• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Landasan Teori. Pengertian keluarga menurut Osada dalam Nasution (2008: 7) adalah sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Landasan Teori. Pengertian keluarga menurut Osada dalam Nasution (2008: 7) adalah sebagai"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2 Landasan Teori

2.1 Konsep Keluarga Jepang

Pengertian keluarga menurut Osada dalam Nasution (2008: 7) adalah sebagai berikut:

「家族は「夫婦を中心とし、親子、兄弟などの近親の血緑者を構成員とする.互 の哀情と信頼の性で結ばれた小集団である」という定義である。」

Terjemahan:

Pengertian keluarga adalah “suami istri sebagai pusat, anggota kerabat dekat yang mempunyai hubungan darah adalah orang tua dan anak, kakak adik dan lain-lain. Anggota tersebut saling mengasihi satu sama lain dan mempunyai ikatan kepercayaan yang mengikat”

Menurut Nasution (2008: 9), satu-satunya tempat pelarian mereka adalah keluarga mereka. Tetapi keluarga tidak selalu dapat menjadi tempat pelarian yang memadai bagi perasaan keterasingan dan tanpa daya. Bila akhirnya seseorang tidak menemukan rasa aman dalam kehidupan keluarganya, mungkin ia mencari pelarian pada nasionalisme, atau yang lebih buruk ia mungkin tergoda oleh daya tarik fasisme.

Menurut Suparlan dalam Nasution (2008: 9), bagi manusia sebagai individu, keluarga merupakan bentuk kelembagaan sosial pertama yang dihadapinya dalam bentang hidupnya. Sedangkan bagi manusia sebagai makhluk sosial, keluarga merupakan kelembagaan sosial yang terkecil dan terpenting, dimana manusia itu berada yang merupakan bagian dari suatu sistim masyarakat. Salah satu bentuk pranata sosial yang

(2)

paling mendasar dan paling banyak mencakup aneka ragam kebutuhan manusia adalah keluarga. Keluarga juga merupakan suatu satuan kekerabatan dan satuan tempat tinggal. Berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan seksual, kemesraan, cinta kasih, melanjutkan keturunan dan sebagainya dapat dilakukan dalam pranata keluarga. Suatu keluarga dapat ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi antar anggota keluarga. Menurut Kiyomi dalam Soelistyowati (2003: 18) definisi keluarga Jepang adalah sebagai

berikut:「家族とは夫妻関係を基礎として、親子、きょうだいなど近親者をする 、情裔虫合に支えられた、第一次的福祉追求の集団である。」

Terjemahan:

Suatu kelompok yang membentuk hubungan saudara dekat yang penting seperti kakak- adik dan orang tua- anak dengan suami istri sebagai dasar dan dengan didukung oleh rasa kesatuan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan.

Menurut Morgan dalam Nasution (2008: 10) keluarga adalah suatu kelompok sosial yang bercirikan tempat tinggal yang sama, adanya kerjasama ekonomis dan kegiatan reproduksi. Keluarga terdiri dari orang-orang dewasa dari kedua jenis kelamin, minimal dua orang yang memelihara hubungan seksual dalam aturan-aturan yang dapat diterima oleh lingkungan sosial atau masyarakatnya, dan satu atau lebih anak-anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

Orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak-anaknya baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui pelaku orang tua sebagai model yang dapat diamati oleh anak-anaknya, hal ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu dan kepribadian orang tua sehingga secara tidak sadar mempengaruhi penerapan pola asuh pada anaknya. Pola

(3)

asuh yang diterapkan orang tua pada tiap keluarga berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini bergantung pada pandang hidup, pendidikan, status sosial dan karakteristik yang ada pada diri masing-masing orang tua (Kail, 2001: 395).

Pemberian kasih sayang dan pola asuh yang baik serta sesuai dengan perkembangan anak merupakan faktor yang kondusif dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi yang sehat. Karena keluarga merupakan suatu wadah atau tempat dalam memenuhi kenutuhan manusia, terutama dalam hal biologis maupun pengembangan kepribadian dan pertahanan hidupnya (Gunarsa, 2004: 1).

