Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) Dompyong 50kW Di Desa
Dompyong, Bendungan, Trenggalek Untuk
Mewujudkan
Desa Mandiri Energi (DME)
Ifhan Firmansyah, Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng., Ir. Teguh Yuwono
Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Abstrak--Tingginya laju permintaan terhadap daya listrik tidak diimbangi dengan peningkatan penyediaan daya listik yang murah, memadai, dan ramah lingkungan. Semakin menipisnya sumber daya fosil memicu kenaikan harga energi listrik dan krisis energi listrik di Indonesia. Sehingga diperlukan studi komprehensif mengenai pemanfaatan potensi sumber energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif. Salah satunya adalah potensi energi air. Salah satu lokasi yang dapat dikembangkan adalah aliran sungai Dompyong yang dapat dibangun menjadi PLTMH Dompyong. PLTMH Dompyong direncanakan dibangun di Desa Dompyomg, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek.
PLTMH Dompyong memanfaatkan aliran sungai Dompyong dengan debit aliran 0,41m3/s dan tinggi jatuh air (head) 20m menghasilkan daya terbangkit sebesar 50.76kW. Dari hasil studi kelayakan secara finansial diperoleh PLTMH Dompyong cukup layak dengan NPV bernilai positif pada tahun ke-12 dengan suku bunga pinjaman 6% dan pada tahun ke-16 dengan suku bunga pinjaman 9%, dan ROR sebesar 12.23%. Pembangunan PLTMH Dompyong dimanfaatkan untuk keperluan listrik tempat penampungan dan pengolahan susu sapi (Milk Collecting Center/MCC) sehingga dapat memacu pertumbuhan perekonomian daerah setempat. Serta membantu pemerintah guna mewujudkan Desa Mandiri Energi (DME).
Kata Kunci : Energi terbarukan, PLTMH, Desa Madiri Energi (DME), Milk Collecting Center (MCC)
I. PENDAHULUAN
ENYEDIAAN energi listrik yang memadai dan murah serta ramah lingkungan merupakan salah satu persyaratan untuk pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan. Keterbatasan penyediaan energi listrik merupakan salah satu hambatan dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat perdesaan. Menurut statistik PLN tahun 2008 rasio elektrifikasi Indonesiabaru mencapai 62.42% dengan kata lain baru 35 juta rumah tangga dari 56 juta rumah tangga yang teraliri arus listrik. Sedangkan untuk rasio elektrifikasi provinsi Jawa Timur sudah lebih tinggi dari RE Indonesia yaitu 62.97%. RE Jawa Timur yang tinggi tidak menunjukkan pemerataan listrik di daerah Jawa Timur, sebagai contoh rasio elektrifikasi kabupaten Trenggalek masih tergolong rendah
yaitu sebesar 54.65%. Hal ini terjadi karena hingga saat ini pemenuhan kebutuhan daya listrik masih cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah perkotaan atau daerah-daerah yang mudah dijangkau sementara di wilayah pelosok atau daerah terpencil masih banyak yang belum teraliri listrik.
Rasio elektrifikasi kabupaten Trenggalek masih di bawah RE Jawa Timur yaitu sebesar 54.65%, padahal kabupaten Trenggalek memiliki banyak potensi air mencapai 25MW yang lanyak dikembangkan sebagai pembangkit listrik seperti PLTMH. Salah satunya sungai Dompyong di desa Dompyong, kecamatan Bendungan yang memiliki ketinggian net head mencapai 20m dan potensi debit air rata-rata 0.43m3/s dapat menghasilkan energi listrik sebesar 50kW. Sebenarnya desa Dompyong telah terjangkau oleh jaringan listrik PLN akan tetapi belum seluruh penduduk desa Dompyong menikmati aliran listrik dan kualitas listrik yang diperoleh pun kurang bagus karena masih sering terjadi pemadaman listrik. Kondisi yang seperti ini tidak mendukung kegiatan perekonomian masyarakat yang membutuhkan pasokan energi listrik yang kontinu. Pembangunan PLTMH ini nantinya akan digunakan utnuk menunjang perekonomian masyarakat yaitu usaha penampungan dan pengolahan susu sapi (milk collecting center).
II. DASAR TEORI A. Hydropower
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air maka head adalah beda ketinggian antara muka air pada reservoir dengan muka air keluar dari kincir air/turbin air. Total daya yang terbangkitkan dari suatu turbin air adalah merupakan reaksi antara head dan debit air seperti ditunjukkan pada persamaan 1.
