IMPLEMENTASI NILAI-NILAI
PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK
PESANTREN AGRO NUR EL FALAH
PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK
PESANTREN AGRO NUR EL FALAH
MOTTO
Jika Anda Memiliki Keberanian Untuk Memulai
Anda Juga Memiliki Keberanian Untuk Suk
ses
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karyaku ini untuk :
Ayahanda Jamari dan ibunda Jumarni (almarhumah)
Karena dengan bimbingan, kasih sayang dan doa restu keduanyalah aku mampu
melangkah ke depan dengan penuh optimis untuk meraih cita-citaku
yang menjaga dan selalu mendoakanku
Adikku semata wayang yang membuatku tersenyum dan bangga,
Ustadz Usman Mansur Sekeluarga Yang sudah menjadi pengasuh di pondok
pesantren, yang selalu saya nantikan petuahnya
Kepada Ustadzah Durrotur Rosidah selaku kepala SMK-SPP Dharma Lestari
yang telah memberikan bimbingan, arahan, semangat
dan kasih sayang yang luar biasa
Temen-teman aku seperjuangan sekamar di pondok pesantren Agro Nur
El Falah Salatiga
KATA PEGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan
Sebuah kewajiban yang tidak dapat ditawar dalam melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam (PAI), maka dengan segala daya dan upaya penulis menyelesaikan karya imliah dalam bentuk skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AGRO NUR EL FALAH”
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih setulusnya kepada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Pembantu Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Pembimbing skripsi, bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil, yang telah membimbing saya dengan penuh ketelatenan dan kesabaran
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan sehingga studi ini selesai.
Salatiga yang telah member ijin dan memberikan informasi dalam penelitian ini.
6. Kepada Kepala SMK-SPP Dharma Lestari ibu Durrotur rosidah, S.Ag yang sudah memberi arahan serta kelonggaran waktu untuk pengerjaan skripsi 7. Segenap keluarga besar, teman sahabat-sahabat terbaik yang menyertai dan
mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini
Terimakasih atas semua yang kalian berikan, semoga apa yang pernah penulis dapatkan dari kalian menjadi manfaat dan barokah bagi kita semua amin.
Dengan segenap kesadaran, penulis mengakui bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala respon, saran kritik dari pembaca yang budiman. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mau mengambil manfaat darinya amin.
ABSTRAK
Juliono. 2015. Implementasi Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok Bagi Santri Di Pondok Pesantren Agro Nur El Falah. Skripsi Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag, M.Phil
Kata Kunci:Implementasi Panca Jiwa Pondok
Pondok pesantren mempunyai peranan yang besar dalam dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan Islam. Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berahklaq mulia untuk mencapai semua itu maka perlu adanya manajemen pendidikan di pondok pesantren tersebut, seperti pondok pesantren Agro Nur El Falah Kota Salatiga. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok bagi santri di pondok pesantren Agro Nur El Falah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep nilai-nilai panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nur El Falah? (2) Bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok dalam kehidupan di pondok pesantren Agro Nur El Falah ? (3) Faktor apakah yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data-data yang diperoleh dari objek penelitian dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara mendeskripsikan data dari informan, mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian, kemudian dianalisis oleh penulis, dan disimpulkan untuk menjawab penelitian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Panca Jiwa Pondok ... 19
2. Jiwa Kesederhanaan ... 23
3. Jiwa Berdikari... 24
4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah ... 25
5. Jiwa Kebebasan… ... 27
C. Pondok Pesantren ... 27
1. Pengertian Pondok Pesantren ... 27
2. Macam-Macam Pesantren ... 29
3. Elemen-Elemen Pondok Pesantren... 31
4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren... 34
5. Fungsi Pondok Pesantren ... 37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data ... 38
1. Sejarah Pondok Pesantren Agro Nur El Falah ... 38
2. Maksud dan Tujuan Pondok Pesantren Agro Nur El Falah ... 39
3. Visi dan Misi ... 41
4. Sumber Pemasukan Pondok Pesantren Agro Nur El Falah ... 41
5. Pengasuh dan Pengurus Pondok Pesantren Agro Nur El Falah 42 6. Kegiatan Pendidikan ... 45
7. Santri Pondok Pesantren ... 47
8. Sarana dan Prasarana ... 53
B. Data Informan ... 55
C. Temuan Penelitian... 60
2. Implementasi Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok Bagi Santri Pondok
Pesantren ... 65
3. Factor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Nilai Pendidikan Dalam Panca Jiwa Pondok ... 66
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok ... 70
1. Keikhlasan ... 70
2. Kesederhanaan... 71
3. Berdikari ... 72
4. Ukhuwah islamiyah ... 72
5. Kebebasan... 73
B. Implementasi Dalam Kehidupan Di Pesantren ... 74
C. Factor yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok... 75
1. Faktor Pendukung ... 76
2. Lingkungan Penghambat ... 77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79
B. Saran... 80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren mempunyai peranan yang besar dalam dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan Islam. Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berahklaq mulia diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengkombinasikan ketiga aspek tersebut, tidak hanya menekankan aspek kecerdasan kognitif semata, akan tetapi juga menekannkan pada aspek afektif dan psikomotor, yaitu dengan mengajarkan nilai-nilai dan norma yang sesuai dengan syari’at Islam serta membekeli para santri dengan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan pernyataan Setyo Rini :
Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan kegamaan yang berperan besar dalam pengembangan masyarakat terutama pada masyarakat desa, sejak awal fungsi pondok pesantren adalah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan terutama lebih dititik beratkan pada kegiatan belajar mengajari ilmu-ilmu keagamaan. Anggapan yang salah masyarakat awam kerap menyamaratakan kehidupan pesantren. Di mana para santri hanya mengkaji ilmu-ilmu agama, tanpa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari padahal tidak semuanya anggapan itu benar (Setyorini. 2003:19-20).
dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh Ulama abad ke 15 dengan menggunakan bahasa arab. Kedua adalah pondok pesantren modern merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan sistem belajar secara tradisional (Ghazali, 2003:14).
Setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal ataupun non formal pasti bertujuan untuk mengembangkan peserta didiknya kearah yang lebih baik, salah satu cara agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah dengan melaksanakan manajemen pendidikan yang berkualitas dalam suatu lembaga pendidikan. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal juga menerapkan manajemen pendidikan agar peserta didik (santri) yang belajar di pondok tersebut dapat berkembang secara maksimal baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Tidak mungkin lembaga pendidikan itu mengeluarkan lulusan yang baik kalau manajemennya dalam suatu pondok tersebut tidak baik pula.
Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional yang isinya menetapkan tentang ujian akhir nasional program wajib belajar 9 tahun pada Pondok Pesantren salafiyah, pendidikan keagamaan berbentuk madrasah diniyah, pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis (UU No 20 tahun 2003). Menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 Pesantren menjadi salah satu komponen terpenting dalam pendidikan keagamaan, berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dan menjadi ahli dalam bidang agama. Pondok pesantren dan semua sistem yang ada di dalamnya mendapat pengakuan seteleh diberlakukannya UU No 20 tahun 2003.
Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yang didirikan oleh bapak H. Dharmo Supono selaku pengusaha muslim sukses dan sangat berkeinginan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu dan khususnya anak yatim piatu. Panca Jiwa Pondok bagi santri Pondok Pesantren Agro Nur El Falah mungkin sudah tidak asing lagi karena setiap tahun dalam acara penyambutan santri baru selalu disampaikan. Panca Jiwa Pondok tersebut adalah Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah, Kebebasan. Lima hal yang ditanamkan dalam jiwa semua santri oleh pengasuh ponpes, bukan hanya dalam acara penyambutan akan tetapi dalam upacara bendera, pramuka, dan juga kegiatan-kegiatan lain.
