Materi Yang Terkandung Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim ... 21
B. Sikap Ta’dzim Santri ... 30
1. Pengertian Sikap Ta’dzim ... 30
2. Ciri-ciri Sikap Ta’dzim ... 31
3. Fungsi Sikap Ta’dzim ... 32
C. Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’li Muta’lim Dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru ... 33
BAB III HASIL PENELITIA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36
1. Sejarah Berdirinya Pondok ... 36
2. Letak Geografis Pondok ... 37
3. Profil Pondok ... 38
xii
5. Struktur Organisasi Pengurus Pondok ... 39
6. Progam Pengajaran Pondok ... 42
7. Sarana dan Prasarana Pondok ... 44
8. Metode Pembelajaran Kitab ... 45
B. Penyajian Data ... 46
1. DaftarResponden ... 46
2. Hasil Jawaban Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim .. 48
3. Hasil Jawaban Angket Sikap Ta’dzim Santri ... 50
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ... 52
1. Analisis Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 53
2. Analisis Sikap Ta’dzim Santri ... 58
B. Analisis Uji Hipotesis ... 63
C. Analisis Lanjut ... 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
C. Penutup ... 68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Pendidik Ponpes Nurul Asna ... 38
Tabel 3.2 Daftar Santri Putra Ponpes Nurul Asna ... 39
Tabel 3.3 Daftar Santri Putri Ponpes Nurul Asna ... 39
Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian Ponpes Nurul Asna ... 42
Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Mingguan Ponpes Nurul Asna ... 43
Tabel 3.6 Daftar Kegiatan Bulanan Ponpes Nurul Asna... 44
Tabel 3.7 Daftar Kegiatan Tahunan Ponpes Nurul Asna ... 44
Tabel 3.8 Daftar Sarana dan Prasarana Ponpes Nurul Asna ... 45
Tabel 3.9 Daftar Responden Santri Nurul Asna... 46
Tabel 3.10 Jawaban Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 48
Tabel 3.11 Jawaban Angket Sikap Ta’dzim SAntri ... 50
Tabel 4.1 Daftar Nilai Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim .... 53
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim... 55
Tabel 4.3Interval Katagori dan Presentase Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 57
Tabel 4.4 Daftar Nilai Angket Sikap Ta’dzim Santri ... 59
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ta’dzim Santri ... 60
Tabel 4.6 Interval Katagori dan Presentase Sikap Ta’dzim Santri ... 62
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di
Indonesia. Pondok pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka,
bahkan Islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang sejalan
dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya.
Pondok pesantren merupakan pendidikan non formal yang dapat
mengubah tingkah laku santri ke arah yang lebih baik, sehingga banyak
orang mempercayakan sebagian tanggung jawab dalam pondok pesantren,
khususnya dalam upaya membentuk budi pekerti yang luhur. Oleh karena itu
dalam pondok pesantren mulai perasaan, perilaku, dan kedekatan pada guru
sangat mempengaruhi terhadap jiwa santri. Itulah sebabnya guru bukan hanya
sekedar pendidik saja, akan tetapi juga sebagai sauri tauladan bagi
santri-santrinya dalam upaya membina ke arah yang sehat, khususnya dalam akhlak.
Dengan demikian, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membentuk pribadi santrinya karena kehadiranya dirasa perlu dalam berbagi
kegiatan di pesantren.
Didalam pondok pesantren banyak dikaji kitab-kitab klasik. Pengajaran
kitab Ta’limul Muta’alim atau sering dikenal dengan pengajaran akhlak yang
bertujuan untuk membetuk pribadi muslim yang berakhlak tinggi dan mulia
2
Sikap Ta’dzim merupakan wujud dari manusia terdidik. Sebagai mana
maqalah dalam bahasa arab sebagai berikut:
Artinya : “Akhlak (sikap ta’dzim) ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.
(Nata,1997:5)
Apabila santri intens dalam memperoleh ilmu melalui kitab terkait,
maka mereka memiliki kesopanan yang tinggi, ikhlas dan jujur, bersikap
ta’dzim dan taat kepada guru merupakan salah satu wujud dari pendidikan
agama Islam khususnya dalam bidang akhlak.
Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat intensitas belajar kitab Ta’limul
Muta’alim terkait hubungannya dengan ke Ta’dziman santri terhadap guru, maka penulis mengambil judul ” Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim
Muta’alim Dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru Di Pondok
Pesantren Nurul Asna Desa Pulutan Salatiga”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah intensitas santri dalam mengikuti pembelajaran kitab Ta’limul Muta’alim?
2. Bagaimanakah sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren
3
3. Adakah hubungan antara intensitas pembelajaran kitab Ta’limul
Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri Terhadap guru di Pondok Pesantren
Nurul Asna?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui intensitas santri dalam mengikuti pembelajaran kitab
Ta’limul Muta’alim di Pondok Pesantren Nurul Asna.
2. Untuk mengetahui keta’dziman santri Terhadap guru di Pondok Pesantren
Nurul Asna.
3. Untuk mengetahui hubungan intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’alim
dengan sikap ta’dzim santri Terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul
Asna.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada di atas, maka manfaat penelitian ini,
antara lain :
1. Secara Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada
dunia pendidikan dan pondok pesantren mengenai hubungan intensitas
belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan perilaku ta’dzim santri
kepada guru di Pondok Pesantren Nurul Asna
2. Secara Praktis
Memberikan contoh dan pentingnya perilaku ta’dzim kepada guru,
4
menghargai kepada sesama terutama kepada guru dan orang yang
lebih tua..
E. Hipotesis
Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris” ( Suryabrata2003:21 ).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan sikap
ta’dzim santri kepada guru di Pondok Pesantren Nurul Asna. Dengan kata lain
semakin intensif santri dalam mempelajari kitab Ta’limul Muta’alim maka
semakin ta’dzim santri kepada guru.
F. Definisi Operasional
Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda
dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut diatas :
1.Intensitas
Intensitas adalah keadaan tingkatan atau intensnya (Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia 2002, 731). Tingkatan disini mengambarkan
seberapa seringnya santri dalam belajar Kitab Ta’lim Muta’alim
2. Belajar
Menurut Miarso (2004:545) pembelajaran adalah suatu usaha yang
disengaja, bertujuan dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi
5 3. Kitab Ta’limul Muta’alim
Kitab Ta’limul Muta’allim mempunyai arti Bimbingan bagi penuntut
ilmu pengetahuan. (As’ad, 2007: 1 )
4. Sikap
Menurut Ngalim Purwanto (1987:141), sikap atau yang dalam bahasa
inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang
5. Ta’dzim
W.J.S. Poerwadarminta mengatakan bahwa sikap ta’dzim adalah salah
satu bentuk perbuatan atau sikap yang mencerminkan perilaku sopan
dan menghormati pada orang yang lebih tua atau pada seorang
sesepuh, kiyai, guru dan orang yang dianggap dimulyakan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1979: 995).
