PERGELARAN
RITUAL
SEREN TAUN
DI
CIGUGUR
KABUPATEN KUNINGAN
JAWA BARAT
Ign.Herry Subiantoro
InstitutSeni Budaya(ISBI)Bandung Jin.Buahbatu No.212 Bandung Jawa Barat
Email: [email protected]
Abtrak
Kajian"Pergelaran RitualSeren Taun"menggunakan metoda deskriptifkualitatif, berdasarkan observasi dan analisis etnografi dari data verbal maupun data pictorial. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, danmencermatiaspek-aspek terkait darisistemritual yang dipergelarkan, SerenTaunmerupakan „drama estetik
.
,yangmengekspesikan tiga prinsip kehidupan.
Tigaprinsipitumeliputi kelahiran yang digambarkan pada Tari Pwahaci, kedewasaan atau perkawinan pada ngararemokeunpare, dan kematian (kesempurnaan)padaprosesipuncak SerenTaun
.
Pergelaraninimerupakan tinaakan estetik sebagai gambaranpenghayatan ajaran spiritual AliranKepercayaan KyaiMadrais
.
Konseppergelaran yang bertema menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam,Tuhan,dansesama yang di dalamnya terjalin adanya persatuan dan kebinekaan tanpa adanya perbedaan atas suku, agama, adat,dak
kepercayaan, maka Seren Taun menjadi sarana silaturahmi bagi raja-
raja Nusantara,budayawan,seniman,agamawan,danmasyarakat luas untuk datang.
Pergelaran ritual inidapatdiartikanpula sebuah gelar budaya.
Kata Kunci: pergelaran ritual,seren taun, ekspresi simbolik, ajaran Kyai Madrais, gelar
budaya
RITUAL
PERFORMANCE OF
SEREN TAUN
IN CIGUGUR DISTRICT
,
KUNINGAN WEST JAVA
Abstract
SerenTaunperformancesstudyused qualitative descriptive method, which compiled baseon ethnographic obsenationsand analysis ofme data both
verbal
and pictorial data.Basedon related data,as well as direct obsenation, interviews,and aspects interrelated ritual system were staged,ritualperformances,SerenTaunare 'drama aesthetic',to describe the three principles of life.Thethree principles of life, the dance performance Pwahaci as the principle symbolization of birth,
ngararemokeun pare as the principle of maturity (marriage),ana the procession peak Seren Taun as
thesymbol of theprinciples of death(perfection)
.
The performance is an act of aesthetic to live the spiritual teachings Beliefs Kyai Madrais.The concept of themedperformances
maintain harmonious relationship between human and nature, God, and others, in which established their unity and diversity, without distinctionon ethnicity, religion, customs, andbeliefs
,SerenTaun became gathering the kingsofthe archipelago,humanist,artists,religiousleaders,andthe generalpublictocome.The ritual performacecan be defined as well a degree of cultureKeywords: ritual performances serentaun, symbolicexpression, Kyai Madrais teachings,
culturalperformances
I.PENDAHULUAN
UpacaraSerenTaunsecaraumummerupakanperayaan syukurmasyarakat tanidi Jawa
Barat. Daerah
-
daerah yang masih melaksanakan perayaan ini di antaranya Desa KenekesBaduy,Desa Ciptagelar Kasepuhan BantenKidul,Kampung NagadiKabupatenGarut,Desa
Cigugur Kabupaten Kuningan, dan kampung budaya Sindang Barang Kabupaten Bogor.
Perayaan syukur Seren Taun dilaksanakan dalam empat ritual selama tujuh hari. Penanggalanpelaksanaanriual mulai dari tanggal 18Rayagung1
,
yaituritualpembukadisebut dengandamar sewnyangmemiliki arti seribu lentera,sebagaipenerangjiwa;Ritual kedua tanggal19Rayagungyaitupestadadung,adalahungkapanaktivitas kecintaanpetanidalambekerjadanberdoa,dalam mengelola sawah dantemak darisegalamacam gangguan(hama);
Ritual ketiga tanggal21Rayagungyaitu malam kidungspiritualsebagaiaktivitasspiritual berbagai agama,adat,dankepercayaan.RitualterakhirsebagaipucakSeren Tauntanggal 22 Rayagung
.
Puncak Seren Taun, terdiri atas persembahan kesenian, ngajayak sebagai persembahan hasil bumi (berbagai buah-
buahan dan biji-
bijian), babarit sebagai sebuahrangkaian tembang rohani dan doa atau mantra yang disebut dengan rajah pwahaci.
Kemudiandilanjutkandengan tumbuk padi,dan diakhiri pesta atau makan bersama.Adapun
hari
-
hari sebelum dan di selapelaksanaanke-
empat riualpokok,seperti disebutkan,adalahsebagai persiapan pembuatan peralatan upacara, dekor ruangan, pementasan seni,
perlombaanolah raga dan seni,pengobatangratis dari rumah sakitsetempat,dan sebagainya. Berdasarkan keterangan tersebut, judul "Pergelaran RitualSeren Taundi CigugurKabupaten
Kuningan JawaBarat"memiliki arti tentangpenegasan makna dan fungsi pergelaran yang
dapat diuaraikansebagai berikut:
Istilah "pergelaran" adalah istilah yang berasal dari awalan per kata dasar gelar dan
akhiran an. Per
-
gelar-
an (per-
form-
ance) diartikan sebagai sebuah peristiwa di manaseseorang atau sekelompok orang dinamakan pemain/penyaji berperilaku dengan cara
tertentu untuk tujuan ditonton oleh sekelompok orang lain yang dinamakan penonton (Simatupang, 2013:xxxiii).Istilah pergelaran dalam arti performance, menurut Schechner
(2006),sebagaisebuahobjek kajian,meliputi berbagai bidangtindakan,yangsecarakhusus jika dikaitkan dengan seni adalah performing art. Dalam kaitan itu Erfing Goffman memberikan pemahamanbahwapergelaranataupertunjukanadalahsegala aktivitasdalam berbagai kesempatan, berfungsi mempengaruhi orang lain dengan cara apapun, dalam kontribusinya sebagai penonton, pengamat, atauco-partisipan(Goffman 1959:16). Senada denganpemahaman itu Richard Baumanmenjelaskan secarakhusus,bahwa ritual sebagai
performancedapat mengambil bentuk dariberbagaimacam kepingan perilaku yang diulang
-ulang,atau kepingan perilaku yangditentukan olehwaktu ataulokasi yang khusus dandapat mencakup aktivitas apapun (Bauman, 1992: 249). Istilah ritual merupakan kata sifat ( adjective )dari ritesdansekaligusmerupakan katabenda.Sebagaikata sifat,ritualadalah segalayang dihubungkan denganupacara keagamaan;sebagaikatabenda,ritualadalah segala sesuatu yangbersifat upacarakeagamaanatauibadah(Bustanudin,2006)
.
Darisifat ritualitu, Turner menjelaskanbahwa,ritualsecaraeksplisit sebagaitindakanekspresif,simbolik, dankomunikatif,danmemilikidimensi kekuatan yangmistis(Turner,1967:9).
Istilah Seren Taun berasal dari bahasa Sunda yaitu seren yang artinya serah atau menyerahkan, dantaunberarti tahun2
.Dalam konteks kehidupan tradisi masyarakat petani di
JawaBarat,Seren Taunmerupakanwahana untuk bersyukur atas segala hasilpertanianyang dilaksanakan pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian yang meningkat pada tahun
berikutnya.
Aspek
-
aspek saling terkait dalam sistem upacara (ritual) yang meliputi aspekidea/gagasan,aspek kebahasaan(lewat mitos dan teks
-
teks tertulisbaik doa/ mantra,syair lagu,aspekperilaku(tindakanritual) yaitu menari,menyanyi,berdrama,dan aspek peralatanmeliputisarana prasaranapergelaran,menunjukkan adanya gagasantigaprinsip kehidupan yang ingin dieskpresikan. Tiga prisnsip kehidupan dalam pergelaran Seren Taun terdapat
Rayagungadalahnama bulan dalam perhitungan Tahun Saka Sunda.yangsama artinya denganbulanbesar(kalender Jawa)
; tanggal 1(satu)sura.
dalam dua ritualyaituritualMalamKidung Spiritualdan ProsesiPuncakSevenTaun.Malam
kidung spiritual menyajikan prisip kehidupantentang kelahiranyang digambarkan padaTari
Pwahaci, danprinsip kedewasaan(perkawinan)padaNgararemokeun(mengawinkan)Padi.
Adapun prinsip kematian dalam artikesempumaan pada prosesi puncakSeven Taun
,
yang digambarkan pada rangkaianngajayak(persembahanhasilbumi)dengan berbagaikesenianpertunjukan,babaritsebagai kidung nyayiandoa, yang diakhiri dengannutu(tumbukpadi) dan makan bersama. Halini dapat dideskripsikansebagaiberikut:
1.Malam KidungSpiritual
a.Taripawahaci
.
Tari Pawahaciditarikan oleh delapan orang penari putri denganperansatutokohDewiPawahaci,dantutjuhpenari kelompokuntukmemberikan penegasan terhadap
isiatautema dari tarian itu.Prosestindakan tari tersebutadalah sebagai berikut:
Foto 1
-
4.Proses TariPawahaci(DokumentasiHerryS.,SevenTaun2013)(1) Didahuluipenari kelompokmasuk ke ruang pentas,dari arah sudut belakang hingga tengah,kemudian berbalik arah denganposisiduduk, ketika Dewi Pwahaci masukruang
pentashingga ke tengah;(2)Motifgerak yangdilakukanDewiPwahaci(posisi berdiri),
ditirukanolehketujuh penari (posisirendah/duduk).Padawaktu yangbersamaanDewi Pwahacimengambil untaianpadi hiasan di kepala untuk kemudian ditaruh padadekor tumpukanpadi,sementa penarikelompok mengulangi gerakan yangdilakukan sebelumnya (3)Bagian terakhirsetelahmeletakanuntaian padi,DewiPwahaciberproses meninggalkan ruangpentas, dandiikutiolehketujuhpenari,untukmeninggalkanruangpentas ke sudut
belakang.
Foto5.Bagianawalngrararemokeun pare (DokumentasiPaniyaSarenTaun2008)
b. Ngararemokeun Pare (mengawinkan) padi. Ritual
ini menggambarkan perkawinan Dewi Pwahaci
dalam pertunjukan tari selendang putih dan musik angklung dari Baduy yang dapat dideskripsikan; (1) Masuk ke ruang pentas, dengan membawa pemik
-pernik sesaji, meliputi rangkaian sirih dan
perlengkapanya. Para pelaku ritual kemudian membentuk lingkaran, yang di dalamnya terdapat
selendangwama putih. Sesajiyangmereka bawaditaruh di sebelah padi,kemudian ber
-dialog atau saling berbicara lembut,dilanjutkandenganmakansirihbersama;(2)Pemain musikangklung memasuki ruangpentas, berputarmengelilingi sesajidan tumpukanpadi yangtelah didoakan.Antara pemain angklungdan pendoa yang kemudian mengenakan selendang putih di pinggangnyaberbaur bermain musik dan menari.Ritusngararemokeun
ini sebagai penutup rangkaian ritual Malam Kidung Spiritual. Ngararemokeun pare
berdurasi waktu 20 menit.
Foto 6. Permainanangklung masukruang pentas (DokumentasiHerryS.,Seren Taun2013)
Foto7.TariSelendang Putih
(DokumentasiHerryS.,SerenTaun2013)
2.Prosesi PuncakSerenTaun
.
Prosesi puncak Seren Taun terdiri dari rangakaian pertunjukan kesenian, ngajayak,
babarit, nutu
,
dan makan bersama. Makna dariprosesi ini adalah mempersatukan sebuahperistiwa komunikasi budaya melalui acara seremonial, maupun ritual persembahan, doa, aktivitas tumbuk padi dan sebagainya seperti dideskripsikan berikut ini. Secara khusus persembahankesenian sebagai sajianuntuk memeriahkansuasana serta persembahanuntuk menghiburpara partisipan yang diundang
.
Persembahan kesenianpada prosesipuncakiniTariJemparing,TariBuyung,Angklung Baduy,AngklungBuncis serta kreativitaspembuatan patungbinatang(memeron)yang dilombakan antarlingkunganse
-
KelurahanCigugur.a.Ngajayak (persembahan hasil bumi). Ngajayak memiliki makna tentang prosesi arak
-arakan tentangpersembahanbuah bettiyaitubuah
-
buahan dan biji-
bijian, sertaperagaanberbagaisimbolisasi dan alatperaga pertaniandengandeskripsisebagaiberikut:(1)lengser
yaitu gambaran seorang bapak yang sudah tua, dengan gerakan humomya memimpin
perjalanan proses persembahan. Empat lengser dari empat arah:barat, timur, utara dan
selatanmenujudepangedung Paseban TriPancaTunggal; (2)Rombongan sebelaspasang pemuda
-
pemudimembawabibitpadidan buah buahan;rombongan duapuluh dua ibu-
ibupembawa nasi tumpeng dan padi simbolisasi untuk ditumbuk; (3) Rombongan atau
kelompok bapakpembawadongdang(tempatmengusungbuahbuahan) danrengkong( alat daribambuuntukmemikul untaian padidalamjumlahbesardan kecil).Prosesngajayak
Foto7.Suasana prosesiNgajayak diundang (DokumentasiHerryS.,SerenTaun2013) jajarannya
dariempatpenjuruberprosesarak arakanmenuju
ke depan Gedung Paseban Tri Panca Tunggal. Persembahan ini dilakukan secara simbolis dari
perwakilan masing
-
masing kelompok, yang masuk ke ruang Jinem bagian dari gedung itu,untuk menyerahkan kepada pemimpin adat.
Penyerahan itu disaksikan oleh berbagai
b.Babarit
.
Babaritmemiliki makna suasana syukurpadaSangPenciptadenganpersembahankurban. Babarit merupakan ritual doa dan rangkaian tembang
-
tembang rohani sebagaipengiring ritual berlangsungnya serangakaian acara setelah penyerahan persembahan
hingga menjelangtumbukpadi(nutu)
.
Deskripsi proses babarit meliputi: (1) Pembacaan doa ataurajah yang disebut sebagai
Rajah Pwahaci
.
Rajahinidibacakanlangsungoleh ketuaadat DjatiKusumah,diikutiolehiringan tembang rohani rangkaian babarit itu. Rajah berisi permohonan dan pemujaan
denganmengelu
-
elukanpwahacisebagai dewi kesuburan,yangmemberikankesejahteraanpada petani; (2) Nutu (tumbuk padi) memiliki makna bahwa semua petugas ritual
melaksanakankegiatan akhir, para pejabat, undangan,pararohaniwan, perwakilan adat untuk melaksanakanritual itu.Aktivitasnutu diawali dengandoapemberkatan alu oleh ketuaadat,kemudianaludiserahkanolehpara pejabatdanundangan khusus.Adaaturan
khusus ketikapenumbukanberlangsung. Hal ini sekaligus sebagai aba aba bahwa setelah
pemangkuadat memberikan tanda, maka di tempat lain semuapartisipanyanghadir boleh menumbuk padi secara bergantian hingga padi yang disiapkan sebanyak duapuluh dua kuintal itu selesai ditumbuk; (3)Pestamakan bersama,dilakukan oleh semuapartisipan yang hadir dantidak terkecuali. Semuanya dipersilahkan untuk mencicipihidangan nasi
yang disebut dengantumpengbogana. Tumpeng initelah didoakan dan disertakandalam
arak arakan prosesi ngajayak tersebut. Dengan berakhimya tumbuk padi dan makan
bersama ini, makaberakhir pula seluruh rangkaian pergelaran ritualSeven Taun.
Sumber pustaka yangsangatmendukung interpretasi penulis tentangpergelaran ritual
SevenTaun
,
kaitannya dengan ajaranKyai Madrasis,yaitu manuskripdanbuku yang ditulisolehTedjaBuana,Basuki Nursananingrat,dan AnisDjatiSunda yang dapat dideskripsikan sebagaiberikut:
Manuskripyang ditulis oleh TedjaBuana(tt)berjudul "Agama DjawaSunda (ADS)". Tulisaninimembahas tentang religi asal
-
usul ajaran dan konsep-
konsep KyaiMadrais yang kemudian menjadipola ajarankedalam tiga nasehat yangdisebutpikukuh tiluyaitu tiga syarat untukmencapaikesempumaan hidup antaralain:
Ngajibadan, iman kana tanah,
ngeblat ka raturaja,yaituraturajasatu, raturajadua,raturajatilu,raturaja opat, raturajalima,vatu rajalilima,danratu raja genep.
Secararinci, penjelasanpikukuh tiluinidideskripsikan pada tulisanNursananingratdalam manuskrip berikutnya.Manuskripyang ditulis BasukiNursananingrat(1964)berjudul "PurwaWisada Agama
DjawaSunda".Didalam tulisan ini Nursananingrat mengungkapkan bahwapikukuhtiluyang
terdiri atasngaji badan,imankana tanah,danngeblatka ratu-rajaitu,mencakup petunjuk dan larangan yangmemberipemahaman beragam.Pemahamankepercayaan(agama)dalam
konteks itu berfungsi sebagai ukuran hidup. Ukuran yang membawa manusia kepada
keutuhan budaya sebagai bangsa, yang memiliki kebudayaan yang berbeda
-
beda. Agamamenunjuk dan membawa manusia ke jalan lurus menuju penciptaan generasi
-
generasi manusia yang selaluberkehidupan sempumayangberimankepadaTuhan.Pikukuh Tilu tersebut terdiridari : (1) Ngaji badanberarti memahamiatau menyadari segala sifat yang terdapat di sekeliling tubuh yang dapat diketahui melalui panca indra. Manusiahamssenantiasasadar,interospeksidiri,dan menjauhkan diri darirasairi,dengki, dan kebencian;(2)Iman kana tanahmengandungduapersepsiterhadap Ibu Pertiwi (tanah) yaitu tanah air atau tanahtumpah darah(kebangsaan)meliputi bahasa,aksara,adatistiadat budaya yang diarahkan untuk melawan hawa nafsu, serta waspada terhadap gerak, rasa,
kehendak,pikiran yaitu peperanganantarahawa napsudan hatinurani; (3)Ngeblat ka ratu raja:Raturaja dua,raturaja tilu,raturaja opat,raturaja lima,raturaja lilima,danratu raja genep
.
Ngeblatkaratu rajaberartimengarahkandiriatau berpegang pada pedoman-
pedomanyangdapat menyelaraskansegala sesuatu yangtidak seimbang atau teratur.Raturajaadalah bahasa simbol untuk segala sesuatu yang rata atau add. Ratu raja dua adalah sifat
berpasangan,ratu raja tiluadalahsir, rasa
,
piker Ketiganya dirajahataudiatur agar tidak bergejolaksehingga menjadibersih,halus,rata,dan seimbang.Raturajaopatadalah aktivitaskedua tangan dan kedua kakisebagai kemampuan raga penghejawantahan akhir terhadap teredamnya hawanafsudi atas.Raturaja limaadalah kesadaranakan pancaranpancaindra,
getaran kesucian Illahi yang memancardalamroh manusiasalahsatunyaadalah karakteristik
kemanusiaanyaituwelasasih,undaiisuk,tata krama,budi daya,budibahasa,danwiwaha vudanagara.Cara
-
ciribangsaadalahrupa,adat,bahasa, aksara dan kebudayaan.Pemahaman manusia adalah mahklukyangdituntut untuk mewujudkankesadarandiri
denganistilah"milaku gawerahayu pikeunheubeul jaya dinabuana"yang artinya adalah
melaksanakan halyangbaik, bermanfaat untukkelangsungan hidup yangdamai".Pikukuh tilusebagaiprasarat kesempumaan hidupdikenal dengansampurnaninghuripsajifiningmati diartikan bahwahidupyangsempumaadalah mati yang sejati biladapatkembalikepadaSang
Pencipta. Pemahaman konsep spiritual ini didasarkan bahwa agama tidak sebatas
kepercayaandanpedoman hidupmenujukesucian dan kebesaran Tuhan,namun agama juga
sebagaiukuranhidupmanusia dan ukurankeseimbangan alamataukehidupan.
Ukurantersebutyakni ukuran rupa, ukuran tanah,ukurantangtung, danukuranhidup denganuraian:(1) Ukuranrupa,bahwamanusiatelah diberi kepastian kodrat sebagaimanusia
yang jauh berbeda dengan rupa binatang dantumbuhanlainnya;manusia sebagaibangsayang berbeda cirifisikdan budayanya; (2) Ukuran tanah, bahwamanusia sebagai suatu bangsa yangmemiliki tanah airdan negara;sebagaimakluk Allahyangtakterpisah dari lingkungan
alam lingkungan hidup dimana ia dilahirkan, dibesarkan, berkarya, dan mati dikuburkan.
Manusia lahir dan hidup dari dan dalam alam semesta, sehingga manusia wajib untuk
menyempumakan seisi alam lingkungannya sekaligus menyempumakan hidupnya secara
utuhterpaduagardapat hidupsebagai umat Allah yangterpilih; (3) Ukurantangtung,bahwa manusia sebagai makluk Allah diberipepasten(kodrat)mempunyai akal,budi, iman, batin, kebebasan,dan keterbatasan, yang sekaligus membedakan dari makluk lain; dan (4)Ukuran
hidup, bahwa manusia telah diberi pepasten sebagai makluk paling mulia yang memiliki
kewajiban mengelolaisi alamsemesta,sertadengan kelebihan tersebut mengupayakan agar dapat kembali kepadapenciptanya.
Pemahaman lain berkenaan dengan istilahAgama Djawa Sunda menurut tulisan ini, bahwa istilah Sunda memiliki dua arti yaitusecara geografis dan secara fdosofis
.
Secarafilosofis didasarkanpadakataDjawaSunda.Dua kata itu diartikan bahwa Djawa berarti
andjawat Ian anjawabartinyamemilih,mengambildanmenyaring dan"Sunda" adalahroh susun-susunkangden tunda.Pemahamaninimemilikipengertianpertamaadalahmemilih sebagai menetralisir denganungkapan"wiwaha yuda nagaraatau perang sajeoning batin yangberarti memerangi hawanafsu diri sendiri, dan manusia harus menjadipemenangnya. Pemahaman keduayaituroh susunkangden tunda{sunda)jugadiartikan sebagairohhurip
tanah pakumpulan yaitu berbagai roh dari seisi alam yangterhimpun dan bersusun
-
susundalam dirimanusia. Sehingga secarakeseluruhan bahwa djawa sundasebagaianjawatlan anjawab roh susun kang den tunda
.
Pada intinya Kyai Madrais mengajarkan bagaimana manusia ber-
djawadan ber-
sundayaitumelakukan dan mampu untukmenyaring,memilih,mengontrol,menyeleksi, danmenyempumakan kehendak dan napsu sendiri,supaya bersih danterbebasdari sifat jahat diluardiri manusia.Sifat sifat jahat itudidapatkanmelaluiapa yang dilihat,yang didengar,yang dikecap,yang dihirup,yang diminumoleh manusia dari
berbagairohyangmasukpada dirinya.
Jatisunda padatahun 1986. Dalam bukuinidijelaskanbahwa masyarakat Kanekes sebagai masyarakat peladangmumi, mereka sangat percayaadanyaroh
-
roh dalam tumbuhan atau tanaman,terutamaDewiPwahAci SangHyangSrisebagai dewipadiyangmelibatkan banyakupacarake dalam sistem tanampadi. MasyarakatKanekes (Baduy)hanyamemainkan musik
angklung dan menaritidaklain hanya untuk upacara menanam padi. Segala sesuatuyang berhubungandengan padidilakukandenganbanyak aktivitas ritualmulai dari saatmenanam
hingga memiliki makna yangsama dengan aktivitas spiritual(berdoa).
Ketiga tulisan tersebut sangat bermanfaat yaitu satu manuskrip Tedja Buana (tt) dan Nursananingrat (1964)memberikan pemahaman terhadapkonsepterbentuknyaSevenTaun
sebagai gambaran ajaran yang di dalamnya meliputi simbolisasi prisip kehidupan dalam
ekspresiritualdansenipadasistemritual yang dipergelarkan.Buku tulisanDjatiSunda(1986)
memberikan pemahaman persamaan dan perbedaan dengan pergelaran ritual khususnya
konsepngararemokeunparepadaSevenTaundi Cigugur.
Penelitian "Pergelaran RitualSevenTaun" ini dibangun atas teori ritual Victor Turner,
dan secara khusus buku berjudul FromRitual To Theatre merupakan konsepritual Turner
tentangpertunjukanritual sebagaisebuahproses.Prosesritual dianalogikansebagaidrama sosial,kemudian dibangun sebagai analisispergelaran,yaitu bentuk budayayangspesifik,
yangdigunakanuntukmenganalisa budaya yang lebihluas,dan lebih berkonsentrasi terhadap pengorganisasian struktur dramatiknya. Berkaitan dengan proses drama ritual itu Turner
terinspirasikarya Arnold VanGennep pada karyaberjudulRitede Passage
.
Tiga tahap ritus peralihan yang dikemukakan VanGennep,ritus pemisahan(ritede sparation) ritusambang(ritedelimen) atau luminaldanrituspenyatuan kembali(ritede agregation)
,
diterjemahkan Turner menjadi "sparation, transition,
dan incorporation.
" Turner dengan memaknai teori ritusperalihanlebih menekankanpada pergelaran sebagaikesatuan "ke-
di-
antaraan" nya(in¬betweenness )
,
difungsikan sebagai transisi dua aktivitas budaya yang lebih terkonvensi. Lebih lanjut Turner dalam buku "Drama Field and Mataphor (1982) sebagai model yang dikembangkan Richard Scheduler menjadi kajian pergelaran (performance study), yangdipahami Turner bahwa peritiwa ritual adalah drama sosial yang oleh Schechner
dikembangkanmenjadidramaestetik.
Berbagai simbol ekspresi seni memberikan gambaran proses dramatik, melibatkan tahapan peralihan(ritusperalihan)dari peristiwasatu keperistiwaberikutnya. Halini menjadi saling terkaitantara pemahaman drama sosial menjadi dramaestetik, terhadapmakna dan
fungsidari pergelaran tersebut
.
Strukturdramatik itu terciptaolehdominasi daritokoh DewiPwahaci. DalampemahamanTurner,simbol yangmemiliki tigakategori karaktermeliputi multivokal,polarisasi,dan uniflkasi, juga ketiganya berdimensi eksegetik,posisional, dan operasional(Turner,1967:9).PergelaranritualSeven Taunmemaknai tokoh Pwahacisebagai
simbol ekpresi dominan yang menyebabkan berbagai dramatisasi ritus lain
berkesinambungan. Simbol ekpresi berinteraksi pada sebuah proses ritual, yang sangat ditentukan olehmakna dan operasionalnya.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, bertujuan menggambarkan secara tepat tentang sifat
-
sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, yang menentukan frekuensi suatu gejala dalam masyarakat dan menggambarkan kesesuaian dibalikrealitaempirikdengan teoriyang berlaku(Koentjaraningrat,1997: 29).Pengumpulan
data berasal dari pengamatan berlangsungnya proses ritual, naskah wawancara, catatan lapangan,dokumen pribadi,catatanmemo,dan dokumen resmi lainnya
.
Jenisdata penelitianKarya
-
karyaTurner berkaitan denganritual,diuraikan pada berbagai buku yang diantaranya,TheForestof Symbol(1967),The RitualProscess(1969),From Ritual To Theatre(1982),yang pada sub bab khusus ada tema yang berjudul,f)rama Field and Metaphor..Karya karyaitumemberikanpemahaman bahwaritualsebagai sebuah proses,ritualterkaitdenganmitos dan simbol, ritualsebagai drama
sosialdan ritualmenjadi dramaestetiksebagaikomunikasi sakraldarimantra atau doa,tindakan (prilaku) ritual,dan pergelaran ritual.
ini adalah data verbal dan data pictorial
.
Data verbal diperoleh dari sumber tertulis yangberupa prasasti dan kitab
-
kitab kesusastraan, sedangkan data pictorialadalah data berupagambar yangdapat berupareliefpadacandi
-
candi (Haryono,2008: 3).Dalam konteksSerenTaundata verbalmeliputibuku danmansuskripyang menjadiacuan,dan datapictotialadalah
peralatan yang digunakan dalam upacara,termasuksecarakhususadalahperistiwa pergelaran
yangdiamati.
Teknik analisisdata menggunakanteknik analisis kualitatif etnografidan pendekatan
emik dan etik (Kaplan dan Manners, 2002: 259). Hasil penafsiran dari data tertulis dan pengamatanlangsungdari pergelarankemudian dikorelasikan dengan kerangka teoriyang
telahdibangun,agar menemukan pemahamanarti danfungsipergelaranritualSerenTaun
.
Denganteoriyang digunakan dandatapenelitian yang didapatkan,makajudul "Pergelaran Ritual Seren Taun" ingin menjawab pertanyaan tentang apa makna simbolis ekpresi tigaprinsipkehidupandan fungsinya, berkaitan dengan ajaran spiritualAliranKepercayaanKyai Madrais di Cigugur.
II.PEMBAHASAN
A.TigaPrinsip Kehidupan Dalam PergelaranRitualSeren Taun
Pergelaran ritual sebagai tindakan proses, tidak terlepas dari aktivitas pertunjukan.
Sebagai tindakanmempertunjukan,ada pemahaman lainterhadap dua sifatpenonton,yaitu
penontonyang kasat mata danpenonton yangtidak kasat mata. Karenanya dalamkonteks
ritual (keagamaan)semua yang dipertunjukkanbaiktindakan ucapan,persembahanbahkan
persembahandiri,semua dipertunjukkan kepada makluk yangtak kelihatan atau kemuliaan dewa (Tuhan). Adapun penonton yang kasat mata, adalah saksi yang turut terlibat di dalamnya.Pemahaman ini, membawapergelaranritualSerenTaunsebagaisebuahperistiwa
yang didesain untuk memenuhi kebutuhan keduanya. Pada satu sisi sebagai ritual dari tindakan yang dipertunjukkan sebagai gambaran eskpresi seni, namun pada sisi lain
memberikan tuntunanajaranspiritualyaitumelaluisistemupacara(ritual)yangdibangun. Mitos Pwahaci sebagai dominasi simbol dan cenderung menjadifokus dalam berinteraksi (Turner, 1967:48). Pwahaci menjadi transformasi yang mendasari proses ritual, berelasi dengan proses berikutnya untuk melukiskan kesadaran akan sebuah cara penghayatan. Transformasiprinsip kehidupanitumeliputi:
1.Tari Pwahaci
Dalam pemahaman Turner, pwahaci memiliki kategori simbol dominan yang
multivokal. Simbol pwahaci dalam konteks ajaran spiritual Kyai Madrais, merupakan
simbolisasirohhuriptanah pakumpulan.Secarafilosofis, manusia sebagaipanyundanatau
penyempuma alam semesta. Sebagai penyempuma, manusia memiliki kewajiban untuk melaksanakan sampurnaning hurip sajatining mati
,
agar roh-
roh yang masuk dalam diri manusia melaluiapayangdimakan, diminum, dilihat dan sebagainya,dan bersama manusiadapat kembali pada Sang Pencipta. Pemahaman pwahaci bagi kreatomya adalah sebagai berikut:
.. .Tuhan
menciptakan
alamberdasarkanempatunsuryaitu :tanah,air,api dan angin. Masing masingitutidak mempunyai kesempumaan apabila tidak menyatu satu sama lainterutama dengan tanah. Angin hanya dapatdidengardandirasakan sentuhannya, tidak dapat dirasakan dengan
lictah
, tidak dapat dicium baunya, dan tidakdapat
diraba.
Airdapatdilihat,dapat diraba,didengar gemuruhnya,tetapitidak dapat dicicipiasin,asam
atau manisnya.
Api
dapat dilihat dan terdengar gemuruhnya, namun taaak dapat di pegang. Ketigaunsuritu terserapolehdaya grafitasibumi,karenadidalamadamagmadalam unsur tanah mulai ada kehidupan,yaitu dapat meniinbulkan ganggang, lumut,
binatang,dari yang bersel satu hinggaberselbanyak,dan akhimyaterciptamanusia4.
Pemyataan lebihlanjutbahwa tanah adalah unsur utama disampingair,api,dan angin, untuk menjadikanketigaunsurmemilikifungsi yangdapat menumbuhkandanmembentuk karakter. Secara filosofis manusia diciptakan Tuhan melalui empat unsur itu. Manusia
diciptakan sebagi citra keillahianNya, karenanya manusia dapat menjadi panyundan atau
penyempuma karakter di luar manusia agar dapatsepertimanusia.Lebih lanjut diungkapkan
pulabahwa:
Manusia memiliki daya, raga, rasa, gaya, dan gawe
.
Gayaadalah karakter dan gawe adalah perilaku.Dalam diri manusia terdapat tujuh karakter yaitu tujuh wama yaitu merah, hijau,biru,kuningjingga,nila,ungu, dan bahkan sembilan ditambah denganinfra merah dan ultraviolet. Padatujuhwamaitulah merambatnya karakter
-
karaktergaya
itu.Manusia direndam dan seolah
-
olahbungkusandari tujuhwama tersebut.Manusia adalahpengelolayang mengatursemua ciptaandialam raya. Manusia sesuai dengan citra danpersamaan untuk menguasai kehidupandi darat dand
.ilaut.Bumi adalahdasaruntukmenumbuhkan dedaunan dan remmputan. Bumi sebagaiprodusenmenyatukan empat
unsurdan satu energi. Semua yang diproduksi dari tanan: rumput, pepohonan, buah
-buahan dan scbagainya, disinkronkan dengan konsumennya (manusia dan binatang),
maka semuaitudikuasaioleh manusia.5
Duapemahamantersebut bahwa tanah adalah unsur utamayangmembuatberbagaiunsur lainya memilikiarti dan fungsi utama untuk menumbuhkan berbagai kehidupan. Pwahaci
sebagai gambaran intisari bumi menumbuhkan benih kehidupan semua makluk yang mengandungtanah, air, angin danapi. Dalam konteksSevenTaun
,
Pwahacisebagai simbol dominan yang pada satu sisi adalah kelahiran(intisaribumi),tetapi pada sisi lainpwahacimenggambarkancitra keillahian manusia. Pwahaci
(
j sebagaisosokibuperawat bumi,menetralisir sifat-sifat negatif yang mungkin dari -sifat bawaan roh
-
roh itu. Secara visual tentang tataan gerakan tari yang disajikan yang diperkuat pula dengan setting atau tataandekorpanggungyang mengambilmateripadidalam jumlah besar di tengah, dan diberi hiasan berbagai buah
-
buahan dan biji-
bijian gambaranbfl
pawahacisebagaiintisari bumi . Dekoritu ditatadiFoto 10. Dekorbuah-buahan dan depankursi(keranjangkencana)yangkononsebagai
(Dokume»
«
» 8Ski
r
«„
2W3 tempalduduk Kyai Madrais.Berbagai gerakantariyangditata memilikipresentasi maknawitetangwaruga alityang artinya adalah jagad kecil yaitu tubuh manusia(mikrokosmos).Kemudian berupaya untuk menetralisirwaruga agenyangdiartikansebagai jagadbesar atau alamraya(makrokosmos).
Dalam gerakan tarinya Dewi Pwahaci berupaya untuk mengambil energi positif dan
menetralisir energi negatif seluruh indra. Dominasi gerakan tangan yang mengarah pada
mata, hidung, mulut, kedua telinga kedua lengan, adalah gerak bersifat meditative. Pada
pemahaman ini bahwa secaraoperasional melalui keduatangandankakiuntukmelakukan berbagai aktivitas. Pada intinya bahwa gerak meditative yang maknawi dari tarian itu
merupakan upaya penetralisiranterhadapsemuaroh (huriptanahpakumpulan)yangmasuk di dalam tubuh manusia agar dapat rata atau seimbang. Hal ini diartikan bahwa pwahaci
dalam wujud tari, merupakan maknapenghayatan tuntunanpikukuh tiluyangke tigayaitu
ngeblat keratu
-
raja,yaituratu nu ngaratadanrajanungajagatrata6yangmengacu kepadamakna sempuma
.
Ratu raja adalah bahasa simboluntuk segala sesuatu yang rata atau adil
(Nursananingrat, 1964). Pemahaman tarian ini bukan saja sebagaisimbol kelahiran,namun sebagai
simbolisasi citra keillahian manusia, sebagai ukuran
hidup
-
meliputi cinta kasih sifat kemanusiaan-dengan kelebihanya sebagai tugas dari Yang Maha
Kuasauntuk mengelola seluruh alam dan isinya,dan dengankelebihannitu,manusiaharus berupaya agar
semuarohyangmasukdalam dirinya mendapatkan kebahagiaanyaitu kembali kepada Sang Pencipta.
.
Foto 11.Contohposisi tanganDewi Pwahaci (DokumentasiHerryS.,SerenTaun2013
2
.
NgararemokeunPareNgararemokeun pare yang diikuti dengan tarian selendang putih, dimaknai sebagai pemanjaan Dewi Sri. Ritus ini secara simbolis merupakan perlakuan khusus terhadap pemanjaandewiitu,yang jugadiikutidengan pertunjukan musik angklung. Ngraremokeun pare menggambarkan perkawinan antara Dewi Pwahaci (Dewi Sri) dengan Dewa Bumi. Dalam konteks Seren Taun, bermakna sebagai reproduksi agar berkembang biak, bahwa
prinsip pasanganlaki
-
laki danperempuanharus berkembang dan melahirkan generasi barn sebagaipenerus.Ritual ngararemokeunPare ini dilaksanakan olehmasyarakat KanekesBaduy.Aspek kebahasaan secara khusus yaitu mitos Dewi Sri memberikan pemahaman akan sebuah
peristiwayang benar
-
benar dipercayai sebagai dasaryang dapat memberikan pemahamanakan pemyataan iman. Prosesritualinidimulaidenganmempersiapkan berbagai peralatan
dan sesaji
.
Pemak-
pemik sesajiterdiri dari makananpokok,makananringan,sertamakananyang bersifat spiritual mistis seperti dupa, sirih, dan rokok yang dipersembahkan bagi kemuliaan dewa dan dewi. Nyirih (mengunyah sirih) sebagai ungkapan ramah
-
tamah,penghormatan danpenyambutan terhadap tamu yangdihormati,yang selanjutnya berbagai
mantradiucapkan sebagai permohonan agar perkawinanberhasil (Foto5). Dalam konteks Seren Taun di Cigugur, hal itu dimaknai pula sebagai rasa syukur dengan pemujaan dan
penghormatan kepadaDewi Pwahaci sebagai simbol dewi kebahagiaan.
SalehDanaSasmita dan Anis Djati Sunda menjelaskan bahwa: Ngararemokeunpare
merupakan pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri (dewi padi). Nyi Pohaci
SanghyangAsridan pasangannya Dewa Kuwera diwujudkandalamPareAbah(Padi Ayah) danPare Ambu(Padi Ibu),melambangkanpersatuan laki
-
lakidan perempuan sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran (Sasmita dan Djati Sunda, 1986: 89).Ada ungkapan bahwa „hirup turun ti Rahayu, hurip larangan nyi pwahaci. (hidup berasal dari Tuhan, dan kesenangan berasal dari Pwahaci ),
hal ini diartikan bahwa Pwahaci Sang Hyang Asribersemayam di Kahyangan (Sasmita dan Djati Sunda,1996: 6)7. Pemahaman kahyangan adalahtempatidamansetiap orang agar sukmanyakelakdapatkembali ke tempat itu.Upacara
6
Ratu nu ngaratadanraja nu ngajagad ratamemiliki arti bahwa manusia harus dapat menjadi pemimpinyang dapat
mengrahkan diri untuk dapat meyelaraskan segala sesuatu yang tidak seimbang atau tertur, dalam arti dapat menyempurnakan segalasesuatudengan adil danmerata (Nursananingrat,1964: 12)
Dalam kosmologi Sunda Wiwitan, Dewi Pwahaci atau Dewi Sri Rumyang Djati berada di lapis kedua.Tatanan Waruga Jagad(kosmologi)menurutSunda Wiwitan yaitu ada tiga buahhuana(dunia)yaituBuana Nyungcungyaitu persemayamanNu Ngersakeun(Tuhan)),BuanaPanca Tengahyailu tempat manusia dan mahluk lainnya,danBuanaLarang
adalah neraka.Ketika buana itu tersusun dari atas ke bawah,maka terdapat delapanbelas lapisan.Dari atas ke bawah,antara
ngararemokeun pare masyarakat Kanekes Baduy, merupakantindakan keseharian, karena memiliki hubungan antara pertumbuhan padidengan alunan angklung.Angklungsebagai
pengobatan padi yang disertai dengan pantun dan ungkapan seni dalam kehidupan dan
upacara.Sistem perlakuan yang berhubungan denganpenghormatanDewi Sri merupakan aktivitas ritual yang melekat denganalamdan pertanian.Menjalankankegiatan tanampadi
sama artinyadenganaktivitas berdoa, karenanya semuadilakukan dengansangatkhidmat. Pemahaman secara keseluruhan terhadapkonsepngararemokeun pare,bahwa ajaranKyai
Madraisyangjugamenyatakan sebagaipenghayat kepercayaanSunda Wiwitan
,
maka dapatdiartikan sebuah proses re
-
kulturisasi atau mendefinisikan ulang budaya yang dijalankan meskipunadakronologi dalam bentuk yangberbeda. Pemahaman lain Dewi Pwahacisebagaiintisari bumi juga sebagai personifikasi tentang citra keilahian manusia, karena manusia adalah satu
-
satunya maklukyang dapat menyempumakan dirinyasendiri.Dominasi simbolyang multivokal, berdimensi eksegetik, posisional, dan operasional (Turner, 1967)" dari
pwahaci, sebagai tahapan yang secara keseluruhan dapat dikategorikan sebagai ritus
peralihan(Turner,1982).Pwahacisebagai simbol kelahiran,dilanjutkan denganperkawinan padangararemokeun pare(mengawinkanpadi),dan gambaranproses penyempumaan pada
ritus prosesi puncak Seren Taun
.
Tahapan tahapan itu memberikan liminalitas yang mengarahkan tuntutnanajaran yangkemudian dimaknaisebagaiprosesmenujutercapainya kesempumaan hidupdalam konteksajaran KyaiMadraisitu. Hal inikhususnyabagiwargapenghayatyang merayakanperistiwaitu.
3
.
Ritual PuncakSeren TaunPrinsipkesempumaan dalam ajaranKyai Madrais,seperti yang terdapat pada sumber acuhanbagian sebelumnya,bahwa djawasundamerupakankatamajemukdaridjawayang artinyaadnjawadlananjawabdan Sundaadalahroh susunkang den tunda
.
Djawasunda memiliki artimenyaringdan menyempumakan semua roh yang ada dari semua makluk yang tertunda di dalam diri manusia. Pemyataan itumenunjukan manusia sebagai kuburan roh, yaitu melalui yang masuk ke dalam diri manusia baik dari yang dimakanmaupundiminum. Semuaroh-
roh tadidapat disempumakanmelalui diri manusia sebagai kuburan roh dan hanya manusia,dapatkembali pada penciptanya.Konseptentang menyatunyaalam raya ke alam ragayangjugadiartikan sebagai masuknya makrokosmos(alam raya)kemikrokosmos(dirimanusia) dankemudian akhimya masukkealamnirvanamempakankonsepkesempumaan
sebagai spiritualitas gambaran padaprosesipuncak ini.
Berdasarkanpengamatanpenulis, prosesi puncakyang diawalidengankesenian yang dipersembahkan baik tari, musik, dramatisasipertunjukan memeron.Berbagai pemaknaan terhadaptemaisiyang dipertunjukan semuanyamemilikikandunganyangtidakterlepasdari tuntunannormadan nilai kebaikan. TariJemparing sebagaisimbol cintakasih,Tari Buyung sebagai simbol kebangsaan, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, musik angklung
Bunds menyajikan kebersamaan dengan lagu
-
lagu kepahlawanan Sunda tarataganpahlawan, musik angklung Baduy, menampilkan kebiasaan musik angklung sebagai
pemanjaanterhadapdewipelindung padi. Pertunjukansenimemeronadalah berbagai patung
binatang, sebagai satu kesatuan memorikolektif bagi masyarakatJawaBarat dan Cigugur
khususnya.Memeronikan kancara(sejenis ikan emas),sebagaiikankhasyangdikeramatkan di daerahCigugur;memeronnagasebagaisimbol padapurwawisadaAgama DjawaSunda;
Simbol multivokal adalah karakter simbol yang memiliki banyak makna,yang berdimensi: Eksegetik yaitu bahwa pwahacisebagai intisari bumi melalui berbagai hasil tanaman,berdasarkan persetujuan pemangku hajat memiliki dominasi
fungsi untuk menunjukan kelayakanuntukdiberipenghormatan; Simbol'posisional"adalahmemilikiarti bahwa simbol itu dihubungkan dengan simbol-simbollain dalam sebuah totalitas.Simbol mempunyai posisi dimensional berartisimbolitu berasal dari relasinya dengan simbol lain; danSimbol oprasionaldimaksudkan bahwasimbol tersebut penggunaanya
disesuaikandenganarti dan emosiberdasarkantogasmasing
-
masing pelakuritualberdasarkan darisuasana yangdiciptakanMemeronharimau sebagai simbol Parabu Siliwangi; danmemeronsapi perahsebagaitemak yangmenghasilkan susudi Cigugur. Tindakan estetikpersembahankesenian (baiksenirupa maupunsenipertunjukan)itu semuanyamerupakan ungkapansuka cita dan rasa syukur yang
dipersembahkanbagikemuliaan SangPencipta.
Pemahamanritusngajayakadalah prosesiarak
-
arakanhasil pertanian(buah-
buahan danbiji
-
bijian) menuju Gedung Paseban Tri Panca Tunggal yang kemudian diartikan sebagai persembahan. Persembahan itu diterimaoleh ketua adat,yang kemudian ada lantunan doa puncakdisebutrajahpambuka margawaluyaolehKetuaadat setelahmenerimapersembahantersebut
.
Ritusinimerupakandramatisasi prosesmenyatunya alamrayake alamraga,yaitu perjalanan dari makrokosmos (alam raya) ke mikrokosmos (alam raga/diri manusia), kemudiankemetakosmos(alamtransenden)9.Karakteristik simbolunivokal(Turner,1964)pada ekspresi Dewi Pwahaci menyatukan gagasan kemanusiaan dan kebangsaan.Gagasan kemanusiaan telah tergambar sebagai cinta kasih yaitu citra keillahian yang melaksanakan "djawa
-
sunda" atau panyundan dalam arti sempuma, yaitu dengan menyaring, memiliih, mensucikan semuaroh yang masukpadadiri manusia, agar seluruh isi bumi terbebas dari sifat jahat. Gagasan kebangsaan ditunjukan padaDewi Pwahaci sebagai metafora The Mother Gods,
yaituIbuPertiwi (Tanah Air)manifestasinasionalisme(kebangsaan).Pemahaman ini diartikan bahwa Seren Taun sebagai cirikhas budaya kebangsaan sebagai adat-
istiadat danbudayaSundakhususnya yanghamsdijunjungtinggidan dipertahankanpemahaman akan keindahan alamsebagaiperpanjangan tangandariTuhan,kemudian memaknai bahwa diri
manusia sendiri sebagai alat untuk kesempumaan alam dan isinya sebagai tugas yang diemban dari Sang Pencipta. Bagi warga penghayat kepercayaan, Pergelaran Seren Taun
dengan ritus ritus yang dipergelarkan,akanmempengaruhi kehidupan spiritualnya yaitu dapat
menambah ketebalan imanterhadap kehidupan religiusnya.
B.PergelaranSerenTaunSebagai Peristiwa Budaya
Seren Taunsebagai drama sosial menguatkan cara
-
cararitual dan cara-
caralain,ikatan-ikatan sosial,adat istiadat,dan ikatan
-
ikatan budaya,tercennin dan diwadahi dalamupacarasyukuran pertanian. Prosesnya ada keterlibatan kesenian yang dinikmati sebagai sebuah
sajian estetis dalam arti membuat para penonton menemukan rasa keindahan, dan sebuah media yang hanya dengan itu dapat menemukan maknanya terdalam. Seren Taunsebagai drama sosial kehidupanseharihari,mengambilmitospwahacisebagaiajaranbudiluhuratas karakteristik dasar kemanusiaandankebangsaan menjadituntunanspiritual bagikomunitas penghayatnya,memberikan rasa kekaguman dan dahzatuntuk memaknai Pwahaci sebagai
citra keilahian manusia untuk mengatur alam dan segala isinya, juga menyempurnakan dirinya sendiri. Pwahaci sebagai simbol posisional (Turner, 1967: 9) berproses adanya
keterlibatan ritus
-
ritus lainsebagaisatukesatuan bentukekspresi yang dirayakan.Seren Taun tetap dilaksanakan di Cigugur karena merupakan peristiwa yang dinanti
-nantikan oleh komunitasnya. Hal ini juga dirasakan sebagai sarana katarsis bagi
masyarakatnyatemtama padakerinduanya mengenai pengalaman seni religius dalam bentuk tontonandan tuntunan.Dalam banyak hal pergelaran ritualSeren Tauntidak dapat dilepaskan dengan keterlibatan seorang pemimpin. Eksistensi Seren Taun menjadi cara untuk tobe recoqnize yaitu ingin dikenal orang bagaimanapun caranya. Berbagai klaim dibutuhkan sebagaiupaya proses re
-
kuturisasi,dandengan dilakukanberulang-
ulang,akan mendapatkanklaim,sertalegitimasi darimasyarakatluas.
Politikdalampengertianpergelaranritual dan seni memilikitujuannyayaitumelakukan
kebaikan ataupun bakti sosial untukmempengamhi oranglain dalam artidirinyasendiri dan
masyarakat. Bagaimana tiga prisip kehidupan sebagai "alih wahana" dilakukan semuanya menjadi pandang dengar yaitii apa yang dapat dilihat secara visual dan apa yang dapat
didengarkan secara auditif. Sehinggasepertihalnya Djati Kusumah sebagaipemangku hajat
memiliki otoiritasterhadap krativitas seni yang seharusnya dalam Seren Taun di Cigugur.
Improvisasi
-
improvisasi yangdilakukanmerupakan tindakanuntuk mengatasi situasi dalam artibahwa sturktur dalamsenipadaSeren Taunmemilikiarah dan tujuan,sebagai alihwahanauntuk melukiskan kesadaran akan sebuah tuntunan yaitu ajaran spiritual Kyai Madrais. Seperti halnya pergelaran langsung di dalamGereja, adapuisi sebagai bentukalihwahana yang memberikan kesadaran akan kebaikan ajaran
-
ajaran kitab suci. Hal ini menurutSimatupang,bahwa struktur memungkinkan adanya aksi yang didalamnyaada agensi yang
memiliki kemampun menjadikan berbagai kemungkinan sesuai yang diinginkan
(Simatupang,2013).
DramaritualSeren Taunmerupakangambaran konflik yang terkait dengankehidupan
dan kematian yang dianalogikan sebagaiperbuatan ataukuasa yang kudus, karena kebutuhan untuk mengatasikepadakeinginanya,harapanya,dan ketakutannya. Hal inidapatdipahami bahwa bukan secara kebetulan tidak beralasan, dan Dewi Pwahaci sebagai simbolisasi kekuatandaya spiritualatas nasibnya.Halini sepertiyangdiungkapkanFancis,bahwa "orang setelah menyadari akanpanasnya matahari dengankesuburan tanah, kemudian cenderung
membayangkan matahari sebagaidewalaki
-
laki yang mulia dan bumi sebagai ibu dewi". Ketika dewa dan dewi yang dikandung dalam cara ini merupakan akibat langsung darikesadarannya, makabarn terpikirkan ketergantungan mutlakpada kekuatan alam (Fancis, 1976:11).
Hal ini menunjukan bahwasebagai "alihwahana", konsep gagasantentang tuntunan
harmoni keterkaitannya dengan alam, Tuhan, dan sesamanya, kemudian menjadi dasar penghayatanajaranspiritual. Dari drama sosialmenjadidrama estetik mengungkapkan tiga
prinsip kehidupan, mengambilsimbol Pwahaci melalui kelahiran,perkawinan,dan kematian (kesempumaan) menjadi struktur dasar berlangsungnya proses ritual. Ajaran spiritual, dikidungkan, ditarikan, didramatisasikan yang semuanya sebagai adaptasi dari teks yaitu
penghayatan ajaran aliran kepercayaan Kyai Madrais. Berkaitan dengan wujud, tindakan proses mempertunjukkan dan melakukan,semuaadalah menjelaskanhubungannya dengan
tindakanestetikyangdipergelarkan.
PergelaranritualSeren Taunmenjadisebuahfestivalbudayareligiusuntukmenjunjung tinggi kearifan budaya lokal, menjalin kerukunan umat berbeda keyakinan yang diusung bersama
-
sama dalam memaknai satu pengertian tentang fenomena bersyukur. Sebagairefleksiorganisasisosial,pergelaranSerenTaun memilikisignifikansi terhadap kebebasan
psikologis,untukmenunjukkanrefleksinilai
-
nilai cstetisdengan menyajikanberbagaibentuk keindahan sebagai sarana silahturahmi dan komunikasi budaya.10Pemahaman itu kemudian bagipara pendukung yangterlibat di dalamnya,pergelaranSeren Taunmemiliki arti sebuah nilai kekukuhan dan keteguhan dalam menyadari sebagai manusia dan sebagai bangsa IndonesiayangBineka Tunggal Ika. Sebagai adat masyarakat Sunda, tradisi adat Sunda,yang akhimya dapat dijadikansebagaitindakansatupengertiantentangbersyukur bagimasyarakat agraris Sundamultiagamadanetnis,sebagaipariwisatadan pergelaran budaya.
III.PENUTUP
A
.
KesimpulanSeren Taun sebagai upacara pertanian, diadopsi dalam pergelaran ritual untuk
melukiskan kesadara penghayatan Aliran Kepercayaan Kyai Madrais di Cigugur. Kepemimpinan dan pewarisan makna yangberproses dari Kyai Madrais kepadaputranya
Tedjabuana,dan kemudian kepadacucunya DjatiKusumah adalah pemimpin generasi ke tiga yang masih berlangsung sampai sekarang. Djati Kusumah mengkreativitasi tuntunan
penghayatan dengan mengambil cara
-
caraestetik sebagai bagianuntukmelukiskan kesadaranakan penghayatan ajaran Kyai Madrais, agar mudah diterima oleh para penghayatnya.
Pemimpin ingin menunjukan jatidiribangsa dengan keluhuran budaya sebagai bagian yang
harusdipertahankan.Nilai
-
nilai kemanusiaandankebangsaan ajaran itumenjelma mcnjadisebuah sistem gagasan dalam menjalankan kehidupan spiritualnya. Pikukuh Tilu sebagai
prasarat pencapaian kesempumaan hidup, menjadi tuntunan kesadaran manusia untuk membanggun hannoni yaitu keselarasan hubungan manusia dengan alam, Tuhan, dan
sesamanya.
Konsep sampurnaing hurip sajatining mati , yaitu hidup yang sempuma jika melakukan perbuatan di jalan kebenaran Tuhan, dan matiyangsejati (sesungguhnya) jika manusiadapat membawasegala rohyang masukpadadirimanusia agar dapat kembalipada
SangPencipta.Mitos Pwahaci sebagai medanarti untukmencapai tuntunan kesempumaan itu.Tigagambaranprinsipkehidupan yang berakhir pada rangkaianngajavak,babarit,dan
rajah pwahaci, dan tumbuk padi, sebuah upaya untuk memanusiakan, memperkenalkan,
mendoakan,meng
-
elu-
elukan,yang akhirnya dicicipidandiresapi,ditumbukbersama,yaitunilai
-
nilai karakteristik kemanusiaan dan kebangsaan. Secara filosofis manusia memilikikewajiban untuk ber
-
djawa dan ber-
sunda agar manusia, dengan akal budinya dapatmembawa kebahagiaan bersama, dan menjalin keharmonisan hubungan antara manusia
dengan alam, Tuhan, dansesamanya.
Bentukupacarayangdikemas sebagai sebuah festival budaya dengankonsep perayaan dan selamatan, menjadikan Seren Taunsebagai ajangsilaturahmiraja
-
rajaNusantara,paraagamawan, budayawan, seniman, dan masyarakat berkumpul. Berdasarkan aspek
-
aspekterkaitsistem upacarayang dipergelaran,ritualSeren Taunmengungkapannilai
-
nilai,norma, kebiasaan luhur yang secara integratif tentang kearifan-
kearifan lokal, yang didasarikemanusiaan dankebangsaan,dipergelarkan sebagaiperistiwadangelar budaya.
B.Saran
Bagi masayarakat penyangga budayaSeren Taunyang meliputi,pemangku hajad,para pelakuritual seniman terkait,sebagai bagiandarimasyarakatAKUR (Adat KamhunUrang), perlunya meninjau ulang terhadap pengelolaan "pergelaran ritual" agar tetap menjagapara
pengunjungdanpara pendoa terhadapkekhusukan,temtamabagipartisipan yang benar
-
benar inginmengapresiasidan menghayati maknaperistiwaritual yang digelar.Bagi PemerintahDaerah KabupatenKuningan,temtamaDinas Pariwisatasudahsaatnya untuk memaknaiSeren Taunsebagai peristiwabudaya yang memberikanwama dancorak tentangkeragaman budaya Nusantara yang wajib dilestarikan.Kehadiranraja
-
rajaNusantara, bahkan utusanPBBsebagai utusan(misi)perdamaiantelahmembuktikan bahwa pergelaranGedung Paseban Tri Panca Tunggal sebagai Cagar Budaya Nasional di Kabupaten
Kuningan Jawa Barat, yang secara kebetulan sebagai tempat dan pusat penyelenggaraan
Seven Taun, maka sudah semestinya bergerak secara intens terhadap pengembangan seni budayadanpariwisata.Olehsebab itudiperlukan pula terhadap pengembangan kemampuan
kreativitas bagipara seniman agardapatmenunjangkualitas pergelaran ritual dan budaya,
tanpa meninggalkan aturan adat yang berlaku. Kualitas dan kemampuan kreativitas yang
mumpuni,akanmemberikankontribusiyang lebih,danakan menumbuhkankepercayaandiri terhadap seni budaya yang dipergelarkan.
DAFTARPUSTAKA
Bauman, R., (1992). Folklore, Cultural Performances, and Popular Entertainments; A
Comunications-CenteredHandbook
.
NewYork:OxfordUniversity Press.
Bustanudin, (2006). Ritual, Google:http://www. Babylon online @yahoo.com. (diunggah,
Maret,2012).
Buana,T.P., (tt.).Agama JawaSunda(Madraisme); Papakonsareng Pertelaanana, Agama (manuskrip),Tjigugur,Kuningan: Yayasan Tri Mulya.
Danasamita, S. dan Sunda, A.D., (1986). Kehidupan Mayarakat Kanekes, Departemen
PendidikandanKebudayaan,Bandung.
Fancis, E., (1976). Rituan And Drama; The Mediaeval Theatre. Guildford And London,
LutterworthPress.
Goffman, E.,(1959).ThePresentationof Self in Everyday Life
.
GardenCity, NY: Doubleday.Haryono,T
.
, (2008).
SeniPertunjukan danSeniRupa;dalam Perspektif Arkeologi Seni,
Solo:1ST Press.
Kaplan, D. and Albert,A. M., (2002). Teori Budaya, Terjemahan Landung Simatupang, Yogyakarta: PustakaPelajar.
Koentjaraningrat, (1997). Beberapa Pokok Antropologi Sosial
.
(cetakan ketiga). Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.Nursananingrat, B.,(1964). "PurwaWisada AgamaJawaSunda".Bandung:TanpaPenerbit
Schechner,R., (2006). Performance Study; An in introduction, Second edition, Routledge Taylor &Brands Group,NewYorkLondon
Simatupang, L., (2013)
.
Pergelaran Sebucih Mozaik Penelitian Seni-
Budaya,Yogyakarta:Jalasutra,edisi1.25
Turner, V
.
,(1982).From Ritual to Theatre,NewYork,PAJPublication.
, (1969). The Ritual Prosces; Structure and Anti-Structure, NewYork: Cornell
Univesity Press.
,(1967).TheForest of Symbol,AspecofNdembu Ritual.Ithaca and London Cornell UniversityPress.