Pengasuh sudah sering menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam panca jiwa dengan tegas dan lugas, akan tetapi belum tentu semua santri dapat menyerap sesuai dengan apa yang sudah disampaikan, karena santri berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi daerah, lingkungan, keluarga, perekonomian, dan lain-lain. Beberapa perbedaan latar belakang tersebut sangat berpengaruh terhadap minat santri dalam belajar dan tentunya daya tangkap/serap para santri juga sangat berbeda. Disamping karena daya serap yang berbeda sudah tentu cara berfikir masing-masing berbeda dan kesimpulan atau inti materi yang ditangkap juga berbeda, hal yang wajar apabila setiap anak memiliki persepsi/pandangan yang berbeda tentang nilai-nilai panca jiwa pondok. Bukan hanya persepsi yang berbeda, namun bisa saja cara mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari juga berbeda.
faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam mengamalkan panca jiwa pondok.
Besar harapan peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian ini mengingat sangat pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam panca jiwa pondok, baik itu dari pengasuh, santri dan seluruh elemen pondok. Dari uraian di atas, merupakan beberapa hal yang melatarbelakangi serta menghantarkan kepada penulis untuk membahas dalam sebuah skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AGRO NUR EL FALAH”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki beberapa hal sebagai fokus penelitian dan tujuan dalam penelitian “Panca Jiwa Pondok” Ponpes Agro Nur El Falah yang meliputi.
1. Bagaimana konsep nilai-nilai panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nur El Falah?
2. Bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok pada kehidupan di pesantren?
3. Faktor apakah yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok?
C. Tujuan Penelitian.
1. Bagaimana konsep nilai-nilai panca jiwa pondok di Ponpes Agro Nur El Falah?
2. Bagaimana implementasi nilai-nilai panca jiwa pondok pada kehidupan di pesantren?
3. Faktor apakah yang mendukung dan menghambat implementasi panca jiwa pondok?
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan kegunaan sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis
a. Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan tentang panca jiwa pondok di ponpes Agro Nuur El Falah.
b. Berguna untuk mengangkat citra bimbingan Pendidikan keagamaan khususnya dalam dunia Pendidikan Pesantren.
c. Memberikan sumbangan fikiran dan informasi kepada pengelolaan Pesantren dalam menanamkan panca jiwa pondok.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi pembaca yaitu memberi pengetahuan tentang panca jiwa pondok ponpes Agro Nuur El Falah dan menjadikan pembaca mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok. b. Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai fokus penelitian
dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan panca jiwa pondok dalam kehidupan di pesantren.
c. Bagi peneliti
Mempunyai ilmu yang baru dan bermanfaat serta sebagai pengetahuan dalam bidang nilai-nilai pendidikan yang semakin merosot karena kemajuan teknologi dan karakter santri di pesantren.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak terjadi pembiasaan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu di ketahui maksud dari istilah dalam judul di atas.
1. Pengertian Nilai-Nilai Dalam Panca Jiwa Pondok
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Panca Jiwa Pondok adalah lima jiwa atau ruh bagi para asatidz, santri dan
seluruh elemen pondok pesantren
2. Panca Jiwa Pondok
Panca jiwa pondok sebagaimana yang tercantum dalam profil Ponpes
Agro Nuur El Falah tahun 2005 adalah jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah Islamiyah, dan jiwa kebebasan
3. Pesantren.
Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan pendidikan lainnya (Departemen Agama RI, 2003:1). Pengertian lain sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih di kenal dengan sebutan “kyai” (Ghofur, 2009:80). Jadi dalam pesantren para santri atau murid tingal bersama dengan kyai atau guru mereka dalam satu komplek tertentu sehingga dapat menimbulkan kekhasan pesantren.
Pesantren yang di maksud oleh penulis dalam penelitian ini adalah tempat bagi para santri untuk melakukan kegiatan yang ada di dalam pondok sehingga lebih mudah dalam mengikuti proses pembelajaran yang diselenggarakan pondok.
F. Metode Penelitian.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, menurut Bogdam dan Tylor dalam Meoleong (2009:4). Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup laporan dan foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa deskripsi atau gambaran nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok di pondok pesantren Agro Nuur El Falah Kota Salatiga tahun 2014. Dari uraian di stas maka jenis penelitian ini adalah field research.
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka pengumpulan data yang akan diolah menjadi deskripsi. Penelitian dilaksanakan dalam dengan cara wawancara dan pengamatan aktifitas sehari-hari, maka peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam rangka pengumpulan data.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian
komponen pondok pesantren yaitu pengasuh selaku pimpinan ponpes, asatidz sebagai pendidik, pengurus organisasi santri sebagai motorik pondok, dan santri sebagai anggota masyarakat pondok pesantren.
b. Waktu Penelitian
Penelitian tentang nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok ini dilaksanakan pada 20 s.d 31 Januari 2015 .
4. Sumber Data
Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (skunder).
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertanyaan (Suryabrata, 2003:39). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber data primer di sini adalah:
NO NAMA JABATAN
1 KH. Usman Mansur, BA Pengasuh
2 Durrotur Rosidah, S.Ag Kepala SMK
3 Sabilal Huda, S.Th.I Dewan Asatidz
4 Nur Sholeh S.Pd.I Dewan Asatidz
5 Muhibur Rohman, S,Pd.I Dewan Asatidz
6 Najmu Tsakib Dewan Asatidz
8 Maulidi Ahsan Pengurus Organisasi
9 Muhammad Muslih Pengurus Organisasi
10 Ridho Prahasto Pengurus Organisasi
11 Nur Cholis Santri
12 Bagus M. Khusnan Santri
13 Sepria Rais Santri
14 Irfanuddin Santri
15 Muhammad Dhafari Santri
b. Data Sekunder.
Data skunder adalah data yang sudah tersusun dan sudah dijadikan dalam bentuk dokumen-dokumen (Suryabrata, 2003:40).
Adapun sumber data sekunder di sini adalah buku-buku yang terkait dengan Manajemen Pendidikan, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah.
5. Teknik Pengumpulan Data.
Wawancara (interview) yaitu proses tanya jawab lesan dalam 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri suaranya (Sukkandarrumidi, 2004:88). Dalam arti lain bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara penghimpunan bahan-bahan keterangan yang di laksanakan dengan melakukan dan dengan arahan serta dengan tujuan yang lebih ditentukan, dalam penelitian ini metode wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data, dan dalam hal ini data tentang nilai pendidikan agama Islam dalam panca jiwa pondok beserta implementasi dalam kehidupan di pesantren. Nara sumber dari wawancara ini adalah seluruh lapisan dalam ponpes, karena data yang akan digali berupa data kehidupan keseharian di ponpes. Dalam penggalian data ini instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.
b. Observasi.
kegiatan-kegiatan keseharian dalam pesantren. Dalam observasi ini yang menjadi objeknya antara lain aktifitas santri apakah sudah mencerminkan pengamalan dari panca jiwa pondok sebagaimana yang diharapkan pengurus pondok.
c. Dokumentasi.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis dari Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah, dan dalam hal ini dokumentasi digunakan untuk menggali profil tentang pondok pesantren Agro Nuur El Falah.
6. Analisis Data.
Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperole hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan.
a. Pengumpulan data.
Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan data baik menggunakan metode wawancara, pengamatan maupun observasi, data yang terkumpul masih berupa data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu dipilih data yang penting dan tidak. b. Reduksi data.
Reduksi data dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih fokus dan tajam, karena data yang menumpuk belum dapat memberi gambaran yang jelas. Reduksi data merupakan penyederhanaan yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai upaya untuk mengorganisasikan data dan memudahkan penarikan kesimpulan.
c. Penyajian data.
Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data akan langsung disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil penelitian ini. d. Kesimpulan.
Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan diverifikasi, pengertian verifikasi adalah pembuktian yaitu proses proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola dan penjelasan, kemudian data disajikan dan disimpulkan. Kesimpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir.
Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena sebelumdata dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai yang sebenarnya atau kejadian (Nasution, 2003:105). Tehnik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri (Moleong, 2009:330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan yaitu:
a. Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda.
8. Tahap-tahap penelitian a. Penelitian Pendahuluan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji referensi-referensi yang berkaitan dengan manajemenn pendidikan pesantren, sekaligus mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pondok pesantren pancasila.
b. Pengembangan Desain
c. Pelaksanaan Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian secara langsung di lokasi penelitian sekaligus melihat secara seksama, agar lebih mengetahui secara detail berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian dan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.
d. Penulisan laporan
Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal pnelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi.
Sekripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
BAB I :PENDAHULUAN
Pada bab ini pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian.
Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok yang meliputi, penjabaran dari
Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah,
Kebebasan.
Pesantren yang meliputi, pengertian pondok pesantren,
macam-macam pondok pesantren, elemen-elemen pondok pesantren, sistem pengajaran dan pendidikan pondok pesantren.
BAB III :LAPORAN HASIL PENELITIAN
Paparan data dan hasil temuan. Paparan data berisi tentang sejarah berdirnya pondok pesantren Agro Nuur El Falah, maksud dan tujuan pondok pesantren Agro Nuur El Falah, Visi dan Misi, usaha pondok pesantren Agro Nuur El Falah, pengurus dan pengasuh pondok pesanten Agro Nuur El Falah, santri pondok pesantren, sarana dan prasarana. Nilai-nilai dalam panca jiwa pondok, implementasi dalam kehidupan di pesantren, factor pendukung dan penghambat implementasi nilai pendidikan dalam panca jiwa pondok di pondok pesantren Agro Nuur El Falah Kota Salatiga tahun 2015.
BAB IV :ANALISIS DATA
BAB V : PENUTUP
Mengakhiri penulisan skripsi pada bab ke lima menguraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian saran saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Panca Jiwa Pondok
1. Pengertian Nilai
Nilai dalam kamus besar bahasa Indonesia bermakna: 1. harga (dl arti taksiran harga); 2. harga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain); 3. angka kepandaian; biji; ponten; 4. banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; 5. sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan; 6. sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Secara garis besar nilai dibagi menjadi dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi(values of giving).Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih saying, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil, dan murah hati (Elmubarok, 2009:7).
Adapun pengertian nilai menurut ahli (Fauziyah, 2013:15-16) adalah sebagai berikut:
b. Green, memandang nilai sebagai kesadaran yang secara kolektif berlangsung dengan didasari emosi terhadap objek, ide dan perseorangan.
c. Woods, mengatakan bahwa nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari
d. Dalam pengertian lain, nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik dan benar serta hal-hal yang dianggap buruk dan salah.
Adapun Sidi Ghazalba (Lubis, 2009:17-18) mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan kongkrit, bukan fakta, tidak hanya sekedar soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi. Nilai itu terletak antara hubungan subjek dan objek. Seperti garam, emas, Tuhan, itu tidak akan bernilai bila tidak ada subjek yang menilai. Garam menjadi berarti setelah ada orang yang membutuhkan, emas menjadi berharga setelah ada orang yang mencari perhiasan, dan Tuhan tidak akan menjadi berarti setelah ada makhluk yang membutuhkanya. Tetapi nilai juga terletak pada barang (objek), nilai ketuhanan karena ada dalam dzat Tuhan terdapat sesuatu yang sangat berharga bagi manusia, dan dalam logam emas terdapat zat yang tidak lapuk, anti karat dan jenis keindahan lainya yang sangat berharga bagi manusia.
menjadi manusia yang haqiqi, beriman dan bertaqwa kepada Allah, dan mampu mengembangkan dirinya sesuai ajaran Islam.
.
B. Nilai-Nilai Panca Jiwa Pondok
Panca Jiwa Pondok tersusun atas tiga suku kata panca, jiwa dan pondok. Panca berarti lima, jiwa berarti seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya, dan pondok berarti madrasah dan asrama tempat mengaji, belajar agama Islam, dan sebagainya. Dari sini dapat diambil pengertian bahwa Panca Jiwa Pondok adalah lima hal yang muncul dan tertanam kuat dalam hati ustad dan para santri untuk menjalani kehidupan sehari-hari di pondok pesantren.
1. Jiwa Keikhlasan
Makna ikhlas bila dicari akar katanya berasal dari kata َﺺَﻠ ْﺧَا ُﺺِﻠ ْﺨُﯾ -ﺎًﺻ َﻼ ْﺧِأ yang berarti bersih, suci, murni, tidak ada campuranya atau cocok dan pantas. Menurut Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, ikhlas secara istilah berarti menghadirkan niat hanya karena Allah dengan upaya kuat dan sungguh-sungguh dalam berfikir, bekerja, berbuat, untuk kemajuan usahanya dengan selalu mengharap ridlo-Nya (Zarkasyi, 2011:48). Keikhlasan merurut Dr. H. Dihyatun Masqon MA, dalam Majalah Lentera Edisi II, Juni 2013 bahwa, “istilah keikhlasan sungguh sangat sulit jika hal tersebut diurai dengan definisi bahasa ataupun istilah, karena keikhlasan hanya mampu terjawab dengan tingkah laku dan perilaku atau yang dalam bahasa agama Islam disebut sebagai “akhlak”, dari akhlak inilah, seseorang mampu dikatakan ikhlas jika sesuai dengan apa yang termaktub didalam al-qur’an dan as-sunnah. Seseorang yang tingkah lakunya baik dan tidak egois terhadap dirinya dan orang lain, ketika ia berbicara tentang sesuatu yang baik maka hasilnyapun akan ikut baik, hal ini didasarkan pada ucapan yang lahir dari hati dan diiringi dengan ruh keikhlasan yang lahir dari dalam hatinya”
2. Jiwa Kesederhanaan
Sederhanaan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sedang dalam arti pertengahan, tidak tinggi tidak rendah, bersahaja; tidak berlebih-lebihan. Sedangkan kesederhanaan berarti hal (keadaan, sifat) sederhana. Berikut adalah beberapa penjabaran KH. Imam Zarkasyi tetang jiwa kesederhanaan, khususnya di pondok
Pak Zar menekankan sederhana bukan berarti bersikap pasif (bahasa Jawa narimo) atas keadaan atau nasib yang tidak dikehendaki. Bersikap sederhana bukanlah karena dipojokan oleh kemelaratan atau kemiskinan yang dihadapi, tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati, sikap berani maju terus dalam menghadapi berbagai problem sebagai konsekwensi perjuangan hidup sehingga dalam benak bersangkutan terhujam mantap sikap pantang mundur dalam berbagai kesulitan yang ada, betapapun pahit keadaannya. (Haikal, 1996:883) Kesederhanaan tidak hanya nampak dalam segi-segi lahiriyah, tetapi juga dalam segi batiniyah. Sejalan dengan ini Pak Zar menekankan, “Kesederhanaan juga tercermin dalam berpakaian, bertindak, bergerak, berbicara, dan juga dalam bersikap dan berfikir” (Haikal, 1996:883)
Allah sang pencipta juga mengajarkan kepasda manusia agar tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya kesederhanaan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al An’am ayat 141:
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
3. Jiwa Berdikari
Berdikari mengandung arti berdiri di atas kaki sendiri, bisa mengurus dirinya sendiri, tidak bergantung kepada orang lain, mandiri (Suharso, 2012:85). Kalau kita telisik lebih jauh arti dari berdikari atau mandiri, maka kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan seorang anak berfungsi otonom, berusaha ke arah terwujudnya prestasi pribadi dan tercapainya suatu tujuan
Jiwa berdikari atau jiwa kesanggupan menolong diri sendiri. Jiwa berdikari atau lebih mudahnya mandiri bukan berarti santri hanya dituntut untuk belajar dan berlatih mengurus segala macam kepentingannya sendiri tanpa bantuan atau pertolongan orang lain (Haikal, 1996:883). Mengurus diri sendiri dalam kehidupan dipondok bukanlah hal yang istimewa, karena dipondok manapun santri selalu mempersiapkan kebutuhanya sendiri, minimal keperluan pribadi.