6. Santri
Kata santri mempunyai dua arti. Pertama santri sebagai murid atau
orang yang belajar di pondok pesantren. Kedua, santri sebagai sebutan
bagi kelompok yang memeluk agama Islam dan tergolong taat dalam
memenuhi dan menjalankan ajaran Islam (Mulham, 2003:300).
Berdasarkan beberapa istilah yang telah dijelaskan di atas, maka
maksud dari judul penelitian ini adalah keterkaitan antara seberapa
seringnya santri putra dan putri Pondok Pesantren Nurul Asna dalam belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan sikap Ta’dzim santri terhadap
6 G. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen, merupakan variabel inti atau bebas yang berbunyi “intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’allim” (sebagai variable X),
dengan indikator:
a. Sering datang tepat waktu saat mengikuti pembelajaran
b. Sering inten dalam mendengarkan dan memahami yang disampaikan
guru
c. Sering membuat catatan (memaknani kitab)
d. Sering membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika waktu
luang
e. Intensitas dalam mempelajari Kitab ta’lim Muta’alim
2. Variabel Dependen, merupakan variabel terikat yang berbunyi “Sikap Ta’dzimSiswa” (sebagai variabel Y), dengan indikator :
a. Memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran
b. Mematuhi nasehat guru dan perintahnya
c. Menghormati semua orang
d. Menundukkan kepala seraya mengucap salam saat bertemu guru
e. Berfikir terlebih dahulu sebelum berkomentar atau berbicara
f. Disiplin dalam mengikuti pembelajaran
H. Metode Penelitian.
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
7
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pendekatan ini melakukan penelitian kuantitatif yang bersifat
korelasional, untuk mengetahui hubungan tiap variabel penelitian
menggunakan analisis statistik prosentase dan teknik analisis product
moment untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel.
2. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Asna
Desa Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga. Penelitian ini akan dilaksanakan
pada bulan Februari sampai dengan Maret 2017.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah seluruh anggota yang diteliti
(Arikunto,2010:173). Maksud dari populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah keseluruhan santri putra dan putri yang ada di Pondok
Pesantren Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga. Adapun jumlah
santri Pondok Pesantren Nurul Asna adalah 128 santri, dengan rincian
41 santri putra dan 87 santri putri.
b.Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
(Arikunto, 2010:174). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
8
Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau
20-25%. Karena yang mengikuti pembelajaran kitab Ta’limul Muta’alim kelas menengah (wustho) berjumlah 46 santri, dengan
rincian santri putra 13 orang santri putra dan santri putri 33 santri.
Dengan total jumlah santri kelas wustho yang kurang dari 100 maka di
ambil semua sebagai sampel sehingga disebut total sampling.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini
baik intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim santri maupun
mengenai sikap ta’dzim santri kepada guru, maka penulis mengunakan
metode-metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Angket
Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang di
gunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti
laporan pribadi atau hal-hal yang di ketahui” (Arikunto,
1993:128). Metode angket dalam penelitian ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang intensitas belajar kitab Talimul Mua’alim dan sikap Ta’dzim santri terhadap guru.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk
mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan
prosedur yang sadar Arikunto, (2010:265). Dalam penelitian
9
digunakan untuk mendapatkan data santri dan tentang
kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Asna,
terutama pembelajaran Kitab Ta’limul Muta’alim.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaiyu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip,buku, surat kabar,
prasasti, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data santri dan
proses pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Asna dalam
penelitian ini.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data” (Arikunto, 2010:192). Instrumen yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas belajar kitab Ta’limul
Muta’alim dengan sikap Ta’dzim santri terhadap guru.
Angket dibagikan kepada santri putra dan putri kelas wustho
Pondok Pesantren Nurul Asna, dan setiap jawaban mempunyai skor
1-4 dengan pengkatagorian : skor 1-4 artinya sangat baik, skor 3 berarti
baik, skor 2 berarti kurang baik, skor 1 berarti tidak baik. Angket yang
telah dijawab oleh santri kemudian akan dilakukan pengkatagorian
intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim dengan sikap ta’dzim
10 6. Analisis Data
a. Analisis Awal
Analisis awal ini untuk mengetahui intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan keta’dziman santri terhadap guru. Teknik
analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai berikut:
P
=
x 100 %
Keterangan:
P = Prosentase individu dalam golongan
F = Frekuensi.
N = Jumlah subjek dalam golongan.
b. Analisis Lanjut
Sebagai analisis lanjutan adalah dengan menggunakan teknik
statistik untuk mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variable intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim dengan
sikap Ta’dzim santri terhadap guru. Teknik analisisnya memakai
Product Moment sebagai berikut:
Keterangan:
11 XY : Perkalian antara X dan Y
X : Variabel pengaruh yaitu mengikuti kajian
Y : variabel keta’dziman santri terhadap guru
N : Jumlah responden
I. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mudah dalam memahami skripsi ini, akan disusun
sistematika penulisan skipsi sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Terdiri dari: halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman
pengesahan, halaman abstrak, halaman pernyataan keaslian
skripsi,halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi dan halaman daftar tabel.
2. Bagian Isi
Pada bagian isi ini memuat 5 bab yang akan dibahas, sebagaimana
berikut : Bab I, pendahuluan, bab ini memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis
penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, metode penelitian,
sistematika penulisan skripsi
Bab II, kajian pustaka, intensitas belajar kitab ta’lim muta’alim dan
sikap ta’dzim santri. Intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim
meliputi; pengertian intensitas belajar, pengertian dan kandungan Kitab Ta’lim Muta’alim dan konsep belajar Kitab Ta’lim Muta’alim. Sikap
12
fungsi dan manfaat sikap ta’dzim. Hubungan intensitas belajar Kitab
Ta’limul Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri terhadap guru di
Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga.
Bab III, hasil penelitian, berisi gambaran umum Pondok Pesantren
Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga yang meliputi: sejarah
berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna, visi dan misi Pondok
Pesantren Nurul Asna, letak geografis, jadwal keseharian pondok dan
penyajian data penelitian
Bab IV, analisis data yang meliputi: analisis pendahuluan, analisis
uji hipotesis dan analisis lanjut
Bab V, penutup berisi kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan
masukan didalam pesantren dan pendidikan akhlak bagi santri atau
masyarakat.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, daftar riwayat hidup
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’allim 1. Pengertian Intensitas Belajar
Menurut tim Prima Pena (2006:209) intensitas adalah
kemampuan, kekuatan atau kehebatan, sedangkan menurut Nurkholif
Hazim (2005:191), intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan
untuk suatu usaha. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan
sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat
untuk mencapai tujuan.
Definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingka laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Sedangkan
menurut Abdillah dalam Komri (2015:218) menyimpulkan bahwa
belajar adalah suatuusaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif,afektif,dan pesikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap pada
kepribadian seseorang melalui latihan dan pengalaman, yang dapat
14
membandingkan tingkah laku seseorang sebelum dan sesudah
mengalami peristiwa belajar.
Berdasarkan istilah-istilah diatas maka dapat disimpulkan
intensitas belajar adalah kesanggupan, kesungguhan siswa dalam
belajar atau giat belajar yang dilakukan siswa dalam upaya
memperoleh pemahaman, pengetahuan serta tingkah laku yang lebih
baik melalui prosedur latihan dan pengalaman yang dilakukan baik
disekolah maupun di rumah.
2. Hakikat Intensitas Belajar
Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi maka akan
menunjukan hasil yang baik, karena intensitas belajar siswa akan
sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni
meningkatkan prestasinya. Kata intensitas sangat erat kaitannya
dengan motvasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk
terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar harus didahului
dengan adanya motivasi dari siswa itu sendiri.
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar
siswa. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab
seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya
15 a. Motivasi
Menurut Gletmen dan Reber yang dikutip Muhibbin Syah
(1994: 136) bahwa pengertian dasar motivasi adalah keadaan
internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang
mendorongnya untiuk melakukan sesuatu. Disini motivasi berarti
pemasok daya untuk berbuat atau bertingkah laku secara terarah.
Hal ini sejalan dengan pendapat M.C. Donal yang memberikan pengertian bahwa “Motivasi adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa (Jamaludin, dkk
2015: 150)
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan
yang berasal dari dalam diri individu yang dapat melakukan
tindakan belajar, termasuk didalamnyan adalah perasaan menyukai
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang mendorong untuk
melakukan tindakan karena adanya rangsangan dari luar individu,
pujian , dan hadiah atau peraturan sekolah, suri tauladan orang tua,
guru dan seterusnya, merupakan contoh konkrit motivasi ekstrinsik
yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Dalam hal ini Sadirman A.M. (1990: 84-85), mengemukakan
16
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak motor yang
melepaskan energi.
Dengan demikian, motivasi itu akan mendorong seseorang
yang belajar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan
kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun yang terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan
dapat mencapai prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang
peserta didik/mahasiswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajar.
b. Durasi Kegiatan
Durasi kegiatan adalah berapa lamanya kemampuan
penggunaan untuk melakukan kegiatan. Dari indikator ini dapat
dipahami bahwa motivasi akan terlihat dari kemampuan seseorang
menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan. Yaitu dengan
lamanya siswa menyediakan waktu untuk belajar setiap harinya.
c. Frekuensi Kegiatan
Frekuensi dapat diartikan dengan kekerapan atau kejarangan
kerapnya (Porwadarminta, 1984: 283), frekuensi yang dimaksud
adalah seringnya kegiatan itu dilaksanakan dalam periode waktu
tertentu. Misalnya dengan seringnya siswa melakukan belajar baik
17 d. Presentasi
Presentasi yang dimaksud adalah gairah, keinginan atau
harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran,
target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan. Ini bsia dilihat dari keinginan yang kuat bagi siswa
untuk belajar.
e. Arah sikap
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif
ataupun negatif. Dalam bentuk yang negatif akan terdapat
kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, bahkan
tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuk yang
positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan
mengharapkan objek tertentu. Contohnya, apabila siswa
menyenangi materi tertentu maka dengan sediri siswa akan
mempelajari dengan baik. Sedangkan apabila tidak menyukai
materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak
acuh.
f. Minat
Minat timbul apabila individu tertari pada sesuatu karena
sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang
18
mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
g. Aktivitas
Aktivitas diartikan sebagai suatu kegiatan yang mendorong
atau membangkitkan potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang
anak. Setiap gerak yang dilakukan secara sadar oleh seorang dapat
dikatakan sebagai aktivitas. Aktivitas merupakan ciri dari manusia,
demikian pula dalam proses belajar mengajar itu sendiri merupakan
sejumlah aktivitas yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya
prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar aktivitas W.J Poerdarminta (1985: 26) bahwa aktivitas
sebagai atau kesibukan.
Ada beberapa aktifitas siswa sewaktu berlangsungnya suatu
kegiatan yaitu:
1) Membaca
Membaca merupakan aktifitas belajar. Belajar merupakan set
maka belajar atau membaca untuk keperluan belajar harus
menggunakan set, maka belajar atau membaca untuk keperluan
belajar harus menggunakan set. Misalnya dengan mulai
memperhatikan judul bab, topic-topik utama, dengan
berorientasi kepada tujuan dan keperluan (Wasty Sumanto,
19 2) Bertanya
Bertanya merupakan proses aktif, bila siswa tidak atau bahkan
kurang dilibatkan maka hasil belajar yang dicapai akan rendah.
Bentuk keterlibatan siswa itu misalnya, dengan bertanya tentang
hal-hal yang belum dipahami atau menjawab pertanyaan yang
diajukan
3) Mencatat
Mencatat erat kaitannya sebagai aktivitas belajar adalah
mencatat yang didorong oleh kebutuhan dan tujuan, dengan
menggunakan set tertentu agar catatannya itu berguna.
4) Mengingat
Mengingat yang termasuk aktivitas belajar adalah mengingat
yang didadasari untuk suatu tujuan, misalnya menghafal suatu
materi
5) Latihan
Latihan termasuk aktivitas belajar, orang yang melaksanakan
latihan tentunya mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek pada dirinya.
Dalam latihan terjadi interaksi yang interaktif antara subjek
dengan lingkungannya hasil belajar akan berupa pengalamannya
yang dapat mengubah dirinya yang kemudian akan
20 6) Mendengarkan
Dalam proses belajar mengajar seorang guru sering
menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi
disamping metode lainnya. Dalam hal ini, tugas pokok siswa
ketika guru sedang menyampaikan materi adalah mendengarkan
yang didorong oleh minat dan tujuan. Untuk memahami suatu
materi seseorang siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kerajinan
saja tetapi dipengaruhi juga oleh ketelitian dan ketekunan
seseorang siswa dalam mendengarkan materi yang disampaikan.
3. Pengertian Kitab Ta’lim Muta’allim
Kitab Ta’lim Muta’allim adalah kitab akhlak yang di karang oleh
Syaikh Az-Zarnuji. Sedangkan biografi Syaikh Az-Zarnuji yaitu kata
Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab ini.
