• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN DASADARMA PRAMUKA BUTIR KE DELAPAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER MAHASISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN (Studi Pada UKM Pramuka Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi IAIN Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN DASADARMA PRAMUKA BUTIR KE DELAPAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER MAHASISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN (Studi Pada UKM Pramuka Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi IAIN Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEPRAMUKAAN

(Studi Pada UKM Pramuka Racana Kusuma Dilaga

Woro Srikandhi IAIN Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

MUHAMMAD ARIEF MUFTI HABIBI

NIM: 11110084

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini telah tersusun dan saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya bapak Muhibul dan ibu Eny Rohmatin yang telah mendidik dan membimbing serta memberi kebebasan kepada saya untuk memilih dan berekspresi.

2. Kedua kakak kandung saya Nurul Ike Pravita dan Galuh Indah Puspita yang selalu mendukung saya diwaktu kecil hingga sekarang.

3. Kedua kakak ipar saya Joko Irianto dan Abdullah Salam Nurul Ma’arif yang selalu memberi nasehat supernya.

4. Keempat keponakan saya Gading, Aga, Cinta , Barick yang selalu memberi inspirasi kecilnya.

5. Semua guru saya yang telah mendidik dan membimbing.

6. Nia, teman spesialku yang selalu setia menemani dan menungguku. 7. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi yang telah

(7)

vii

MOTTO

JANGAN BELENGGU MIMPIMU, LIARKAN IA

APAPUN ITU LANGKAH SELANJUTNYA

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang atas anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi (S1) pada jurusan tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Kota Salatiga. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukkan kita agama yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Sesederhana apapun bentuk skripsi ini penulis merasa tidak dapat menyelesaikannya sendiri, tentu saja hal ini tidak terlepas adanya bantuan dari berbagai pihak. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan perhatian selama kuliah;

(9)
(10)

x

ABSTRAK

Habibi, Muhammad Arief Mufti. 2017. Penerapan Dasadarma Pramuka Butir Ke Delapan Dalam Membentuk Karakter Mahasiswa Melalui Pendidikan Kepramukaan (Studi Pada UKM Pramuka Racana Kusuma Dilaga–Woro Srikandhi IAIN Salatiga). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. Mukti Ali, M. Hum.

Kata Kunci: Penerapan Dasadarma Pramuka Butir ke Delapan dan Pembentukan Karakter

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Penerapan Dasadarma Pramuka Butir ke Delapan Dalam Membentukan Karakter (Studi Pada UKM Pramuka Racana Kusuma Dilaga–Woro Srikandhi IAIN Salatiga). Kepramukaan merupakan proses pendidikan ekstra dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dalam Prinsip Dasar Kepramukaan (PDK) dan Metode Kepramukaan (MK) untuk membentuk watak peserta didik. Sedangkan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang bergerak dalam bidang kepramukaan sebagai wadah bagi mahasiswa yang senang dalam mengikuti kegiatan kepramukaan. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi merupakan wadah untuk berlatih serta pengembangan diri, baik dibidang kepramukaan, mental, spiritual, karakter maupun di bidang lainnya yang dapat digunakan sebagai bekal dalam kehidupan masyarakat dan bangsa.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sesuai pendekatan yang digunakan, maka kehadiran peneliti dalam penelitian ini menjadi mutlak adanya. Penelitian ini dilakukan di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga dengan informan pengurus, anggota dan juga alumni Racana. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer meliputi observasi dan wawancara dan data sekunder berupa dokumentasi.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Berlogo ... ii

Nota Pembimbing ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan Keaslian ... v

Halaman Persembahan ... vi

Motto ... vii

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II: LANDASAN TEORI A. Dasadarma Butir ke Delapan (Disiplin, Berani, dan Setia) ... 13

B. Karakter dan Pembentukannya ... 22

C. Pembentukan Karakter Melalui Penerapan Dasadarma ... 32

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi ... 34

B. Metode Pengumpulan Data... 40

(12)

xii

BAB IV: PEMBAHASAN

A. Makna Karakter... 54 B. Kandungan Dasadarma Butir ke Delapan ... 55 C. Penerapan Dasadarma Butir ke Delapan dalam

Pembentukan Karakter mahasiswa ... 57

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Disiplin ... 19 Tabel 2.2 Indikator Berani ... 20 Tabel 2.3 Indikator Setia ... 21 Tabel 3.1 Daftar Dewan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN

Salatiga Tahun 2016 ... 39 Tabel 3.2 Daftar Dewan Brigade Khusus Racan Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga Tahun 2016 ... 40 Tabel 3.3 Daftar Informan Pengurus dan Anggota Racana Kusuma Dilaga-

Woro Srikandhi ... 42 Tabel 3.4 Daftar Informan Alumni Racana Kusuma Dilaga-Woro

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Nota Penunjukan Pembimbing Lampiran II Tentang Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran III Keterangan Penelitian

Lampiran IV Tentang Pedoman Wawancara Lampiran V Hasil Wawancara

Lampiran VI Tentang Dokumentasi Lampiran VII Tentang SKK

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak dari globalisasi yang terjadi saat ini telah membuat masyarakat Indonesia terlupa akan pentingnya pendidikan karakter bangsa. Dampak yang ditimbulkan yang juga didukung kemajuan teknologi tersebut tidak hanya dampak yang positif saja, melainkan juga banyak dampak negatif yang telah ditimbulkan, diantara dampak negatif yang ditimbulkan dari era globalisasi yaitu sering ditemuinya degradasi nilai atau moral yang terjadi sekarang ini. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai moral yang ada dalam kehidupan sehari-hari, terutama rendahnya kesadaran akan nilai-nilai moral ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari pada kalangan pemuda yang sudah melupakan nilai-nilai moral bangsa yang ada sejak zaman dahulu kala telah menjadi suatu karakteristik bangsa Indonesia sehingga telah dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

(16)

masyarakat Indonesia, terutama pada kalangan pemuda yang sudah tidak lagi mengenal karakter-karakter luhur bangsa yang sudah dikenal sejak dahulu kala. Maka dari itulah pentingnya penanaman pendidikan karakter bagi generasi muda bangsa Indonesia, dikarenakan generasi muda bangsa Indonesia inilah yang akan membawa perubahan dan kemajuan bagi bangsa Indonesia. Penanaman pendidikan karakter di dunia pendidikan sekarang ini serasa lebih tepat, apabila penanaman pendidikan karakter tersebut disalurkan dengan tepat pula.

(17)

diimplemantasikan dalam proses pendidikan di sekolah. Tentunya tidak terlepas dari dukungan orang tua siswa dan pihak berkompeten dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak (Amirulloh, 2015:11), yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Adanya penanaman nilai-nilai tersebut diharapkan mampu menghadapi globalisasi yang terjadi saat ini dan yang akan datang.

Pembentukan karakter sampai saat ini telah melalui proses yang tiada henti. Karakter dijadikan komponen yang sangat penting bagi seseorang agar dapat mencapai tujuan hidup dengan baik, sehingga karakter memegang peran penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang. Membentuk karakter memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh waktu yang lama dan energi yang tidak sedikit untuk mewujudkannya. Karakter yang telah terbentuk akan sulit diubah, maka akan lebih baik membentuknya sejak dini. Akan tetapi tidak ada istilah terlambat dalam upaya pembentukan karakter, kita tetap perlu membina dan mengembangkannya secara bertahap, bertingkat dan berkelanjutan.

(18)

pembentukan karakter yaitu gerakan pramuka yang turut membantu tugas pendidikan informal. Gerakan pramuka merupakan salah satu wadah bagi para remaja untuk mengembangkan potensi diri, terutama mengembangkan kepemimpinan yang terdapat dalam dirinya, sehingga nantinya para remaja atau pemuda bisa menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu para remaja bukan hanya menguasai sebuah ilmu dan teknologi akan tetapi harus juga dipersiapkan menjadi seorang pemimpin yang cerdas, terampil, disiplin, berani, dan tangguh.