dalam bercita-cita, berkemauan, bekerja dan berusaha, mempunyai cara hidup efektif dan produktif, serta hanya bersandar kepada Allah SWT melalui tawakkal yang benar setelah berikhtiyar secara maximal (Suharto, 2014:112). Begitu pentingya jiwa berdikari/kemandirian maka butuh pembelajaran yang ekstra, tidak hanya berupa definisi, contoh, dan teladan. Dalam hal penanama jiwa berdikari ini dibutuhkan keteladanan dan pengawalan yang ketat agar benar-benar tertanam dalam diri setiap santri. Berdikari tidak hanya cukup mampu melakukan segala sesuatu dengan tanganya sendiri atau tanpa bantuan orang lain, akan tetapi diiringi dengan kemampuan bertawakkal setelah segala daya dan upaya yang dilakukan.
4. Jiwa ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah secara garis besar dapat diartikan dengan persaudaraan yang Islami. Tidak ada persaudaraan yang hakiki tanpa dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (Suharto, 2014:118). Mengingat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain, maka Islam menegaskan bahwa setiap muslim itu adalah saudara, tanpa memandang suku, ras, social ekonomi, dan lain-lain yang saat ini banyak menjadi jurang pemisah hubungan manusia. Allah berfiman dalam Q.S Al Hujurat ayat 10:
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Islamiyah. Demikian juga KH. Imam Zarkasyi yang sangat peduli dengan ukhuwah Islamiyah
Jiwa ini tercermin dalam dalam suasana demokrasi antara para santri yang ada dalam pesantren yang akrab sehingga segala kesenangan, lebih-lebih kesedihan, dirasakan bersama salam suasana keagamaan yang utuh dan menyeluruh. Jiwa ukhuwah Islamiyah ini tidak hanya dikembangklan selama masa penggemblengan di ponpes, tetapi terus dipelihara dengan baik setelah para santri terjun dalam masyarakat. Dengan demikian dapat diharapkan mereka akan mampu melahirkan suasana persatuan di kalangan umat Islam, dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. (Haikal, 1996:884)
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa jiwa ukhuwah Islamiyah ditanamkan erat-erat sejak proses pembelajaran, pendidikan di pesantren. Dilingkungan pesantren para santri bergaul, berkomunikasi, bekerjasama, diskusi, dan lain-lain, sehingga timbul ikatan persahabatan bahkan rasa kekeluargaan. Ketika rasa persahabatan, kekeluargaan ini terbentuk dipesantren, maka sangat mungkin para santri akan tetap memegang erat nilai kekeluargaan tersebut hingga mereka terjun ke masyarakat. Bermula dari persahabatan, kemudian kekeluargaan sesama alumni, maka sangat mungkin rasa ukhuwah Islamiyah ini dapat melebar kepada masyarakat umum.
5. Jiwa Kebebasan
dengan kehendak masing-masing dan tidak bertentangan dengan aturan pondok. Santri dapat menyalurklan bakat, minat yang dimiliki kearah yang positif tentu dengan arahan dan bimbingan dari para asatidz.
“Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depannya, dan dalam memilih jalan hidup di masyarakat kelak bagi santri, dengan berjiwa besar dan optomis dalam menghadapi kesulitan sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang telah diajarkan di pesantren” (Skretariat Pondok Modern Gontor,1997:5)
Jiwa kebebasan akan terbawa hingga para santri terjun ke masyarakat, atau melanjutkan perjuangan hidup. Berbekal segala pengalaman selama di pesantren maka para santri akan mampu memilih jalan hidup yang akan ditempuh. Kebebasan dalam memilih jalan hidup ini tidak akan terlepas dari nilai-nilai Islami.
C. Pondok Pesantren
1. Pengertian pondok pesantren.
Istilah pondok pesantren berasal dari kata كوﺪﻨﻓ funduk, (bahasa arab) yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama Islam (Nasir, 2005:80). Pendapat lain tentang pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.
(pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa orang Kyai (Farida, 2007: 8).
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang membahas dan mengkaji pendidikan keagamaan terutama agama Islam. Keberadaan pesantren telah lama tumbuh dan berkembang di masyarakat, dengan pengajaran yang modern dalam mengembangkan kualitas pendidikannya untuk menjadikan santriwan dan santriwati yang sesuai dengan tujuan pendidikan dalam pesantren itu sendiri.
2. Macam-macam Pesantren.
Seiring dengan perkambangan di masa sekarang, pondok pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasianyapun telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan tradisional pada zaman dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman di masa sekarang. a. Pondok Pesantren Tradisional
Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa di berikan pengetahuan umum, model pengajarannyapun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu dengan metode sorogan dan wetonan (Ghazali, 2003:14).
Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Penjenjangan tidak di dasarkan pada satuan waktu, tetapi berdasarkan tamatnya kitab yang dipelajari.
b. Pondok pesantren Modern
Yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003:14).
Pondok pesantren khalafiyah lebih banyak yang berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama.
c. Pondok Pesantren Campuran/kombinasi
Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Barangkali, kenyataan di lapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan penegertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di atas (Departemen Agama RI, 2003:30).
Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren salafiyah pada umunya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah, Demikian juga pesantren khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan pendekatan kitab klasik (pengajian menggunakan kitab kuning) itulah yang diakui selama ini diakui sebagai salah satu identitas pokok pesantren.Tanpa menyelenggarakan kitab kuning agak janggal disebut sebagai pondok pesantren (Departemen Agama RI, 2003:30).
3. Elemen-elemen pondok pesantren.
Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan keder masa depan dengan perangkat-perangkat sebagai berikut (Ghazali, 2003:18).
a. Masjid b. Pondok c. Kyai d. Santri
Dalam penjelasannya pengertian tiap elemen pondok pesantren di atas penulis mendefinisikan sebagai berukut:
a. Masjid
Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (Ghazali, 2003:19).
Keberadaan masjid juga digunakan para kyai untuk menyelenggarakan pengajian yang sifatnya umum yakni pengajian kitab-kitab klasik yang diikuti para santri dengan masyarakat sekitar pesantren. b. Pondok
di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang di kenal dengan sebutan kyai (Ghofur, 2009: 9).
Pondok sebagai wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai operasionalisasi pendidikan yakni mendidik dan mengajar. Mendidik secara keluarga berlangsung di pondok sedangkan mengajarnya berlangsung di kelas dan mushola. Hal inilah merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan, oleh karena itu pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang pertama mengembangkan lingkungan hidup dalam arti kata pengembangan manusia dari segi mentalnya.
Selain sebagai tempat tinggal pondok/asrama merupakan tempat belajar, bermasyarakat baik dengan sesama santri maupun masyarakat sekitar serta tempat untuk menimba ilmu agama Islam sebanyak-banyaknya sebagai bekal di masyarakat dan bekal di akhirat nanti.
c. Kyai
Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah kyai. kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama dalam hal ini agama Islam (Ghazali, 2003:22).
demikian kemajuan dan kemunduran pondok pesantren benar-benar terletak pada kemampuan kyai dalam mengatur sistem pendidikan di dalam pesantren, sebab kyai sebagai penguasa baik dalam pengertian fisik ataupun yang non fisik yang bertanggung jawab demi kemajuan pesantren.
Kyai selain menjadi bagian pondok pesantren kyai juga menjadi imam atau pemimpin dalam suatu daerah dalam urusan agama bahkan ilmu umum lainya, realita masyarakat pada masa sekarang memandang kyai adalah kunci dari suatu daerah sebagai panutan untuk orang banyak.
d. Santri
Istilah santri hanya ada di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghozali, 2003:24). Santri terbagi menjadi dua:
1) Santri Mukim
Santri mukim adalah para santri datang dari tempat yang jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok (asrama) pesantren (Muliawan, 2005:158).
2) Santri Kalong.
Adalah santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren sehingga mereka tidak memerlukan untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren mereka bolak balik dari rumahnya masing-masing (Maksum, 2003:15).
Santri kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya tidak dengan menetap dalam pondok pesantren, melainkan semata-mata belajar dan secara langsung puang ke rumah setelah belajar di pesantren.
e. Pengkajian kitab-kitab kuning
Secara lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai kitab yang berwarna kuning, kerena kertas-kertas yang dipergunakan berwarna kuning atau karena terlalu lamanya kitab tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning (Ghofur, 2009: 28).
Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama-ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keIslaman seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.
4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren.
a. Sorogan
Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi para santri yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu) di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai (Departemen Agama RI, 2003:74).
Model pembelajaran sorogan ini akan lebih mudah dalam memahamkan pelajaran bagi santri karena antara pengajar dengan santri berhadapan langsung dalam proses metode ini, jika ada keterangan yang kurang memahamkan santri ustadz langsung bisa meneragkan sesuai dengan apa yang dimaksud dalam kitab tersebut. Sistem sorogan santri juga akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan membaca kitab yang langsung disimak oleh ustadz.
b. Bandongan
Metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok peserta didik, atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86).
ceramah dengan menjabarkan isi dari kitab kuning serta memberikan keterangan yang lebih luas kepada santri.
c. Metode Musyawarah (Bahtsul Masail)
Metode musyawarah atau dalam istilah lain biasa disebut dengan bahtsul masail merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar (Departemen Agama RI, 2003:92).
Proses pelaksanannya, para santri bebas memajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya, dengan demikian metode musyawaroh lebih menitikberatkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu, jadi metode ini juga melatih mental santri untuk tampil di depan orang banyak.
d. Metode Hafalan Muhafadzoh
Kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai, santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu (Departemen Agama RI, 2003:100).
ada juga pelajaran lain di pondok pesantren yang mengguakan metode hafalan ini.
5. Fungsi Pondok Pesantren
Ghozali dalam bukunya yang berjudul Pesantren berwawasan lingkungan, 2003 : 35 menyebutkan :
Dimensi fungsional pondok pesantren tidak bisa di lepas dari hakekat bahwa dasarnya bahwa pondok pesantren tumbuh berawal dari masyarakat sebagai lembaga informal desa dalam bentuk yang sangat sederhana, oleh karena itu perkembangan masyarakat sekitarnya temtang pemahaman keagamaan (Islam) lebih jauh mengarah kepada nilai-nilai ajaran agama Islam.
Fungsi pondok pesantren sebagai berikut: 1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan 2) Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah. 3) Pondok pesantren sebagai lembaga sosial.
BAB III
PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
Pada pertengahan 2002 terjadi pertemuan antara dua tokoh besar, yaitu Drs. H. Imam Ali Cirebon seorang agamawan pendiri pondok pesantren al-Ma’muroh di kabupaten Kuningan Jawa Barat. Pondok Pesantren ini menampung anak-anak dari korban kerusuhan Poso, NTT dan juga anak-anak terlantar dari beberapa daerah di Jawa Barat, Pondok Pesantren yang berdiri tahun 1999 silam tidak menarik biaya sepeserpun dari para santrinya untuk operasional pesantren dan H. Dharmo Supono Jakarta seorang usahawan yang sukses di bidang perminyakan yang tinggal di Jakarta kelahiran Boyolali Jawa Tengah.
Atas dasar keprihatinan akan kondisi dunia pendidikan setelah keterpurukan ekonomi Indonesia pasca reformasi 1997, terutama konflik anatar agama yang marak terjadi di beberapa daerah, maka muncullah gagasan-gagasan perjuangan keIslaman melalui dunia pendidikan dengan membuat lembaga pendidikan yang membebaskan seluruh peserta didik dari pembiayaan.
Pada bulan Juli 2002 diambilah 30 anak lulusan dari SD/MI yang berasal dari Nusa Tenggara Timur, 15 dari korban konflik Poso dan 15 dari Indramayu, direkrutlah calon-calon santri dengan cara jemput bola.
terdaftar atas notaris Muhammad Fauzan, SH (SK Menteri Kehakiman RI No. C.35 HT.03.01 Th.1991 Jalan Langen Suko No. 23 Tlp./Fax. : (0298) 326167 Salatiga 50711 ) tertanggal 20 Mei 2002 Nomor 43.
Pada awalnya Pondok Pesantren Agro Nuur el-Falah bernama Pondok Pesantren Nuur el-Falah, namun pada perkembangan selanjutnya Pondok Pesantren Agro Nuur el-Falah mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan beberapa pakar pertanian (Ir. Suprianto dan Ir. Reza Fauzi) dan beberapa ahli pertanian lainnya, maka sejak awal berdirinya itulah diproklamirkan identitas Ponpes Nuur el-Falah menjadi Ponpes Agro Nuur el-Falah.
Dengan perubahan identitas dan perkembangan pertanian yang signifikan di Pondok Pesantren Agro Nuur el-Falah, Ponpes mendapatkan kesempatan untuk diresmikan oleh presiden Republik Indonesia (Hj. Megawati Soekarno Putri) pada tanggal 12 September 2004 M yang bertepatan dengan 27 Rajab 1425 H.
Pada bulan Juli 2005 Pondok Pesantren Agro Nuur el-Falah mendirikan Sekolah Pertanian Pembangunan-Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPP-SPMA Dharma Lestari) yang berada di bawah binaan Badan Pengembangan Semberdaya Manusia Pertanian (BPSDM Pertanian) Departemen Pertanian, dengan formulasi kurikulum 100% dari Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian BPSDMP Departemen Pertanian.
2. Maksud Dan Tujuan Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
pra-kemerdekaan. Salah satu bukti/wujud eksistensi pondok pesantren dalam mempersiapkan kemerdekaannya adalah dengan melahirkan tokoh-tokoh besar penggagas terwujudnya Republik Indonesia.
Pada masa pra-kemerdekaan pondok pesantren mempunyai misi sebagai basis pembentukan kader-kader agamawan sekaligus pejuang-pejuang kemerdekaan, sehingga kurikulum, pendekatan pendidikan, nilai-nilai yang ditanamkan diformat guna tercapainya misi tersebut di atas. Setelah tercapainya kemerdekaan Indonesia, sudah seharusnya terjadi pergeseran orientasi pendidikan di pondok pesantren yang disesuaikan dengan kebutuhan kemasyarakatan yang maju.
Pondok pesantren seharusnya melihat lebih jeli terhadap potensi-potensi kealaman sebagai basis pendidikan guna mengakses teknologi yang mempermudah aktifitas-aktifitas masyarakat pesantren sebagai pengejawantahan terhadap syukur atas nikmat potensi alam yang luar biasa yang Allah Subhanahuwata’ala anugerahkan.