Dimana: P = daya (watt)
Q = debit aliran (m3/s) = densitas air (1000 kg/m3)
Selain memanfaatkan air jatuh hydropower dapat diperoleh dari aliran air datar. Dalam hal ini energi yang tersedia merupakan energi kinetik.
Dimana: v = kecepatan aliran air (m/s)
m = massa (kg)
Daya air yang tersedia dinyatakan sebagai berikut :
B. Prinsip Kerja PLTMH
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan listrik. Skema prinsip kerja PLTMH terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Prinsip kerja PLTMH[2]
C. Perencanaan Komponen PLTMH Pengukuran Debit Air
Debit merupakan jumlah air yang mengalir di dalam saluran atau sungai per unit waktu. Metode yang umum diterapkan untuk menetapkan debit sungai adalah metode profil sungai (cross section). Pada metode ini debit merupakan hasil perkalian antara luas penampang vertikal sungai (profil sungai) dengan kecepatan aliran air.
Dimana: Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang vertikal (m2)
V = Kecepatan aliran sungai (m/s)
Luas penampang diukur dengan menggunakan meteran dan piskal (tongkat bambu atau kayu) dan kecepatan aliran diukur dengan menggunakan „current meter‟ atau juga dengan metode apung.
Pengukuran kecepatan aliran dengan metode apung dilakukan dengan jalan mengapungkan suatu benda misalnya bola tenis atau botol bekas. Kecepatan aliran merupakan hasil
bagi antara jarak lintasan dengan waktu tempuh atau dapat dituliskan dengan persamaan 5.
Dimana: V = kecepatan (m/s)
L = panjang lintasan (m)
t = waktu tempuh (s)
Kecepatan yang diperoleh dari metode ini merupakan kecepatan maksimal sehingga perlu dikalikan dengan faktor koreksi kecepatan. Faktor koreksi tergantung dari jenis saluran seperti pada tabel 1.
TABEL 1
FAKTOR KOREKSI UNTUK TIAP JENIS SALURAN
Jenis Saluran Faktor Koreksi (c)
Saluran beton, persegi panjang, mulus 0.85 Sungai luas, tenang, aliran bebas (A>10m2) 0.75
Sungai dangkal , aliran bebas (A<10 m2) 0.65
Dangkal (<0.5m), aliran turbulen 0.45 Sangat dangkal (<0.2m), aliran turbulen 0.25
Dengan memperhatikan faktor koreksi tersebut maka debit air dari suatu saluran dihitung dengan persamaan 6.
dimana: Q = debit aliran (m3/s)
c = faktor koreksi
A = luas penampang vertikal (m2)
V = kecepatan aliran sungai (m/s)
Pengukuran Tinggi Jatuh Air
Pengukuran tinggi jatuh air antara sumber air dengan lokasi turbin dapat dilakukan dengan menggunakan altimeter yang terdapat pada GPS. Prinsip kerja altimeter adalah mengukur tekanan udara. Tekanan udara akan berubah 9 mm head air raksa untuk setiap 100 meter perubahan elevasi. Altimeter sangat mudah terpengaruh oleh perubahan suhu, tekanan atmosfir dan kelembaban. Penggunaan altimeter yang terbaik adalah dengan melakukan pengukuran beda ketinggian dalam jangka waktu yang secepatnya. Secara umum pengukuran menggunakan altimeter adalah pengukuran yang paling baik terutama untuk pengukuran kondisi-kondisi tertentu misalnya untuk pengukuran head yang tinggi. Altimeter Page pada GPS menunjukkan peningkatan yang sedang berlaku, rata-rata penurunan, profil perubahan peningkatan ketinggian sepanjang jarak dan waktu, atau profil perubahan tekanan sepanjang waktu.
Gambar 2. Penandaan lokasi dengan GPS[3]
Perencanaan Komponen Elektrikal-Mekanikal
Komponen elektrikal dan mekanikal meliputi turbin, generator, sistem transmisi mekanik, dan sistem kontrol. Pemilihan generator didasrkan pada sistem listrik yang dipakai dan besarnya daya terbangkit. Pemilihan turbin didasarkan pada debit air, ketinggian head (net head) dan kecepatan spesifik turbin. Pemilihan turbin langsung dapat menggunakan grafik pemilihan turbin seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik pemilihan turbin
Kecepatan spesifik turbin juga menjadi dasar pemilihan jenis turbin karena sangat berpengaruh pada sistem transmisi mekanik yang akan digunakan. Kecepatan spesifik turbin dicari dengan persamaan:
√
√ Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range) tertentu berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin air ditunjukkan pada tabel 2.