Pengertian mengenai kazoku menurut Toga dalam Nasution (2008: 11) mengungkapkan:「家族は夫婦、親子というがごとき特殊の関係にある者を中秋 的成員とする、少数の近親者の緊密なる感情融合に元ずく小集団である。」 Terjemahan:

Keluarga adalah kelompok kecil yang terbentuk berdasarkan ikatan batin yang kuat di antara sejumlah kecil kerabat dekat, yang beranggota inti orang-orang yang mempunyai hubungan khusus seperti suami istri, orang tua dan anak.

Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek, dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya (Yusuf, 2007: 38).

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menerapkan pola asuh dan menjalankan fungsi-fungsinya sebagai orang tua secara tepat dan sesuai kebutuhan pada anak. Kesalahan dalam menerapkan pola asuh akan berakibat buruk pada perkembangan

(4)

anak (Yusuf, 2007: 43-44).

Yusuf (2007: 41) juga mengatakan bahwa bimbingan kedua orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pemahaman atau wawasan tentang dirinya (anak) dan lingkungannya, dan juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupan.

Menurut Manurung (1995: 73) ciri-ciri keluarga normal adalah sebagai berikut: 1. Keluarga yang lengkap strukturnya (ayah, ibu dan anak).

2. Interaksi sosial yang harmonis

3. Adanya kesepahaman merumuskan norma-norma tidak akan menimbulkan pertentangan pada norma atau peraturan tersebut.

Apabila di dalam suatu keluarga terjadi perubahan sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya, maka akan terjadi disorganisasi dalam keluarga (Soekanto, 2003: 370).

Menurut Willis dalam Damayanti (2008: 15-16), keluarga yang harmonis adalah apabila struktur keluarga itu utuh dan interaksi di antara anggota keluarga berjalan dengan baik, artinya hubungan psikologis diantara mereka cukup memuaskan dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Apabila struktur keluarga itu tidak utuh lagi misalnya karena kematian diantara orang tua atau karena perceraian, maka kehidupan keluarga tidak harmonis lagi. Keadaan seperti itu dinamai keluarga pecah dengan bahasa asing yang disebut “broken home”.

Sedangkan keluarga yang tidak harmonis menurut Hawari dalam Damayanti (2008: 16) adalah keluarga dengan struktur yang tidak lengkap. Ketidaklengkapan struktur keluarga ini disebabkan kematian, perceraian, perpisahan ataupun karena pertengkaran ayah dan ibu, sehingga mengganggu hubungan interpersonal antar anggota keluarga.

(5)

Oleh karena itu, keluarga seperti ini mengalami yang disebut disharmonis atau disfungsi dalam keluarga.

2.2 Teori Kepribadian

Menurut Heymans dalam Suryabrata (2002: 71-72), kepribadian setiap manusia sangat berlainan dan tipe-tipenya sangat banyak. Berdasarkan penggolongan klasifikasinya ada tiga macam kualitas kejiwaan, yaitu:

1. Emosionalitas (emotionaliteit)

Emosionalitas adalah mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh kesan-kesan.

2. Proses pengiring (Primaire en Secundaire Functie)

Proses pengiring adalah banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tidak lagi ada dalam kesadaran.

3. Aktivitas (Aktiviteit)

Aktivitas adalah banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan.

2.2.1 Konsep Dissociative Disorders

Dissociative disorders adalah gangguan dimana integrasi normal dari kesadaran, memori dan identitas tiba-tiba berubah atau kacau. Orang dengan gangguan ini sangat mungkin tidak dapat mengingat kembali peristiwa yang dialami dan juga dapat melupakan identitasnya. Apa penyebab terjadinya gangguan dissociative disorders adalah adanya penyebab psikologis yang berkaitan dengan kejadian stressful, trauma dan gangguan hubungan interpersonal (Zulkaida, 2004: 1). Dissociative disorders ada

(6)

berbagai macam yaitu, dissociative amnesia, dissociative fugue, depersonalization disorder dan dissociative identity disorder. Berikut ini dikemukakan penjelasan mengenai jenis-jenis dissociative disorders menurut Zulkaida (2004: 1-6).