Gerakan pramuka merupakan salah satu wadah dan usaha untuk pembinaan karakter generasi muda dengan menggunakan pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat. Terkait pembentukan karakter hal yang harus diperhatikan dikembangkan pramuka dapat membangun akhlak anak bangsa yang baik, berbudi pekerti, berpikir positif, tangguh, percaya diri, disiplin, tanggungjawab, kebersamaan hingga kemandirian.

(19)

kepramukaan melatih peserta didiknya untuk menjadi generasi penerus yang mandiri, memiliki disiplin tinggi, budi pekerti luhur, mampu membangun masyarakat serta berguna bagi bangsa dan negara.

Nilai-nilai kepramukaan bersumber dari satya pramuka dan dasadarma pramuka. Satya pramuka merupakan kode kehormatan bagi setiap anggota pramuka yang menunjukkan nilai ketuhanan, sikap nasionalisme dan solidaritas. Dasadarma pramuka merupakan kode moral, janji dan komitmen diri yang wajib diamalkan oleh setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian baik. Sementara itu kecakapan dan keterampilan diajarkan dalam kegiatan kepramukaan agar nantinya dapat berguna ketika hidup di masyarakat. Salah satu isi dasadarma yang menarik untuk diteliti dalam upaya pembentukan karakter adalah dasadarma butir kedelapan: disiplin, berani dan setia.

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang

(20)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa pokok masalah yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan karakter?

2. Apa kandungan dasadarma butir ke delapan?

3. Bagaimana penerapan Dasadarma butir ke delapan dalam pembentukan karakter mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya fokus penelitian di atas, maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui yang dimaksud dengan karakter;

2. Mengetahui kandungan dasadarma butir ke delapan;

3. Mengetahui pelaksanaan penerapan Dasadarma butir ke delapan dalam pembentukan karakter mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

(21)

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran atau gagasan yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam pembentukan karakter mahasiswa dan umumnya bagi orang banyak.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi penulis yang belum dimengerti sebelumnya dan sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan diri kearah yang lebih baik lagi. Selain bagi penulis, penelitian ini juga ditujukan untuk anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi agar mengetahui bahwa pembentukan karakter dapat dilakukan melalui penerapan dasadarma, dan bagi orang secara umum penelitian ini memberikan pengetahuan bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan Dasadarma, salah satunya adalah dalam pembentukan karakter.

E. Penegasan Istilah

1. Pengertian Dasadarma

Dasadarma merupakan ketentuan moral pramuka atau watak pramuka. Dasadarma itu berarti sepuluh tuntunan tingkah laku bagi pramuka Indonesia yang berisi penjabaran Pancasila, agar para pramuka dapat mengerti, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian Karakter disiplin, berani, dan setia

(22)

berani, dan setia. Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Amirulloh, 2015:644). Berani merupakan sikap pantang menyerah. Salah satu sifat yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, meskipun dalam hatinya merasa takut namun tetap maju meskipun rasa takut menyelimutinya. meski pertama mengalami kegagalan ia akan selalu memikirkan bagaimana kegagalan tersebut tidak terulang untuk yang kesekian kalinya. Setia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia setia mempunyai arti berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya).

3. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

(23)

F. Metode Penelitian

Metode adalah pengetahuan tentang cara kerja atau berbagai cara. Sedangkan penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui pengetahuan melalui metode-metode ilmiyah. Ketepatan dalam menggunakan metode adalah syarat utama untuk menuju keberhasilan suatu penelitian. Ada beberapa hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode penelitian, yang pertama berupa pendekatan dan rancangan penelitian. Pendekatan dan rancangan penelitian yang peneliti gunakan berupa deskriptif analisis, sehingga metode yang digunakan adalan metode kualitatif agar dapat mengetahui bagaimana penerapan dasadarma dalam pembentukan karakter mahasiswa di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga. Hal yang kedua berupa metode pengumpulan data, adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Metode Observasi

(24)

2. Metode Wawancara/interview

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Fathoni, 2011:105). Pendapat lain mengatakan bahwa wawancara adalah cara menjaring informasi atau data melalui interaksi verbal/lisan (Suwartono, 2014:48).

Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan terstruktur, terbuka, dan langsung kepada pengurus dan anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. Terstruktur artinya peneliti menggunakan pedoman wawancara yang sudah disusun sesuai dengan bangunan teori yang ada. Terbuka artinya informan dapat memberikan penjelasan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki. Langsung artinya peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan informan.

3. Metode Dokumentasi

(25)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika bertujuan untuk memperjelas gambaran umum tentang skripsi ini yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Bagian awal berisikan halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel serta daftar lampiran.

(26)
(27)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasadarma Butir ke Delapan (Disiplin, Berani, dan Setia)

Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, dasadarma dapat diartikan sebagai ketentuan moral bagi anggota gerakan pramuka golongan penggalang, penegak, pandega, dan anggota dewasa. Pada dasarnya dasadarma merupakan aturan yang perlu dipatuhi dan diterapkan oleh anggota pramuka dalam kehidupan, dalam hal ini sebagai dasar pembentukan karakter bagi anggota pramuka. Menurut Ilyas dan Qoni (2012:23), dasadarma adalah alat pendidikan mandiri yang progresif untuk membina dan mengembangkan akhlak mulia.

(28)

Kode kehormatan itu merupakan suatu norma atau nilai-nilai luhur dalam kehidupan para anggota gerakan pramuka yang merupakan ukuran tingkah laku anggota gerakan pramuka. Apabila seseorang yang telah mengikuti pendidikan kepramukaan dan mereka merealisasikan di dalam kehidupan sehari-hari sesuai kode kehormatan pramuka maka orang tersebut akan memiliki karakter yang baik dalam diri mereka masing-masing, misalnya mereka menjadi disiplin, berani terhadap apa yang mereka kerjakan, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia yang jika kita lihat diera sekarang sudah semakin memprihatinkan, memiliki kesadaran tentang kejujuran disetiap keadaan, dan masih banyak lagi pendidikan karakter yang bisa didapatkan dari gerakan pramuka jika para pemudanya bersedia untuk menerapkan yang telah mereka dapatkan dari pramuka kedalam kehidupan mereka sehari-hari.

(29)

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti mengerjakan yang utama dan meninggalkan yang tercela sesuai dengan petunjuk dan perintah Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, oleh karena itu, acuan bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa aturan Tuhan Yang Maha Esa. Darma ini merupakan perwujudan Pancasila sila pertama; kedua, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam dan seisinya, termasuk manusia. Maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi pramuka untuk melimpahkan cinta kasihnya kepada alam sekitar dan menjaga kelestariannya. Hal ini bertujuan agar alam sekitar dapat terus memberikan manfaat secara berkelanjutan sampai dengan generasi berikutnya. Cinta kasih sesama manusia memberikan pemahaman agar pramuka memiliki satu kesatuan dengan sesama,tidak membeda-bedakan antara manusia satu dengan yang lain dalam koridor ketentuan moral yang ada. Darma ini merupakan perwujudan pancasila sila kedua; ketiga, patriot yang sopan dan kesatria. Sebagai warga negara, maka pramuka adalah putra terbaik bangsa yang siap dan setia membela tanah airnya.

(30)
(31)

pribadi-pribadi dalam pramuka; dan yang kesepuluh, suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Pikiran, perkataan, dan perbuatan yang suci akan menimbulkan pengertian dan kesadaran menurut siratan jiwa pramuka sehingga pramuka itu menemukan dirinya sesuai dengan tujuan gerakan pramuka yang diantaranya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, tinggi mental, moral budi pekerti dan kuat kenyakinan beragama.

Sepuluh dasadarma yang telah disebutkan sebelumnya peneliti mengambil satu dasadarma yaitu butir ke delapan yang menjadi fokus penelitian ini. Dasadarma butir kedelapan ini terdapat tiga nilai karakter yaitu disiplin, berani, dan setia.

