• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH IBU PEKERJA DENGAN AKHLAK ANAK DI DESA KLEGO KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH IBU PEKERJA DENGAN AKHLAK ANAK DI DESA KLEGO KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN POLA ASUH IBU PEKERJA DENGAN AKHLAK

ANAK DI DESA KLEGO KECAMATAN KLEGO

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

OLEH :

EKA PRADITA AGNA LUHSARI

NIM : 11111185

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi Moto:

Pendidikan yang baik akan membentuk akhlak yang baik.

Pendidikan untuk hidup dan kecerdasan adalah kekuatan.

Persembahan

Sekripsi ini penulis persembahkan untuk :

 Kedua orang tuaku bapak Surono & ibu Suharti tersayang yang telah membersarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang.

 Kedua saudara kandungku, adik-adikku tersayang Muhammad Aminudin dan Hendrik Putra Pamungkas atas motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

 Ibu Dr. Lilik Sriyanti M.Si yang telah membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini dengan ikhlas dan tulus.

 Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I, Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberkan bimbingan dan pengarahan selama menempuh pendidikan di STAIN Salatiga.

 Seluruh sahabat-sahabati PAI angkatan 2011, khususnya PAI E kalian akan selalu aku kenang dengan catatan tinta emas dalam lembaran sejarah kehidupanku.

(7)

vii

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman, Islam, dan Ihsan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita ke jalan yang benar. Semoga kita tergolong umat yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah Hubungan Pola Asuh Ibu Pekerja dengan Akhlak Anak di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2016.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menghadapi suatu kendala namun itu tidak terlalu berarti karena adanya dorongan dan bantuan dari banyak pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia

(8)

viii

5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga.

6. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, bimbingan dan pengalaman berharga selama perkuliahan di jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

7. Seluruh staf dan karyawan IAIN Salatiga.

8. Kedua orang tua terhebat (Bapak Surono dan Ibu Suharti) yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

9. Adik-adikku tersayang (Muhammad Aminudin, Hendrik Putra Pamungkas) yang selalu mendukung penulis.

10.Fatchur Rohman yang selalu menemani dan memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, serta penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembacanya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Salatiga, 14 Maret 2016 Penulis

(9)

ix ABSTRAK

L Agna, Eka Pradita. 2016. Hubungan Pola Asuh Ibu Pekerja dengan Akhlak Anak di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata Kunci : pola asuh ibu pekerja, akhlak anak.

Penelitian ini membahas tentang Hubungan Pola Asuh Ibu Pekerja dengan Akhlak Anak Desa Klego Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Peran ibu awalnya mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya telah beralih peran sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya. Perubahan peran ibu, dari yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) menjadi pekerja. Hal ini membuat saya peneliti tertarik melakukan penelitian ini, karena perubahan peran ibu rumah tangga menjadi pekerja ini merupakan bentuk terjadinya pergeseran nilai peran seorang ibu, perubahan peran ini memhubungani pola asuh yang diterapkan oleh ibu kepada anak. Secara tidak langsung perubahan pola asuh ini akan berhubungan pada akhlak anak juga mengingat peran ibu adalah pengasuh sekaligus pendidik anak-anaknya. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pola asuh ibu pekerja pada anak di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali (2) Bagimana akhlak yang berada dalam pengasuhan ibu pekerja di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali , dan (3) Adakah hubungan antara pola asuh ibu pekerja dengan akhlak anak di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan deksriptif dan metode korelasional. Kemudian teknik pengumpulan data menggunakan angket. Untuk memudahkan pemecahan masalah, analisis data dilakukan dengan cara uji statistik. Untuk mengetahui hasil data masing-masing variabel dilakukan dengan mencari interval sehingga dapat mengetahui kategori setiap responden, kemudian mencari prosentase frekuensinya. Kemudian data dari kedua variabel ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data koefisien korelasi product moment.

(10)

x

DAFTAR TABEL

1.Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Klego Menurut Kelompok Usia...46

2.Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Klego Menurut Mata Pencaharian...46

3.Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Klego Menurut Agama...47

4.Tabel 3.4 Daftar Nama Responden...50

5.Tabel 3.5 Hasil Angket Tentang Pola Asuh Ibu pekerja...51

6.Tabel 3.6 Hasil Angket Tentang Akhlak Anak...52

7.Tabel 4.1 Data Nilai Angket Pola Asuh Ibu pekerja...54

8.Tabel 4.2 Interval Pola Asuh Ibu pekerja`...55

9.Tabel 4.3 Persentase Pola Asuh Ibu pekerja...57

10.Tabel 4.4 Data Nilai Angket Akhlak Anak...58

11.Tabel 4.5 Interval Akhlak Anak...59

12.Tabel 4.6 Persentase Akhlak Anak ...61

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

D. Hipotesis Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Pola Asuh... 1. Pengertian Pola Asuh ... 15

2. Faktor-faktor yang memhubungani pola asuh ... 22

B. Akhlak ... 1. Pengertian Akhlak... 28

2. Dasar, Tujuan, dan Ruang Lingkup Akhlak ... 29

(13)

xiii

4. Urgensi Pendidikan Anak ... 32

C. Pola Asuh Ibu Dengan Akhlak Anak ... 40

BAB III HASIL PENELITIAN ... A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian... 40

1. Keadaan Goegrafi... 43

2. Keadaan Monografi... 46

B. Laporan Data Penelitian ... 50

1. Data Responden ... 50

2. Data Hasil Penyebaran Angket ... 51

BAB IV ANALISIS DATA ... A. Analisis Pendahuluan... 53

B. Analisis Pengolahan Data ... 62

C. Analisis Uji Hipotesis ... 66

BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan... 67

B. Saran dan Kata Penutup ... 68 DAFTAR PUSTAKA ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... LAMPIRAN ...

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah buah hati bagi orang tua dalam sebuah keluarga sekaligus sebagai generasi yang akan meneruskan perjuangan orang tua dalam keluarga. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab yang besar di dalam mengasuh ,mendidik, dan membentuk anak agar masa depan anak menjadi generasi yang baik dan bermanfaat bagi keluarga, bangsa, dan Negara.

Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas yang mulia yang tidak lepas dari berbagai tantangan. Telah banyak cara yang dilakukan orang tua untuk membekali pengetahuan – pengetahuan yang berkaitan dengan akhlak anaknya. Dalam perkembangan akhlak anak, keluarga menjadi sorotan utama dalam penelitian ini.

(15)

2

karena itu,seorang ibu hendaklah bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya.

Sebagian orang mengatakan bahwa, kaum ibu adalah pendidik bangsa. Dengan demikian, nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga, baik atau buruknya pendidikan seorang ibu dengan anaknya akan berhubungan dengan perkembangan dan watak dan akhlak anak di kemudian hari.

Masa kanak-kanak merupakan fase terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia, karena pada masa inilah karakter dasar seseorang dibentuk baik yang bersumber dari otak (IQ), emosional (EQ), maupun spiritual (SQ). Berkualitas atau tidaknya seseorang pada masa dewasa sangat dipengaruhi oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima pada masa kanak-kanak, terutama anak-anak usia sekolah yang memang butuh perhatian ekstra dari seorang ibu karena selain pendidikan sekolah yang diampu oleh guru peran ibu juga sangat diperlukan dalam mendidik anak ketika berada di rumah (Abdullah, 2010: 154).