Dissociative amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh daya ingat biasanya mengenai kejadian-kejadian penting yang baru terjadi yang tidak disebabkan gangguan mental organik, kelupaan, kelelahan, intoksikasi dan bukan buatan. Individu tiba-tiba menjadi tidak dapat mengingat kembali informasi personal yang penting, biasanya setelah mengalami beberapa peristiwa stressful. Selama amnesia, perilaku atau kemampuan individu mungkin tidak berubah, kecuali jika hilangnya memori menyebabkan beberapa disorientasi, seperti tidak mengenali identitas (asal, teman, keluarga dan lain-lain), atau berkeluyuran tanpa tujuan. Hilangnya memori bisa hanya untuk peristiwa tertentu atau bisa juga untuk seluruh peristiwa kehidupan, biasanya berlangsung dalam periode waktu tertentu, bisa beberapa jam atau bahkan sampai dengan beberapa tahun, memori biasanya kembali muncul secara tiba-tiba dan lengkap seperti sebelumnya dan juga hanya sedikit kemungkinan untuk kambuh, hilangnya memori tidak sama dengan yang disebabkan oleh kerusakan otak, degenerative otak, atau karena ketergantungan otak.

Dissociative fugue adalah keadaan individu yang mengalami gangguan dengan melupakan informasi personal yang penting dan membentuk identitas baru dan juga pindah ke tempat baru. Individu tidak hanya mengalami amnesia secara total, namun juga tiba-tiba pindah atau melarikan diri dari rumah dan pekerjaan dan kemudian membentuk identitas baru. Biasanya terjadi setelah seseorang mengalami stress yang berat. Misalnya, konflik dengan pasangan, kehilangan pekerjaan, atau penderitaan karena bencana alam. Identitas baru sering berkaitan dengan nama, rumah, pekerjaan

(7)

bahkan karakteristik personality yang baru. Di kehidupan yang baru, individu bisa sukses walaupun tidak mampu untuk mengingat masa lalu. Recovery biasanya lengkap dan individu biasanya tidak ingat apa yang terjadi selama fugue.

Depersonalization disorder adalah gangguan adanya perubahan dalam persepsi atau pengalaman individu mengenai dirinya. Individu merasa asing terhadap diri dan sekelilingnya dan cukup menggangu fungsi dirinya. Dan individu juga merasa perasaan atau pengalamannya terlepas dari dirinya, jauh, dan merasa itu bukan dirinya. Memori tidak berubah tetapi individu kehilangan “sense of self”. Gangguan ini dapat menyebabkan stress dan juga dapat menimbulkan hambatan dalam berbagai fungsi kehidupan. Biasanya terjadi setelah mengalami stress berat seperti kecelakaan atau situasi yang berbahaya.

Dissociative identity disorder adalah adanya dua atau lebih kepribadian yang terpisah dan berbeda pada seseorang. Setiap kepribadian memiliki pola perilaku, hubungan dan memori masing-masing. Kepribadian yang asli dan pecahannya terkadang dapat menyadari adanya periode waktu yang hilang dan adanya kepribadian yang lain. Suara dari kepribadian yang lain sering bergema masuk ke kesadaran mereka tapi tidak diketahui milik siapa. Jarak dalam memori mungkin terjadi jika suatu kepribadian tidak berkaitan dengan kepribadian yang lain. Biasanya muncul di awal masa kanak-kanak karena adanya trauma berat yang terjadi pada masa kanak-kanak tersebut.

Dissociative identity disorder pertama kali disebutkan pada abad ke-19. Gangguan identitas disosiatif ini dulu dikenal dengan nama multiple personality disorder, sebuah istilah yang masih digunakan oleh beberapa penulis awam dan bahkan beberapa profesional kesehatan.

