• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biar Kanak-kanak datang kepada-ku : Evaluasi dan Refleksi Perayaan Ekaristi bersama Anak-anak (missis cum pueris)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Biar Kanak-kanak datang kepada-ku : Evaluasi dan Refleksi Perayaan Ekaristi bersama Anak-anak (missis cum pueris)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“Biar Kanak-kanak datang kepada-Ku”:

Evaluasi dan Refleksi Perayaan Ekaristi

bersama Anak-anak (missis cum pueris) oleh Bonifacius Hendar Putranto Ketua Sie Liturgi HSPMTB (2013 – 2016)

Landasan dari Kitab Suci:

Markus 10:14 (Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.")

Landasan dokumen Gereja: Pedoman Pastoral Misa dengan Anak-Anak (Directorium de missis cum pueris), yang dikeluarkan oleh Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen, Roma, pada 1 November 1973, yang merupakan lampiran dari Pedoman Umum Buku Misa.

Kontekstualisasi dari dokumen Gereja tersebut di atas:

 Ada beberapa hal yang diserahkan kepada wewenang Konferensi Waligereja setempat (dalam hal ini Konferensi Waligereja Indonesia) dan kepada setiap Uskup, untuk disesuaikan dengan keadaan konkret. Bila dianggap perlu, KWI berhak mengadakan penyesuaian lebih lanjut untuk wilayah yang bersangkutan dengan persetujuan Tahta Apostolik.

 Dekenat Tangerang, sebagai bagian dari wilayah kewenangan gerejawi Keuskupan Agung Jakarta, dipercaya oleh Komisi Liturgi KAJ untuk mendesain Panduan Misa Anak-anak. Diskusi dan urun gagasan di antara para penggiat Liturgi se-Dekenat Tangerang untuk membuat Panduan Misa Anak-anak sudah dimulai sejak awal tahun 2014, yang akhirnya terwujud menjadi Teks Misa Anak se-Dekenat Tangerang (ad experimentum) yang dirujuk sebagai pegangan pada Perayaan Ekaristi untuk Anak-anak se-Dekenat Tangerang, Minggu, 25 Mei 2014, di Gereja Santa Monika – BSD.

 Teks Misa Anak yang ad experimentum tersebut, dalam perjalanan waktu, kemudian direvisi menjadi “Usulan Panduan Umum Misa Anak-anak Dekenat Tangerang” yang dibagikan lewat milis Liturgi Dekenat Tangerang, per 31 Januari 2015. Teks Usulan ini sedianya akan dibaca oleh Bapak Uskup KAJ dan nantinya akan disahkan sebagai dokumen resmi Gereja tingkat Keuskupan.

(2)

 Yang dimaksud dengan “anak” di sini adalah mereka yang belum menerima Komuni Pertama (usia kurang dari 10 tahun atau belum duduk di kelas IV Sekolah Dasar).

 Dalam lingkup paroki HSPMTB, sudah diusulkan dan disepakati di tingkat Dewan Paroki Inti, serta menjadi kesepakatan bersama yang di-RaKar-kan pada Desember 2014, bahwa “Misa Anak” akan diadakan setiap Minggu V setiap bulan, sehingga, pada tahun 2015, akan diadakan pada 31 Mei, 30 Agustus, dan 25 Oktober.

 Panitia pelaksana di lapangan berasal dari tim Bina Iman Anak, dibantu tim Bina Iman Remaja, dengan arahan dari Sie Liturgi Paroki.

Latar Belakang Munculnya Pedoman Misa Anak (Directorium de missis cum pueris) Ada tiga hal pokok yang termaktub dalam bagian ‘Pengantar’ dari Teks Pedoman Pastoral Misa dengan Anak-Anak. Pertama, “Gereja harus menunjukkan perhatian khusus pada anak-anak yang sudah dibaptis namun belum menerima kepenuhan Sakramen Inisiasi lewat Sakramen Krisma dan Ekaristi, dan juga anak-anak yang baru saja menerima Komuni Pertama. Dewasa ini, lingkungan dan keadaan tempat tumbuh-kembangnya anak-anak tidaklah mendukung perkembangan hidup rohani mereka. Selain itu, para orang tua juga tidak jarang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang mereka terima pada saat membaptis putra dan putri mereka yaitu mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka menjadi seorang Kristiani yang baik.” (Art. 1)

Kedua, “Dalam hal pendewasaan iman anak dalam Gereja, muncullah kesulitan khusus yang berangkat dari fakta bahwa berbagai perayaan Liturgi, terutama Perayaan Ekaristi, tidak dapat sepenuhnya menyampaikan kaidah dan ajaran yang melekat di dalamnya kepada anak-anak. Meskipun sekarang ini bahasa setempat (vernacular) sudah boleh digunakan dalam Misa, akan tetapi kata-kata dan tanda-tanda yang ada di dalam Misa tidak sememadai itu disesuaikan dengan daya tangkap anak-anak.” (Art. 2)

