• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG PEMBAGIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Pendidikan Gur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG PEMBAGIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Pendidikan Gur"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG

PEMBAGIAN MELALUI METODE JARIMATIKA

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA

KELAS III

MI MA’ARIF MANGUNSARI

SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI)

Oleh:

SITI RATNASARI

NIM 11510041

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG

PEMBAGIAN MELALUI METODE JARIMATIKA

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA

KELAS III

MI MA’ARIF MANGUNSARI

SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI)

Oleh:

SITI RATNASARI

NIM 11510041

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat

Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-An’am : 160)

“Segala kebaikanmu akan memudahkanmu”

Maka berbuat baiklah sampai kapanpun dan dimanapun kamu berpijak. Sampai kamu tiada.

Meskipun terkadang balasannya tidak sesuai yang diharapkan maka tetap teguhkanlah kebaikanmu.

Berusahalah membuat orang disekelilingmu untuk tertawa. Tetapi ingat! Untuk membuat mereka tertawa maka kamu juga harus tertawa. Karena hanya kayu yang

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Suradi dan Ibu Rukinah. 2. Kepada adik saya Hasan Mahmud, meskipun sudah tiada.

3. Kepada semua keluarga dari nenek saya, Mbah Tapiyem (Mbah Kasti). 4. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd terimakasih telah

membimbing skripsi ini sampai selesai.

5. Almamater Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

6. MI Ma’arif Mangunsari Salatiga terutama wali kelas IIIB dan semua siswa kelas IIIB yang telah membantu penelitian ini dalam rangka penyelesaian skripsi.

7. Teman-teman PGMI angkatan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan terutama PGMI kelas B.

8. Teman- teman kontrakan (Fitri Nur’aini, Wahyu Istiqomah, Ummi Harlita, Hermiya Arita A, Dwi Vitrotul I, Dwi Astuti, Mbak Unik Widiastuti, Santhy Widiastuti)

9. Teman-teman AcreValie ( Xholivilla, Kaka Elvina, Anisa Paripih)

10.Teman-teman KKN ( Alfi, Aufa, Ifa, Wulan, Ikhsan, Sapar dan Hanif) dan Ibu Rum, Pak Yanto, David dan masyarakat Dowakan Jumoyo yang telah memberikan do’anya.

11.Teman-Teman kos Bu Bowo ( Ika Fitriana, Ayu, Hariroh, Lia, Mb. Septi, Mb. Ari, Mb. Fiska, Mb. Tiwi, Reni dll.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Atas nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Karena dengan segala limpahan taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan dan kelapangan hati dalam menyelesaikan skripsi ini, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. Keluarga, sahabat dan pengikut setianya.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Terselesainya skripsi ini tidaklah semata-mata hasil dari jerih payah penulis sendiri, melainkan banyak pihak terkait yang telah membantu baik moril maupun spiritual, oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku ketua STAIN Salatiga, beserta staf-stafnya, yang telah menyediakan tempat serta fasilitas gedung kuliah yang nyaman dan kondusif.

2. Ibu Peni Susapti M.Si selaku Ketua program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

3. Bapak Suwardi M.Pd. selaku ketua jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah tulus, ikhlas dan menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan akademika yang telah membantu terselesainya skripsi ini. 6. Bapak (Suradi) dan Ibu tercinta (Rukinah), teman-teman kontrakan (Fitri, Isti,

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Ratnasari, Siti. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Menghitung Pembagian Melalui Metode Jarimatika pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi.Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.

Kata kunci: Hasil Belajar, Jarimatika dan Matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok atau mata pelajaran wajib yang ada di jenjang pendidikan dasar. Namun kenyataannya sampai sekarang masih ada siswa yang kurang berminat terhadap matematika, hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang belum mencapai titik optimal. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah untuk membantu anak dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam berhitung. Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas IIIB MI Ma’arif Mangunsari Salatiga mengenai materi berhitung terutama materi pembagian masih sangat rendah. Banyak siswa yang kurang memahami konsep dan cara berhitung dengan benar. Maka dari itu rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pembagian untuk kelas III MI Ma’arif Mangunsari Salatiga?. Sedangkan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar menghitung pembagian melalui metode jarimatika untuk kelas III MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti mencoba membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIIB MI Ma’arif Mangunsari dalam materi menghitung pembagian dengan metode jarimatika. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Instrumen penelitian menggunakan tes, pedoman observasi dan pengamatan. Data diperoleh dari subyek penelitian siswa sebanyak 30 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ………….. 6

E. Kegunaan Penelitian ……… 8

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 22

(13)

xiii

2. Bentuk-bentuk Belajar ... 26

3. Tipe Belajar ... 31

4. Prinsip-prinsip Belajar ... 32

5. Faktor-faktor Belajar ... 33

6. Klasifikasi Hasil Belajar ... 35

7. Penilaian Hasil Belajar ... 36

B. Metode Jarimatika ... 37

1. Pengertian ... 37

2. Sejarah Jarimatika ... 38

3. Kelebihan dan Kekurangan ... 40

4. Langkah-langkah Jarimatika ... 41

5. Penerapan Metode Jarimatika dalam Menghitung Pembagian ... 43

C. Matematika Kelas III MI ... 46

1. Ciri-ciri Matematika ... 48

2. Fungsi Matematika ... 49

3. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 49

4. Ruang Lingkup ... 50

5. Prinsip Belajar Matematika permulaan ... 50

6. Pengertian Menghitung ... 51

7. Materi Pembagian ... 52

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 54

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 59

1. Perencanaan ... 59

2. Pelaksanaan ... 60

3. Pengamatan ... 63

4. Refleksi 63 D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 63

1. Perencanaan ... 63

2. Pelaksanaan ... 65

3. Pengamatan ... 67

4. Refleksi ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus ... 68

1. Pra Siklus ... 2. Siklus I ...

(14)

xiv

3. Siklus II ... 74 4. Siklus III ... 80 B. Pembahasan ... 84 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Indikator Keberhasilan 7

Tabel 1.2 Tingkat Keberhasilan Siswa Sesuai Kriteria 20 Tabel 2.1 Formasi Jari Pembagian Dua Angka 42

Tabel 4.1 Hasil Tes Formatif Pra Siklus 68

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Siklus I

70

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Secara Individu Siklus I

71

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siswa pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Secara Klasikal Siklus I

72

Tabel 4.5 Daftar Nilai Matematika Siswa Siklus I 73 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru pada Pembelajaran

Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Siklus II

75

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Siswa pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Secara Individu Siklus II

76

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Secara Klasikal Siklus II

77

Tabel 4.9 Daftar Nilai Matematika Siswa Siklus II 78 Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Guru pada Pembelajaran

Matematika Menggunakan Metode Jarimatika siklus III

80

(16)

xvi

Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Secara Individu Siklus III

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Siswa pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Jarimatika Secara Klasikal Siklus III

82

Tabel 4.13 Daftar Nilai Matematika Siswa Siklus III 83 Tabel 4.14 Data Peningkatan Jumlah Siswa yang mencapai

KKM Per Siklus

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1.1 Siklus PTK menurut Kamis dan McTaggart 15

Gambar 2.1 Formasi Tangan Kanan 1 – 9 43

Gambar 2.2 Formasi Tangan Kiri 10 – 90 43

Gambar 3.1 Aplikasi penggunaan barang-barang sekitar untuk memahami konsep pembagian.

57

Gambar 3.2 Jari Tangan Kanan Melambangkan Satuan 61 Gambar 3.3 Jari Tangan Kiri Melambangkan Puluhan 62 Gambar 3.4 Jari Tangan Kanan untuk Melambangkan Satuan 66 Gambar 3.5 Jari Tangan Kiri Melambangkan Puluhan 66 Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Nilai Matematika Siswa Kelas

IIIB

69

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus III 4. Lembar daftar nilai pra siklus

5. Lembar pre test dan post test siklus I 6. Lembar pre test dan post test siklus II 7. Lembar pre test dan post test siklus III 8. Lembar Pengamatan Guru Siklus I 9. Lembar Pengamatan Guru Siklus II 10. Lembar Pengamatan Guru Siklus III 11. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I 12. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II 13. Lembar Pengamatan Siswa Siklus III 14. Lembar Soal Siklus I

15. Lembar Soal Siklus II 16. Lembar Soal Siklus III

17. Lembar Hasil Wawancara Guru/ Wali Kelas 18. Lembar Catatan Lapangan Siswa Siklus I 19. Lembar Catatan Lapangan Siswa Siklus II 20. Lembar Catatan Lapangan Siswa Siklus III 21. Dokumentasi

(19)

0

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG

PEMBAGIAN MELALUI METODE JARIMATIKA

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA

KELAS III

MI MA’ARIF MANGUNSARI

SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI)

Oleh:

SITI RATNASARI

NIM 11510041

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu memiliki peran yang mulia dan tinggi di dalam kehidupan manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al -Mujaadilah ayat 11.

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan

kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan. (QS. Al-Mujaadilah ayat 11)

(21)

2

Matematika berasal dari kata Yunani “Mathein” atau “mathenein”, yang artinya mempelajari. Menurut Johnson dan Myklebust matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan pemikiran (Sam’s, 2010:11)

Berbicara matematika tidak akan lepas dari ilmu berhitung atau disebut aritmatika. Berhitung terdapat di semua cabang matematika seperti geometri, statistika, aljabar dan lain sebagainya. Berhitung juga terdapat di mata pelajaran lain seperti fisika, kimia, biologi bahkan juga ada di ilmu pengetahuan social yaitu mata pelajaran ekonomi. Berhitung digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika menghitung uang, menghitung banyaknya penduduk, menghitung hewan ternak, menghitung waktu. Kegiatan berhitung juga terdapat dalam ayat Al-Qur’an yaitu mengenai menghitung waktu.





mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan (waktu). dan segala

(22)

3

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan dunia ini berdasarkan tata tertib, hikmah, ukuran, dan aturan yang sangat terperinci. Siang dan malam, masing-masing muncul tepat pada waktunya dan berdasarkan jadwal yang teratur.

Berhitung dapat dikatakan sangatlah penting untuk manusia baik digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mengingat arti pentingnya berhitung, maka berhitung diajarkan secara formal sejak siswa berada di pendidikan tingkat dasar. Menurut Saleh (2009: 49) Operasi hitung adalah jantung dari matematika. Operasi hitung inilah yang membuat perhitungan antar bilangan bisa terjadi. Untuk tingkat dasar, ada lima operasi hitung yang harus diketahui, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan. Kegiatan berhitung ini biasanya ada dalam pelajaran metematika.

(23)

4

pandai, Sriyanto (2007: 18). Anak yang cara pandangnya negatif terhadap matematika biasanya juga akan bersikap negatif terhadap matematika.

Permasalahan pun muncul seperti yang sudah peneliti alami ketika melakukan wawancara dan pengamatan di kelas III MI Ma’arif Mangunsari Salatiga, banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika menghitung pembagian disebabkan mereka belum mengetahui konsep dasar berhitung pembagian dan guru tidak pernah menggunakan metode berhitung selain bersusun panjang. Hal ini membuat cara pandang anak menjadi tidak tertarik dengan matematika dan ini akan berimbas kepada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, agar anak bisa belajar matematika dengan baik, maka seorang pendidik harus mengubah cara pandang anak, kemudian membuat anak menjadi tertarik terhadap matematika.

Melihat kondisi yang telah dikemukakan, peneliti berfikir untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menghitung pembagian. Upaya yang dilakukan peneliti adalah menggunakan metode dan alat peraga.

(24)

5

peraga itu sendiri. Alat peraga yang mahal belum tentu baik untuk kegiatan pembelajaran tetapi alat peraga yang murah bukan berarti tidak baik untuk pembelajaran pula. Terkadang alat peraga yang murah justru memiliki efek yang luar biasa terhadap proses kegiatan pembelajaran.

Salah satu alat peraga yang paling sederhana yang bisa digunakan dalam pelajaran matematika yaitu jari tangan. Melalui jari tangan kita bisa melakukan operasi hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan lain-lain. Asalkan kita mengetahui dasar dan metode berhitung dengan jari tangan tersebut, operasi hitung akan mudah untuk kita kuasai. Selain itu, kita harus memahami sifat-sifat dari operasi bilangan dan mempunyai keterampilan dasar menghitung. Guru sebagai seorang pendidik dalam mengenalkan dan meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa, maka dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu jarimatika. Kali ini penulis tidak akan membahas semua metode berhitung dengan jari. Penulis hanya akan membahas salah satu metode menghitung pembagian dengan jari tangan kita.

(25)

6

semakin luas (Simanjuntak dkk, 1993: 55). Sebelum menggunakan metode jarimatika seorang guru harus memberi pemahaman kepada siswa mengenai pembagian itu sendiri. Pembagian dari angka 20 kebawah mungkin masih mudah untuk dihitung tetapi lebih dari 20, siswa akan mengalami kesulitan. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk meningkatkat hasil belajar siswa dalam menghitung pembagian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah Apakah metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pembagian untuk kelas III MI Ma’arif

Mangunsari Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar menghitung pembagian melalui metode jarimatika untuk kelas III MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis dilihat dari katanya memang berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya

“kebenaran”. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang

(26)

7

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya (Riduwan, 2010: 9).

Maka dari itu hipotesis penelitian yang akan dilaksanakan adalah: “Penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar

menghitung pembagian untuk mata pelajaran matematika kelas IIIB MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.”

Berdasarkan hipotesis di atas, maka indikator keberhasilannya dapat peneliti tunjukkan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Indikator Keberhasilan

Indikator Keberhasilan Sub Indikator Keberhasilan Peningkatan hasil belajar

dalam pelajaran matematika materi menghitung pembagian menggunakan metode jarimatika.

- Siswa mampu menyelesaikan soal-soal matematika pada materi pembagian dengan menggunakan metode jarimatika.

(27)

8 E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat secara: 1. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan terobosan baru pada pelajaran matematika terutama untuk menyampaikan materi pembagian dengan menggunakan metode jarimatika.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

1) Memberikan pertimbangan dan motivasi bagi guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses pembelajaran.

2) Memberikan informasi bagi para pengajar dalam menggunakan jarimatika untuk pelajaran matematika materi pembagian. 3) Meringankan beban guru dalam mengajarkan kepada siswa

mengenai pembagian. b. Bagi siswa

1) Untuk dijadikan salah satu meningkatkan kemampuan menghitung pembagian.

2) Untuk dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga bisa mencapai hasil yang optimal. 3) Untuk dijadikan pandangan bahwa matematika itu mudah dan

(28)

9 c. Bagi peneliti

1) Memberikan pemahaman dan pengetahuan dalam penggunaan metode jarimatika untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai pembagian.

2) Memberikan pemahaman mengenai metode yang menyenangkan untuk ditularkan kepada siswa mengenai cara menghitung pembagian.

d. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mencapai tujuan sekolah.

F. DEFINISI OPERASIONAL 1. Pengertian Peningkatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb). Peningkatan dalam pembelajaran yang dimaksud disini adalah kenaikan dalam kegiatan pembelajaran yang sebelumnya masih rendah bisa berubah menjadi lebih tinggi setelah melalui proses dan usaha tertentu.

2. Pengertian Hasil Belajar

(29)

10

untuk mendapatkan hal yang baru dengan melalui berbagai pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung.

Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudahh mengikuti proses belajar (Sam’s,

2010: 33).

Hasil belajar merupakan akibat yang diperoleh berdasarkan sesuatu yang telah dipelajarinya dan memiliki manfaat terhadap diri si pebelajar.

3. Pengertian Menghitung Pembagian a. Pengertian Menghitung

Kata “menghitung” berasal dari kata dasar “hitung” yang

artinya membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak, dsb). Sedangkan menghitung yaitu mencari berapa jumlahnya (sisanya, pendapatanya, dsb dengan bilangan-bilangan, seperti menjumlahkan, mengurangi).

b. Pembagian

Pembagian adalah pengurangan berulang.

Menghitung pembagian yang dimaksud disini adalah melakukan kegiatan membagi bilangan dengan cara pengurangan secra berulang.

4. Pengertian Metode Jarimatika

Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos”: yang artinya

(30)

11

Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 910). Maka dalam hal ini metode adalah suatu cara yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Jarimatika (jari dan aritmatika) adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan. Meski hanya menggunakan jari-jari tangan, tetapi dengan metode jarimatika mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali, Bagi, Tambah, Kurang) sampai dengan ribuan atau mungkin lebih.

Metode jarimatika adalah cara yang digunakan untuk mengajarkan kegiatan hitung menghitung dengan menggunakan jari tangan.

G. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

(31)

12

research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Hakikat PTK menurut pendapat beberapa ahli dalam bukunya Kusumah dan Dwitagama (2010: 8) adalah sebagai berikut:

a. Menurut Carr dan Kemmis

Hakikat PTK menurut Carr dan Kemmis (1986) adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi social untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran:

1) Praktik-praktik social atau pendidikan yang dilakukan sendiri. 2) Pengertian mengenai praktik-praktik tersebut.

3) Situasi-situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. b. Menurut Mcniff

McNiff (1992) memandang hakikat PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan keahlian mengajar. PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok sasaran.

c. Prinsip Dasar PTK

Prinsip dasar PTK adalah:

(32)

13

2) Integral. PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti.

3) Ilmiah. Diagnosis masalah berdasar pada kejadian nyata. 4) Motivasi dari dalam. Motivasi untuk memperbaiki kualitas

harus tumbuh dari dalam.

5) Lingkup masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan luar ruang kelas, Kusumah dan Dwigatama (2010: 11).

2. Subyek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di kelas IIIB MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yaitu berjumlah 30

anak pada tahun 2014, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan tahun 2014 yaitu pada tanggal 19 November sampai selesai.

3. Langkah-langkah Penelitian

(33)

14 a. Perencanaan (Planning)

Tahap ini peneliti mengadakan observasi awal dan melakukan wawancara dengan guru berkaitan dengan permasalahan yang dialami siswa dalam pelajaran matematika. Setelah mengetahui permasalahannya kemudian mencari solusinya yaitu dengan menggunakan metode jarimatika.

Secara garis besar kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Menyiapkan materi sesuai kurikulum yang dijadikan sebagai

bahan penelitian.

2) Membuat perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

3) Menyiapkan perangkat pembelajaran metode jarimatika. 4) Menyiapkan lembar observasi.

5) Menyiapkan lembar pengamatan terhadap siswa

6) Menyiapkan alat evaluasi metode jarimatika berupa pre-test dan post-test.

7) Menyiapkan lembar pedoman wawancara siswa dan guru. b. Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran menghitung pembagian dengan metode jarimatika sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.

(34)

15

Gambar 1.1 Siklus PTK menurut Kemmis & McTaggart, (Arikunto, 2010: 137).

Model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Gambar di atas, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen Siklus I

Acting Refleksi

Planing

Observasi

Planing

Acting Refleksi

Observasi Siklus II

(35)

16

yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan (Kusumah dan Dwigatama 2010: 21).

c. Pengamatan (Observing)

Tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan, hasil dan respon dari siswa ketika menggunakan metode jarimatika tersebut. Demi menjaga keabsahan data yang akan diperoleh dalam melakukan metode jarimatika tersebut peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan dokumentasi terhadap kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan presentase. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak menggunakan metode jarimatika dalam kegiatan pembelajaran berhasil atau gagal. Hasil tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Jika tujuan pembelajaran yang diinginkan belum terwujud maka tindakan pada siklus berikutnya harus berbeda. Siklus akan dilanjutkan sampai masalah terpecahkan.

4. Instrumen Penelitian

(36)

17

a. Lembar observasi, digunakan untuk mencatat hal-hal yang telah didapat berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasa oleh peneliti ketika kegiatan pembelajaran.

b. Soal tes/evaluasi teks/soal, digunakan sebagai materi kegiatan siswa untuk mengukur hasil pembelajaran.

c. Pedoman dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan gambaran kegiatan dalam proses pembelajaran melalui metode jarimatika. d. Pedoman wawancara, digunakan untuk mengetahui, mendapatkan

keterangan yang relevan mengenai data yang diperlukan. 5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian (Suwartono, 2014: 41). Cara peneliti mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi

(37)

18

Observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.

b. Soal Tes/ Evaluasi Test

Tes formatif yang peneliti gunakan berupa tes tertulis berkaitan dengan materi ajar yaitu berupa pre-test dan post-test. Teknik ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila telah memperoleh minimal 80 % dari target pembelajaran.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan dokumen yang berupa catatan, transkrip nilai, kamera, dokumen hasil kerja siswa, presensi siswa, dan dokumen lain yang mendukung. Dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan menggali informasi tentang pemahaman siswa yang implementasinya pada perolehan nilai sebagai hasil belajar.

d. Interview/ Wawancara

(38)

19

mata pelajaran untuk meminta pendapat beliau tentang metode jarimatika terutama untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. 6. Analisis data

"Proses penyusunan, pengaturan, pengolahan data agar dapat digunakan untuk membenarkan atau menyalahkan hipotesis disebut pengolahan dan analisis data", (Sudjana, 1988: 76).

Setelah mengumpulkan semua data yang diperoleh maka penulis menyusun, mengelompokkan dan menyeleksi data yang ada hubunganya dengan penelitian ini. Hal ini adalah jawaban dari hipotesis yang telah dirumuskan. Benar atau tidaknya hipotesis dapat dibuktikan dengan data yang diperoleh ketika dilapangan.

Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan analisis dengan:

a. Ketuntasan masing-masing siswa dengan rumus sebagai berikut:

𝑃 = 𝑓

𝑁 × 100%

Keterangan: P = Presentase

F = Frekuensi yang dicari presentasinya N = Jumlah siswa (Djamarah, 2011: 222)

b. Ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut: 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

(39)

20

Rumus tersebut digunakan untuk mengukur kompetensi siswa secara klasikal.

Tabel 1.2 Tingkat Keberhasilan Siswa Sesuai Kriteria Tingkat keberhasilan Kriteria

≥80% Sangat baik

60 – 79% Baik

40 – 59% Cukup

20 – 39% Kurang

<20% Sangat kurang

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, peneliti menganggap bahwa penggunaan teknik jarimatika dikatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan berhitung apabila ketuntasan belajar minimal 80% dan bisa dikategorikan dengan nilai baik.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun sistematika sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

(40)

21 BAB II: Kajian Pustaka

Berisi peningkatan hasil belajar, definisi menghitung pembagian, pembelajaran matematika, metode jarimatika, langkah-langkah jarimatika, penerapan metode jarimatika pada materi pembagian.

BAB III: Pelaksanaan dan Penelitian

Berisi gambaran situasi umum SD Negeri Urut Sewu Kecamatan Ampel, Kabupaten Semarang, subjek penelitian dan karakteristik objek penelitian serta deskripsi persiklus.

BAB IV: Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi deskripsi kondisi awal, hasil penelitian tiap siklus, analisis data dan pembahasan.

BAB V: Penutup

(41)

22 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1987: 36).

Menurut Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand dalam bukunya Mustaqim (2001: 33) “Learning as a relatively permanent change in

behavior traceable to experience and practice”. (Belajar adalah perubahan

tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan). Sedangkan menurut Guilford “Learning is any change in

behavior resulting from stimulation” (belajar adalah perubahan tingkah

laku yang dihasilkan dari rangsangan). (Mustaqim, 2001: 34)

Secara umum dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.

1. Ciri-ciri Belajar

Djamarah (2011: 15-17) menyatakan, jika hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.

(42)

23

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan ini atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapat menulis.

(43)

24

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

Ketika melakukan perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

d. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara

(44)

25

e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

(45)

26 2. Bentuk-bentuk Belajar

Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai bentuk-bentuk belajar, diantaranya adalah:

a. Menurut A. De Block

A De Block menyusun sistematika bentuk-bentuk belajar berpegang pada pembagian aspek-aspek kepribadian yang lazimnya digunakan dalam ilmu psikologi, yaitu aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan kemahiran-kemahiran intelektual, aspek dinamik-afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap dan nilai-nilai, aspek sensorik-psikomotorik yang meliputi pengamatan dan gerakan-gerakan motorik.

Adapun sistematika bentuk belajar adalah sebagai berikut: 1) Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis

a) Belajar dinamik : belajar mengehendaki sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarang menghendaki dan juga tidak menghendaki sembarang hal. b) Belajar afektif : belajar menghayati nilai dari obyek-obyek

yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berapa orang, benda atau kejadian/peristiwa.

(46)

27

d) Belajar sensi-motorik : belajar menghadapi dan menangani obyek-obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri.

2) Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari

a) Belajar teoritis : bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.

b) Belajar teknis : bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan, dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan.

c) Belajar sosial : bertjuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan member kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

(47)

28

3) Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari

a) Belajar insidental : mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi disamping itu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran.

b) Belajar dengan mencoba-coba

c) Belajar tersembunyi: mempelajari sesuatu tanpa ada intense/maksud untuk belajar hal itu, namun tidak adanya maksud hanya terdapat pada pihak orang yang belajar. b. Menurut C. van Parreren

C. van Parreren menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar. Adapun sistematika bentuk-bentuk belajar yang dikembangkan oleh C. van Parreren adalah sebagai berikut:

1) Membentuk otomatisme: ciri khas dari hasil belajar/kemampuan yang diperoleh terletak dalam otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir satu sama lain, seperti dalam berenang atau menjahit dengan mesin. 2) Belajar insidental: belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi

atau maksud untuk mempelajari hal itu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data.

(48)

29

4) Belajar pengetahuan: mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang.

5) Belajar arti kata-kata: mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.

6) Belajar konsep (pengertian): mengadakan abstraksi yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang hanya ditinjau aspek-aspek tertentu saja.

7) Belajar memecahkan problem melalui pengamatan: dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan dengan berbuat sesuatu.

8) Belajar berpikir: dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisai dalam pengamatan.

9) Belajar untuk belajar: bentuk belajar ini jauh lebih luas karena mencakup semua bentuk belajar diatas.

(49)

30 c. Menurut Robert M. Gagne

Bentuk atau jenis belajar berjumlah jauh lebih dari satu saja. Robert M. Gagne memjabarkanya dalam sistematika “Lima

Jenis Belajar”, yaitu sebagai berikut:

1) Informasi verbal (verbal information): pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.

2) Kemahiran intelektual (intellectual skill): kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambing/symbol (huruf, angka, kata, gambar).

3) Pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy): suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kemahiran-kemahiran intelektual diatas, maka diberi nama tersendiri supaya tidak dicampur-adukkan dengan konsep dan kaidah.

4) Ketrampilan motorik (motor skill): mampu melakukan suatu rangkaian gerak gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

(50)

31 3. Tipe Belajar

a. Tipe belajar menurut Robert M. Gagne

Gagne membagi menggolongkan tipe belajar menjadi delapan yang bias disebut sebagai Sistematika “Delapan Tipe

Belajar”.

1) Tipe I, belajar signal yaitu sesuatu (B) menjadi tanda bagi hal yang lain, yang biasanya menimbulkan reaksi tertentu (A). lama kelamaan, B akan menimbulkan reaksi yang mula-mula hanya diberikan terhadap A, meskipun A sudah tidak ada. 2) Tipe II, belajar membuat suatu gerakan, demi memperoleh

sesuatu yang memberikan kepuasan. Gerakan ini melibatkan kejasmanian maka disebut “gerakan motorik” yang dilakukan dengan kehendak sendiri.

3) Tipe III, belajar membuat suatu seri gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya terbentuk suatu rangkaian gerakan dalam urutan tertentu. Melakukan aktivitas jasmani dengan kehendak sendiri tetapi rangkaian kegiatan meliputi lebih banyak aktivitas bergerak dan bersifat lebih kompleks.

(51)

32

sejumlah kata dalam urutan yang tepat, anak harus menguasai masing-masing bagian atau baris lebih dahulu.

5) Tipe V, belajar diskriminasi yang jamak. Hasil dari cara belajar ini ialah kemampuan untuk membeda-bedakan antara obyek-obyek yang terdapat dalam lingkungan fisik yang berbadan. 6) Tipe VI, belajar konsep. Cara belajar ini menghasilkan konsep. 7) Tipe IV, belajar kaidah. Cara belajar ini menghasilkan suatu

kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep. Pengungkapan hubungan atau relasi tetap diantara konsep-konsep itu biasanya dituangkan dalam bentuk suatu kalimat. 8) Tipe VIII, belajar memecahan problem. Cara belajar ini

menghasilkan suatu prinsip yang dapat dipergunakan dalam pemecahan suatu problem.

4. Prinsip-prinsip belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut Mustaqim (2001: 69) adalah sebagai berikut:

a. Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu. b. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan

ulangan.

c. Belajar lebih berhasil jika memperi sukses yang menyenangkan. d. Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan

(52)

33

e. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.

f. Proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain. g. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam di si

pelajar.

h. Ulangan dan latihan perlu, akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

5. Faktor-faktor Belajar

Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi, faktor-faktor serta kondisi yang mendorong perbuatan belajar bisa diringkas sebagai berikut:

a. Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis, pengalaman dasar).

b. Penguasaan alat-alat intelektual.

Kecakapan-kecakapan intelektual sebenarnya berfungsi sejak awal kehidupan. Biasanya digunakan oleh individu ketika mengahadapi tuntuntan-tuntutan lingkungan seperti bahasa bilangan, membaca, menulis, pengertian-pengertian kwantitatif tingkat tinggi, mengarang, bahasa asing dan logika. Tak perlu ditanyakan lagi, alat-alat ini sangat membantu dalam belajar.

(53)

34

Belajar akan lebih efektif apabila periode latihan disusun terpencar, belajar 6 jam sehari akan lebih baik dipendekken menjadi 3 hari, tiap hari 2 jam.

d. Penggunaan unit-unit yang berarti.

Belajar dikehendaki adanya pola sambutan, pola ini harus mengandung arti dan dapat pula berarti dalam kehidupan sehari-hari.

e. Latihan yang aktif.

Sesorang tidak bias belajar berenang, menulis, berbicara bahasa asing, menari dan sejenisnya, hanya dengan melihat orang lain melakukan hal-hal tersebut. Tetapi individu hanya bisa belajar sesuatu dengan mengerjakan/ melakukan sendiri atau berpikir sendiri.

f. Kebaikan bentuk sistem.

g. Efek penghargaan (reward) dan hukuman. h. Tidakan-tindakan pedagogis.

i. Kapasitas dasar.