Sedang Az-Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kota
tempat beliau berada, yaitu kota Zarnuj. Di antara dua kata itu ada
yang menuliskan gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama),
sehingga menjadi Syaikh Burhanuddin Az Zarnuji.(As’ad,2007:ii)
Kelahiran atau masa hidup Az-Zarnuji hanya dapat diperkirakan
lahir pada sekitar tahun 570 H, sedangkan tentang kewafatannya
terdapat perbedaan, ada yang menyatakan beliau wafat pada tahun 591
H (1195 M) dan menurut keterangan Plessner, bahwasanya ia telah
menyusun kitab tersebut setelah tahun 593 H (1197), perkiraan
21
pendapat dari guru beliau yang yang ditulis dalam Kitab Ta’lim
Muta’allim, dan sebagian guru beliau yang ditulis dalam kitab tersebut
meninggal dunia pada akhir abad ke-6 H, dan beliau menimba ilmu
dari gurunya saat masih muda. Az-Zarnuji merupakan ulama yang hidup satu periode dengan Nu’man bin Ibrahim Az-Zarnuji yang
meninggal pada tahun yang sama, diapun meninggal tidak jauh dari
tahun tersebut karena keduanya hidup dalam satu periode dan generasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Az-Zarnuji wafat tahun
640 H/1242M. (As’ad,2007:iii)
Kitab Ta’lim Muta’allim ini ditulis oleh Syaikh Az-Zarnuji
dikarenakan beberapa hal, di antaranya, beliau melihat banyaknya
orang yang mencari ilmu dengan bersungguh-sungguh tetapi tidak
menghasilkan apa-apa, atau menghasilkan ilmu, tetapi tidak memberi
manfaat. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang mendorong Az-Zarnuji menyusun kitab Ta’lim Muta’allim adalah sebagai berikut :
a. Az-Zarnuji memandang bahwa banyak penuntut ilmu itu salah
menempuh jalan, sehingga mereka tidak memperoleh apa yang
menjadi tujuan, baik sedikit maupun banyak
b. Az-Zarnuji ingin menjelaskan cara-cara yang harus ditempuh di
dalam menuntut ilmu dengan mengacu pada kitab-kitab yang
22
harapan agar mendapatkan keberuntungan dan keselamatan di
akhirat
4. Materi yang Terkandung dalam Kitab Ta’lim Muta’allim
Kitab Ta’lim Muta’allim sendiri memiliki makna menunjukkan
jalan atau cara-cara menuntut ilmu kepada para pencari ilmu. Supaya
para penuntut ilmu bisa menghasilkan ilmu yang bermanfaat, bisa
diamalkan dan menambah pahala bagi pemilik ilmu tersebut.Maka dari
itu, supaya mudah dimengerti dan dipahami, kitab Ta’lim Muta’allim dalam karangan Aly As’ad diperinci dalam 13 bahasan :
a. Bab 1 tentang pengertian ilmu, fiqih dan keutamaannya
Berisi tentang keutamaan ilmu dan Shohibul Ilmi, sekaligus
keutamaan Ahli Fiqih. Sebab setiap para penuntut ilmu harus tahu
bagaimana tata cara sholat, zakat, dan lain-lainnya, hal-hal itu
merupakan cabang-cabang ilmu dari ilmu Fiqih yang wajib dicari
dan dipelajarinya.
Bukan saja mempelajari Ilmu Fiqih yang Fardhu Ain
hukumnya, tetapi ilmu Tauhid sama saja hukumnya, yaitu Fardhu
Ain, sebab berkaitan dengan keyakinan dan aqidah yang dimiliki
oleh seorang muslim, agar keyakinan tidak luntur dan goyah seiring
dengan perubahan zaman, apalagi sekarang ini banyak keyakinan
dan aliran keagamaan yang bermunculan bak bagaikan jamur yang
bertaburan, yang mungkin akan menyerang dan merusak keyakinan
23
Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Nabi Muhammad adalah Rasul
yang terakhir.
b. Bab 2 tentang niat dalam belajar
Pada Bab ini, syekh Al-Zarnuji menjelaskan secara jelas
tetang masalah niat. Karena niat merupakan pokok dan dan harus
dimiliki oleh para penuntut ilmu. Beliau menjelaskan bagaimana
seorang penuntut ilmu berniat, karena dengan niat yang
sungguh-sungguh dalam melakukan aktifitas belajar maka akan
mendapatkan pahala baik di dunia dan di akhirat. Syekh Al-Zarnuji
menjelaskan bahwa niat adalah azaz segala perbuatan. Maka dari
itu adalah wajib berniat dalam belajar. Konsep niat dalam belajar
ini menagacu kepada hadis Nabi Muhammad saw yang artinya “Hanyasanya semua pekerjaan itu harus mempunyai niat, dan
hanyasanya setiap pekerjaan itu apa yang ia niatkan”. (HR.
Bukhari)
Contoh amal duniawi seperti makan,minum dan tidur bisa
jadi amal ukhrawi seperti shalat, membaca dzikir jadi amal duniawi
dengan niat yang jelek seperti riya’. Zarnuji berpendapat bahwa
belajar adalah suatu pekerjaan, ia harus mempunyai niat belajar.
Zarnuji menjelaskan bahwasanya dalam belajar hendaklah berniat
untuk :
1) Mencari ridha Allah azza wa jalla
24
3) Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan
dalam kaum yang bodoh
4) Mengembangkan dan melestarikan Islam
5) Mensyukuri nikmat akal dan badan yang sehat
c. Bab 3 tentang memilih ilmu, guru, teman dan tentang ketabahan
Syekh Az-Zarnuji bukan saja menjelaskan tentang niat, akan
tetapi beliau juga menjelaskan bagaimana mencari seorang guru
yang akan dijadikan sebagai pembimbing, penuntun dan
pentransfer ilmu pengetahuan kepada kita, dan juga menjelaskan
bagaimana kita mencari teman yang akan kita jadikan sebagai
partner dalam mencari ilmu, sebab dengan berteman dengan yang
malas secara otomatis kita akan ikut menjadi malas pula.(As’ad,2007:24)
d. Bab 4 tentang penghormatan terhadap ilmu dan ulama
Syeh Al-Zarnuji menjelaskan cara memuliakan ilmu dan cara
memuliakan para guru dan Kyai selaku shohibul ilmi. Seorang
yang mencari ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan
keutamaannya, terkecuali menghormati ilmu, para guru, Kyai, dan
termasuk memuliakan ilmu adalah menulis dengan tulisanyang
baik dan jelas, agar kita tidak menyesal dan dicaci maki oleh anak
cucu kita.
