• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTENSITAS BELAJAR KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI TERHADAP GURU DI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA PULUTAN KEC.SIDOREJO SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan islam (S.Pd.I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN INTENSITAS BELAJAR KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI TERHADAP GURU DI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA PULUTAN KEC.SIDOREJO SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan islam (S.Pd.I)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PULUTAN KEC.SIDOREJO SALATIGA 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan islam (S.Pd.I)

Oleh:

MISBAKHUL MUNIR NIM 111-11-154

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI TERHADAP GURU DI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA

PULUTAN KEC.SIDOREJO SALATIGA 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MISBAKHUL MUNIR NIM. 11 1-11-154

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Misbakhul Munir NIM : 111-11-154

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga, September2017

Yang menyatakan

(5)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama :Misbakhul Munir

NIM :111-11-15

Fakultas :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan :Pendidikan Agama Islam

Judul :HUBUNGAN INTENSITAS BELAJAR KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI TERHADAP GURU DI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA PULUTAN KEC. SIDOREJO SALATIGA

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga,29 Agustus 2017 Pembimbing

Dra. Maryatin, M.Pd

(6)

Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru di Pondok Pesantren Nurul Asna

Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga DISUSUN OLEH

MISBAKHUL MUNIR NIM: 111-11-154

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, tanggal 06 Februari 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Sekretaris Penguji : Penguji I : Penguji II :

Salatiga, 29 Agustus 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Suwardi, M.Pd

(7)

iv MOTTO

Hargailah waktu, karena sesuatu yang tidak pernah bisa terulang dan tak akan bisa

(8)

v

PERSEMBAHAN

1. Terimakasih kepada kedua orang tua, yaitu Bapak Muhlasin & Ibu Siti

Afrokah yang senantiasa tulus memberikan dukungan dan doa restunya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di IAIN

Salatiga.

2. Kedua saudaraku, Nurul Khoirunisa, S.Pd.I dan Khoirul Anam yang selalu

menjadi penyemangat selama penyusunan skripsi ini.

3. Kepada Ibu Maryatin, M.Pd. yang telah memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

4. Kepada Bapak Drs. KH Nasafi M.Pd.I selaku pengasuh Pondok Pesantren

Nurul Asna, yang telah banyak memberikan bekal ilmu agama dan

pelajaran tentang kehidupan.

5. Ahmad Yusuf RifQi, ST. yang telah memberi motivasi, semangat dan

bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat dari Pondok Pesantren Nurul Asna, Nur Kholis, Tamizin, Rudi, Umam, Taufikur, Naja, Laili Safa’ah dan semua keluarga besar

Ponpes Nurul Asna terimakasih banyak untuk semangat dan kebersamaan

kalian selama ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,

(9)

vi

KATA PENGANTAR

مسب

الله

نمحرلا

ميحرلا

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke

jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi

tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “HUBUNGAN INTENSITAS BELAJAR KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM DENGAN SIKAP TA’DZIM SANTRI DI

PONDOK PESANTREN NURUL ASNA PULUTAN KEC. SIDOMUKTI

SALATIGA”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatia

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Progdi PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi

(10)

vii

5. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat

terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah

SWT.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan

saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan menambah ilmu

pengetahuan tentang dunia pendidikan bagi pembaca.

Salatiga, 29 Agustus 2017

(11)

viii ABSTRAK

Munir, Misbakhul. 2017. Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru di Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan kec. Sidorejo Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.

Kata kunci: Intensitas Belajar, Kitab Ta’limul Muta’allim, Sikap Ta’dzim.

Penelitian ini merupakan upaya untuk menjawab apakah ada hubungan intensitas belajar kitab Ta’lim Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga. Pertanyaan pertama yang ingin di jawab (1) Bagaimanakah intensitas santri dalam mengikuti pembelajaran kitab Ta’limul Muta’allim di Pondok Pesantren Nurul Asna? (2) Bagaimanakah sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul Asna? (3) Adakah hubungan antara intensitas belajar kitab Ta’lim Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul Asna

Metode penelitian yang digunakan adalah mengunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan kec. Sidomukti Salatiga dengan populasi sebanyak 128 Santri dan sampel sebanyak 46 Santri. Jenis data yang digunakan adalah penelitian lapangan (research), sumber datanya meliputi data primer dan data sekunder, sedangkan pengumpulan data menggunakan angket, observasi dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus persentase dan rumus korelasi product moment.

(12)

ix

(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Hipotesis Penelitian ... 4

(14)

xi

G. Variabel Penelitian ... 6

H. Metode Penelitian ... 7

I. Instrumen Penelitian ... 9

J. Analisis Data ... 10

K. Sitematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 13

1. Pengertian Intensitas Belajar ... 13

2. Hakikat Intensitas Belajar ... 14

3. Pengertian Kitab Ta’lim Muta’alim ... 20

4. Materi Yang Terkandung Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim ... 21

B. Sikap Ta’dzim Santri ... 30

1. Pengertian Sikap Ta’dzim ... 30

2. Ciri-ciri Sikap Ta’dzim ... 31

3. Fungsi Sikap Ta’dzim ... 32

C. Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’li Muta’lim Dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru ... 33

BAB III HASIL PENELITIA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

1. Sejarah Berdirinya Pondok ... 36

2. Letak Geografis Pondok ... 37

3. Profil Pondok ... 38

(15)

xii

5. Struktur Organisasi Pengurus Pondok ... 39

6. Progam Pengajaran Pondok ... 42

7. Sarana dan Prasarana Pondok ... 44

8. Metode Pembelajaran Kitab ... 45

B. Penyajian Data ... 46

1. DaftarResponden ... 46

2. Hasil Jawaban Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim .. 48

3. Hasil Jawaban Angket Sikap Ta’dzim Santri ... 50

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ... 52

1. Analisis Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 53

2. Analisis Sikap Ta’dzim Santri ... 58

B. Analisis Uji Hipotesis ... 63

C. Analisis Lanjut ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

C. Penutup ... 68

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pendidik Ponpes Nurul Asna ... 38

Tabel 3.2 Daftar Santri Putra Ponpes Nurul Asna ... 39

Tabel 3.3 Daftar Santri Putri Ponpes Nurul Asna ... 39

Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian Ponpes Nurul Asna ... 42

Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Mingguan Ponpes Nurul Asna ... 43

Tabel 3.6 Daftar Kegiatan Bulanan Ponpes Nurul Asna... 44

Tabel 3.7 Daftar Kegiatan Tahunan Ponpes Nurul Asna ... 44

Tabel 3.8 Daftar Sarana dan Prasarana Ponpes Nurul Asna ... 45

Tabel 3.9 Daftar Responden Santri Nurul Asna... 46

Tabel 3.10 Jawaban Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 48

Tabel 3.11 Jawaban Angket Sikap Ta’dzim SAntri ... 50

Tabel 4.1 Daftar Nilai Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim .... 53

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim... 55

Tabel 4.3Interval Katagori dan Presentase Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim ... 57

Tabel 4.4 Daftar Nilai Angket Sikap Ta’dzim Santri ... 59

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ta’dzim Santri ... 60

Tabel 4.6 Interval Katagori dan Presentase Sikap Ta’dzim Santri ... 62

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di

Indonesia. Pondok pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka,

bahkan Islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang sejalan

dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya.

Pondok pesantren merupakan pendidikan non formal yang dapat

mengubah tingkah laku santri ke arah yang lebih baik, sehingga banyak

orang mempercayakan sebagian tanggung jawab dalam pondok pesantren,

khususnya dalam upaya membentuk budi pekerti yang luhur. Oleh karena itu

dalam pondok pesantren mulai perasaan, perilaku, dan kedekatan pada guru

sangat mempengaruhi terhadap jiwa santri. Itulah sebabnya guru bukan hanya

sekedar pendidik saja, akan tetapi juga sebagai sauri tauladan bagi

santri-santrinya dalam upaya membina ke arah yang sehat, khususnya dalam akhlak.