(8)

keadaan yang dulu disebut multiple personality disorder mulai mendapatkan banyak pengakuan, dengan mempublikasikannya di empat surat kabar sebagai topik utama. Menurut Uchinuma dan Sekine dalam Davison, et al (2007: 181), setelah tahun 1920, laporan mengenai dissociative identity disorder menurun hingga tahun 1970. Ketika kasus ini kembali meningkat tajam, kasus ini tidak hanya terjadi di United States tetapi juga di negara-negara lain seperti Jepang. Di Jepang, gangguan disosiatif ini dikenal dengan nama 多重人格 (Tajuu Jinkaku) atau 解離性同一性障害 (Kairisei Douitsusei Shougai).

Pengertian dissociative identity disorder atau yang sebelumnya dikenal dengan nama multiple personality disorder menurut Davison, et al (2007: 179) adalah:

A diagnosis of dissociative identity disorder (DID) requires that a person have at least two separate personalities or alters. Different modes of being, thinking, feeling, and acting that exist independently of each other and that come forth at different times.

Terjemahan:

Diagnosis dissociative identity disorder (DID) adalah suatu keadaan yang mengisyaratkan bahwa seseorang memiliki minimal dua kepribadian atau alter yang terpisah. Dengan tipe, cara berpikir, merasa dan bertindak yang ada berbeda satu sama lain dan muncul pada waktu yang berbeda.

Sedangkan pengertian dissociative identity disorder atau multiple personality disorder menurut Multiple Personality Disorder dalam Free Essays (2003: 1) adalah: Multiple personality disorder is a condition in which a person has more than one identity, each of which speaks, acts, and writes in a very different way.

Terjemahan:

Multiple personality disorder adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki lebih dari satu identitas, masing-masing berbicara, bertindak dan menulis dalam cara yang sangat

(9)

berbeda.

Dalam Abnormal Psychology Clinical Perspectives on Psychological Disorders, Halgin dan Whitbourne (2007: 198) mengemukakan bahwa:

The individual with dissociative identity disorder has at least two distinct identities or personality states, each with its own pattern of perceiving, thinking, and relating, as well as its own style of behavior, personal history, and self image. At different times, one of these identities or personality states takes control of the person’s behavior.

Terjemahan:

Individu dengan gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder) setidaknya memiliki dua identitas atau kepribadian yang berbeda, masing-masing mempersepsi, berpikir, dan berhubungan dengan pola sendiri, serta tingkah laku, asal usul pribadi dan citra diri yang dimilikinya sesuai dengan gaya yang dimiliki masing-masing kepribadian. Pada waktu yang berbeda, salah satu dari identitas atau kepribadian ini mengambil kontrol perilaku seseorang.

Menurut Kepribadian Ganda dalam Google Salaf Engine (2007: 1), penderita menghibur dirinya sendiri dari sesuatu yang menyakitkan dengan cara menciptakan kepribadian lain untuk menampung semua perasaannya. Ada kepribadian yang tahu tentang peristiwa traumatiknya dan ada juga kepribadian yang sama sekali tidak mengetahui peristiwa traumatik itu. Akhirnya mereka terbiasa untuk saling melindungi diri dari masalah dengan cara menggonta-ganti kepribadiannya hingga mereka tumbuh dewasa. Jika ada masalah baru, itu artinya ada kepribadian yang baru juga.

Menurut Braun, B (2003), kebanyakan orang yang menderita dissociative identity disorder menemukan bahwa mereka bisa lolos trauma pelecehan setidaknya untuk sementara dengan menciptakan "kepribadian baru" untuk mengatasi stress.

Dalam banyak kasus satu identitas yang paling sering ditemukan dan membawa nama asli orang itu adalah identitas host. Dalam banyak kasus juga host bukan merupakan identitas asli dan mungkin atau tidak mungkin host menjadi identitas yang tenang yang paling baik. Identitas alter mungkin berbeda dengan cara yang mencolok yang meliputi

(10)

jenis kelamin, usia, tulisan tangan, orientasi seksual, berbicara bahasa asing, dan pengetahuan umum. Misalnya, satu alter mungkin periang, fun loving, seksual provokatif, dan alter yang lain cukup rajin, serius dan sopan. Kebutuhan dan perilaku yang menghambat dalam identitas utama atau host biasanya secara bebas ditampilkan oleh satu atau lebih identitas alter. Pada kenyataannya, alters tidak berarti kepribadian melainkan mencerminkan kegagalan untuk mengintegrasikan berbagai aspek identitas seseorang, kesadaran dan memori. Identitas alter mengambil kendali pada titik-titik yang berbeda dalam waktu yang berbeda dan biasanya perubahan alter terjadi dengan sangat cepat dalam hitungan detik, meskipun bisa juga terjadi secara bertahap. Ketika perubahan alter terjadi pada orang dengan gangguan identitas disosiatif, mudah untuk mengamati kesenjangan dalam ingatan untuk hal-hal yang telah terjadi. Tapi amnesia ini tidak selalu simetris, yaitu beberapa identitas mungkin mengetahui lebih banyak tentang alter tertentu daripada yang lainnya. Terkadang salah satu keuntungan identitas submerged adalah mengontrol dengan memproduksi halusinasi, seperti suara-suara dalam kepala yang memberikan instruksi atau perintah (Butcher, Mineka, dan Hooley, 2007: 299-300).

Dalam Abnormal Psychology Clinical Perspectives on Psychological Disorders, Halgin dan Whitbourne (2007: 198) juga mengemukakan bahwa:

The primary identity, or host, is customarily passive and dependent, possibly also depressed and guilty. The alters are usually strikingly different, possibly acting in ways that are hostile, demanding, or self destructive. They may have different ages, races, levels of intelligence, and affective styles, and they may even be of the opposite gender. The transition from one alter to another is usually sudden, triggered by psychosocial stress or a personally salient stimulus. At any given moment, only one alter interacts with the external environtment, although the others may actively perceive what is happening or influence what is going on. Most of the personalities have a sense of lost or distorted experiences of time. An alter may piece together memories to make up for unaccounted gaps, or an alter may have access to memories of the others alters.

(11)

Terjemahan:

Identitas utama atau host, biasanya pasif dan bergantung atau mungkin juga merasa tertekan dan bersalah. Sedangkan alters biasanya sangat berbeda dengan host, alters biasanya bertindak dengan cara bermusuhan, menuntut atau merusak diri. Mereka mungkin memiliki perbedaan usia, ras, tingkat kecerdasan, dan tingkah laku, dan mungkin mereka juga berlawanan jenis. Pergantian dari satu alter ke alter lainnya selalu tiba-tiba, biasanya disebabkan oleh stress psikososial atau rangsangan pribadi yang menonjol dalam dirinya yang menginginkan dia melakukan hal itu. Dalam waktu tertentu, hanya satu alter yang berinteraksi dengan lingkungan luar, meskipun mungkin alter lainnya mengetahui apa yang terjadi atau menyadari pengaruh apa yang sedang terjadi. Sebagian besar kepribadian memiliki pengalaman yang hilang atau terdistorsi waktu. Sebuah alter mungkin mengumpulkan kenangan untuk menebus kesenjangan yang tidak bisa dijelaskan, atau salah satu alter mungkin mempunyai akses ke kenangan alter lainnya.

Orang dengan kepribadian ganda juga mengalami bentuk dari hilang ingatan, dimana mereka mempunyai celah dalam ingatannya tentang beberapa aspek dari asal usul pribadi mereka. Beberapa individu memiliki celah dalam jangka waktu beberapa tahun, se-abad atau lebih. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting ini tidak dapat dijelaskan menurut kelalaian secara normal. Terkadang hanya pada saat orang lain memberitahukan mereka tentang kejadian atau peristiwa yang dilakukan, mereka menjadi sadar atas sesuatu yang telah terjadi atau terucap (Halgin dan Whitbourne, 2007: 199).