Allah subhanahu wata’ala mentakdirkan Indonesia memilki potensi alam yang luar biasa; diantaranya potensi kelautan, tambang, hutan dan pertanian. Keterpurukan Indonesia pasca reformasi sampai sekarang di antaranya disebabkan kurang tepatnya pilihan kebijakan arah pembangunan.
pertanian, pabrikasi hasil pertanian, teknologi pertanian. Setelah berhasil dengan hal tersebut di atas maka barulah mengarahkan pembangunan kepada teknologi-teknologi yang lain. Atas dasar itulah maka pondok pesantren Agro Nuur el-Falah menjadikan pertanian sebagai bidikan dan basik sekaligus pendamping pembelajaran keagamaan.
3. Visi Dan Misi a. Visi
Menjadikan Santri Ponpes Agro Nur Ela Falah Salatiga Insan Yang Disiplin, Berilmu, Bertaqwa, Bermoral Dan Berprestasi
b. Misi
Menyelenggarakan pendidikan yang tertib administrasi, dengan mengutamakan kedisiplinan, kejujuran, dan kebersihan serta akhlakul karimah yang
berasaskan Islam
4. Sumber Pemasukan Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
Seperti uraian di atas bahwa Ponpes Agro Nur El Falah di bawah naungan Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yang nota benenya adalah yayasan yang membantu pendidikan anak-anak daerah konflik, anak yatim piatu, dan anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan semua biaya ditanggung oleh yayasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keseluruhan anggaran diperoleh dari yayasan. Untuk saat ini dana yayasan masih ditanggung oleh donatur tunggal yaitu bapak H. Darmo Supono yang tinggal di Jakarta.
sumbangan/shodaqoh wali santri, sumbangan dari pihak lain. Menanggapi usulan dari sebagian wali santri maka dibentuk panitia penerima shodaqoh wali santri yang sifatnya sukarela sesuai kemampuan wali santri. Dana ini dibayarkan setiap bulan tetapi bisa dibayar sekalian untuk beberapa bulan. Penggalangan dana dari wali santri ini tidak serta merta keputusan dari pengurus pondok akan tetapi sudah dikonsultasikan dengan dunatur tunggal dan sudah disetujui. Sudah banyak kegiatan yang anggaranya diambilkan dari dana ini, dan menurut pengasuh dana ini sangat membantu demi kelancaran kegiatan santri.
5. Pengasuh Dan Pengurus Pondok Pesanten Agro Nuur El Falah a. Daftar Pengurus Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga
N
1 Usman Mansur Sarjana Muda 4 4
2 Durrotur Rosidah S1 2 3
3 Nur Soleh S1 4 3
b. Daftar Guru SMP/SMK-SPP Dharma Lestari
1 Durrotur Rosidah, S.Ag S1 2 1
2 Khafidul Mu'in, S.Pd.I S1 6 3
3 Pitoyo Ngatimin, SP S1 5 2
4 Nur Sholeh, S.Pd.I S1 2 1
5 Harsono, S.Pd S1 2 1
6 Slamet Marjuki S1 2 1
7 Sabilal Huda, S.Th.I S1 4 3
13 Amalin Nursitatin, S. Pd S1 5 1
14 Nurul Anisa, S.Pd S1 5 2
15 Supeni Sri Lestari, S.pd S1 5 2
16 Ary Witanto, SP S1 5 5
17 Maurin Sanju, S.Pd S1 3 1
18 Rina Wijayati, S.Pd S1 2 3
19 Umi Anisa, S. Pd S1 1 1
20 Anik Dirgahandini, S.Pd S1 4 1
6. Kegiatan Pendidikan
a. Sekolah Menengah Pertama (SMP Dharma Lestari) Dasar Penyelenggaraan :
Keputusan Walikota Salatiga Nomor : 420/66/2003 Tentang Ijin Pendirian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Dharma Lestari Desa Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga di Tetapkan di Salatiga pada Tanggal 24 Pebruari 2003.
b. SPP-SPMA Dharma Lestari
Sekolah Pertanian Pembangunan – Sekolah Pertanian Menengah Atas Dharma Lestari (SPP-SPMA Dharma Lestari) di bawah naungan Kementrian Pertanian dan kini beralih menjadi Sekolah menengah Kejuruan – Sekolah Pertanian Pembangunan Dharma Lestari (SMK-SPP Dharma Lestari). Sekarang di bawah naungan Kemendikbud tetapi Kementas masih mendampingi karena SPMA adalah sekolah yang dirintis oleh Kementan yang tujuanya menciptakan generasi pertanian yang handal.
Dasar Penyelenggaraan :
1. Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Nomor : 86/kpts/SM.110/K/7/05 tentang Pendidikan dan Pembukaan Program Study Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Sekolah Pertanian Pembangunan-Sekolah Peretanian Menengah Atas (SPP-SPMA) Dharma Lestari, di Tetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 2005.
Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 421.5/087/V/05.k di tetapkan di Ungaran pada Tanggal 19 Mei 2005.
c. Kegitan Harian
- 03.30 – 04.00 Bangun pagi
- 04.00 – 04.30 Sholat subuh berjamaah - 04.30 -05.00 Ngaji Bandongan
- 05.00 – 05.30 Pemberian Vocabularies/mufrodad Bhs Arab/Inggris - 05.30 – 06.00 Kebersihan umum (per-lokasi, per-kamar)
- 06.00 – 06.30 Mandi/siap-siap ke sekolah - 06.30 – 07.00 Apel pagi/Sarapan
- 07.00 – 12.00 Masuk kelas
- 12.00 – 12.30 Sholat duhur berjamaah - 12.30 – 13.00 Makan siang
- 13.00 – 14.30 Masuk kelas (SMK-SPP)/Istirahat (SMP) - 14.30 – 15.30 Masuk kelas kepondokan
- 15.30 – 16.00 Sholat asar berjamaah - 16.00 – 16.30 Masuk kelas kepondokan
- 16.30 – 17.00 Kebersihan umum, istirahat/olahraga - 17.00 – 17.30 Mandi
- 17.30 – 18.00 Ngaji Al Qur’an, persiapan magrib - 18.00 – 18.15 Sholat maghrib berjamaah
- 18.15 – 19.00 Ngaji Al-Qur an - 19.00 – 19.30 Sholat Isya’ berjamaah - 19.30 – 20.00 Makan malam
- 20.00 – 21.30 Belajar malam
- 21.30 – 22.30 Istirahat malam/nonton TV - 22.30 – 03.30 Istirahat/Tidur
d. Kegiatan Mingguan
- Jum’at 08.15 – 09.30 Kerja bakti umum
- Jum’at 20.00 – 21.00 Latihan pidato/maulid dziba (per-kamar) - Selasa 20.00 – 21.00 Latihan pidato/maulid dziba (per-kamar) - Kamis 16.00 – 17.00 Ziarah ke makam
- Kamis 18.30 – 19.30 Yasin, maulid dziba
- Kamis 13.30 – 15.30 Latihan kepramukaan, PMR e. Kegiatan Bulanan
- Kamis minggu ke 4 20.00 – 21.30 Latihan pidato umum 7. Santri Pondok Pesantren
Sejak awal berdirinya Ponpes Agro Nur El Falah ini, sebagian besar santri-santrinya berasal dari daerah-daerah konflik, terutama luar jawa, baik itu Poso, Nusa Tenggara Timur, Aceh, Kalimantan. Santri yang berasal dari daerah sekitar hanya beberapa tetapi kini santri yang dari daerah sekitar, misalnya Salatiga, Kab. Magelang, Kab. Semarang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, sudah cukup banyak santri. Untuk santri yang dari luar jawa sebagian besar sekarang berasal dari Ternate dan Sulawesi Utara. Sebagian santri memperoleh informasi tentang ponpes Agro Nur El Falah dari alumni yang sudah kembali ke daerah masing-masing, namun sebagian karena ada relasi yang diminta bantuanya untuk mencari calon santri di daerah tersebut sesuai dengan intrupsi dari donatur tunggal/pendiri. Berikut data santri Ponpes Agro Nur El Falah Salatiga:
a. Santri tingkat SMK
NO NAMA TEMPATLAHIR TANGGALLAHIR KLS
3 Adrian Setiaji Kab. Semarang 17/07/1999 10
4 Ahmad Afifudin Magelang 24/10/1998 10
5 Ahmad Najib Semarang 28/07/1999 10
6 Ahmad Saifudin Kab. Semarang 5/5/1999 10
7 Aji Nur Ihsan Boyolali 1/5/1999 10
8 Akhsanu Jaza Magelang 15/07/1998 10
9 Albima Permana Semarang 6/7/1998 10
10 Alfian Dafa Ilyasa Semarang 31/05/1999 10
11 Almufajir Djafar Soasion 16/08/1997 10
12 Andri Setia Budi Demak 1/8/1998 10
13 Assahid Dabi-Dabi Togawa 4/1/2000 10
14 Danang Junaidi Kab. Semarang 8/5/1998 10
15 Dani Yulianto Salimbatu 24/07/1999 10
16 Didik Joko Saputro Magelang 18/04/1999 10
17 Dwi Susanto Ngawen 12/11/1997 10
18 Imanudin Tomagola Soasion 16/10/1998 10
19 Irbad Febriansyah Sumai Togawa 1/2/2000 10
20 Irfanudin Magelang 21/08/1999 10
21 Jainudin Onga Barataku 16/08/1997 10
22 Jamaludin Kayuboko 1/1/1996 10
23 Jika Hendi Pratama Magelang 30/08/1999 10
24 Khoerul Umam Magelang 6/12/1998 10
25 Misbahul Munir Magelang 13/11/1999 10
26 Moch. Sofwan Bagus P Semarang 24/01/1997 10
27 Moh. Dandi. L.W Palu 11/1/1999 10
28 Moh. Fahri Labean 12/3/1999 10
29 Muhamad Shobirin Kab. Semarang 13/03/1998 10 30 Muhammad Abdurrohim Teluk Panji 24/11/1998 10
31 Muhammad Dhofari Magelang 23/12/1998 10
32 Muhammad Haqqi Nazil Salatiga 13/04/1999 10
34 Muhammad Khoirul Umam Kab. Semarang 30/09/1999 10 35 Muhammad Khoirun Najib Salatiga 23/03/1999 10 36 Muhammad Shobri Kab. Semarang 17/01/1998 10 37 Rohviyanto Sumedi Kab. Semarang 5/1/1999 10 38 Slamet Solihin Teluk Panji Iv 10/10/1997 10 39 Wahid Mega Setyo Abdi Magelang 20/10/1999 10
40 Wahyu Ariyadin Magelang 27/12/1999 10
41 Agus Supriyanto Kab. Klaten 20/08/1996 11
42 Ahmad Roziqin Salatiga 23/12/1996 11
43 Ayip Fauzi Kab.
Indramayu 31/08/1998 11
44 Bagus M. Khusnan Magelang 3/8/1998 11
45 Dhodik Maryo Saputro Karanganyar 23/04/1997 11
46 Handoyo Magelang 27/10/1997 11
47 Haris Prasetyo Muis Magelang 16/04/1998 11
48 Ibrahim Syamsudin Ende 10/7/1996 11
49 Miftakhudin Magelang 15/04/1997 11
50 Moh. Rizky Malakosa 17/05/1997 11
51 Muhamad Nasta'in Pekalongan 31/07/1998 11
52 Muhammad 'Ulaa QulilHaqqa Kab. Semarang 7/10/1998 11 53 Muhammad Qodri Azizi Salatiga 21/11/1997 11
54 Muhammad Qosim Magelang 27/11/1997 11
55 Muhammad SyaifulRomadlon Kab. Semarang 15/01/1998 11
56 Nahrowi Magelang 27/12/1996 11
57 Nur Cholis Semarang 25/02/1997 11
58 Nur Ihsanudin Magelang 30/06/1997 11
59 Riyan Musthofa Kab. Semarang 26/08/1998 11
60 Sepria Rais Tebing 15/09/1998 11
61 Solikun Kab. Semarang 14/12/1998 11
64 Wahyu Nugroho Magelang 2/3/1998 11
65 Achmad Nailil Huda Magelang 8/10/1996 12
66 Achmad Saefodin Magelang 2/9/1996 12
67 Acyar Mahya Kendal 1/9/1996 12
68 Ahmad Hendri Saputra Magelang 22/12/1996 12 69 Akiyas Juhad Mahya Kab. Batang 22/05/1997 12
70 Ayatullah Asbanu Oet'fo 27/02/1996 12
71 Fajar Baihaqi Kendal 30/06/1997 12
72 Hasan Masngudi Magelang 13/08/1997 12
73 Kiki Supriyadi Magelang 27/12/1996 12
74 Latif Magelang 22/11/1995 12
75 Lukman Hakim Semarang 30/10/1996 12
76 Muhamad Mahmud Magelang 29/07/1997 12
77 Muhammad Maulidi Ahsan Salatiga 17/07/1996 12 78 Muhammad Muslih Kab. Semarang 14/05/1997 12
79 Nana Juananto Semarang 9/6/1997 12
80 Nurul Faizin Magelang 2/5/1997 12
81 Ridho Prahasto Salatiga 5/3/1997 12
82 Safii Magelang 22/11/1995 12
83 Sugiyatno Kab. Semarang 17/03/1997 12
84 Taufik Akbar Wahab Soe 26/02/1997 12
85 Zainal Mutaqin Kab. Semarang 10/6/1997 12
b. Santri tingkat SMP
1 Ahmad Azka Mundhofar Magelang 10/4/2002 VII A
2 Ahmad Faqih Assadiqi Ponorogo 3/6/2002 VII A
3 Ahmad Shoib Blora 3/3/2001 VII A
4 Anfaludin Magelang 25/11/2001 VII A
6 Dafit Efendi Magelang 9/7/2000 VII A 7 Fajar Muhammad Solikin Magelang 15/12/2001 VII A
8 Farichin Magelang 10/3/2001 VII A
9 Ibnu Affan Magelang 11/12/2000 VII A
10 Jeffri Romadhon Kab. Semarang 24/12/1999 VII A
11 Masuud Hasan Temanggung 22/9/2001 VII A
12 Mocharis Magelang 13/7/2000 VII A
13 Muhammad Arbi Kurniawan Kab. Semarang 28/5/2002 VII A
14 M. Dimas Muwaffaq Salatiga 10/9/2001 VII A
15 Ugi Febrianto Demak 25/2/2002 VII A
16 Yusuf Prayoga Khoirul Anam Kab. Semarang 22/9/2001 VII A
17 Israfil Parigi Moutong 2/2/2000 VII A