TABEL 2
KECEPATAN SPESIFIK TURBIN
Tipe Turbin Kecepatan Spesifik
Turbin Pelton
Turbin Francis
Turbin Crossflow
Turbin Propeller
Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Beberapa formula yang dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis turbin dapat digunakan untuk melakukan estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin (ref. [5]).
Pelton (Sievo and Lugaresi, 1978)
Francis (Schweiger and Gregory, 1989)
Kaplan (Schweiger and Gregory, 1989)
Crossflow (Kpordze and Warnick, 1983)
Propeller (USBR, 1976)
Perencanaan Komponen Sipil
Komponen sipil yang digunakan dalam sitem PLTMH meliputi bendungan, headrace, bak pengendap (settling basin), bak penenang (forebay), pipa pesat, dan rumah pembangkit. Bendungan berfungsi untuk menaikkan membelokkan air menuju intake yang kemudian masuk ke saluran pembawa (headrace). Dari headrace kemudian aliran air diendapkan di bak pengendap yang selanjutnya dialirkan ke bak penenang. Dari bak penenang air dialirkan untuk memutar turbin melalui pipa pesat. Diameter pipa pesat minimum dihitung dengan persamaan:
( )
Dimana: D = diameter pipa (m),
Q = debit desain (m3/detik),
L = panjang penstock (m),
n = koefisien manning,
H = tinggi jatuh (head) (m)
TABEL 3
KOEFISIEN MANNING UNTUK MATERIAL PIPA PESAT
Material Koefisien Manning (n)
Welded steel 0.012 Polyethylene 0.009 Polyvinyl chloride (PVC) 0.009 Asbestos cenent 0.011 Cast iron 0.014 Dutiie iron 0.015
III. ANALISIS DATADAN PEMBAHASAN A. Permasalahan dan Data
Pembangunan PLTMH Dompyong direncanakan di Desa Dompyong, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek
dengan memanfaatkan aliran sungai Dompyong. Desa Dompyong merupakan ibukota kecamatan Bendungan dengan luas wilayah 17,82 km2 yang berpenduduk 3311 jiwa. Meiliki Rasio Elektrifikasi 23.57% dengan kepadatan penduduk 186 jiwa/km2. Secara umum permasalahan kelistrikan yang terjadi di desa Dompyong terutama aspek ketersediaan dan kualitas daya listrik yang masih rendah. Hal inimenyebabkan terhambatnya kegiatan ekonomi daerah tersebut.
Untuk mendukung kegiatan ekonomi dan ketersediaan listrik maka diadakan studi kelayakan pembangunan PLTMH Dompyong. Dari studi di lapangan dan studi literature diperuleh data primer dan data sekunder sebagai berikut: 1. Debit air
Debit air rata-rata sungai Dompyong mengacu pada data curah hujan dan debit rata-rata kabupaten Trenggalek tahun 2009 menurut balai PSAWS Malang ditunjukkan pada tabel 4.
TABEL 4
DATA CURAH HUJAN TAHUN 2009 DAN DEBIT AIR RATA-RATA
Bulan Curah Hujan Catchment Area Debit Air Debit Rata-Rata mm km2 m3/s m3/s Januari 78 20 0.24 0.43 Februari 137 36 0.76 Maret 75 19 0.22 April 156 36 0.87 Mei 199 39 1.2 Juni 65 15 0.15 Juli 55 10 0.08 Agustus 4 2 0.001 September 24 8 0.03 Oktober 93 25 0.36 November 93 26 0.37 Desember 157 37 0.9
Pengukuran debit sungai Dompyong dilakukan pada tanggal 24 Maret 2011 dalam kondisi cuaca cerah. Lebar sungai Dompyong pada daerah pengukuran adalah 7m yang dibagi dalam 7 segmen dengan jarak antar penampang 1m. Diperoleh penampang melintang Sungai Dompyong seperti pada gambar 4 dan hasil pengukuran debit pada tabel 5.