Ketiga, “Pada kenyataannya, bahkan dalam hidup sehari-hari, anak-anak tidak senantiasa memahami pengalaman-pengalaman mereka dengan orang dewasa, bahkan cenderung menjadi bosan. Karena itu maka tidak bisa diharapkan hal yang sama dari Liturgi yaitu bahwa segala sesuatunya harus dapat dicerna oleh mereka. Meskipun demikian, ditakutkan bahwa kerohanian mereka dapat tercederai jika tahun demi tahun, secara berulang-ulang mereka mengalami di dalam Gereja hal-hal yang hampir tidak dapat mereka cerna: sejumlah studi psikologi terkini menunjukkan betapa dalam anak-anak dibentuk oleh pengalaman relijius yang mereka alami sejak masa balita dan anak-anak awal, dikarenakan penerimaan relijius yang istimewa yang memang wajar terjadi pada tahun-tahun tersebut.” (Art. 3)

Jenis Misa bersama Anak-anak:

1. Misa untuk orang dewasa yang dihadiri oleh anak-anak:

a. Mengikuti tata cara misa umum dengan sedikit penyesuaian khususnya menyapa (dalam kata pengantar dan kata penutup sebelum berkat atau dalam salah satu bagian homili).

b. Anak mengikuti Liturgi Sabda secara terpisah dan baru bergabung pada awal liturgi Ekaristi.

c. Anak-anak yang belum sanggup atau belum berhasrat mengikuti Misa ditempatkan di ruangan khusus dan baru bergabung sebelum menerima berkat penutup.

(3)

a. Terutama cocok untuk hari-hari biasa yg membantu anak-anak untuk dapat mengikuti Misa umat.

b. Tidak terlalu menyimpang dengan tata perayaan Ekaristi.

c. Masing-masing unsur Misa harus sesuai dengan tujuan dalam Pedoman Umum Buku Misa.

Pentingya Saat Komuni dan Ritus selanjutnya

Art. 54 PPMA menggarisbawahi pentingnya umat, terutama anak-anak, mengambil bagian penuh dalam Misteri Ekaristi, juga dalam hal mempersiapkan diri untuk menyambut Tubuh Kristus, serta memahami makna Liturgis dari Ekaristi dan keterkaitannya dengan hidup sehari-hari.

“Segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik sehingga anak-anak yang sudah dipersiapkan secara memadai dan yang sudah boleh sambut Komuni dapat pergi ke depan Altar dengan tenang dan dengan sikap rekolektif serta ambil bagian penuh dalam Misteri Ekaristi. Jika memungkinkan, selama prosesi Komuni perlu diiringi dengan nyanyian, yang cocok dengan anak-anak. Undangan yang mendahului diberikannya Berkat Penutup sifatnya penting dalam Misa-misa yang dihadiri anak-anak. Sebelum mereka pergi diutus, mereka butuh mendengarkan kembali dan tahu penerapan dari apa yang sudah mereka dengar saat Misa, tapi ini sebaiknya dilakukan tidak berpanjang-panjang. Secara khusus, inilah waktu yang tepat untuk menyatakan hubungan antara Liturgi dengan hidup. Sekurang-kurangnya sesekali, tergantung Tahun Liturgi dan situasi – kondisi yang berbeda-beda dalam hidup anak-anak, Imam sebaiknya menggunakan bentuk-bentuk pemberian berkat yang lebih kaya, namun ia tetap perlu mempertahankan rumusan Trinitaris dengan tanda salib sebagai penutupnya.”

Prinsip dan Implementasi Prinsip untuk Misa Anak-anak1:

Prinsip “participatio actuosa” berlaku juga untuk misa anak-anak. Partisipasi atau peran serta aktif dan sadar amat penting dalam misa anak-anak. Segala upaya dalam persiapan dan pelaksanaan hendaknya diarahkan untuk mempermudah dan meningkatkan partisipasi anak-anak. Semakin banyak anak yang terlibat dan bertugas khusus semakin baik perayaan itu. Sebanyak mungkin anak hendaknya diserahi tugas-tugas khusus dalam perayaan, misalnya:

1. menyiapkan dan menghias ruang dan altar,

2. membawakan nyanyian,

3. bernyanyi dalam paduan suara atau memainkan alat musik,

4. membawakan bacaan,

5. membaca doa umat,

6. menghantar persembahan ke altar,

7. atau melakukan tugas-tugas lain sesuai dengan adat kebiasaan bangsa yang bersangkutan.

Saat-saat hening mempunyai tempat penting juga dalam misa anak-anak. Hendaknya diperhatikan agar anak-anak menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa keikutsertaan itu mencapai puncaknya dalam komuni dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus sebagai santapan rohani. Imam yang merayakan Misa bersama dengan anak-anak hendaknya berusaha agar perayaan sungguh-sungguh bersifat pesta dalam suasana persaudaraan dan kekhidmatan.

1 Untuk bagian ini saya mengutip sepenuhnya dari rumusan “Usulan Panduan Misa Anak-anak” yang drafnya

(4)

Beberapa petunjuk praktis :

1. Tindakan liturgis disesuaikan dengan suasana anak-anak.

2. Kata pengantar dan penjelasan-penjelasan lain dapat disesuaikan supaya anak-anak dapat ikut serta secara ikhlas dalam perayaan liturgi.

3. Kadang-kadang menyapa atau mengajak mereka dengan kata-kata sendiri, misalnya untuk doa tobat, doa persembahan, doa Bapa Kami, salam damai, dan menyambut komuni.

4. Untuk melukiskan isi homili, Imam dapat menyiapkan atau membuat gambar-gambar / boneka / wayang, sebagai alat peraga.

Pada hakikatnya, perayaan Ekaristi selalu merupakan tindakan seluruh umat setempat. Maka dianjurkan agar juga dalam misa anak-anak hadir pula, beberapa orang dewasa, bukan sebagai pengawas, melainkan sebagai anggota umat yang ikut serta dalam doa, mendampingi serta membantu anak-anak seperlunya.

Poin-poin Evaluasi dan Refleksi pelaksanaan Misa Anak 31 Mei 2015, di Paroki HSPMTB2:

1. Misa dipimpin oleh Pastor Dismas Tulolo, SJ (Pastor Moderator Liturgi Paroki HSPMTB) dan RD Adrianus Andy Gunardi (Pastor Kepala Paroki Gregorius Agung, Kotabumi, Tangerang).

2. Lektor Anak membacanya masih belum terlalu lancar karena baru latihan sekitar kurang lebih 2 hari sebelum hari H, tetapi masih bisa dimaklumi karena mereka masih kecil dan belum dilatih dasar-dasar membaca Kitab Suci yang baik di Ambo, pada saat Misa. 3. Para Pembina BIA dan BIR, serta orangtua, merasa salut dengan para lektor anak karena

mereka mempunyai minat dan rasa percaya diri yang tinggi saat melaksanakan tugasnya 4. Koor dan pemazmur sudah menjalankan tugasnya dengan cukup bagus.

5. Untuk masalah tempat duduk anak-anak dalam Misa, masih ada opa,oma atau orang tua yang tidak punya anak kecil yang justru duduk di bagian depan, sementara keluarga yang mempunyai anak kecil malah duduk di bagian belakang. Rekomendasi berikutnya: Panitia perlu menghimbau keluarga-keluarga yang mempunyai anak yang masih kecil (usia di bawah kelas 4 SD) supaya datang Misa lebih awal, kemudian duduk menempati bangku bagian depan. Sedangkan keluarga yang anak-anaknya berumur di atas usia kelas 4 SD, atau OMK, mengalah dengan duduk di barisan bangku yang lebih belakang.

6. Mengharapkan tersedianya Alba untuk petugas Lektor dan Pemazmur anak ataupun remaja (usia BIA atau pun BIR) dengan ukuran khusus (size: SS), supaya mereka bisa mengenakan Alba tersebut saat bertugas.

7. Untuk berkat di dahi (komuni bathuk), kakak-kakak Pembina BIA Paroki merasa waktunya lebih cepat jika saat penerimaan komuni, anak-anak didahulukan terima berkat dan orang dewasa yang terima komuni di bagian jalur / gang tengah mau mengalah (terimanya belakangan setelah komuni bathuk selesai). Rekomendasi: Untuk berkat anak setiap minggunya, mungkin bisa dicoba diubah yaitu anak-anak dulu yang menerima berkat (komuni bathuk), baru setelahnya orang dewasa yang sudah menerima komuni; hal ini hanya berlaku khusus di jalur tengah saja dari depan sampai belakang. Jalur di sayap kiri, sayap kanan dari depan sampai belakang tetap berjalan seperti biasa. Hasil

2 Untuk bagian ini, saya mengandalkan laporan tertulis dari Lidya Natalia Susanti, Kord. Pembina BIA HSPMTB,

Tangerang, yang dikirimkan lewat surel per tanggal 5 Juni 2015. Modifikasi pada bahasa tuturan yang dilakukan tanpa mengurangi makna asali merupakan tanggungjawab penulis artikel ini.

(5)

pengamatan kami, berdasarkan kejadian Misa Anak kemarin, dari segi waktu pembagian komuni jadi tampak lebih cepat, ketimbang anak-anak yang belakangan menerima komuni bathuk.

8. Merasa agak spesial karena kebetulan Romo yang memimpin ada 2 orang, beda dari biasanya dan seperti menjadi ciri khas khusus jika Misa Anak selanjutnya bisa dipimpin oleh 2 orang Romo. Akan tetapi, satu Romo pun tidak masalah yang penting Romo bisa berbaur dan berinteraksi dengan baik bersama anak-anak serta memberikan homili yang dapat masuk ke dalam dunia khas anak (bahasanya tidak terlalu formal dan abstrak). 9. Diharapkan untuk Misa Anak berikutnya (30 Agustus) dapat berlangsung dengan lebih

baik dan lancar, baik dari segi kordinasi internal maupun eksternalnya. Contoh: sosialisasi pelaksanaan Misa Anak sudah dilakukan sejak 1 bulan sebelum waktu pelaksanaan. Selain itu, diharapkan Para Romo dan Dewan Paroki Inti dapat berkontribusi lebih untuk mendukung keberadaan Misa Anak ini.

10.Secara keseluruhan Misa Anak yang baru pertama kali dilaksanakan yang bukan event Paskah ataupun Natal, telah berjalan dengan baik, lancar dan mendapat pujian dari beberapa umat di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda yang disampaikan kepada kakak-kakak Pembina BIA Paroki HSPMTB.

Kesimpulan:

1. Katekese Liturgi untuk menjelaskan makna Liturgi sebagai Sumber dan Puncak (Fons et Culmen) Kegiatan Gereja (Lih. Sacrosanctum Concilium, Art. 10) penting disampaikan sebelum dimulainya Misa Anak. Secara khusus, seturut kutipan Injil di atas, perlu ditegaskan bahwa orang tua perlu mengajak dan mengajar anak-anak mencintai Yesus secara dialogal-partisipatif. Jadi, bukan sekadar pemenuhan tanggung jawab atas janji saat membaptis anak untuk membesarkan/mendidik anak secara Katolik. Kalau anak diajak dan diajar mencintai Yesus dalam Perayaan Ekaristi, tentu akan berbeda dengan anak yang “diwajibkan” mengikuti Misa tanpa disertai rasa cinta.

2. Petugas Misa seperti Lektor, Pembaca Doa Umat, Pembawa Persembahan, Koor, dan Tata Laksana, perlu dipersiapkan secara lebih serius.

3. “Komuni bathuk” menjadi sebuah kekhasan dalam Misa Anak yang perlu dipertahankan dan disiapkan, baik oleh Romo, Prodiakon, maupun para petugas Tata Laksana, sehingga peristiwa penting dan bermakna mendalam ini dapat berjalan lebih tertib sambil tetap menjaga suasana khusuk Komuni.

4. Lagu-lagu Pengiring Misa Anak juga perlu dilatih dengan lebih baik; tidak harus semua lagu diambil dari Puji Syukur, tetapi sebagiannya bisa diambil dari Buku Nyanyian Liturgi Anak (kerjasama Komisi Liturgi KAJ dengan para komposer lagu dan Penerbit OBOR, 2014)

5. Pelaksanaan Misa Anak (di luar Ibadat Sabda / Misa Natal dan Paskah khusus untuk Anak) perlu didukung secara moril baik oleh Romo Paroki, Dewan Paroki, terlebih oleh Umat Paroki, paling kurang dengan membawa serta anak-anak mengikuti Misa Anak.

Referensi

Dokumen terkait

Berapa hari siklus menstruasi yang anda alami tiap bulannya (dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi di bulan berikutnya)a. Pada setiap kali

Kesenian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul bermacam – macam jenis kesenian yang ada di Gunungkidul khususnya di desa Kemadang masih banyak dari tabel dibawah merupakan

Nilai penting dari 20 jenis pohon utama yang terdapat pada areal tidak Terdegradasi di hutan Batu Busuak Padang. Tricalysia malaccensis (Hook.f.) Merr

1. Kelengkapan dan keaslian klenteng sebagaimana aslinya seperti dahulu dan yang terpenting sederhana tidak bermewah- mewahan. Terdapat papan sinci 4 murid nabi yang biasa

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai probabilitas-statistik = 0,000 < Level of Significant = 0,05, jadi hipotesis Persepsi Kualitas memiliki efek yang positif

Rumpun bangsa domba yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas 34 ekor domba Garut (GG), 12 ekor domba persilangan Moulton Charollais (MM) x Garut (GG) atau disebut

Satuan Tugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Belu mengamankan sedikitnya 8 orang tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang diduga hendak berangkat ke Malaysia, Dari

PSIKOLOGI - Menyenangi sesuatu berhubungan dengan Diri Pribadi atau Jiwa Manusia, seperti: emosi, jiwa, karakter, kepribadian, motivasi meliputi berdiskusi, mempelajari,