• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA IPS TERHADAP PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA IPS TERHADAP PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA IPS TERHADAP PEMBELAJARAN

KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN PENDIDIKAN IPS

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

RINGKASAN SKRIPSI

Oleh: Eni Murwati 09416241038

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

(2)

2

PERSEPSI MAHASISWA IPS TERHADAP PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN PENDIDIKAN IPS

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Oleh:

Eni Murwati dan Tejo Nurseto, M.Pd

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahaan di Jurusan Pendidikan IPS terdiri dari pembelajaran secara teori dan praktik. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan populasi mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS UNY angkatan 2011 dan 2012 yang berjumlah 176 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling sedangkan perhitungan pengambilan sampel berdasarkan tabel acuan pengambilan sampel Isaac dan Michael. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner dan wawancara. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha cronbach. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif dengan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan pada kategori sangat baik sebesar 10%, baik sebesar 49%, kategori cukup sebesar 36%, dan kategori kurang sebesar 5%. Kesimpulan untuk masing-masing indikator dapat dirinci sebagai berikut: (1) Persepsi terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori pada kategori sangat baik sebesar 10%, baik sebesar 36%, dan kategori cukup sebesar 48%, sedangkan kategori kurang sebesar 6%; (2) Persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik sebesar 23% pada kategori sangat baik, kategori baik sebesar 58%, dan kategori cukup sebesar 16%, sedangkan kategori kurang sebesar 3%. Persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan sudah pada kategori baik.

Kata kunci: Persepsi, Mahasiswa IPS, Pembelajaran Kewirausahaan.

A. PENDAHULUAN

Globalisasi di berbagai negara, termasuk negara Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai perubahan zaman yang berlangsung cepat. Perubahan yang cepat ini menyebabkan masa depan sulit diprediksi, termasuk sulit memprediksi jenis dan macam-macam pekerjaan yang muncul dan kompetensi tenaga kerja yang diperlukan di masa depan. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan ditumbuhkannya karakter wirausaha. Pembentukan karakter wirausaha dapat

(3)

3

dilakukan di dunia pendidikan melalui pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi/Universitas, sehingga mampu membentuk jiwa wirausaha pada mahasiswa yang tanggap dalam menghadapi perubahan zaman yang cepat.

Membentuk dan menumbuhkan karakter wirausaha pada mahasiswa dapat dilakukan dengan pembelajaran kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahaan diharapkan mampu menghasilkan mahasiswa dengan karakter wirausaha dan melahirkan wirausahawan baru.

Universitas atau Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki intelektual, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, juga harus mampu membekali mahasiswanya dengan kemampuan berwirausaha. Hal ini mengingat keterbatasan lowongan pekerjaan dan semakin banyaknya lulusan sarjana, berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), jumlah pengangguran sarjana atau lulusan Universitas 2013 mencapai 421.717 orang, atau 5,8% dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang, maka universitas sangat perlu membekali mahasiswa dengan kemampuan wirausaha sebelum lulus, sehingga setelah mendapat gelar sarjana nantinya mampu bekerja secara mandiri dengan berwirausaha.

Pembelajaran kewirausahan di Universitas atau Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari teori sampai praktik. Praktik dalam pembelajaran kewirausahaan dapat dilakukan mulai dari kelompok bisnis sampai pada praktik menjual suatu barang/jasa. Pembelajaran Kewirausahaan telah diterapkan di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Salah satu Jurusan di Fakultas Ilmu Sosial yang menerapkan Pembelajaran Kewirausahaan adalah Jurusan Pendidikan IPS.

Pendidikan IPS merupakan salah satu jurusan yang mendidik mahasiswanya untuk mampu menjadi guru IPS. Mahasiswa IPS selain diajarkan tentang pengetahuan IPS, juga diharapkan menjadi guru IPS yang berkarakter, salah satunya memiliki karakter wirausaha. Sehingga kelak setelah lulus kuliah mahasiswa IPS mampu mengembangkan keilmuannya sebagai guru maupun seorang wirausaha. Mahasiswa IPS yang memiliki karakter wirausaha kelak

(4)

4

setelah lulus kuliah tidak hanya mengandalkan lowongan pekerjaan sebagai guru atau mengandalkan lowongan menjadi PNS.

Pembelajaran Kewirausahaan Di Jurusan Pendidikan IPS mencakup pembelajaran secara teori dan praktik. Pembelajaran Kewirausahaan secara teori mencakup materi mengenai kewirausahaan seperti spirit wirausaha, motivasi berwirausaha, konsep pengelolaan resiko berwirausaha, bisnis, etika bisnis, tanggung jawab sosial dalam bisnis, dan cara membuat laporan laba rugi.

Hasil wawancara dengan mahasiswa IPS, pembelajaran kewirausahaan di kelas dirasakan kurang menarik. penyampaian teori tentang kewirausahaan masih banyak menggunakan metode ceramah. Mahasiswa merasa bahwa pembelajaran di kelas belum memberikan solusi bagi kendala bisnis yang dijalankan mahasiswa, sebab saat pembelajaran kewirausahaan sering mendapatkan kritikan-kritikan tanpa diberikan solusi yang jelas.

Mahasiswa IPS dalam mengikuti pembelajaran kewirausahaan di kelas masih pasif. Mahasiswa IPS lebih banyak diam dalam mengikuti perkuliahan, sehingga paham atau tidaknya mahasiswa dengan teori kewirausahaan yang disampaikan di kelas tidak dapat diketahui. Pemahaman mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas yang belum di ketahui, disebabkan tidak adanya interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa, mahasiswa hanya mendengarkan tanpa mau bertanya bila ada hal yang tidak dimengerti.

Pembelajaran kewirausahaan secara praktik merupakan salah satu strategi pembelajaran kewirausahaan yang dilaksanakan di Jurusan Pendidikan IPS selain pembelajaran secara teori di kelas. Praktik kewirausahaan yang dilakukan mahasiswa IPS ini bertujuan untuk menjadikan mahasiswa IPS UNY memiliki karakter wirausaha seperti mandiri, kreatif, inovatif, dan tanggung jawab sebagai guru IPS.

Praktik kewirausahaan yang diterapkan pada mahasiswa Pendidikan IPS yaitu praktik bisnis kelompok dan praktik menjual barang. Praktik bisnis kelompok yang dijalankan oleh mahasiswa IPS ternyata dianggap hanya sebatas

(5)

5

kewajiban dalam menjalani perkuliahan kewirausahaan. hal ini terlihat dari kenyataan di lapangan bahwa kegiatan praktik bisnis kelompok yang berhenti dan tidak diteruskan setelah pembelajaran kewirausahaan usai.

Praktik kewirausahaan yang dilakukan mahasiswa IPS, selain praktik bisnis kelompok, juga melakukan praktik menjual barang yang dilakukan melalui kegiatan penjualan dan penyaluran barang dagangan yang diperoleh dari laboratorium EEC Mart. Praktik menjual barang dari EEC Mart terbatas pada penjualan barang kebutuhan hari. Praktik menjual barang kebutuhan sehari-hari yang dilakukan mahasiswa IPS belum sesuai dengan program keahlian/keilmuan mahasiswa IPS sebagai calon guru IPS, sebab mahasiswa IPS disiapkan menjadi guru IPS yang berkarakter bukan sebagai pedagang yang hanya menjual barang kebutuhan sehari-hari.

Praktik kewirausahaan yang belum sesuai dengan program keahlian dan keilmuan IPS juga megalami kesulitan dalam pelaksanaan praktiknya. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam menjual barang dagangan dari EEC Mart. Harga barang dagangan di EEC Mart ternyata lebih mahal dibanding dengan harga di tempat grosir maupun swalayan. Sebagai contoh harga grosir sabun di EEC Mart perbuah Rp 1.450,00; kemudian dijual dengan harga Rp 1.500,00-Rp 1.600,00; harga ini lebih mahal dari pada harga jual di swalayan yang berkisar Rp 1.390,00-Rp 1.400,00. Selain itu kesulitan terjadi karena keterbatasan variasi barang di EEC Mart. Ketersediaan barang di EEC Mart masih terbatas pada satu merek produk. Hal inilah yang menyebabkan kesulitan bagi mahasiswa untuk melakukan penjualan.

Praktik menjual barang yang dilakukan mahasiswa IPS UNY kurang membebaskan mahasiswanya dalam menggali kemampuan berjualan. Ketentuan penjualan yang mengharuskan mahasiswa membeli barang dari EEC Mart membatasi peluang mahasiswa untuk menjual dan menghasilkan laba yang lebih banyak. Kegiatan praktik menjual barang yang hanya dibatasi dari pengambilan barang dari EEC Mart menjadikan mahasiswa kesulitan untuk mendapatkan

(6)

6

untung/laba yang banyak, mengingat harga grosir barang dari EEC Mart lebih mahal.

Praktik menjual barang dari EEC Mart merupakan hal baru bagi mahasiswa IPS, sebab pada pembelajaran kewirausahaan sebelumnya dilakukan dengan kegiatan berwirausaha secara bebas (bebas menentukan jenis usaha). Hal baru seperti praktik menjual barang dari EEC Mart menimbulkan berbagai persepsi yang beragam terhadap pembelajaran kewirausahaan. Persepsi merupakan salah satu pendorong keberhasilan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran kewirausahaan. Persepsi yang kurang baik membuat semangat belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran kewirausahaan menurun, semangat yang munurun menyebabkan kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap terhadap pembelajaran kewirausahaan. Mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar diharapkan memiliki persepsi yang baik sehingga menyadari tentang apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba dalam pembelajaran kewirausahaan, sehingga mahasiswa memiliki pemahaman yang baik terhadap pembelajaran kewirausahaan. Dari uraian berbagai permasalahan di atas timbul pemikiran untuk meneliti tentang “Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan di Jurusan Pendidikan IPS Universitas Negeri Yogyakarta”.

B. KAJIAN PUSTAKA 1. Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Miftah Thoha, 2010: 141-142). Segala sesuatu yang didapat dilingkungan, baik dilihat, didengar, dihayati, dirasa, dan dicium akan diproses sebagai informasi untuk bertindak. Pendapat yang lebih sederhana diungkapkan oleh Sugihartono, dkk (2007: 8) bahwa persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterprestasi stimulus yang masuk dalam alat indera. Sedangkan menurut Carole Wade dan Carol Tarvis (2007: 193),

(7)

7

Perception yaitu sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008: 175) menyatakan persepsi (perception) adalah proses di mana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan memoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Pandangan lebih luas diungkapkan oleh Fred Luthans (2006: 194) bahwa kunci untuk memahami persepsi adalah mengakui bahwa persepsi merupakan interpretasi unik dari suatu situasi, bukan rekaman situasi. Singkatnya, persepsi merupakan proses kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang mungkin agak berbeda dari realita.

Definisi persepsi dari berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan segala informasi yang didapat dari lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan perasaan. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa persepsi merupakan proses kognitif.

2. Pembelajaran Kewirausahaan

Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap pengertian pembelajaran adalah “suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, 2007: 137).

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal (Sugihartono, dkk, 2007: 81).

(8)

8

Menurut Tim Pengembang MKDP (2011: 128) pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Lebih jauh dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara komponen-komponen pembelajaran.

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan proses perubahan perilaku individu sebagai hasil interaksi dengan pendidik melalui penyampaian ilmu pengetahuan dan menciptakan sistem lingkungan belajar. Pembelajaran terjadi dengan adanya interaksi individu dengan pendidik maupun dengan lingkungannya. Lingkungan yang baik dapat menjadikan kegiatan belajar yang efektif dan efisien.

Kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan/atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas, dan inovasi, serta kemampuan manajemen (Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, 2010: 17 18).

Kasmir (2009: 18) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Sadono Sukirno, dkk (2006: 367) mengemukakan bahwa kewirausahaan dapat diartikan sebagai karakter seorang wirausaha, yang meliputi hal berikut: berani mengambil resiko, bijaksana dalam mengambil keputusan, pandai melihat kesempatan yang terbuka dan berkemampuan menjadi manajer yang baik. Pengertian lain yang berbeda diungkapkan oleh Harsono, dkk (2006: 5) kewirausahaan adalah keahlian dan kesediaan menghadapi resiko yang diperlukan untuk mengkombinasikan tiga faktor produksi yang lain untuk

(9)

9

memproduksi barang dan jasa. Orang yang mau menghadapi resiko untuk mencapai laba yang diinginkan disebut wirausahawan (entrepreneur).

Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan yang dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan peluang usaha dengan berani mengambil resiko, berkemampuan manajemen, melakukan kreativitas dan inovasi.

Berdasarkan uraian kajian teori tentang pembelajaran dan kewirausahaan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kewirausahaan merupakan proses perubahan perilaku individu sebagai hasil interaksi dengan pendidik melalui penyampaian ilmu pengetahuan dan penciptaan lingkungan belajar untuk membentuk semangat, perilaku, dan kemampuan yang dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan peluang usaha dengan berani mengambil resiko, berkemampuan manajemen, melakukan kreativitas dan inovasi.

Pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan oleh mahasiswa IPS terdiri dari dua kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran kewirausahaan secara teori dan pembelajaran kewirausahaan secara praktik.

a. Pembelajaran Kewirausahaan secara Teori

Dari kajian teori pembelajaran kewirausahaan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kewirausahaan secara teori yaitu proses perubahan perilaku individu sebagai hasil interaksi mahasiswa dengan pendidik melalui penyampaian ilmu pengetahuan tentang menjalankan peluang usaha, berani mengambil resiko, berkemampuan manajemen, melakukan kreativitas, melakukan inovasi dan penciptaan lingkungan belajar untuk membentuk semangat, perilaku, serta kemampuan yang dimiliki seorang wirausaha.

b. Pembelajaran Kewirausahaan secara Praktik

Menurut M.Zainuddin (2005:2) praktik atau pratikum adalah strategi pembelajaran atau bentuk pengajaran yang digunakan untuk

(10)

10

membelajarkan secara bersama-sama kemampuan psikomotorik (ketrampilan), pengertian (pengetahuan) dan afektif (sikap) menggunakan sarana laboratorium. Menurut Noor Fuad dan Gofur 11 Ahmad (2009:153) praktik adalah praktik-praktik yang dilakukan di luar lingkungan sekolah. Sesuai dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pratik adalah strategi kegiatan pembelajaran secara nyata yang menggunakan kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan secara bersama-sama di luar lingkungan tempat belajar.

Dari kajian teori tentang praktik dan kewirausahaan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kewirausahaan secara praktik adalah kegiatan pembelajaran secara nyata yang menggunakan kemampuan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan secara bersama-sama di luar lingkungan tempat belajar guna membentuk karakter yang dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan peluang usaha dengan berani mengambil resiko, berkemampuan manajemen, melakukan kreativitas dan inovasi.

C. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian survei ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang persepsi mahasiswa pendidikan IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini mahasiswa IPS angkatan 2011 dan 2012. 3. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, sedangkan perhitungan sampel berdasarkan tabel Isacc. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan IPS FIS UNY, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November dan februari.

(11)

11 5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara angket dan wawancara.

6. Instrumen Penelitian

Dalam pelaksanaan pengumpulan data diperlukan instrumen pengumpulan data yang tepat, antara lain:

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Persepsi terhadap Pembelajaran Kewirausahaan

Variabel Indikator Variabel No. Butir

Soal Jumlah Persepsi Mahasiswa IPS UNY terhadap pembelajaran kewirausahaan

Pembelajaran Kewirausahaan secara Teori

1. Informasi yang didapat melalui Interaksi

mahasiswa dengan pendidik dalam

pembelajaran kewirausahaan.

2. Pendengaran terhadap penyampaian ilmu

pengetahuan kewirausahaan.

3. Penglihatan terhadap lingkungan belajar

kewirausahaan. 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8, 9, 10 11,12, 13 4 6 3 PembelajaranKewirausahaan secara Praktik 1. Menerjemahkan pengetahuan berwirausaha.

2. Perasaan terhadap sikap berwirausaha.

3. Penghayatan terhadap ketrampilan berwirausaha 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 4 6 5 7. Validitas Instrumen

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Pengujian validitas instrument akan dihitung menggunakan spss 20.0 for Windows.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk persentase. Adapun langkah-langkah kegiatan analisis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

(12)

12

Perhitungan untuk mengetahui seberapa besar persepsi mahasiswa pendidikan IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan.

b. Membuat tabel distribusi frekuensi (Iqbal Hasan, 2005: 43-44) 1) Mengurutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar.

2) Menentukan jangkauan atau range (data terbesar – data terkecil). 3) Menentukan banyaknya kelas atau k

4) Menentukan panjang interval kelas atau i. 5) Menentukkan batas bawah kelas pertama.

6) Menuliskan frekuensi kelas secara melidi dalam kolom turus atau tally (sistem turus) sesuai banyaknya data.

c. Menentukan Kategori

Penentuan kategorisasi menggunakan rumus statistik dari Syaifudin Azwar (2012: 148), sebagai berikut:

Sangat baik = X ≥ Mi + 1,5 SDi Baik = Mi ≤ X < Mi + 1,5 SDi Cukup = Mi – 1,5 SDi ≤ X < Mi Kurang = Mi – 1,5 SDi >X Ket: X = Skor Mi = Mean

SDi = Standar Deviasi

Mi = 1/2 (Skor tertinggi+Skor terendah) SDi = 1/6 (Skor tertinggi-Skor terendah)

d. Penyajian data, menggunakan Pie Chart dan diagram batang. e. Interpretasi dan analisis dari data yang sudah disajikan. f. Membuat kesimpulan dari kegiatan interpretasi dan analisis. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian terhadap pembelajaran kewirausahaan dan praktiknya ini dilakukan di Jurusan Pendidikan IPS yang merupakan salah satu program

(13)

13

kependidikan di Fakultas Imu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Saat ini Pendidikan IPS memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 429 mahasiswa.