Gambar 4. Penampang melintang sungai Dompyong hasil pengukuran
TABEL 5
DEBIT AIR PER PENAMPANG
Titik Luas Penampang Kecepatan Rata-Rata Aliran Debit Air m2 m/s m3/s 0 0 0 0 1 0.25 0.32 0.08 2 0.27 0.35 0.09 3 0.31 0.41 0.13 4 0.35 0.44 0.15 5 0.22 0.43 0.09 6 0.24 0.32 0.08 7 0 0 0 Debit Total 0.63
Sungai Dompyong merupakan sungai dangkal dengan aliran bebas sehingga faktor koreksi debit air sebesar 0.65 sehingga diperoleh debit air sungai Dompyong sebesar::
2. Tinggi jatuh air (head)
Pada pengukuran menggunakan metode GPS dan dikonversi dengan bantuan google maps diperoleh hasil seperti pada gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Letak bak penenang
Gambar 6. Letak power house
Dengan memperhatikan ketinggian dari dua titik pengukuran terhadap permukaan air laut diperoleh forebay
berada pada ketinggian 692 m dan power house berada pada ketinggian 671 m di atas permukaan laut sehingga diperoleh tinggi jatuh air sebesar:
B. Kapasitas Terbangkit PLTMH Dompyong
Pembangunan PLTMH Dompyong memanfaatkan aliran sungai Dompyong dengan tinggi head net 20 m dan debit rata-rata 0.41 m3/s diperoleh estimasi daya terbangkit sebesar 50 kW.
TABEL 6
ESTIMASI KAPASITAS DAYA TERBANGKIT PLTMH DOMPYONG
Keterangan Simbol Nilai
Debit disain (m3/dtk) Q
d 0.41
Head efektif (meter) Hnet 20
Efisiensi turbin 0.85
Efisiensi generator 0.95
Efisiensi transmisi mekanik 0.92
Efisiensi saluran air 0.85
Estimasi daya listrik terbangkit (kW) P 50.74
C. Desain Pembangunan PLTMH Dompyong
Desain pembangunan PLTMH Domypong meliputi komponen elektrikal-mekanikal dan komponen sipil seperti ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Desain pembangunan PLTMH Dompyong
TABEL 7
SPESIFIKASI PERALATAL ELEKTRIKAL-MEKANIKAL DAN KOMPONEN SIPIL Komponen Keterangan PERALATAN ELEKTRIKAL-MEKANIKAL TURBIN Tipe Crossflow Diameter runner 0.27 m Head 20 m
Debit air optimum 0.41 m3/s
Daya poros 50.74 kW
Putaran turbin 671 rpm
Efisiensi 85 %
GENERATOR
Jenis Generator Sinkron
Rating power 50 kW
Frekuensi 50 Hz
Fasa 3
TABEL 7
SPESIFIKASI PERALATAL ELEKTRIKAL-MEKANIKAL DAN KOMPONEN SIPIL (Lanjutan)
Komponen Spesifikasi
Putaran poros 1500 rpm
Tegangan 220/380 V
Power factor 0.8
Efisiensi 95 %
SISTEM TRANSMISI MEKANIK
Tipe Flat Belt
Rasio 2 : 5
Efisiensi 92 %
SISTEM KONTROL
Tipe Electronic Load Controller (ELC) Rating power 50 kW
Frekuensi 50 Hz
Tegangan 220/380 V
BALLAST LOAD
Tipe Air Heater
Rating power 50 kW
PERALATAN SIPIL BENDUNGAN
Konstruksi Bendung Gravitasi
Dimensi Ketebalan dinding : 30 cm P : 7 m, T : 1 m,
BAK PENENANG (FOREBAY)
Konstruksi Pasangan batu yang di plester dengan semen Dimensi P : 7.5 m, L : 2 m, T : 2 m, Ketebalan dinding : 20 cm
PIPA PESAT
Tipe Baja yang dilas
Panjang 50 m
Diameter 50 cm
RUMAH PEMBANGKIT
Konstruksi Pasangan batu bata yang diplester dengan semen
Dimensi P : 3 m, L : 3 m
D. Analisis Finansial
Pembangunan PLTMH Dompyong membutuhkan biaya investasi sebesar 1 Milyar dengan asumsi umur pakai 25 tahun dan faktor kapasitas 0,8 diperoleh nilai BPP dari PLTMH Dompyong seperti pada tabel 7 dengan suku bunga 6%, 9%, dan 12%.