Dengan demikian, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membentuk pribadi santrinya karena kehadiranya dirasa perlu dalam berbagi

kegiatan di pesantren.

Didalam pondok pesantren banyak dikaji kitab-kitab klasik. Pengajaran

kitab Ta’limul Muta’alim atau sering dikenal dengan pengajaran akhlak yang

bertujuan untuk membetuk pribadi muslim yang berakhlak tinggi dan mulia

(18)

2

Sikap Ta’dzim merupakan wujud dari manusia terdidik. Sebagai mana

maqalah dalam bahasa arab sebagai berikut:

Artinya : “Akhlak (sikap ta’dzim) ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.

(Nata,1997:5)

Apabila santri intens dalam memperoleh ilmu melalui kitab terkait,

maka mereka memiliki kesopanan yang tinggi, ikhlas dan jujur, bersikap

ta’dzim dan taat kepada guru merupakan salah satu wujud dari pendidikan

agama Islam khususnya dalam bidang akhlak.

Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat intensitas belajar kitab Ta’limul

Muta’alim terkait hubungannya dengan ke Ta’dziman santri terhadap guru, maka penulis mengambil judul ” Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim

Muta’alim Dengan Sikap Ta’dzim Santri Terhadap Guru Di Pondok

Pesantren Nurul Asna Desa Pulutan Salatiga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang

akan diteliti adalah:

1. Bagaimanakah intensitas santri dalam mengikuti pembelajaran kitab Ta’limul Muta’alim?

2. Bagaimanakah sikap ta’dzim santri terhadap guru di Pondok Pesantren

(19)

3

3. Adakah hubungan antara intensitas pembelajaran kitab Ta’limul

Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri Terhadap guru di Pondok Pesantren

Nurul Asna?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui intensitas santri dalam mengikuti pembelajaran kitab

Ta’limul Muta’alim di Pondok Pesantren Nurul Asna.

2. Untuk mengetahui keta’dziman santri Terhadap guru di Pondok Pesantren

Nurul Asna.

3. Untuk mengetahui hubungan intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’alim

dengan sikap ta’dzim santri Terhadap guru di Pondok Pesantren Nurul

Asna.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada di atas, maka manfaat penelitian ini,

antara lain :

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada

dunia pendidikan dan pondok pesantren mengenai hubungan intensitas

belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan perilaku ta’dzim santri

kepada guru di Pondok Pesantren Nurul Asna

2. Secara Praktis

Memberikan contoh dan pentingnya perilaku ta’dzim kepada guru,

(20)

4

menghargai kepada sesama terutama kepada guru dan orang yang

lebih tua..

E. Hipotesis

Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris” ( Suryabrata2003:21 ).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan sikap

ta’dzim santri kepada guru di Pondok Pesantren Nurul Asna. Dengan kata lain

semakin intensif santri dalam mempelajari kitab Ta’limul Muta’alim maka

semakin ta’dzim santri kepada guru.

F. Definisi Operasional

Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda

dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut diatas :

1.Intensitas

Intensitas adalah keadaan tingkatan atau intensnya (Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia 2002, 731). Tingkatan disini mengambarkan

seberapa seringnya santri dalam belajar Kitab Ta’lim Muta’alim

2. Belajar

Menurut Miarso (2004:545) pembelajaran adalah suatu usaha yang

disengaja, bertujuan dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi

(21)

5 3. Kitab Ta’limul Muta’alim

Kitab Ta’limul Muta’allim mempunyai arti Bimbingan bagi penuntut

ilmu pengetahuan. (As’ad, 2007: 1 )

4. Sikap

Menurut Ngalim Purwanto (1987:141), sikap atau yang dalam bahasa

inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu

perangsang

5. Ta’dzim

W.J.S. Poerwadarminta mengatakan bahwa sikap ta’dzim adalah salah

satu bentuk perbuatan atau sikap yang mencerminkan perilaku sopan

dan menghormati pada orang yang lebih tua atau pada seorang

sesepuh, kiyai, guru dan orang yang dianggap dimulyakan (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1979: 995).

6. Santri

Kata santri mempunyai dua arti. Pertama santri sebagai murid atau

orang yang belajar di pondok pesantren. Kedua, santri sebagai sebutan

bagi kelompok yang memeluk agama Islam dan tergolong taat dalam

memenuhi dan menjalankan ajaran Islam (Mulham, 2003:300).

Berdasarkan beberapa istilah yang telah dijelaskan di atas, maka

maksud dari judul penelitian ini adalah keterkaitan antara seberapa

seringnya santri putra dan putri Pondok Pesantren Nurul Asna dalam belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan sikap Ta’dzim santri terhadap

(22)

6 G. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen, merupakan variabel inti atau bebas yang berbunyi “intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’allim” (sebagai variable X),

dengan indikator:

a. Sering datang tepat waktu saat mengikuti pembelajaran

b. Sering inten dalam mendengarkan dan memahami yang disampaikan

guru

c. Sering membuat catatan (memaknani kitab)

d. Sering membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika waktu

luang

e. Intensitas dalam mempelajari Kitab ta’lim Muta’alim

2. Variabel Dependen, merupakan variabel terikat yang berbunyi “Sikap Ta’dzimSiswa” (sebagai variabel Y), dengan indikator :

a. Memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran

b. Mematuhi nasehat guru dan perintahnya

c. Menghormati semua orang

d. Menundukkan kepala seraya mengucap salam saat bertemu guru

e. Berfikir terlebih dahulu sebelum berkomentar atau berbicara

f. Disiplin dalam mengikuti pembelajaran

H. Metode Penelitian.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

(23)

7

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Pendekatan ini melakukan penelitian kuantitatif yang bersifat

korelasional, untuk mengetahui hubungan tiap variabel penelitian

menggunakan analisis statistik prosentase dan teknik analisis product

moment untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel.

2. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Asna

Desa Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga. Penelitian ini akan dilaksanakan

pada bulan Februari sampai dengan Maret 2017.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah seluruh anggota yang diteliti

(Arikunto,2010:173). Maksud dari populasi dalam penelitian ini

adalah jumlah keseluruhan santri putra dan putri yang ada di Pondok

Pesantren Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga. Adapun jumlah

santri Pondok Pesantren Nurul Asna adalah 128 santri, dengan rincian

41 santri putra dan 87 santri putri.

b.Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

(Arikunto, 2010:174). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

(24)

8

Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau

20-25%. Karena yang mengikuti pembelajaran kitab Ta’limul Muta’alim kelas menengah (wustho) berjumlah 46 santri, dengan

rincian santri putra 13 orang santri putra dan santri putri 33 santri.

Dengan total jumlah santri kelas wustho yang kurang dari 100 maka di

ambil semua sebagai sampel sehingga disebut total sampling.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini

baik intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim santri maupun

mengenai sikap ta’dzim santri kepada guru, maka penulis mengunakan

metode-metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Angket

Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang di

gunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti

laporan pribadi atau hal-hal yang di ketahui” (Arikunto,

1993:128). Metode angket dalam penelitian ini digunakan

untuk mendapatkan data tentang intensitas belajar kitab Talimul Mua’alim dan sikap Ta’dzim santri terhadap guru.