(16)

3

pendidikan akhlak (Zainuddin 1991 :106). Apabila anak melakukan kebaikan maka orang tua akan ikut mendapatkan pahalanya dan juga sebaliknya, apabila anak melakukan dosa maka orang tuanya ikut memikul dosanya. Dalam hal ini, Al-Ghazali mengatakan bahwa:

“Apabila anak itu dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang

baik, diberi pendidikan ke arah itu, pastilah ia akan selamat sentosa di dunia dan akhirat. Kedua orang tuanya dan semua pendidik, pengajar, serta pengasuh ikut serta memperoleh pahalanya. Sebaliknya jika anak itu sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidik dan pengajarnya, yakni sebagaimana halnya memelihara binatang, maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak binasa akhlaknya, sedang dosanya yang utama dipikulkan kepada orang tuanya, pendidiknya, dan pengasuhnya ” (Zainuddin, 1991 :107). Lebih jelasnya bahwa pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah beragama dan kemudian tergantung pada pendidikan selanjutnya. Kalau mereka mendapatkan pendidikan baik, maka mereka akan menjadi orang yang berakhlak mulia. Tetapi sebaliknya, jika mereka tidak mendapat pendidikan, pola asuh yang salah mereka akan jauh dari agama dan berakhlak tercela.

Firman Allah SWT, dalam surat Al- lukman 17-19 :

(17)

4

Artinya : “Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia)

berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena kesombongan) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakan dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai ”.

(QS.Lukman: 17-19)

Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa orang tua haruslah mendidik anaknya dengan mengajarkn sholat, menyeru kepada yang makruf dan mencegah kepada yang mungkar, sabar, tidak sombong serta berkata baik. Jika pola asuh yang diterapkan salah maka akan berakibat buruk bagi

(18)

5

Berdasarkan hadis diatas, dijelaskan bahwa lingkungan yang mempengaruhi akhlak anak, keluarga merupakan faktor utama dalam pembentukan akhlak anak terutama dalam mengasuh, memelihara, merawat dan mendidiknya karena anak pada dasarnya adalah fitrah yang dibawanya sejak lahir.

Dalam hukum islam, seorang ibu jauh lebih baik berhak dengan pemeliharaan daripada seorang ayah, oleh karena itu hak mengasuh didahulukan pihak perempuan. Namun saat ini, peran ibu sebagai ibu rumah tangga telah berubah menjadi pencari nafkah. Peran ibu awalnya adalah sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya telah beralih peran sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya.Perubahan peran ibu, dari ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) menjadi ibu pekerja ini sangat menyita waktu para ibu yang mulanya bersama anak-anaknya menjadi tak punya waktu karena harus bekerja, hal ini membuat saya peneliti tertarik melakukan penelitian ini, karena perubahan peran ibu rumah tangga menjadi ibu pekerja ini merupakan betuk terjadinya pergeseran nilai peran seorang ibu, perubahan peran ini memhubungani pola asuh yang diterapkan oleh ibu kepada anak. Secara tidak langsung perubahan pola asuh ini akan berhubungan pada akhlak anak juga mengingat peran ibu adalah pengasuh sekaligus pendidik anak-anaknya.

(19)

6

Kabupaten Boyolali dengan alasan karena di Desa Klego ini baru berdiri pabrik garment yang merekrut karyawan dalam jumlah besar sehingga, sebagian besar masyarakat yang bermukim di daerah tersebut merupakan Ibu rumah tangga yang beralih peran sebagai Ibu pekerja (pencari nafkah). Sehingga memiliki kemungkinan besar untuk dapat dilakukan penelitian terkait judul yang saya ajukan. Beberapa hal yang telah diuraikan di atas, merupakan alasan peneliti dalam penyusunan naskah skripsi, sehingga

penulis memilih judul “HUBUNGAN POLA ASUH IBU PEKERJA

DENGAN AKHLAK ANAK DI DESA KLEGO KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 "

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pikiran yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana pola asuh ibu pekerja pada anak di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali Tahun 2016 ?

2. Bagaimana akhlak anak yang berada dalam pengasuhan keluarga ibu pekerja di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali Tahun 2016 ? 3. Apakah ada hubungan antara pola asuh ibu pekerja dengan akhlak

(20)

7 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh ibu pekerja pada anak di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali Tahun 2016.

2. Untuk mengetahui bagaimana akhlak anak yang berada dalam pengasuhan keluarga ibu pekerja di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali Tahun 2016.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh ibu pekerja dengan pendidikan anak di Desa Klego Kec. Klego, Kab. Boyolali Tahun 2016.

D. Hipotesa penelitian

Kata hipotesis berasal dari dua kata, yaitu “hypo” artinya “di

bawah” dan“thesa” artinya “kebenaran”. Hipotesis adalah jawaban yang

bersifat sementara dengan permasalahan penelitian sampai terbukti data permasalahan yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Dalam arti kata hipotesis adalah pernyataan yang bersifat proposisi, baik sederhana maupun komplek. Ini berarti hasil pernyataan yang dihasilkan dari proses penelitian harus di uji kebenarannya.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada

(21)

8 E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada atau tidaknya hubungan pola asuh ibu pekerja dengan akhlak anak. Dari informasi tersebut dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis yaitu :

1. Secara teoritis, diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pengetahuan, perilaku dan khususnya dapat memberi sumbangan di bidang psikologi pendidikan yang diperoleh di lapangan. 2. Secara praktis, apabila ternyata ada hubungan pola asuh ibu pekerja

dengan pendidikan anak, maka kaum ibu memperoleh pemahaman tentang pola asuh yang baik untuk anak, selanjutnya dapat memilih bagaimana pola asuh yang terbaik yang harus dilakukan.

F. Definisi Operasional

Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN POLA ASUH IBU PEKERJA

DENGAN AKHLAK ANAK DI DESA KLEGO KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 ” untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam penafsiran judul yang dimaksudkan, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan disini:

1. Pola asuh

(22)

9

anak-anaknya, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis,dan pola asuh laisses fire (Mansur, 2005: 354). Pola asuh tersebut biasa di gunakan orang tua atau pengasuh bagi anak-anaknya.

Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil tentang pola asuh seperti bagaimana merawat, memelihara, mendidik dan mengarahkan yang bertujuan baik. Dalam islam juga dijelaskan tentang seni mendidik anak (Muallifah, 2009: 145). Maka hal ini, dapat dijelaskan dengan indikator sebagai berikut :

a. Membiasakan anak untuk sholat tepat waktu. b. Mengajarkan tentang musyawarah.

c. Menasehati anak bila salah.

d. Menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an. e. Menegur anak ketika berkata bohong. f. Mengajarkan kemandirian pada anak. g. Menanamkan rasa percaya diri pada anak. h. Mendukung proses belajar anak.

i. Mengajarkan kedisiplinan pada anak. j. Memberikan pujian dan hadiah. 2. Ibu Pekerja

(23)

10

Jadi yang penulis maksudkan dalam penelitian ini ibu pekerja adalah seorang ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik yang sebagian waktunya dihabiskan untuk bekerja, dan tak jarang mereka tak bisa meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anaknya.