Sekarang ini kata disiplin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak pengertian disiplin yang berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Moh Shochib (2000:2) mengemukakan pribadi yang memiliki dasar-dasar dan mampu mengembangkan kedisiplinan diri berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral. Lebih lanjut dijelaskan bahwa siswa yang mengembangkan kedisiplinan diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Tulus Tu’u (2004:31) menyatakan:

(32)

yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu.

Sedangkan Cony R. Semiawan (2009:89) mendefinisikan bahwa disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Disiplin mempunyai empat unsur pokok; pertama, peraturan sebagai pedoman perilaku; kedua, konsistensi dalam peraturan; ketiga, hukuman untuk pelanggaran peraturan. Sementara yang keempat, penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.Salah satu definisi disiplin adalah melatih melalui pengajaran atau pelatihan.

(33)

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebut sebelumnya dapat kita ketahui bahwa hakikat dari nilai disiplin ialah perilaku individu yang menunjukkan pada ketaatan pada sebuah aturan tertentu dan apabila melanggarnya akan dikenakan sanksi yang berlaku. Berikut beberapa indikator disiplin dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Indikator disiplin

NO. Indikator

1. Berusaha mentaati aturan

2. Berusaha melakukan segala sesuatu tepat waktu 3. Selalu berusaha tanggungjawab dalam kerja

(34)

Munawar antara lain adanya tekad, percaya diri, konsistensi, dan optimisme. Keberanian merupakan suatu kualitas karakter yang mesti dipupuk dalam diri seseorang.

Berdasarka dari beberapa pendapat yang disampaikan oleh beberapa ahli tersebut tentang keberanian maka dapat disimpulkan bahwa keberanian adalah sikap untuk melakukan sesuatu tanpa memperdulikan kemungkinan akibat buruk meskipun harus menghadapi bahaya, kesulitan, kesakitan dan lain-lain. Dari uraian tersebut, beberapa indikator berani dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Indikator Berani

NO. Indikator

1. Tidak mudah merasa minder dan takut

2. Berani mengungkapkan sanggahan, kritikan, dan saran ketika diskusi

3. Berani menghadapi suatu permasalahan dan mampu menyelesaikannya

(35)

dihasilkan. Setia dalam kehidupan kelompok, sama halnya dalam kehidupan pribadi akan tetapi lebih bersifat temporer.

Setia atau kesetiaan dua kata yang hampir mempunyai kesamaan makna, yaitu mengabdikan keyakinan hati terhadap orang lain yang membuat diri kita merasa aman dan terlindungi, yang membuat kita jadi bahagia, yang membuat kita bisa bertahan hidup dan bisa mengatasi segala permasalahan hidup kita, itulah setia yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang berhati tulus dan konsekuen. Setia memiliki banyak makna, seperti loyal, patuh, ketaatan, disiplin.

Dapat disimpulkan kesetiaan adalah suatu sikap yang berpegang teguh pada komitmen awal walaupun ada pilihan lebih baik. Tidak jauh dari bisa dipercaya, peduli, pengertian mampu menjaga dan melindungi, jujur, termasuk menepati janji dan bertanggung jawab atas semua sikap dan tingkah laku secara benar. Kesetiaan dalam sebuah organisasi sangatlah penting, ini karena kita telah mengambil amanat dan tanggungjawab dalam berorganisasi, terutama di Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi. Dari uraian tersebut, berikut beberapa indikator setia dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.3 Indikator setia

NO. Indikator

1. Mampu menjaga nama baik Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi 2. Mampu menepati janji

(36)

B. Karakter dan Pembentukannya

Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Samani, 2012:41). Karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana menerapkan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan nyata atau tingkah laku seseorang. Karakter juga dapat diartikan sebagai tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang (Zubaedi, 2011:1). Karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang menjadi ciri khas seorang atau sekelompok orang (Fitri, 2012:20).

(37)

Sepintas memang kata moral, akhlak, dan karakter secara terminologi seolah bermakna sama. Namun, jika diselidiki dari makna akarnya kesemuanya memiliki perbedaan. Moral lebih cenderung pada penyampaian nilai yang berkembang dan berlaku di suatu masyarakat. Dengan kata lain moral kurang bersinggungan dengan ranah afektif dan psikomotorik. Sedangkan akhlak, kriteria benar salah dalam menilai suatu perbuatan merujuk pada Al-Quran dan Sunah. Telaah lebih lanjut mengenai akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku seseorang. Namun dalam implementasinya akhlak cenderung pada sebuah pengajaran right and wrong seperti halnya moral. Sedangkan karakter sendiri merupakan sifat yang mendasar yang ada pada diri manusia. Sering orang juga menyebutnya tabiat atau perangai. Karakter bisa dikatakan lebih tinggi dari moral, karena karakter tidak hanya berkaitan tentang benar salah, tetapi juga bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal baik dalam kehidupan. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka antara moral, karakter, dan akhlak mempunyai orientasi yag sama yaitu pembentuk watak.

Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (Hidayatullah, 2009:9). Moral sendiri merupakan Karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut disifati (Wibowo, 2012:36).

(38)

Dalam hal ini, M. Noor Rohinah (2012:35) menyatakan bahwa karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Menurut Masnur Muslich (2011:71), “karakter juga berkaitan dengan kekuatan moral,

berkonotasi positif, bukan netral”. Jadi orang yang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral positif.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan sebelumnya dapat diketahui bahwa karakter bersifat memancar dari dalam ke luar. Artinya, kebiasaan dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Dapat digarisbawahi pula bahwa karakter tidak lain adalah cara berfikir dan berperilaku seseorang. Dua hal ini tidak dapat dipisahkan dalam diri setiap manusia, artinya jika kita bisa berfikir tentang kebaikan maka sejatinya kita juga harus mampu melakukan kebaikan sebagaimana yang kita pikirkan. Tanpa penerapan semacam itu, maka sesuatu yang kita pikirkan hanyalah menjadi sesuatu tidak ada gunanya dalam kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karakter adalah kualitas moral seseorang dalam berperilaku atas kesadaran diri sendiri sehingga menjadi ciri khas individu dan dapat membedakan dirinya dengan individu lainnya.

(39)

Jika seorang individu dapat menguasai diri dengan baik, maka dia dapat menyelesaikan masalah dengan baik pula. Individu yang demikianlah yang dikatakan berkarakter. Kesimpulannya bahwa pembentukan karakter memang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Pembentukan karakter pada intinya bertujuan membentuk pribadi yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, toleran, gotong royong dan berjiwa patriotik. Berkaitan dengan hal tersebut, Kesuma dkk (2011:11) menyatakan sebagai berikut:

Tujuan pembentukan karakter yaitu memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak,baik ketika proses sekolah maupun setelah lulus sekolah, mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah, membangun koreksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Pembentukan karakter yang baik, akan menghasilkan perilaku individu yang baik pula. Pribadi yang selaras dan seimbang serta dapat mempertanggung jawabkan semua tindakan yang dilakukan. Tindakan itu dapat membawa kearah yang lebih baik dan kemajuan.

(40)

tindakan sadar tersebut. Karakter tidak akan terbentuk tanpa adanya faktor-faktor di dalamnya. Secara umum faktor-faktor-faktor-faktor tersebut terbagi atas dua kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan kumpulan dari unsur kepribadian atau sifat manusia yang secara bersamaan mempengaruhi perilaku manusia. Faktor internal tersebut diantaranya insting biologis, kebutuhan psikologis dan kebutuhan pemikiran. Insting biologis (dorongan biologis) seperti makan, minum dan hubungan biologis. Karakter seseorang sangat terlihat dari cara dia memenuhi kebutuhan atau insting biologis ini, contohnya adalah sifat berlebihan dalam makan dan minum akan mendorong pelakunya sersifat rakus. Seseorang yang bisa mengendalikan kebutuhan biologisnya akan memiliki karakter mulia yang membawanya kepada karakter sederhana.