Menurut APA dan Maldonado, et al dalam Butcher, Mineka, dan Hooley (2007: 300), adanya lebih dari satu identitas dan tanda amnesia bukan hanya gejala dissociative identity disorder. Gejala lainnya termasuk depresi, mutilasi diri, dan sering berupaya untuk bunuh diri. Orang dengan gangguan ini sering menunjukkan kemurungan dan perilaku tak menentu, sakit kepala, halusinasi, penyalahgunaan zat, gejala pascatrauma dan gejala amnesia dan fuga yang lain.

(12)

2.3 Teori Penokohan

Dalam teori pengkajian fiksi, istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya atau pelaku ceritanya. Penokohan juga mencakup masalah siapa tokoh utama cerita, berapa jumlah tokoh cerita, serta bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita. Sedangkan watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, serta lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2005: 165). Sedangkan menurut Jones dalam Nurgiyantoro (2005: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh cerita (character) menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2005: 165-166) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal).

Menurut Nurgiyantoro (2005: 201), metode verbal (melalui dialog atau percakapan) adalah percakapan yang dilakukan oleh tokoh cerita dimaksudkan untuk menggambarkan sifat tokoh yang bersangkutan. Tidak semua percakapan menunjukkan sikap tokoh. Namun percakapan yang efektif dan baik adalah yang menunjukkan perkembangan plot dan mencerminkan sifat atau watak dari tokoh pelakunya. Dan Menurut Mido (1994:28), metode non verbal (melalui deskripsi perbuatan) adalah menggambarkan watak atau karakter tokoh cerita dengan cara mendeskripsi tindak-tanduk atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang tokoh cerita.

(13)

Menurut Mido dalam Nasution (2008: 20), sebuah cerita tentu terdiri dari peristiwa atau kejadian. Suatu peristiwa terjadi karena aksi atau reaksi tokoh-tokoh. Mungkin antara tokoh dengan tokoh, antara tokoh dengan lingkungan atau mungkin pula antara tokoh dengan dirinya sendiri.

Menurut Oemarjati dalam Nasution (2008: 21), menerangkan bahwa tokoh hidup dalam cerita ialah tokoh yang mempunyai tiga dimensi, yaitu:

1. Dimensi fisiologis, yaitu ciri-ciri fisik sang tokoh: jenis kelamin, umur, keadaan tubuh/tampang, ciri-ciri tubuh, raut muka dan sebagainya.

2. Dimensi sosiologis, yaitu unsur-unsur status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, dan lain-lain.

3. Dimensi psikologis, yaitu mentalitas, tempramen, perasaan-perasaan dan keinginan pribadi, sikap dan watak, kecerdasan dan lain-lain.

Referensi

Dokumen terkait

Terkait pembangunan infrastruktur yang saat ini gencar dilakukan oleh pemerintah, dalam kesempatan itu ia mengingatkan bahwa pembangunan infrastruktur memang

Hasil analisis cuplikan cairan hasil lindi peleburan pasir zirkon dengan alat analisis spektrograf emisi menunjukkan bahwa konsentrasi masing-masing unsur Si, Cu, dan

profesional guru dan kepala madrasah di KKG/ MGMP/MGP dan sejenisnya, (6) melaksana- kan bimbingan dan pelatihan kepala madrasah dalam menyusun program madrasah,

Permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia sangatlah komplek khususnya pada kepuasan kerja yang dirasa kurang bagi para guru sekarang ini, ketidak hadiran guru

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

Fusi protoplas intraspesies Pichia manshurica DUCC-015 telah memperoleh fusan dengan a menghasilkan aktivitas inulinase tinggi mencapai 0,965 IU/mL dibandingkan induk

Hal ini tergantung dari sistem peralatan, faktor teknis, faktor ekonomis serta kelayakan lingkungan kerja tetapi instrumen yang digunakan cenderung pada pemakaian alat kontrol