3. Akhlak anak

Menurut Al-Ghozali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu sendiri timbul perbuatan-perbuatan yang mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Dalam pengertian sehari-hari akhlak di artikan dengan budi pekerti, kesusilaan,dan sopan santun. Dalam bahasa Indonesia, tidak berbeda pula dengan arti kata moral (Mansur, 2005: 222).

Menurut Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan (Yunahar, 2007: 2)

Dalam pasal 1 ayat 2 UU NO. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Menyebutkan bahwa “Anak adalah seseorang yang

belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah ”. Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dengan orang dewasa. Maka dalam penelitian ini, yang peneliti ajukan adalah anak yang berumur 7 sampai 13 tahun.

(24)

11

yang berada dalam asuhan ibu pekerja dari umur 7 sampai 13 tahun. Persoalan akhlak menurut Kahar masyur (1985) yaitu bagaimana seorang bersikap pada penciptanya, dengan sesama manusia dengan keluarganya, serta dengan masyarakat (Yunahar, 2007: 5). Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Mendirikan sholat tepat waktu. b. Rajin berdoa.

c. Berani bicara jujur. d. Malu berbuat jahat.

e. Menghargai dan menghormati orang tua. f. Membiasakan hidup sehat.

g. Bersikap sabar dan pemaaf. h. Memuliakan tamu.

i. Mengajak kepada perbuatan baik dan mencegah yang mungkar. j. Mecintai keluarga.

G. Metode Penelitian.

1. Pendekatan dan Rancangan penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, sedang rancangan penelitian ini adalah penelitian korelasi.

(25)

12

(Arikunto, 2005: 247). Penelitian hanya mencari hubungan dari variable X, yaitu pola asuh ibu pekerja dengan variable Y, yaitu akhlak anak. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan difokuskan di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, mulai tanggal 29 februari sampai 6 februari. Peneliti memilih lokasi tersebut karena di daerah tersebut banyak ibu rumah tangga yang beralih peran sebagai ibu pekerja (pencari nafkah). Sehingga memiliki kemungkinan besar untuk dapat dilakukan penelitian terkait judul yang saya ajukan.

3. Populasi dan Sampel

Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya (Burhan, 2010: 99). Dalam penelitian ini, keseluruhan dari jumlah anak dari umur 7 sampai 13 tahun yaitu 273. Kemudian dari penentuan sumber data, maka jenis populasi dalam penelitian ini yaitu populasi terbatas, populasi yang memiliki sumber data yang jelas secara batas-batasnya secara kuantitatif. Artinya, dalam pengambilan jumlah populasi dari anak mulai dari 7 sampai 13 tahun yang dalam pengasuhan ibu pekerja di Desa Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali Tahun 2016.

(26)

13

yaitu keseluruhan populasi yang merangkap sebagai sampel penelitian (Burhan, 2010: 101). Teknik pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah apabila subyeknya kurang dari 100 sebaiknya diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika penelitian subyeknya lebih besar dapat diambil 10 % - 15 % atau lebih (Arikunto, 1997: 112). Dan karena populasi ada 273 anak atau lebih dari 100 maka peneliti mengambil 15% yaitu 40 anak saja.

4. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa gambar, catatan, traskip buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998 : 236). Metode ini digunakan untuk mengetahui luas dan batas-batas wilayah, keadaan penduduk, jumlah penduduk, keadaan pemeluk agama, kondisi soaial budaya, dokumen dari subjek, nilai anak dan sebagainya.

b. Metode Observasi

(27)

14

data kondisi secara umum Desa Klego, seperti letak geografis, aktifitas, mata pencaharian dan lain sebagainya.

c. Metode Angket

Angket adalah cara pengumpulan data dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden (Sandjaya, 2006: 149). Metode ini digunakan untuk mencari data tentang perilaku pola asuh ibu pekerja dan juga akhlak anak yang ditujukan kepada objek yang di teliti yaitu anak. Dan menganalisis bagaimana pola asuh yang diterapkan ibu pekerja kepada anak dan juga menganalisis bagaimana akhlak anak-anak dalam pola asuh ibu pekerja.

d. Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data semuanya terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data atau mengolahnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1) Analisis pendahuluan

Menentukan variable bebas dan variable terikat, yaitu: Variable bebas (X) = Pola asuh ibu pekerja

Variable terikat (Y) = Akhlak anak

Untuk mengetahui variasi dari masing-masing variable digunakan tehnik analisis data prosentase frekuensi dengan rumus:

(28)

15 Keterangan:

P : Presentase perolehan F : Frekuensi

N : Jumlah responden. 2.) Analisis pengolahan data

Untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu pekerja dengan akhlak anak maka dalam penelitian ini digunakan, teknik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis data koefisien korelasi product moment dengan rumus:

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi product moment (X dan Y) X = variabel pengaruh (pola asuh ibu pekerja) Y = variable terpengaruh (akhlak anak) N = jumlah obyek yang diteliti

∑ = sigma

xy = perkalian antara x dan y 3.) Analisis uji hipotesis

(29)

16

r tabel maka diterima. Dari uji analisis tersebut maka dapat diketahui apakah ada hubungan yang signifikan atau tidak.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta memudah pemahaman dengan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dikelompokkan menjadi 5 bab. Dimana antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan.

Bab I, bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam bab ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan. Pada bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

Bab II, berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian ini dikemukakan teori yang menjadi landasan teori penelitian,khususnya berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu teori-teori tentang pola asuh, teori-teori tentang akhlak anak dan pola asuh yang diterapkan ibu pekerja dengan anaknya.

(30)

17

Bab IV, pada bab ini akan dilakukan analisis dengan data yang terkumpul dengan melakukan analisis pendahuluan, analisis pengolahan data, analisis uji hipotesis. Yaitu dengan mendeskripikan hasil interview, observasi, dokumen serta angket tentang hubungan pola asuh ibu pekerja dengan akhlak anak, kemudian menganalisis hubungan antar teori dengan observasi, dokumen serta angket.

(31)

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Menurut kamus besar bahasa indonesia “Pola” berarti cara atau model (Poerwodarminto, 1982: 763). Menurut Theresia Indira Shanti, Psi. Msi., pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya (Muallifah, 200: 43).

Menurut Baumrind, menerangkan bahwa pola asuh pada perinsipnya merupakan parental control, yaitu bagaimana orang tua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan menuju dewasa. Menurut Hurlock pola asuh yaitu mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat (Muallifah, 2009: 42).

(32)

19

aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta tanggapan orang tua dengan setiap perilaku anak.(Maria, Abdullah,2010: 154).

Dalam buku Pendidikan Anak usia dini dalam Islam pengertian pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya (Mansur, 2005: 350).

a. Macam-macam Pola Asuh

Dalam buku Pendidikan Anak usia dini dalam Islam

Mansur membagi macam-macam pola asuh menjadi 3 yaitu : 1) Pola Asuh Otoriter

(33)

20 2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua dengan kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua atau pengasuh. Dalam pola asuh yang demokratis, anak bebas memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang menurut anak terbaik bagi dirinya. Dalam hal-hal tertentu orang tua perlu ikut campur tangan, misalnya dalam keadaan yang membahayakan hidupnya dan keselamatan anak. Demikian pula dengan hal-hal yang sangat prinsip mengenai pilihan agama, orang tua dapat memaksakan kehendaknya dengan anak karena anak belum memiliki alasan yang cukup tentang hal itu. Dengan demikian tidak semua materi pelajaran agama seluruhnya diajarkan secara demokratis.