(41)

Apabila seseorang mampu mengendalikan kebutuhan psikologisnya, maka dia akan memiliki karakter rendah hati.

Kebutuhan pemikiran yaitu kumpulan informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos dan agama yang masuk ke dalam benak seseorang akan mempengaruhi cara berfikirnya yang selanjutnya mempengaruhi karakter dan perilakunya.

Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yang merupakan faktor diluar diri manusia namun secara langsung mempengaruhi perilakunya. Bisa diartikan faktor ini merupakan lingkungan dimana seseorang itu berada. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan (Djamarah, 2011:176). Faktor eksternal paling utama yaitu lingkungan keluarga. Keluarga merupakan media untuk berkomunikasi yang akan mengantarkan dalam pembentukan karakter, Mukti Ali (2017:47) menyatakan:

Keluarga adalah media untuk menyalurkan dan meluapkan aspirasi hati yang terpendam. Sebagai salah satu sarana untuk kontrol diri, cermin, inspirasi, motivasi, dan pembentukan pandangan. Untuk itu komunikasi dalam keluarga harus terjalin dengan baik dan terbuka untuk pencapaian karakter dalam pertumbuhan menjadi seseorang.

(42)

(Mukti Ali, 2017:50). Sikap otoritatif yang berlebihan akan menyebabkan anak menjadi minder dan tidak percaya diri.

Selain lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga merupakan faktor eksternal dalam pembentukan karakter. Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan membentuk pola sistem sosial, ekonomi, dan politiknya serta mengarahkan perilaku umum mereka, kemudian kita sebut dengan budaya. Anak yang tumbuh di tengah lingkungan masyarakat yang menghargai nilai waktu, biasanya akan menjadi disiplin. Persaingan yang membudaya dalam suatu masyarakat akan mendorong anggota-anggotanya bersifat ambisius dan mungkin sulit mencintai orang lain.

Faktor eksternal yang terakhir yaitu lingkungan pendidikan. Institusi pendidikan normal yang sekarang mengambil begitu banyak waktu pertumbuhan setiap orang, dan institusi pendidikan informal seperti media massa dan masjid, akan mempengaruhi perilaku seseorang sesuai dengan nilai-nilai dan kecenderungan-kecenderungan yang berkembang dalam lingkungan tersebut. Orientasi pada sistematika dan akurasi pada pendidikan formal membuat orang bersikap hati-hati, teratur, dan jujur. Sementara nilai-nilai konsumerisme yang berkembang lewat media massa yang telah menjadi corong industri membuat orang menjadi konsumtif dan hedonis.

(43)

karena setiap manusia memiliki potensi bawaan dari lahir termasuk potensi yang berkaitan dengan karakter. Sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan nilai-nilai yang akan tertanam dalam diri seseorang baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas sehingga mempengaruhi seseorang.

Untuk membentuk karakter juga diperlukan syarat-syarat mendasar bagi terbentuknya karakter yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut, Megawangi (dalam Zubaedi, 2011:111) menyatakan sebagai berikut.

Syarat pembentukan karakter yang harus dipenuhi yaitu, maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Maternal bonding merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan kepercayaan orang lain pada anak. Kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan anak dalam lingkungan yang stabil dan aman.

Kebutuhan ini sangat penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi anak yang akan berpengaruh pada perkembangan karakter anak. Kebutuhan stimulasi fisik dan mental juga merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter.

(44)

masing-masing individu, yang selanjutnya dipengaruhi banyak faktor eksternal yang berada di sekitarnya.

Dengan adanya faktor-faktor tersebut yang telah disebutkan, proses pembentukan karakter dilihat sebagai usaha sadar seseorang secara sadar, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini pembentukan karakter merupakan usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk memupuk nilai-nilai etika pada diri seorang individu. Upaya untuk mengimplementasikan pembentukan karakter perlu dilakukan dengan pendekatan yang holistis, yaitu mengintegrasikan pembentukan karakter ke dalam setiap sektor kehidupan, salah satunya di lingkungan pendidikan dengan adanya pendidikan ekstra. Banyak sekali pendidikian ekstra yang ada di lingkungan pendidikan salah satunya pramuka sebagai tempat pembentukan karakter yang berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua yang ada untuk membentuk, memperbaiki, menguatkan dan menyempurnakan karakter seseorang.

(45)

pilar tersebut perlu adanya keterkaitan satu sama lain agar pembentukan karakter dapat maksimal.

Karena penelitian ini fokus pada pembentukan karakter melalui pramuka di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi pangkalan IAIN Salatiga maka tentunya pembentukannya juga sangat terkait dengan manajemen di dalamnya. Manajemen ini tentunya merupakan bagian dari pembentukan karakter yang direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan mengandung dan mendorong setiap anggotanya dalam menghayati nilai-nilai dalam kode kehormatan pramuka yang berlandaskan pancasila. Muchlas Samani menyebutkan pusat kurikulum telah mengidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik. Nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab. Nilai-nilai ini sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk.

(46)

bertingkat dan berkelanjutan. Dalam hal ini, M. Noor Rohinah (2012:41) menyatakan ada tiga langkah dalam mengubah karakter seseorang yaitu terapi kognitif, terapi mental dan perbaikan fisik. Terapi kognitif merupakan cara paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir. Terapi mental merupakan warna perasaan kita adalah cerminan bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis. Perbaikan fisik sebagaimana yang dikatakan ahli kesehatan, dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur yaitu: gisi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan, olahraga yang terarur dalam kadar yang cukup, dan istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh.

C. Pembentukan Karakter Melalui Penerapan Dasadarma

(47)

kepramukaan. Sedangkan pembentukan karakter dapat diartikan sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan melalui proses pendidikan dengan menggunakan metode-metode yang sesuai.

(48)

34

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

Berdasarkan dari dokumen yang diperoleh Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi berdiri pada tangal 9 Maret 1988. Pada tanggal 27 September 1996 diadakan rapat untuk pembaharuan nama Racana. Pada waktu itu munculah nama-nama yang diusulkan seperti Damardjati-Sekar Arum, Sunan Bayat-Nyi Sunan Bayat, Ki Ageng Pandanaran-Nyai Ageng Pandanaran, Kusuma Dilaga-Woro Srkandhi, dan Damardjati-Robi’ah Al Adawiyah. Rapat berikutnya barulah disetujui nama racana yang akan digunakan. Nama racana yang akan digunakan tersebut adalah Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi atas usulan kakak Anshori, kakak Hakim H, dan kakak Hamim, dengan berdasarkan referensi dari buku yang sesuai.

(49)

Panah, sehingga pusaka adat bagi racana putri menggunakan busur dan anak panah.

Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak dalam bidang kepramukaan sebagai wadah bagi mahasiswa yang senang dalam mengikuti kegiatan kepramukaan. Racana adalah wadah bagi anggota pramuka tingkat Pandega, yaitu tingkatan setelah penegak. Usia anggota Pandega sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka adalah 21-24 tahun atau yang sudah berstatus sebagai mahasiswa. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi berpangkalan di IAIN Salatiga dan memiliki nomer Gugus Depan (Gudep) 02.237-02.238.

(50)

Untuk membantu tercapainya visi dan misi tersebut, dibentuklah pasukan khusus dengan nama Brigade Khusus Nagasandhi. Brigade Khusus ini merupakan satuan khusus yang terdapat di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. Brigade Khusus dibentuk untuk menjadi sebuah pasukan inti di Racana. Pasukan tersebut harus dapat menjadi pasukan yang siaga untuk keperluan racana. Jadi Brigade Khusus merupakan bagian dari Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi.

Mengutip dari arsip Brigade Khusus Nagasandhi, pada tahun 1993 terbesit dari seorang pemikir untuk menciptakan sebuah pasukan yang elite. Dari situ diadakanlah penelitian guna menciptakan pasukan tersebut. Setelah memperoleh data yang cukup, maka diadakanlah rapat untuk membentuk pasukan khusus di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. Rapat tersebut munculah nama-nama seperti Pasukan Khusus (PASSUS), Pasukan Inti (PATI) dan Brigade Khusus (BRIGSUS). Dengan pertimbangan yang matang maka disepakatilah pasukan tersebut dengan nama Brigade Khusus (BRIGSUS).