TABEL 8
BPP UNTUK SUKU BUNGA 6%, 9%, DAN 12%
Perhitungan Suku Bunga
6% 9% 12%
Biaya Pembangunan (Rp.(juta)/kW) 20 20 20
Umur Operasi (tahun) 25 25 25
Kapasitas (kW) 50 50 50
Biaya O&M (Rp./kWh) 100.88 100.88 100.88
Biaya Modal (Rp./kWh) 223.25 290.54 363.87
Biaya Pokok Pembangkitan (Rp./kWh) 324.13 391.43 464.75
Studi kelayakan investasi menggunakan metode NPV dan ROR diperoleh hasil sebagai berikut:
1. NPV (Net Prest Value)
NPV pembangunan PLTMH Dompyong 50kW bernilai positif ketika suku bunga dipakai sebesar 6% mulai tahun ke-12 sebesar Rp. 25.600.000,00, dan suku bunga 9% pada tahun ke-16 sebesar Rp. 16.880.000,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek pembangunan PLTMH Dompyong 50kW dengan umur pembangkit 25 tahun,
layak dilaksanakan. Sedangkan bila digunakan suku bunga 12% pembangunan PLTMH Dompyong tidak layak dilaksanakan.
2. ROR (Rate of Return)
Berdasarkan data dari Bank Dunia yang menetapkan batas minimum harga ROR sebesar 8.0% maka pembangunan PLTMH Dompyong dianggap layak/feasible karena memiliki ROR sebesar 12.23%.
E. Pemanfaatan Energi Listrik dari PLTMH
Tujuan utama pembangunan PLTMH Dompyong adalah untuk mendukung dan mendorong kegiatan perekonomian masyarakat. Maka dari itu pemanfaatan daya listrik hanya berfokus pada hal tersebut bukan untuk meningkatkan RE secara langsung. Kegiatan ekonomi disini yaitu usaha penanganan dan pengolahan susu sapi (Milk Collecting Center (MCC)). Pemilihan usaha penanganan dan pengolahan susu
sapi (Milk Collecting Center (MCC)) didasarkan pada
banyaknya masyarakat yang memelihara sapi perah dan kurangnya fasilitas pengolahan yang mendukung. Selain itu PLTMH Dompyong juga dimanfaatkan untuk penerangan jalan dan sisanya untuk di jual ke PLN. Single line diagram pemanfaatan PLTMH Dompyong ditunjukkan pada gambar 8.
GS
ELC Penerangan Jalan 1 kW MCC 12 kW PLN 35 kW Transformator 20kV, 50kVA Generator Sinkron 220/380V, 50kWGambar 8 Single line diagram pemanfaatan PLTMH Dompyong
TABEL 9
SPESIFIKASI TEKNIS PEMANFAATAN PLTMH DOMPYONG
Spesifikasi
Pemanfaatan
MCC Penerangan
Jalan On-Grid PLN
Tegangan 220/380 V 220 V 20 kV
Transmisi Kabel NYM (4 x 4 mm2) (2 x 2.5 mmKabel NYM 2) (3 x 16/2.5 mmKabel ACSR 2)
Panjang
transmisi 500 m 2 x 2.5 m 500 m
Trafo - - 3 fasa, 20 kV, 50 kVA
Kapasitas 12 kW 1 kW 35 kW
Peralatan Chilling dan pasteurisasi
unit LHE 10W/50m
Sinkronous dan pengaman
IV. PENUTUP A. Kesimpulan
Dari studi kelayakan yang telah dilakukan terhadap perencanaan pembangunan PLTH Dompyong 50kW dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Rasio elektrifikasi kabupaten Trenggalek sebesar 54.65% dengan kepadatan penduduk 535 jiwa/km2, masih berada di bawah rasio elektrifikasi Jawa Timur sebesar 62.97% dengan kepadatan penduduk 782 jiwa/km2 sehingga dapat diartikan bahwa baru setengah penduduk Trenggalek yang telah teraliri listrik.
2. Pembangunan PLTMH Dompyong memanfaatkan aliran
sungai Dompyong yang mempunyai debit rata-rata 0.41
m3/s dengan ketinggian head net 20m, mampu
menghasilkan daya terbangkit sebesar 50kW
3. Dari hasil analisis teknis pada pembangunan PLTMH Dompyong diperoleh kesimpulan yaitu:
komponen sipil terdiri dari bendungan dengan lebar 7m, forebay dengan ukuran 7.5 x 2 x 2 m, pipa pesat dengan diameter 50cm dan panjang 50m, power house, dan tail race,
komponen elektrikal-mekanikal yang digunakan yaitu generator sinkron 3 fasa, turbin jenis cross flow, transmisi mekanik tipe flat belt dan sistem kontrol ELC (Electronic Load Control) dengan ballast load air heater.