3) Pola Asuh Laisses fire

(34)

21

Menurut Baumrind sebagaimana dikutip oleh Mualifah bahwa, pola asuh orang tua ada tiga macam, yaitu pola asuh

authoritarian (otoriter), authoritative (demokratis), dan pola asuh

permisif (Muallifah,2009: 45). 1) Pola asuh Authoritarian (otoriter)

Menurut Baumrind, bentuk pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikiut :

a) Memperlakukan anak dengan tegas.

b) Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan orang tua.

c) Kurang memiliki kasih sayang. d) Kurang simpatik.

e) Mudah menyalahkan segala aktifitas anak. 2) Pola asuh Authoritative (demokratis)

Sedangkan pola asuh Authoritative mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak diberikan secara seimbang.

b) Saling melengkapi satu sama lain.

(35)

22

tetap memberikan kehangatan, bimbingan dan komunikasi.

d) Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan yang telah diberikan orang tua kepada anak. e) Selalu mendukung apa yang dilakukan anak tanpa

membatasi segala potensi yang dimiliki, namun tetap membimbing dan mengarahkan anaknya.

3) Pola asuh Permisif

Sedangkan pola asuh permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Orang tua memberi kebebasan pada anak seluas mungkin.

b) Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab. c) Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan

diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri.

d) Orang tua tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak tidak mendapat kesempatan untuk mandiri karena ketergantungan pada orang lain.

Pola asuh di atas merupakkan pola asuh yang biasa dilakukan orang tua, jadi dari berbagai pola asuh atau cara mendidik, merawat, dan mengasuh anak haruslah memperhatikan kondisi anak.

(36)

23

dalam ketentuan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang menentukan sebagai berikut:

1. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. b. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan,

bakat, dan minatnya.

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak.

2. Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud pasal (1) dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jika mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dan hadist maka banyak ayat

al-Qur’an yang memerintahkan kepada para pendidik atau pengasuh

(37)

24

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (QS. At Tahrim:

6).

Dan dalam hadist Nabi SAW :

ْمُكِنَمَز َرْيَغ ِنَمَزِل َن ْوُقُلْخُم ْمُهَّن ِأَف ْمُكَد َلَ ْوَا ا ْوُمِلَع

Artinya : “ Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara : mencintai

Nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al

Qur’an (HR. Ath thirmidzi). (Huda, 2009: 67).

Dari ayat Al-Qur’an dan hadis di atas akan dapat diambil inti sari bahwa setiap orang tua berfungsi sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh seluruh anggota keluarganya dengan tidak melupakan dirinya sendiri dari siksa api neraka. Kemudian bila ayat tersebut dikaitkan dengan hadis di atas maka akan ada kesesuaian dan kesamaan maksud dan tujuan yang erat sekali dengan proses pendidikan dan pengajaran orang tua tehadap anaknya. Ayat dan hadis di atas memiliki hubunganerat di mana hadis tersebut menjelaskan ayat, jika orang tua ingin memelihara dan terhindar dari api neraka, maka sesuai dengan hadis di atas orang tua di perintahkan untuk mendidik anaknya tentang 3 perkara antara lain :

1. Mencintai Nabi SAW

(38)

25

ajaran-ajaran nabi sehingga bisa dikatakan anak memiliki perasaan cinta dengan nabi saw. Orang tua yang baik memberi teladan yang baik serta memelihara dan memberi latihan. (Muhibbin syah, 1995: 32).

2. Mencintai Ahli Baitnya (keluarganya)

Ajaran-ajaran nabi saw, bila dipahami dan diamalkan secara benar maka setiap orang yang mengamalkannya akan mampu menemukan kebahagiaan yang dicita-citakan baik kebahagiaan dunia maupun ahirat. Misalnya, orang tua (ibu) diperintahkan untuk mendidik anak-anaknya untuk mencintai keluarganya diajarkan dan diamalkan kepada tiap-tiap keluarga. Dengan demikian kedamaian dan ketentraman akan terwujud jika dibina dengan penuh kasih sayang.

3. Gemar membaca Al-Qur’an

(39)

26

Diriwayatkan dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu

Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

َم ْمُك ُرْيَخ ُهَمَّلَع َو َنا ْرُقْلأ َمَّلَعَت ْن

.

Artinya: “sebaik-baiknya orang diantara kamu sekalian adalah orang yang mau belajar Al-Qur’an dan mau

mengamalkannya”. (Ahmad Najieh, 1985: 69).

Adapun perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang dapat dibiasakan antara lain adalah menjalankan shalat 5 waktu dan shalat sunah lainnya serta sopan santun dalam pergaulan.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabia ia telah

berumur 7 tahun, dan apabila ia telah berumur 10

tahun ia meninggalkan sembahyang itu, maka pukulah ia”. (HR. Turmudzi) (Uhbiyati, 2009: 55).

(40)

27

maksud anak kelak akan luwes dalam pergaulan dan tampil percaya diri.

Dari uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengasuhan ibu pekerja adalah suatu cara terbaik yang dilakukan oleh ibu dalam merawat, memelihara dan mendidik anaknya meskipun ia pekerja. Yaitu kebutuhan jasmani (mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihan) serta kebutuhan rohani (pendidikan umum atau agama) agar selamat dari kehidupan dunia dan akhirat.

2. Faktor-faktor yang Memhubungani Pola Asuh

Adapun faktor yang memhubungani pola asuh adalah sebagai berikut:

a. Latar belakang pendidikan pengasuh (ibu)

(41)

28 b. Pengetahuan pengasuh (ibu)

Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan erat dengan pendidikan. Anak dalam pengasuhan ibu dengan latar belakang pendidikan tinggi akan memungkinkan mendapat kesempatan untuk lahir dan tumbuh dengan baik, sebaliknya jika pengetahuan ibu akan pengasuhan sangat minim memungkinkan juga mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang kurang. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga dari informasi di media masa atau hasil dari pengalaman orang lain. Pembentukan kepibadian terjadi dalam masa panjang, mulai dari dalam kandungan sampai umur 21 tahun (Kaelany,2000: 243). Pembentukan kepribadian ini erat hubungannya dengan pembinaan iman dan akhlak.

c. Aktivitas pengasuh (ibu)

(42)

29

Sedangkan ibu yang hanya aktivitasnya mengasuh anak saja dirumah, tentu dapat setiap saat bisa mengawasi anak tersebut. d. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi dalam pengasuhan dihubungani oleh gaya dan pengalaman yang dimilikiserta pengetahuan yang diterimanya. Perbedaan dalam pola asuh seorang ibu juga bisa dilihat dari status sosial ekonomi dalam masyarakat. Status sosial ekonomi mempunyai peranan dengan perkembangan anak-anak, misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup,menyebabkan lingkungan materil yang dihadapi oleh anak di dalam keluarga akan lebih luas, sehingga ia dapat kesempatan lebih luas di dalam memperkenalkan kecakapan-kecakapan tersebut tidak mungkin dapat dikembangkan kalau tidak ada alat-alatnya (Ahmadi,1991: 91).