(51)

dapat menjadi anggota Brigade Khusus harus melewati seleksi dan pendidikan terlebih dahulu. Dalam brigsus terdapat 3 jurusan yaitu Pertolongan Pertama (PP), Peraturan Baris Berbaris (PBB) dan Search and Rescue (SAR).

Dalam kepramukaan terdapat banyak sekali kegiatan. Pada prinsipnya semua kegiatan yang sesuai dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan adalah kegiatan kepramukaan, akan tetapi terdapat kegiatan-kegiatan yang biasa bahkan rutin dilakukan dalam kepramukaan. Kegiatan itu bervariasi jenisnya (Ilyas dan Qoni, 2012:49). Sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi menjelaskan bahwa gerakan pramuka di IAIN Salatiga sebagai wadah untuk berlatih serta pengembangan diri, baik dibidang kepramukaan, mental, spiritual, maupun dibidang lainnya yang dapat digunakan sebagai bekal dalam kehidupan masyarakat dan bangsa. Adapun aplikasinya menggunakan sistem bina diri, bina satuan dan bina masyarakat.

(52)

Progam kerja bulanan seperti safari Racana, rapat bulanan, donor darah dan lain sebagainya. Progam kerja mingguan seperti latihan rutin, rapat koordinasi kegiatan, bina SGT (Siaga, Galang, Tegak), ujian SKU dan kegiatan lainnya. Progam kerja harian seperti piket sanggar, diskusi bersama dan menyelesaikan tugas-tugas.

Dalam Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi juga terdapat progam kerja interen dan progam kerja eksteren. Progam kerja interen adalah progam kerja yang dilaksanakan dalam pangkalan sendiri dan progam kerja eksteren adalah kegiatan partisipasi keluar pangkalan seperti menghadiri undangan dari pangkalan lain. Progam kerja tersebut disusun dengan rapi dan dibuat tabel progam kerja kemudian ditempelkan di dinding agar bisa diketahui semua anggota Racana. Progam kerja Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi secara garis besar diantaranya Pendidikan dan Pengkaderan, Pembinaan dan Pengembangan, Keagamaan dan Pengabdian, Umum dan Partisipasi. Dari setiap program secara garis besar dibagi lagi menjadi beberapa kegiatan yang mencerminkan setiap program besar tersebut, seperti PLCPP (Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega), latihan rutin, rapat kerja, Bina SGT (Siaga, Penggalang, Tegak), kegiatan keagamaan dan Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN).

(53)

Tabel 3.1

Daftar Dewan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga Tahun 2016

No. Nama Jabatan

1. Dr. Mukti Ali, S.Ag., M. Hum. Pembina 02.237 2. Dra. Astuti Sakdiyah, M.Pd Pembina 02.238 3. Arsyad Bagus Saputra Ketua Racana 02.237

4. Laili Safa’ah Ketua Racana 02.238

5. Ahmad Muhaimin Pemangku Adat 02.237 6. Nur Hidayati Pemanggu Adat 02.238 7. Afif Husein Sekretaris 02.237

8. Rifa’atul Muna Sekretaris 02.238

9. Indri Iswanto Bendahara 02.237 10. Fatikhatus Sakdiyah Bendahara 02.238 11. Luzman Rifqie Operasional I 02.237 12. Edy Setiyawan Operasional II 02.237 13. Diah Ayu Sita Resmi Operasional I 02.238 14. Febri Dwi Fatmawati Operasional II 02.238 15. Saidur Riyadloh Tekpram I 02.237 16. Muhammad Maskuri Tekpram II 02.237 17. Siti Nur Chasanah Tekpram I 02.238 18. Nurul Lailatul Khasanah Tekpram II 02.238 19. Al Mudasir Litbang I 02.237 20. Muhamad Fitriantono Litbang II 02.237

21. Athi’ Lutfia Litbang I 02.238

22. Noviana Diah Riza Litbang II 02.238

23. Irvan Dwi Aprianto Kerumahtanggaan I 02.237 24. Muhammad Anas Shobirin Kerumahtanggaan II 02.237 25. Ovie Varihat El Vithria Kerumahtanggaan I 02.238 26. Zaidatul Aslamiah Kerumahtanggaan II 02.238

(54)

Tabel 3.2

Daftar Dewan Brigade Khusus Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga Tahun 2016

No Nama Jabatan

1 Bayu Prasetyo Komandan Brigade Khusus 2 Sofhatun Jamilah Pemangku Adat Brigade Khusus

3 Lu’Luk Suroya Sekretaris Brigade Khusus

4 Metik Fatmasari Bendahara Brigade Khusus 5 Khoirul Alfani Diklat Brigade Khusus I 6 Dyah Puspitasari Diklat Brigade Khusus II 7 Miftahul Falah Logistik Brigade Khusus I 8 Resa Adi Agnesya Logistik Brigade Khusus II 9 Irfan Budi Prasetya Danka PP

10 Muhammad Rafi Naufal Danka Sar 11 Hanif Nurcahya Agustian Danka PBB

Sumber : Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

B. METODE PENGUMPULAN DATA

(55)

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011:104). Data yang ingin diperoleh oleh penulis adalah data mengenai situasi umum IAIN Salatiga dan kegiatan kepramukaan pada Unit Kegiatan Mahasiswa Pramuka Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Gudep kota salatiga 02.237-02.238 IAIN Salatiga.

Metode yang kedua yaitu wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Fathoni, 2011:105). Dalam hal ini menguraikan mengenai pembentukan karakter di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga melalui penerapan dasadarma butir ke delapan (disiplin, berani, dan setia), maka penulis melakukan wawancara pada sebagian pengurus dan anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi maupun pihak lain yang sesuai.

(56)

C. TEMUAN PENELITIAN

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa metode yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti mendapatkan data mengenai pembentukan karakter mahasiswa melalui penerapan dasadarma butir ke delapan (disiplin, berani, dan setia), yaitu dengan cara wawancara kepada sebagian pengurus, anggota Racana dan juga pihak yang sesuai, dalam hal ini adalah beberapa alumni Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. Dalam penelitian ini responden yang peneliti gunakan berjumlah 20 orang. Identitas responden sebagai berikut:

Tabel 3.3

Daftar Informan Pengurus dan Anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

NO. NAMA JABATAN

1. Arsyad Bagus Saputra Ketua Racana 02.237

2. Laili Safa’ah Ketua Racana 02.238

3. Rifa’atul Muna Sekretaris 02.238

4. Bayu Prasetyo Komandan Brigsus 5. Sofatun Jamilah Pemangku Adat Brigsus 6. Diah Ayu Sita Resmi Anggota Racana

7. Dyah Puspitasari Anggota Racana 8. Luzman Rifqi Anggota Racana 9. Khoirul Alfani Anggota Racana 10. Albarra R.A Anggota Racana 11. Kristina Mayasari Anggota Racana 12. Reigiana Dyah Antari Anggota Racana

13. Al Mu’kharomi Zailani Anggota Racana

14. Al Mu’rismillah Zailani Anggota Racana

15. Edy Setiyawan Anggota Racana

(57)

Tabel 3.4

Daftar Informan Racana Alumni Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

No. Nama

1. M. Nurul Huda, S.Pd.I 2. Nurrochim, S.Pd.I 3. Saiful Hadi, S.Pd.I

4. Noor Sahid Manggolo, S.Pd.I

Wawancara kali ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai makna karakter, kandungan dasadarma butir ke delapan, dan penerapan dasadarma butir ke delapan dalam pembentukan karakter mahasiswa. Hasil wawancara dengan beberapa narasumber diketahui beberapa makna dari karakter antara lain karakter merupakan jati diri pembentuk watak dan juga akhlaqul karimah manusia. M. Nurul Huda mengatakan:

Karakter itu pembentuk watak atau perilaku seseorang, jika dikaitkan dengan pramuka karakter itu sebuah jati diri yang berlandaskan kode etik pramuka yaitu satya dan dasadarma pramuka, dan jika dikaitkan dengan agama karakter itu sebuah perilaku yang yang membentuk akhlaqul karimah manusia.(wawancara, 11/01/2017)

Noor Sahid Manggolo mempertegas tentang makna karakter selain sebagai jati diri juga karakter sebagai refleksi diri ke dunia luar. Setiap apa yang dilakukan mencerminkan apa yang ada di dalam diri seseorang.