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk

mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan

prosedur yang sadar Arikunto, (2010:265). Dalam penelitian

(25)

9

digunakan untuk mendapatkan data santri dan tentang

kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Asna,

terutama pembelajaran Kitab Ta’limul Muta’alim.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi yaiyu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip,buku, surat kabar,

prasasti, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data santri dan

proses pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Asna dalam

penelitian ini.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data” (Arikunto, 2010:192). Instrumen yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas belajar kitab Ta’limul

Muta’alim dengan sikap Ta’dzim santri terhadap guru.

Angket dibagikan kepada santri putra dan putri kelas wustho

Pondok Pesantren Nurul Asna, dan setiap jawaban mempunyai skor

1-4 dengan pengkatagorian : skor 1-4 artinya sangat baik, skor 3 berarti

baik, skor 2 berarti kurang baik, skor 1 berarti tidak baik. Angket yang

telah dijawab oleh santri kemudian akan dilakukan pengkatagorian

intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim dengan sikap ta’dzim

(26)

10 6. Analisis Data

a. Analisis Awal

Analisis awal ini untuk mengetahui intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’alim dengan keta’dziman santri terhadap guru. Teknik

analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai berikut:

P

=

x 100 %

Keterangan:

P = Prosentase individu dalam golongan

F = Frekuensi.

N = Jumlah subjek dalam golongan.

b. Analisis Lanjut

Sebagai analisis lanjutan adalah dengan menggunakan teknik

statistik untuk mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variable intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim dengan

sikap Ta’dzim santri terhadap guru. Teknik analisisnya memakai

Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

(27)

11 XY : Perkalian antara X dan Y

X : Variabel pengaruh yaitu mengikuti kajian

Y : variabel keta’dziman santri terhadap guru

N : Jumlah responden

I. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah dalam memahami skripsi ini, akan disusun

sistematika penulisan skipsi sebagai berikut :

1. Bagian Awal

Terdiri dari: halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman

pengesahan, halaman abstrak, halaman pernyataan keaslian

skripsi,halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar,

halaman daftar isi dan halaman daftar tabel.

2. Bagian Isi

Pada bagian isi ini memuat 5 bab yang akan dibahas, sebagaimana

berikut : Bab I, pendahuluan, bab ini memuat latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis

penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, metode penelitian,

sistematika penulisan skripsi

Bab II, kajian pustaka, intensitas belajar kitab ta’lim muta’alim dan

sikap ta’dzim santri. Intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’alim

meliputi; pengertian intensitas belajar, pengertian dan kandungan Kitab Ta’lim Muta’alim dan konsep belajar Kitab Ta’lim Muta’alim. Sikap

(28)

12

fungsi dan manfaat sikap ta’dzim. Hubungan intensitas belajar Kitab

Ta’limul Muta’alim dengan sikap ta’dzim santri terhadap guru di

Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga.

Bab III, hasil penelitian, berisi gambaran umum Pondok Pesantren

Nurul Asna Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga yang meliputi: sejarah

berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna, visi dan misi Pondok

Pesantren Nurul Asna, letak geografis, jadwal keseharian pondok dan

penyajian data penelitian

Bab IV, analisis data yang meliputi: analisis pendahuluan, analisis

uji hipotesis dan analisis lanjut

Bab V, penutup berisi kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan

masukan didalam pesantren dan pendidikan akhlak bagi santri atau

masyarakat.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, daftar riwayat hidup

(29)

13 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’allim 1. Pengertian Intensitas Belajar

Menurut tim Prima Pena (2006:209) intensitas adalah

kemampuan, kekuatan atau kehebatan, sedangkan menurut Nurkholif

Hazim (2005:191), intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan

untuk suatu usaha. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan

sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat

untuk mencapai tujuan.

Definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingka laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Sedangkan

menurut Abdillah dalam Komri (2015:218) menyimpulkan bahwa

belajar adalah suatuusaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif,afektif,dan pesikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap pada

kepribadian seseorang melalui latihan dan pengalaman, yang dapat

(30)

14

membandingkan tingkah laku seseorang sebelum dan sesudah

mengalami peristiwa belajar.

Berdasarkan istilah-istilah diatas maka dapat disimpulkan

intensitas belajar adalah kesanggupan, kesungguhan siswa dalam

belajar atau giat belajar yang dilakukan siswa dalam upaya

memperoleh pemahaman, pengetahuan serta tingkah laku yang lebih

baik melalui prosedur latihan dan pengalaman yang dilakukan baik

disekolah maupun di rumah.

2. Hakikat Intensitas Belajar

Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi maka akan

menunjukan hasil yang baik, karena intensitas belajar siswa akan

sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni

meningkatkan prestasinya. Kata intensitas sangat erat kaitannya

dengan motvasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk

terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar harus didahului

dengan adanya motivasi dari siswa itu sendiri.

Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar

siswa. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab

seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya

(31)

15 a. Motivasi

Menurut Gletmen dan Reber yang dikutip Muhibbin Syah

(1994: 136) bahwa pengertian dasar motivasi adalah keadaan

internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang

mendorongnya untiuk melakukan sesuatu. Disini motivasi berarti

pemasok daya untuk berbuat atau bertingkah laku secara terarah.

Hal ini sejalan dengan pendapat M.C. Donal yang memberikan pengertian bahwa “Motivasi adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa (Jamaludin, dkk

2015: 150)

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan

yang berasal dari dalam diri individu yang dapat melakukan

tindakan belajar, termasuk didalamnyan adalah perasaan menyukai

materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan

motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang mendorong untuk

melakukan tindakan karena adanya rangsangan dari luar individu,

pujian , dan hadiah atau peraturan sekolah, suri tauladan orang tua,

guru dan seterusnya, merupakan contoh konkrit motivasi ekstrinsik

yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Dalam hal ini Sadirman A.M. (1990: 84-85), mengemukakan

(32)

16

manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak motor yang

melepaskan energi.

Dengan demikian, motivasi itu akan mendorong seseorang

yang belajar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan

kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun yang terutama

didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan

dapat mencapai prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang

peserta didik/mahasiswa akan sangat menentukan tingkat

pencapaian prestasi belajar.

b. Durasi Kegiatan

Durasi kegiatan adalah berapa lamanya kemampuan

penggunaan untuk melakukan kegiatan. Dari indikator ini dapat

dipahami bahwa motivasi akan terlihat dari kemampuan seseorang

menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan. Yaitu dengan

lamanya siswa menyediakan waktu untuk belajar setiap harinya.

c. Frekuensi Kegiatan

Frekuensi dapat diartikan dengan kekerapan atau kejarangan

kerapnya (Porwadarminta, 1984: 283), frekuensi yang dimaksud

adalah seringnya kegiatan itu dilaksanakan dalam periode waktu

tertentu. Misalnya dengan seringnya siswa melakukan belajar baik

(33)

17 d. Presentasi

Presentasi yang dimaksud adalah gairah, keinginan atau

harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran,

target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang

dilakukan. Ini bsia dilihat dari keinginan yang kuat bagi siswa

untuk belajar.

e. Arah sikap

Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk

bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif

ataupun negatif. Dalam bentuk yang negatif akan terdapat

kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, bahkan

tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuk yang

positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan

mengharapkan objek tertentu. Contohnya, apabila siswa

menyenangi materi tertentu maka dengan sediri siswa akan

mempelajari dengan baik. Sedangkan apabila tidak menyukai

materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak

acuh.

f. Minat

Minat timbul apabila individu tertari pada sesuatu karena

sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang

(34)

18

mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

g. Aktivitas

Aktivitas diartikan sebagai suatu kegiatan yang mendorong

atau membangkitkan potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang

anak. Setiap gerak yang dilakukan secara sadar oleh seorang dapat

dikatakan sebagai aktivitas. Aktivitas merupakan ciri dari manusia,

demikian pula dalam proses belajar mengajar itu sendiri merupakan

sejumlah aktivitas yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya

prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar

mengajar aktivitas W.J Poerdarminta (1985: 26) bahwa aktivitas

sebagai atau kesibukan.