Menurut Casmini (2007), sebagaimana dikutip oleh Muallifah (2009: 63) menjelaskan bahwa, adapun faktor pendukung dalam terlaksananya pola asuh dengan baik bukan hanya tergantung dengan jenis pola asuh yang ditetapkan orang tua (ibu), tetapi juga tergantung pada karakteristik keluarga, anak dan jenis pola asuh yang ditetapkan. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik Keluarga dan Anak

(43)

30

1). Karakteristik struktur keluarga

Hal yang berkaitan dengan struktur keluarga adalah etnis keluarga dan pendidikan (lingkungan pergaulan dan etnis).

2). Karakteristik struktur anak

Ketika ingin memperlakukan jenis pola asuh, maka harus memperhatikan karakteristik anak, diantaranya adalah karakter anak, bagaimana perilaku sosial dan keterampilan kognitif anak.

3). Karakteristik budaya keluarga

Karakeristik kultur keluarga didefinisikan kemampuan berbahasa, sedangkan indikator dalam karakteristik kultur keluarga adalah reading behavior

(kebiasaan membaca), home language (bahasa asli), dutch language (bahasa asing), mastery and culture participation (menguasai dan partisipasi budaya).

4). Karakteristik situasi keluarga

Penelitian tentang komposisi keluarga menunjukkan anak dalam keluarga satu orang tua akan mengalami problem perilaku.

b. Karakteristik Pola Asuh Anak

(44)

31 1) Perilaku pola asuh anak

Perilaku pola asuh orang tua (ibu) sangatlah variatif, tergantung pada ideologi dan keinginan. Namun, tidak seharusnya dia menerapkan tipe pengasuhan ekstrem pada satu model.

2) Interaksi ibu dan anak

Interaksi orang tua (ibu) dan anak tidak hanya ditentukan oleh kualitas pertemuan antara keduanya, tetapi juga ditentukan kualitas dalam pertemuan itu. 3) Kompetensi ibu dalam pola asuh anak

Kompetensi pengasuhan anak bukan merupakan faktor statistik, namun dinamis. Karena ini juga tergantung dengan kemampuan ibu untuk bisa mengkoneksikan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak.

Dari karakteristik pola asuh yang akan digunakan tersebut harus mampu menyesuaikan dan memahami kondisi anak. Karena setiap anak berbeda-beda antara anak yang pertama, kedua, ketiga dan yang terakhir juga memiliki karakter yang berbeda.

3. Seni mendidik dalam Islam

(45)

32

memberi teladan yang baik. Menurut Muallifah (2009: 145). Tentang seni mendidik anak dalam islam. Adapun seni, atau cara mendidik anak dalam islam adalah sebagai berikut :

a. Membiasakan anak untuk sholat tepat waktu. b. Mengajarkan tentang musyawarah.

c. Menasehati anak bila salah.

d. Menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an. e. Menegur anak ketika berkata bohong. f. Mengajarkan kemandirian pada anak. g. Menanamkan rasa percaya diri pada anak. h. Mendukung proses belajar anak.

i. Mengajarkan kedisiplinan pada anak. j. Memberikan pujian dan hadiah.

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Kata “Akhlak” dalam bahasa Arab bentuk jama’ dari kata

khuluq yang artinya budi pekerti, perangai atau tingkah laku. Akhlak sama artinya dengan etika atau moral, kebiasaan yang diulang-ulang.

Menurut Ahmad amin dalam bukunya “Al-akhlak” menyatakan bahwa

(46)

33

kecenderungan hati yang selalu diulang-ulang tanpa pemikiran dan pertimbangan yang rumit.

Menurut Abdullah dirroj, bahwa akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak jahat). Apabila terdapat perbuatan yang hanya dilakukan sekali dan setelah itu tidak pernah dilakukan kembali, kemudian perbuatan itu dilakukan karena adanya unsur paksaan, maka perbuatan itu tidak dinamakan akhlak.

Muhyiddin Ibnu Arabi, dalam kitabnya Tahdzib Al-akhlak

mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

ُناَسْنِلأْا ُلَعْفَي اَهِب ِسْفَّنلِل ٌلَح ةَيْؤُر َلَِب ُهَلاَعْفَا

.

Artinya : “kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk

mengerjakan sesuatu tanpa adanya

pemikiran-pemikiran atau pertimbangan-pertimbangan tertentu

(Rahman,1999: 13)

Menurut definisi para ulama’, akhlak adalah suatu sifat yang

(47)

34

Dari beberapa uraian mengenai definisi akhlak di atas, peneliti menyimpulkan bahwa akhlak anak merupakan suatu perbuatan yang tertanam kuat dalam diri seorang anak untuk melakukan suatu perbuatan yang dilakukan dengan berulang-ulang tanpa diawali dengan berfikir panjang dan tanpa pertimbangan terlebih dahulu.

Manusia tidak akan menjadi insan kamil selama mereka tidak berhubungan dengan baik dengan Allah SWT.

Firman Allah SWT, QS.Ali’imron :112

mereka berada, kecuali jika mereka berhubungan baik dengan sesama

manusia ” (QS. Ali-imron :112 )

Ayat di atas menjelaskan bahwa untuk menjadi insan kamil atau yang berakhlakul karimah, seorang muslim harus berakhlakul karimah dengan Allah SWT dan berakhlakul karimah dengan sesamanya.

2. Dasar, Tujuan, dan Ruang lingkup Akhlak a. Dasar

(48)

35

Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan akhlaknya. Penggunaan istilah khulukun ‘adhim menunjukkan keagungan akhlak Muhammad SAW.

Dengan lebih tegas Allah SWT pun memberi penjelasan bahwa Rasulullah sangat layak ditiru sebagai sauri tauladan yang baik, melalui firman-Nya :

Artinya: “Sesungguhnya bagi kamu pada diri Rasulullah itu

terdapat suri tauladan yang baik yaitu bagi orang

yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari

kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah SWT ”. (QS. Al Ahzab :21).

b. Sumber akhlak

(49)

36

Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara’ (Al-qur’an dan sunnah) menilainya demikian.



Artinya: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada

agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”. (QS Ar-rum :30).

Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-qur’an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya. Demikian halnya dengan akal pikiran. Ia hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan.

(50)

37

uraian di atas jelas bahwa ukran yang pasti,obyektif untuk menentukan baik buruknya akhlak adalah Al-qur’an dan sunnah,bukan yang lain-lainnya.

c. Ruang lingkup akhlak

Membahas ruang lingkup akhlak, menurut Kahar Masyhur sebagaimana dikutip oleh Tono Sidik (1998: 94), dalam bukunya

Ibadah dan Akhlak dalam Islam menyebutkan bahwa ruang lingkup akhlak meliputi bagaimana seharusnya seseorang bersikap dengan penciptanya, dengan sesama manusia, keluarga dan masyarakat.