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian a. Penyebaran Kuesioner

Penelitian ini menyebar kuesioner secara langsung kepada responden sebanyak 108 kuesioner di bulan November 2013 kepada mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FIS UNY angkatan 2011, dan 2012. b. Pengembalian Kuesioner

Jumlah kuesioner yang kembali dan dapat diolah dalam penelitian ini adalah sebanyak 108 kuesioner/semua koesioner kembali 100%.

c. Pelaksanaan Wawancara

Wawancara ini dilakukan pada 6 Mahasiswa Pendidikan IPS, Pelaksanaan wawancara dilakukan pada bulan November 2013.

3. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi data yang disajikan dalam penelitian ini meliputi nilai Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi (SD) dari skor angket penelitian. Hasil perhitungan dari kedua data penelitian tersebut akan dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu disajikan tabel distribusi frekuensi, diagram batang, dan pie chart.

Data yang diperoleh diantaranya, nilai skor tertinggi 74, nilai terendah 30, nilai mean 53,7, nilai modus 51, dan nilai median 52,5. Jangkauan atau range diperoleh dari data tertinggi dikurangi data terendah, sehingga diperoleh 44. Jumlah kelas dihitung menggunakan rumus Sturges, k = 1+3,3log n dengan jumlah n=108, diperoleh hasil 7,6 yang dibulatkan menjadi 8 kelas. Panjang kelas interval diperoleh dari jangkauan (R) dibagi jumlah kelas (k), sehingga diperoleh 6. Pembagian kelas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(14)

14

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Mahasiswa Pendidikan IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan

No Interval Frekuensi Frekuensi

Kumulatif Persentase 1. 28 – 33 2 2 1,9% 2. 34 – 39 2 4 1,9% 3. 40 – 45 4 8 3,7% 4. 46 – 51 36 44 33,3% 5. 52 – 57 31 75 28,7% 6. 58 – 63 24 99 22,2% 7. 64 – 69 8 107 7,4% 8. 70 – 75 1 108 0,9% Total 108 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan acuan yang telah dijelaskan pada teknik analisis data, maka dapat dihitung Mean ideal (Mi) sebesar 52 dan Standar Deviasi ideal sebesar 7,1. Pembuatan kategori persepsi mahasiswa Pendidikan IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut:

Sangat Baik = X X ≥ Mi + 1,5 SDi ≥ 52 + 1,5 (7,1) ≥ 52 + 10,56 ≥ 62,56 ≈ 63 Baik = Mi ≤ 52 ≤ 52≤ X X < Mi + 1,5 SDi < 52 + 1,5 (7,1) < 52 + 10,56 < 62,56 ≈ 63 Cukup = Mi – 1,5 SDi ≤ 52 – 1,5 (7,1) ≤ 52 – 10,56 ≤ 41 ≈ 41,44 ≤ X X < Mi < 52 Kurang = Mi – 1,5 SDi > 52 – 1,5 (7,1) > 52 – 10,56 > 41 ≈ 41,44> X X

(15)

15

Sehingga dapat diperoleh distribusi kencenderungan frekuensi skor persepsi sebagai berikut:

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Skor Kecenderungan Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan

No Nilai X Kategori Frekuensi Persentase

1. ≥ 63 Sangat Baik 11 10,2% 2. 52 – < 63 Baik 53 49,1% 3. 41– < 52 Cukup 39 36,1% 4. Kurang dari 41 Kurang 5 4,6% Total 108 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan berada pada kategori sangat baik sebesar 10%, baik sebesar 49%, dan kategori cukup sebesar 36%, sedangkan kategori kurang sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa IPS memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran kewirausahaan sebesar 49%. Hal ini juga didukung nilai mean 53,7 yang berada pada rentang skor kategori baik (52≤ X < 63).

Penyajian masing-masing indikator persepsi mahasiswa Pendidikan IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan dijelaskan sebagai berikut:

a. Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara Teori di Kelas

Berdasarkan data yang diperoleh dari 108 mahasiswa, diperoleh data persepsi mahasiswa IPS UNY terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori dikelas. Data yang diperoleh diantaranya, nilai terendah 27, nilai skor tertinggi 44, nilai mean 35,2, nilai modus 33, dan nilai median 35. Jangkauan atau range diperoleh dari data tertinggi dikurangi data terendah, sehingga diperoleh 17. Panjang kelas interval ditentukan 3, sehingga jumlah kelas dihitung menggunakan rumus, k = (R/i)+1, diperoleh banyak 7 kelas. Pembagian kelas tersebut dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:

(16)

16

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara Teori di Kelas

No Interval Frekuensi Frekuensi

Kumulatif Persentase 1. 26 – 28 3 3 2,8% 2. 29 – 31 16 19 14,8% 3. 32 – 34 33 52 30,6% 4. 35 – 37 27 79 25% 5. 38 – 40 18 97 16,7% 6. 41 – 43 9 106 8,3% 7. 44 – 46 2 108 1,8% Total 108 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan acuan yang telah dijelaskan pada teknik analisis data, maka dapat dihitung Mean ideal (Mi) sebesar 35,5 dan Standar Deviasi ideal sebesar 3,8. Pembuatan kategori persepsi mahasiswa Pendidikan IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut:

Sehingga dapat diperoleh distribusi kencenderungan frekuensi skor persepsi sebagai berikut:

Sangat Baik = X X ≥ Mi + 1,5 SDi ≥ 35,5 + 1,5 (3,8) ≥ 35,5 + 5,7 ≥ 41,2 ≈ 41 Baik = Mi ≤ 35,5 ≤ 35,5 ≤ X X < Mi + 1,5 SDi < 35,5 + 1,5 (3,8) < 35,5 + 5,7 < 41,2 ≈ 41 Cukup = Mi – 1,5 SDi ≤ 35,5 – 1,5 (3,8) ≤ 35,5 – 5,7 ≤ 29,8 ≤ X X < Mi < 35,5 Kurang = Mi – 1,5 SDi > 35,5 – 1,5 (3,8) > 35,5 – 5,7 > 29, 8> X X

(17)

17

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Skor Kecenderungan Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara Teori di Kelas

No Nilai X Kategori Frekuensi Persentase

1. ≥ 41 Sangat Baik 11 10,2%

2. 35,5 – < 41 Baik 39 36,1%

3. 29,8 – < 35,5 Cukup 52 48,1%

4. Kurang dari 29,8 Kurang 6 5,6%

Total 108 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas berada pada kategori sangat baik sebesar 10%, baik sebesar 36%, dan kategori cukup sebesar 48%, sedangkan kategori kurang sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa IPS memiliki persepsi yang cukup terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas sebesar 48%. Hal ini juga didukung nilai mean 35,2 yang berada pada rentang skor kategori cukup (29,8≤ X < 35,5).

b. Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara Praktik

Variabel pembelajaran kewirausahaan secara praktik terdiri dari 15 pernyataan yang terbagi menjadi indikator menerapkan pengetahuan berwirausaha, melatih sikap berwirausaha, dan melatih ketrampilan berwirausaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari 108 mahasiswa IPS angkatan 2011 dan angkatan 2012, diperoleh data persepsi mahasiswa IPS UNY terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik. Data yang diperoleh dan kemudian diolah menghasilkan data diantaranya, nilai terendah 15, nilai skor tertinggi 60, nilai mean 41,9, nilai modus 39, dan nilai median 41. Jangkauan atau range diperoleh dari data tertinggi dikurangi data terendah, sehingga diperoleh 45. Jumlah kelas dihitung menggunakan rumus Sturges, k = 1+3,3log n dengan jumlah n=108, diperoleh hasil 7,7 yang dibulatkan

(18)

18

menjadi 8 kelas. Panjang kelas interval diperoleh dari jangkauan (R) dibagi jumlah kelas (k), sehingga diperoleh 5,6 dibulatkan menjadi 6. Pembagian kelas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara Praktik

No Interval Frekuensi Frekuensi

Kumulatif Persentase 1. 14 – 19 1 1 0,9% 2. 20 – 25 1 2 0,9% 3. 26 – 31 3 5 2,8% 4. 32 – 37 15 20 13,9% 5. 38 – 43 47 67 43,6% 6. 44 – 49 30 97 27,8% 7. 50 – 55 10 107 9,2% 8. 56 – 62 1 108 0,9% Total 108 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan acuan yang telah dijelaskan pada teknik analisis data, maka dapat dihitung Mean ideal (Mi) sebesar 37,5 dan Standar Deviasi ideal sebesar 6,4. Pembuatan kategori persepsi mahasiswa Pendidikan IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut: Sangat Baik = X X ≥ Mi + 1,5 SDi ≥ 37,5 + 1,5 (6,4) ≥ 37,5 + 9,6 ≥ 47,1 ≈ 47 Baik = Mi ≤ 37,5 ≤ 37,5 ≤ X X < Mi + 1,5 SDi < 37,5 + 1,5 (6,4) < 37,5 + 9,6 < 47,1 ≈ 47 Cukup = Mi – 1,5 SDi ≤ 37,5 – 1,5 (6,4) ≤ 37,5 – 9,6 ≤ 27,9 ≤ X X < Mi < 37,5 Kurang = Mi – 1,5 SDi > 37,5 – 1,5 (6,4) > 37,5 – 9,6 > 27, 9> X X

(19)

19

Sehingga dapat diperoleh distribusi kencenderungan frekuensi skor persepsi sebagai berikut:

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Skor Kecenderungan Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara Praktik

No Nilai X Kategori Frekuensi Persentase

1. ≥ 47 Sangat Baik 25 23,2%

2. 37,5 – <47 Baik 63 58,3%

3. 27,9 – <37,5 Cukup 17 15,7%

4. Kurang dari 27,9 Kurang 3 2,8%

Total 108 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik berada pada kategori sangat baik sebesar 23%, baik sebesar 58%, dan kategori cukup sebesar 16%, sedangkan kategori kurang sebesar 3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa IPS memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik sebesar 58%. Hal ini juga didukung nilai mean 41,9 yang berada pada rentang skor kategori baik (37,5≤ X < 47).

4. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara teori di Kelas

Berdasarkan hasil penelitian angket tentang pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas dapat diketahui bahwa mahasiswa Pendidikan IPS memiliki persepsi kategori sangat baik sebesar 10%, baik sebesar 36%, dan kategori cukup sebesar 48%, sedangkan kategori kurang sebesar 6%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa pendidikan IPS memiliki persepsi yang cukup terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas. Persepsi yang cukup menunjukkan bahwa mahasiswa IPS cukup paham terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas.

(20)

20

Hasil persepsi yang cukup dan baik juga didukung oleh hasil wawancara dan angket terbuka yang menunjukkan pembelajaran kewirausahaan berjalan dengan baik dan mahasiswa IPS cukup senang dengan pemberian motivasi-morivasi wirausaha, pengetahuan berewirausaha, juga penayangan video-video orang sukses berwirausaha. Selain itu, Mahasiswa IPS sebagian besar sudah memahami berbagai materi dalam kewirausahaan. Metode belajar audio visual paling disukai mahasiswa dalam penyampaian materi kewirausahaan.

Meskipun sebagian besar mahasiswa memiliki persepsi yang cukup dan baik, masih ada beberapa mahasiswa IPS yang memiliki persepsi yang kurang baik, sekitar 6% mahasiswa. Persepsi mahasiswa yang kurang disebabkan karena dalam pembelajaran belum diberikan solusi tepat untuk menghadapi kesulitan atau masalah yang dihadapi, dan masih terbatas pada kritikan-kritikan tanpa solusi. Selain itu, dengan adanya dua dosen terdapat beberapa mahasiswa yang merasa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran kewirausahaan, hal ini disebabkan karena materi yang disampaikan oleh dua dosen terkadang sulit disatukan(berbeda konsep pembelajaran).

b. Persepsi Mahasiswa IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan secara Praktik

Berdasarkan hasil penelitian angket tentang pembelajaran kewirausahaan secara praktik dapat diketahui bahwa mahasiswa Pendidikan IPS memiliki persepsi kategori sangat baik sebesar 23%, baik sebesar 58%, dan kategori cukup sebesar 16%, sedangkan kategori kurang sebesar 3%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa pendidikan IPS memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik. Persepsi yang baik menunjukkan bahwa tingkat pemahaman mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik sudah baik.

(21)

21

Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa mahasiswa Pendidikan IPS memiliki persepsi yang baik dalam memahami pembelajaran kewirausahaan secara praktik. Hasil persepsi yang baik ini juga didukung oleh hasil wawancara yang menunjukkan bahwa Pembelajaran kewirausahaan secara praktik bagi mahasiswa IPS menjadikan pembelajaran lebih nyata dan dirasakan manfaatnya. Praktik kewirausahaan menjadikan mahasiswa lebih mandiri, kreatif, inovatif, percaya diri, menghargai waktu, kepemimpinan, jujur, dan kerja keras. Meskipun sebagian besar mahasiswa IPS memiliki persepsi yang baik, terdapat mahasiswa IPS yang memiliki persepsi yang kurang baik sekitar 3%. Mahasiswa yang memiliki persepsi kurang baik terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik disebabkan karena dalam menjalankan praktik mahasiswa mengalami kesulitan dan kegagalan dalam mencapai target penjualan, juga waktu tempuh praktik yang terlalu singkat. Persepsi yang kurang juga disebabkan adanya target penjualan barang EEC Mart yang dianggap kurang realistis, sehingga menyebabkan mahasiswa tertekan dengan adanya target penjualan yang harus dipenuhi. E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Pendidikan IPS memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran kewirausahaan yang dibuktikan dengan perolehan nilai sebesar kategori sangat baik sebesar 10%, baik sebesar 49%, dan kategori cukup sebesar 36%, sedangkan kategori kurang sebesar 5%. Persepsi mahasiswa Pendidikan IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

a. Persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori di kelas pada kategori sangat baik sebesar 10%, baik sebesar 36%, dan kategori cukup sebesar 48%, sedangkan kategori kurang sebesar 6%.

(22)

22

b. Persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik sebesar 23% pada kategori sangat baik, kategori baik sebesar 58%, dan kategori cukup sebesar 16%, sedangkan kategori kurang sebesar 3%. 2. Saran

Dalam rangka memberikan alternatif pemecahan terhadap persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan IPS memiliki persepsi pada kategori cukup terhadap pembelajaran kewirausahaan secara teori, agar persepsi mahasiswa IPS menjadi lebih baik, diusahakan kegiatan pembelajaran di kelas benar-benar dapat dilakukan sesuai dengan silabus yang sudah ada, karena kegiatan yang ada pada silabus sudah cukup bervariasi dan menarik.

b. Persepsi mahasiswa IPS terhadap pembelajaran kewirausahaan secara praktik sudah pada kategori baik, hal ini tentu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan praktik dengan jangka waktu yang lebih lama karena menurut beberapa mahasiswa IPS praktik kewirausahaan yang dilakukan waktunya terlalu singkat.

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy.

Harsono. (2006). Bisnis Pengantar. Yogyakarta: STIE YKPN.

Kasmir. (2009). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Miftah Thoha. (2010). Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

M. Iqbal Hasan. (2008). Pokok-pokok Materi Statistik 2: Statistik Inferensi. Jakarta: Bumi Aksara

M. Zainudin. (2005). Pedoman Pembelajaran Praktikum di Laboratorium. Yogyakarta.

(23)

23

Noor Fuad & Gofur Ahmad. (2009). Integrade Human Resources Development. Jakarta: Kompas Gramedia

Robbins, Stephen P dan Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Sadono sukirno, dkk. (2006). Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana.

Saifudin Azwar. (2013). Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imtima.

Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Wade, Carole dan Tavris, Carol. (2007). Psikologi edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Yuyus Suryana dan Kartib Bayu. (2010). Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta: Kencana.

Diakses dari http://www.bps.go.id/tab-sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ subyek=06&note=4. Pada tanggal 26 Maret 2014, Jam 09.00 WIB.

Gambar

Tabel  4.  Kisi-kisi  Instrumen  Persepsi  terhadap  Pembelajaran  Kewirausahaan
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Skor Persepsi  Mahasiswa Pendidikan IPS  terhadap Pembelajaran Kewirausahaan
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Skor Kecenderungan Persepsi Mahasiswa  IPS terhadap Pembelajaran Kewirausahaan
Tabel  13.  Distribusi  Frekuensi  Skor  Persepsi  Mahasiswa  IPS  terhadap  Pembelajaran Kewirausahaan secara Teori di Kelas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adapun calon penyedia yang dinyatakan lulus dan memenuhi syarat, serta ditetapkan dalam daftar pendek berhak untuk mengikuti seleksi umum tahap selanjutnya.. Daftar

• Menurut Heberle-Bors (1985), waktu untuk isolasi anther (dan pollen) tergantung pada fase perkembangan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. • 3 fase : P-grain (embryonic

Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat empat rumusan masalah pada penelitian ini: (1) apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap berkurangnya praktik

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan pada bab terdahulu bahwa rasio likuiditas dan aktivitas pada koperasi pegawai negeri (KPN) Dharma Bakti cende- rung mengalami

Penerapan Penila ian Kinerja(Performance Assessment) untuk menilai kemampuan siswa da lam merancang dan membuathasil karya berdasarkan konsep udara padapembelajaran IPA

Guru mengingatkan siswa bahwa sebelumnya mereka telah mempelajari cara melakukan penaksiran untuk perkalian dan pembagian desimal.. Siswa diminta menuliskan

Telah dilakukan penelitian di Dusun Korong Batu, Desa Baruga Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng untuk mengidentifikasi keberadaan pasir besi dengan menggunakan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa telah berhasil dirancang model pembelajaran blended learning yang