4. Studi kelayakan PLTMH Dompyong
Dilihat dari aspek ekonomi pembangunan PLTMH
Dompyong yang membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 1 Milyar diperoleh BPP sebesar Rp. 324,13/kWh untuk suku bunga 6%, Rp. 391,43/kWh untuk suku bunga 9% dan Rp. 464,75/kWh untuk suku bunga 12%. Dari hasil studi kelayakan dengan metode NPV dan ROR menunjukkan bahwa program ini layak dikembangkan dengan suku bunga pinjaman 6% dan 9% dengan harga jual energi listrik sebesar Rp. 450,00/kWh.
Dampak lingkungan dan sosial yang timbul pasca
pembangunan PLTMH Dompyong adalah
menyadarkan masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan sehingga debit air sungai Dompyong tetap terjaga dan juga mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi yang produktif.
5. Pemanfaatan energi listrik yang dihasilkan PLTMH
Dompyong untuk menyuplai milk collecting center
mampu menekan biaya pemakaian listrik sampai 50% dibanding dengan penggunaan listrik PLN sehingga dapat meningkatkan harga beli susu sapi dari peternak.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan penulis agar pembangunan PLTMH Dompyong dapat terealisasikan dengan baik dan memberikan manfaat yang optimal yaitu: 1. Perlu adanya keseriusan dari pihak pemerintah baik
mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan guna mewujudkan Desa Mandiri Energi.
2. Pembangunan PLTMH Dompyong harus melibatkan
masyarakat setempat mulai dari perencanaan sampai pengelolaan sehingga manfaat pembangunan PLTMH tersebut dapat dirasakan masyarakat secara maksimal.
3. Pemeliharaan dan perawatan PLTMH harus dilakukan
secara berkala dan berkesinambungan agar
memperpanjang usia pembangkit dan mempertahankan efisiensinya.
4. Perlunya pembelajaran terhadap masyarakat desa
Dompyong untuk menjaga kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan secara bijaksana agar debit sungai dan sumber air tetap terjaga secara kualitas dan kuantitas. 5. Untuk mewujudkan Desa Mandiri Energi perlu diadakan
pengkajian yang lebih lanjut terhadap potensi sumber energi terbarukan di desa Dompyong seperti potensi biogas.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sugiyono, Agus, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengelola Potensi Sumber Daya Air melalui Pengembangan Pembangkit Listrik TenagaMini/Mikro Hidro”, JESP, Vol. 1, No. 3, 2009
[2] Kurniawan, Ardhy, dkk., “Pedoman Studi Kelayakan Mekanikal-Elektrikal”, IMIDAP, 2009
[3] …….., “Prosedur dan Instruksi Kerja Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka”, Dirjen Sumber Daya Air, 2009
[4] Arief Subekti, Ridwan, “Survey Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, Journal of Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology, Vol. 01, No.1, pp. 5-12, Oktober, 2010 [5] …….., “Layman’s Handbook On How to Develop A Small Hydro Site”,
ESHA, 1998
[6] Kurniawan, Ardhy dkk., “Pedoman Studi Kelayakan Sipil”, IMIDAP, 2009
[7] Kurniawan, Ardhy dkk., “Pedoman Studi Kelayakan Ekonomi/Finansial”, IMIDAP, 2009
[8] P. Damastuti, Anya, “Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro”, Wacana, No. 1, Mei-Juni, 1998
[9] ……., “Indeks Pembangunan Manuusia Kabupaten Trenggalek 2005-2009”, BPS Kabupaten Trenggalek, 2010
[10] ……., “Kabupaten Trenggalek Dalam Angka 2010”, BPS Kabupaten Trenggalek, 2010
[11] ……., “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2005-2009”, BPS Kabupaten Trenggalek, 2010
[12] …….., “Juknis Penanganan dan Pengolahan Susu bagian 2”, 2010 [13] Usmiati, Sri, “Teknologi Pengolahan Susu”, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Bogor, 2009 [14] ……., “MHP Handbook Indonesia”, 2010
Ifhan Firmansyah dilahirkan di Mojokerto, 27 April 1986. Riwayat pendidikan diawali di SD N 1 Karanggandu kemudian melanjutkan ke SLTP N 1 Gandusari. Selanjutnya sekolah tingkat atas ditempuh penulis di SMA N 1 Boyolangu. Setelah selesai mengenyam bangku pendidikan SMA, penulis hijrah ke kota Surabaya untuk melanjutkan pendidikan di ITS dengan jurusan Teknik Elektro bidang studi Teknik Sistem Tenaga sebagai tempat untuk meraih gelar S1.