Menurut Ahmad Azhar Basyir, sebagaimana dikutip oleh Tono Sidik (1998: 94) menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan sesuai dengan kedudukan sebagai makhluk individu, makhluk sosial,makhluk penghuni, dan makhluk sebagai ciptaan Allah SWT. Dengan kata lain akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak dengan Allah SWT dan juga akhlak dengan alam. Dengan kata lain dapat dikatakan ruang lingkup akhlak yaitu akhlak dengan tuhan, akhlak dengan keluarga, akhlak dengan masyarakat,dan akhlak dengan sesama. Hal-hal di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

(51)

38

Titik tolak akhlak dengan Allah bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia yang memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agungnya sifat terpuji itu yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjunjung-Nya.

2) Akhlak dengan keluarga

Akhlak dengan keluarga meliputi kewajiban orang tua dengan anak, dalam islam mengarahkan para orang tua untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-ajaran yang bijak. Seorang anak haruslah mencintai orang tua karena dialah yang memperhatikan, memelihara, dan mendidik anaknya.

3) Akhlak dengan masyarakat

Akhlak dengan maasyarakat meliput akhlak dengan tetangga, akhlak dengan tamu, dan juga sanak keluarga.

4) Akhlak dengan sesama

Akhlak dengan sesama meliputi akhlak dengan makhluk lain, banyak sekali yang dikemukakan al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan dengan sesama manusia.

(52)

39

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik

dari pada sedekah yang disertai dengan sesuatu

yang menyakitkan (perasaan si penerima)

3. Macam-macam Akhlak

Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan tentang akhlak anak dalam pola asuh ibu pekerja, tetapi sebelumnya penulis akan memberikan uraian tentang macam-macam akhlak.

Menurut Al-Ghazali, norma-norma kebaikan dan keburukan akhlak ditinjau dari pandangan akal pikiran dan syariat agama islam. Akhlak yang sesuai dengan akal pikiran dan syariat dinamakan akhlak mulia dan baik, sebaliknya akhlak yang tidak sesuai (bertentangan) dengan akal pikiran dan syariat dinamakan akhlak sesat atau buruk (Zainuddin, 1991: 103).

Dalam buku Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam Mansur membagi macam-macam akhlak menjadi 2 yaitu :

a. Terpuji (al-akhlaq al-mahmudah)

Akhlak terpuji atau al-akhlaq al- mahmudah maksudnya adalah perbuatan-perbuatan baik yang datang dari sifat-sifat batin

yang ada dalam hati menurut syara’. Di antaranya contoh-contoh

akhlakul mahmudah yang ada dalam al-Qur’an antara lain: sabar, jujur, tawadhu’ (rendah hati), keberanian, bersikap lemah lembut,

(53)

40 b. Tercela (al-akhlaq mazmmumah)

Akhlak tercela atau al- akhlak al- mazmumah sifat menurut

syara’ dibenci Allah dan rosulnya yaitu sifat-sifat ahli maksiat pada

Allah. Di antaranya contoh-contoh akhlakul mazmumah antara lain: kezhaliman, iri dengki, menipu, riya, berprasangka buruk pada orang lain, dan ghibah.

4. Urgensi Pendidikan Anak a. Pendidikan anak islami

Berbicara tentang pendidikan islam, maka tidak lepas dengan konsep- konsep yang dikemukakan oleh al-Qur’an dan al-

hadits. Menurut Miftahul Huda (2009: 59) dalam buku “idealisme

pendidikan anak” ada dua macam, pernyataan al-Qur’an untuk mengistilahkan anak.

Pertama: al-awlad, biasanya dikaitkan dengan konotasi makna pesimistis. Ayat-ayat ini misalnya seperti berikut:

mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah

(54)

41

sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS.Al-Anfaal: 28).

Ayat-ayat tersebut sebagai titik tolak untuk mencurahkan tenaga dan pikiran dalam rangka memperbaiki anak melalui pendidikan, sehingga mereka dapat menjadi wasilah untuk memperdebatkan kepada Allah SWT, bukan sebaliknya menjadi fitnah bagi orang tua dan masyarakat.

(55)

42

kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal

lagi saleh adalah labih baik pahalanya di sisi

Artinya: “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami,

anugerahkan kepada kami istri-istri kami

keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),

dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang

bertakwa”. (QS. Al-Furqan: 74).

(56)

43

b. Fase perkembangan pendidikan anak

Berbicara mengenai fase perkembangan pendidikan anak, dalam islam menjelaskan bahwa fase perkembangan pendidikan dapat dimulai sejak dalam kandungan sampai usia baligh (Huda, 2009: 49). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku,

dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan

sedikit”. (QS. Al-isra :85).

baligh, maka hendaklah mereka meminta izin,

seperti orang-orang yang sebelum mereka

meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan

ayat-ayatnya, dan Allah maha mengetahui lagi

(57)

44

Menurut Aristoteles periodesasi perkembangan anak ditinjau dari biologis dibedakan menjadi 3 fase, yaitu:

Pertama : dimulai dari lahir sampai umur 7 tahun Kedua : dimulai dari 7 tahun sampai 14 tahun Ketiga : dimulai dari 14 tahun sampai 20 tahun

Menurut Kohstam periodesasi anak secara psikologi dapat digolongkan menjadi 5 (Huda,2009: 31), yaitu sebagai berikut: Pertama : Periode vital (mulai lahir sampai umur 2 tahun) Kedua : Periode estetis (mulai 2 sampai 7 tahun)

Ketiga : Periode intelektual (mulai umur 7 sampai 13/14 tahun)

Keempat : Periode sosial (mulai umur 13/14 sampai 20/21 tahun)

Kelima : Periode maturasi (mulai umur 20/21 sampai usia dewasa)

Melihat periodesasi pendidikan anak secara lebih jelas, maka peneliti dapat mengambil dalam penelitian ini yaitu anak dari umur 7 sampai 13 tahun. Maka bagaimana pola asuh yang digunakan ke anak dalam mendidik terutama mengenai akhlak anaknya.

(58)

45

perintah dan dimana banyak dihubungani oleh teman-teman dari pada oleh orang tua dan anggota keluarga lain.

Ayat al-Qur’an telah banyak mengkaji tentang bagaimana seorang anak berakhlak dengan Allah SWT, keluarga, masyarakat dan juga sesamanya. Maka hal ini dapat dijelaskan indikator sebagai berikut:

1. Mendirikan Sholat Tepat Waktu

Kebiasaan sholat berjamaah dan tepat waktu dapat menumbuhkan kepekaan sosial. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surah Al-Ma’un ayat 1-7.

Artinya: “Tahukah kamu orang yang mendustakan

agama?. Itulah orang yang menghardik anak

yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan

orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang

yang salat. (yaitu) orang-orang yang

(59)

46

berbuat riya, dan enggan (menolong dengan)

barang berguna”. (QS.Al-Ma’un 1-7)

2. Rajin Berdoa

Tidak hanya ketika sholat kita berdoa bahkan segala aktivitas kita harus dimulai dengan berdoa. Karena berdoa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan berdoa berarti kita selalu mengingat-Nya. Dan jangan sekali-kali kita berdoa atau meminta pertolongan selain Allah SWT, karena itu merupakan kedzaliman yang besar dengan mempersekutukan kedzaliman yang besar dengan mempersekutukan Alah.

Firman Allah SWT, dalam al-Qur’an:

Artinya: “Dan (ingatlah) ingatlah ketika luqman berkata

pada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya,”Hai anakku janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya

mempersekutukanNya adalah benar-benar

(60)

47 3. Berani Berbicara Jujur

Berani berkata jujur merupakan akhlak yang mulia, sebagai hamba Allah dan juga hubungan dengan manusia lain. Allah akan membalas setiap perbuatan manusia meskipun seberat biji sawi dan perbuatan jujur membawa ke surga.

Firman Allah SWT, dalam al-Qur’an :

Artinya: “(Lukman berkata): Hai anakku, sesungguhnya

jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan

berada dalam batu atau di langit atau dari dalam

bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya

(membalasnya). Sesungguhnya Allah maha halus

lagi maha mengetahui”. (QS. Al-lukman: 16). 4. Malu Berbuat Jahat

(61)

48

juga kepada Allah. Karena perasaan malu merupakan bagian dari iman.

5. Menghormati dan Menghargai Kedua Orang Tua

Melalui orang tualah Allah menciptakan dan menumbuhkan umat manusia, orang tua menjadi perantara kehadiran manusia di dunia. Maka orang tua mendapat tempat istimewa dalam agama.

Firman Allah SWT, dalam al-Quran :

Artinya: “dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari

Bani israil (yaitu): janganlah kamu menyembah

selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu

bapak...”(QS.Al-Baqarah: 83) Dalam ayat lain juga dijelaskan:



Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat

baik) kepada kedua orang tuanya yang telah

mengandung dalam keadaan lemah yang

(62)

49

Bersyukurlah kepadaku dan kepada orang tuamu,

hanya kepadakulah kembalimu”. (QS.al-Lukman: 14).

6. Membiasakan Hidup Sehat

Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain mengajak dan menganjurkan untuk menjaga, mempertahankan kesehatan yang dimilikinya baik kesehatan jasmani maupun rohani. (Kaelany,2000: 167). Misalnya diperintahkan untuk bersuci sebelum melakukan ibadah dan juga makan makanan yang baik.

Firman Allah SWT, dalam al-Qur’an :

Artinya: “Hai manusia makanlah yang halal lagi baik dan

(63)

50

mengkuti langkah setan, karena sesungguhnya itu

musuh nyata bagimu”. (QS.al-Baqarah: 168) 7. Bersikap Sabar

Sikap sabar sangat dibutuhkan oleh setiap orang, karena setiap orang pasti merasakan pahit getirnya kehidupan. Mengingat manusia diciptakan dengan karakter yang tergesa-gesa, ingin mendapat sesuatu secara cepat dan instan.

Sikap sabar adalah usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan (Ahmadi,2004: 85). Jadi sikap sabar harus dibiasakan menerima apa adanya.

Firman Allah SWT, dalam al-Qur’an :



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah

kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah

siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah

(64)

51 8. Memuliakan Tamu

Memuliakan tamu merupakan sunnah Rosulullah yang kepada setiap umat harus menirunya. Ada istilah “tamu adalah

raja”, maka memuliakan tamu besar pahalanya.

9. Mengajak Kepada Berbuat Baik dan Mencegah Yang Mungkar

manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah

(mereka) dari perbuatan mungkar dan bersabarlah

dengan apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan

allah”. (QS.al-Lukman:17). 10.Mencintai Keluarga

Keluarga merupakan satu tubuh, yang mana salah satu sakit maka yang lain juga ikut merasakannya. Sebagai seorang anak yang berakhlakul karimah tidak boleh menceritakan aib seseorang, apalagi aib keluarga sendiri.

Firman Allah SWT, dalam al-Qur’an :

(65)

52

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah

kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena

sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan

janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah

seseorang diantara kamu yang suka memekan

daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. ”

(QS.al-Hujaarat: 12).

(66)

53 C. Pola Asuh Ibu dengan Akhak Anak

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan pada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak mengenal kehidupan sosial itu pertama-tama didalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu menyebabkan bahwa seorang anak menyadari akan dirinya, bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia. Sebagai makhluk sosial ia menyasuaikan diri dengan kehidupan bersama.

Menurut Hurlock, pola asuh adalah mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat. Sedangkan menurut Kohn, menyatakan bahwa pola asuh merupakan cara pengasuh berinteraksi dengan anak meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian serta tanggapan orang tua (ibu) dengan setiap perilaku anak (Muallifah,2009: 42).

(67)

54

jiwanya kurang mendapat pengasuhan yang baik sehingga kepribadian anak yang baik tidak tercapai.

Pola asuh ibu sangat bervariatif, tergantung pada ideologi dan keinginannya, namun tidak seharusnya dia menerapkan tipe pengasuhan ekstrem pada satu model. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola asuh menurut para ahli ada 3 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permissif. Tiga jenis pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua. Adapun terlaksananya pola asuh dengan baik juga tergantung jenis dari pola asuh yang diterapkan, dan juga melihat karakteristik keluarga.

Pola asuh ibu yang baik, juga akan berhubungan dengan akhlak anak. Dari indikator pola asuh yang telah disebutkan sebelumnya misalnya: menyuruh anak sholat berjamaah, menyuruh anak untuk belajar

Al-qur’an, berdoa sebelum tidur, menanamkan rasa percaya diri,

memberikan pujian dan hadiah dan sebagainya.

(68)

55

Dalam hal ini, hendaknya orang tua (ibu) takut seandainya meninggalkan keturunan yang lemah.

Firman Allah SWT, dalam al-Qur’an :

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak

yang lemah, yang mereka khawatir dengan

(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan mereka mengucapkan yang

benar”. (QS. An-nisa: 9).

(69)

56 BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian

Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data, peneliti memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek penelitian secara umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang obyek penelitian yang peneliti maksud.

Desa Klego yang dijadikan penelitian ini adalah termasuk dalam wilayah kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Adapun untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai desa Klego, maka dapat dilihat keterangan di bawah ini :

1. Keadaan Geografi

(70)

57

Gambar 1. Peta Desa Klego

a. Luas dan Batas Wilayah

1) Luas desa Klego adalah luas keseluruhan wilayah dengan luas : 2.829.035Ha yang terbagi atas 5 dusun yaitu:

a) Klego

b) Karang Anyar c) Klalingan d) Ngembat e) Kedokan

2) Batas- batas Wilayah Klego

a) Sebelah Selatan : Desa Blumbang b) Sebelah Utara : Desa Gondang legi c) Sebelah Timur : Desa Bade

(71)

58

a. Orbitas (jarak dari pusat pemerintahan) 1) Dari ibu kota kecamatan : 100 m 2) Dari ibu kota kabupaten : 32 Km 3) Dari ibu kota provinsi : 85 Km 4) Dari ibu kota negara : 625 Km b. Pertanahan

1) Tanah sawah irigasi sederhana : 10.000 Ha 2) Tanah hujan / sawah rendengan : 90.000 Ha 3) Pekarangan / bangunan : 1.233.570 Ha

4) Perladangan : 566.780 Ha

5) TPU : 13.720 Ha

6) Tanah kas desa murni : 3.119 m²

7) Lapangan : 0, 7690 Ha

8) Masjid / mushola : 4.300 m² 9) Sarana pendidikan : 11.900 m² 10) Sarana kesehatan : 2.000 m² c. Sarana ibadah dan Pendidikan

1) Sarana Ibadah

a) Masjid/mushola : 6 buah / 8 buah b) Gereja : -

2) Sarana Pendidikan

a) TK : 3 buah

(72)

59 Guru Wiyata : 6 guru Siswa : 73 siswa b) SD/MI : 3/1 buah Guru PNS : 21 guru Guru Wiyata : 16 guru Siswa : 373 siswa c) SMP : 1 buah

Guru PNS : 3 guru Guru Wiyata : 27 guru Siswa : 360 siswa d) PAUD : 1 buah

Guru : 2 guru Siswa : 20 siswa 2. Keadaan Monografi

a. Jumlah penduduk

Desa Klego terdiri dari 24 RT dan 5 RW yang jumlah penduduknya yaitu 4285 jiwa, terdiri dari laki-laki 2137 jiwa dan perempuan 2148 jiwa.