Menurut Slameto (1988: 60 – 74), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu:

1. Faktor Intern

a. Faktor jasmaniah: faktor kesehatan dan cacat tubuh.

(54)

35 c. Faktor kelelahan. 2. Faktor Ekstern

a. Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standard pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudahh mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010: 33). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana, 2005 : 22 )

Hasil belajar merupakan akibat yang diperoleh berdasarkan sesuatu yang telah dipelajarinya dan memiliki manfaat terhadap diri si pebelajar.

6. Klasifikasi Hasil Belajar

(55)

36 a) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c) Ranah Psikomotor

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Adaenam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakandasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

7. Penilaian Hasil Belajar

(56)

37

untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik maupun antar peserta didik, sehingga memuat angka dan deskripsi dengan bobot yang proposional.

B. Metode Jarimatika 1. Pengertian

Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos”: yang artinya

cara atau jalan yang ditempuh. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 910). Maka dalam hal ini metode adalah suatu cara yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian metode dalam hal perhitungan merupakan suatu cara, solusi, maupun alat bantu guna menemukan jawaban secara cepat dan akurat. (Prasetyono, 2009 : 147)

(57)

38 2. Sejarah Jarimatika

Sesungguhnya, metode berhitung dengan jari (finger counting) sudah dikembangkan sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan jauh sebelum teknik penulisan ditemukan. Metode ini sudah dipraktikkan pada perhitungan, meskipun dalam bentuk sederhana. Dahulu orang-orang menggunakan jari tangnan untuk menghitung benda-benda yang dimilikinya, dan hitungan bilangan pun masih dalam jumlah terbatas, yakni 1, 2, dan 3. Beberapa orang memakai dasar angka 2 pada perhitungan 1, 2, 2-1, 2-2, 2-2-1. Ada juga yang memanfaatkan dasar perhitungan angka 3, yaiu 1, 2, 3, 3-1, 3-2, 3-3, 3-3-1, dan seterusnya.

Awalnya, orang-orang mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menjadi pemburu hewan ataupun pengembara. Seiring perubahan waktu, mereka mulai menetap disuatu tempat dan bercocok tanam disana. Saat itu, metode perhitungan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Mereka menggunakan jari tangan dan kaki sebagai alat hitung, sehingga terhimpunlah angka 1 – 20 sesuai jumlah jari tangan dan kaki.

(58)

39

Boleh jadi penggunaan kerikil dapat mengatasi keterbatasan perhitungan dengan angka-angka tertentu.

Beberapa peradapan kuno mengembangkan alat bantu hitung yang berbeda-beda, misalnya abakus (Romawi), sempoa (Cina), suapan/soroban (Jepang), dan quipu (Inca). Kini kita mengenal alat bantu hitung yang disebut kalkulator, yang merupakan hasil pengembangan teknologi perhitungan dengan jari tangan. Sesungguhnya sistem operasi bilangan dengan jari tangan menjadi dasar operasi bilangan modern yang dinamakan aritmetika.

Sebenarnya banyak alat bantu hitung yang bisa digunakan, seperti chisanbop, kabukistar, kalkulator jari, wedamatika dan hensis. Semua bertujuan mempermudah dalam perhitungan. Semua metode tersebut dinilai penting saat siswa menyelesaikan soal ujian yang tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu hitung, misalnya kalkulator. Metode ini juga diperlukan ketika kita ingin berhitung secara cepat dan akurat. Meskipun beragam metode perhitungan memiliki dasar yang sama dan sederhana, tetapi metode-metode itu sangat berguna bagi peningkatan mental, menumbuhkan rasa percaya diri, dan sebagai dasar kemampuan berhitung.

(59)

40

1960. Selanjutnya, ada juga metode perhitungan yang semakin terkenal di kalangan masyarakat, yaitu jarimatika, yang dipopulerkan oleh Septi Weni Wulandani.

Jarimatika (jari kalkulator atau kalibataku) yang diperkenalkan oleh Drs. Hendra Bc maupun Septi Weni Wulandani memiliki satu kesamaan dengan chisanpop, terutama dalam operasi perkalian dan pembagian. Disini yang membedakan keduanya adalah perwakilan jari saat menunjukkan nilai (bilangan) tertentu. Chisanbop, bilangan 1, 2, 3, dan seterusnya dimulai dari jari telunjuk. Sementara itu pada jarimatika, penunjukan nilai (bilangan) dimulai dari jari kelingking. (Prasetyono, 2009 : 117)

3. Kelebihan dan Kekurangan a. Kelebihan jarimatika:

1) Memberikan visualisasi proses berhitung. Cara ini mempermudah peserta didik baik di kelas rendah maupun kelas atas untuk menyerap dan mengingat ilmu cara menghitung.

2) Menggembirakan anak saat digunakan. Menggerakkan jari membuat anak tidak mudah mengantuk karena mereka merasa belajar sambil bermain jari tangan.

(60)

41

4) Cara penyampaiannya menyenangkan dengan adanya penyeimbangan dan pengoptimalan antara otak kanan dan otak kiri.

5) Alatnya gratis, selalu dibawa dan tidak dapat disita (Wulandani, 2008:1)

b. Kelemahan jarimatika:

1) Karena jumlah jari tangan terbatas maka operasi metematika yang bisa di selesaikan juga terbatas

2) Tidak semua pembagian dapat diselesaikan dengan jarimatika. 3) Jarimatika dalam menghitung pembagian tidak bisa dilakukan

jika bilangan yang dibagi maupun bilangan pembaginya kelipatan 5 (lima).

4) Dibutuhkan kesabaran yang tinggi dalam mempelajarinya. 5) Dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai level tertinggi. 4. Langkah-langkah jarimatika

Langkah-langkah jarimatika yang digunakan ini mengacu pada bukunya Trivia Astuti. Jarimatika dalam pembagian, tangan kanan berfungsi sebagai bilangan pembagi sedangkan tangan kiri berfungsi sebagai hasil bagi. Jika ada bilangan yang tidak bisa dihitung dengan menggunakan jarimatika sebaiknya dihitung dengan menggunakan cara bersusun.

1) Pembagian dua angka

(61)

42

Tabel 2.1 Formasi Jari Pembagian Dua Angka Simbol Tangan

Kanan

Angka Symbol Tangan

Kiri 1 atau 6

2 atau 7

3 atau 8

4 atau 9

(62)

43 2) Pembagian tiga angka

a) Formasi tangan kanan menunjukkan satuan dari 1 – 9 Gambar 2.1 Formasi Tangan Kanan 1 – 9

b) Formasi tangan kiri menunjukkan puluhan dari 10 – 90 Gambar 2.2 Formasi Tangan Kiri 10 – 90

5. Penerapan Metode Jarimatika dalam Menghitung Pembagian a. Pembagian dua angka

Cara untuk menyelesaikan operasi pembagian dua angka, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

(63)

44

2) Ambil satuan dari bilangan yang dibagi. Contoh bilangan yang dibagi adalah 46, ambil satuannya yaitu 6. Satuan dibagi dengan bilangan yang tertutup pada jari kanan. Jika tidak bias dibagi, maka jumlahkan satuan dengan 10 terlebih dahulu. 3) Untuk memperoleh hasilnya dengan cara menutupkan jari

sebanyak hasil pembagian pada tangan kiri. Menutup jari dimuali dari jempol.

Contoh Soal: 24 : 6 = … ?

Penyelesaian

1) Langkah 1 : tangan kanan menunjukkan angka 6 Jumlah jari yang ditutup 4

2) Langkah 2 : bilangan yang dibagi adalah 24, ambil satuannya yaitu 4. Satuan dibagi dengan bilangan yang tertutup yaitu 4. 4 : 4 = 1

(64)

45

Tutup satu jari pada tangan kiri.

Formasi jari = 4 Jadi. 24 : 6 = 4 b. Pembagian tiga angka

Operasi pembagian tiga angka adalah sebagai berikut:

1) Pembagian dimulai dari ratusan, jika tidak bisa maka harus mundur satu angka. Bagi ratusan dengan bilangan pembagi. Hasil pada pembagian ratusan disimpan sebagai puluhan. 2) Cek hasil pembagian.

3) Jumlahkan sisa dengan satuan, lalu bagi dengan bilangan pembagi.

4) Jumlahkan dengan hasil 5) pembagian pertama. Contoh Soal :

180 : 3 = … ?

Penyelesaian 1 8 0

Satuan Puluhan

(65)

46

1) Langkah 1: bagi ratusan dengan bilangan pembagi. Bilangan yang dibagi terlebih dahulu adalah 18.

18 : 3 = 6

Simpan hasilnya sebagai puluhan di tangan kiri.

2) Langkah 2 : cek hasil bagi pembagian. 3 x 6 = 18

18 – 18 = 0

3) Langkah 3 : cek hasil pembagian. Jumlahkan sisa dengan satuan lalu bagi dengan 3.

( 0 + 0 ) : 3 = 0

Jadi hasilnya adalah 60. C. Matematika Kelas III MI

Hollands (1983: 81) “Matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Pada suatu tingkat rendah ada ilmu hitung, aljabar, dan ilmu ukur, tetapi setiap ini telah diperluas pada tingkat yang lebih tinggi dan banyak cabang baru yang bertambah. Ilmu ukur segitiga, topologi, mekanika, dinamika, statistika, peluang, analisis dan logika, dan masih ada lagi. Masih ada banyak ketentuan yang mungkin dari matematika, tetapi tidak ada diantaranya dapat menerangkan

(66)

47

dengan tepat seperti suatu pokok yang kompleks. Misalnya: Matematika adalah pelajaran pola dan hubungan-hubungan dan alat yang mewakili dan yang menghubungkan mereka”.

Menurut Direktorat Kelembagaan Agama Islam (2004: 173) Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Kata “matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”,

juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Nah, jika menilik secara harafiah sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut dengan matematika. Karena kalau kita tidak suka metematika itu berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita selama ini masih menganggap matematika itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu matematika. (Sriyanto, 2007: 12)

(67)

48

peserta didik apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Maka suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh peserta didik di bawah bimbingan guru (guided re-invention). Pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk menemukan kembali, membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan focus dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, pembelajaran harus diawali dengan mengajukan permasalahan sehari-hari yang sering ditemukan peserta didik. Masalah tak harus tertutup ataupun mempunyai solusi tunggal, tetapi dapat terbuka atau dicoba diselesaikan dengan berbagai cara.

1. Ciri-ciri Matematika

Sriyanto (2007) mengemukakan ciri-ciri matematika adalah sebagai berikut:

a. Memiliki obyek yang abstrak

(68)

49 b. Memiliki pola pikir deduktif

Matematika dikembangkan melalui deduksi dari seperangkat anggapan-anggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai kebenarannya dan dianggap saja benar.

2. Fungsi Matematika

Menurut Direktorat Kelembagaan Agama Islam (2004: 173) Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri, dan pengelolaan data. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika

a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

(69)

50

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. 4. Ruang lingkup

Ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, dan pengelolaan data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi sifat dan unsur bangun datar dan bangun ruang serta menentukan keliling, luas dan volume dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan, dan mengolah data. 5. Prinsip Belajar Matematika Permulaan

Pengerjaan (operasi) hitung dalam matematika akan selalu menggunakan tanda-tanda pemisah (notasi) dari kelas satu sampai ke sekolah lanjutan. Oleh karena itu anak/ peserta didik harus diupayakan untuk memahami himpunan dengan sebaik-baiknya.

(70)

51

lebih dulu apa itu lambing bilangan dan nama bilangan ( Simanjuntak dkk, 1993: 95).

Penelitian pada kelas III ini mengenai menghitung pembagian, penjabarannya adalah sebagai berikut:

6. Pengertian Menghitung

Menghitung adalah melakukan kegiatan operasi hitung yaitu menjumlah, mengurangi, mengalikan atau membagikan.

Konsep matematika menurut Raharjo dkk (2009: 10) pembagian adalah “a : b = ... artinya adalah ada sekumpulan benda

sebanyak a dibagi rata (sama banyak) dalam b kelompok”. Maka cara membaginya dilakukan dengan pengambilan berulang sebanyak bsampai habis dengan setiap kali pengambilan dibagi rata ke semua kelompok. Banyaknya pengambilan ditunjukkan dengan hasil yang didapat masing-masing kelompok. Hasil bagi adalah banyaknya pengambilan/banyaknya anggota yang dimuat oleh masing-masing kelompok.

Pembagian adalah suatu operasi pada bilangan-bilangan yang dapat ditafsirkan dalam berbagai cara.

(71)

52

b. Memecah atau membagi. Bilangan atau besaran yang dibagi (saham) dibagi sama ke dalam bilngan yang ditentukan. Contoh: 24 : 3. 24 dibagi dalam tiga bagian yang sama menghasilkan 24 : 3 = 8.

c. Perbandingan. Perbandingan dibuat antara dua besaran. Membandingkan panjang dari 20 cm dan 30 cm diperoleh suatu perbandingan dari 20/30 atau 2/3. Ini dibaca dengan suatu perbandingan dari 2 dengan 3.

d. Kebalikan dari perkalian. Misalnya 20 : 5 adalah setara dengan menemukan, dengan berapa 5 harus dikalikan untuk memperoleh 20. Ini dapat dituliskan 5 x … = 20 atau 5x = 20. Maka kita menemukan harga dari … dan x, yang memuat persamaan-persamaan benar. (Hollands, 1983 : 103)

7. Materi Pembagian

a. Menyelesaikan Pembagian dengan cara Bersusun Panjang dan

(72)

53 1) Cara Bersusun Panjang

Perhatikan contoh berikut:

(73)

54 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus

Tahap pra siklus merupakan tahap pengumpulan data pada saat sebelum dilaksanakan penelitian. Peneliti mengumpulkan data dan informasi dengan cara melakukan dialog dengan guru kelas IIIB MI Ma’arif Mangunsari Salatiga serta observasi terhadap pembelajaran matematika sebelum menggunakan metode yang telah ditetapkan. Data yang didapatkan dalam pra siklus ini menjadi acuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa kelas IIIB dalam materi menghitung pembagian.

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan

Dalam tahap ini mencakup kegiatan sebagai berikut:

a. Waktu pelaksanaan tindakan kelas siklus pertama yaitu dilaksanakan pada tanggal 21 November 2014

b. Menyiapkan RPP

Menyiapkan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus I. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus ini adalah:

(74)

55 Kompetesi Dasar :

- Menentukan letak bilangan pada garis bilangan - Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka

- Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka

Indikator Kompetensi :

 Mengetahui bilangan pembagi, bilangan yang dibagi dan hasil bagi.

 Mengingat fakta dasar pembagian.

 Melakukan pembagian dua angka dengan satu angka dibawah 100.

c. Penyiapan Perangkat

Perangkat yang disiapkan dalam siklus I meliputi absensi, lembar pengamatan, lembar penilaian dan soal. Absensi digunakan untuk mengetahui kehadiran siswa. Lembar pengamatan disusun dalam melakukan pengamatan terhadap seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran. Lembar penilaian disusun untuk mengetahui hasil nilai siswa. Lembar soal disusun untuk mengetahui kemampuan siswa. 2. Pelaksanaan

(75)

56

Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode jarimatika. Berikut adalah langkah kegiatan tindakan kelas siklus I.

a. Kegiatan Awal 1) Salam 2) Doa bersama 3) Absensi 4) Apersepsi

5) Guru mengingatkan pembagian dengan konsep dasar. 6) Siswa mengerjakan Pre Tes

b. Kegiatan Inti

1) Sebelum mempelajari jarimatika, siswa terlebih dahulu perlu mengenal konsep dasar pembagian.

(76)

57

kelereng tersebut adalah jawaban dari soal pembagian 12/4, yang sama dengan 3.

Gambar 3.1 Aplikasi penggunaan barang-barang sekitar untuk memahami konsep pembagian.

2) Sebelum mempelajari jarimatika, siswa terlebih dahulu melakukan yel-yel jarimatika sebagai berikut

“jari dan jempol tangan digoyang”

“jari dan jempol kaki digoyang”

“jari dan jempol kepala di goyang”

“Jari dan jempol pensil di genggam”

“jarimatika… oke deh…”

3) Kenalkan lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika. Awali dengan tangan kanan yang menunjukan sebagai bilangan pembagi 1 – 10 dan tangan kiri menunjukan sebagai hasil bagi 1 – 10.

= 12 kelereng 12 kelereng dibagi ( : ) menjadi 4 dibutuhkan berapa kotak agar bisa terbagi sama rata.?

(77)

58

4) Ajak siswa untuk mendemonstrasikan formasi jari tangan yang menunjukan angka-angka itu.

5) Melakukan operasi pembagian menggunakan tangan kanan dan tangan kiri.

Contoh: 12 : 4 = 3

6) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum dipahami

7) Siswa mengerjakan Post Tes c. Kegiatan Akhir

1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran 2) Guru bersama siswa membaca hamdalah untuk mengakhiri

pelajaran.

3) Guru mengucapakan salam. 3. Pengamatan

Gambar

Gambar 1.1 Siklus PTK menurut Kemmis & McTaggart,
Tabel 1.2 Tingkat Keberhasilan Siswa Sesuai Kriteria
Tabel 2.1 Formasi Jari Pembagian Dua Angka
Gambar 2.1 Formasi Tangan Kanan 1 – 9
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Nama Obyek : Nama objek dari Skripsi Studio Desain Komunikasi Visual ini adalah “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Air Terjun Blemantung di Pujungan” yang

Dengan uji koefisien determinasi atau penentu diperoleh hasil 25,28% variabel produktivitas (Y) ditentukan oleh keterlibatan kerja (X) pada PT.Astra Honda Motor Jakarta

Faktor terpenting yang berpengaruh pada proses pembuatan pulp dengan proses kraft adalah rasio cairan pemasak (AA charge ) yang berfungsi untuk mendegradasi dan melarutkan

Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan PT BPRS Harta Insan Karimah Ciledug bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Desember

Arah hubungan yang timbul antara ukuran dewan komisaris dengan Internet Financial Reporting (IFR) adalah berpengaruh positif karena semakin banyak jumlah

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengembangkan aplikasi Hot Billing yang dapat digunakan untuk kebutuhan perhitungan tarif pada wartel VoIP yang menawarkan jasa

Pilihlah jawaban yang paling cocok dengan keadaan Saudara yang sebenarnya, dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan tersebut.. Sl = bila pernyataan tersebut