18 Moh. Fadereza Balinggi 12/2/2002 VII A
19 Moh. Mushaf Balinggi 5/5/2002 VII A
20 Ahmad Zaini Muthohar Kab. Semarang 30/8/2000 VII B 21 A. Sholeh Abdur Rokhim Klaten 31/10/2001 VII B
22 Ayip Alfiyanto Salatiga 10/12/2001 VII B
23 Fadli Ardiansyah 21/1/2001 VII B
24 Fajar Nur Kholiq Semarang 25/12/2000 VII B
25 Ibra Fery Illahafish Salatiga 25/2/2001 VII B
26 Ivan Wijaya Gunung Kidul 26/8/2001 VII B
27 Muchammad Ariq Athollah Semarang 1/5/2001 VII B
28 Muhamad Roziqin Salatiga 28/4/2002 VII B
29 Muhamad Nor Indrawan Kab. Semarang 22/8/2001 VII B 30 Muhammad Balya Sauqillah Salatiga 23/6/2002 VII B 31 M. Tasdiqul Lutfi Sani Kab. Semarang 13/9/2001 VII B
32 Muhammad Umar Arrafi Banyumas 11/6/2001 VII B
33 Rohmad Magelang 8/10/2000 VII B
34 Ulya Ahmad Khotibul Umam Kab. Semarang 1/2/2002 VII B
37 Jufri Monoarfa Balinggi 3/2/1999 VII B
38 M. Afdal Balinggi 4/10/2001 VII B
39 Moh. Vikki Balinggi 7/1/2001 VII B
40 Safaruddin Balinggi 6/4/1999 VII B
41 Sandy Irfansyah Siagian Kab. Semarang 17112001 VII B
42 Abu Rijal Hasan Yamani Tobelo 9/8/1998 VIII A
43 Rasit Mone Aban Timur 12/9/2000 VIII A
44 Alga Fuad Malakosa 15/5/2002 VIII A
45 Fikram Malakosa 15/11/1999 VIII A
46 Habil Abd Kadir Malakosa 11/1/2001 VIII A
47 M. Afandi Goraahe Malakosa 10/8/2001 VIII A
48 Rahmat Malakosa 2/1/2000 VIII A
49 Jafar Sodik Indramayu 16/6/2000 VIII A
50 Arifudin Parigi 8/9/2001 VIII A
51 Yayan Aditiya Pratama Torue 7/5/2000 VIII A
52 Yusril Parigi 2/11/2001 VIII A
53 Abdul Kholiq Magelang 5/3/1999 VIII B
54 Deva Andre Nugroho Salatiga 21/12/1999 VIII B
55 Hardiyanto Magelang 20/7/1999 VIII B
56 Muhammad Shidqan Salatiga 27/1/2001 VIII B
57 Nur Cahyo Magelang 16/8/2000 VIII B
58 Nur Muhammad Al Fariz Magelang 13/7/2001 VIII B
59 Sigit Alifudin Magelang 26/10/1999 VIII B
60 Sulham Imam Rifai Kab. Semarang 21/5/2000 VIII B
61 Wahid Manshur Kab. Semarang 24/3/2001 VIII B
62 Wahid Nashir Kab. Semarang 24/3/2001 VIII B
63 Yanuar Aldy Kurniawan Salatiga 14/1/2001 VIII B
64 Zaenal Afifudin Magelang 5/5/2001 VIII B
65 Wahyu Ilahi Pekalongan 20/3/1999 VIII B
66 Ahmat Irfai Magelang 9/8/1999 IX
68 Alfi Mas'ud Magelang 30/9/2000 IX
69 Dedi Setiawan Magelang 27/12/1999 IX
70 Muhamad Fathur Rohman Magelang 25/1/2000 IX
71 Tosin Magelang 3/9/1998 IX
72 Ahmad Nurkholis Magelang 12/6/2000 IX
73 Fatchul Rohman Magelang 30/5/1999 IX
74 Chamid Syaifudin Magelang 19/3/1999 IX
75 Ikhsan Hidayat Magelang 9/12/1999 IX
76 Saryanto Magelang 31/3/2000 IX
77 Hajril S. Tubu Togawa 18/4/1999 IX
78 Jabal Kubais Jauhar Galela 19/6/1998 IX
79 Bayu Darmansah Sangu I. So'e 12/8/2000 IX
80 Shayiliwa Muhayis Tanof So'e 21/5/2000 IX
81 Asmar Djolo Galela 10/10/1999 IX
82 Risaldi Abdul Hak Galela 1/1/1999 IX
83 Jainudin Abd Kadir Galela 10/7/1999 IX
84 Saipulloh Yusuf Magelang 25/12/1999 IX
85 M. Solichan Dekoro 23/12/1997 IX
86 Wibi Permadi Salatiga 14/6/2000 IX
87 Muhammad Fajar Pratama Klaten 12/11/1999 IX
88 Abdul Basid Malakosa 18/10/2000 IX
89 Aljufri Malakosa 2/1/1999 IX
8. Sarana Dan Prasarana
Dilihat dari bangunan gedung, sarana penunjang pembelajaran baik pondok, SMP, SMK-SPP Dharma Lestari, sarana dan prasaran di Ponpes Agro Nur El falah Salatiga bisa dikatakan sudah cukup memadai. Berikut daftar sarana prasarana yang ada :
2 Asrama 8 Baik
3 Dalem pengasuh 1 Baik
4 Kamar asatidz 4 Baik
5 Kantor Pondok 1 Baik
6 Ruang kesehatan 1 Baik
7 Ruang perpustakaan 1 Cukup baik
8 Ruang kesenian 1 Baik
9 Koperasi 1 Baik
10 Dapur umum 1 Baik
11 MCK 15 Cukup baik
12 Garasi 1 Baik
13 Ruang Kepala/Guru SMP 1 Baik
14 Ruang Kelas SMP 5 Baik
15 Ruang Lab. Komputer 1 Cukup baik
16 Toilet guru 1 Baik
17 Gudang SMP 1 Baik
18 Lapangan upacara 1 Baik
19 Ruang Kepala SMK 1 Baik
20 Ruang Guru 1 Baik
21 Ruang kelas SMK 3 Baik
22 Ruang lab. IPA 1 Cukup baik
23 Toilet guru 1 Baik
24 Gudang SMK 1 Baik
25 Lapangan upacara 1 Baik
26 Lapangan futsal 1 Baik
27 Lapangan volly 1 Baik
B. Data Informan
Dalam kesempatan kali ini penulis mengadakan wawancara dengan beberapa narasumber yang telah memberikan informasi kepada penulis berkenaan dengan judul penelitian yang diambil. Para informan tersebut adalah pengasuh, beberapa dewan asatidz dan santri yang ada di Pondok Pesantren Pancasila. Di bawah ini akan diuraikan data-data beberapa informan yang berkenan memberikan informasi. Informan-informan tersebut adalah sebagai berikut:
1. UM. Beliau dilahirkan di Malang pada 16 September 1960, beliau adalah alumni Ponpes Darussalam Gontor, Ponorogo dan sudah mengabdikan diri cukup lama di Gontor. Mengabdi di bagian koperasi pondok yang menangani banyak cabang usaha, sehingga jiwa wiraswasta beliau muncul dan hingga sekarang jiwa itu masih ada dengan membuka usaha di Ponorogo. Beliau bergelar sarjana muda (BA) pada usia 28 tahun tepatnya pada tahun 1988. Suami dari Ibu Anis Wahyuni yang sekarang sudah dikaruniai 3 (tiga) putri dan seorang putra ini beralamatkan di Joresan, Mlarak, Ponorogo. Pengasuh Ponpes Agro Nur El Falah yang sudah usia 54 tahun ini dikenal dengan suara beliau yang lantang, tegas ketika menyampaikan materi kepada santri.
2. DR. Kepala SMK-SPP Dharma Lestari kelahiran Ponorogo, 7 Juli 1969 ini adalah pengajar yang mampu membuat suasana pembelajaran menjadi asyik. Beliau istri
29 Rumah induk/yayasan 1 Baik
30 Pendopo/aula 1 Baik