Ada beberapa aktifitas siswa sewaktu berlangsungnya suatu

kegiatan yaitu:

1) Membaca

Membaca merupakan aktifitas belajar. Belajar merupakan set

maka belajar atau membaca untuk keperluan belajar harus

menggunakan set, maka belajar atau membaca untuk keperluan

belajar harus menggunakan set. Misalnya dengan mulai

memperhatikan judul bab, topic-topik utama, dengan

berorientasi kepada tujuan dan keperluan (Wasty Sumanto,

(35)

19 2) Bertanya

Bertanya merupakan proses aktif, bila siswa tidak atau bahkan

kurang dilibatkan maka hasil belajar yang dicapai akan rendah.

Bentuk keterlibatan siswa itu misalnya, dengan bertanya tentang

hal-hal yang belum dipahami atau menjawab pertanyaan yang

diajukan

3) Mencatat

Mencatat erat kaitannya sebagai aktivitas belajar adalah

mencatat yang didorong oleh kebutuhan dan tujuan, dengan

menggunakan set tertentu agar catatannya itu berguna.

4) Mengingat

Mengingat yang termasuk aktivitas belajar adalah mengingat

yang didadasari untuk suatu tujuan, misalnya menghafal suatu

materi

5) Latihan

Latihan termasuk aktivitas belajar, orang yang melaksanakan

latihan tentunya mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan

tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek pada dirinya.

Dalam latihan terjadi interaksi yang interaktif antara subjek

dengan lingkungannya hasil belajar akan berupa pengalamannya

yang dapat mengubah dirinya yang kemudian akan

(36)

20 6) Mendengarkan

Dalam proses belajar mengajar seorang guru sering

menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi

disamping metode lainnya. Dalam hal ini, tugas pokok siswa

ketika guru sedang menyampaikan materi adalah mendengarkan

yang didorong oleh minat dan tujuan. Untuk memahami suatu

materi seseorang siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kerajinan

saja tetapi dipengaruhi juga oleh ketelitian dan ketekunan

seseorang siswa dalam mendengarkan materi yang disampaikan.

3. Pengertian Kitab Ta’lim Muta’allim

Kitab Ta’lim Muta’allim adalah kitab akhlak yang di karang oleh

Syaikh Az-Zarnuji. Sedangkan biografi Syaikh Az-Zarnuji yaitu kata

Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab ini.

Sedang Az-Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kota

tempat beliau berada, yaitu kota Zarnuj. Di antara dua kata itu ada

yang menuliskan gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama),

sehingga menjadi Syaikh Burhanuddin Az Zarnuji.(As’ad,2007:ii)

Kelahiran atau masa hidup Az-Zarnuji hanya dapat diperkirakan

lahir pada sekitar tahun 570 H, sedangkan tentang kewafatannya

terdapat perbedaan, ada yang menyatakan beliau wafat pada tahun 591

H (1195 M) dan menurut keterangan Plessner, bahwasanya ia telah

menyusun kitab tersebut setelah tahun 593 H (1197), perkiraan

(37)

21

pendapat dari guru beliau yang yang ditulis dalam Kitab Ta’lim

Muta’allim, dan sebagian guru beliau yang ditulis dalam kitab tersebut

meninggal dunia pada akhir abad ke-6 H, dan beliau menimba ilmu

dari gurunya saat masih muda. Az-Zarnuji merupakan ulama yang hidup satu periode dengan Nu’man bin Ibrahim Az-Zarnuji yang

meninggal pada tahun yang sama, diapun meninggal tidak jauh dari

tahun tersebut karena keduanya hidup dalam satu periode dan generasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Az-Zarnuji wafat tahun

640 H/1242M. (As’ad,2007:iii)

Kitab Ta’lim Muta’allim ini ditulis oleh Syaikh Az-Zarnuji

dikarenakan beberapa hal, di antaranya, beliau melihat banyaknya

orang yang mencari ilmu dengan bersungguh-sungguh tetapi tidak

menghasilkan apa-apa, atau menghasilkan ilmu, tetapi tidak memberi

manfaat. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa yang mendorong Az-Zarnuji menyusun kitab Ta’lim Muta’allim adalah sebagai berikut :

a. Az-Zarnuji memandang bahwa banyak penuntut ilmu itu salah

menempuh jalan, sehingga mereka tidak memperoleh apa yang

menjadi tujuan, baik sedikit maupun banyak

b. Az-Zarnuji ingin menjelaskan cara-cara yang harus ditempuh di

dalam menuntut ilmu dengan mengacu pada kitab-kitab yang

(38)

22

harapan agar mendapatkan keberuntungan dan keselamatan di

akhirat

4. Materi yang Terkandung dalam Kitab Ta’lim Muta’allim

Kitab Ta’lim Muta’allim sendiri memiliki makna menunjukkan

jalan atau cara-cara menuntut ilmu kepada para pencari ilmu. Supaya

para penuntut ilmu bisa menghasilkan ilmu yang bermanfaat, bisa

diamalkan dan menambah pahala bagi pemilik ilmu tersebut.Maka dari

itu, supaya mudah dimengerti dan dipahami, kitab Ta’lim Muta’allim dalam karangan Aly As’ad diperinci dalam 13 bahasan :

a. Bab 1 tentang pengertian ilmu, fiqih dan keutamaannya

Berisi tentang keutamaan ilmu dan Shohibul Ilmi, sekaligus

keutamaan Ahli Fiqih. Sebab setiap para penuntut ilmu harus tahu

bagaimana tata cara sholat, zakat, dan lain-lainnya, hal-hal itu

merupakan cabang-cabang ilmu dari ilmu Fiqih yang wajib dicari

dan dipelajarinya.

Bukan saja mempelajari Ilmu Fiqih yang Fardhu Ain

hukumnya, tetapi ilmu Tauhid sama saja hukumnya, yaitu Fardhu

Ain, sebab berkaitan dengan keyakinan dan aqidah yang dimiliki

oleh seorang muslim, agar keyakinan tidak luntur dan goyah seiring

dengan perubahan zaman, apalagi sekarang ini banyak keyakinan

dan aliran keagamaan yang bermunculan bak bagaikan jamur yang

bertaburan, yang mungkin akan menyerang dan merusak keyakinan

(39)

23

Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Nabi Muhammad adalah Rasul

yang terakhir.

b. Bab 2 tentang niat dalam belajar

Pada Bab ini, syekh Al-Zarnuji menjelaskan secara jelas

tetang masalah niat. Karena niat merupakan pokok dan dan harus

dimiliki oleh para penuntut ilmu. Beliau menjelaskan bagaimana

seorang penuntut ilmu berniat, karena dengan niat yang

sungguh-sungguh dalam melakukan aktifitas belajar maka akan

mendapatkan pahala baik di dunia dan di akhirat. Syekh Al-Zarnuji

menjelaskan bahwa niat adalah azaz segala perbuatan. Maka dari

itu adalah wajib berniat dalam belajar. Konsep niat dalam belajar

ini menagacu kepada hadis Nabi Muhammad saw yang artinya “Hanyasanya semua pekerjaan itu harus mempunyai niat, dan

hanyasanya setiap pekerjaan itu apa yang ia niatkan”. (HR.

Bukhari)

Contoh amal duniawi seperti makan,minum dan tidur bisa

jadi amal ukhrawi seperti shalat, membaca dzikir jadi amal duniawi

dengan niat yang jelek seperti riya’. Zarnuji berpendapat bahwa

belajar adalah suatu pekerjaan, ia harus mempunyai niat belajar.

Zarnuji menjelaskan bahwasanya dalam belajar hendaklah berniat

untuk :

1) Mencari ridha Allah azza wa jalla

(40)

24

3) Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan

dalam kaum yang bodoh

4) Mengembangkan dan melestarikan Islam

5) Mensyukuri nikmat akal dan badan yang sehat

c. Bab 3 tentang memilih ilmu, guru, teman dan tentang ketabahan

Syekh Az-Zarnuji bukan saja menjelaskan tentang niat, akan

tetapi beliau juga menjelaskan bagaimana mencari seorang guru

yang akan dijadikan sebagai pembimbing, penuntun dan

pentransfer ilmu pengetahuan kepada kita, dan juga menjelaskan

bagaimana kita mencari teman yang akan kita jadikan sebagai

partner dalam mencari ilmu, sebab dengan berteman dengan yang

malas secara otomatis kita akan ikut menjadi malas pula.(As’ad,2007:24)

d. Bab 4 tentang penghormatan terhadap ilmu dan ulama

Syeh Al-Zarnuji menjelaskan cara memuliakan ilmu dan cara

memuliakan para guru dan Kyai selaku shohibul ilmi. Seorang

yang mencari ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan

keutamaannya, terkecuali menghormati ilmu, para guru, Kyai, dan

termasuk memuliakan ilmu adalah menulis dengan tulisanyang

baik dan jelas, agar kita tidak menyesal dan dicaci maki oleh anak

cucu kita.

Adab yang tidak boleh dilakukan terhadap guru:

(41)

25

2) Tidak menduduki tempat yang diduduki seorang guru

3) Tidak mendahului bicara dihadapan guru kecuali dengan

izinnya

4) Tidak bertanya dengan pertanyaan yang membosankan guru

5) Tidak menganggu istirahat guru

6) Tidak menyakiti hati guru.(As’ad,2007:38)

e. Bab 5 tentang tekun dan semangat

Seorang murid harus memiliki semangat dan ketekunan,

ىنعتت امردقب .جلو جلو بابلا عرق نمو ،دجو دجو ائيش بلط نم :ليقو

ىنمتت ام لانت

Artinya: ”Barangsiapa yang mencari sesuatu dengan

sungguh-sungguh ia akan mendapatkannya, barangsiapa yang

mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh ia akan

masuk.Tergantung kesungguhanmu engkau akan meraih

keinginanmu.”

f. Bab 6 tentang memulai belajar, pengaturannya dan urutannya

Syaikhul Islam Burhanudin Rahimahullah menetapkan

dimulainya belajar pada hari rabu. Hal ini karena hari rabu adalah

hari diciptakannya cahaya, dan ia adalah hari yang sangat pedih

bagi orang kafir dan hari yang penuh berkah bagi

orang-orang mukmin.

Pelajaran yang telah dipahami dan dikaji ulang hendaknya

(42)

26

menulis sesuatu yang ia pahami karena hal ini dapat

menghilangkan kecerdasan, menimbulkan kejenuhan dan

menyia-nyiakan waktu.

g. Bab 7 tentang tawakal

Seorang santri harus bertawakal dalam menuntut ilmu tidak

perlu memusingkan masalah rezki dan tidak perlu menyibukkan

hatinya akan masalah ini. Karena orang yang sibuk memikirkan

urusan rezkinya baik itu sandang dan pangan, jarang sekali ia

berusaha untuk mencari akhlak yang baik dan hal-hal yang luhur.

Hendaknya setiap orang yang menyibukkan dirinya berbuat

kebajikan agar ia tidak dipermainkan oleh hawa nafsunya,

hendaknya seorang yang berakal tidak memusingkan urusan dunia

karena hati yang susah dan sedih tidak dapat menolak musibah dan

tidak dapat memberi manfaat, tetapi justru merusak hati, pikiran

dan tubuh juga menghalanginya dari berbuat kebaikan. Nabi

Muhammad bersabda

ريخلا لامعأب لخي لا مه ردق هنم دارملاف : ملاسلاو ةلاصلا هيلع هلوق امأو

نم ردقلا كلاذ نإف ,ةلاصلا ىف بلقلا راضحإب لخي لاغش بلقلا لغشي لاو

ةرخلآا لامعأ نم دصقلاو مهلا

Artinya: “keprihatinan yang tidak menghalangi amal kebaikan dan tidak menyibukkan hati hingga hati tidak dapat khusyu’ shalat, karena keprihatinan ini termasuk urusan akhirat”

Diketahui bahwa perjalanan menuntut ilmu tidak lepas dari

(43)

27

lebih utama daripada berjihad menurut pendapat kebanyakan

ulama, pahala yang diperoleh tergantung dari kepayahannya,

barangsiapa mampu bertahan ia akan merasakan kelezatan yang

melebihi seluruh kenikmatan duniawi.

h. Bab 8 tentang waktu keberhasilan

Seorang ulama berkata :

,بابشل ا خ رش ت اقولآ آ لضفآو .دحللا ىلا دهملا نم ملعتلا تقو :ليِق

نيئاشعلا نيبامو ,رحّسلا تقوو

Artinya: ”Waktu belajar sejak dari ayunan sampai ke liang lahat dan sebaik-baik waktu adalah masa muda, menjelang waktu subuh dan antara maghrib dan isya’.”

Hendaknya murid menghabiskan seluruh waktunya untuk

belajar, bila ia telah bosan dari satu bidang ilmu ia bisa berpindah

ke bidang ilmu lainnya.Ibnu Abbas ra. Jika ia merasa bosan dengan

ilmu tauhid beliau berkata:

ِءارعشلا ناويداوتاه

Artinya: “Tolong ambilkan buku syair para penyair.”

i. Bab 9 tentang kasih sayang dan nasehat

Orang yang berilmu harus bersifat kasih sayang, memberi

nasehat dan tidak iri karena iri hanya merusak dan tidak

bermanfaat

j. Bab 10 tentang istifadah (memperoleh manfaat ilmu)

Hendaknya seorang santri selalu siap setiap untuk mengambil

(44)

28

saat ia harus membawa pena agar ia bisa menulis ilmu yang ia

dengar. Seorang ulama berkata :

رق بتك نمو رف ظفح نم :ليق

Artinya: “Barangsiapa yang menghafal saja akan hilang hafalannya dan barangsiapa yang menulis akan tetap ilmunya”

k. Bab 11 tentang wara’ ketika belajar (menjaga diri dari perkara

haram)

Sebagian ulama meriwayatkan sebuah hadits ” barang siapa

yang tidak bersikap wara’ dalam menuntut ilmu Allah akan

mengujinya dengan salah satu tiga perkara: Mematikannya di usia

muda, menempatkannya di tempat orang-orang bodoh atau mengujinya menjadi pelayan raja.” Selama seorang santri semakin

wara’, ilmunya semakin bermanfaat, belajarnya semakin mudah

dan banyak mendapat ilmu. Diantara sifat wara’ yang sempurna

ialah tidak makan banyak, tidak banyak tidur, tidak banyak

berbicra yang tidak berguna, dan menjaga diri dari makanan pasar

sebisanya karena makanan di pasar lebih dekat dengan najis dan

pengkhianatan, lebih jauh dari menyebut nama Allah dan lebih

dekat pada kelalaian, selain itu mata orang-orang miskin

meliriknya tetapi mereka tidak mampu untuk membelinya, dengan

demikian hati mereka sakit dan hilanglah keberkahannya.

(45)

29

Penyebab utama memperkuat hafalan adalah kesungguhan, ketekunan, makan sedikit, shalat malam dan membaca Al Qur’an,

bahkan dikatakan :

ارظن نأرقلا ةءارق نم ظفحلل ديزأ ئيش سيل :ليق

Artinya: ”Tiada sesuatu yang memperkuat hafalan melebihi daripada membaca Al Qur’an dengan melihat”.

Sedangkan penyebab lupanya ilmu adalah memakan

ketumbar basah, apel kecut, melihat orang dipacung, membaca

tulisan di kuburan, melewati barisan unta, membuang kutu rambut

yang masih hidup di tanah, berbekam di belakang kepala,

hindarilah semua ini karena menyebabkan kelupaan.

m. Bab 13 tentang sumber dan penghambat rizqi, penambah dan

pemotong usia

Telah diterangkan dalam hadis ini bahwa melakukan

kemaksiatan penyebab terhambatnya rezki terutama berbohong,

karena hal ini menyebabkan kefakiran, bahkan telah diriwayatkan

sebuah hadits khusus mengenainya, begitu juga tidur setelah subuh

dapat menghambat rezki, banyak tidur juga dapat menyebabkan

kefakiran dan lupanya ilmu.

Penyebab utama yang dapat mendatangkan rezki adalah

menjalankan shalat dengan khusyu’,lengkap dengan

rukun-rukunnya, kewajibannya, sunnah-sunnahnya dan adab-adabnya.

(46)

30

membaca Al Waqi’ah terutama di malam hari ketika hendak tidur,

dan membaca surat Al Mulk, Al Muzammil, Al Lail, Al Insyirah,

serta mendatangi masjid sebelum adzan, selalu dalam keadaan suci,

menunaikan shalat sunnah subuh, dan shalat witir di rumah juga

dapat mendatangkan rezki

B. Sikap Ta’dzim Santri 1. Pengertian Sikap Ta’dzim

Kata ta’dzim dalam bahasa inggrisnya adalah “respect” yang

mempunyai makna sopan santun, menghormati dan mengagungkan

orang yang lebih tua atau yang dituakan.( Nicholson,1978:1-2).

Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadaminta mengatakan bahwa sikap ta’dzim adalah perbuatan atau perilaku yang mencerminkan kesopanan

dan menghormati kepada orang lain terlebih kepada yang lebih tua

darinya atau kepada seorang kyai, guru dan orang yang dianggap

dimuliakan (Poerwadaminta,1976: 995)

Menurut A. Ma’ruf Asrori sikap ta’dzim diartikan lebih luas lagi

yaitu bukan hanya bersikap sopan santun dan menghormati saja akan

tetapi lebih dari itu, yaitu :

a. Konsentrasi dan memperhatikan

b. Mendengarkan nasehat- nasehatnya

(47)

31

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap ta’dzim adalah suatu totalitas dari kegiatan rohani (jiwa) yang

direalisasikan dengan perilaku dengan wujud sopan santun,

menghormat orang lain dan mengagungkan guru.

Sikap ta’dzim ini wajib dilakukan seorang santri kepada gurunya,

sebagaimana syair Syeh Salamah Abi Abdul Hamid yang diterjemahkan oleh Mas’ud bin Abdur Rohman sebagai berikut :

Artinya : “ Santri itu wajib taat kepada gurunya, menurut apa yang diperintahkan gurunya di dalam perkara yang halal, dan wajib ta’dzim (mengagungkan ) kepada gurunya.” (Mas’ud bin Abdur Rohman,1967:3-4

2. Ciri-ciri sikap ta’dzim

Menurut A. Ma’ruf ciri-ciri sikap ta’dzim ada 5 yaitu :

a. Apabila duduk di depan guru selalu sopan

b. Selalu mendengarkan perkataan guru

c. Selalu melaksanakan perintahnya

d. Berfikir sebelum berbicara kepada guru

e. Selalu merendahkan diri kepadanya. (Ma’ruf,1996:11)

Sedangkan menurut Sidik Tono, et,al., ciri-ciri sikap ta’dzim

adalah sebagai berikut :

a. Selalu bersikap hormat kepada guru

b. Selalu datang tepat waktu

(48)

32 d. Menjawab saat guru bertanya

e. Berbicara ketika sudah diberi izin

f. Selalu melaksanakan tugas yang diberikan guru. (Tono,et.

Al.,2002:107)

Menurut Syeh Salamah dalam Kitab Jawahirul Adab ciri- ciri

sikap ta’dzim adalah sebagai berikut :

a. Selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru.

b. Mengerjakan pekerjaan yang membuat guru senang

c. Senantiasa menundukkan kepala ketika duduk didekat guru.

d. Ketika bertemu guru dijalan senantiasa berhenti di pinggir jalan

seraya menaruh hormat kepadanya.

e. Senantiasa mendengarkan ketika guru menerangkan seraya

mencatat.

f. Selalu hormat kepada siapapun.

g. Menjaga nama baik guru dimanapun

Jadi secara umum ciri-ciri sikap ta’dzim adalah bila dihadapan

guru selalu menundukkan kepala dengan niat hormat, selalu

mendengarkan perkatan perkataan guru, selalu menjalankan

perintahnya, menjawab ketika ditanya, selalu merendahkan diri

kepadanya, menjaga nama baik guru dan lain-lain.

3. Fungsi Sikap Ta’dzim a. Fungsi Sikap Ta’dzim

(49)

33

2) Sebagai salah satu jalan mendapatkan ilmu yang bermanfaat

3) Untuk mengharapkan rasa pertemana

4) Memberikan penghormatan kepada sesama dan kepada orang

yang lebih tua.

b. Manfaat Sikap Ta’dzim

1) Mendapat ilmu yang bermanfaat

2) Dihormati orang lain.

3) Dicintai orang lain.

4) Banyak temannya.

5) Disenangi teman-temannya.

6) Disenangi guru.

Fungsi dan manfaat sikap ta’dzim diatas sudah bersifat spesifik,

adapun fungsi dan manfaat dari sikap ta’dzim secara umum yaitu dimana

sikap ta’dzim merupakan wahana untuk mencapai tujuan dari berbagai

fariasi tujuan dalam kehidupan manusia. Sebagai manfaatnya adalah akan

mendapatkan suatu tujuan yang diharapkan dengan tanpa menimbulkan

masalah.

C. Hubungan Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’allim dengan Sikap

Ta’dzim Santri Terhadap Guru

Kitab Ta’lim Muta’allim merupakan kitab pegangan bagi orang

orang yang sedang menuntut ilmu, kandungan didalam Kitab Ta’lim Muta’allim tercantum tata cara orang menuntut ilmu, cara mendapatkan

(50)

34

seseorang yang menuntut ilmu tidak berpegangan atau tidak mengetahui Kitab Ta’lim Muta’allim, maka tidak akan tahu tatacara mencari ilmu yang

baik dan benar. Namun apabila jika seseorang yang baru menuntut ilmu itu

berpegangan atau mengetahui isi kandungan Kitab Ta’lim Muta’allim

maka akan tahu tata cara menuntut ilmu agar menjadi ilmu yang

bermanfaat. (Ya’kub, 2001:113)

Berdasarkan pengajaran Kitab Ta’lim Muta’allim, pelajaran yang

dapat diperoleh siswa adalah menghormati orang lain terutama yang lebih

tua, menghormati guru, sopan santun, taat, memuliakan kitab serta

pelaksanaan nilai-nilai moral lainnya.

Sikap- sikap diatas merupakan gambaran dari sikap ta’dzim, maka

hal tersebut hendaknya diterapkan oleh dunia pendidikan sejak dini

mungkin, agar dikelak kemudian hari mereka manjadi anak yang baik dan

selalu mengedepankan sikap ta’dzim dalam menjalankan kehidupan

sehari-hari.

Akhlak dalam hal ini adalah sikap ta’dzim santri dalam

pembentukannya sangat ditentukan oleh pengajaran, terutama pengajaran-

pengajaran tentang akhlak walaupun tidak dipungkiri bahwa ada faktor

lain yang ikut membantu dalam pembentukan sikap ta’dzim, salah satunya adalah intensitas belajar Kitab Ta’lim Muta’allim yang dilakukan oleh

(51)

35

Dengan kemauan untuk belajar Kitab Ta’lim Muta’allim secara

intensif dan sungguh-sungguh maka santri akan dapat lebih memahami kandungan Kitab Ta’lim Muta’allim. Untuk itu dalam meningkatkan minat

dan niat belajar santri, sangat dipengaruhi oleh cara guru atau pengajar

dalam memotivasi santri, sehingga diharapkan dengan adanya kemauan untuk belajar Kitab Ta’lim Muta’allim akan dapat membentuk sikap dan

kepribadian santri yang mempunyai sikap menghormati orang lain, guru,

teman, orang tua, memuliakan kitab dan nilai- nilai moral lainnya untuk

dijadikan dasar dalam melaksanakan kehidupan sehari- hari terutama

(52)

36 BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna

Pondok pesantren Nurul Asna berdiri pada tanggal 22 Januari 1977

M dengan pendiri simbah KH. Asnawi dan putra beliau yaitu KH. Drs.

Nasafi, M.Pd.I. yang memiliki kapasitas kurang lebih 800m2. Lahan ini

terletak di Desa Pulutan, Sidorejo, Salatiga sekitar 200 m dari jalan raya

Salatiga-Banyu Biru.

Pondok pesantren ini diberi nama Nurul Asna dan yang memberi

nama adalah beliau KH. Asnawi, menurut Drs. H. Nasafi, M.Pd.I, beliau adalah putra dari KH. Asnawi nama “Nurul-Asna” terdiri dari 2 kata yaitu

“nur” dan “asna”. Nurun artinya cahaya dan Asna berasal dari gabungan

dua Nama yaitu Asnawi dan Nasafi. Nurul Asna sendiri mempunyai arti

sebuah cahaya yang berkilau yang memancarkan manfaat untuk semua

lapisan masyarakat yang terkena pancaran sinar tersebut. Pondok

pesantren ini berdiri dari dana pribadi keluarga kyai tersebut karena tidak

ada campur tangan masalah dana dari pemerintah, hal ini tidak menjadi

masalah yang berarti dalam pembangunan pondok pesantren yang

mempunyai tujuan mencetak santri yang militan. Pondok pesantren ini

didirikan untuk menghidupkan dan melanggengkan agama islam. Karena

mayoritas penduduk desa adalah beragama islam yang membutuhkan

(53)

37

Hingga saat ini santripondok pesantren Nurul Asna berasal dari

berbagai tempat, baik dari Kota Salatiga sendiri maupun luar Kota Salatiga

seperti: Boyolali, Magelang, Temanggung, Demak, dan dari luar Jawa

yaitu Sumatra, dan pada tahun 2003 Pondok Pesantren Nurul Asna

membangun pondok pesantren khusus putri yang berjarak ± 200 m dari

pondok pesantren putra dan sekarang jumlah santri putra dan putri adalah

128 santri yang sebagian besar adalah mahasiswa IAIN Salatiga

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Asna

Pondok pesantren Nurul Asna terletak di jalan KH. Asnawi,

Pulutan, Sidorejo, Salatiga. Pondok tersebut memiliki dua wilayah

pesantren yaitu putra di pulutan dan putri kecandran meskipun berbeda

kecamatan, akan tetapi kedua wilayah pesantren tersebut hanya berjarak

± 200 m. Letak geografis pondok pesantren Nurul Asna putra adalah

sebagai berikut:

a. Batas bagian barat : Masjid Al Hanif Pulutan

b. Batas bagian utara : Permukiman penduduk

c. Batas bagian timur : Perkebunan penduduk

d. Batas bagian selatan : Permukiman penduduk

Sedangkan letak geografis pondok pesantren Nurul Asna putri

adalah sebagai berikut:

a. Batas bagian barat : Persawahan penduduk

b. Batas bagian utara : Persawahan penduduk

(54)

38

d. Batas bagian timur : Jalan Pulutan dan permukiman

3. Profil Pondok Pesantren Nurul Asna

a. Nama : Pondok Pesantren Nurul Asna

b. Alamat : Jln. KH. Asnawi Pulutan

Kecamatan : Sidorejo

Kota : Salatiga

Provinsi : Jawa Tengah

c. Status pondok : Milik pribadi

d. Tahun berdiri : 1977

4. Keadaan Ustadz dan Santri a. Ustadz dan Ustadzah

Pondok pesantren Nurul Asna diampu oleh 8 ustadz dan

ustadzah baik itu berasal dari pengasuh maupun pengurus yang diberi

amanat untuk mengajar dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Pendidik Ponpes Nurul Asna

No. Nama Keterangan Asal

1. KH. Drs. Nasafi. M.Pd Pengasuh

2. Hj. Asfiah Pengasuh

3. Ustadz Mustofa, S.Pd.I Pengurus

4. Ustadz Nur Cholis Pengurus

5. Ustadz Taufiqur Rohman S.Pd.I Pengurus 6. Ustadz Akhmad Muflikhun Pengurus

7. Ustadz Najmu Tsaqib Pengurus

(55)

39 b. Santri

Jumlah santri di Pondok Pesantren Nurul Asna tahun 2016/2017 ada

128 santri putra dan putri. Adapun jumlah santri putra 44 dan putri 84,

para santri menetap di pondok dan belajar didalamnya, dan mayoritas

santri adalah mahasiswa IAIN Salatiga.

Adapun keadaan santri Pondok Pesantren Nurul Asna tahun

2016/2017 adalah sebagai berikut:

1) Santri Putra

Tabel 3.2 Daftar Santri Putra Ponpes Nurul Asna No. Jenis Kelamin Tahun Masuk Jumlah Santri

1. Laki-laki 2010 1

Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017

2) Santri Putri

Tabel 3.3 Daftar Santri Putri Ponpes Nurul Asna

No. Jenis Kelamin Tahun Masuk Jumlah Santri

1. Perempuan 2012 10

Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017

5. Struktur Organisasi Penguru Pondok Pesantren Nurul Asna

Setiap lembaga pasti memiliki struktur organisasi, karena sangat

(56)

40

terorganisasi dengan baik. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren

Nurul Asna tahun 2016/2017 adalah sebagai berikut:

a. Santri putra

Pengasuh : KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I Pembina : Nur Kholis

(57)

41

2. Fiddari Choirul Umam Sie Olah Raga :

1. Tholib 2. Joko Sie. Sarana dan Prasarana :

1. Mukton Fauzan 2. Gandi Cahyoto

b. Santri putri

Pengasuh : KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I

Pembina : Nur Kholis

Ketua : Mila Setyaningsih

Wakil Ketua : Riska Dewi

Sekretaris :

1. Nurul Fajriyah

2. Deviana Sari

Bendahara :

1. Arifatul Azizah

2. Dwi Nur Yanti

Sie. Keamanan :

1. Desi Nur Baiti

2. Vivi Wulandari

3. Darojati Rofi’ah

4. Ina Lailatul Faizah

Sie. Kebersihan :

(58)

42 2. Ulil Urwati

Sie. Kesehatan :

1. Abdin Nur Hakiki

2. Risatlatul Qudsiah

Sie. Humas :

1. Rois Analisa

2. Titik Solikhati

Sie.Pendidikan :

1. Lailatul Asfufah

2. Dewi Masruroh

6. Program Pengajaran Pondok Pesantren Nurul Asna

Program pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul

Asna adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Pondok

Seperti halnya pondok pesantren yang lain, Pondok Pesantren Nurul

Asna melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari berbagai ilmu, akan

tetapi waktunya sangat terbatas sekali, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan ba’da maghrib, ba’da ‘isyak dan ba’da subuh saja, karena

disiang hari kebanyakan dari santri melakukan kegiatan perkuliahan

(59)

43 b. Kegiatan Santri

1) Harian

Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian Ponpes Nurul Asna

Waktu Kegiatan Keterangan

Subuh Jama’ah subuh Semua santri

Ba’da Subuh Kitab Jawahirul Bukhori Selasa

Kitab Tafsir Jalalain Rabu s.d jum’at Kitab Durotun Naskhin Sabtu s.d senin

06.00 Piket Pagi Piket sesuai jadwal

07.00-17.00 Aktifitas perkuliahan -

Maghrib Shalat Maghrib berjama’ah Semua santri

Ba’da Maghrib Sorogan Al-qur’an Jum’at s.d rabu

Isya’ Isya’ berjama’ah Semua santri

‘Alami wa Muta’alim, Kelas III Bulughul Maram, ‘Idhotun

Nasikhin

Kelas IV

21.00 Istirahat

Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017

2) Mingguan

Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Mingguan Ponpes Nurul Asna

Waktu Kegiatan Keterangan

Malam Rabu Futsal Khusus santri putra

Kamis / Malam

(60)

44

oleh para anggota grup rebana Nurul Asna

Sabtu Piket kamar mandi Piket sesuai jadwal Senam pagi Khusus santri putri Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017

3) Bulanan

Tabel 3.6 Daftar Kegiatan Bulanan Ponpes Nurul Asna

Waktu Kegiatan Keterangan

Minggu legi Sima’an alqur’an Kediaman

pengasuh Ponpes putra Nurul Asna Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017

4) Tahunan

Tabel 3.7 Daftar Kegiatan Tahunan Ponpes Nurul Asna

Waktu Kegiatan Keterangan

Ramadhan Kajian kitab kuning pada bulan Ramadhan (kilatan)

Aula ponpes putri Nurul Asna

Sya’ban Haflah Akhirussanah Ponpes putra Nurul Asna

Muharram Mujahadah Akbar Ponpes putri Nurul Asna

(61)

45 e. Ekstra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pengembangan bakat, minat serta potensi para santri seperti olah raga, seni, da’wah,

wirausaha, pertanian, peternakan dan lain sebagainya.

7. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Asna

Dalam upaya untuk menunjang pendidikan di pondok pesantren

Nurul Asna, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai serta

pemanfaatan secara optimal. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki

oleh pondok pesantren Nurul Asna antara lain:

Tabel 3.8 Daftar Sarana dan Prasarana Ponpes Nurul Asna

No. Nama Barang Jumlah

(62)

46 8. Metode Pembelajaran Kitab Islamiyah

Ada banyak metode yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul

Asna yaitu metode taqlidiyah, yang terdiri dari:

a. Metode Sorogan

b. Metode Bandongan

c. Metode Musyawarah

B.Penyajian Data Hasil Penelitian 1. Daftar Responden

Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama orang yang

dijadikan objek penelitian. Untuk itu jelasnya penulis sajikan dalam bentuk

tabel berikut sebagai berikut:

Tabel 3.9

Daftar Responden Santri Nurul Asna, Pulutan tahun 2017

(63)

47

14. Abdin Nur Khaqiqy Perempuan 2014

15. Arifatul Azizah Perempuan 2014

16. Titik Sholikhati Perempuan 2014

17. Vivi Wulandari Perempuan 2014

18. Riska Dewi Perempuan 2014

19. Lailatul Asfufah Perempuan 2014 20. Lutfiyatus Saidah Perempuan 2014

21. Desi Nur Baiti Perempuan 2014

22. Evi Fatmasari Perempuan 2014

23. Ina Lailatul Faizah Perempuan 2015 24. Setyaning Surya Utami Perempuan 2014

25. Nur Cahyati Perempuan 2014

26. Dewi Masruroh Perempuan 2015

27. Arina Mana Sikana Perempuan 2015

28. Lucky Kurnia Perempuan 2015

29. Qurroh Abdillah Luthfiana Perempuan 2015

30. Risky Munarsih Perempuan 2015

31. Devia Namira Perempuan 2015

32. Nurul Fajriyah Perempuan 2015

33. Ulil Urwati Perempuan 2015

34. Deviyana Sari Perempuan 2015

35. Eka Nisrokhah Perempuan 2015

36. Ika Kurniasari Perempuan 2015

37. Khoirul Hidayah Perempuan 2015

38. Anisatun Nafisa Perempuan 2015

39. Mawadah Warohmah Perempuan 2015 40. Risalatul Qudsiyah Perempuan 2015

41. Asma Perempuan 2015

(64)

48

44. Mei Rina Dewi Rahayu Perempuan 2015 45. Wiwid Setyo Larasati Perempuan 2015

46. Darojati Rofi’ah Perempuan 2015

Sumber : Data Pondok Pesantren Nurul Asna 2017

2. Jawaban Responden

Dalam pengumpulan data tentang intensitas belajar Kitab Ta’limul Muta’allim terhadap sikap Ta’dzim santri, penulis mendistribusikan angket

pada santri kelas wustho yang terdiri dari 46 santri, 13 laki-laki dan 33

perempuan. Penulis memberikan pertanyaan sebanyak 30 pertanyaan, yang

terdiri dari 15 pertanyaan mengenai Intensitas belajar kitab Ta’limul Muta’allim dan 15 pertanyaan mengenai sikap ta’dzim siswa. Adapun hasil

jawaban angket dari data siswa tersebut di atas sebagai berikut :

Tabel 3.10

Jawaban Angket Intensitas Belajar Kitab Ta’lim Muta’alim

(65)

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Pendidik Ponpes Nurul Asna
Tabel 3.2 Daftar Santri Putra Ponpes Nurul Asna
Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian Ponpes Nurul Asna
Tabel 3.7 Daftar Kegiatan Tahunan Ponpes Nurul Asna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh demikian, kajian tentang tahap penerimaan pelajar terhadap CIDOS dalam pembelajaran mereka sangat diperlukan sebagai proses penambahbaikan dalam sistem pengurusan

Bahwa nama “Melayu” 2 pertama muncul sebagai nama sebuah kerajaan Melayu di Jambi pada abad ke-7 yang kemudian adat dan bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu kuno bercampur

Dengan penggunaan Sistem Informasi yang berbasis website mempermudah pihak desa dalam penentuan prioritas pembangunan, karna data yang ada di wilayah daerah desa sudah

Hal ini dengan terpenuhinya syarat yuridis, yaitu Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2017 dan telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pengawasan dan

lewat proses needle punch, kemudian lembaran web yang masuk ke mesin calendar agar lembaran web yang akan digulung menjadi lebih rata sehingga. siap untuk digulung di

Sedikitnya jumlah responden yang memiliki waktu keterlibatan kurang dan sama dengan satu tahun memperlihatkan bahwa secara umum responden peserta Program SPP PNPM di Desa Gunung

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3) Peraturan Bupati Sanggau Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Keija

Untuk itu, penelitian ini akan berusaha mengungkap segi periwayatan dan kualitas dari sanad hadis-hadis yang digunakan pada kitab Ta‟lim al-Muta‟allim.. Sebagaimana telah