(58)

Sedangkan Saiful Hadi mengatakan bahwa karakter merupakan susunan cara berfikir yang membentuk pola pemikiran seseorang, bisa dikatakan setiap individu pasti memiliki perbedaan satu sama lain. Saiful Hadi berpendapat:

Karakter itu semacam pola pemikiran yang terpancar dari diri seseorang, dari sana kita bisa simpulkan mana orang yang berkarakter dan mana tidak. (wawancara, 11/01/2017).

Karakter juga dimaknai sebagai akhlaq, sifat, budi pekerti, dan tingkah laku. Akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang serta nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Laili Syafa’ah mengemukakan bahwa karakter itu akhlak atau budi pekerti.

Karakter adalah suatu tabiat, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain(wawancara, 20/12/2016). Dipertegas lagi pendapat Khoirul Alfani yang mengemukakan karakter merupakan perilaku yang membedakan antar individu. Perilaku disini yang dilakukan secara sadar tanpa ada paksaan dari manapun, sehingga perilaku yang nampak terlihat natural sebagai pembeda antar individu.

(59)

Edy Setiyawan mengemukakan bahwa karakter diartikan sebagai tingkah laku.

Karakter bisa diartikan sebuah tingkah laku yang terbentuk dan melekat pada individu,berarti setiap individu itu berbeda-beda. (wawancara, 31/01/2017)

Luzman Rifqi mengemukakan karakter itu merupakan sifat dari seorang individu.

Karakter adalah sifat yang melekat pada individu yang membedakan antar individu (wawancara, 21/12/2016).

Setelah mengetahui pendapat responden mengenai makna karakter kemudian peneliti menggali informasi lagi apakah karakter yang sudah terbentuk bisa dirubah atau tidak. Pada dasarnya karakter bisa dibentuk atau dirubah dengan cara pembiasaan. Proses pembiasaan diri memiliki arti penting dalam kesuksesan membentuk karakter. Untuk itu dalam berhasilnya sebuah pembentukan karakter bukanlah pada perbuatan semata melainkan sebuah pembiasaan, dan dalam mengawali pembiasaan yang positif itu melalui keteladanan yang baik pula di lingkungan seseorang tinggal.

M. Nurul Huda berpendapat: “karakter yang terbentuk bisa saja dirubah, dengan cara pendoktrinan nilai-nilai karakter, kalau ditataran mahasiswa ini lebih mudah untuk memasukkan doktrin-doktrin, entah itu doktrin yang baik atau buruk, nah setelah pendoktrinan ini tinggal pembiasaan saja.” (wawancara, 11/01/2017).

Khoirul Alfani juga berpendapat bahwa karakter yang telah dibentuk bisa dirubah dengan cara pembiasaan.

(60)

Menurut penuturan Sofatun Jamilah karakter yang terbentuk juga bisa dirubah dengan pembiasaan dikehidupan sehari-hari. (wawancara, 24/12/2016). Dipertegas lagi penuturan Kristina Mayasari:

Karakter yang terbentuk bisa saja dirubah, misalkan melalui pembiasaan yang baru,mungkin melalui terapi sikap juga bisa merubah karakter seseorang. (wawancara, 23/12/2016).

Menurut penuturan Reigiana Dyah Antari: “bisa, melalui pendidikan karakter kan bisa, atau mungkin dengan cara pembiasaan perilaku positif (wawancara, 23/12/2016)

Sedangkan menurut penuturan Albarra R.A:

Menurut saya karakter yang terbentuk bisa dirubah, dengan pembiasaan sehari-hari atau mungkin diterapi psikologi, karena karakter kan berkaitan denganpsikologi (wawancara, 22/12/2016).

Data selanjutnya yang ingin diketahui dari wawancara adalah mengenai kandungan dasadarma butir ke delapan, dari hasil wawancara peneliti telah menghimpun beberapa jawaban responden mengenai hal tersebut. M. Nurul Huda berpendapat dengan adanya dasadarma ke delapan setiap anggota pramuka harus memiliki jiwa disiplin dan berani dalam hal apapun.

Dari dasadarma ke delapan itu kan mengharuskan kita untuk disiplin dalam hal apapun pastinya, berani, kalau saya mengartikan berani itu dengan slogan jangan bilang tidak bisa sebelum mencoba, nah itu yang saya pakai sampai sekarang dan saya juga berharap anggota Racana juga menerapkan hal seperti ini supaya bisa tertanam sifat berani dalam dirinya. (wawancara, 11/01/2017)

(61)

Dasadarma butir kedelapan itu ya aturan yang mengharuskan anggota pramuka agar disiplin, mempunyai sikap berani dan juga setia. (wawancara, 22/12/2016).

Hal ini dipertegas pernyataan Laili Syafa’ah yang menyatakan bahwa dasadarma ke delapan itu sebuah aturan yang mengharuskan anggota pramuka bersikap disiplin, lebih berani bertindak dan setia pada aturan. (wawancara, 20/12/2016). Diperkuat lagi pernyataan dari Diah Ayu Sita Resmi yang menyatakan:

Dasadarma ke delapan itu sebuah nilai yang dapat membuat diri kita disiplin waktu, menghargai waktu,berani dalam mengambil keputusan dan setia pada janji.(wawancara, 19/12/2016).

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diketahui dasadarma ke delapan mengandung nilai karakter disiplin, berani dan juga karakter setia, sesuai bunyi dari dasadarma ke delapan itu sendiri yaitu Disiplin, Berani dan Setia. Disiplin sendiri memiliki makna sikap untuk berusaha menjalankan aturan. Edy Setiyawan berpendapat: “disiplin merupakan sikap seseorang yang berusaha untuk menjalankan aturan yang mengikat.” (wawancara, 31/01/2017). Diperkuat lagi pernyataan Albarra R.A: “Disiplin itu melaksanakan segala sesuatu sesuai aturan yang berlaku, runtut,tertib dan rajin”. (wawancara, 22/12/2016).

(62)

Dipertegas pendapat Edy Setiyawan yang menyatakan: “berani adalah sikap individu yang dimana tanpa melihat resiko dari sebuah perbuatan, tetapi juga waspada.” (wawancara, 31/01/2017).

Bayu Prasetyo berpendapat: “menurut saya berani itu karakter yang tanpa mempedulikan akibat yang akan dihadapi.” (wawancara, 23/12/2016).

Setia memiliki makna berpegang teguh pada komitmen, Lu’luk Soraya berpendapat:

Setia itu berhubugan dengan komitmen, jadi setia bisa dikatakan sebuah sikap yang memegang teguh sebuah komitmen awal dalam sebuah hubungan.(wawancara, 26/01/2017).

Arsyad Bagus Saputra berpendapat: “Setia adalah bertahan dan mempertahankan, dalam situasi apapun pastinya.”(wawancara, 19/12/2016)

Edy Setiyawan berpendapat: “setia itu kalau menurut saya sebuah sikap yang mengharuskan seseorang untuk memenuhi sebuah komitmen awal mas.” (wawancara, 31/01/2017).

Setelah mengetahui makna karakter dan kandungan dasadarma butir ke delapan, perlu diketahui pula bagaimana penerapan dasadarma butir ke delapan dalam pembentukan karakter mahasiswa. Hasil penelitian dan hasil wawancara, pembentukan karakter memang ada di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. Saat penerimaan anggota baru pun pembentukan karakter sudah dilakukan, seperti yang diungkapkan Kristina Mayasari:

(63)

Pembentukan karakter di Racana Kusuma Dilaga- Woro Srikandhi secara umum telah dikemas dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh anggota Racana. Kegiatan-kegiatan tersebut pembentukan karakter pun dapat dilakukan, hal ini seperti yang diutarakan Sofatun Jamilah:

Kan ada banyak kegiatan racana, nah setiap kegiatan itu pasti terselip pembentukan karakter, contohnya saat latihan rutin PBB diajarkan untuk disiplin, saat anggota racana bina SGT (Siaga,Galang, Tegak) di sekolahan-sekolahan,mereka dituntut untuk setia slalu membawa nama baik racana dan juga IAIN Salatiga. (wawancara, 24/12/2016)

Anggota racana dilatih untuk bisa membantu seorang pembina dalam melakukan kegiatan kepramukaan di suatu pangkalan. Bina SGT (Siaga, Galang, Tegak) disini maksudnya adalah menerjunkan langsung anggota Racana di suatu pangkalan Pramuka, baik itu tingkat Siaga, Penggalang, maupun Penegak. Racana bertugas memfasilitasi anggotanya dengan cara menyalurkan ke suatu pangkalan pramuka dan membuat kontroling didalamnya. Kegiatan ini dapat dijadikan kegiatan pembentukan karakter berani dan setia. Hal yang sama juga diungkapkan Laili Syafa’ah:

Di racana pembentukan karakter itu ada, kan memang di Racana kegiatan yang dilakukan untuk membentuk karakter anggotanya. (wawancara, 20/12/2016)

M. Nurul Huda juga mengutarakan bahwa pembentukan karakter di Racana dikemas dalam kegiatan, beliau berpendapat:

(64)

melihat yang sekarang juga tidak jauh beda dengan yang saya alami dulu. (wawancara, 11/01/2017)

Dipertegas lagi dengan pendapat Nurrochim:

Kalau selama saya jadi anggota Racana dulu pembentukan karakter itu terjadi saat ikut kegiatan, misalnya saat kegiatan laporan pertangungjawaban, secara otomatis itu membangun karakter tanggungjawab lho, ada lagi dalam kegiatan rapat yang memancing setiap anggota yang hadir untuk berani bicara menyampaikan unek-unek, itu juga membentuk karakter berani mereka dan mungkin sampai sekarangpun itu masih berlaku. (wawancara, 11/01/2017)

Pelaksanaan pembentukan karakter pada anggota Racana ini secara umum dilakukan melalui proses belajar di dalam suatu kegiatan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan secara langsung maupun tidak langsung, setiap anggota akan belajar membentuk karakter. Konsep pembentukan karakter yang terkandung dalam setiap kegiatan menggunakan dasar berupa kode kehormatan pramuka yaitu dasadarma yang di dalamnya mengandung nilai-nilai baik. Dengan demikian pembentukan karakter bisa dilakukan dengan cara menerapkan kandungannya. Diah Ayu Sita Resmi berpendapat:

Karakter adalah sikap, jadi besar kemungkinan bisa dibentuk, apalagi melalui dasadarma, karena nilai dari karakter sama dengan nilai dasadarma, dengan metode dan prinsip yang benar maka karakter bisa dibentuk dengan baik.(wawancara, 19/12/2016)

Pernyataan serupa diungkapkan Arsyad Bagus Saputra:

Karena dalam dasadarma mengandung nilai-nilai baik maka dengan menerapkannya akan membentuk karakter seseorang. (wawancara, 19/12/2016)

Laili Syafa’ah berpendapat:

(65)

Dari beberapa pernyataan narasumber tersebut dapat digaris bawahi bahwa dengan menerapkan dasadarma dapat membentuk karakter seseorang. Dari kesepuluh isi dasadarma penelitian ini memfokuskan pada pembentukan karakter melalui penerapan dasadarma butir kedelapan yaitu disiplin, berani dan setia. Ada beberapa kegiatan yang dapat membentuk karakter sesuai dasadarma ke delapan, contohnya kegiatan rapat rutin yang bisa membentuk keberanian. Menurut penuturan Albarra R.A:

Saya juga merasakannya, di racana pembentukan karakter itu dilakukan melalui kegiatan-kegiatan, contohnya kegiatan rapat, anggota diharapkan berani berpendapat, otomatis membentuk karakter berani. (wawancara, 22/12/2016).

Selain kegiatan rapat ada juga kegiatan yang mendorong anggota Racana untuk disiplin yaitu latihan rutin Peraturan Baris Berbaris (PBB). Seperti yang diungkapkan Dyah Puspitasari:

Melalui kegiatan-kegiatan di Racana banyak penerapannya, misalnya konservasi alam,itu kan penerapan dasadarma ke dua, latihan rutin Peraturan Baris Berbaris melatih disiplin sebagai penerapan dasadarma ke delapan. (wawancara, 21/12/2016).

Sebagai wujud bahwa anggota Racana memiliki karakter sesuai dengan Dasadarma butir kedelapan dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan. Sebagai contoh anggota Racana melaksanakan sholat tepat waktu sebagai wujud disiplin waktu. Hal ini seperti yang diungkapkan Sofatun Jamilah dan Kristina Mayasari:

(66)

Ya seperti yang saya utarakan tadi, bahwa anak racana setelah adanya pendidikan mengalami perubahan karakter disiplin, contohnya seperti sholat berjamaah di sanggar tepat waktu, selalu berusaha tepat waktu menghadiri undangan rapat, dalam forum diskusi maupun rapat lebih bisa berani mengungkapkan pendapat dan juga patuh terhadap aturan ketua. (wawancara. 23/12/2016).

Dalam pembentukan karakter perlu diadakannya kedisiplinan, salah satunya adalah kedisiplinan dalam melaksanakan ibadah shalat. Karena dengan disiplin melaksanakan shalat anggota Racana melatih pembinaan disiplin kepribadiannya. Dengan melakanakan shalat, seseorang akan menumbuhkan sikap disiplin, yang dimaksud disiplin disini adalah ketepatan waktu dan kekhusyuan seseorang dalam mengerjakan shalat setiap hari. Dengan pengaturan waktu shalat, akan membuat dampak atau efek disiplin dalam hidup kita. Dengan melaksanakan kewajiban shalat, seseorang dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya waktu dalam kehidupan sehari-hari. Selain disiplin waktu anggota Racana juga disiplin diri, seperti penuturan Arsyad Bagus Syaputra:

Pastinya ada, contohnya seperti saat anggota selalu berusaha berpakaian rapi, berani berpendapat, setia iuran Gudep. (wawancara, 19.12.2016).

(67)
(68)

54

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Makna Karakter

Agus Zaenul Fitri berpendapat sebagaimana dikutip pada landasan teori karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang menjadi ciri khas seorang atau sekelompok orang. Dipertegas lagi pendapat M. Furqon Hidayatullah bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain. Dari kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa karakter merupakan pembeda antar individu satu dengan yang lainnya yaitu berwujud budi pekerti yang terpancar dari perilakunya. Hasil wawancara dengan beberapa anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi juga ditemukan makna karakter adalah suatu perilaku yang membedakan individu satu dengan yang lainnya.

(69)

dasadarma dapat diartikan sebagai ketentuan moral bagi anggota Gerakan Pramuka golongan Penggalang, Penegak, Pandega, dan anggota dewasa. Maka jika dikaitkan dengan pramuka karakter merupakan jati diri yang berlandaskan kode etik pramuka yaitu dasadarma pramuka yang mengandung nilai moral. Hal ini didapat dari hasil wawancara dengan M. Nurul Huda beliau juga berpendapat bahwa karakter itu pembentuk watak atau perilaku seseorang, jika dikaitkan dengan pramuka karakter itu sebuah jati diri yang berlandaskan kode etik pramuka yaitu satya dan dasadarma pramuka, dan jika dikaitkan dengan agama karakter itu sebuah perilaku yang yang membentuk akhlaqul karimah manusia.

B. Kandungan Dasadarma Butir ke Delapan

(70)

sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya, istilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Hasil wawancara beberapa responden juga menyatakan bahwa disiplin sebagai sebuah tindakan yang patuh terhadap aturan yang telah disepakati. Menurut Albarra R.A sebagaimana hasil wawancara dia berpendapat disiplin itu melaksanakan segala sesuatu sesuai aturan yang berlaku, runtut, tertib dan rajin. Sikap disiplin yang bisa dilihat di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi adalah saat datang waktu sholat banyak anggota yang segera melaksanakannya. Contoh lain anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi berusaha untuk tidak melanggar aturan.

(71)

Sebagaimana data yang diperoleh pada landasan teori kandungan dasadarma ke delapan yang terakhir yaitu kesetiaan. Setia atau kesetiaan dua kata yang hampir mempunyai kesamaan makna, yaitu mengabdikan keyakinan hati terhadap orang lain yang membuat diri kita merasa aman dan terlindungi, yang membuat kita jadi bahagia, yang membuat kita bisa bertahan hidup dan bisa mengatasi segala permasalahan hidup kita, itulah setia yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang berhati tulus dan konsekuen.

C. Penerapan Dasadarma Butir ke Delapan Dalam Pembentukan

Karakter Mahasiswa

(72)

seseorang, dan dari latihan ini dapat membentuk karakter disiplin dan keberanian.

Latihan rutin adalah kegiatan mingguan di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. Tempat dan waktu dalam kegiatan ini menyesuaikan sesuai dengan kesepakatan bersama. Materi yang diberikan tiap pertemuannya berbeda, seperti materi tentang pengetahuan kepramukaan. Selain itu juga latihan Peraturan Baris Berbaris yang melatih kedisiplinan anggota Racana.

Latihan rutin dapat dijadikan wahana penambah pengetahuan, disamping pengetahuan yang telah didapatkan di bangku kuliah, selain itu juga dapat dijadikan kegiatan pembentukan karakter karena dalam latihan rutin bisa menanamkan jiwa terbiasa pada anak, dengan jiwa seperti itu maka akan membuat seseorang menjadi mudah dalam mencapai kesuksesan, seperti pepatah yang mengatakan ”bisa karena terbiasa”.

(73)

Racana bertugas memfasilitasi dengan cara menyalurkan ke suatu pangkalan pramuka kemudia membuat kontroling di dalamnya.

Bagi anggota Racana yang sudah dianggap mampu maka dia diterjunkan dalam sebuah pangkalan pramuka. Hal ini dilakukan ketika ada sebuah pangkalan pramuka yang meminta permohanan kerjasama pada Racana. Setelah permohonan tersebut disetujui oleh pengurus Racana maka barulah Racana mengirimkan anggotanya yang telah dipandang mampu untuk membantu di pangkalan tersebut dan di sana dia bertugas dalam membantu Pembina ketika menyampaikan materi kepada peserta didik. Materi yang disampaikan sesuai dengan rencana yang telah diprogamkan. Biasanya setiap satu orang diberi tanggungjawab dalam mengelola satu kelas. Dia diberi tugas dalam menyampaikan materi latihan pada kelas tersebut.

Kegiatan ini dapat dijadikan kegiatan pembentukan karakter berani bagi mahasiswa karena kita dilatih untuk berani menyampaikan suatu materi pada peserta didik. Melatih seseorang agar dapat berani berbicara di depan forum, menyampaikan ide-ide dan gagasan-gagasannya tanpa merasa malu dan takut. Sebagai mahasiswa dan terlebih lagi sebagai calon pendidik, latihan seperti ini sangat diperlukan agar nantinya ketika diterjunkan di masyarakat sudah siap. Ketika praktek pengembangan lapangan misalnya, latihan seperti ini bisa dijadikan bekal sehingga ketika pelaksanaanya nanti sudah terbiasa dan dapat berjalan dengan baik.

(74)

pasti memiliki suatu masalah, karena masalah itu bisa datang dimana saja dan kapan saja, serta bisa menimpa siapa saja tanpa terkecuali. Setiap orang pasti memiliki masalah sendiri-sendiri yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Orang yang berhasil adalah orang yang dapat mengatasi masalahnya dan dapat menemukan jalan keluar dalam memecahkan masalahnya tersebut. Sehingga sangat diperlukan latihan-tatihan dan pembiasaan dalam memecahkan masalah. Salah satu latihan pembiasaan dalam memecahkan masalah adalah melalui rapat dan musyawarah. Dengan rapat dan musyawarah sebuah masalah akan mudah untuk dipecahkan, karena di dalam musyawarah ini akan muncul berbagai pendapat dan solusi. Dengan aktif melaksanakan musyawarah maka akan dapat membatu dalam menghadapi suatu masalah yang datang dan akan menanamkan jiwa tenggang rasa sehingga akan dapat menghilangkan sikap egois.

Musyawarah yang dilakukan di Racana merupakan jalan yang dilalui dalam memecahkan sebuah masalah. Musyawarah dalam Racana tersebut terkemas dalam bentuk rapat-rapat koordinasi. Rapat koordinasi merupakan rapat-rapat yang dilakukan ketika mempersiapkan suatu acara di Racana. Rapat tersebut dilaksanakan untuk membahas semua hal yang dibutuhkan ketika akan mengadakan suatu acara. Waktu dan tempat dalam melaksanakan rapat ini menyesuaikan dengan kesepakatan bersama.

(75)

kegiatan tersebut dapat terprogam dengan baik. Dengan perencanaan yang baik maka akan melahirkan kegitan yang berkualitas. Rapat koordinasi juga dilaksanakan ketika ada sebuah masalah di Racana. Rapat ini dilaksanakan dalam pemecahan masalah tersebut sehingga dalam Racana semua keputusan adalah hasil dari kesepakatan bersama bukan atas kemauan seseorang. Racana adalah organisasi yang bersifat demokrasi bukan otoriter.

Rapat-rapat koordinasi melatih seseorang untuk dapat menyusun dan mempersiapkan sebuah progam kerja dengan baik. Selain itu juga melatih seseorang dalam memecahkan sebuah masalah. Dengan mengikuti rapat-rapat koordinasi seperti ini dapat bermanfaat dalam melatih karakter seseorang untuk bisa berani mengungkapkan pendapat ketika ingin bertanya, menyanggah, memberikan kritikan dan saran. Selain itu juga bermanfaat dalam membentuk keberanian berbicara di dalam forum. Pelaksanaan rapat seperti ini akan dapat melatih dalam belajar tata cara berbicara dengan benar dan berkualitas. Sehingga apa yang dibicarakan adalah hal yang bermutu bukan hanya sekedar omong kosong belaka.

Gambar

Tabel 2.1 Indikator disiplin
Tabel 2.2 Indikator Berani
Tabel 2.3 Indikator setia
Tabel 3.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Raja Ali Haji dalam sejarahnya pernah disebut sebagai seorang penyair sufi Melayu yang jika dilihat dari pola persajakkannya tampaklah pola-pola rima yang tampak

Tujuan : Menggambarkan kompetensi mahasiswa dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Pre dan Post Kuretase Abortus Inkomplet pada Ny. Goeteng Taroenadibrata

Menurut Pergub No 56 Th.2014 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi banten, bahwa syarat

Berarti menunjukan perbedaan yang bermakna ( postest lebih besar dari pada pretest ) pada kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan tingkat

Hasil pra-research yang dilakukan peneliti pada Instagram beberapa waktu lalu juga menghasilkan bahwa review konsumen sebelumnya yang telah melakukan pembelian

Pertama, Mengungkap makna dari fenomena atau perilaku yang diteliti di lapangan (life history) sebagai data dasar (fakta), berupa penanganan demonstrasi secara profesional. Kajian

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “ Pengaruh

Struktur organisasi merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatankegiatan