• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI DESA PARADUAN, KECAMATAN RONGGUR NIHUTA, KABUPATEN SAMOSIR ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI DESA PARADUAN, KECAMATAN RONGGUR NIHUTA, KABUPATEN SAMOSIR ABSTRAK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS KOPI ARABIKA

(Coffea arabica) DI DESA PARADUAN, KECAMATAN

RONGGUR NIHUTA, KABUPATEN SAMOSIR

Budi B T*), Luhut Sihombing **), Salmiah ***)

*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan

Hp. 085275356607, E-mail: budibramantara_telaumbanua@yahoo.co.id

**) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ***) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana sistem agribisnis Kopi Arabika yang meliputi subsistem pra-produksi, subsistem produksi, dan subsistem post-produksi; untuk menganalisis keterkaitan antar subsistem agribisnis Kopi Arabika; dan untuk menganalisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kopi Arabika di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu), dengan pertimbangan bahwa di Desa Paraduan penduduknya 93% adalah petani Kopi Arabika. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif tentang sistem agribisnis serta keterkaitannya dan Analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kopi Arabika di daerah penelitian. Hasil dari penelitian adalah sistem agribisnis yang meliputi subsistem pra produksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi tidak berjalan dengan baik, terdapat sekat yang kuat antar subsistem agribisnis, dan faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas lahan dan biaya tenaga kerja.

Kata Kunci : Kopi Arabika, Sistem Agribisnis, Pendapatan Usahatani.

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the system of Arabica Coffee agribusiness which included pre-production subsystem, production subsystem, and post-production subsystem, the correlation among Arabica Coffee agribusiness subsystem, and the factors which dominantly influenced the income of Arabica Coffee agribusiness in the research area. The research area was determined by using purposive sampling technique by considering that 93% of the inhabitants at Paraduan Village were Arabica Coffee growers. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis with an SPSS version 16 software program to find out the dominant factors which influenced the income of Arabia Coffee agribusiness at the research area. The result of the research showed that the agribusiness system which included pre-production subsystem, production subsystem, and post-production subsystem did not run smoothly since there was

(2)

2

the gap among agribusiness subsystems. The dominant factors which influenced the income of agribusiness were land area and cost of manpower.

Keywords: Arabica Coffee, Agribusiness System, Agribusiness Income

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir saat ini 93% petani yang berada di daerah tersebut berusahatani kopi dan masih kesulitan dalam memasarkan serta mendistribusikan hasil usahatani Kopi Arabika mereka, dikarenakan terbatasnya sumber daya manusia yang dapat memasarkan usahatani Kopi Arabika tersebut. Disamping itu, Struktur pasar di daerah penelitian yang kurang mendukung para petani menyebabkan mereka kurang memperoleh informasi akan pembentukan harga yang terjadi sebenarnya di pasar, padahal sebagian besar hasil usahataninya dipasarkan ke luar daerah dan bukan untuk konsumsi pribadi. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan riset tentang analisis sistem agribisnis Kopi Arabika.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem agribisnis Kopi Arabika yang meliputi subsistem pra produksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi di daerah penelitian?

2. Bagaimana keterkaitan antar subsistem agribisnis Kopi Arabika di daerah penelitian?

3. Apa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kopi Arabika di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis bagaimana sistem agribisnis kopi Arabika yang meliputi sub-sistem pra-produksi, sub-sistem produksi, dan sub-sistem post produksi di daerah penelitian.

(3)

3

2. Untuk menganalisis keterkaitan antar subsistem agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis apa saja faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Agribisnis

Menurut Arsyad dkk (1985), yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti yang luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang dan ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi, 2005).

Penelitian Terdahulu

Penelitian Mahmudah Nasution (2004) yang berjudul “Sistem Agribisnis Usahatani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan”. Berdasarkan analisis deskriptif untuk usahatani sayur-mayur, terdapat 3 saluran pemasaran sayur mayur yaitu : 1). Petani-Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul IPengecer-Konsumen; 2). Petani-Pedagang Pengumpul I-Pengecer-Konsumen; 3). Petani-Konsumen

Landasan Teori

Integrasi agribisnis dari hulu ke hilir dianalisis dari aliran komoditi pertanian dari subsistem farm di hulu ke subsistem proses di hilir. Jumlah produksi suatu komoditi di hulu terserap memenuhi kebutuhan bahan baku di hilir berarti terjadi integrasi agribisnis dari hulu ke hilir. Sebaliknya, jika komoditi pertanian di hulu harus diangkut ke luar daerah untuk proses industrinya, berarti belum terdapat integrasi agribisnis dari hulu ke hilir di kawasan tersebut (Sugiyanto, 2011).

(4)

4

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara metode purposive yakni dengan pertimbangan tertentu (sengaja). Kabupaten Samosir dipilih dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Samosir merupakan salah satu sentra produksi Kopi Arabika tertinggi di Sumatera Utara khususnya di Kecamatan Ronggur Nihuta, dan Desa Paraduan merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya melakukan usahatani Kopi Arabika.

Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel dilakukan pada petani Kopi Arabika secara purposive, yaitu petani dengan kepemilikan lahan 0,5-2,0 ha. Sampel petani yang diambil sebanyak 30 KK. Menurut penelitian Usman dan Akbar (2006), yang menyatakan teknik statistika parametrik memerlukan data yang relatif besar, yakni minimal 30 sampel.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petani dan pedagang yang menjadi sampel dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian (1) dan (2), yaitu menganalisis sistem agribisnis Kopi Arabika yang meliputi subsistem pra produksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi serta menganalisis keterkaitan antar subsistem agribisnis Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir digunakan metode analisis deskriptif berdasarkan data primer dengan wawancara langsung kepada sampel petani dan lembaga pemasaran menggunakan kuisioner. Untuk tujuan penelitian (3), yaitu untuk menganalisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan

(5)

5

Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir digunakan metode analisis regresi linier berganda (multiple regression) dengan Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS). Untuk mengetahui variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terkat digunakan uji t dengan rumus:

Keterangan:

s = Nilai t-hitung JK = Jumlah kuadrat

b1 = Parameter yang diambil YY = Variabel terikat

XX = Variabel bebas

XY = Variabel campuran

n = Jumlah sampel

Kriteria uji T:

Jika Sig> 0,05 : maka H0 diterima Jika Sig< 0,05 : maka H1 diterima

H0 = Variasi variabel bebas (X1) biaya bibit, (X2) biaya pupuk, (X3) biaya pestisida, (X4), biaya tenaga kerja, dan (X5)luas lahan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y (pendapatan).

H1 = Variasi variabel bebas (X1) biaya bibit, (X2) biaya pupuk, (X3) biaya pestisida, (X4), biaya tenaga kerja, dan (X5) luas lahan secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y (pendapatan).

t-hitung menguji adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara nyata dan parsial (Supriana, 2008).

(6)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Agribisnis Usahatani Kopi Arabika

Sistem agribisnis merupakan satu kesatuan dari subsistem pengadaan input produksi, subsistem proses produksi, subsistem pasca panen dan pemasaran yang didukung oleh subsistem penunjang, dimana setiap subsistem saling berinteraksi dan terdapat hubungan timbal balik.

1.1.Pra Produksi (Penyediaan Sarana Produksi)

Sarana produksi (lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, pestisida) mudah didapat di daerah penelitian dan petani biasanya membeli dari kios–kios pertanian namun tidak semua petani mampu membeli sarana produksi dari pasar karena harga yang mahal, sehingga untuk sarana produksi seperti bibit, petani membelinya dari petani yang lain yang memiliki biji kopi yang bagus untuk dibudidayakan kembali. Pupuk biasanya dibeli petani dari pemerintah yaitu pupuk bersubsidi karena harga yang diberikan kepada petani lebih murah. Pestisida tidak banyak juga petani yang menggunakannya karena keterbatasan modal dan pengetahuan untuk pemakaiannya.

Penggunaan Lahan

Ketersediaan lahan dalam usahatani adalah faktor yang sangat penting dalam suatu usahatani. Untuk penggunaan lahan, rata-rata luas penggunaannya adalah 1,09 ha dengan range 0,5-2 ha.

Penggunaaan Tenaga Kerja Pra Produksi

Biaya tenaga kerja pra produksi terdiri dari biaya pada saat pengolahan lahan, penanaman, dan pemupukan. Dalam pengelolaan usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang berasal dari masyarakat yang tinggal di daerah penelitian dengan upah harian sebesar Rp70.000/hari (8 jam Kerja). Rata-rata biaya tenaga kerja pra produksi di daerah penelitian per tahun untuk kategori per petani adalah Rp5.310.200 dan per hektar adalah Rp5.378.938.

(7)

7 Penggunaan Bibit

Petani tanaman Kopi Arabika mendapatkan bibit dari hasil tanaman mereka sendiri atau dengan cara membelinya. Biasanya petani membelinya dalam hitungan per polybag yaitu dengan harga Rp500-Rp1.500/polybag. Rata-rata biaya bibit yang dikeluarkan petani per tahun untuk kategori per petani adalah Rp1.180.561 dan per hektar adalah Rp1.097.228.

Pupuk Pra Produksi

Pemupukan yang dilakukan oleh petani umumnya dilaksanakan pada saat pemeliharaan dan periode pemupukan pada bulan Maret dan September. Jenis pupuk yang digunakan adalah Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik. Pupuk Anorganik terdiri dari Pupuk Urea, Phoska, Pupuk ZA, Pupuk KCL, Pupuk TSP, dan Pupuk NPK. Pupuk Organik dijual dengan harga Rp35.000-Rp45.000 per 40 kg, sedangkan harga pupuk anorganik dijual per 50 kilogram dengan harga yang bervariasi terdiri dari pupuk yang bersubsidi dan tidak bersubsidi. Rata-rata biaya pupuk pra produksi yang dikeluarkan petani per tahun untuk kategori per petani adalah Rp2.269.967 dan untuk kategori per hektar adalah Rp2.193.710.

Biaya Penyusutan Tanaman

Dalam usahatani Kopi Arabika, diperlukan modal investasi yang terdapat dalam subsistem pra produksi yaitu biaya yang dikeluarkan sebelum proses produksi, yaitu terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya bibit, dan biaya pupuk. Biaya penyusutan tanaman usahatani Kopi Arabika dapat dihitung dengan menjumlahkan total biaya selama proses pra produksi dibagi dengan masa produktif tanaman yaitu selama 15 tahun. Rata-rata biaya penyusutan tanaman yang dikeluarkan petani per tahun untuk kategori per petani adalah Rp584.049 dan per hektar adalah Rp577.992.

Pestisida

Pestisida yang biasa dipakai adalah Round-up, Santaris, dan Basmilang yaitu untuk mengatasi kebusukan yang terjadi pada batang dan daun pada tanaman Kopi Arabika serta mempermudah proses pencabutan dan pengeringan gulma yang ada

(8)

8

pada lahan tanaman Kopi Arabika. Harga Round-up adalah Rp60.000 per botol, harga Santaris Rp50.000 per botol, dan harga Basmilang Rp60.000 per botol. Rata-rata biaya pestisida yang dikeluarkan petani per tahun untuk kategori per petani adalah Rp160.667 dan per hektar adalah Rp131.639.

Alat-Alat Pertanian

Alat-alat pertanian adalah sarana yang sangat penting dalam usahatani karena dalam melaksanakan pemupukan, pemeliharaan dan kegiatan pemanenan diperlukan peralatan seperti cangkul, parang, sabit, sprayer, goni plastik, ember, beko, dan mesin penggiling Kopi Arabika. Umur ekonomis untuk pemakaian alat-alat pertanian biasanya sampai 5 tahun. Rata-rata biaya penyusutan peralat-alatan per tahun dalam usahatani Kopi Arabika adalah sebesar Rp470.625 per petani, sementara untuk per hektar sebesar Rp 477.703.

1.2. Subsistem Produksi

Dalam proses produksi petani sudah melaksanakan kegiatan proses produksi yang baik secara teknis, mulai dari tahap penanaman hingga tahap panen. Hal ini berarti petani sudah mula berpikir dalam meningkatkan hasil produksinya agar dapat berproduksi dengan baik, hanya saja untuk mengikuti perkembangan teknologi petani sulit untuk mengadopsi teknologi dengan cepat sehingga disinilah perlunya kegiatan penyuluhan secara intensif, dengan demikian petani dapat mengerti tentang manfaat dan kegunaan dari usahatani yang dijalankannya itu dan akhirnya dapat memberikan hasil yang optimal.

Pembibitan/Persemaian

Pada umumnya masyarakat di daerah penelitian mendapatkan sumber bibit unggul dalam bentuk biji yang diperoleh dari petani Kopi Arabika yang melakukan teknik pembibitan yang dilakukan pada media polybag. Bibit dapat ditanam setelah berumur kira-kira 3 bulan dengan berat 0.5 kg.

(9)

9 Penanaman

Sebelum proses penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu petani melakukan persiapan lahan yaitu menyiapkan saluran drainase, membersihkan lahan dari gulma, pemberian pupuk, dan membuat jarak tanam dengan ukuran 2m x 3m dan 2m x 2m.

Pemupukan

Pupuk yang diberikan terbagi atas dua, yaitu pupuk organik dengan anorganik. pupuk organik yang berupa kompos diberikan sebanyak 2-3 kali dalam setahun dengan dosis pemberian sesuai dengan kebutuhan dan luas lahan. Rata-rata biaya pupuk yang dikeluarkan petani per tahun selama proses produksi untuk kategori per petani adalah Rp1.134.983 dan per hektar adalah Rp1.096.855.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani Kopi Arabika di daerah penelitian hanya sebatas pembersihan lahan secara berkala, pemberantasan hama penyakit dengan menggunakan obat-obatan yang diaplikasikan oleh sebahagian kecil petani dan pemangkasan apabila terdapat daun yang tumbuh terlalu melebar sehingga mengganggu tanaman yang lain.

Panen

Kegiatan panen pada umumnya dilakukan petani apabila tanaman Kopi Arabika telah berumur kurang lebih 3 tahun sejak masa penanaman. Panen pada umumnya dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu bulan. Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai dengan kulit buah menjadi berwarna merah.

Biaya Produksi

Dalam subsistem produksi usahatani Kopi Arabika, diperlukan tenaga kerja mulai dari proses pemupukan hingga pasca panen. Rata-rata biaya tenaga kerja per tahun untuk kategori per petani adalah Rp4.812.266 dan per hektar adalah Rp4.741.005. Secara keseluruhan, rata-rata total biaya produksi usahatani Kopi Arabika di

(10)

10

daerah penelitian per tahun untuk kategori per petani adalah Rp7.253.300, sedangkan per hektar adalah Rp7.100.547.

1.3. Post Produksi (Pasca Panen dan Pemasaran)

Petani di daerah penelitian menjual hasil produksi Kopi Arabika ke pedagang pengumpul yang merupakan kaki tangan dari pedagang-pedagang lokal dengan harga rendah yang diperoleh meskipun harga ditingkat konsumen sangat tinggi yaitu Rp29.000-Rp32.000 per kilogram.

Pasca Panen

Di daerah penelitian, biji kopi yang telah dipanen dalam bentuk biji gelondong merah selanjutnya akan diberi perlakuan pasca panen hingga penjemuran. Setelah mengalami proses penjemuran, maka akan dihasilkan biji kopi putih (roasted bean), yang kemudian dalam bentuk inilah biji kopi akan dijual ke pedagang pengumpul dengan harga Rp20.000-Rp22.000 per kilogram.

Untuk pengolahan tahap lanjutan yaitu pengolahan menjadi kopi bubuk dan pengemasan belum ada di daerah penelitian, dimana kegiatan hanya sampai perlakuan pasca panen secara tradisional. Belum ada pengemasan yang lebih baik dalam menjaga mutu dan memberikan nilai tambah bagi penghasilan petani.

Pemasaran

Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan pendapatan petani. Dalam pemasaran, petani masih menjangkau pasar lokal tradisional. Pemasaran Kopi Arabika dilakukan petani dengan membawa hasilnya ke pedagang pengumpul menggunakan pengangkutan sendiri yaitu menggunakan sepeda motor. Petani menjual kopi dalam bentuk roasted bean dengan harga Rp20.000 – Rp22.000.

Lembaga Penunjang

Lembaga penunjang yang terdapat di daerah penelitian adalah Penyuluh Pertanian dan Kelompok Tani. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menjalankan tugasnya dengan melakukan penyuluhan kepada petani setiap tiga bulan sekali dan rutin

(11)

11

mengadakan rapat dengan Kelompok Tani untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi petani. Lembaga penunjang seperti KUD belum tersedia di daerah penelitian, yang dapat menyediakan harga sarana produksi yang lebih murah dibandingkan harga di pasar.

Hasil Produksi dan Penerimaan Petani

Komponen produksi dari usahatani Kopi Arabika adalah daun dan biji kopi. Daun kopi biasanya dikumpulkan dan digunakan sebagai pupuk organik dalam usahatani Kopi Arabika. Di daerah penelitian biji kopi yang dijual adalah dalam bentuk biji Kopi Arabika putih (roasted bean). Hasil produksi rata-rata tanaman Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir per tahun adalah 1.376 kg per petani dan 1.282 per hektarnya.

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari seluruh hasil produksi pertanian dengan harga jual produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani per tahun yaitu sebesar Rp29.702.200 per petani atau Rp27.739.988 per hektar.

Pendapatan Bersih Petani Kopi

Pendapatan bersih adalah total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata pendapatan per tahun untuk per petani adalah sebesar Rp22.448.900 dan per hektar adalah sebesar Rp20.639.441. Berdasarkan jumlah pendapatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani kopi di daerah penelitian adalah menguntungkan walaupun dengan teknik budidaya yang sederhana dan hasil produksi yang masih jauh dari kata maksimal.

2. Keterkaitan Sistem Agribisnis

Dalam konsep sistem agribisnis, terdapat keterkaitan antar subsistem agribisnis tersebut. Subsistem pra produksi memiliki keterkaitan dengan subsistem produksi, subsistem produksi memiliki keterkaitan dengan subsistem post produksi, dan sebaliknya.

(12)

12

Terdapat keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan

(forward linkage) dalam suatu sistem agribisnis. Keterkaitan ke belakang berlangsung karena subsistem usahatani memerlukan input produksi yang dapat diperoleh dengan cara membelinya dari pedagang sarana produksi yang ada di pasar. Keterkaitan ke depan berlangsung karena hasil produk pertanian dari subsistem usahatani digunakan untuk bahan baku industri pengolahan yang memerlukannya. Namun, di daerah penelitian hasil panen biji kopi dijual petani kepada pedagang pengumpul yang ada di daerah penelitian dan tidak ada industri pengolahan biji Kopi Arabika di daerah tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa ada sekat yang kuat antar subsistem agribisnis, dimana subsistem post produksi pengolahan dan pemasaran belum berjalan dengan baik dikarenakan hasil panen yang dijual hanya sebatas roasted bean dan belum ada pengolahan lanjutan menjadi bubuk kopi di daerah penelitian.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Kopi Arabika

Hasil Penelitian untuk mengetahui apa saja faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kopi Arabika di daerah penelitian digunakan metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 16 dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Hasil Regresi Linear Berganda yang Mempengaruhi Pendapatan Secara Parsial

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.612E6 4.109E6 .392 .707

biaya bibit 1.926 2.822 .108 .682 .517

biaya pupuk -2.673 2.993 .108 .893 .401

biaya pestisida -7.953 5.985 -.205 -1.329 .226 biaya tenaga kerja -2.172 .822 -.658 -2.642 .033

luas lahan -2.922E7 5.534E6 1.455 5.281 .001

a. Dependent Variable : pendapatan Konstanta = 1.612E6

Dari hasil diatas didapatkan persamaan sebagai berikut :

Y =1,612E6 – 1,926X1 – 2,673X2 - 7,953X3 – 2,172X4 – 2,922E7X5 + e Dimana:

Y = Pendapatan

(13)

13 X1 = Biaya Bibit (Rp)

X2 = Biaya Pupuk (Rp)

X3 = Biaya Pestisida (Rp) X4 = Biaya Tenaga Kerja (Rp)

X5 = Luas Lahan (Ha)

b = Koefisien Regresi

e = error term

Dari Hasil Regresi Linier Berganda diatas dapat disimpulkan bahwa:

Variabel biaya tenaga kerja (X4) diperoleh nilai signifikansi t sebesar 0,033. Secara parsial, variabel (X4) 0,033 < 0,05. H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel biaya pupuk secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani Kopi Arabika.

Variabel luas lahan (X5) diperoleh nilai signifikansi t sebesar 0,001. Secara parsial, variabel (X5) 0,001 < 0,05. H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel luas lahan secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani Kopi Arabika.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Sistem agribisnis Kopi Arabika meliputi subsistem pra produksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi tidak berjalan dengan baik. Subsistem produksi berjalan kurang baik karena keterbatasan modal petani untuk membeli sarana produksi dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan subsistem post produksi tidak berjalan dengan baik karena petani hanya melakukan pemasaran dalam bentuk biji putih, di daerah penelitian tidak dilakukan pengolahan lanjutan untuk meningkatkan pendapatan petani.

2) Keterkaitan sistem agribisnis di daerah penelitian terdapat atas dua yaitu keterkaitan ke belakang, dimana cukup tersedianya input produksi yang dibutuhkan petani dan keterkaitan ke depan yaitu pengolahan hasil usahatani Kopi Arabika menjadi bahan baku dalam industri kopi untuk menambah pendapatan petani Kopi Arabika belum ada di daerah penelitian.

(14)

14

3) Faktor Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Kopi Arabika di daerah penelitian adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, dan luas lahan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa luas lahan dan biaya tenaga kerja adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani Kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.

Saran

Petani memperkuat organisasi kelompok tani menjadi lebih baik sehingga hal-hal lain yang menjadi permasalahan dalam usahatani dapat dipecahkan bersama-sama sekaligus dapat menjual hasil pertanian secara langsung ke pedagang besar serta dapat membuat pengolahan Kopi Arabika untuk dapat meningkatkan pendapatan petani. Pemerintah hendaknya memperlihatkan contoh usahatani yang baik melalui kebun percobaan yang bekerja sama dengan lembaga riset, baik dalam maupun luar negeri sehingga masyarakat dapat melihat bukti nyata dari usahatani yang baik dan tepat. Pemerintah daerah kiranya dapat membentuk koperasi pertanian yang dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat sekitar disamping penyampaian harga yang akurat, penyediaan modal dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1991. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Kanisius. Panggabean, E. 2011. Buku PintarKopi. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sugiyanto, 2011. Sistem Agribisnis Terintegrasi Hulu-Hilir. Muara Indah. Bandung.

Supriana,T. 2008. Pengantar Ekonometrika. Medan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Usman, H dan R. Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Tabel Hasil Regresi Linear Berganda yang Mempengaruhi Pendapatan   Secara Parsial

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehubungan dengan hal tersebut Sub-Direktorat Penyelarasan Kebutuhan Kerja, Direktorat Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN

ini harus diusulkan secara tertulis oleh Ormas atau lembaga yang diwakili dengan melampirkan fotocopy KTP, daftar hadir rapat anggota Forunr Kewaspadaan Dini

1) Kepala Sub Bagian Tata Usaha Biro mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan biro dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. 2) Kepala Sub

A special case for the Complex and Literal input values is the so called Reference type of input: instead of providing the data directly as part of the Execute request, the

Mengarahkan penyusunan program kerja, pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, peraturan perundang-undangan, kelembagaan, persuratan, rumah tangga,

Now that ISPRS is registered in Maryland, all contracts that ISPRS signs with another party for the conduct of ISPRS business must include the following statement:h. This agreement