(73)

60

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Klego Menurut Kelompok Usia Tahun 2016

Usia/tahun Jumlah

0 – 5 378

6 – 16 357

17 – 25 367

26 – 55 261

56 ke atas 221

Tabel 3.2 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2016

No Jenis pekerjaan Jumlah

1 Petani 1403

2 Buruh Industri / bangunan 165

3 PNS 116

4 Pedagang 467

5 Industri kecil / pengrajin 47

6 Pengangkutan 97

7 Pensiun TNI / PNS 89

8 TNI/POLRI 9

(74)

61

Tabel 3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama Tahun 2016

No Agama Jumlah

1 Islam 4263

2 Kristen 17

3 Katholik 5

4 Hindu 0

5 Budha 0

b. Struktur pemerintahan desa Klego

Desa klego terdiri dari 5 dusun yaitu: dusun Klego, dusun Karang anyar, dusun Klalingan, dusun Ngembat, dan dusun Kedokan. Adapun struktur pemerintahan desa Klego dari tingkat kelurahan sampai tingkat RT/RW adalah sebagai berikut:

(75)

62

Kemudian badan pemerintahan desa (BPD) desa Klego yaitu: a.) Ketua : Yuhroni S.Pd.

b.) Wakil : Ngatimin S.Pd. c.) Sekretaris : Eko Prasetyo d.) Anggota : 1. Sufyani

2. Tunggono S.Pd. 3. Pranoto

4. Suripto 5. Surono

6. Hery Praptomo

Sedangkan pemerintah dari tingkat RW/RT yaitu : a.) RW 1 : Gatot iriyanto

RT 01 : Suwarno

RT 02 : Nyono purnomo RT 03 : Agus purnomo RT 04 : Karjo raharjo RT 05 : Totok S RT 06 : Sutadi b.) RW 2 : Sarimo

(76)

63 RT 11 : Kurdi

c.) RW 3 : Emisih budiyono RT 12 : Tunggono S.Pd. RT 13 : Sabar

RT 14 : Sujeni

d.) RW 4 : Alwan RT 15 : Muh. Rozi RT 16 : Suratnun RT 17 : M. Zuhni RT 18 : Muh. Ajib S RT 19 : Walidi RT 20 : Sampan S RT 21 : Lasimin e.) RW 5 : Sumyani

(77)

64 B. Laporan Data Penelitian

1. Data Responden

Daftar nama responden yang peneliti ambil sebagai obyek penelitian dari umur 7 sampai 13 tahun adalah 40 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 20 orang dan jumlah perempuan sebanyak 20 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.4 di bawah ini :

Tabel 3.4 Daftar Nama Responden

(78)

65

2. Data Hasil Angket Tentang Pola Asuh Ibu Pekerja

(79)

66

Tabel 3.5 Hasil Angket Tentang Pola Asuh Ibu Pekerja (X)

No Nama Responden Nomor item Soal

(80)

67

25 MHH B B A C C A B C C B

26 AF A C C C B B B A B B

27 FR A B A C B B B C B C

28 CFP B B B C C A B C B C

29 AFZ C C B C C B B C B C

30 MVW B B B A C B C B B A

31 KSH A B C C B A B B C B

32 SCW B C C A B B B C B B

33 AFE A B C A B B A C C B

34 DR B B B A C B A B B B

35 LA A B B B B C B B C B

36 RO B C B C B C A B C C

37 RFN B A B A B B B C B C

38 YMZ B C B B C B C B A B

39 ACF B A B B B C C A B B

40 ATP B B B B C A B C B B

3. Data Hasil Angket Tentang Akhlak Anak

Hasil dari penyebaran angket tentang akhlak anak di Desa Klego, Kec.Klego, Kab.Boyolali tahun 2016. Maka dapat dilihat dari tabel 3.6 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Hasil Angket Tentang Akhlak Anak (Y)

No Nama Responden Nomor item Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(81)
(82)

69

29 AFZ B C B C B B C B C C

30 MVW A B A B B A A B C B

31 KSH A B A B A B B C A B

32 SCW A B A C A B B B B B

33 AFE C B B A B A C B A A

34 DR B A A C B B A C A B

35 LA C A B B B A A B A B

36 RO C B A C B C B C C B

37 RFN A B A B A B A B B A

38 YMZ A C B B B B B B B B

39 ACF B B C A B A C A A B

(83)

70 BAB IV ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul dilakukan analisa data untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Untuk mengetahui hubungan perilaku pola asuh ibu pekerja (variable X) dan akhlak anak (variable Y) di desa Klego, Kec.Klego, Kab.Boyolali yaitu menggunakan rumus product moment. Yaitu sebagai berikut :

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment (X dan Y) X : Variabel pengaruh (ibu pekerja)

Y : Variable terpengaruh (akhlak anak) N : Jumlah objek yang diteliti

∑ : Sigma

Xy : Perkalian antara X dan Y

Berdasarkan rumus diatas, maka dilakukan dengan langkah-langkah yaitu:

A. Analisis Pendahuluan 1. Pola Asuh Ibu Pekerja

Gambar

tabel. Jika rxy < r tabel maka hipotesis nihil/ ditolak, dan rxy >
Gambar 1. Peta Desa Klego
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Klego Menurut
Tabel 3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan tebal korteks yang terjadi pada Wilis dan PG 57-1 karena perlakuan cekaman kekeringan merupakan mekanisme toleransi kedua genotipe tersebut untuk

Menggunakan variabel Y kinerja karyawan, menggunakan Uji Asumsi Klasik, Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu

sedangkan item yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel. Koefisien reliabilitas alpha Motivasi Belajar

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 6 ekor pedet Frisian Holstein (2 ekor betina dan 4 ekor jantan) dari umur 1–10 minggu dengan pemberian susu sebanyak 10% dari

Keterkaitan konstruk kualitas jasa dan tujuh dimensi ini dapat dipahami melalui deskripsi berikut, yaitu ketika konsumen diminta untuk menjelaskan mengapa jasa e-banking

Dan hasil penelitian menunjukkan tata cara merger PT.Bank Mandiri menurut Undang- undang No.1 tahun 1995 sesuai dengan Akte Nomor 97 tanggal 24 Juli 1999 yang dibuat oleh Sutjipto,

mengasuh, membimbing dan memberikan dukungan sepenuhnya baik secara moril, materiil, maupun doa restu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di