Adab yang tidak boleh dilakukan terhadap guru:
25
2) Tidak menduduki tempat yang diduduki seorang guru
3) Tidak mendahului bicara dihadapan guru kecuali dengan
izinnya
4) Tidak bertanya dengan pertanyaan yang membosankan guru
5) Tidak menganggu istirahat guru
6) Tidak menyakiti hati guru.(As’ad,2007:38)
e. Bab 5 tentang tekun dan semangat
Seorang murid harus memiliki semangat dan ketekunan,
ىنعتت امردقب .جلو جلو بابلا عرق نمو ،دجو دجو ائيش بلط نم :ليقو
ىنمتت ام لانت
Artinya: ”Barangsiapa yang mencari sesuatu dengan
sungguh-sungguh ia akan mendapatkannya, barangsiapa yang
mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh ia akan
masuk.Tergantung kesungguhanmu engkau akan meraih
keinginanmu.”
f. Bab 6 tentang memulai belajar, pengaturannya dan urutannya
Syaikhul Islam Burhanudin Rahimahullah menetapkan
dimulainya belajar pada hari rabu. Hal ini karena hari rabu adalah
hari diciptakannya cahaya, dan ia adalah hari yang sangat pedih
bagi orang kafir dan hari yang penuh berkah bagi
orang-orang mukmin.
Pelajaran yang telah dipahami dan dikaji ulang hendaknya
26
menulis sesuatu yang ia pahami karena hal ini dapat
menghilangkan kecerdasan, menimbulkan kejenuhan dan
menyia-nyiakan waktu.
g. Bab 7 tentang tawakal
Seorang santri harus bertawakal dalam menuntut ilmu tidak
perlu memusingkan masalah rezki dan tidak perlu menyibukkan
hatinya akan masalah ini. Karena orang yang sibuk memikirkan
urusan rezkinya baik itu sandang dan pangan, jarang sekali ia
berusaha untuk mencari akhlak yang baik dan hal-hal yang luhur.
Hendaknya setiap orang yang menyibukkan dirinya berbuat
kebajikan agar ia tidak dipermainkan oleh hawa nafsunya,
hendaknya seorang yang berakal tidak memusingkan urusan dunia
karena hati yang susah dan sedih tidak dapat menolak musibah dan
tidak dapat memberi manfaat, tetapi justru merusak hati, pikiran
dan tubuh juga menghalanginya dari berbuat kebaikan. Nabi
Muhammad bersabda
ريخلا لامعأب لخي لا مه ردق هنم دارملاف : ملاسلاو ةلاصلا هيلع هلوق امأو
نم ردقلا كلاذ نإف ,ةلاصلا ىف بلقلا راضحإب لخي لاغش بلقلا لغشي لاو
ةرخلآا لامعأ نم دصقلاو مهلا
Artinya: “keprihatinan yang tidak menghalangi amal kebaikan dan tidak menyibukkan hati hingga hati tidak dapat khusyu’ shalat, karena keprihatinan ini termasuk urusan akhirat”
Diketahui bahwa perjalanan menuntut ilmu tidak lepas dari
27
lebih utama daripada berjihad menurut pendapat kebanyakan
ulama, pahala yang diperoleh tergantung dari kepayahannya,
barangsiapa mampu bertahan ia akan merasakan kelezatan yang
melebihi seluruh kenikmatan duniawi.
h. Bab 8 tentang waktu keberhasilan
Seorang ulama berkata :
,بابشل ا خ رش ت اقولآ آ لضفآو .دحللا ىلا دهملا نم ملعتلا تقو :ليِق
نيئاشعلا نيبامو ,رحّسلا تقوو
Artinya: ”Waktu belajar sejak dari ayunan sampai ke liang lahat dan sebaik-baik waktu adalah masa muda, menjelang waktu subuh dan antara maghrib dan isya’.”
Hendaknya murid menghabiskan seluruh waktunya untuk
belajar, bila ia telah bosan dari satu bidang ilmu ia bisa berpindah
ke bidang ilmu lainnya.Ibnu Abbas ra. Jika ia merasa bosan dengan
ilmu tauhid beliau berkata:
ِءارعشلا ناويداوتاه
Artinya: “Tolong ambilkan buku syair para penyair.”
i. Bab 9 tentang kasih sayang dan nasehat
Orang yang berilmu harus bersifat kasih sayang, memberi
nasehat dan tidak iri karena iri hanya merusak dan tidak
bermanfaat
j. Bab 10 tentang istifadah (memperoleh manfaat ilmu)
Hendaknya seorang santri selalu siap setiap untuk mengambil
28
saat ia harus membawa pena agar ia bisa menulis ilmu yang ia
dengar. Seorang ulama berkata :
رق بتك نمو رف ظفح نم :ليق
Artinya: “Barangsiapa yang menghafal saja akan hilang hafalannya dan barangsiapa yang menulis akan tetap ilmunya”
k. Bab 11 tentang wara’ ketika belajar (menjaga diri dari perkara
haram)
Sebagian ulama meriwayatkan sebuah hadits ” barang siapa
yang tidak bersikap wara’ dalam menuntut ilmu Allah akan
mengujinya dengan salah satu tiga perkara: Mematikannya di usia
muda, menempatkannya di tempat orang-orang bodoh atau mengujinya menjadi pelayan raja.” Selama seorang santri semakin
wara’, ilmunya semakin bermanfaat, belajarnya semakin mudah
dan banyak mendapat ilmu. Diantara sifat wara’ yang sempurna
ialah tidak makan banyak, tidak banyak tidur, tidak banyak
berbicra yang tidak berguna, dan menjaga diri dari makanan pasar
sebisanya karena makanan di pasar lebih dekat dengan najis dan
pengkhianatan, lebih jauh dari menyebut nama Allah dan lebih
dekat pada kelalaian, selain itu mata orang-orang miskin
meliriknya tetapi mereka tidak mampu untuk membelinya, dengan
demikian hati mereka sakit dan hilanglah keberkahannya.
29
Penyebab utama memperkuat hafalan adalah kesungguhan, ketekunan, makan sedikit, shalat malam dan membaca Al Qur’an,
bahkan dikatakan :
ارظن نأرقلا ةءارق نم ظفحلل ديزأ ئيش سيل :ليق
Artinya: ”Tiada sesuatu yang memperkuat hafalan melebihi daripada membaca Al Qur’an dengan melihat”.
Sedangkan penyebab lupanya ilmu adalah memakan
ketumbar basah, apel kecut, melihat orang dipacung, membaca
tulisan di kuburan, melewati barisan unta, membuang kutu rambut
yang masih hidup di tanah, berbekam di belakang kepala,
hindarilah semua ini karena menyebabkan kelupaan.
m. Bab 13 tentang sumber dan penghambat rizqi, penambah dan
pemotong usia
Telah diterangkan dalam hadis ini bahwa melakukan
kemaksiatan penyebab terhambatnya rezki terutama berbohong,
karena hal ini menyebabkan kefakiran, bahkan telah diriwayatkan
sebuah hadits khusus mengenainya, begitu juga tidur setelah subuh
dapat menghambat rezki, banyak tidur juga dapat menyebabkan
kefakiran dan lupanya ilmu.
Penyebab utama yang dapat mendatangkan rezki adalah
menjalankan shalat dengan khusyu’,lengkap dengan
rukun-rukunnya, kewajibannya, sunnah-sunnahnya dan adab-adabnya.
30
membaca Al Waqi’ah terutama di malam hari ketika hendak tidur,
dan membaca surat Al Mulk, Al Muzammil, Al Lail, Al Insyirah,
serta mendatangi masjid sebelum adzan, selalu dalam keadaan suci,
menunaikan shalat sunnah subuh, dan shalat witir di rumah juga
dapat mendatangkan rezki
B. Sikap Ta’dzim Santri 1. Pengertian Sikap Ta’dzim
Kata ta’dzim dalam bahasa inggrisnya adalah “respect” yang
mempunyai makna sopan santun, menghormati dan mengagungkan
orang yang lebih tua atau yang dituakan.( Nicholson,1978:1-2).
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadaminta mengatakan bahwa sikap ta’dzim adalah perbuatan atau perilaku yang mencerminkan kesopanan
dan menghormati kepada orang lain terlebih kepada yang lebih tua
darinya atau kepada seorang kyai, guru dan orang yang dianggap
dimuliakan (Poerwadaminta,1976: 995)
Menurut A. Ma’ruf Asrori sikap ta’dzim diartikan lebih luas lagi
yaitu bukan hanya bersikap sopan santun dan menghormati saja akan
tetapi lebih dari itu, yaitu :
a. Konsentrasi dan memperhatikan
b. Mendengarkan nasehat- nasehatnya
31
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap ta’dzim adalah suatu totalitas dari kegiatan rohani (jiwa) yang
direalisasikan dengan perilaku dengan wujud sopan santun,
menghormat orang lain dan mengagungkan guru.
Sikap ta’dzim ini wajib dilakukan seorang santri kepada gurunya,
sebagaimana syair Syeh Salamah Abi Abdul Hamid yang diterjemahkan oleh Mas’ud bin Abdur Rohman sebagai berikut :
Artinya : “ Santri itu wajib taat kepada gurunya, menurut apa yang diperintahkan gurunya di dalam perkara yang halal, dan wajib ta’dzim (mengagungkan ) kepada gurunya.” (Mas’ud bin Abdur Rohman,1967:3-4
2. Ciri-ciri sikap ta’dzim
Menurut A. Ma’ruf ciri-ciri sikap ta’dzim ada 5 yaitu :
a. Apabila duduk di depan guru selalu sopan
b. Selalu mendengarkan perkataan guru
c. Selalu melaksanakan perintahnya
d. Berfikir sebelum berbicara kepada guru
e. Selalu merendahkan diri kepadanya. (Ma’ruf,1996:11)
Sedangkan menurut Sidik Tono, et,al., ciri-ciri sikap ta’dzim
adalah sebagai berikut :
a. Selalu bersikap hormat kepada guru
b. Selalu datang tepat waktu
32 d. Menjawab saat guru bertanya
e. Berbicara ketika sudah diberi izin
f. Selalu melaksanakan tugas yang diberikan guru. (Tono,et.
Al.,2002:107)
Menurut Syeh Salamah dalam Kitab Jawahirul Adab ciri- ciri
sikap ta’dzim adalah sebagai berikut :
a. Selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru.
b. Mengerjakan pekerjaan yang membuat guru senang
c. Senantiasa menundukkan kepala ketika duduk didekat guru.
d. Ketika bertemu guru dijalan senantiasa berhenti di pinggir jalan
seraya menaruh hormat kepadanya.
e. Senantiasa mendengarkan ketika guru menerangkan seraya
mencatat.
f. Selalu hormat kepada siapapun.
g. Menjaga nama baik guru dimanapun
Jadi secara umum ciri-ciri sikap ta’dzim adalah bila dihadapan
guru selalu menundukkan kepala dengan niat hormat, selalu
mendengarkan perkatan perkataan guru, selalu menjalankan
perintahnya, menjawab ketika ditanya, selalu merendahkan diri
kepadanya, menjaga nama baik guru dan lain-lain.
3. Fungsi Sikap Ta’dzim a. Fungsi Sikap Ta’dzim
33
2) Sebagai salah satu jalan mendapatkan ilmu yang bermanfaat
3) Untuk mengharapkan rasa pertemana
4) Memberikan penghormatan kepada sesama dan kepada orang
yang lebih tua.
b. Manfaat Sikap Ta’dzim
1) Mendapat ilmu yang bermanfaat
2) Dihormati orang lain.
3) Dicintai orang lain.
4) Banyak temannya.
5) Disenangi teman-temannya.
6) Disenangi guru.
Fungsi dan manfaat sikap ta’dzim diatas sudah bersifat spesifik,
adapun fungsi dan manfaat dari sikap ta’dzim secara umum yaitu dimana
sikap ta’dzim merupakan wahana untuk mencapai tujuan dari berbagai
fariasi tujuan dalam kehidupan manusia. Sebagai manfaatnya adalah akan
mendapatkan suatu tujuan yang diharapkan dengan tanpa menimbulkan
masalah.
C. Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’allim dengan Sikap
Ta’dzim Santri Terhadap Guru
Kitab Ta’lim Muta’allim merupakan kitab pegangan bagi orang
orang yang sedang menuntut ilmu, kandungan didalam Kitab Ta’lim Muta’allim tercantum tata cara orang menuntut ilmu, cara mendapatkan
34
seseorang yang menuntut ilmu tidak berpegangan atau tidak mengetahui Kitab Ta’lim Muta’allim, maka tidak akan tahu tatacara mencari ilmu yang
baik dan benar. Namun apabila jika seseorang yang baru menuntut ilmu itu
berpegangan atau mengetahui isi kandungan Kitab Ta’lim Muta’allim
maka akan tahu tata cara menuntut ilmu agar menjadi ilmu yang
bermanfaat. (Ya’kub, 2001:113)
Berdasarkan pengajaran Kitab Ta’lim Muta’allim, pelajaran yang
dapat diperoleh siswa adalah menghormati orang lain terutama yang lebih
tua, menghormati guru, sopan santun, taat, memuliakan kitab serta
pelaksanaan nilai-nilai moral lainnya.
Sikap- sikap diatas merupakan gambaran dari sikap ta’dzim, maka
hal tersebut hendaknya diterapkan oleh dunia pendidikan sejak dini
mungkin, agar dikelak kemudian hari mereka manjadi anak yang baik dan
selalu mengedepankan sikap ta’dzim dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari.
Akhlak dalam hal ini adalah sikap ta’dzim santri dalam
pembentukannya sangat ditentukan oleh pengajaran, terutama pengajaran-
pengajaran tentang akhlak walaupun tidak dipungkiri bahwa ada faktor
lain yang ikut membantu dalam pembentukan sikap ta’dzim, salah satunya adalah intensitas belajar Kitab Ta’lim Muta’allim yang dilakukan oleh
35
Dengan kemauan untuk belajar Kitab Ta’lim Muta’allim secara
intensif dan sungguh-sungguh maka santri akan dapat lebih memahami kandungan Kitab Ta’lim Muta’allim. Untuk itu dalam meningkatkan minat
dan niat belajar santri, sangat dipengaruhi oleh cara guru atau pengajar
dalam memotivasi santri, sehingga diharapkan dengan adanya kemauan untuk belajar Kitab Ta’lim Muta’allim akan dapat membentuk sikap dan
kepribadian santri yang mempunyai sikap menghormati orang lain, guru,
teman, orang tua, memuliakan kitab dan nilai- nilai moral lainnya untuk
dijadikan dasar dalam melaksanakan kehidupan sehari- hari terutama
36 BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna
Pondok pesantren Nurul Asna berdiri pada tanggal 22 Januari 1977
M dengan pendiri simbah KH. Asnawi dan putra beliau yaitu KH. Drs.
Nasafi, M.Pd.I. yang memiliki kapasitas kurang lebih 800m2. Lahan ini
terletak di Desa Pulutan, Sidorejo, Salatiga sekitar 200 m dari jalan raya
Salatiga-Banyu Biru.
Pondok pesantren ini diberi nama Nurul Asna dan yang memberi
nama adalah beliau KH. Asnawi, menurut Drs. H. Nasafi, M.Pd.I, beliau adalah putra dari KH. Asnawi nama “Nurul-Asna” terdiri dari 2 kata yaitu
“nur” dan “asna”. Nurun artinya cahaya dan Asna berasal dari gabungan
dua Nama yaitu Asnawi dan Nasafi. Nurul Asna sendiri mempunyai arti
sebuah cahaya yang berkilau yang memancarkan manfaat untuk semua
lapisan masyarakat yang terkena pancaran sinar tersebut. Pondok
pesantren ini berdiri dari dana pribadi keluarga kyai tersebut karena tidak
ada campur tangan masalah dana dari pemerintah, hal ini tidak menjadi
masalah yang berarti dalam pembangunan pondok pesantren yang
mempunyai tujuan mencetak santri yang militan. Pondok pesantren ini
didirikan untuk menghidupkan dan melanggengkan agama islam. Karena
mayoritas penduduk desa adalah beragama islam yang membutuhkan
37
Hingga saat ini santripondok pesantren Nurul Asna berasal dari
berbagai tempat, baik dari Kota Salatiga sendiri maupun luar Kota Salatiga
seperti: Boyolali, Magelang, Temanggung, Demak, dan dari luar Jawa
yaitu Sumatra, dan pada tahun 2003 Pondok Pesantren Nurul Asna
membangun pondok pesantren khusus putri yang berjarak ± 200 m dari
pondok pesantren putra dan sekarang jumlah santri putra dan putri adalah
128 santri yang sebagian besar adalah mahasiswa IAIN Salatiga
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Asna
Pondok pesantren Nurul Asna terletak di jalan KH. Asnawi,
Pulutan, Sidorejo, Salatiga. Pondok tersebut memiliki dua wilayah
pesantren yaitu putra di pulutan dan putri kecandran meskipun berbeda
kecamatan, akan tetapi kedua wilayah pesantren tersebut hanya berjarak
± 200 m. Letak geografis pondok pesantren Nurul Asna putra adalah
sebagai berikut:
a. Batas bagian barat : Masjid Al Hanif Pulutan
b. Batas bagian utara : Permukiman penduduk
c. Batas bagian timur : Perkebunan penduduk
d. Batas bagian selatan : Permukiman penduduk
Sedangkan letak geografis pondok pesantren Nurul Asna putri
adalah sebagai berikut:
a. Batas bagian barat : Persawahan penduduk
b. Batas bagian utara : Persawahan penduduk
38
d. Batas bagian timur : Jalan Pulutan dan permukiman
3. Profil Pondok Pesantren Nurul Asna
a. Nama : Pondok Pesantren Nurul Asna
b. Alamat : Jln. KH. Asnawi Pulutan
Kecamatan : Sidorejo
Kota : Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
c. Status pondok : Milik pribadi
d. Tahun berdiri : 1977
4. Keadaan Ustadz dan Santri a. Ustadz dan Ustadzah
Pondok pesantren Nurul Asna diampu oleh 8 ustadz dan
ustadzah baik itu berasal dari pengasuh maupun pengurus yang diberi
amanat untuk mengajar dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Daftar Pendidik Ponpes Nurul Asna
No. Nama Keterangan Asal
1. KH. Drs. Nasafi. M.Pd Pengasuh
2. Hj. Asfiah Pengasuh
3. Ustadz Mustofa, S.Pd.I Pengurus
4. Ustadz Nur Cholis Pengurus
5. Ustadz Taufiqur Rohman S.Pd.I Pengurus 6. Ustadz Akhmad Muflikhun Pengurus
7. Ustadz Najmu Tsaqib Pengurus
39 b. Santri
Jumlah santri di Pondok Pesantren Nurul Asna tahun 2016/2017 ada
128 santri putra dan putri. Adapun jumlah santri putra 44 dan putri 84,
para santri menetap di pondok dan belajar didalamnya, dan mayoritas
santri adalah mahasiswa IAIN Salatiga.
Adapun keadaan santri Pondok Pesantren Nurul Asna tahun
2016/2017 adalah sebagai berikut:
1) Santri Putra
Tabel 3.2 Daftar Santri Putra Ponpes Nurul Asna No. Jenis Kelamin Tahun Masuk Jumlah Santri
1. Laki-laki 2010 1
Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017
2) Santri Putri
Tabel 3.3 Daftar Santri Putri Ponpes Nurul Asna
No. Jenis Kelamin Tahun Masuk Jumlah Santri
1. Perempuan 2012 10
Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017
5. Struktur Organisasi Penguru Pondok Pesantren Nurul Asna
Setiap lembaga pasti memiliki struktur organisasi, karena sangat
40
terorganisasi dengan baik. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren
Nurul Asna tahun 2016/2017 adalah sebagai berikut:
a. Santri putra
Pengasuh : KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I Pembina : Nur Kholis
41
2. Fiddari Choirul Umam Sie Olah Raga :
1. Tholib 2. Joko Sie. Sarana dan Prasarana :
1. Mukton Fauzan 2. Gandi Cahyoto
b. Santri putri
Pengasuh : KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I
Pembina : Nur Kholis
Ketua : Mila Setyaningsih
Wakil Ketua : Riska Dewi
Sekretaris :
1. Nurul Fajriyah
2. Deviana Sari
Bendahara :
1. Arifatul Azizah
2. Dwi Nur Yanti
Sie. Keamanan :
1. Desi Nur Baiti
2. Vivi Wulandari
3. Darojati Rofi’ah
4. Ina Lailatul Faizah
Sie. Kebersihan :
42 2. Ulil Urwati
Sie. Kesehatan :
1. Abdin Nur Hakiki
2. Risatlatul Qudsiah
Sie. Humas :
1. Rois Analisa
2. Titik Solikhati
Sie.Pendidikan :
1. Lailatul Asfufah
2. Dewi Masruroh
6. Program Pengajaran Pondok Pesantren Nurul Asna
Program pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul
Asna adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Pondok
Seperti halnya pondok pesantren yang lain, Pondok Pesantren Nurul
Asna melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari berbagai ilmu, akan
tetapi waktunya sangat terbatas sekali, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan ba’da maghrib, ba’da ‘isyak dan ba’da subuh saja, karena
disiang hari kebanyakan dari santri melakukan kegiatan perkuliahan
43 b. Kegiatan Santri
1) Harian
Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian Ponpes Nurul Asna
Waktu Kegiatan Keterangan
Subuh Jama’ah subuh Semua santri
Ba’da Subuh Kitab Jawahirul Bukhori Selasa
Kitab Tafsir Jalalain Rabu s.d jum’at Kitab Durotun Naskhin Sabtu s.d senin
06.00 Piket Pagi Piket sesuai jadwal
07.00-17.00 Aktifitas perkuliahan -
Maghrib Shalat Maghrib berjama’ah Semua santri
Ba’da Maghrib Sorogan Al-qur’an Jum’at s.d rabu
Isya’ Isya’ berjama’ah Semua santri
‘Alami wa Muta’alim, Kelas III Bulughul Maram, ‘Idhotun
Nasikhin
Kelas IV
21.00 Istirahat
Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017
2) Mingguan
Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Mingguan Ponpes Nurul Asna
Waktu Kegiatan Keterangan
Malam Rabu Futsal Khusus santri putra
Kamis / Malam
44
oleh para anggota grup rebana Nurul Asna
Sabtu Piket kamar mandi Piket sesuai jadwal Senam pagi Khusus santri putri Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017
3) Bulanan
Tabel 3.6 Daftar Kegiatan Bulanan Ponpes Nurul Asna
Waktu Kegiatan Keterangan
Minggu legi Sima’an alqur’an Kediaman
pengasuh Ponpes putra Nurul Asna Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017
4) Tahunan
Tabel 3.7 Daftar Kegiatan Tahunan Ponpes Nurul Asna
Waktu Kegiatan Keterangan
Ramadhan Kajian kitab kuning pada bulan Ramadhan (kilatan)
Aula ponpes putri Nurul Asna
Sya’ban Haflah Akhirussanah Ponpes putra Nurul Asna
Muharram Mujahadah Akbar Ponpes putri Nurul Asna
45 e. Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pengembangan bakat, minat serta potensi para santri seperti olah raga, seni, da’wah,
wirausaha, pertanian, peternakan dan lain sebagainya.
7. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Asna
Dalam upaya untuk menunjang pendidikan di pondok pesantren
Nurul Asna, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai serta
pemanfaatan secara optimal. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh pondok pesantren Nurul Asna antara lain:
Tabel 3.8 Daftar Sarana dan Prasarana Ponpes Nurul Asna
No. Nama Barang Jumlah
46 8. Metode Pembelajaran Kitab Islamiyah
Ada banyak metode yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul
Asna yaitu metode taqlidiyah, yang terdiri dari:
a. Metode Sorogan
b. Metode Bandongan
c. Metode Musyawarah
B.Penyajian Data Hasil Penelitian 1. Daftar Responden
Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama orang yang
dijadikan objek penelitian. Untuk itu jelasnya penulis sajikan dalam bentuk
tabel berikut sebagai berikut:
Tabel 3.9
Daftar Responden Santri Nurul Asna, Pulutan tahun 2017
47
14. Abdin Nur Khaqiqy Perempuan 2014
15. Arifatul Azizah Perempuan 2014
16. Titik Sholikhati Perempuan 2014
17. Vivi Wulandari Perempuan 2014
18. Riska Dewi Perempuan 2014
19. Lailatul Asfufah Perempuan 2014 20. Lutfiyatus Saidah Perempuan 2014
21. Desi Nur Baiti Perempuan 2014
22. Evi Fatmasari Perempuan 2014
23. Ina Lailatul Faizah Perempuan 2015 24. Setyaning Surya Utami Perempuan 2014
25. Nur Cahyati Perempuan 2014
26. Dewi Masruroh Perempuan 2015
27. Arina Mana Sikana Perempuan 2015
28. Lucky Kurnia Perempuan 2015
29. Qurroh Abdillah Luthfiana Perempuan 2015
30. Risky Munarsih Perempuan 2015
31. Devia Namira Perempuan 2015
32. Nurul Fajriyah Perempuan 2015
33. Ulil Urwati Perempuan 2015
34. Deviyana Sari Perempuan 2015
35. Eka Nisrokhah Perempuan 2015
36. Ika Kurniasari Perempuan 2015
37. Khoirul Hidayah Perempuan 2015
38. Anisatun Nafisa Perempuan 2015
39. Mawadah Warohmah Perempuan 2015 40. Risalatul Qudsiyah Perempuan 2015
41. Asma Perempuan 2015
48
44. Mei Rina Dewi Rahayu Perempuan 2015 45. Wiwid Setyo Larasati Perempuan 2015
46. Darojati Rofi’ah Perempuan 2015
Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017
2. Jawaban Responden
Dalam pengumpulan data tentang intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’allim terhadap sikap Ta’dzim santri, penulis mendistribusikan angket
pada santri kelas wustho yang terdiri dari 46 santri, 13 laki-laki dan 33
perempuan. Penulis memberikan pertanyaan sebanyak 30 pertanyaan, yang
terdiri dari 15 pertanyaan mengenai Intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’allim dan 15 pertanyaan mengenai sikap ta’dzim siswa. Adapun hasil
jawaban angket dari data siswa tersebut di atas sebagai berikut :
Tabel 3.10
Jawaban Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim